I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan sumberdaya air sangat terkait dengan sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan
kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Badan dunia UNESCO (2002)
hak dasar manusia atas air yaitu sebesar 60 liter/org/hari. Direktorat Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air bersih
tersebut berdasarkan lokasi wilayah, (a) Pedesaan dengan kebutuhan 60
liter/kapita/hari, (b) Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari, (c) Kota
Sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari, (d) Kota Besar dengan kebutuhan
130 liter/kapita/hari, (e) Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air
bersih ketentuan umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa “standar kebutuhan
pokok air minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik/kepala
keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari, atau sebesar satuan volume lainnya yang
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang sumber daya air”. Untuk kebutuhan air minum nasional data dari
Departemen Pekerjaan Umum menunjukkan, bahwa kebutuhan air nasional
sebanyak 272.107 liter/detik, sedangkan kapasitas air minum eksistingnya
sebanyak 105.000 liter perdetik.
Berdasarkan analisis kebutuhan air bersih Kota Medan Tahun 2022
1370192 jiwa, kebutuhan air bersih sebanyak 2167248.496 liter/detik dan
kehilangan air 25%. Pada tahun 2015 diperkirakan ada 60% penduduk di Kota
Medan sulit mendapatkan akses air bersih dan sebagian besar dari masyarakat
berpenghasilan rendah. Sulitnya penduduk mendapatkan sumber air bersih,
mendorong penduduk untuk membangun rumah-rumah di bantaran sungai dengan
tujuan agar mudah mendapatkan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga
sehari-hari dari air sungai. Namun hal tersebut memberikan permasalahan baru yang dapat
merusak kelestarian sungai seperti sampah dan limbah baik limbah industri
maupun limbah domestik. Menurut Krieger (2002) perumahan yang sehat tidak
lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air
bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi dan tersedianya pelayanan sosial.
Sei Belawan Medan adalah salah satu sungai yang terdapat di Provinsi
Sumatera Utara dan merupakan sungai terpanjang di Kota Medan. Disepanjang
daerah aliran sungai sei belawan banyak dijumpai berbagai aktifitas manusia,
seperti mandi, mencuci, maupun menangkap ikan. Kawasan sebelah Barat adalah
kawasan padat penduduk, sedang disebelah timur banyak dijumpai berbagai
industri yang banyak mengandung limbah. Pembuangan limbah disungai akan
merubah kualitas perairan terutama koodisi fisik dan kimia lingkungan.
Menurut Engeline,et.al (2012)berdasarkan data puskesmas kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun tahun 2011, diare merupakan penyakit terbesar nomor
3 (879 kasus) setelah ISPA (7405) dan GASTRITIS (2536 kasus). Sungai Sei
Belawan di desa Kelambir, Kecamatan hamparan Perak memiliki warna coklat
kekuningan dan terlihat adanya buangan limbah industri domestik, sementara hilir
MCK. Masyarakat disekitar Sei Belawan Medan menggunakan air sungai sebagai
sumber air walaupun tidak memenuhi syarat kesehatan.Berdasarkan hasil uji
laboratorium, didapatkan bahwa jumlah E.coli pada tengah dan hilir Sei Belawan
telah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Rendahnya penggunaan jamban yang
sehat akan berpengaruh terhadap tingginya angka kesakitan diare.
Menutur Mulya (2004) Sei Belawan memiliki nilai penetrasi cahaya yang
rendah antara 1,4- 66 cm. Rendahnya penetrasi cahaya di Sei Belawan karena
tingginya buangan limbah pada badan sungai seperti limbah industri, bahan
organik, logam, minuman dan logam. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
No.82 Tahun 2001 tentang pengelolahan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran air, untuk air kelas 1 (sebagai bahan baku air minum ) dipersyaratkan
mempunyai kandungan BOD5 maksimal sebesar 2 mg/ L. Sungai Sei Belawan
Medan tidak layak untuk dikomsumsi masyarakat.
Bantaran sungai yang ideal adalah kondisi dimana masih terdapat ekosistem
alami dengan banyak vegetasi pohon, namun pada kenyataannya kondisi ideal yang
dengan banyak vegetasi pohon, namun pada kenyataannya kondisi ideal yang
dimaksud tidak mudah diimplementasikan karena disebabkan banyak hal
diantaranya akibat perilaku penduduk membangun permukiman, 282 daerah aliran
sungai dan bantaran sungai di Indonesia dalam keadaan kritis. Bantaran sungai
berubah fungsi menjadi pemukiman padat, kotor, kumuh dan tidak manusiawi
(Departemen Kehutanan, 2006 ).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air adalah sebagian dari komponen zat gizi yang dibutuhkan
badan manusia terdiri dari air. Air yang tidak baik dapat menjadi sumber penyakit
bagi tubuh manusia. Penyakit yang berasal dari tinja akan menyebabkan gangguan
pada sistem pencernan. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang
harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna, rasa dan
kulitas kimia yang terdiri atas pH, BOD, COD dan posfat. Agar kelangsungan
hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah
yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun
waktu tertentu.
Penurunan kualitas air Sei Belawan Desa Kelambir menimbulkan banyak
pengaruh bagi masyarakat, namun banyak masyarakat yang tetap menggunakannya
walau sudah mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari penggunaan air sungai
yang sudah menurun kualitasnya. Pada umumnya sumber air bersih yang
digunakan penduduk di sekitar Sei Belawan Desa Kelambir adalah air sungai yang
dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci. Hal ini akan sangat membahayakan bagi
kesehatan penduduk pengguna air sungai tersebut. Melihat kenyataan tersebut
perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis penyediaan dan penggunaan air
sungai pada rumah tangga di Daerah Aliran Sei Belawan Desa Kelambir.
1.2. Permasalahan
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kualitas air Sungai dalam kaitannya dengan penyediaan dan
penggunaan air sungai pada rumah tangga di Desa Kelambir Kecamatan
2. Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pemanfaatan
air sungai di Desa Kelambir Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui kualitas air Sungai dalam kaitannya dengan penyediaan
dan penggunaan air sungai di Desa Kelambir Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang? :
2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam
pemanfaatan air sungai di Desa Kelambir Kecamatan Hamparan Perak
Kabupaten Deli Serdang?
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai dasar pertimbangan bagi pengelola tata letak ruang daerah aliran
sungai dalam mengambil kebijakan dan meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya daerah aliran
sungai.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar aliran Sei
Belawan Desa Kelambir Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang dan instansi terkait menggunakan air sungai sebagai sumber air
bersih serta mengetahui kondisi kualitas air sungai yang digunakan baik