• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA

AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:

FRIKSON TRY HARYADI HUTASOIT NIM 101501069

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA

AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FRIKSON TRY HARYADI HUTASOIT NIM 101501069

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN

OLEH:

FRIKSON TRY HARYADI HUTASOIT NIM 101501069

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 14 Juni 2014

Pembimbing I,

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt. NIP 195001261983031002

Panitia Penguji,

Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195006221980021001

Pembimbing II,

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt. NIP 195001261983031002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP 195006071979031001

Drs. Maralaut Batubara, M.Phil, Apt. NIP 105101311976031003

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt. NIP 195401101980032001

Medan, Juni 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM

Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Drs. Besly Hutasoit dan Ibunda Rumondang Sihombing, S.Pd. atas doa dan pengorbanannya dengan tulus dan ikhlas, untuk abang dan adik tersayang dan teman-teman Sains dan Teknologi Farmasi 2010 yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Juni 2014 Penulis,

Frikson Try Haryadi Hutasoit

(6)

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA

AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI

KOTA MEDAN

Abstrak

Air minum mengandung mineral esensial bagi tubuh yaitu kalsium dan magnesium. WHO (World Health Organization) merekomendasikan bahwa kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/l dan 10 mg/l. Sedangkan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/ Birhukmas/I/1975 menyatakan kadar maksimal kalsium yang dianjurkan adalah 75 mg/l dan kadar maksimal magnesium yang dianjurkan 30 mg/l.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi di beberapa lokasi di kota Medan.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu untuk menentukan kadar mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM Tirtanadi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive dimana sampel yang diambil dapat mewakili populasi. Sampel diambil dari beberapa lokasi di kota Medan. Lokasi pengambilan sampel ada empat titik, yaitu: Titik I di daerah Komplek Perumahan Bumi Asri; Titik II di daerah Komplek Perumahan Waikiki; Titik III di daerah Asoka Kelurahan Asam Kumbang; dan Titik IV di daerah Komplek Setiabudi Town House. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali yaitu: Minggu pertama; Minggu kedua; dan Minggu ketiga. Penetapan kadar kalsium dan magnesium adalah dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar kalsium dalam air PDAM Tirtanadi Minggu pertama, kedua, dan ketiga pada Titik I, Titik II, Titik III, dan Titik IV berturut-turut adalah 2,25 mg/l, 8,66 mg/l, 2,95 mg/l, dan 2,41 mg/l. Sedangkan rata-rata kadar magnesium dalam air PDAM Tirtanadi Minggu pertama ,kedua , dan ketiga pada bagian Titik I, Titik II, Titik III, dan Titik IV berturut-turut adalah 4,08 mg/l, 5,79 mg/l, 3,61 mg/l, dan 3,87 mg/l. Dan kadar kalsium dalam air PDAM Tirtanadi pada Minggu I berkisar antara 1,29 mg/l sampai dengan 10,05 mg/l, pada Minggu II berkisar antara 1,39 mg/l sampai dengan 8,04 mg/l, dan pada Minggu III berkisar antara 2,43 mg/l sampai dengan 7,89 mg/l. Sedangkan kadar magnesium dalam air PDAM Tirtanadi pada Minggu I berkisar antara 1,88 mg/l sampai dengan 6,08 mg/l, pada Minggu II berkisar antara 3,60 mg/l sampai dengan 5,87 mg/l, dan pada Minggu III berkisar antara 4,29 mg/l sampai dengan 5,42 mg/l.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi Medan telah memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01 / Birhukmas /I / 1975 tetapi belum memenuhi persyaratan WHO (World Health Organization). Kata kunci: Analisis mineral, Air minum PDAM Tirtanadi, Kalsium (Ca),

(7)

MINERAL ANALYSIS OF CALCIUM AND MAGNESIUM

DRINKING WATER TIRTANADI TAPs IN SOME

LOCATIONS IN MEDAN CITY

Abstract

Drinking water contains minerals that is essential for the human body of calcium and magnesium. WHO (World Health Organization) recommends that the minimum levels of calcium and magnesium in drinking water is 20 mg/l and 10 mg/l. Meanwhile, according to the Water Quality Standards Menkes RI No.01/Birhukmas/I/1975 stated maximum levels of calcium that is recommended is 75 mg /l and maximum levels of magnesium are recommended 30 mg/l.The objective of this study was to determine the levels of calcium and magnesium in the water Tirtanadi taps in several locations in the city of Medan.

The method used is descriptive method to determine the mineral content of calcium and magnesium in drinking water Tirtanadi taps. Sampling was done by purposive sampling where samples are taken to represent the population. Samples were taken from several locations in the city of Medan. Sampling sites there are four points, namely: the first point in the Komplek Perumahan Bumi Asri; the second point in the Komplek Perumahan Waikiki area; the third point in the Asoka area Kelurahan Asam Kumbang; and the fourth point in the Komplek Setiabudi Town House. Sampling was done three times, namely: first week; second week; and third week. Determination of calcium and magnesium levels is by using Atomic Absorption Spectrophotometry.

The result of study showed the average level of calcium in the Tirtanadi taps water first week, second, and third on the first point, second point, third point, and fourth point, respectively are 2.25 mg/l, 8.66 mg/l, 2.95 mg/l, and 2.41 mg/l. While the average levels of magnesium in the water taps Tirtanadi first week, second, and third on the first point, second point, third point, and fourth point, respectively are 4.08 mg/l, 5.79 mg/l, 3.61 mg/l, and 3.87 mg/l. And calcium levels in the water taps on first week Tirtanadi ranged from 1.29 mg// to 10.05 mg/l, on the second week ranged from 1.39 mg/l to 8.04 mg/l, and on third week ranged between 2.43 mg/l to 7.89 mg/l. While the levels of magnesium in the water taps Tirtanadi on first week ranged between 1.88 mg/l to 6.08 mg/l, on the second week ranged from 3.60 mg/l to 5.87 mg/l, and on third week ranged between 4.29 mg/l to 5.42 mg/l.

From the results of this study concluded that the levels of calcium and magnesium in the drinking water Tirtanadi taps in Medan city meets the requirements set by the Meskes RI but do not meet the requirements set by the WHO (World Health Organization).

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .. 5

2.1 Air Minum ... 5

2.2 Manfaat Air Minum ... 6

2.3 Manfaat Mineral dalam Air Minum ... 8

2.3.1 Kalsium ... 10

(9)

2.4 Penetapan Kadar Mineral dalam Air Minum ... 14

2.4.1 Titrasi Kompleksometri ... 14

2.4.2 Spektrofotometri Serapan Atom ... 14

2.5 Validasi Metode Analisis ... 18

2.5.1 Kecermatan (accuracy) ... 18

2.5.2 Keseksamaan (precision) ... 19

2.5.3 Selektivitas (Spesifitas) ... 19

2.5.4 Linearitas dan Rentang ... 19

2.5.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Bahan-bahan ... 21

3.2.1 Sampel ... 21

3.2.2 Pereaksi ... 21

3.3 Alat-alat ... 21

3.4 Prosedur Penelitian ... 22

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 22

3.4.2 Penyiapan Sampel ... 22

3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium ... 23

3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium ... 23

3.5 Penetapan Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel ... 24

3.5.1 Penetapan Kadar Kalsium ... 24

(10)

3.6 Analisis Data Secara Statistik ... 25

3.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 25

3.6.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel ... 25

3.7 Validasi Metode Analisis... 26

3.7.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 26

3.7.2 Simpangan Baku Relatif ... 27

3.7.3 Penentuan Batas Deteksi dan Kuantitasi ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Kurva Kalibrasi Kalsium dan Magnesium ... 29

4.2 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel ... 30

4.3 Analisis Data Secara Statistik ... 33

4.4 Validasi Metode Analisis ... ... 34

4.4.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ………... 34

4.4.2 Simpangan Baku Relatif ... 35

4.4.3 Penentuan Batas Deteksi dan Kuantitasi ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Baku Mutu Air Minum Menurut Meskes RI No. 01/

Birhukmas/ 1975 ...……… 5

2 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel ………… 13 3 Kadar Kalsium dalam Air PDAM Tirtanadi ……...…….. 31 4 Kadar Magnesium dalam Air PDAM Tirtanadi ……...… 31 5 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Air Minum ... 32 6 Persen Uji Perolehan KembaliKadar Kalsium dan

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Bagan Alir Penyiapan sampel ………... 40 2 Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer

Serapan, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan

Koefisien Korelasi (r) ... 41 3 Data Kalibrasi Magnesium dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi

dan Koefisien Korelasi (r) ………. 43 4 Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam Sampel Air PDAM

Tirtanadi ... 45 5 Hasil Analisis Kadar Magnesium dalam Sampel Air

PDAM Tirtanadi ……….. 48

6 Contoh Perhitungan Kadar Kalsium dan Magnesium

dalam Air PDAM Tirtanadi ……….. 51 7 Contoh Perhitungan Statistik Kadar Kalsium dalam

Sampel ……….. 52

8 Contoh Perhitungan Statistik Kadar Magnesium dalam

Sampel ……….. 55

9 Hasil Analisis Kadar Kalsium Setelah Penambahan Larutan Baku pada Sampel Air PDAM Tirtanadi

Minggu II Barat ………... 57 10 Hasil Analisis Kadar Magnesium Setelah Penambahan

(14)

Minggu II Utara ……… 58 11 Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kadar

Kalsium dan Magnesium dalam Sampel Air PDAM

Tirtanadi ………... 59 12 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) Kadar

Kalsium, dan Magnesium dalam Sampel Air PDAM

Tirtanadi .……… 61

13 Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 63 14 Hasil Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium

dalam Sampel ... 65 15 Hasil Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar

(15)

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA

AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI

KOTA MEDAN

Abstrak

Air minum mengandung mineral esensial bagi tubuh yaitu kalsium dan magnesium. WHO (World Health Organization) merekomendasikan bahwa kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/l dan 10 mg/l. Sedangkan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/ Birhukmas/I/1975 menyatakan kadar maksimal kalsium yang dianjurkan adalah 75 mg/l dan kadar maksimal magnesium yang dianjurkan 30 mg/l.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi di beberapa lokasi di kota Medan.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu untuk menentukan kadar mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM Tirtanadi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive dimana sampel yang diambil dapat mewakili populasi. Sampel diambil dari beberapa lokasi di kota Medan. Lokasi pengambilan sampel ada empat titik, yaitu: Titik I di daerah Komplek Perumahan Bumi Asri; Titik II di daerah Komplek Perumahan Waikiki; Titik III di daerah Asoka Kelurahan Asam Kumbang; dan Titik IV di daerah Komplek Setiabudi Town House. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali yaitu: Minggu pertama; Minggu kedua; dan Minggu ketiga. Penetapan kadar kalsium dan magnesium adalah dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar kalsium dalam air PDAM Tirtanadi Minggu pertama, kedua, dan ketiga pada Titik I, Titik II, Titik III, dan Titik IV berturut-turut adalah 2,25 mg/l, 8,66 mg/l, 2,95 mg/l, dan 2,41 mg/l. Sedangkan rata-rata kadar magnesium dalam air PDAM Tirtanadi Minggu pertama ,kedua , dan ketiga pada bagian Titik I, Titik II, Titik III, dan Titik IV berturut-turut adalah 4,08 mg/l, 5,79 mg/l, 3,61 mg/l, dan 3,87 mg/l. Dan kadar kalsium dalam air PDAM Tirtanadi pada Minggu I berkisar antara 1,29 mg/l sampai dengan 10,05 mg/l, pada Minggu II berkisar antara 1,39 mg/l sampai dengan 8,04 mg/l, dan pada Minggu III berkisar antara 2,43 mg/l sampai dengan 7,89 mg/l. Sedangkan kadar magnesium dalam air PDAM Tirtanadi pada Minggu I berkisar antara 1,88 mg/l sampai dengan 6,08 mg/l, pada Minggu II berkisar antara 3,60 mg/l sampai dengan 5,87 mg/l, dan pada Minggu III berkisar antara 4,29 mg/l sampai dengan 5,42 mg/l.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi Medan telah memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01 / Birhukmas /I / 1975 tetapi belum memenuhi persyaratan WHO (World Health Organization). Kata kunci: Analisis mineral, Air minum PDAM Tirtanadi, Kalsium (Ca),

(16)

MINERAL ANALYSIS OF CALCIUM AND MAGNESIUM

DRINKING WATER TIRTANADI TAPs IN SOME

LOCATIONS IN MEDAN CITY

Abstract

Drinking water contains minerals that is essential for the human body of calcium and magnesium. WHO (World Health Organization) recommends that the minimum levels of calcium and magnesium in drinking water is 20 mg/l and 10 mg/l. Meanwhile, according to the Water Quality Standards Menkes RI No.01/Birhukmas/I/1975 stated maximum levels of calcium that is recommended is 75 mg /l and maximum levels of magnesium are recommended 30 mg/l.The objective of this study was to determine the levels of calcium and magnesium in the water Tirtanadi taps in several locations in the city of Medan.

The method used is descriptive method to determine the mineral content of calcium and magnesium in drinking water Tirtanadi taps. Sampling was done by purposive sampling where samples are taken to represent the population. Samples were taken from several locations in the city of Medan. Sampling sites there are four points, namely: the first point in the Komplek Perumahan Bumi Asri; the second point in the Komplek Perumahan Waikiki area; the third point in the Asoka area Kelurahan Asam Kumbang; and the fourth point in the Komplek Setiabudi Town House. Sampling was done three times, namely: first week; second week; and third week. Determination of calcium and magnesium levels is by using Atomic Absorption Spectrophotometry.

The result of study showed the average level of calcium in the Tirtanadi taps water first week, second, and third on the first point, second point, third point, and fourth point, respectively are 2.25 mg/l, 8.66 mg/l, 2.95 mg/l, and 2.41 mg/l. While the average levels of magnesium in the water taps Tirtanadi first week, second, and third on the first point, second point, third point, and fourth point, respectively are 4.08 mg/l, 5.79 mg/l, 3.61 mg/l, and 3.87 mg/l. And calcium levels in the water taps on first week Tirtanadi ranged from 1.29 mg// to 10.05 mg/l, on the second week ranged from 1.39 mg/l to 8.04 mg/l, and on third week ranged between 2.43 mg/l to 7.89 mg/l. While the levels of magnesium in the water taps Tirtanadi on first week ranged between 1.88 mg/l to 6.08 mg/l, on the second week ranged from 3.60 mg/l to 5.87 mg/l, and on third week ranged between 4.29 mg/l to 5.42 mg/l.

From the results of this study concluded that the levels of calcium and magnesium in the drinking water Tirtanadi taps in Medan city meets the requirements set by the Meskes RI but do not meet the requirements set by the WHO (World Health Organization).

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita dapat hidup tanpa makanan selama beberapa minggu, tetapi tanpa air kita akan mati hanya dalam beberapa hari karena dehidrasi. Lebih dari duapertiga dari tubuh kita adalah air, namun sebagian besar dari kita mungkin tidak memahami pentingnya air minum, yaitu air bersih biasa (Fox, 1998).

Medan yang merupakan kota dagang dan tujuan wisata dan memiliki populasi penduduk sebanyak 2,3 juta jiwa memiliki jalinan kerjasama dengan kota-kota di sisi Selat Malaka seperti Kuala Lumpur, Penang dan Singapura. Hal ini berimplikasi pada peningkatan kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan. PDAM Tirtanadi saat ini memasok kebutuhan air bersih sebanyak lebih kurang 70% penduduk kota Medan. Pada akhir tahun 2004 jumlah sambungan pelanggan di kota Medan dan sekitarnya adalah 294,812 sambungan pelanggan dan melayani ± 79,5% dari total jumlah penduduk kota Medan sebanyak 1.990.432 jiwa (daerah operasi) (Pasaribu, 2006).

(18)

seperti natrium, kalium, dan kalsium melalui membran, sintesis protein dan asam nukleat, eksitabilitas neuromuskular dan kontraksi otot (Kozisek, 2005).

Selama sekitar 50 tahun, studi epidemiologi di banyak negara di seluruh dunia telah melaporkan bahwa air lunak (yaitu, air rendah kalsium dan magnesium) dan air rendah magnesium dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortilitas dari penyakit kardiovaskular (CVD) dibandingkan dengan air sadah tinggi magnesium. Studi terbaru juga menunjukkan bahwa asupan air lunak, yaitu air rendah kalsium , mungkin berkaitan dengan risiko tinggi patah tulang pada anak - anak, penyakit neurodegenaratif tertentu, kelahiran prematur dan berat badan rendah saat lahir dan beberapa jenis kanker. Dan juga peningkatan risiko kematian mendadak, asupan air rendah magnesium tampaknya terkait dengan risiko tinggi penyakit saraf motorik, gangguan kehamilan (yang disebut preeklamsia), dan beberapa jenis kanker (Kozisek, 2005).

Menurut Wardlaw dan Hampl, (2007), asupan kalsium paling tinggi adalah 2500 mg/hari. Asupan kalsium yang melebihi 2500 mg/hari dapat menyebakan batu ginjal, iritasi pada ginjal dan beberapa organ, sakit kepala, gagal ginjal, dan penurunan absorbsi mineral lain. Sedangkan asupan harian magnesium paling tinggi adalah 350 mg/hari. Asupan yang lebih tinggi dari itu dapat menyebabkan diare. Juga menyebabkan gagal ginjal, lemah lesu, mual, susah bernafas, dan hingga kematian.

WHO (World Health Organization) merekomendasikan bahwa kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/l dan 10 mg/l (Kožišek, 2005). Sedangkan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI

(19)

adalah 75 mg/l dan kadar maksimal magnesium yang dianjurkan 30 mg/l (Permenkes RI, 1975).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi di beberapa lokasi di kota Medan. Kadar kalsium dan magnesium dalam sampel dapat ditentukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dan titrasi kompleksometri. Metode yang dipilih untuk penentuan kadar kalsium dan magnesium adalah metode Spektrofotometri Serapan Atom, pemilihan ini didasarkan pada ketelitian alat, kecepatan analisis, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan, dan dapat menentukan kadar suatu unsur dalam konsentrasi yang rendah (Khopkar, 2008).

1.2Perumusan Masalah

Apakah kadar kalsium dan magnesium dalam air minum PDAM Tirtanadi Medan memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/Birhukmas/I/1975 dan WHO (World Health Organization)?

1.3Hipotesis

Kadar kalsium dan magnesium dalam air minum PDAM Tirtanadi Medan memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/Birhukmas/I/1975 dan WHO (World Health Organization).

1.4Tujuan Penelitian

(20)

1.5. Manfaat Penelitian

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes RI, 2010). Persyaratan kesehatan yang ditetapkan untuk air minum meliputi aspek fisika, kimia, dan biologi. Pengetahuan bahwa air mungkin mengandung beberapa unsur yang tidak diinginkan adalah titik tolak untuk menetapkan pedoman dan peraturan untuk kualitas air minum. Konsentrasi maksimum bahan anorganik dan organik dan mikroorganisme yang diterima telah ditetapkan secara internasional dan di banyak negara untuk menjamin keamanan air minum (Kozisek, 2005). Di Indonesia juga telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan instansi yang berwenang. Baku Mutu Air Minum Menurut Menkes RI dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Baku Mutu Air Minum Menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/1975

No Unsur-unsur Satuan

Syarat-syarat Minimal

diperbolehkan

Maksimal dianjurkan

Maksimal diperbolehkan Fisika

1 Suhu 0C - - -

2 Warna Unit - 5 50

3 Bau - - - -

4 Rasa - - - -

5 Kekeruhan Unit - 5 25

Kimia 6 Derajat

keasaman

- 6,5 - 9,2

7 Zat

padat/jumlah

mg/l - 500 1500

(22)

sebagai KmnO4

9 Karbon oksida sebagai CO2

agresif

mg/l - - -

10 Kesadahan 0D 5 - 10

11 Kalsium sebagai Ca

mg/l - 75 200

12 Magnesium sebagai Mg

mg/l - 30 150

13 Besi/jumlah Fe

mg/l - 0,1 1

14 Mangan (Mn) mg/l - 0,05 0,5

15 Tembaga (Cu)

mg/l - 0,05 1,5

16 Zink (Zn) mg/l - 1,00 15

2.2 Manfaat Air Minum

Air adalah zat gizi yang sangat vital dan paling banyak dibutuhkan tetapi tidak ada cadangan air dalam tubuh sehingga lebih sering dikonsumsi. Kita dapat hidup tanpa makanan selama beberapa minggu, tetapi tanpa air, kita tidak dapat hidup dan akan mengalami dehidrasi dalam beberapa hari. Dua per tiga dari tubuh kita adalah air, dan kebanyakan dari kita mungkin tidak mengetahui pentingnya air minum yang bersih. Air merupakan senyawa yang paling banyak dalam tubuh manusia. Air sangat penting untuk pencernaan dan transpor makanan ke dalam sel, pembuangan sisa-sisa metabolisme, sirkulasi cairan tubuh seperti darah dan cairan limfe, pelumas untuk sendi dan organ dalam, dan untuk regulasi suhu tubuh (Silalahi, 2011; Fox, 1998).

(23)

maka tubuh akan mengambil air dari beberapa jaringan di dalam tubuh untuk melindungi sel-sel dan organ yang berbeda, yang akan mengakibatkan rasa sakit, kerusakan sel dan berbagai masalah kesehatan. Ketika seseorang sudah berumur, mereka akan kehilangan perasaan haus dan menjadi semakin dehidrasi. Kita sering keliru akan haus menjadi lapar dan melainkan kita mengonsumsi air, kita mengonsumsi makanan yang menyebabkan penambahan berat badan. Rasa haus sebaiknya dihilangkan dengan air. Semakin kita memperhatikan kebutuhan terus-menerus tubuh akan air, tubuh kita akan semakin sehat. Mengalami “mulut kering” menunjukkan bahwa tubuh kita mengalami dehidrasi yang tinggi. Tubuh

manusia terdiri dari 25% zat padat dan 75% air, jaringan otak terdiri dari 85% air dan darah terdiri dari 90% air (Fox, 1998).

(24)

Air berperan sangat penting di dalam berbagai proses metabolisme di dalam tubuh baik sebagai medium/pelarut atau sebagai substrat serta sebagai hasil di dalam reaksi dalam metabolisme. Pada metabolisme energi (karbohidrat, lemak, dan protein) dihasilkan energi sebanyak 40% diubah dalam bentuk ATP (Adenosine Triphosphate), sedangkan sebanyak 60% diubah menjadi panas. Maka peningkatan aktivitas akan menaikkan suhu badan dan selanjutnya akan menyebabkan fungsi sistem enzimatis menjadi tidak efektif. Air berfungsi mengatur suhu tubuh dengan melepaskan panas melalui keringat dan penguapan untuk menurunkan suhu tubuh (Silalahi, 2011).

Jika jumlah panas meningkat di dalam tubuh, air di sekitar jaringan menyerap panas yang berlebih, kemudian tubuh akan mengeluarkan cairan dengan penguapan melalui pori kulit. Untuk menguapkan air diperlukan energi, sehingga saat terjadi penguapan, panas diserap dari kulit. Proses ini merupakan proses yang utama dalam tubuh untuk menurunkan suhu badan (Silalahi, 2011).

Setiap liter penguapan akan menyerap 600 kalori dari tubuh. Jadi dapat dipahami bahwa jika seseorang demam akan membutuhkan lebih banyak energi dan cairan. Penguapan berlangsung cepat jika kelembaban sekitar badan rendah dan akan terasa lebih nyaman, tetapi pada kondisi panas dan lembab akan menyebabkan rasa kurang nyaman (Silalahi, 2011).

2.3 Manfaat Mineral Dalam Air Minum

(25)

Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur. Mineral mikro sangatlah penting untuk menopang hidup kita, walaupun jumlah yang dibutuhkan sedikit. Tapi, jika kita mengalami kekurangan mineral mikro ini, akibatnya bisa mempengaruhi kesehatan kita seluruhnya. Mineral merupakan komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-masing seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang dan gigi, natrium berfungsi dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang berfungsi untuk memperlancar kontraksi otot (Yunasri, 2012).

Kesadaran akan pentingnya mineral dan unsur penting lainnya dalam air minum telah terjadi selama ribuan tahun. Air demineralisasi diartikan sebagai air yang hampir atau tidak mengandung mineral sama sekali. Air demineral tanpa penambahan mineral tidak sesuai untuk air minum karena sangat agresif terhadap wadah atau pipa penyalur yang terbuat dari logam, tidak memberi rasa dan tidak mengandung mineral tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah mineral berdampak negatif terhadap mekanisme homeostatis yang menyangkut metabolisme mineral dan air dalam tubuh (Kozisek, 2005; Silalahi, 2011).

Meskipun air minum bukanlah sumber utama kalsium dan asupan magnesium, pentingnya asupan mineral tambahan dari air minum dapat lebih besar daripada kontribusi gizinya yang dinyatakan sebagai proporsi dari total asupan mineral harian (Kozisek, 2005).

(26)

tubuh. Gejala mungkin tidak akan kelihatan dalam waktu yang lama tetapi efek akut dapat terjadi jika mengonsumsi air demineralisasi dalam jumlah yang banyak sesudah latihan fisik yang berat, efek hiponatremia yang akut bisa terjadi (Silalahi, 2011).

Kandungan mineral yang tinggi dalam air minum sangat mempengaruhi penyerapan zat esensial dan zat non-esensial. Jika kandungan zat esensial yang diperlukan tinggi, maka penyerapan zat non-esensial akan sedikit atau bahkan tidak ada, dan akan diekskresi dari tubuh. Sebagai contoh, jika kandungan kalsium dan magnesium (zat esensial) dalam air minum tinggi, maka tubuh akan menyerap kalsium dan magnesium, sedangkan zat non-esensial seperti timbal akan diekskresi dari tubuh. Apabila kandungan zat esensial rendah atau tidak ada, maka tubuh akan menyerap logam lain yang mungkin berada dalam maknan dan minuman yang dikonsumsi seperti timbal dan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan (Fox, 1998).

2.3.1 Kalsium

(27)

disembuhkan dengan meningkatkan kalsium saja, pengobatan dan pencegahan yang tepat bagi yang tulangnya belum begitu rapuh ialah dengan merangsang pembentukan tulang lewat latihan, disertai suplementasi kalsium (McGilvery dan Goldstein, 1996; Silalahi, 2011).

Asupan kalsium paling tinggi adalah 2500 mg/hari. Asupan kalsium yang melebihi 2500 mg/hari dapat menyebakan batu ginjal, iritasi pada ginjal dan beberapa organ, sakit kepala, gagal ginjal, dan penurunan absorbsi mineral lain (Wardlaw dan Hampl, 2007).

Kalsium bukan hanya untuk tulang, kalsium berfungsi dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, transmisi impuls syaraf dan metabolisme sel. Kadar kalsium yang rendah di dalam darah dikompensasi dengan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi jumlah kalsium untuk mempertahankan fungsi jantung dan otot bekerja. Asupan kalsium yang rendah juga dapat menyebabkan hipertensi dan menambah resiko penyakit kanker seperti kanker kolon. Batas maksimum kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan pertimbangan resiko pembentukan batu ginjal (Kozisek, 2005; Silalahi, 2011).

Berdasarkan World Health Organization, kadar minimum kalsium yang dianjurkan dalam air minum adalah 20 mg/l dan kadar optimumnya adalah 40-80 mg/l (Kožišek,2005). Sedangkan menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975 kadar maksimal kalsium yang dianjurkan dalam air minum adalah 75 mg/l dan kadar maksimal kalsium yang diperbolehkan adalah 200 mg/l.

2.3.2 Magnesium

(28)

mineral seperti natrium, kalium dan kalsium melalui membran, sintesis protein dan asam nukleat serta kontraksi otot. Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50% - 60% daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan intraseluler, juga sebagai ko-faktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi magnesium adalah memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin juga untuk myocard, pada otot jantung orang yang meninggal akibat infark ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh karena itu magnesium digunakan untuk terapi infark jantung (Tan dan Rahardja, 2007).

Defisiensi magnesium akan menyebabkan denyut jantung yang tidak teratur, disertai dengan kelelahan, kejang otot, mual, muntah dan kejang. Hal ini mungkin karena terganggunya pompa natrium-kalium. Gejala defisiensi magnesium pada manusia yang pernah dilaporkan meliputi sifat mudah tersinggung, mudah bingung, keadaan semikoma dan aritmia jantung. Magnesium dibutuhkan sebanyak 310 - 400 mg/hari. Latihan fisik dapat menyebabkan kekurangan magnesium, yang selanjutnya dapat mengganggu metabolisme energi dan kemampuan kerja fisik. Magnesium berperan untuk meningkatkan performa atlet (McGilvery dan Goldstein, 1996; Silalahi, 2011).

Asupan harian magnesium paling tinggi adalah 350 mg/hari. Asupan yang lebih tinggi dari itu dapat menyebabkan diare. Juga menyebabkan gagal ginjal, lemah lesu, mual, susah bernafas, dan hingga kematian (Wardlaw dan Hampl, 2007).

(29)

20-30 mg/l (Kozisek, 2005). Sedangkan, menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975 kadar maksimum magnesium yang dianjurkan adalah 30 mg/l dan kadar maksimum magnesium yang diperbolehkan adalah 150 mg/l.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kandungan kalsium dan magnesium dalam air minum telah dilakukan oleh Pasaribu (2013), dan oleh Florencia (2014) dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Sampel air minum yang diteliti adalah air minum isi ulang (AMIU) dan air mineral dalam kemasan. Kadar kalsium dan magnesium yang diperoleh dari sampel air minum isi ulang dan air mineral dalam kemasan secara spektrofotometri serapan atom dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel No. Sampel

Kadar Mineral

Sumber Kalsium (mg/l) Magnesium

(mg/l)

1.

AMIU Tanpa Merek Teknik

Filterisasi I

6,5113 ± 0,34 1,7817 ± 0,08

a 2.

AMIU Tanpa Merek Teknik

FilterisasiII

14,3137 ± 0,24 3,1492 ± 0,14

3.

AMIU Tanpa Merek Teknik

Filterisasi III

10,4956 ± 0,20 3,1408 ± 0,05

4. Aqua 40,8789 ± 0,28 14,7650 ± 0,11

b 5. Amoz 30,6852 ± 0,29 19,9454 ± 0,15

6.

Air Minum Isi

Ulang I 11,6847 ± 0,09 6,9720 ± 0,07

7.

Air Minum Isi

Ulang II 25,6405 ± 0,20 12,9050 ± 0,08

(30)

2.4 Penetapan Kadar Mineral dalam Air Minum 2.4.1 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam logam, yang penentuannya adalah berdasarkan pembentukan kompleks atau ion kompleks. Kompleks ini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi sebuah ion logam, kation, dengan sebuah anion atau molekul netral. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan pentiter yang sering digunakan (Day dan Underwood, 1998).

Untuk penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan akan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini adalah hitam eriokrom, mureksid, jingga pirokatekol, jingga xilenol, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan Rohman, 2007).

2.4.2 Spektrofotometri Serapan Atom

(31)

tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut (Gandjar dan Rohman, 2007).

Atom-atom mengalami transisi bila menyerap energi. Energi akan dipancarkan ketika atom tereksitasi kembali ke tingkat energi dasar, dan detektor akan mendeteksi energi terpancar tersebut. Cuplikan yang diukur oleh AAS adalah berupa larutan, biasanya air sebagai pelarut. Di dalam AAS, nyala berguna untuk pembentukan atom sedangkan hollow cathode menjadi sumber energi untuk AAS. Hollow cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dasar analisis menggunakan teknik spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Hendayana, dkk. 1994; Gandjar dan Rohman, 2007).

Lampu katoda berongga (hollow cathode lamps) merupakan sumber yang paling terkenal terutama untuk spektofotometri serapan atom. Lampu katoda tersedia dalam bentuk single-element dan multiple-element. Lampu ini mempunyai masa hidup yang relatif panjang, tetapi akan rusak setelah beberapa ratus jam penggunaan, dan setelah penyimpanan yang sangat lama. Lampu katoda diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan

(32)

panjang gelombang tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007).

Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen berikut ini (Gandjar dan Rohman, 2007):

a. Sumber cahaya

Lampu katoda berongga yang dilapisi dengan unsur yang sedang dianalisis. b. Nyala

Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu ± 2500ºC, dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu 3000ºC, yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari unsur-unsur seperti alumunium atau kalsium.

c. Monokromator

Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang sedang diperiksa sehingga diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang dipancarkan oleh lampu katode rongga. Ini menghilangkan interferensi oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas pengisi di dalam lampu katode rongga, dan dari unsur-unsur lain di dalam sampel tersebut.

d. Detektor

Detektor biasanya digunakan untuk mengukur intensitas cahya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya berupa sel fotosensitif.

e. Readout

(33)

bakar dan gas pengoksidasi serta komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala (Gandjar dan Rohman, 2007).

Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom: 1. Gangguan Kimia

Pembentukan atom gas dengan energi dasar yang merupakan dasar metode spektroskopi ini dapat dihalangi oleh dua macam gangguan kimia:

a. Pembentukan senyawa stabil

Pembentukan senyawa stabil menyebabkan disosiasi analit tidak sempurna atau pembentukan senyawa stabil di dalam nyala. Contoh sifat-sifat ini ditunjukkan oleh:

- Pembentukan CaSO4 atau Ca3(PO4)2 dengan adanya sulfat atau posfat, dan

- Pembentukan oksida stabil dari titan, vanadium, dan alumunium.

Gangguan-gangguan kimia biasanya dapat dihindarkan oleh salah satu cara berikut.

Menaikkan Suhu Nyala

Suhu tinggi sering menyebabkan pembentukan atom-atom gas bebas, contoh alumunium oksida lebih mudah berdisosiasi di dalam nyala asetilen-nitrogen oksida daripada di dalam nyala asetilen-udara. Gangguan kalsium-alumunium yang bersal dari pembentukan kalsium aluminat juga dapat dihindari dengan bekerja pada suhu yang lebih tinggi daripada nyala asetilen-nitrogen oksida.

Menggunakan Zat Pembebas (Releasing Agent) Proses ini berdasarkan reaksi

(34)

dengan M―X adalah garam yang sukar berdisosiasi, R adalah zat pembebas. Proses ini akan berhasil kalau R―X lebih stabil daripada M―X. Contoh, di

dalam penentuan kalsium dengan adanya posfat, penambahan larutan klorida atau strontium klorida berlebih kedalam larutan cuplikan, menyebabkan pembentuakan strontium posfat, kemudian kalsium dapat ditentukan di dalam nyala asetilen-udara tanpa gangguan posfat.

b. Ionisasi Atom-atom Gas pada Tingkat Energi Dasar

Ionisasi atom-atom gas di dalam nyala akan mengurangi intensitas M M+ + e

-absorbsi di dalam spektroskopi serapan. Oleh karena itu perlu mengurangi kemungkinan terjadinya ionisasi. Suhu tinggi nyala udara atau asetilen-nitrogen oksidasi dapat menyebabkan ionisasi unsur seperti unsur-unsur logam alkali: kalsium, stronsium, dan barium. Ionisasi unsur yang ditentukan dapat dikurangi dengan zat penahan ionisasi; biasanya berupa larutan yang mengandung kation dengan potensial ionisasi lebih rendah daripada analit (Hendayana, dkk. 1994).

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.

(35)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.

Menurut Harmita (2004), perhitungan perolehan kembali ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

% Perolehan kembali = (CF– CA)/ (C*A) x 100

CF = konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran

CA = konsentrasi sampel sebenarnya

C*A = konsentrasi analit yang ditambahkan

2.5.2 Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16% dan pada kadar part per bilion (ppb) adalah 32% (Harmita, 2004).

2.5.3 Selektivitas (Spesifitas)

Selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004).

(36)

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matemati yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

2.5.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu untuk menentukan kadar mineral kalsium dan magnesium pada air minum PDAM Tirtanadi yang beredar di beberapa lokasi di kota Medan.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan September 2013 – Januari 2014.

3.2 Bahan-Bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air minum PDAM Tirtanadi Medan yang diambil dari beberapa lokasi di kota Medan di sekitar PDAM Tirtanadi cabang Sunggal.

3.2.2 Pereaksi

Bahan yang digunakan adalah HNO3 pekat (65% b/v), larutan standar

kalsium 1000 µg/ml, larutan standar 1000 µg/ml, dan akuabides.

3.3 Alat-Alat

(38)

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposife yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Budiarto, 2004).

Lokasi pengambilan sampel ada empat titik disekitar PDAM Tirtanadi cabang Sunggal, yaitu:

1. Titik I : Jalan Asrama Komplek Perumahan Bumi Asri Blog C No.160, Medan

2. Titik II : Komplek Perumahan Waikiki Blog E IX No.4 Tanjung Selamat, Medan

3. Titik III: Jalan Asoka 1 Gang Mekar No.3 Kelurahan Asam Kumbang, Medan

4. Titik IV: Jalan Dwikora Kompleks Setia Budi Town House No. 9L, Setiabudi, Medan

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali yaitu: 1. Minggu I : 21 Oktober 2013

2. Minggu II : 28 Oktober 2013 3. Minggu III : 4 November 2013

3.4.2 Penyiapan Sampel

Masing-masing sampel diambil sebanyak 50 mL dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan HNO3 p.a sebanyak 2,5 mL, kemudian

(39)

didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan akuabides sampai garis tanda, homogenkan. Disaring dengan kertas saring Whatmann No. 42, dan ± 5 ml larutan pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring. Kemudian larutan selanjutnya ditampung ke dalam botol.

3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi larutan 10 μg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (5; 10; 15; 20 dan 25) ml larutan baku 10 μg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0) μg/ml dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 422,7 nm, atomisasi

dilakukan dengan nyala udara-asetilen.

3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi larutan 10 μg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet (1; 2; 3; 4 dan 5) ml larutan baku 10 μg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0) μg/ml dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 285,2 nm, atomisasi

(40)

3.5 Penetapan Kadar Kalsium dan Magnesium Dalam Sampel 3.5.1 Penetapan Kadar Kalsium

Larutan sampel yang telah disiapkan diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel

dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Kadar logam kalsium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai

berikut:

Vs Fp x V x C Kadar 

Keterangan : C = konsentrasi (µg/ml) (dihitung berdasarkan persamaan regresi kurva kalirasi)

V = volume larutan sampel (ml) Fp = faktor pengenceran

Vs = Volume sampel

3.5.2 Penetapan Kadar Magnesium

(41)

regresi dari kurva kalibrasi. Kadar logam magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara diatas (perhitungan kadar logam kalsium dalam sampel).

3.6 Analisis Data Secara Statistik 3.6.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar kalsium, kalium, dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik. Menurut (Sudjana, 2005) standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

SD =

1 -n

X -Xi 2

Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel Xi = Kadar sampel

n = Jumlah perlakuan Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =

n SD

X Xi

/

dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar Mineral : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n ) Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = Interval kepercayaan

n = Jumlah perlakuan

3.6.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

(42)

dengan menggunakan uji tambahan yaitu uji Tukey. Teknik ini merupakan teknik analisis yang fungsinya untuk menguji perbedaan lebih dari dua beda rerata sampel (Soepeno, 1997).

3.7 Validasi Metode Analisis

3.7.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Ermer, 2005). Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 0,2 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml, 0,2 ml larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 µg/ml).

Sebanyak 50 ml sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan yaitu, 0,2 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml), 0,2 ml larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 µg/ml), kemudian dilanjutkan dengan prosedur penyiapan sampel seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Kadar bahan baku yang ditambahkan dapat dihitung dengan persamaan:

C*A

=

L X VL VS

Keterangan : C*A = Kadar baku yang ditambahkan kedalam sampel (µg/ml)

CLB = Konsentrasi larutan baku (µg/ml)

VLB = Volume larutan baku yang ditambahkan (ml) VS = Volume sampel (ml)

(43)

CF - CA

C*A

Keterangan : CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku

CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku

C*A = Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.7.2 Simpangan Baku Relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Menurut Harmita (2004), rumus untuk menghitung simpangan baku

relatif adalah: RSD = 100%

X SD

Keterangan :

X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

RSD = Relative Standard Deviation

3.7.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Menurut Harmita (2004), batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(44)

Simpangan Baku (SY X ) =

2

2

 

n Yi Y

Batas deteksi (LOD) =

slope X SY x 3

Batas kuantitasi (LOQ) =

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kurva Kalibrasi Kalsium dan Magnesium

Kurva kalibrasi kalsium dan besi diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar kalsium dan magnesium pada panjang gelombang 422,7 nm dan 285,2 nm. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kalsium dan magnesium diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0325 X + 0,0036untuk kalsium dan Y = 0,5439 X + 0,0119 untuk magnesium.

[image:45.595.115.514.367.598.2]

Kurva kalibrasi larutan standar kalsium dan magnesium dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18

0 1 2 3 4 5 6

Abso

rb

an

si

Konsentrasi (µg/ml)

(46)
[image:46.595.113.515.84.321.2]

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium

Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dimana koefisien korelasi (r) untuk kalsium sebesar 0,9991 dan magnesium sebesar 0,9990. Nilai r ≥ 0,99 menunjukkan adanya korelasi linier hubungan antara X dan Y (Watson, 2005). Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku kalsium dan perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 41. Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku magnesium dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 43.

4.2 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel

Hasil analisis dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4,5, dan 6, halaman 45 sampai halaman 51. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8, halaman 52 sampai halaman 55).

Hasil penetapan kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut:

-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Abs

o

rba

ns

i

Konsentrasi (µg/ml)

(47)
[image:47.595.113.513.96.243.2]

Tabel 3. Kadar kalsium dalam air PDAM Tirtanadi

No. Lokasi Minggu I (mg/l) Minggu II (mg/l) Minggu III (mg/l)

1. Titik I 1,29±0,03 2,69±0,07a 2,77±0,08a 2. Titik II 10,05±0,17 8,04±0,21b 7,89±0,20b 3. Titik III 3,83±0,05 2,56±0,04a 2,43±0,06a 4. Titik IV 3,34±0,09 1,39±0,04 2,50±0.06a

Keterangan: a, b = Tidak berbeda secara signifikan Tabel 4. Kadar magnesium dalam air PDAM Tirtanadi

No. Lokasi Minggu I (mg/l) Minggu II (mg/l) Minggu III (mg/l)

1. Titik I 2,97±0,04 4,56±0,05a 4,71±0,03 2. Titik II 6,08±0,03 5,87±0,05 5,42±0.15 3. Titik III 2,93±0,01 3,60±0,14 4,29±0,05a 4. Titik IV 1,88±0,08 4,64±0,05a 5,08±0,07a

Keterangan: a=Tidak berbeda secara signifikan

Kadar kalsium dan magnesium pada tabel diatas didapat dari 6 kali pengulangan. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) yang merekomendasikan bahwa kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/l dan 10 mg/l (Kozisek, 2005). Tetapi masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menkes RI No.01/Birhukmas/I/1975 tentang Baku Mutu Air Minum yang menyatakan bahwa kadar maksimal kalsium yang dianjurkan adalah 75 mg/l dan kadar maksimal magnesium yang dianjurkan 30 mg/l.

[image:47.595.113.517.278.425.2]
(48)

kalsium dan magnesium dari waktu ke waktu ini dapat terjadi mungkin akibat sumber air baku yang berubah-ubah kualitas dan kuantitasnya karena PDAM Tirtanadi cabang Sunggal Medan menggunakan air sungai sebagai air baku. Sedangkan perbedaan kadar kalsium dan magnesium di setiap lokasi pengambilan hal ini dapat terjadi mungkin karena kebocoran pipa distribusi ke rumah-rumah warga/pelanggan. Hal ini berdasarkan informasi dari warga/pelanggan yang mengeluhkan terjadinya kekeruhan pada air yang terjadi sewaktu - waktu.

[image:48.595.114.513.341.697.2]

Hasil penelitian sebelumnya oleh Pasaribu (2013), dan Florencia (2014) dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Air Minum

No. Sampel

Kadar Mineral

Sumber Kalsium (mg/l) Magnesium

(mg/l)

1.

AMIU Tanpa Merek Teknik

Filterisasi I

6,5113 ± 0,34 1,7817 ± 0,08

a 2.

AMIU Tanpa Merek Teknik

FilterisasiII

14,3137 ± 0,24 3,1492 ± 0,14

3.

AMIU Tanpa Merek Teknik

Filterisasi III

10,4956 ± 0,20 3,1408 ± 0,05

4. Aqua 40,8789 ± 0,28 14,7650 ± 0,11

b 5. Amoz 30,6852 ± 0,29 19,9454 ± 0,15

6.

Air Minum Isi

Ulang I 11,6847 ± 0,09 6,9720 ± 0,07

7.

Air Minum Isi

Ulang II 25,6405 ± 0,20 12,9050 ± 0,08

(49)

Dari penelitian sebelumnya oleh Pasaribu (2013) dan Florencia (2014), kadar kalsium dan magnesium dalam air mineral dalam kemasan yaitu Aqua dan Amoz lebih tinggi dibandingkan air minum isi ulang (AMIU) dan air PDAM Tirtanadi. Air mineral Aqua dan Amoz telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) yang merekomendasikan bahwa kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/l dan 10 mg/l.Apabila kandungan kalsium dan magnesium (zat esensial) dalam air minum tinggi, maka tubuh akan menyerap kalsium dan magnesium, sedangkan zat non-esensial seperti timbal yang mungkin berada dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi, akan diekskresi dari tubuh. Apabila kandungan zat esensial rendah atau tidak ada, maka tubuh akan menyerap logam toksik seperti timbal dan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan (Fox, 1998).

4.3 Analisis Data Secara Statistik

Hasil pengujian beda nilai rata-rata kadar kalsium dan magnesium dalam air PDAM Tirtanadi di setiap lokasi pengambilan sampel pada Mnggu I, Minggu II, dan Minggu III dapat dilihat pada lampiran 14 dan 15 halaman 65, dan halaman 69.

(50)

4.4 Validasi Metode Analisis

4.4.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

[image:50.595.117.514.224.566.2]

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalsium dan magnesium setelah penambahan masing-masing larutan baku kalsium dan magnesium ke dalam sampel dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Persen Uji Perolehan KembaliKadar Kalsium dan Magnesium Mineral Kadar

dalam sampel sebelum penambahan

baku (mg/l) (CA)

Kadar bahan baku

yang di tambahkan

(mg/l) (C*A)

Kadar setelah penambahan

baku (mg/l) (CF)

% Recovery CF - CA

C*A

Ca

2,5518 4,0 6,2524 92,51%

2,5518 4,0 6,2770 93,13%

2,5518 4,0 6,3262 94,36%

Rata-rata 93,33%

Mg

4,5645 4,0 9,0090 111,11%

4,5645 4,0 8,9760 110,29%

4,5645 4,0 8,9040 108,49%

Rata-rata 109,96%

(51)

sampel (1-10) ppm (Harmita, 2004). Hasil analisis kadar kalsium dan magnesium setelah penambahan masing-masing larutan baku dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10, halaman 57, dan halaman 58. Contoh perhitungan hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalsium, dan magnesium setelah penambahan masing-masing larutan baku dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 59 sampai halaman 60.

4.4.2 Simpangan Baku Relatif

Dari perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran kadar mineral kalsium, dan magnesium pada uji perolehan kembali sampel air PDAM Tirtanadi, diperoleh nilai simpangan baku relatif (RSD) sebesar 0,60 untuk mineral kalsium; 0,60 untuk mineral magnesium (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 61 sampai halaman 62). Menurut Harmita (2004), nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) RSDnya adalah tidak lebih dari 32%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik.

4.4.3 Penentuan Batas Deteksi dan Kuantitasi

(52)
(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kadar kalsium dan magnesium dalam air minum PDAM Tirtanadi Medan telah memenuhi persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.01/Birhukmas/I/1975 tetapi belum memenuhi persyaratan WHO (World Health Organization).

5.2 Saran

1. Disarankan kepada peneliti lain untuk meneliti mineral kalsium dan magnesium dalam air PDAM di kota-kota lain, misalnya air PDAM Tirtauli di Kotamadya Pematang Siantar.

2. Disarankan kepada Depkes RI untuk meninjau kembali peraturan tentang kualitas air minum khususnya untuk kadar minimum kalsium dan magnesium,

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 46.

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1998). Quantitative Analysis Sixth Edition. Penerjemah: Iis Sopyan (2002). Analisis Kimia Kuantitaif. Jakarta: Erlangga. Halaman 193,194.

Ermer, J., dan Miller, J.H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Halaman 171.

Florencia, M. (2014). Analisis Kalsium, Magnesium Dan Timbal Pada Air Mineral Dalam Kemasan Dan Air Minum Isi Ulang Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU. Fox, M. (1998). Healthy Water. Portsmouth: Healthy Water Research. Halaman

122.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 22, 298-312, 319-321, 468.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara

Perhitungannya. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA UI. Halaman 117, 119, 121, 122, 127, 130.

Hendayana, S., Kadarohman, A., Sumarna, A., Supriatna, A., dan Buchari. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Edisi Kesatu. Semarang: IKIP Semarang Press. Halaman 231, 235-237.

Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan Oleh Saptorahardjo. Jakarta: UI Press. Halaman 189-191, 194-196.

Kozisek, F. (2005). Health Risks From Drinking Demineralised Water. Dalam: Nutrients In Drinking Water. (2005). Switzerland: WHO Library Cataloguing In Publication Data. Halaman 148-149,152.

McGilvery, R.W., dan Goldstein, G.W. (1996). Biokimia: Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 925, 926 929.

Pasaribu, J.H. (2013). Analisis Mineral Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Beberapa Jenis Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi USU.

(55)

Permenkes RI. (1975). Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975.

Permenkes RI. (2010). Persyaratan Kualitas Air Minum menurut Menkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

Sawka, M.N., Cheuvront, S.N. dan Carter, R. (2005). Human Water Needs. Nutrition Preview. 63(6): S30.

Silalahi, J. (2011). Air Mineral dan Minuman Isotonik, Makalah. Dipresentasikan Pada Seminar Sehari Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 26 Mei 2011. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 3-4.

Soepeno, B. (1997). Statistik Terapan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 172. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Halaman 93, 168,

239.

Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal.867-868.

Yunasri, E. (2012). Mineral Makro dan Mineral Mikro. Tanggal akses 12 Juni 2014. http://ediyunasri.blogspot.com/2012/09/mineral-makro-dan-mineral-mikro.html

Wardlaw, G. M., dan Hampl, J. S. (2007). Perspectives In Nutrition. Edisi Ketujuh. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Halaman 414, 415, 418.

Watson, G. (2005). Pharmaceutical Analysis. Penerjemah: Winny R, Syarief. (2010). Analisis Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(56)

Lampiran 1. Bagan alir penyiapan sampel Sampel 50 ml

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

Ditambahkan 2,5 ml HNO3 p.a

Dipanaskan di atas hot plate hingga sampel tersisa 10-15 ml

Dibuang ± 5 ml larutan pertama untuk menjenuhkan kertas saring Dicukupkan dengan aquabidest sampai garis tanda,homogenkan Didinginkan

Ditampung hasil saringan selanjutnya dalam botol Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml

Disaring dengan kertas saring Whatmann No. 42

(57)

Lampiran 2. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r). No. Konsentrasi (µg/ml)

(X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0000

2. 1,0000 0,0379

3. 2,0000 0,0707

4. 3,0000 0,1040

5. 4,0000 0,1331

6. 5,0000 0,1639

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

2. 1,0000 0,0379 0,0379 1,0000 0,00143641 3. 2,0000 0,0707 0,1414 4,0000 0,00499849 4. 3,0000 0,1040 0,3120 9,0000 0,01081600 5. 4,0000 0,1331 0,5324 16,0000 0,01771561 6. 5,0000 0,1639 0,8195 25,0000 0,02686321  15,0000

X = 2,5000

0,5096

Y = 0,084933

1,8432 55,0000 0,06182972

a =

X

n X n Y X XY / / 2 2

 

  =

15,0000

/6 0000 , 55 6 / ) 5096 , 0 ( 0000 , 15 8432 , 1 2   = 0,03252571429

Y = a X+ b b = Y  aX

= 0,08493333333 – (0,03252571429)(2,5000) = 0,0036190476

Maka, persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,0325 X + 0,0037

=



(58)

Lampiran 2. (Lanjutan)

=

5697232954 ,

0

5692 , 0

(59)

Lampiran 3. Data Kalibrasi Magnesium dengan Spektrofotometer Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r).

No. Konsentrasi (µg/ml) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 -0,0004

2. 0,2000 0,1248

3. 0,4000 0,2390

4. 0,6000 0,3449

5. 0,8000 0,4494

6. 1,0000 0,5451

No. X Y XY X2 Y2

1. 0,0000 -0,0004 0,0000 0,0000 0,00000000 2. 0,2000 0,1248 0,02496 0,0400 0,01557504 3. 0,4000 0,2390 0,0956 0,1600 0,05712100 4. 0,6000 0,3449 0,20694 0,3600 0,11895601 5. 0,8000 0,4494 0,35952 0,6400 0,20196036 6. 1,0000 0,5451 0,5451 1,0000 0,29713401

 3,0000

X= 0,5000

1,7028

Y = 0,2838

1,23212 2,2000 0,69074642

a =

X

n

X n Y X XY / / 2 2

 

  =

3,0000

/6 2000 , 2 6 / ) 7028 , 1 ( 0000 , 3 23212 , 1 2   = 0,5438857143

Y = a X+ b b = Y  aX

= 0,2838 – (0,5438857143)(0,5000) = 0,0118571428

Maka persamaan garis regresinya adalah: Y = 0,5439 X + 0,0119

=



(60)

Lampiran 3. (Lanjutan)

=

3811092311 ,

0

38072 , 0

(61)

Lampiran 4. Hasil Analisis Kadar Kalsium dalam Sampel Air PDAM Tirtanadi 1. Minggu I, Titik I

Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/L)

1 50,0 0,0237 0,6184 1,2368

2 50,0 0,0241 0,6307 1,2614

3 50,0 0,0245 0,6430 1,2860

4 50,0 0,0247 0,6492 1,2984

5 50,0 0,0246 0,6461 1,2922

6 50,0 0,0247 0,6492 1,2984

2. Minggu II, Titik I

Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/L)

1 50,0 0,0464 1,3169 2,6338

2 50,0 0,0466 1,3231 2,6462

3 50,0 0,0478 1,3600 2,7200

4 50,0 0,0480 1,3662 2,7324

5 50,0 0,0480 1,3662 2,7324

6 50,0 0,0477 1,3569 2,7138

3.Minggu III, Titik I

Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/L)

1 50,0 0,0459 1,3015 2,6030

2 50,0 0,0477 1,3569 2,7138

3 50,0 0,0485 1,3815 2,7630

4 50,0 0,0489 1,3938 2,7876

5 50,0 0,0490 1,3969 2,7938

6 50,0 0,0495 1,4123 2,8246

4. Minggu I, Titik II

Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/L)

1 50,0 0,1653 4,9754 9,9508

2 50,0 0,1680 5,0585 10,1170

3 50,0 0,1693 5,0985 10,1970

4 50,0 0,1679 5,0554 10,1108

5 50,0 0,1661 5,0000 10,0000

(62)

Lampiran 4. (Lanjutan) 5. Minggu II, Titik II

Sampel Volume Sampel (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (µg/ml) Kadar (mg/L)

1 50,0 0,1363 4,0831 8,1662

2 50,0 0,1357 4,0646 8,1292

3 50,0 0,1362 4,0800 8,1600

4 50,0 0,1333 3,9908 7,9816

5 50,0 0,1318 3,9446 7,9892

6 50,0 0,1312 3,9262 7,8524

6.

Gambar

Tabel 1. Baku Mutu Air Minum Menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/1975
Tabel 2. Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel
Gambar 1 dan 2.
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The most obvi- ous difference between both experiments was S, where the sunflower canopy in the 1998 experiment would fluctuate between one to two azimuth preferences, but in the

[r]

Pelajar diharapkan untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sehubungan dengan kombinasi penggunaan bahasa pengantar yang digunakan selama proses pengajaran

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan

The Maritime Cultural Heritage field is composed of full-scale historic ships and boats, as well as of models and replicas of famous vessels, of objects and exhibits relating

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau

The digital atlas, composed by textual or graphical documents, photos or technical drawings, finds its main focus on the digital three-dimensional models of the courtyards and