• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK PANGKAT DI KELAS X SMA KATOLIK ST. ANDREAS PALU | Rantelino | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8634 28324 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK PANGKAT DI KELAS X SMA KATOLIK ST. ANDREAS PALU | Rantelino | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8634 28324 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI BENTUK PANGKAT DI KELAS X

SMA KATOLIK ST. ANDREAS PALU

Yuliyanti Rantelino

E-mail: yuliantirantelino@gmail.com

Marinus B. Tandiayuk

E-mail: marinustandiayuk@yahoo.com Linawati

E-mail: linaluckyanto@yahoo.co.id

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode penemuan

terbimbing yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) perumusan masalah, 2) pemrosesan data dan penyusunan konjektur, 3) pemeriksaan dan verbalisasi konjektur, dan 4) umpan balik.

Kata Kunci: Metode Penemuan Terbimbing; Hasil Belajar; Bentuk Pangkat.

Abstract: The a im of the resea rch is to describe the applica tion of guided discovery method in order to improve student learning outcomes in the exponentia l of ma teria l in cla ss X SMA Cha tolik St. Andrea s P a lu. Kind of this resea rch is cla ssroom a ction resea rch. The design of this resea rch refer s to resea rch design Kemmis and Mc. Tagga rt 1) planning, 2) implementa tion of the a cting, 3) observa ting and 4) reflecting. The subject were students of cla ss X SMA Cha tolik St. Andrea s Pa lu tota ling twenty three students. This resea rch wa s conducted in two cycles. Da ta of this resea rch wa s collected through observa tion sheet, interview, note fields and test. The results showed tha t the a pplica tion of the guided discovery method can upgra de student lea rning outcomes in the exponentia l of ma teria l in cla ss X of SMA Cha tolic St. Andrea s P alu through the following steps: 1) formula tion of the problem, 2) processing of the da ta a nd prepa ra tion of conjecture, 3) exa mina tion a nd verba liza tion of conjecture, and 4) feedba ck.

Keywords : Guided Discovery Method; Learning Outcomes; Exponential Form.

Matematika merupakan matapelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Karena matematika sangat dibutuhkan dalam pengembangan ilmu matematika itu sendiri, ilmu-ilmu lain dan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi pembelajaran matematika semester ganjil di tingkat SMA/MA meliputi: 1) bentuk pangkat, akar, dan logaritma, 2) persamaan dan pertidaksamaan linear dalam tanda mutlak, 3) sistem persamaan dan pertidaksamaan linear, 4) matriks, 5) relasi dan fungsi, dan 6) barisan dan deret. Materi bentuk pangkat merupakan materi prasyarat yang harus dipahami sebelum mempelajari materi-materi selanjutnya. Namun siswa masih mengalami kesulitan pada materi bentuk pangkat.

(2)

bahwa kesulitan siswa SMA Negeri 4 Palu pada materi bilangan berpangkat adalah tidak memahami konsep bilangan berpangkat, siswa lupa dengan sifat-sifat bilangan berpangkat, kurangnya pengetahuan prasyarat siswa seperti operasi hitung pada bilangan bulat, serta siswa mengalami kesulitan dalam mengubah bilangan berpangkat bulat negatif ke pangkat bulat positif dan sebaliknya. Hal demikian terjadi pula di SMA Katolik St. Andreas Palu. Berdasarkan hasil dialog peneliti dengan guru matematika di SMA Katolik St. Andreas Palu, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi bentuk pangkat. siswa lupa menempatkan posisi yang sesuai dengan sifat-sifat bentuk pangkat. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru matematika, peneliti memberikan tes identifikasi masalah kepada siswa kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu. Dua di antara soal yang diberikan yaitu : 1) Ubahlah bentuk bilangan berpangkat berikut ini ke

dalam bentuk perkalian berulang. 2) Ubahlah 6 ke dalam bentuk yang paling sederhana. Jawaban siswa terhadap soal tersebut sebagaimana pada Gambar berikut:

Gambar 1, terlihat bahwa siswa melakukan kesalahan dalam mengubah bilangan

berpangkat ke dalam bentuk perkalian berulang yaitu (JS01),

seharusnya siswa menjawab . Gambar 2, menunjukkan

bahwa siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat. Pangkat

yang seharusnya dikalikan tetapi siswa menjumlahkannya yaitu 6 = =

(JS02). Seharunya siswa menjawab 6 = = .

Berdasarkan hasil dialog dan tes identifikasi, peneliti menyimpulkan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan siswa diakibatkan siswa tidak memahami konsep tentang bentuk pangkat dan sifat-sifat bentuk pangkat sehingga hasil belajar siswa di sekolah rendah.

Mencermati hal tersebut, maka upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan suatu metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang materi bentuk pangkat sehingga dapat membekas dalam pemikiran mereka dan mampu mengerjakan soal menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat dengan tepat. Metode yang cocok menurut peneliti yaitu metode penemuan terbimbing. Menurut Ruseffendi (2006) metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Pembelajaran dengan metode penemuan merupakan pembelajaran yang membuat siswa berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru. Ada beberapa keuntungan penemuan terbimbing menurut Siadari (2001) yaitu: 1) pengetahuan yang diajarkan dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru, 2) meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar, memecahkan masalah dan tidak hanya menerima saja.

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada penelitian ini yaitu peneliti menggunakan pembelajaran berkelompok. Belajar secara berkelompok

JS01 JS02

(3)

diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bekerja sama dengan anggota kelompoknya, lebih terbuka untuk saling bertanya dan bertukar pendapat.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1) Penelitian yang dilakukan oleh Karim (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah, 2) Hasil penelitian Yani (2006) menyatakan bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 1 SMA Negeri 6 Pontianak pada pokok bahasan pangkat rasional.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu yang berjumlah 23 siswa. Selanjutnya dari subjek penelitian tersebut, dipilih tiga orang informan yang diambil berdasarkan tes awal dan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yaitu siswa MJW berkemampuan tinggi, siswa SIT berkemampuan sedang, dan siswa JC berkemampuan rendah.

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa aktivitas guru dan siswa yang diambil melalui lembar observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Sedangkan data kuantitatif berupa tes awal untuk mengetahui kemampuan prasyarat siswa dan tes akhir untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk pangkat. Analisis data mengacu pada model Miles & Huberman (1992) yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini yaitu jika aktivitas guru dan aktivitas siswa dengan menerapkan metode penemuan terbimbing berkategori baik dan sangat baik. Indikator hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika pada siklus I siswa mampu menyelesaikan soal bentuk pangkat bulat positif, sedangkan pada siklus II siswa mampu menyelesaikan soal bentuk pangkat bulat negatif.

HASIL PENELITIAN

(4)

dengan tanda yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti bersama siswa membahas hasil tes yang telah diberikan.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode penemuan terbimbing dan pertemuan kedua yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1) kegiatan awal, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup.

Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan awal yaitu: 1) menyiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 2) menyampaikan topik materi dan tujuan pembelajaran, 3) memberikan motivasi, 4) Memberikan materi prasyarat, dan 5) mengajak siswa bergabung ke dalam kelompoknya. Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan inti yaitu: 1) perumusan masalah, 2) pemprosesan data dan penyusunan konjektur, 3) pemeriksaan konjektur dan verbalisasi konjektur, dan 5) umpan balik. Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan penutup yaitu guru memberikan pekerjaan rumah dan menutup pembelajaran dengan berpesan kepada siswa untuk tetap belajar.

Kegiatan awal dimulai dengan peneliti membuka pembelajaran, menyapa siswa dan mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa atau sebanyak 23 orang siswa hadir pada pertemuan pertama siklus I dan siklus II. Peneliti menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis dan buku yang digunakan dalam pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa pada awal pembelajaran.

Peneliti kemudian menyampaikan topik materi dan tujuan pembelajaran. Materi yang dipelajari pada siklus I adalah bentuk pangkat bilangan bulat positif dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menemukan sifat-sifat bentuk pangkat bilangan bulat positif dan siswa dapat menyelesaikan (mengoperasikan dan menyederhanakan) soal mengenai bentuk pangkat bilangan bulat positif dengan menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat bilangan bulat positif secara tepat. Siklus II materi yang dipelajari adalah bentuk pangkat bilangan bulat negatif dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menemukan sifat-sifat bentuk pangkat bilangan bulat negatif serta dapat menyelesaikan (mengoperasikan dan menyederhanakan) soal mengenai bentuk pangkat bilangan bulat negatif dengan menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat bilangan bulat negatif secara tepat. Hasil dari peneliti menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yaitu siswa menjadi lebih terarah dalam belajar.

Peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi bentuk pangkat. Adapun manfaatnya yaitu dengan mempelajari materi bentuk pangkat memudahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya yang berhubungan dengan bentuk pangkat misalnya materi bentuk akar dan logaritma. Setelah pemberian motivasi siswa menjadi bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, Peneliti memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan materi prasyarat yang berkaitan dengan materi bentuk pangkat. Materi prasyarat pada siklus I adalah operasi hitung pada bilangan bulat dan materi prasyarat pada siklus II adalah sifat-sifat bilangan berpangkat bulat positif serta perkalian berulang. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya, sehingga siswa lebih siap untuk belajar. Selanjutnya, peneliti mengajak siswa bergabung ke dalam kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

Kegiatan inti dimulai dengan langkah perumusan masalah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada langkah ini yaitu peneliti memberikan LKS kepada setiap kelompok yang didalamnya terdapat langkah-langkah untuk menemukan sifat-sifat bentuk pangkat

(5)

pemangkatan; sifat perkalian dan pemangkatan; sifat

pembagian dan pemangkatan; .

Kegiatan pembelajaran pada langkah pemprosesan data dan penyusunan konjektur yaitu peneliti meminta siswa untuk mengikuti prosedur kerja dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. Peneliti menjelaskan agar setiap siswa dalam kelompok mau bekerja sama dan saling bertukar pikiran dalam mengerjakan LKS. Peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok 2 dan kelompok 4 yang mengalami kesulitan dalam menyusun konjektur. Berikut satu di antara konjektur yang telah disusun oleh kelompok 2 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Konjektur yang disusun oleh kelompok 2 soal nomor 4 pada LKS siklus I

Berdasarkan Gambar 4, konjektur yang disusun oleh kelompok 2 adalah

(K2LKSS101), (K2LKSS1

02), (K2LKSS103), dari contoh di atas dapat diperoleh (K2LKSS1 04).

Pelaksanaan pembelajaran pada langkah pemeriksaan dan verbalisasi konjektur yaitu peneliti kembali mengamati dan memeriksa konjektur yang telah disusun oleh siswa. Kelompok yang pertama kali selesai menyusun semua konjektur yaitu kelompok I, disusul kelompok III, lalu kelompok V, pemeriksaan konjektur pada kelompok II dan IV dilakukan setelah konjektur dari kelompok I, III, dan V selesai diperiksa. Hasil pemeriksaan konjektur diperoleh informasi bahwa semua siswa dalam setiap kelompok pada umumnya masih mengalami kekeliruan dalam menyusun konjektur seperti konjektur yang disusun oleh

kelompok 2. Kelompok 2 menyimpulkan bahwa K2LKSS104).

Seharusnya (K2LKSS105). Namun, setelah peneliti memberikan

bimbingan, siswa kembali menyusun konjektur mereka hingga benar. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Jawaban kelompok 2 setelah di verbalisasi

Setelah itu, peneliti memantau hasil kerja kelompok dengan mengarahkan masing-masing kelompok untuk saling menukarkan LKS kelompoknya dengan kelompok lain.

K2LKSS1 01

K2LKSS1 02

K2LKSS1 03

K2LKSS1 04

K2LKSS1 01

K2LKSS1 02

K2LKSS1 03

(6)

Kemudian peneliti mengarahkan agar masing-masing kelompok memeriksa dan menanggapi jawaban LKS kelompok yang mereka pegang. Hasil pada langkah ini, sebagian besar siswa sudah mampu mengerjakan perintah yang terdapat di dalam LKS tersebut dengan baik hanya saja mereka belum mampu membuat kesimpulan dengan benar.

Selanjutnya, peneliti membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang kesimpulan materi yang telah dipelajari, kesimpulan yang diperoleh yaitu pengertian pangkat bulat positif yaitu perkalian berulang dengan faktor-faktor yang sama dan sifat-sifat

bentuk pangkat yaitu sifat perkalian; sifat pembagian;

sifat pemangkatan; sifat perkalian dan pemangkatan;

sifat-sifat pembagian dan pemangkatan; dengan .

Aktivitas yang dilakukan peneliti pada langkah umpan balik yaitu peneliti memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individu, peneliti memberikan 3 nomor soal latihan tambahan. Peneliti mengawasi dan memeriksa jawaban siswa. Dari hasil pengamatan peneliti pada siklus I yaitu sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal latihan secara individu, dan terdapat 8 orang siswa mengerjakan soal latihan dengan bertanya dan terlihat kebingungan dalam mengerjakan soal. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut lebih banyak bermain dan kurang membantu teman kelompoknya mengerjakan LKS. Hasil pengamatan peneliti pada siklus II yaitu sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal latihan secara individu, dan terdapat 5 orang siswa mengerjakan soal latihan dengan bertanya. Selanjutnya, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.

Kegiatan penutup pada siklus I yaitu peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes tentang materi bentuk pangkat bilangan bulat positif, sedangkan pada siklus II dilaksanakan tes tentang materi bentuk pangkat bilangan bulat negatif. Akhirnya, peneliti menutup pembelajaran dengan memberikan PR kepada siswa dan meminta ketua kelas memimpin temannya untuk berdoa sebelum keluar ruangan. Setelah berdoa, peneliti mengucapkan salam.

Pertemuan kedua pada setiap siklus yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Tes akhir tindakan pada siklus I terdiri atas tiga nomor soal. satu diantara soal yang diberikan yaitu:

sederhanakan bentuk berikut menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat. Berdasarkan hasil tes akhir siklus I,dari 23 siswa yang mengikuti tes, 13 siswa memperoleh nilai tuntas, 10 siswa tidak tuntas. Jika dilihat dari pekerjaan siswa, umumnya siswa yang tidak tuntas mengalami kesulitan dalam menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat bulat positif. Berikut jawaban siswa sebagaimana Gambar 6.

Gambar 6. Jawaban SIT pada tes akhir siklus I soal nomor 3

Terlihat pada jawaban siswa SIT sebagaimana Gambar 6, siswa SIT masih keliru dalam menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat, siswa SIT menjumlahkan pangkat dari variabel

yang berbeda (SITS101) sebagai hasil perkalian bilangan berpangkat . SITS101

SITS102

(7)

Seharusnya sifat perkalian bilangan berpangkat dapat digunakan untuk variabel yang sama.

Jawaban yang sebenarnya .

Selanjutnya peneliti melakukan dialog untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan siswa SIT sebagaimana transkip wawancara sebagai berikut:

SITS121P : Coba kamu perhatikan bentuk soalnya! Variabelnya apa saja? SITS122S : m dan n kak.

SITS123P : Berarti variabelnya berbeda kan?

SITS124S : Iya kak. Saya tidak teliti lihat soalnya kak

SITS125P : Kalau berbeda bisa tidak diselesaikan dengan cara seperti ini? SITS126S : Tidak kak.

SITS127P : Harusnya bagaimana ?

SITS128S :

Berdasarkan hasil dialog tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa SIT sudah memahami sifat-sifat bentuk pangkat (SITS128S), tetapi karena siswa SIT tidak teliti melihat soal (SITS124S) sehingga salah dalam mengerjakan soal tersebut.

Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas tiga nomor soal. satu diantara soal yang

diberikan yaitu: jika =2 dan =3, tentukan nilai dari . Berdasarkan hasil tes akhir siklus II,dari 23 orang siswa yang mengikuti tes, 19 orang siswa memperoleh nilai tuntas, 4 orang siswa tidak tuntas. Jika dilihat dari pekerjaan siswa, umumnya siswa sudah dapat menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat dengan benar, tetapi salah dalam menemtukan operasi hitung bilangan bulat. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Jawaban JC pada tes akhir siklus II soal nomor 3

Terlihat pada jawaban siswa JC sebagaimana Gambar 7, siswa JC mengubah bentuk

pangkat bulat negatif kedalam bentuk pangkat bulat positif dan sebaliknya = (JCS201) jawaban ini benar. Kemudian siswa JC mensubtitusi nilai berdasarkan yang

diketahui (JCS202) jawaban ini juga benar. Tetapi siswa JC salah dalam menentukan

hasil dari penjumlahan pangkat tersebut. Siswa JC menjawab (JCS203).

Jawaban sebenarnya .

Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa JC pada siklus II Untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Sebagaimana ditunjukkan pada transkip wawancara sebagai berikut:

JCS218P : Sekarang coba perhatikan nomor 3? JCS219P : Dari mana JC dapatkan 2 pangkat 11? JCS220S : 11 itu dari −3 ditambah 8 kak.

JCS221P : Yakin? Kalau 8 dikurang 3 berapa? JCS201

(8)

JCS222S : 5 kak. Eh 5 jawabannya yang diatas kak bukan 11.

Berdasarkan hasil dialog tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa secara umum siswa JC sudah paham dengan materi yang diajarkan setelah mendapat penjelasan dari peneliti dan paham dengan kekeliruannya sehingga bisa memberikan jawaban yang benar (JCS222S).

Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru pada saat melaksanakan pembelajaran setiap siklus, yaitu: 1) membuka pembelajaran, 2) menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 3) memberi motivasi kepada siswa, 4) memberi apersepsi kepada siswa, 5) mengelompokkan siswa ke dalam kelompok belajar, 6) memberikan informasi pokok materi dan penjelasan tentang hal-hal yang akan dipelajari, 7) memberikan LKS kepada setiap kelompok dan menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan siswa dengan LKS, 8) memberikan bantuan dan bimbingan seperlunya kepada siswa jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS, 9) mengamati siswa pada saat penyusunan konjektur, 10) memeriksa hasil konjektur siswa dan memberikan alasan terhadap konjektur siswa bila terdapat kekeliruan, 11) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun kembali konjektur yang benar, 12) mengarahkan siswa untuk memeriksa LKS temannya dan menyuruh siswa untuk menanggapi jawaban LKS temannya jika berbeda dengan jawabannya, 13) mengajak siswa mendiskusikan jawaban yang diperoleh, 14) membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi bentuk pangkat, 15) memberikan soal latihan bentuk pangkat, 16). mengecek jawaban siswa, 17) memberi PR, 18) menutup pembelajaran, 19) efektivitas pengelolaan waktu, 20) performance guru, dan 21) pemanfaatan media pembelajaran. Siklus I aspek 1, 15, 16, 17dan 18 memperoleh nilai 5. Aspek 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 14, 19, 20 dan 21 memperoleh nilai 4. Aspek nomor 3 memperoleh nilai 3. Jumlah skor yang diperoleh adalah 88, sehingga aktivitas guru berkategori sangat baik. Kemudian pada siklus II, aspek 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 memperoleh nilai 5. Aspek nomor 3, 4, 9, 10, 11, dan 21 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 99, sehingga aktivitas guru berkategori sangat baik.

(9)

PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan materi prasyarat siswa dan sebagai acuan dalam pembentukan kelompok yang heterogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis (2013) bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk dijadikan alat dalam pembentukan kelompok yang bersifat heterogen.

Peneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa yang hendak mereka capai dengan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa penyampaian tujuan pembelajaran sebelum memulai pembelajaran merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan agar siswa mengetahui dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi bentuk pangkat, agar siswa tertarik dan terdorong serta memberikan perhatian selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (2007) menyatakan bahwa adapun langkah-langkah membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan menarik perhatian siswa. Perhatian siswa muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu, rasa ingin tahu itu perlu mendapat rangsangan berupa manfaat dari apa yang mereka pelajari, sehingga siswa akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran.

Peneliti memberikan apersepsi untuk mengingatkan kembali pemahaman siswa mengenai materi prasayarat yaitu materi operasi hitung bilangan bulat. Siswa terlebih dahulu harus memahami konsep A sebelum mempelajari konsep B. Tanpa memahami konsep A siswa tersebut tidak akan memahami konsep B. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu memahami lebih dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.

Selanjutnya, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen. Pembentukan kelompok sangat membantu kinerja guru, karena dapat memaksimalkan proses berpikir siswa melalui diskusi anggota-anggota kelompok yang bersifat heterogen dan ternyata siswa yang berkemampuan lebih tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan dibawahnya untuk memahami konsep materi bentuk pangkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Karim (2011) bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan mempermudah siswa melakukan aktivitas penemuan, karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya. Interaksi berupa tukar pendapat dan ide atau siswa yang berkemampuan rendah bertanya pada siswa yang pandai dan siswa yang pandai menjelaskannya.

Aktivitas peneliti pada langkah perumusan masalah yaitu peneliti memberikan LKS yang didalamnya terdapat sejumlah prosedur kerja dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis, yang digunakan siswa untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat memandu siswa dalam proses penemuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009) bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah yang didalamnya terdapat sejumlah prosedur kerja dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat membantu siswa dalam proses penemuan.

(10)

dengan pendapat Sari (2014) yang mengemukakan bahwa pada tahap pemrosesan data dan penyusunan konjektur, siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data. Siswa mempunyai jawaban-jawaban dari LKS yang diberikan. Jawaban-jawaban tersebut adalah konjektur yang belum pasti kebenarannya.

Peneliti sebagai fasilitator berusaha mencoba membimbing siswa dalam menyusun konjektur, peneliti diperbolehkan membantu siswa yang mengalami kesulitan tetapi tidak diperbolehkan memberikan jawaban yang sebenarnya secara langsung karena siswa harus mampu menemukan sendiri konsepnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2009) yang menyatakan bahwa dalam metode penemuan terbimbing guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa sendiri yang melakukan penemuan (discovery), sedangkan guru membimbing ke arah yang benar.

Aktivitas peneliti pada langkah pemeriksaan konjektur yaitu peneliti memeriksa konjektur yang telah dibuat oleh siswa. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga menuju ke arah yang hendak dicapai. Peneliti memberikan alasan terhadap konjektur siswa yang melakukan kesalahan dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun konjektur yang benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sari (2014) yang menyatakan bahwa pada tahap pemeriksaan dugaan sementara, guru memeriksa kebenaran konjektur yang telah disusun oleh siswa, hal ini bertujuan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga menuju ke arah yang hendak dicapai dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun konjektur yang benar.

Setelah setiap kelompok memperbaiki konjektur yang mereka buat, peneliti mengarahkan siswa untuk saling menukarkan jawabannya kepada kelompok lain dan mengarahkan siswa untuk memeriksa dan menanggapi jawaban kelompok lain jika berbeda dengan jawaban LKS kelompoknya. Hal ini bertujuan agar siswa terbiasa mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan sehingga hal yang dipelajarinya menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen atas jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat bahwa siswa tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian. Kemampuan siswa membandingkan jawabannya dengan jawaban temannya yang berbeda kelompok sangat berpengaruh untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.

Diakhir pembelajaran peneliti bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa guru bersama-sama dengan siswa membuat simpulan pelajaran pada akhir pembelajaran.

(11)

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas pada tes akhir tindakan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 13 orang siswa dari 23 siswa yang mengikuti tes. Sedangkan pada siklus II, siswa yang tuntas sebanyak 19 orang siswa dari 23 siswa yang mengikuti tes. Tes akhir tindakan siklus I dan siklus II ini merupakan komponen untuk mengecek hasil belajar siswa. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II. Setiap aspek yang dinilai pada lembar observasi aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada siklus II berada pada kategori baik maupun sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam hal ini peneliti dan aktivitas siswa memenuhi indikator keberhasilan tindakan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu. Adapun penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurcholis (2013) menyimpulkan bahwa implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu dengan mengikuti mengikuti langkah-langkah, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) pemrosesan data, 3) penyusunan dugaan sementara/konjektur, 4) pemeriksaan dugaan sementara/konjektur, 5) verbalisasi dugaan sementara/konjektur, dan 6) umpan balik.

Langkah perumusan masalah dimulai dengan peneliti memberikan informasi pokok-pokok materi dan penjelasan tentang materi bentuk pangkat yang dipelajari kepada siswa. Setelah memberikan informasi pokok-pokok materi dan penjelasan tentang materi yang dipelajari peneliti memberikan LKS kelompok kepada siswa. Selanjutnya, langkah pemrosesan data dan penyusunan konjektur. Kegiatan pada langkah ini yaitu siswa mengamati, menalar dan mecoba mengerjakan LKS secara berkelompok dan menyusun konjektur dari LKS yang diberikan. Peneliti mengamati dan mengawasi siswa yang sedang mengerjakan soal pada LKS dan memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan sehingga siswa melangkah ke arah yang hendak dicapai. Pada langkah pemeriksaan konjektur peneliti memeriksa hasil konjektur siswa dan memberikan alasan terhadap konjektur siswa yang melakukan kesalahan. Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun konjektur yang benar. Aktivitas peneliti pada langkah verbalisasi konjektur yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk memeriksa dan mendiskusikan jawaban LKS kelompok lain dan siswa dapat menanggapi dan bertanya kepada kelompok yang diperiksa. Pada langkah umpan balik yaitu peneliti memberikan soal latihan secara individu mengenai materi yang telah dipelajari kepada siswa.

SARAN

(12)

terbimbing merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir sendiri dan melibatkan siswa secara langsung untuk menemukan konsep dan prinsip umum dalam matematika, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah , dan menjadikan pengetahuan yang diperoleh lebih lama membekas dalam ingatan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang K. T (2007). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

Jurnal Pendidikan Penabur. [Online], Vol. 10, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http:// bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No10-Thn7-Juni2008.pdf. [1 Maret 2016].

Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru? Jurnal forum social.[Online].Vol. 6 (1), 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.id/ 2268/2/isi.pdf. [19 Februari 2016].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 MataPelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hamalik, O. (2009). P engajaran Unit Sistem. Jakarta: CV. Manjar Bandung.

Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Kemmis, S. dan McTaggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=ke mmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and% 20mctaggart&f=false. [8 September 2016].

Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Elektronik PGSD Universitas Almuslim [Online]. Vol. 1, No. 1. Tersedia: http://jurnal.bull-math.org/index.php/Simantap/ article/view/37 [19 Juni 2015].

Mayanti, D. (2014). Penerapan Metode Latihan Berstruktur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat di Kelas X MIA 5 SMA Negeri 4 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 02, No. 01, 12 halaman. [Online]. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/ 3231. [19 Juni 2015].

Miles, M.B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif:Buku Sumbe Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Pres.

Nurcholis. (2013). Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 1, No. 1, 11 halaman. [Online], Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/1707/112 4. [19 Juni 2015].

(13)

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi revisi). Bandung: Tarsito.

Sari, P. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Materi Luas Permukaan dan Volume Limas di SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako

[Online]. Vol. 2 (1), 17 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/ index.php/ JEPMT/article. [17 Juni 2015].

Siadari. (2001). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika SLTP Berdasarkan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery). [Online], Tersedia: http:// eprints.ung.ac.id/2519/6/2013-1-86206-151412266-bab2-02082013040148.pdf [09 Februari 2016].

Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Gambar 1. Jawaban siswa soal no. 1
Gambar 4. Konjektur yang disusun oleh kelompok 2 soal nomor 4 pada LKS siklus I
Gambar 6. Jawaban SIT pada tes akhir siklus I soal nomor 3
Gambar 7. Jawaban JC pada tes akhir siklus II soal nomor 3

Referensi

Dokumen terkait

Data produksi tanaman pangan tahun 2015 (ARAM II) dihitung berdasarkan realisasi luas panen dan produktivitas Januari-Agustus, dan ramalan/perkiraan

3. Kepala UPBJJ-UT Surabaya, Prof Dr. Rusijono, M.Pd, yang telah memberikan ijin penelitian dan membuatkan surat ijin untuk mendapatkan rekomendasi penelitian dari

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah penambahan ubi jalar ungu ( Ipomoea batatas L) sampai dengan 20% dalam es krim dapat meningkatkan nilai kadar lemak,

Tahapan model discovery diawali dengan (1) stimulation yaitu guru memberikan rangsangan kepada siswa agar muncul keinginan untuk menyelidiki objek yang akan dipelajari,

polda Sumsel TA.201b maka akan dikenakan sanksisesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden NO 70 Tahun. 2012 perubahan kedua atas peraturan presiden

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yang memerlukan kajian yang diharapkan dapat menjelaskan hambatan dan upaya perbaikan yang mungkin dapat dilakukan untuk menjadi

Keseluruhan pengujian yang dilakukan, baik uji sifat fisik dan disolusi menunjukkan hasil bahwa tablet isosorbid dinitrat 5 mg, baik sediaan generik maupun sediaan

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD pada Bagian Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung