• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mineral Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Beberapa Jenis Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Mineral Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Beberapa Jenis Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Minum

Air minum adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air

minum yang baik adalah air yang memenuhi persyaratan seperti bebas dari

cemaran mikroorganisme maupun bahan kimia yang berbahaya dan tidak

berasa, berwarna, dan berbau (Slamet, 1994; Kepmenkes, 2002).

Penyediaan air bersih selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus

memenuhi standar yang berlaku. Karena air baku belum tentu memenuhi

standar, maka dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum.

Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks

tergantung kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak

diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminan kuman,

maka disinfeksi saja sudah cukup, tetapi apabila air baku semakin jelek

kualitasnya maka pengolahan harus lengkap (Slamet, 1994).

Diperlukan empat persyaratan pokok air minum:

1. Persyaratan biologis, berarti air minum itu tidak boleh mengandung

mikroorganisme.

2. Persyaratan fisik, kondisi fisik air minum terdiri dari kondisi fisik air pada

(2)

3. Persyaratan kimiawi menjadi penting karena banyak sekali kandungan

kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai

dengan proses biokimiawi tubuh.

4. Persyaratan radiologis sering juga dimasukkan sebagai persyaratan fisik,

pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor

nuklir.

Keempat persyaratan air minum diatas yang paling mudah diatasi adalah

masalah pencemaran biologis karena dapat diatasi dengan mendidihkan air

agar mikroorganisme mati (Kepmenkes, 2002).

Kebutuhan air minum yang di butuhkan tubuh setiap hari adalah 3 liter

untuk pria dewasa dan 2,2 liter untuk wanita dewasa. Pada umumnya air

minum yang di konsumsi mengandung bebeberapa mineral yang penting bagi

tubuh yang sering disebut air mineral (Silalahi, 2011).

2.2 Air Minum Dalam Kemasan

Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam

Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa

harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air dalam kemasan

mencakup air mineral dan air demineral. Air mineral adalah air minum dalam

kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa

menambahkan mineral, sedangkan air demineral merupakan air minum dalam

kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, reverse

(3)

Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu kemasan galon (19 liter) dan small/single pack. Kemasan galon

biasanya dilakukan pengisisan ulang baik oleh prodeusen bermerek maupun

depot air minum isi ulang (tanpa merek), dan lebih banyak dikonsumsi oleh

konsumen yang berada di perkantoran, hotel, dan rumah tangga. Sedangkan

konsumen utama AMDK kemasan Small/single pack atau kemasan yang dapat

dibawa secara praktis seperti kemasan 1500 ml/600 ml (botol), 240 ml/220 ml

(gelas) dikonsumsi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan (Arif,

2009).

2.2.1 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek

Air minum isi ulang (AMIU) tanpa merek adalah air minum yang dijual

dalam kemasan galon, dimana konsumen datang ke depot air minum dengan

membawa botol kemasan (galon) bekas dari merek apa saja untuk diisi ulang.

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air

baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Kacaribu,

2008; Permenkes, 2010).

Air minum isi ulang saat ini menjadi salah satu pilihan dalam memenuhi

kehidupan masyrakat, karena selain praktis (tidak perlu memasaknya terlebih

dahulu) air minum ini juga dianggap lebih higienis. Prinsip pengolahan AMIU

pada dasarnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik,

kimia, maupun mikroba. Proses pengolahan air pada depot AMIU terdiri atas

penyaringan (filtrasi) ataupun reverse osmosis dan diikuti dengan proses

(4)

Pertama, air akan melewati filter dari bahan silica untuk menyaring

partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan

bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan saringan berukuran 10

mikron kemudian melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri. Air yang

keluar dari saringan 1 mikron dinyatakan telah bebas dari bau dan bakteri,

ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil dibanding tabung

penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan bakteri yang

memungkinkan masih tersisa dengan menggunakan ultra violet ataupun

ozonisasi. Akhirnya air melalui pengisian dimasukkan kedalam botol dan

ditutup (Malem, 2010).

Air reverse osmosis (RO) merupakan air yang mengandung sedikit

mineral atau tidak sama sekali, yang dihasilkan dengan teknik reverse osmosis

yang menggunakan membran filter reverse osmosis untuk mengurangi kadar

total padatan terlarut dan partikel tersuspensi dalam air. Reverse osmosis

didasarkan pada prinsip osmosis, yaitu kecenderungan alami air untuk bergerak

melalui membran dari larutan yang encer ke larutan yang pekat sampai

mencapai konsentrasi bahan kimia sama pada kedua sisi. Pada sistem reverse

osmosis terdapat membran yang memisahkan dua larutan berbeda yang

mengandung jumlah zat kimia terlarut. Beberapa senyawa dapat melewati

membran ini seperti air, tetapi polutan seperti ion-ion dan logam-logam tidak

bisa melewati membran. Perbedaan tekanan menyebabkan air murni untuk

melewati membran tersebut, tekanan ini disebut tekanan osmotik dimana

(5)

tinggi. Hal ini memungkinkan terjadi proses osmotik, sehingga air murni

dihasilkan dari sisi konsentrasi pekat ke sisi konsentrasi encer (Dvorak, 2008).

2.2.2 Air Minum Isi Ulang Bermerek

Air minum isi ulang bermerek merupakan air minum dalam kemasan

yang dikemas dalam bentuk wadah galon atau 19 liter. Proses produksi air

minum isi ulang bermerek harus melalui proses tahapan baik secara klinis

maupun secara hukum, secara higienis klinis biasanya disahkan menurut

peraturan pemerintah melalui Departemen Badan Balai Pengawasan Obat dan

Makanan (Badan POM RI). Sedangkan tahapan secara hukum biasanya melalui

proses pengukuhan merek dagang, hak paten, sertifikasi, dan asosiasi yang

mana keseluruhannya mengacu pada peraturan pemerintah melalui

DEPERINDAG, SNI (Standar Nasional Indonesia), dan Merek Dagang

(Susanti, 2010).

Adapun proses Pengolahan air untuk menjadikan air siap dikemas dan

dipasarkan secara umum, ada beberapa proses yang harus dilalui antara lain

(Susanti, 2010):

1. Proses Pengolahan Air

2. Proses Sterilisasi Air

3. Proses Kontrol Kualitas

4. Proses Pengemasan (Galon, Botol, Cup)

5. Proses Pengepakan

(6)

Sumber bahan baku adalah air pegunungan asli. Air tersebut dialirkan

atau diangkut ke pabrik dengan truk yang berkapasitas ± 10.000 liter

untuk diproses, kemudian air disaring untuk menghilangkan butiran pasir,

selanjutnya air melewati Granulated Activated Carbon (GAC) untuk

menyerap bau dan rasa. Proses selanjutnya adalah penyaringan halus

dengan menggunakan alat semacam membran untuk menghilangkan

butiran di atas 1 mikron agar bebas dari pencemaran bakteri patogen.

Namun demikian, agar lebih higienis air tersebut masih diozonisasi atau

proses Ozone Mixing Chamber, yaitu mengalirankan gas ozon dengan

intensitas tertentu sebagai proses disinfeksi terakhir. Pengolahan air pada air

minum isi ulang bermerek juga dapat menggunakan proses reverse osmosis

(Arif, 2009).

2.3 Mineral Dalam Air Minum

Air adalah molekul yang bersifat polar, sehingga air dapat melarutkan

banyak zat. Oleh karena itu air bukan hanya menjadi medium utama untuk

berbagai reaksi biokimia, tetapi juga sebagai substrat dan produk metabolisme

di dalam tubuh. Selain dari air, banyak mineral sangat vital bagi kehidupan

yang berperan di dalam metabolisme, pergerakan otot, pertumbuhan badan dan

keseimbangan air dan fungsi lainnya (Silalahi, 2011).

World Health Organization 1980 merekomendasikan bahwa air minum

harus mengandung magnesium dan kalsium dengan konsentrasi minimum 10

mg/l dan 20 mg/l. Sedangkan menurut Menkes RI tentang baku mutu air

(7)

mg/l, kalisum 75 mg/l, besi 0,1 mg/l, klorida 200 mg/l, dengan kesdahan

minimal 5 mg/l (Kozisek, 2005).

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ,

maupun fungsi tubuh secara berlainan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak

mengkonsumsi mineral tertentu dapat menyebabkan gangguan gizi. Mineral

digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro

adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,

sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang

termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor,

dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain: besi,

mangan dan tembaga. (Almatsier, 2004; Kristanti, 2010).

Mineral makro sangat penting sebagai elektrolit dalam tubuh. Tubuh

menggunakan elektrolit untuk membantu mengatur fungsi saraf, otot, dan

menyeimbangkan asam basa dalam tubuh. Elektrolit juga berfungsi membantu

tubuh untuk mengatur volume normal pada daerah yang mengandung cairan

berbeda (kompartemen). Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan

dalam proses pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu

sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan

(8)

2.4 Manfaat Mineral Dalam Air Minum

Mengonsumsi air putih yang sehat dan kaya mineral akan membuat

nutrisi dan vitamin mudah diserap oleh tubuh lewat aliran darah. Ini yang akan

membuat energi cepat pulih dan bugar. Apabila konsumsi air kurang,

penyerapan vitamin dan nutrisi dalam tubuh akan terhambat. Akibatnya, tubuh

akan menjadi lemah dan daya tahan tubuh akan menurun (Muyosaro, 2012).

Kandungan mineral yang tinggi dalam air minum sangat mempengaruhi

penyerapan zat essensial dan zat non essensial. Jika kandungan zat essensial

misalnya kalsium, kalium, dan magnesium yang diperlukan tinggi, maka

penyerapan non essensial akan sedikit atau bahkan tidak ada, dan akhirnya

akan diekskresi dari tubuh (Silalahi, 2011).

Air demineral merupakan air yang mengandung sedikit mineral atau

tanpa mineral. Air demineral tanpa penambahan mineral tidak dapat digunakan

sebagai air minum karena sangat reaktif terhadap wadah atau pipa penyalur

yang terbuat dari logam, tidak memberi rasa, dan tidak mengandung mineral

tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah mineral berdampak negatif terhadap

mekanisme homeostatis yang menyangkut metabolisme mineral dan air dalam

tubuh. Merangsang diuresis sehingga menambah ekskresi dari ion-ion intra-

dan ekstraselluler dari tubuh yang selanjutnya mempengaruhi proses fisiologis

dalam tubuh. Jika air rendah mineral diminum, usus akan memberikan mineral

ke air ini yang diambil dari cadangan dalam tubuh, dikeluarkan bersama

mineral dari tubuh. Jadi air rendah mineral akan mengencerkan mineral yang

(9)

mungkin tidak akan kelihatan dalam waktu yang lama tetapi efek akut dapat

terjadi jika mengonsumsi air destilat dalam jumlah yang banyak sesudah

latihan fisik yang berat, efek hiponatremia yang akut bisa terjadi. Garam akan

terkuras dari tubuh karena pengaruh air minum rendah total dissolved solid

(TDS) (50 mg/L), dan sebaiknya minimal 100 mg/L. Beberapa penelitian juga

menunjukan air dengan konsentrasi kalsium dan kalium yang rendah dapat

meningkatkan resiko penyakit jantung dan kanker (Kozisek, 2005).

2.4.1 Kalsium

Kalsium diperlukan semua sel. Kalsium di dalam tubuh 99% berada

sebagai penopang struktur di dalam tulang dan gigi. Kalsium adalah mineral

yang paling besar jumlahnya, sebanyak 40% sekitar (1,2 kg) dari semua

mineral di dalam tubuh. Kalsium terdapat dalam sirkulasi darah untuk

memenuhi kebutuhan sel (Silalahi, 2011).

Penyerapan kalsium terjadi terutama di bagian atas usus kecil, karena

kalsium memerlukan pH di bawah 6 agar tetap dalam keadaan ionik (Ca+2)

dalam larutan. Manusia menyerap sekitar 25% kalsium dari makanan yang

dimakan. Namun ketika tubuh membutuhkan ekstra kalsium seperti selama

pada masa bayi dan kehamilan penyerapan bisa mencapai setinggi 60%. Orang

muda cenderung menyerap kalsium lebih baik daripada orang tua, terutama

pada umur lebih 70 tahun (Most, 2007).

Kalsium berfungsi dalam perkembangan dan pemeliharaan tulang,

proses pembekuan darah, kontraksi otot, transmissi impuls syaraf dan

(10)

dengan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi jumlah kalsium untuk

mempertahankan fungsi jantung dan otot bekerja. Asupan kalsium yang rendah

juga dapat menyebabkan hipertensi dan menambah resiko penyakit kanker

seperti kanker kolon (Silalahi, 2011).

Penyakit yang paling umum disebabkan defisiensi kalisum adalah

osteoporesis, tapi tidak hanya kalsium yang dibutuhkan untuk menjaga

kesehatan tulang. Untuk mencegah kalsium dalam darah rendah, tubuh menarik

kembali kalsium dari tulang. Tindakan ini untuk mempertahankan fungsi yang

sangat membutuhkan kalsium, seperti kerja jantung dan otot. Batas maksimum

kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan pertimbangan resiko pembentukan

batu ginjal (Most, 2007).

2.4.2 Kalium

Kalium terutama terdapat di dalam sel, sebanyak 95% kalium berada di

dalam cairan intraseluler. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan

keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa (Almatsier,

2004).

Asupan yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 4700 mg/hari. Sama

seperti natrium, kalium juga elektrolit utama di dalam cairan tubuh, tetapi tidak

menaikkan tekanan darah justru menurunkan tekanan darah. Kebanyakan

kalium terdapat di dalam sel walupun ada sedikit dalam aliran darah.

Sebagaimana natrium, keseimbangan kalium terjadi melalui retensi atau

(11)

cairan dan penerus impuls syaraf. Juga berperan dalam kontrasksi otot

(Silalahi, 2011).

Kadar kalium rendah di dalam darah dapat mengancam hidup.

Gejalanya meliputi hilang selera, kejang otot, konstipasi, kebingungan,

peningkatan ekskresi kalsium dari urin dan akhirnya, denyut jantung tidak

teratur dan menurunkan kemampuan memompa darah (Silalahi, 2011).

Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi tanpa diimbangi oleh

kenaikan ekskresi (18 gram untuk orang dewasa). Hiperkalemia akut dapat

menyebabkan gagal jantung yang berakibat pada kematian (Almatsier, 2004).

2.5.3 Magnesium

Magnesium adalah kation urutan ke empat dari kalsium, kalium dan

natrium yang paling besar jumlahnya, dan kation kedua setelah kalium di

dalam sel. Biasanya sekitar 40% – 60% magnesium di dalam diet akan diserap

oleh tubuh. Sebagian magnesium disimpan di dalam tulang dan sedikit di

dalam otot. Ginjal mengatur kadar magnesium didalam darah dengan

mengurangi ekskresi jika kadar rendah di dalam darah (Silalahi, 2011).

Magnesium sangat vital dalam berbagai proses biokimia dan fisiologis

di dalam tubuh. Magnesium dibutuhkan lebih dari 300 enzim yang memakai

ATP, dan salah satu adalah enzim yang berperan di dalam pompa

natrium-kalium, dan proses ini peka terhadap defisiensi magnesium. Magnesium juga

berperan pada sintesa DNA dan RNA serta berperan di dalam metabolisme

kalsium berkaitan dengan struktur tulang. Magnesium juga berperan penting

(12)

fungsi insulin terhadap sel. Fungsi lainnya adalah menurunkan tekanan darah

dengan dilatasi arteri dan mencegah ritme jantung yang tidak normal (Silalahi,

2011).

Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50% -

60% daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan

intraseluler, juga sebagai ko-faktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi

magnesium adalah memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin

juga untuk myocard, pada otot jantung orang yang meninggal akibat infark

ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh karena itu

magnesium digunakan untuk terapi infark jantung (Tan dan Rahardja, 2007).

Defisensi magnesium akan menyebabkan denyut jantung yang tidak

teratur, disertai dengan kelelahan, kejang otot, mual, muntah dan kejang. Hal

ini mungkin karena terganggunya pompa natrium-kalium. Magnesium

dibutuhkan sebanyak 310 - 400 mg/hari. Latihan fisik dapat menyebabkan

kekurangn magnesium, yang selanjutnya dapat mengganggu metabolisme

energi dan kemampuan kerja fisik. Magnesium berperan untuk meningkatkan

performa atelet (Silalahi, 2011).

2.5 Kadar Mineral Dalam Air Minum

Pada tahun 1970-an World Health Organization melakukan studi untuk

memberikan informasi tentang pedoman air destilasi. Studi ini dilakukan oleh

tim peneliti dari A.N. Sysin Institute Of General and Public Hygiene dan USSR

Academy of Medical Sciences. Laporan akhir diterbitkan pada tahun 1980

(13)

(destilat) tidak hanya memiliki keuntungan dikarenakan organoleptiknya, tetapi

juga memiliki pengaruh yang merugikan pada hewan dan manusia. Setelah

mengevaluasi berdasarkan efek kesehatan, organoleptik, dan informasi lainnya,

tim merekomendasikan bahwa air demineral mengandung garam terlarut

dengan konsentrasi minimal 100 mg/l, ion bikarbonat 30 mg/l, dan kalsium 30

mg/l (Kozisek, 2005).

Studi epidemiologi dilakukan untuk menentukan efek kalsium dan

magnesium terhadap morbiditas penyakit kardiovaskular (Cardiovascular

Disease, CVD), magnesium dan kalsium dalam air minum dapat menurunkan

resiko CVD. Penelitian yang lebih baru telah memberikan informasi tambahan

tentang tingkat minimum dan optimum mineral yang harus ada dalam air

demineralisasi. Misalnya, efek air minum dengan kesadahan yang berbeda

terhadap status kesehatan perempuan berusia 20 - 49 tahun dengan subyek dari

dua studi epidemiologi (460 dan 511 perempuan) di empat kota Siberia selatan.

Air di kota A memiliki konsentrasi kalsium dan magnesium yang rendah (3,0

mg/l kalsium dan 2,4 mg/l magnesium). Air di kota B memiliki kadar sedikit

lebih tinggi (18,0 mg/l kalsium dan 5,0 mg/l magnesium). Kadar tertinggi

berada di kota C (22,0 ml/l kalsium dan 11,3 mg/l magnesium) dan kota D

(45,0 mg/l kalsium dan 26,2 mg/l magnesium). Perempuan yang tinggal di

kota-kota A dan B lebih sering menunjukkan perubahan kardiovaskular (seperti

diukur dengan EKG), tekanan darah tinggi, disfungsi autonom perut, sakit

kepala, pusing, dan osteoporosis (diukuran oleh X-ray absorptiometry)

(14)

magnesium minimum air minum harus 10 mg/l dan kandungan kalsium

minimal harus 20 mg/l lebih dari 30 mg/l seperti yang direkomendasikan dalam

laporan World Health Organization 1980 (Kozisek, 2005).

Beberapa hasil studi di Taiwan menyatakan magnesium memiliki efek

perlindungan terhadap resiko penyakit serebrovaskular dan hipertensi,

kesadahan air menunjukkan efek perlindungan terhadap CVD, kanker

kerongkongan, kanker pankreas, kanker rektum, dan kanker payudara. Kalsium

dalam air minum juga terbukti melindungi terhadap kanker kolorektal dan

kanker lambung (Kozisek, 2005).

Konsentrasi kalium biasanya ditemukan dalam air minum umumnya

rendah dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Sebuah survei dilakukan,

menemukan konsentrasi kalium rata-rata 2,5 mg/l dalam air minum dan pada

tahun 90 diperoleh kadar kalium 5,2 mg/l. Data menunjukkan bahwa

konsentrasi rata-rata kalium dalam baku air minum bervariasi antara <1 dan 8

mg / l (WHO, 2009).

2.6 Analisis Mineral dalam Air Minum 2.6.1 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan

garam-garam logam, dimana dasar penentuannya melibatkan pembentukan

kompleks atau ion kompleks. Kompleks ini adalah kompleks yang dibentuk

melalui reaksi sebuah ion logam, kation, dangan sebuah anion atau molekul

netral. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering

(15)

Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator

zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan

titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna. Pada saat titik akhir titrasi

(ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan

akan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk

titrasi kompleksometri ini adalah hitam eriokrom, mureksid, jingga

pirokatekol, jingga xilenol, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan

Rohman, 2007).

2.6.2 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar

oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar

ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit

(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam

suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel

tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai

kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif

sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Atom-atom logam diuapkan dalam suatu nyala dan radiasi dilewatkan

melalui nyala tersebut. Dalam hal ini, atom-atom yang diuapkan, yang

sebagian besar terdapat dalam keadaan dasarnya, sehingga tidak memancarkan

(16)

tereksitasinya. Prinsip dari spektofotometer serapan atom adalah atom-atom

pada keadaan dasar mampu menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan

dipancarkan atom atom itu bila kembali ke keadaan dasar dari keadaan

tereksitasi. Jika pada cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan

nyala yang mengandung atom atom yang bersangkutan maka sebagian cahaya

itu akan diserap dan banyaknya penyerapan akan berbanding lurus dengan

banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Lampu yang

digunakan disebut ‘lampu katode rongga’ dan katode tersebut dilapisi dengan

logam yang akan dianalisis. Kerugian teknik ini adalah bahwa lampu harus

selalu diganti tiap kali suatu unsur yang berbeda sedang dianalisis dan hanya

satu unsur yang dapat dianalisis pada sewaktu-waktu. Instrumen-instrumen

modern memiliki sekitar 12 lampu yang tersusun, yang dapat secara otomatis

berputar (Watson, 2005).

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada absorbsi

cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dasar analisis menggunakan teknik

spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya

absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Lampu katoda berongga diisi dengan gas mulia bertekanan rendah.

Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan

(17)

tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 2.1 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Gandjar dan

Rohman, 2007)

Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen

berikut ini (Gandjar dan Rohman, 2007):

a. Sumber cahaya

Lampu katoda berongga yang dilapisi dengan unsur yang sedang

dianalisis.

b. Nyala

Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu ± 2500ºC,

dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu 3000ºC,

yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari unsur-unsur seperti

alumunium atau kalsium.

c. Monokromator

Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang

(18)

sedang dipancarkan oleh lampu katode rongga. Ini menghilangkan interferensi

oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas pengisi di dalam

lampu katode rongga, dan dari unsure-unsur lain di dalam sampel tersebut.

d. Detektor

Detektor biasanya digunakan untuk mengukur intensitas cahya yang

melalui tempat pengatoman. Biasanya berupa sel fotosensitif.

e. Readout

Redout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan

sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat

yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi.

Pemilihan bahan bakar dan gas pengoksidasi serta komposisi

perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala (Rohman dan Gandjar,

2009). Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana,

hidrogen dan asetilen, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen dan N2O

(Khopkar, 1985).

2.6.3 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu penilaian terhadap parameter

tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa

parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis

adalah kecermatan, keseksamaan, linearitas dan rentang, dan batas deteksi dan

(19)

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Menurut

Wardani, (2007), suatu metode dikatakan sangat baik jika nilai % perolehan

kembalinya pada rentang 100% ± 10%, dan dinyatakan baik pada 100% ±

20%. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi dan

metode penambahan baku (Harmita, 2004).

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam

suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut

dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan

(kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan

metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan

konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode

yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis

tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan

dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel

dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

(20)

menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode

dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen (Harmita, 2004).

c. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang

dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas

kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Gandjar dan                                                                             Rohman, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/ Birhukmas/I/1975 menyatakan kadar maksimal kalsium yang dianjurkan adalah 75 mg/l dan kadar maksimal magnesium

Berapakah kadar ion besi, kadmium dan kalsium dalam air minum kemasan galon dari agen resmi, air minum kemasan galon isi ulang yang air bakunya didistribusikan dengan tangki

Diukur dengan Spektrofotometer Serapan atom pada λ 422,7 nm untuk kalsium dan pada λ 766,5 nm untuk kalium.. Hasil 25 ml larutan

Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan mineral kalsium dan magnesium dalam air minum PDAM Tirtanadi di kota Medan pada musim

berkisar 1-20 %, dan mineral kalsium dan magnesium yang paling banyak yakni sampai 20% dari yang diperlukan tubuh berasal dari air minum.Tingkat penyerapan kalsium dari air minum

Oleh karena itu, peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap air minum terutama di perkotaan mendorong tumbuh industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan usaha Depot Air Minum (DAM)

makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg.. sehari, sedangkan mineral mikro adalah dibutuhkan kurang dari 100 mg

Sedangkan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/ Birhukmas/I/1975 menyatakan kadar maksimal kalsium yang dianjurkan adalah 75 mg/l dan kadar maksimal magnesium