• Tidak ada hasil yang ditemukan

materi Sejarah Kitab Suci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "materi Sejarah Kitab Suci"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Sejarah Kitab Suci

KATA PENGANTAR

Beberapa waktu yang lalu, penulis pernah terlibat dalam suatu perdebatan dengan seorang Protestan seputar justifikasi Reformasi Protestan. Dia mengatakan bahwa sebelum meletusnya Reformasi Protestan, Gereja Katolik melarang umat Katolik membaca Alkitab. Menurutnya, atas jasa-jasa Martin Luther-lah maka sekarang umat Katolik bisa membaca Alkitab.

Terus terang pada waktu itu penulis tidak punya pengetahuan akan latar belakang sejarah Alkitab, dan penulis memegang prinsip keadilan meskipun sedang membela posisi Gereja Katolik. Karena rasa penasaran maka penulis menggali informasi untuk mengetahui perihal yang sebenarnya. Apa yang ditemukan ingin penulis rangkum disini demi menjernihkan pemalsuan sejarah yang beredar di kalangan jemaat gereja

Protestan yang terutama dikarenakan mereka sendiri tidak lebih tahu daripada anda akan sejarah gereja yang sesungguhnya.

Apakah anda Katolik atau Protestan, mungkin anda juga pernah bertanya-tanya, mengapa Alkitab yang dipakai oleh umat Katolik berbeda dengan Alkitab umat Protestan. Alkitab umat Katolik terdiri dari 73 buku yang termasuk kitab-kitab

Deuterokanonika, sedangkan Alkitab umat Protestan terdiri dari 66 buku, yaitu tanpa kitab-kitab Deuterokanonika.

Penulis merangkum dari beberapa narasumber, yang daftarnya dapat anda temukan di akhir tulisan ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat membuat anda lebih terpesona lagi oleh kekayaan dan kebesaran Gereja Katolik. Dan semoga anda pada gilirannya, menjadi konduit bagi penyebar-luasan kisah sejarah yang sebenarnya akan asal usul Alkitab.

SEJARAH TERBENTUKNYA KITAB-KITAB PERJANJIAN LAMA

Alkitab Gereja Katolik terdiri dari 73 kitab, yaitu Perjanjian Lama terdiri dari 46 kitab sedangkan Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab. Bagaimanakah sejarahnya sehingga Alkitab terdiri dari 73 kitab, tidak lebih dan tidak kurang? Pertama, kita akan mengupas kitab-kitab Perjanjian Lama yang dibagi dalam tiga bagian utama: Hukum-hukum Taurat, Kitab nabi-nabi dan Naskah-naskah. Lima buku pertama: Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan adalah intisari dan cikal-bakal seluruh kitab-kitab Perjanjian Lama. Pada suatu ketika dalam sejarah, ini adalah Kitab Suci yang dikenal oleh orang-orang Yahudi dan disebut Kitab Taurat atauPentateuch .

(3)

Nabi Musa menaruh satu set kitab di dalam Tabut Perjanjian (The Ark of The Covenant) kira-kira 3300 tahun yang lalu. Lama kemudian Kitab Para Nabi dan Naskah-naskah ditambahkan kepada Kitab Taurat dan membentuk Kitab-kitab Perjanjian Lama. Kapan tepatnya isi dari Kitab-kitab Perjanjian Lama ditentukan dan dianggap sudah lengkap, tidaklah diketahui secara pasti. Yang jelas, setidaknya sejak lebih dari 100 tahun sebelum kelahiran Kristus, Kitab-kitab Perjanjian Lama sudah ada seperti umat Katolik mengenalnya sekarang.

Kitab-kitab Perjanjian Lama pada awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani (Hebrew) bagi Israel, umat pilihan Allah. Tetapi setelah orang-orang Yahudi terusir dari tanah Palestina dan akhirnya menetap di berbagai tempat, mereka kehilangan bahasa aslinya dan mulai berbicara dalam bahasa Yunani (Greek) yang pada waktu itu merupakan bahasa

internasional. Oleh karena itu menjadi penting kiranya untuk menyediakan bagi mereka, terjemahan seluruh Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani. Pada waktu itu di Alexandria berdiam sejumlah besar orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Selama pemerintahan Ptolemius II Philadelphus (285 - 246 SM) proyek penterjemahan dari seluruh Kitab Suci orang Yahudi ke dalam bahasa Yunani dimulai oleh 70 atau 72 ahli-kitab Yahudi - menurut tradisi - 6 orang dipilih mewakili setiap dari 12 suku bangsa Israel. Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250 - 125 SM dan disebut Septuagint , yaitu dari kata Latin yang berarti 70 (LXX), sesuai dengan jumlah penterjemah. Kitab ini sangat populer dan diakui sebagai Kitab Suci resmi (kanon Alexandria) kaum Yahudi yang terusir, yang tinggal di Asia Kecil dan Mesir. Pada waktu itu Ibrani adalah bahasa yang nyaris mati dan orang-orang Yahudi di Palestina umumnya berbicara dalam bahasa Aram. Jadi tidak mengherankan kalau Septuagint adalah terjemahan yang digunakan oleh Yesus, para Rasul dan para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. Bahkan, 300 kutipan dari Kitab Perjanjian Lama yang ditemukan dalam Kitab Perjanjian Baru adalah berasal dari Septuagint. Harap diingat juga bahwa seluruh Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.

Setelah Yesus disalibkan dan wafat, para pengikut-Nya tidak menjadi punah tetapi malahan menjadi semakin kuat. Pada sekitar tahun 100 Masehi, para rabbi (imam Yahudi) berkumpul di Jamnia, Palestina, mungkin sebagai reaksi terhadap Gereja Katolik. Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria untuk menentukan kanon Kitab Suci mereka: [1] Ditulis dalam bahasa Ibrani; [2] Sesuai dengan Kitab Taurat; [3] lebih tua dari jaman Ezra (sekitar 400 SM); [4] dan ditulis di Palestina. Atas kriteria-kriteria diatas mereka mengeluarkan kanon baru untuk menolak tujuh buku dari kanon Alexandria, yaitu seperti yang tercantum dalam Septuagint, yaitu: Tobit, Yudit,

Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, berikut

tambahan-tambahan dari kitab Ester dan Daniel. (Catatan: Surat Nabi Yeremia dianggap sebagai pasal 6 dari kitab Barukh). Hal ini dilakukan semata-mata atas alasan bahwa mereka tidak dapat menemukan versi Ibrani dari kitab-kitab yang ditolak diatas.

Gereja Katolik tidak mengakui konsili rabbi-rabbi Yahudi ini dan tetap terus

(4)

Perjanjian Baru - menjadi bagian dari Deposit Iman . Tujuh kitab berikut dua tambahan kitab yang ditolak tersebut dikenal oleh Gereja Katolik sebagai Deuterokanonika ( = second-listed ) yang artinya kira-kira: "disertakan setelah banyak diperdebatkan".

GEREJA KATOLIK MENDAHULUI KITAB PERJANJIAN BARU

Seperti Kitab-kitab Perjanjian Lama, Kitab-kitab Perjanjian Baru juga tidak ditulis oleh satu orang, tetapi adalah hasil karya setidaknya delapan orang. Kitab Perjanjian Baru terdiri dari 4 kitab Injil, 14 surat Rasul Paulus, 2 surat Rasul Petrus, 1 surat Rasul Yakobus, 1 surat Rasul Yudas, 3 surat Rasul Yohanes dan Wahyu Rasul Yohanes dan Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, yang juga menulis Kitab Injil yang ketiga. Sejak kitab Injil yang pertama yang ditulis oleh Santo Matius sampai kitab Wahyu

Yohanes, ada kira-kira memakan waktu 50 tahun. Tuhan Yesus sendiri, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah menuliskan satu barispun dari kitab Perjanjian Baru. Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul untuk menuliskan apapun yang diajarkan oleh-Nya. Dia berkata: "Maka pergilah dan ajarlah segala bangsa" (Matius 28:19-20), "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku" (Lukas 10:16).

Apa yang Yesus perintahkan kepada mereka persis sama seperti apa yang Yesus sendiri lakukan: menyampaikan Firman Allah kepada orang-orang melalui kata-kata,

meyakinkan, mengajar, dan mentobatkan mereka dengan bertemu muka. Jadi bukan melalui sebuah buku yang mungkin bisa rusak dan hilang, dan disalah tafsirkan dan diubah-ubah isinya, melainkan melalui cara yang lebih aman dan alami dalam menyampaikan firman yaitu dari mulut ke mulut. Demikianlah para Rasul mengajar generasi seterusnya untuk melakukan hal yang serupa setelah mereka meninggal. Oleh karena itu melalui Tradisi seperti inilah Firman Allah disampaikan kepada semua

generasi umat Kristen sebagaimana pertama kali diterima oleh para Rasul.

Tidak satu barispun dari kitab-kitab Perjanjian Baru dituliskan sampai setidaknya 10 tahun setelah wafatnya Kristus. Yesus disalibkan pada tahun 33 dan kitab Perjanjian Baru yang pertama ditulis yaitu surat 1 Tesalonika baru ditulis sekitar tahun 50 Masehi. Sedangkan kitab terakhir yang ditulis yaitu kitab Wahyu Yohanes pada sekitar 90-100 Masehi. Jadi anda bisa melihat kesimpulan penting disini: Gereja Katolik dan iman Katolik sudah ada sebelum Alkitab dijadikan. Beribu-ribu orang bertobat menjadi Kristen melalui khotbah para Rasul dan missionaris di berbagai wilayah, dan mereka percaya kepada kebenaran Ilahi seperti kita percaya sekarang, dan bahkan menjadi orang-orang kudus tanpa pernah melihat ataupun membaca satu kalimatpun dari kitab Perjanjian Baru. Ini karena alasan yang sederhana yaitu bahwa pada waktu itu Alkitab seperti yang kita kenal, belum ada. Jadi, bagaimanakah mereka menjadi Kristen tanpa pernah melihat Alkitab? Yaitu dengan cara yang sama orang non-Kristen menjadi Kristen pada masa kini, yaitu dengan mendengar Firman Allah dari mulut para

misionaris.

GEREJA KATOLIK MENETAPKAN KITAB PERJANJIAN BARU

Ke-dua puluh tujuh kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru baik oleh umat Katolik maupun Protestan. Pertanyaannya adalah: Siapa yang memutuskan kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab-kitab yang berasal dari inspirasi Ilahi? Kita tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi darimana kita tahu bahwa kita bisa percaya kepada setiap kita-kitab tersebut?

(5)

diantaranya: [1] Mileto, uskup Sardis pada tahun 175 Masehi; [2] Santo Irenaeus, uskup Lyons - Perancis pada tahun 185 Masehi; [3] Eusebius, uskup Caesarea pada tahun 325 Masehi.

Pada tahun 382 Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73 kitab.

Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama untuk Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Catatan: Ini adalah konsili yang dianggap oleh banyak kaum Protestan dan Evangelis Protestan sebagai otoritatif bagi kanonisasi kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.

Paus Santo Innocentius I (401-417) pada tahun 405 Masehi menyetujui kanonisasi ke 73 kitab-kitab dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab.

Jadi kanonisasi Alkitab secara resmi diputuskan di abad ke empat oleh konsili-konsili Gereja Katolik dan para Paus. Sebelum kanon Alkitab ditetapkan, ada banyak

perdebatan. Ada yang beranggapan bahwa beberapa kitab Perjanjian Baru seperti surat Ibrani, surat Yudas, kitab Wahyu, dan surat 2 Petrus, adalah bukan hasil inspirasi Ilahi. Sementara pihak lain berpendapat bahwa beberapa kitab yang tidak dikanonisasi seperti: Gembala Hermas, Injil Petrus dan Thomas, surat-surat Barnabas dan Clement adalah hasil inspirasi Ilahi. Keputusan resmi Gereja Katolik menyelesaikan hal diatas sampai 1100 tahun kemudian. Hingga jaman Reformasi Protestan, tidak ada lagi perdebatan akan kitab-kitab dalam Alkitab.

Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan otoritasnya untuk menentukan kitab-kitab yang mana yang termasuk dalam Alkitab dan memastikan bahwa segala yang tertulis dalam Alkitab adalah hasil inspirasi Ilahi. Jika bukan karena Gereja Katolik, maka umat Kristen tidak akan dapat mengetahui yang mana yang benar.

KITAB VULGATE - KARYA SANTO JEROME

Ketika Kabar Gembira telah tersebar luas dan banyak orang menjadi Kristen, merekapun dibekali dengan terjemahan Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa asli mereka yaitu Armenia, Siria, Koptik, Arab dan Ethiopia bagi umat Kristen purba di wilayah-wilayah ini. Bagi umat Kristen di Afrika dimana bahasa Latin paling luas digunakan, ada terjemahan kedalam bahasa Latin yang dibuat sekitar tahun 150 Masehi dan juga terjemahan berikutnya bagi umat di Italia. Akan tetapi semua ini akhirnya digantikan oleh mahakarya yang dibuat oleh Santo Jerome dalam bahasa Latin yang

(6)

menurut para ahli alkitab masa kini, dan terus mempengaruhi versi-versi lainnya sampai pada jaman Reformasi Protestan.

HILANGNYA KITAB-KITAB ASLI

Hingga ditemukannya mesin cetak pada tahun 1450, semua Alkitab adalah hasil salinan tangan yang kita sebut manuskrip. Alkitab lengkap tertua yang masih ada hingga sekarang berasal dari abad ke-empat, dan isinya sama dengan Alkitab yang dipegang oleh umat Katolik yaitu terdiri dari 73 kitab. Apa yang terjadi dengan manuskrip-manuskrip asli yang ditulis oleh para penulis kitab Injil? Ada beberapa alasan akan hilangnya kitab-kitab asli tersebut:

Beberapa ratus tahun pertama adalah masa-masa penganiayaan terhadap umat Kristen. Para penguasa yang menindas Gereja Katolik menghancurkan segala hal yang menyangkut Kristenitas yang bisa mereka temukan. Selanjutnya, kaum pagan (non-Kristen) juga secara berulang-ulang menyerang kota-kota dan perkampungan Kristen dan membakar dan menghancurkan gereja dan segala benda-benda religius yang dapat mereka temukan disana. Lebih jauh lagi, mereka bahkan memaksa umat Kristen untuk menyerahkan kitab-kitab suci dibawah ancaman nyawa, lantas membakar kitab-kitab tersebut.

Alasan lainnya: media yang dipakai untuk menuliskan ayat-ayat Alkitab, disebut papirus - sangat mudah hancur dan tidak tahan lama, sedangkan perkamen, yang terbuat dari kulit binatang dan lebih tahan lama, sulit didapat. Kedua materi inilah yang dimaksud dalam 2 Yohanes 1:12 dan 2 Timotius 4:13. Umat Kristen purba, setelah membuat salinan Alkitab, juga tidak terlalu peduli untuk menjaga kitab aslinya. Mereka tidak beranggapan penting untuk memelihara tulisan-tulisan asli oleh Santo Paulus atau Santo Matius oleh karena mereka percaya penuh kepada Gereja Katolik yang

mengajarkan lewat Tradisi melalui mulut para Paus dan para uskup-uskupnya. Umat Katolik tidak melandaskan ajaran-ajarannya pada Alkitab semata-mata, tetapi juga kepada Tradisi yang hidup, dari Gereja Katolik yang infallible. ubi Ecclesia, ibi Christus.

ALKITAB PADA ABAD PERTENGAHAN

Segenap umat Kristen berhutang budi kepada para kaum religius, imam, biarawan dan biarawati yang menyalin, memperbanyak, memelihara dan menyebar-luaskan Alkitab selama berabad-abad. Para biarawan adalah kaum yang paling terpelajar pada

jamannya dan salah satu kegiatan utama mereka adalah menyalin isi Alkitab sedangkan biara-biara menjadi pusat penyimpanan naskah-naskah Alkitab ini. Umumnya masing-masing biara-biara di abad pertengahan memiliki perpustakaan tersendiri. Tidak kurang dari para raja dan kaum bangsawan dan orang-orang terkenal meminjam dari biara-biara ini. Para raja dan kaum bangsawan itu sendiri, bersama para Paus, uskup dan kepala-kepala biara, sering menghadiahkan Kitab Suci yang diberi hiasan yang indah kepada biara-biara dan gereja-gereja di seluruh Eropa.

Untuk menyalin satu Alkitab lengkap, diperlukan sekurangnya 10 bulan tenaga kerja dan sejumlah besar perkamen yang mahal harganya untuk memuat lebih dari 35000 ayat-ayat dalam Alkitab. Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang biasa tidak mampu memiliki setidaknya satu set Alkitab lengkap di rumah-rumah mereka. Mereka biasanya memiliki salinan dari sejumlah pasal dalam Alkitab yang populer. Jadi

(7)

Alkitab pada abad pertengahan umumnya ditulis dalam bahasa Latin. Hal ini dilakukan sama sekali bukan dimaksudkan untuk menyulitkan umat yang ingin membacanya. Kebanyakan orang pada masa itu tidak mampu membaca, sedangkan mereka yang mampu membaca, juga dapat mengerti bahasa Latin. Latin adalah bahasa universal pada waktu itu. Mereka yang mampu membaca lebih menyukai membaca Vulgate, versi Latin dari Alkitab. Oleh karena kenyataan tersebut, tidak ada alasan kuat untuk

menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa setempat secara besar-besaran. Namun meski demikian harap diingat bahwa sepanjang sejarah Gereja Katolik tetap menyediakan terjemahan Alkitab dalam bahasa-bahasa setempat.

MARTIN LUTHER DAN ALKITAB PROTESTAN

Pada tahun 1529, Martin Luther mengajukan kanon Palestina yang menetapkan 39 kitab dalam bahasa Ibrani sebagai kanon Perjanjian Lama. Luther mencari pembenaran dari keputusan konsili Jamnia (yang adalah konsili imam Yahudi, jadi bukan sebuah konsili Gereja Kristen!) bahwa tujuh kitab yang dikeluarkan dari Perjanjian Lama tidak memiliki kitab-kitab aslinya dalam bahasa Ibrani. Luther melakukan hal tersebut sebenarnya karena sejumlah ayat-ayat yang terdapat pada kitab-kitab tersebut justru mengokohkan doktrin-doktrin Gereja Katolik dan bertentangan dengan doktrin-doktrin baru yang dikembangkan oleh Martin Luther sendiri.

Oleh karena alasan yang serupa, Martin Luther juga nyaris membuang beberapa kitab-kitab lainnya: surat Yakobus, surat Ibrani, kitab-kitab Ester dan kitab-kitab Wahyu. Hanya karena bujukan kuat oleh para pendukung kaum reformasi Protestan yang lebih konservatif maka kitab-kitab diatas tetap dipertahankan dalam Alkitab kaum Protestan. Namun demikian, tidak kurang Martin Luther menghujat bahwa surat Yakobus tidak pantas dimasukkan dalam Alkitab.

Untuk mendukung salah satu doktrinnya yang terkenal yaitu Sola Fide (bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman saja), dalam Alkitab terjemahan bahasa Jerman, Martin Luther menambahkan kata 'saja' pada surat Roma 3:28. Sehingga ayat tersebut

berbunyi: "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat". Tidak heran kalau Martin Luther menghujat surat Rasul Yakobus dan berusaha untuk membuangnya dari Perjanjian Baru, karena justru dalam surat Yakobus ada banyak ayat yang menjatuhkan doktrin Sola Fide yang diciptakan oleh Martin Luther tersebut. Antara lain, dalam Yakobus 2:14-15 tertulis: "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" dan Yakobus 2:17 "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" dan Yakobus 2:24 "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.".

Pertanyaannya sekarang adalah: Kitab Perjanjian Lama manakah yang lebih baik anda baca? Kitab Perjanjian Lama yang digunakan oleh Yesus, para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru dan Gereja purba? Atau Kitab Perjanjian Lama yang ditetapkan oleh imam-imam Yahudi yang menolak Yesus Kristus dan menindas umat Kristen purba?

ALKITAB GEREJA KATOLIK

(8)

beredar pada masa itu. Banyak diantaranya mengandung kesalahan-kesalahan yang disengaja - seperti dalam kasus-kasus kaumheretic , pembangkang gereja yang

berusaha mendukung doktrin-doktrin yang mereka ciptakan sendiri, dengan menuliskan Alkitab yang sudah diganti-ganti isinya. Ada juga kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja oleh karena faktor human error , mengingat pekerjaan menyalin Alkitab dilakukan dengan tulisan tangan, ayat demi ayat, yang sangat memakan waktu dan tenaga.

Oleh karena itu pada Konsili di Florence pada abad ke lima belas, Gereja Katolik menguatkan keputusan yang dibuat pada konsili-konsili sebelumnya mengenai kitab-kitab yang ada dalam Alkitab-kitab.

Setelah meletusnya Reformasi Protestan, pada Konsili Trente oleh Gereja Katolik pada tahun 1546 dikeluarkanlah dekrit yang mensahkan Vulgate, versi Latin dari Alkitab sebagai satu-satunya versi yang diakui dan sah yang diperbolehkan kepada umat Katolik. Alkitab ini direvisi oleh Paus Sixtus V pada tahun 1590 dan juga oleh Paus Clement VIII pada tahun 1593. Dari Vulgate inilah dihasilkan terjemahan dalam bahasa Inggris yang terkenal yaitu Douai-Rheims Bible .

Selanjutnya pada konsili Vatikan I, kembali Gereja Katolik menegaskan keputusan konsili-konsili sebelumnya tentang Alkitab.

Oleh karena itu di akhir tulisan ini, kita dapat membuat kesimpulan-kesimpulan penting:

Berdasarkan sejarah, Alkitab adalah sebuah kitab Katolik. Perjanjian Baru ditulis, disalin dan dikoleksi oleh umat Kristen Katolik. Kanon resmi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab - Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - ditentukan secara penuh kuasa oleh Gereja Katolik pada abad ke empat. Oleh karena itu, dari Gereja Katolik-lah kaum Protestan bisa memiliki Alkitab.

Menuruti akal sehat dan logika, Gereja Katolik yang memiliki kekuasaan untuk

menentukan Firman Allah yang infallible - bebas dari kesalahan -, pasti juga memiliki otoritas yang infallible - bebas dari kesalahan - dan juga bimbingan dari Roh Kudus. Seperti telah anda lihat, terlepas dari deklarasi oleh Gereja Katolik, kita sama sekali tidak memiliki jaminan bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah yang asli. Jika anda percaya kepada isi Alkitab maka anda juga harus percaya kepada otoritas Gereja Katolik yang menjamin keaslian Alkitab. Sangat kontradiktif bagi kaum Protestan untuk menerima Alkitab tetapi menolak otoritas Gereja Katolik. Logikanya, kaum

(9)

BAGIAN I PENGAKUAN IMAN

SEKSI I

"AKU PERCAYA" - "KAMI PERCAYA" BAB III

JAWABAN MANUSIA KEPADA ALLAH

(10)

sahabat-sahabat-Nya (lih. Kel 33:11; Yoh 15:14-15), dan bergaul dengan mereka (lih. Bar 3:38), untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan

diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya" (DV 2). Jawaban yang pantas untuk undangan itu ialah iman.

143 Melalui iman, manusia menaklukkan seluruh pikiran dan kehendaknya kepada Allah. Dengan segenap pribadinya manusia menyetujui Allah

yang mewahyukan Diri. Kitab Suci menamakan jawaban manusia atas undangan Tuhan yang mewahyukan Diri itu "ketaatan iman".

ARTIKEL 4 AKU PERCAYA I. Ketaatan Iman

144 Taat [ob-audire] dalam iman berarti menaklukkan diri dengan sukarela kepada Sabda yang didengar, karena kebenarannya sudah dijamin oleh

Allah, yang adalah kebenaran itu sendiri. Sebagai contoh ketaatan ini Kitab Suci menempatkan Abraham di depan kita. Perawan M aria

melaksanakannya atas cara yang paling sempurna.

Abraham - "Bapa Semua Orang Beriman"

145 Dalam pidato pujian mengenai iman para leluhur, surat lbrani menonjolkan terutama iman Abraham: "Karena iman, Abraham taat ke tika ia

dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia

tujui" (1br 11:8). Karena beriman, maka Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya. Karena beriman, maka

Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham mempersembahkan puteranya yang tunggal sebagai kurban.

146 Dengan demikian Abraham meragakan definisi iman yang diajukan oleh surat Ibrani: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan

dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" (Ibr 11:1). "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu

kepadanya sebagai kebenaran" (Rm 4:3) . Karena ia "percaya tanpa ragu-ragu" (Rm 4:20), maka Abraham "menjadi bapa secara rohani bagi semua

orang yang percaya kepada Allah" (Rm 4:11).

(11)

patut dicontoh, iman yang membuat mereka tetap dikenang (lbr 11:2)3. Tetapi Allah telah "menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita" (Ibr

11:40): rahmat supaya beriman kepada Putera-Nya Yesus, "yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada

kesempurnaan" (Ibr 12:2).

Maria - "Berbahagialah Dia, yang Percaya"

148 Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah "tidak ada yang mustahil" (Luk

1:37), maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: "Lihatlah,

aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu" (Luk 1:38). Elisabet memberi salam kepadanya: "Berbahagialah ia yang telah percaya,

sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana" (Luk 1:45). Demi iman ini segala bangsa akan menyatakannya bahagia.

149 Selama seluruh kehidupannya, juga dalam percobaannya yang terakhir, ketika Yesus, Puteranya, wafat di kayu salib, imannya tid ak goyah.

Maria tidak melepaskan imannya bahwa Sabda Allah "akan terpenuhi". Karena itu Gereja menghormati Maria sebagai tokoh iman yang paling murni.

II. "Aku Tahu, kepada Siapa Aku Percaya"

Percaya hanya akan Allah

150 Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas te rhadap segala kebenaran

yang diwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda

dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia

katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk.

Percaya akan Yesus Kristus, Putera Allah

151 Untuk seorang Kristen, iman akan Allah berhubungan erat dengan iman akan Dia, yang diutus-Nya, "Putera-Nya terkasih", yang berkenan

(12)

percayalah kepada-Ku juga" (Yoh 14:1). Kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena Ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia: "Tidak

seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yoh 1:18). Karena

Ia sudah "melihat Bapa" (Yoh 6:46), Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan-Nya.

Percaya akan Roh Kudus

152 Orang tidak dapat percaya akan Yesus Kristus, tanpa berpartisipasi pada Roh-Nya: Roh Kudus menyatakan kepada manusia, siapa Yesus. "Tidak

seorang pun dapat mengaku: `Yesus adalah Tuhan selain oleh Roh Kudus" (1 Kor 12:3). "Roh Allah itu menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal

yang tersembunyi dalam diri Allah ... Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor

2:10-11). Hanya Allah yang mengenal Allah secara menyeluruh. Kita percaya akan Roh Kudus karena Ia Allah.

Gereja mengakui tanpa henti-hentinya imannya akan satu Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus.

III. Ciri-ciri Iman

Iman Adalah Rahmat

153 Ketika Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Putera Allah yang hidup, berkatalah Yesus kepadanya: "Bukan manusia yang me nyatakan

itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang ada di surga" (Mat 16:17). Iman adalah satu anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati yang dicurahkan

oleh-Nya. "Supaya orang dapat percaya seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus,

yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan pada semua orang rasa manis dalam menyetujui

dan mempercayai kebenaran" (DV 5).

Iman Adalah Suatu Kegiatan Manusiawi

154 Hanya dengan bantuan rahmat dan pertolongan batin Roh Kudus, manusia mampu percaya. Walaupun demikian, iman adal ah satu kegiatan

manusiawi yang sebenar-benarnya. Percaya kepada Allah dan menerima kebenaran-kebenaran yang diwahyukan oleh-Nya, tidak bertentangan baik

(13)

apa yang orang lain katakan kepada kita mengenai diri mereka sendiri dan mengenai maksudnya, dan memberi kepercayaan kepada p enjanjiannya

(umpamanya kalau seorang pria dan wanita kawin) dan dengan demikian masuk ke dalam persekutuan dengan mereka. Maka dari itu, sama sekali

tidak berlawanan dengan martabat kita, "dalam iman memberikan kepada Allah yang mewahyukan, ketaatan pikiran dan kehendak secara utuh"

(Konsili Vatikan 1: DS 3008) dan dengan demikian masuk ke dalam persekutuan yang mesra dengan-Nya.

155 Dalam iman, akal budi dan kehendak manusia bekerja sama dengan rahmat ilahi: "Iman adalah satu kegiatan akal budi yang meneri ma kebenaran

ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat" (Tomas Aqu., s.th. 2-2, 2,9).

Iman dan Akal Budi

156 Alasan untuk percaya tidak terdapat dalam kenyataan bahwa kebenaran yang diwahyukan itu kelihatan benar dan jelas dalam cahaya budi kodrati

kita. Kita percaya "karena otoritas Allah yang mewahyukan, yang tidak dapat keliru dan tidak dapat menyesatkan" (Konsili Vatikan 1: DS 3008).

Namun, "supaya ketaatan iman kita sesuai dengan akal budi, maka Allah menghendaki agar bantuan batin Roh Kudus dihubungkan dengan tanda

bukti lahiriah bagi wahyu-Nya" (DS 3009). Maka mujizat Kristus dan para kudus, ramalan, penyebaran dan kekudusan Gereja, kesuburannya dan

kelanjutannya, "dengan sesungguhnya adalah tanda-tanda wahyu ilahi yang jelas dan sesuai dengan daya tangkap semua orang" (DS 812, 3009),

alasan-alasan bagi kredibilitas, yang menunjukkan bahwa "penerimaan iman sekali-kali bukanlah suatu gerakan hati yang buta" (DS 3010).

157 Iman itu pasti, lebih pasti dari setiap pengertian manusiawi, karena ia berdasarkan Sabda Allah yang tidak dapat menipu. Memang

kebenaran-kebenaran yang diwahyukan dapat kelihatan gelap bagi budi dan pengalaman manusiawi, tetapi "kepastian melalui cahaya ilahi it u lebih besar

daripada kepastian melalui cahaya akal budi alamiah" (Tomas Aqu., s.th.2-2,171,5 obj.3). "Ribuan kesukaran dan kesulitan tidak sama dengan

kebimbangan" (J.H. Newman, apol.).

(14)

siapa ia telah memberikan kepercayaannya, dan untuk mengerti lebih baik apa yang telah dinyatakannya. Pengertian yang lebih dalam pada

gilirannya akan membangkitkan iman yang lebih kuat, iman yang semakin dijiwai oleh cinta. Rahmat iman membuka "mata hati" (Ef 1:18) menuju

suatu pengertian yang hidup mengenai isi wahyu, artinya, mengenai keseluruhan rencana Allah dan misteri iman, demikian juga hubungannya antara

yang satu dengan yang lain dan dengan Kristus, pusat misteri yang diwahyukan. "Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wah yu, Roh Kudus

itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui karunia-karunia-Nya" (DV 5). Maka, benar apa yang dikatakan santo Agustinus: "Aku percaya

supaya mengerti, dan aku mengerti supaya percaya lebih baik" (serm. 43,7,9).

159 Iman dan ilmu pengetahuan. "Meskipun iman itu melebihi akal budi,namun tidak pernah bisa ada satu pertentangan yang sesungguhnya antara

iman dan akal budi: karena Allah yang sama, yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan iman, telah menempatkan di dalam roh manusia

cahaya akal budi; tetapi Allah tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri, dan tidak pernah yang benar bisa bertentangan dengan yang benar" (Konsili

Vatikan 1: DS 3017). "Maka dari itu, penyelidikan metodis di semua bidang ilmu, bila dijalankan dengan sungguh ilmiah dan menurut kaidah-kaidah

kesusilaan, tidak akan pernah sungguh bertentangan dengan iman karena hal-hal profan dan pokok-pokok iman berasal dari Allah yang sama. Bahkan

barang siapa dengan rendah hati dan dengan tabah berusaha menyelidiki rahasia-rahasia alam, kendati tanpa disadari pun ia bagaikan dituntun oleh

tangan Allah yang melestarikan segala sesuatu dan menjadikannya sebagaimana adanya" (GS 36,2).

Kebebasan Iman

160 Supaya iman itu manusiawi, "manusia wajib secara sukarela menjawab Allah dengan beriman; maka dari itu, tak seorang pun boleh dipaksa

melawan kemauannya sendiri untuk memeluk iman. Sebab pada hakikatnya kita menyatakan iman kita 2106 dengan kehendak yang beba s" (DH 10).

"Allah memanggil manusia untuk mengabdi diri-Nya dalam roh dan kebenaran. Maka ia juga terikat dalam suara hati, tetapi tidak dipaksa ... Adapun

(15)

memaksa. "Sebab Ia memberi kesaksian akan kebenaran, tetapi tidak mau memaksakannya kepada mereka yang membantahnya. Kerajaan-Nya tidak

dibela dengan menghantam dengan kekerasan, tetapi dikukuhkan dengan memberi kesaksian akan kebenaran serta mendengarkannya. Kerajaan itu

berkembang karena cinta kasih, cara Kristus yang ditinggikan di salib menarik manusia kepada diri-Nya" (DH ll).

Perlunya Iman

161 Percaya akan Yesus Kristus dan akan Dia yang mengutus-Nya demi keselamatan kita adalah perlu supaya memperoleh keselamatan. "Karena

tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6) dan sampai kepada persekutuan anak-anak-Nya, maka tidak pernah seorang pun

dibenarkan tanpa Dia, dan seorang pun tidak akan menerima kehidupan kekal, kalau ia tidak `bertabahan sampai akhir (Mat 10:22 ; 24:13) dalam

iman" (Konsili Vatikan 1, DS 3012)3.

Ketabahan dalam Iman

162 Iman adalah satu anugerah rahmat yang Allah berikan kepada manusia. Kita dapat kehilangan anugerah yang tak ternilai itu. Santo Paulus

memperingatkan Timotius mengenai hal itu: "Hendaklah engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni.

Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka" (1 Tim 1:18-19). Supaya dapat hidup dalam

iman, dapat tumbuh dan dapat bertahan sampai akhir, kita harus memupuknya dengan Sabda Allah dan minta kepada Tuhan supaya, menumbuhkan

iman itu. Ia harus "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6), ditopang oleh pengharapan dan berakar dalam iman Gereja.

Iman - Awal Kehidupan Abadi

163 Iman membuat kita menikmati sebelumnya kegembiraan dan cahaya pandangan Allah yang menyelamatkan, yang adalah tujuan dari perjalanan

duniawi kita. Lalu kita akan melihat Allah "dari muka ke muka" (1 Kor 13:12) "dalam keadaannya yang sebenarnya" (1 Yoh 3:2). Dengan demikian

iman adalah awal kehidupan abadi.

"Kita mengharapkan kenikmatan dari hal-hal yang dijanjikan kepada kita karena rahmat. Kalau kita memandangnya dalam iman sebagai dalam

(16)

164 Tetapi sekarang kita hidup "berdasarkan iman kepada Kristus, bukan berdasarkan spa yang kelihatan" (2 Kor 5:7), dan kita melihat Allah sebagai

bayangan yang kabur bagaikan dalam cermin. Iman diterangi oleh Allah kepada-Nya iman itu ditujukan; namun ia sering dihayati dalam kegelapan.

Iman dapat diuji atas cara yang berat. Dunia, di mana kita hidup, rupanya masih sangat jauh dari apa yang dijamin oleh iman bagi kit a. Pengalaman

mengenai yang jahat dan kesengsaraan, ketidakadilan dan kematian, rupa-rupanya bertentangan dengan kabar gembira. Mereka dapat menggoyahkan

iman dan dapat menjadi percobaan baginya.

165 Lalu kita perlu berpaling kepada saksi-saksi iman: Abraham, yang terus saja "berharap dan percaya meskipun tidak ada dasar untuk berharap

lagi" (Rm 4:18); Perawan Maria yang "maju dalam ziarah iman" (LG 58) malahan masuk "dalam kegelapan iman" (RM 18), dengan mengambil

bagian dalam kesengsaraan dan kegelapan makam Puteranya dan masih banyak lagi saksi-saksi iman: "Karena kita mempunyai banyak saksi,

bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun

dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman,

dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibr 12:1-2).

ARTIKEL 5 : KAMI PERCAYA

166 Iman adalah satu perbuatan pribadi: jawaban bebas manusia atas undangan Allah yang mewahyukan Diri. Tetapi iman bukanlah satu perbuatan

yang terisolir. Tidak ada seorang pun dapat percaya untuk dirinya sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang dapat hidup untuk dirinya

sendiri. Tidak ada seorang yang memberikan iman kepada diri sendiri, sebagaimana juga tidak ada seorang yang memberi kehidupan kepada diri

sendiri. Yang percaya menerima kepercayaan dari orang lain; ia harus melanjutkannya kepada orang lain. Cinta kita kepada Yesus dan kepada

sesama mendorong kita supaya berbicara kepada orang lain mengenai iman kita. Dengan demikian, setiap orang yang percaya adalah anggota dalam

jalinan rantai besar orang-orang beriman. Saya tidak dapat percaya, kalau saya tidak didukung oleh kepercayaan orang lain dan oleh kepercayaan

(17)

167 "Aku percaya" (pengakuan iman apostolik): itulah iman Gereja, sebagaimana setiap orang beriman mengakui secara pribadi, terutama pada

waktu Pembaptisan. "Kami percaya" (pengakuan iman dari Nisea-Konstantinopel Yn.): itulah iman Gereja, sebagaimana para Uskup yang berkumpul

dalam konsili itu mengakui atau lebih umum, sebagaimana umat beriman mengakui dalam liturgi. "Aku percaya": demikianlah juga Gereja, ibu kita

berbicara, yang menjawab Allah melalui imannya dan yang mengajar kita berkata: "aku percaya", "kami percaya".

I. "Tuhan, Perhatikanlah Iman Gereja-Mu"

168 Pertama-tama Gerejalah, yang percaya dan dengan demikian menopang, memupuk dan mendukung iman saya. Pada tempat pertama Gerejalah

yang mengakui Tuhan di mana-mana ("Kepadamu Gereja kudus beriman, tersebar di seluruh dunia", demikian kita menyanyi dalam madah TeDeum), dan bersama dia dan dalam dia, kita juga mengakui: "aku percaya", "kami percaya". Melalui Gereja kita menerima dalam P embaptisan iman

dan kehidupan baru dalam Kristus. Dalam ritus Romawi, pemberi Pembaptisan bertanya kepada yang menerima Pembaptisan: "Apa yang kau minta

dari Gereja Allah?" Jawabannya: "Iman" - "Iman memberi apa kepadamu?" - "Kehidupan kekal" (RR. OBA).

169 Keselamatan datang hanya dari Allah, tetapi karena kita menerima kehidupan iman melalui Gereja, maka ia adalah ibunda kita: "Kita mengimani

Gereja sebagai ibu kelahiran kembali kita, dan bukan kita percaya akan Gereja, seakan-akan dialah pangkal keselamatan kita" (Faustus d. Riez, Spir.

1,2). Sebagai ibunda kita, ia juga adalah pendidik kita dalam iman.

II. Bahasa Iman

170 Kita tidak percaya kepada rumus-rumus, tetapi kepada kenyataan yang diungkapkannya dan yang dapat kita "raba" oleh karena iman. "Perbuatan

orang beriman mempunyai tujuan bukan pada pengungkapan, melainkan pada kenyataan [yang diungkapkan] (Tomas Aqu., s.th. 2-2,1,2 ad 2). Tetapi

kita mendekati kenyataan-kenyataan ini dengan bantuan rumus-rumus iman. Formula ini memungkinkan untuk menyatakan dan merumuskan iman,

untuk merayakan bersama, untuk menjadikannya milik kita dan untuk semakin hidup darinya.

(18)

selama-lamanya kepada umatnya" (Yud 3). Ia menyimpan kata-kata Kristus dalam ingatannya; ia meneruskan pengakuan iman para Rasul dari generasi ke

generasi. Sebagai seorang ibu yang mengajarkan anak-anaknya berbicara dan dengan demikian juga mengerti dan hidup bersama, Gereja, ibu kita,

mengajarkan bahasa iman kepada kita supaya menghantar kita masuk ke dalam pengertian dan kehidupan iman.

III. Hanya Satu Iman

172 Sejak berabad-abad Gereja mengakui di dalam sekian banyak bahasa, kebudayaan, bangsa, dan negara imannya yang satu-satunya, yang

diterimanya dari Tuhan yang satu, yang diteruskannya oleh Pembaptisan yang satu, yang berakar dalam keyakinan bahwa semua manusia hanya

mempunyai satu Allah dan Bapa. Santo Ireneus dari Lyon, seorang saksi iman itu, menerangkan:

173 "Gereja hadir di seluruh dunia sampai ke batas-batas bumi terjauh. Ia telah menerima iman dari para Rasul dan murid-murid mereka ... dan

menyimpan [pesan ini dan iman ini] sebagaimana yang diterimanya, seakan-akan ia tinggal dalam satu rumah saja; ia percaya demikian kepadanya,

seakan-akan ia hanya mempunyai satu jiwa dan satu hati, dan memaklumkan dan meneruskan pengajarannya dengan suara bulat, seakan-akan ia

hanya mempunyai satu mulut" (haer. 1,10,1-2).

174 "Meskipun di atas bumi ini terdapat aneka ragam bahasa, namun wibawa tradisi hanyalah satu dan sama. Gereja-gereja yang didirikan di

Germania percaya dan meneruskan iman yang sama seperti Gereja-gereja di Spanyol atau pada orang Kelt, sama seperti mereka di kawasan timur

atau di Mesir, di Libya atau di tengah bumi ... " (ibid.) "Pesan Gereja itu benar dan dapat dipercaya karena padanya tampil di seluruh jagat jalan yang

satu dan sama menuju keselamatan" (haer. 5,20,1).

175 "Kita memelihara dengan penuh perhatian, iman yang telah kita terima dari Gereja. Sebagai harta yang berharga, yang disimpan dalam satu

bejana yang sangat baik, iman itu selalu diremajakan oleh karya Roh Kudus dan dengan demikian diremajakan pula bejana yang

menyimpannya"(haer.3,24,1).

TEKS-TEKS SINGKAT

(19)

kehendak terhadap wahyu Diri Allah melalui perbuatan dan perkataan-Nya.

177 Dengan demikian `percaya" mempunyai hubungan ganda: hubungan dengan pribadi dan hubungan dengan kebenaran; kegiatan iman

berhubungan dengan kebenaran melalui kepercayaan kepada pribadi yang memberi kesaksian tentang kebenaran itu.

178 Kita tidak boleh percaya akan orang lain selain akan Allah, Bapa, Putera, dan Roh Kudus.

179 Iman adalah anugerah adikodrati dari Allah. Supaya dapat percaya, manusia membutuhkan pertolongan batin dari Roh Kudus.

180 "Beriman " adalah kegiatan manusia yang sadar dan bebas, yang sesuai dengan martabat pribadi manusiawi.

181 "Beriman " adalah satu kegiatan gerejani. Iman Gereja mendahului iman kita, memberi kesaksian, menopangnya dan memupuknya. Ge reja

adalah ibu semua orang beriman. "Tidak seorang pun dapat mempunyai Allah sebagai Bapa, kalau is tidak mempunyai Gereja sebagai ibu "

(Siprianus, unit.eccl.).

182 "Kita mengimani segala sesuatu, yang terdapat dalam Sabda Allah yang tertulis atau yang diwariskan dan yang disampaikan oleh Gereja supaya

diimani sebagai kebenaran yang diwahyukan Allah " (SPF 20).

183 Iman itu perlu untuk keselamatan. Tuhan sendiri berkata: " Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa ya ng tidak percaya

akan dihukum " (Mrk 16:16).

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Dari kejanggalan tersebut dapat diindikasikan alasan pada bulan Juni dan Oktober jumlah kasus tidak dipengaruhi oleh jumlah nyamuk atau kepadatan nyamuk, namun lebih kepada

menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan ide dan pikiranya

Pertama, baik pemerintah maupun perusahaan perkebunan kelapa sawit tidak mengakui bahwa tanah yang akan dialihfungsikan sebagai perkebunan kelapa sawit adalah hak ulayat

Dari hasil pengolahan data yang diperoleh dalam penelitian berdasarkan pada rata-rata jawaban benar mahasiswa dalam menjawab pertanyaan dalam angket tes menunjukkan

Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur

Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman

Berdasarkan kualitas pemesinan kayu surian dan kepayang, maka kedua jenis kayu ini cocok digunakan sebagai bahan baku beragam produk yang mempersyaratkan kualitas

Variabel citra merek memiliki nilai t = 2,463 dengan tingkat signifikansi 0,016 yang berarti lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel citra