MUTU TINGGI – LANTAI BETON SECARA ELASTIS DAN
ULTIMATE
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil
Oleh :
RILLY FERANDA
070404064
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada saya, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.Tugas
akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang struktur
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul
“Analisa dan Eksperimental Komposit Kayu Mutu Tinggi-Lantai Beton Secara Elastis dan Ultimate.”
Sungguh suatu hal yang luar biasa dimana akhirnya tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang diharapkan. Tugas akhir adalah
merupakan salah satu unsur yang sangat penting sebagai pemenuhan nilai-nilai tugas dalam
mencapai gelar Sarjana Teknik dari Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil di universitas
ataupun perguruan tinggi manapun di seluruh Nusantara, termasuk pula di Universitas
Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas dari
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
berperan penting yaitu :
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan
waktu yang telah diberikan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan
studi Strata-I di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir.Besman Surbakti, M.T., selaku pembimbing, yang telah banyak
memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Ir. Sanci Barus, M.T., Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T., dan
Bapak M. Agung Putra Handana, ST, MT selaku Dosen Pembanding, atas
saran dan masukan yang diberikan kepada Penulis terhadap Tugas Akhir ini.
6. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini
kepada saya.
8. Buat keluargaku, terutama kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Ir. Chairil
Anwar dan Ibunda Hasnelly yang telah memberikan motivasi,semangat dan
nasehat kepada saya, adik-adikku Femy dan Nichy yang telah banyak
membantu saya.
9. Untuk keluarga Pak Gindo Hsb, terima kasih atas semua bantuan yang
diberikan,
10. Untuk Gina, semoga sukses di Jerman ya,
11. Buat saudara/i seperjuangan, Didi, Nanda, Juangga, Ari Yusman, Harly,
Fadly, Yowa, Herry, Falah, Iqbal, Ghufran, Alfi, Jay, Aulia, Alef, Alfri, Dipa,
Fahim, bg Herry, kak Diana, kak Ani , kak Safira ,adik-adik pondasi dan
adik-adik 08,09,10 serta teman-teman mahasiswa/i angkatan 2007 yang tidak
dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya
selama ini.
12. Untuk Mas Subandi dan ibu dan Bapak Zumono kantin beton.
13. Dan segenap pihak yang belum Penulis sebut di sini atas jasa-jasanya dalam
mendukung dan membantu Penulis dari segi apapun, sehingga tugas akhir ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahamahan saya
dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Mei 2011
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR NOTASI ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Perumusan Masalah ... 2
I.3. Tujuan Penelitian ... 3
I.4. Metodologi ... 4
I.5. Batasan Masalah ... 6
BAB II. TINJAUANPUSTAKA ... 7
II.1. Umum ... 7
II.2. Kayu ... 7
II.2.1. Sifat Bahan Kayu ... 8
II.2.2. Sifat Fisis Kayu dan Sifat Mekanis Kayu ... 8
II.2.2.1 Sifat Fisis Kayu ... 9
a. Berat Jenis Kayu ... 9
b. Kadar Air Kayu ... 10
II.2.2.2 Sifat Mekanis ... 11
a. Keteguhan Tarik ... 11
b. Keteguhan Tekan ... 12
c. Keteguhan Geser ... 13
d. Keteguhan Lengkung (Lentur) ... 14
e. Keteguhan Belah ... 15
II.2.3. Tegangan Bahan Kayu ... 15
II.2.4. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Mekanis ... 20
II.2.5. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Visual ... 22
II.3. Beton ... 24
II.3.1.Bahan-Bahan Penyusun Beton ... 26
II.3.1.1. Semen ... 26
II.3.1.2. Agregat ... 27
II.3.2.1. Kuat Tekan ... 31
II.3.2.2. Modulus Elastisitas Beton ... 33
II.3.2.3. Kekuatan Tarik ... 34
II.4. Konstruksi Komposit ... 35
II.5. Balok Komposit Kayu Beton ... 37
II.6. Penghubung Geser (Shear Connector) ... 38
II.6.1. Paku ... 39
II.7. Priinsip Perencanaan Struktur Komposit ... 41
II.7.1.1 Metode Elastis ... 41
a. Analisis Elastis ... 41
b. Penempatan Paku Berdasarkan Metode Elastis ... 44
II.7.2. Metode Kekeuatan Batas (Ultimate) ... 45
a. Analisis Ultimate ... 45
b. Penempatan Paku Berdasarkan Metode Ultimate ... 48
c. Tahanan Lateral Terkoreksi ... 50
BAB III.METODOLOGI PENELITIAN ... 52
III.1.Pendahuluan ... 52
III.2.Pengujian Kayu ... 52
III.2.1.Persiapan Pengujian ... 52
III.2.2.Pelaksanaan Pengujian ... 53
III.2.2.1. Pemeriksaan Kadar Air ... 53
III.2.2.2. Pemeriksaan Berat Jenis ... 55
III.2.2.3. Pengujian Kuat Tekan ... 56
III.2.2.4. Pengujian Kuat Lentur dan Elastisitas pada Penurunan Izin dan pada Kondisi Ultimate ... 57
III.3.Pengujian Beton ... 60
III.3.1.Persiapan Pengujian ... 60
III.3.2.Benda Uji Beton ... 60
III.3.3.Pengujian Kuat Tekan Beton ... 60
III.5.Pengujian Kuat Lentur Balok T Komposit Kayu-Beton ... 62
BAB IV.ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 64
IV.1.Hasil Penelitian ... 64
IV.1.1.Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties Kayu ... 64
IV.1.1.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Air ... 64
IV.1.1.2. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis ... 65
IV.1.1.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu ... 66
IV.1.1.4. Hasil Pengujian Kuat Lentur dan Elastisitas Lentur Kayu ... 67
IV.1.2.Kesimpulan Hasil Pengujian Physical dan Mechanical Properties ... 75
IV.2.Perencanaan Komposit Balok T Kayu-Beton ... 77
IV.2.1.Perencanaan Model-1 Secara Metode Elastis ... 77
IV.2.4.Kontrol Perencanaan Model-3 Secara Metode Elastis ... 96
IV.3.Lendutan ... 100
IV.3.1.Lendutan Dengan Dua Beban Terpusat (P) ... 100
IV.3.2.Lendutan Dengan Satu Beban Terpusat (P) ... 102
IV.4.Hasil Pengujian Komposit ... 105
IV.5.Pengamatan Pada Percobaan ... 131
IV.6.Diskusi ... 133
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 135
V.1. Kesimpulan ... 135
V.2. Saran ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 137
DAFTAR LAMPIRAN ... 139
Gambar I.1 : Pemberian beban pada bentang struktur komposit model 1 dan II ... 5
Gambar I.2 : Pemberian beban pada bentang struktur komposit model III ... 5
Gambar II.1 : Batang yang menerima gaya tarik P ... 12
Gambar II.2 : Batang kayu menerima gaya tekan sejajar serat ... 12
Gambar II.3 : Batang kayu yang menerima gaya tekan tegak lurus serat ... 13
Gambar II.4 : Batang kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat ... 14
Gambar II.5 : Batang kayu yang menerima beban lengkung ... 15
Gambar II.6 : Hubungan antara beban tekan dengan deformasi untuk tarikan dan tekanan ... 16
Gambar II.7 : Tegangan tekan dan tegangan tarik ... 19
Gambar II.8 : Diagram tegangan-regangan batang tulangan baja terhadap kuat tekan beton [Dipohusodo, 1999] ... 32
Gambar II.9 : Penampang lantai komposit kayu–beton tipe balok T ... 38
Gambar II.10 : Diagram tegangan elastis ... 42
Gambar II.11 : Hubungan antara beban, geser dan diagram momen ... 43
Gambar II.12.a : Balok yang dibebani dengan beban – beban terpusat ... 43
Gambar II.12.b : Diagram gaya lintang ... 43
Gambar II.13.a : Distribusi tegangan geser ½ bentang ... 43
Gambar II.13.b : Nilai gaya geser pada zone 1 dan zone 2 ... 43
Gambar II.14 : Diagram tegangan ultimate ... 47
Gambar II.15 : Sambungan paku dengan variasi penetrasi ... 51
Gambar III.1 : Sampel pengujian kadar air ... 53
Gambar III.2 : Sampel pengujian untuk menentukan berat jenis ... 55
Gambar III.5 : Penempatan dial beban pada sampel ... 58
Gambar III.6 : Model pengujian benda uji silinder beton ... 61
Gambar III.7 : Pengujian kuat lentur balok T komposit kayu –beton model ke-1 dan ke-2 ... 63
Gambar III.8 : Pengujian kuat lentur balok T komposit kayu –beton model ke-3 ... 63
Gambar IV.1 : Grafik tegangan regangan hasil pengujian elastisitas kayu sampel-1 ... 69
Gambar IV.2 : Grafik regresi linear tegangan-regangan kayu sampel-1 ... 69
Gambar IV.3 : Grafik tegangan regangan hasil pengujian elastisitas kayu sampel-2 ... 71
Gambar IV.4 : Grafik regresi linear tegangan-regangan kayu sampel-2 ... 71
Gambar IV.5 : Grafik tegangan regangan hasil pengujian elastisitas kayu sampel-3 ... 73
Gambar IV.6 : Grafik regresi linear tegangan-regangan kayu sampel-3 ... 73
Gambar IV.7 : Dimensi komposit model-1 ... 78
Gambar IV.8 : Diagram tegangan elastis komposit model-1 ... 79
Gambar IV.9 : Diagram gaya lintang yang bekerja ... 80
Gambar IV.10 : Dimensi komposit model-2 ... 83
Gambar IV.11 : Diagram tegangan ultimate komposit model-2 ... 85
Gambar IV.12 : Mekansime runtuh ... 86
Gambar IV.13 : Dimensi komposit model-3 ... 91
Gambar IV.14 : Diagram tegangan ultimate komposit model-3 ... 93
Gambar IV.15 : Mekansime runtuh ... 94
Gambar IV.16 : Dimensi komposit model-3 ... 96
Gambar IV.17 : Diagram tegangan elastis komposit model-3 ... 97
Gambar IV.18 : Diagram gaya lintang yang bekerja ... 98
Gambar IV.19 : Diagram momen dan gaya lintang ... 98
Gambar IV. 22 : Grafik beban vs penurunan (Dial-2) pada komposit model -1 ... 116
Gambar IV. 23 : Grafik beban vs penurunan (Dial-3) pada komposit model -1 ... 117
Gambar IV. 24 : Grafik beban vs penurunan (Dial-1) pada komposit model -2 ... 119
Gambar IV. 25 : Grafik beban vs penurunan (Dial-2) pada komposit model -2 ... 120
Gambar IV. 26 : Grafik beban vs penurunan (Dial-3) pada komposit model -2 ... 121
Gambar IV. 27 : Grafik perbandingan penurunan vs beban pada Dial-1 komposit model -1 dan 2 ... 123
Gambar IV. 28 : Grafik perbandingan penurunan vs beban pada Dial-2 komposit model -1 dan 2 ... 124
Gambar IV. 29 : Grafik perbandingan penurunan vs beban pada Dial-3 komposit model -1 dan 2 ... 125
Gambar IV. 30 : Grafik beban vs penurunan (Dial-1) pada komposit model -3 ... 127
Gambar IV. 31 : Grafik beban vs penurunan (Dial-2) pada komposit model -3 ... 128
Gambar IV. 32 : Grafik beban vs penurunan (Dial-3) pada komposit model -3 ... 129
Gambar IV. 33 : Pola retak komposit kayu-beton model-1 ... 132
Gambar IV. 34 : Pola retak komposit kayu-beton model-2 ... 133
Tabel II.1 : Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan atas pemilihan secara mekanis pada
kadar air 15% (berdasarkan) PPKI NI – 5 2002 ... 21
Tabel II.2 : Nilai rasio tahanan ... 23
Tabel II.3 : Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu ... 23
Tabel II.4 : Tebal kayu yang diperkenanakan untuk beberapa ukuran paku ... 40
Tabel II.5 : Tahanan lateral acuan satu paku (Z) untuk satu pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen ... 48
Tabel II.6 : Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat ... 49
Tabel II.7 : Berbagai Ukuran Diameter dan Panjang Paku ... 50
Tabel IV.1 : Hasil pemeriksaan kadar air kayu ... 64
Tabel IV.2 : Hasil pemeriksaan berat jenis kayu ... 65
Tabel IV.3 : Hasil pemeriksaan kuat tekan sejajar serat kayu ... 66
Tabel IV.4 : Hasil pemeriksaan elastisitas kayu ... 67
Tabel IV.5 : Tabulasi perhitungan tegangan dan regangan sampel-1 ... 68
Tabel IV.6 : Tabulasi perhitungan tegangan dan regangan sampel-2 ... 69
Tabel IV.7 : Tabulasi perhitungan tegangan dan regangan sampel-3 ... 71
Tabel IV.8 : Rangkuman penelitian mechanical properties (PPKI 2002)... 75
Tabel IV.9 : Rangkuman penelitian mechanical properties (PPKI 1961) ... 76
Tabel IV.10 : Tahanan lateral acuan satu paku (Z) untuk satu alat pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen ... 88
Tabel IV.11 : Data penurunan (Y) dari hasil percobaan komposit model 1 dan 2 ... 105
Tabel IV.12 : Data penurunan (Y) dari hasil percobaan komposit model -3 ... 106
Tabel IV.13 : Nilai EI dari hasil percobaan komposit model-1 ... 106
Tabel IV.16 : Nilai EI dari hasil percobaan komposit model-2 ... 108
Tabel IV.17 : Nilai kekakuan dari hasil percobaan komposit model-2 ... 109
Tabel IV.18 : Data penurunan (Y) teoritis untuk komposit model-2 ... 110
Tabel IV.19 : Nilai EI dari hasil percobaan komposit model-3 ... 111
Tabel IV.20 : Nilai kekakuan dari hasil percobaan komposit model-3 ... 111
Tabel IV.21 : Data penurunan (Y) teoritis untuk komposit model-3 ... 112
Tabel IV.22 : Data penurunan komposit model-1 hasil pengujian laboratorium dan penurunan teoritis ... 113
Tabel IV.23 : Data penurunan komposit model-2 dari hasil pengujian laboratorium dan penurunan teoritis ... 114
Tabel IV.24 : Data penurunan komposit model-3 hasil pengujian laboratorium dan hasil penurunan teoritis ... 114
Tabel IV.25 : Perhitungan Elastisitas balok komposit kayu-beton model-1 dari regresi linear ... 118
Tabel IV.26 : Perhitungan Elastisitas balok komposit kayu-beton model-2 dari regresi linear ... 122
Tabel IV.27 : Hasil percobaan balok komposit kayu beton model 1 dan 2 ... 126
Tabel IV.28 : Perhitungan Elastisitas balok komposit kayu-beton model-3 dari regresi linear ... 130
Tabel IV.29 : Hasi percobaan balok komposit kayu beton model-3 ... 131
Tabel IV.30 : Rangkuman penelitian Mechanical Properties ... 133
Tabel IV.31 : Rangkuman penelitian komposit kayu beton model 1,2 dan 3 ... 134
x adalah rata-rata sampel
A adalah luas penampang yang menerima beban, cm²
b adalah lebar sampel, cm
bc adalah lebar beton, cm
Be adalah lebar efektif, cm
BJ adalah berat jenis kayu, gr/cm3
bO adalah jarak pusat ke pusat antar balok, m
bW adalah lebar kayu, cm
C adalah gaya tekan, kg
Cc adalah gaya tekan beton, kg
Cd adalah faktor kedalaman penetrasi
Cdi adalah faktor koreksi untuk sambungan diafragma
Ceg adalah faktor serat ujung = 0.67
Cm adalah faktor koreksi untuk sambungan paku miring = 0.83
Cw adalah gaya tekan kayu, kg
d adalah diameter paku,cm
D adalah gaya lintang balok, kg
E adalah modulus elastis, kg/cm2
Ec adalah modulus elastisitas beton tekan (MPa)
Ew adalah modulus elastis lentur kayu,MPa
f adalah penurunan, cm
Fc adalah tegangan beton kg/cm2
Fc// adalah kuat tekan sejajar serat, MPa
fc’ adalah kuat tekan beton, Mpa
Fc┴ adalah kuat tekan tegak lurus serat, MPa
Fem adalah kuat tumpu kayu utama, N/mm2
Fes adalah kuat tumpu kayu samping, N/mm2
Fr adalah modulus tarik beton, Mpa
Ft// adalah kuat tarik sejajar serat, MPa
Fv adalah kuat geser yang diizinkan, MPa
Fyb adalah kuat lentur paku, N/mm2
G adalah berat jenis kayu
Gku adalah berat benda uji setelah kering udara, gr
Gx adalah berat benda uji mula-mula, gr
h adalah tinggi sampel, cm
H adalah tinggi komposit, cm
hw adalah tinggi kayucm
I adalah momen inersia, cm4
L adalah panjang bentang sampel, m
m adalah kadar air, %
M adalah momen yang bekerja, kgcm
N adalah Jumlah paku
P adalah beban tekan maksimum, kg
p adalah kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen
pemegang, mm
P(tk/tr) adalah beban tekan / tarik yang terjadi, kg
Pizin adalah beban yang diizinkan
Ppatah adalah beban patah
Qn adalah kuat nominal penghubung geser, kg
S adalah statis momen yang ditinjau, cm3
S’ adalah gaya yang diperkenankan perpaku, kg
SD adalah standart deviasi
t adalah tinggi sayap beton, cm
T adalah gaya tarik, kg
ts adalah tebal kayu sekunder, mm
Tw adalah gaya tarik kayu, kg
Vh adalah gaya geser horizontal, kg
Vi adalah gaya geser, kg
Vx adalah volume sampel, cm3
W adalah kadar air kayu ,%
wc adalah berat isi beton (kg/m 3
)
Wx adalah berat sampel kayu kering udara, gr
xi adalah hasil penelitian sampel ke-i
z adalah lengan momen, cm
Z adalah tahanan lateral acuan satu paku, N
Z’ adalah tahanan lateral terkoreksi
Z’min adalah tahanan lateral acuan minimum terkoreksi, kg
Zmin adalah tahanan lateral acuan minimum, kg
ε adalah regangan yang terjadi
ε adalah regangan, mm/mm
λ adalah angka kelangsingan
ρ adalah berat jenis (BJ), gr/cm3
T’ adalah tegangan tarik kayu, kg
adalah tegangan tekan/tarik yang terjadi, kg/cm² )
/ (tk tr
adalah tegangan, kg/cm2
b adalah kekuatan tekan beton dari benda uji
b adalah tegangan lentur yang terjadi, kg/cm2
bm adalah kekuatan tekan beton rata-rata
C’ adalah tegangan tekan beton, kg
kd adalah kokoh desak kayu, kg/cm2
tk adalah tegangan izin tekan sejajar serat, kg/cm 2
tk// adalah tegangan tekan sejajar serat, kg/cm2
Abstrak
Komponen komposit kayu–beton adalah komposit yang terbentuk dari bahan kayu dan beton, yang digabungkan menjadi satu kesatuan dengan perantara alat sambung geser, sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan. Pada tugas akhir ini dilakukan percobaan lentur komposit kayu beton yang dirancang dengan 2 metode berbeda yaitu elastis dan ultimate dimana perbedaannya terlihat pada jumlah penghubung geser. Secara elastis, jumlah penghubung geser adalah berdasarkan gaya lintang yang bekerja di komponen struktur sedangkan ultimate berdasarkan gaya geser horizontal total yang bekerja pada bidang kontak antara balok kayu dan pelat beton diambil nilai terkecil dari suatu struktur penyusun komposit tersebut.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 3 model komposit kayu- beton. Model pertama dirancang berdasarkan metode elastis, model kedua dan ketiga berdasarkan metode ultimate. Dimana kayu yang digunakan adalah meranti batu dengan ukuran penampang 4x4ichi2, dan beton k-250 dengan ukuran penampang 30x5cm2 untuk model pertama dan kedua, 60x5cm2 untuk model ketiga. Panjang bentang balok komposit adalah 3,00 m. Penghubung geser yang digunakan adalah paku 4 inci.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perbandingan antara kuat lentur komposit kayu–beton dengan penghubung geser paku dan mengetahui hubungan beban–lendutan komposit kayu beton yang direncakan berdasarkan kedua metode tersebut.
Dari pengujian diperoleh komposit kayu – beton yang didisain dengan secara ultimate lebih banyak jumlah penghubung gesernya dibandingkan dengan komposit beton yang didisain secara elastis. Besar beban runtuh untuk komposit kayu-beton model 1 adalah 8,4 ton, untuk model 2 adalah 10,2 ton dan model 3 adalah 9,2 ton.
Abstrak
Komponen komposit kayu–beton adalah komposit yang terbentuk dari bahan kayu dan beton, yang digabungkan menjadi satu kesatuan dengan perantara alat sambung geser, sehingga mampu bereaksi terhadap beban kerja sebagai satu kesatuan. Pada tugas akhir ini dilakukan percobaan lentur komposit kayu beton yang dirancang dengan 2 metode berbeda yaitu elastis dan ultimate dimana perbedaannya terlihat pada jumlah penghubung geser. Secara elastis, jumlah penghubung geser adalah berdasarkan gaya lintang yang bekerja di komponen struktur sedangkan ultimate berdasarkan gaya geser horizontal total yang bekerja pada bidang kontak antara balok kayu dan pelat beton diambil nilai terkecil dari suatu struktur penyusun komposit tersebut.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan 3 model komposit kayu- beton. Model pertama dirancang berdasarkan metode elastis, model kedua dan ketiga berdasarkan metode ultimate. Dimana kayu yang digunakan adalah meranti batu dengan ukuran penampang 4x4ichi2, dan beton k-250 dengan ukuran penampang 30x5cm2 untuk model pertama dan kedua, 60x5cm2 untuk model ketiga. Panjang bentang balok komposit adalah 3,00 m. Penghubung geser yang digunakan adalah paku 4 inci.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perbandingan antara kuat lentur komposit kayu–beton dengan penghubung geser paku dan mengetahui hubungan beban–lendutan komposit kayu beton yang direncakan berdasarkan kedua metode tersebut.
Dari pengujian diperoleh komposit kayu – beton yang didisain dengan secara ultimate lebih banyak jumlah penghubung gesernya dibandingkan dengan komposit beton yang didisain secara elastis. Besar beban runtuh untuk komposit kayu-beton model 1 adalah 8,4 ton, untuk model 2 adalah 10,2 ton dan model 3 adalah 9,2 ton.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Balok merupakan sistem struktur yang sangat banyak dan umum dipakai pada
dunia konstruksi. Namun seiring bertambahnya fungsi struktur dan beban yang harus
dipikul oleh struktur, diperlukan ukuran balok yang cukup besar untuk memenuhi
tuntutan tersebut.
Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak dijumpai dan sering
dipakai di Indonesia dan juga relatif mudah untuk mendapatkannya. Berat jenis kayu
lebih ringan bila dibanding baja ataupun beton, selain itu kayu juga mudah dalam
pengerjaannya. Ditinjau dari segi struktur, kayu cukup baik dalam menahan gaya
tarik, tekan dan lentur. Ditinjau dari segi arsitektur, bangunan kayu mempunyai nilai
estetika yang tinggi dan relatif ekonomis. Kayu mempunyai kekurangan yaitu
terbatasnya ukuran kayu yang ada di pasaran.
Struktur beton tetap menjadi struktur utama dan umum untuk keperluan
berbagai konstruksi bangunan, dan dapat bernilai ekonomis untuk daerah yang
melimpah serta mudah dalam mendapatkan material penyusun beton. Sedangkan
didaerah–daerah yang jarang dan sulit untuk mendapatkan material penyusun beton
membuat struktur beton menjadi sangat mahal. Beton mempunyai kelebihan yaitu
mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Atas dasar tersebut maka dibuat perpaduan antara kedua jenis bahan bangunan
dapat diatasi dengan kombinasi antara kayu dan beton dalam satu kesatuan struktur
komposit.
Komposit kayu–beton dimungkinkan untuk menjadi alternatif pilihan,
khususnya bagi daerah yang sulit mendapatkan material penyusun beton, sementara
banyak terdapat bahan kayu sehingga tercapai harga yang ekonomis. Penggunaan
struktur komposit ini diharapakan dapat memecahkan masalah dalama pembangunan
jembatan bentang pendek di daerah-daerah terpencil yang tidak memungkinkan
ditangkan alat-alat berat dalam pembangunannya.
I.2 Perumusan Masalah
Pentingnya penghubung geser (shear connector) pada sistem balok komposit
ini membuat perhitungan penghubung geser (shear connector) juga penting.
Paku dapat dipakai sebagai penghubung geser (shear connector). Karena paku
merupakan penghubung geser dengan sifat discreet, maka jumlah penghubung geser
dan jaraknya merupakan hal yang penting. Penghubung geser yang terlalu rapat akan
menyebabkan keborosan dalam pemakaian bahan, sementara jumlah penghubung
geser yang kurang akan menyebabkan balok tidak bekerja dengan aksi komposit
secara penuh, namun hanya bekerja secara parsial.
Maka dibuatlah komposit kayu –beton berdasarkan metode elastis dan metode
ultimate dimana metode elastis penghubung geser ditentukan oleh gaya lintang yang
dari suatu struktur penyusun komposit tersebut.
Balok kayu dan beton akan digabungkan menjadi balok komposit dengan
menggunakan paku sebagai penghubung gesernya. Balok kayu dan beton tersebut
akan disusun sedemikian rupa sehingga balok kayu akan diproyeksikan untuk
memikul beban tarik pada bagian bawah, sementara beton akan diproyeksikan untuk
memikul beban tekan pada bagian atas.
Pengujian kuat lentur akan dilaksanankan pada pengujian balok komposit
kayu-beton untuk melihat perbandingan antara komposit kayu beton yang didisain
secara elastis dan secara ultimate.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Melakukan perhitungan secara analitis konstruksi komposit kayu-beton
yang menggunakan shear connector yang dirancang dengan metode
elastis dan metode ultimate,
2. Mendapatkan hubungan antara lendutan dan gaya dari hasil praktis,
3. Membandingkan penghubung geser paku berdasarkan metode elastis
dan metode ultimate.
Adapun metodologi dan tahapan pelaksanaan yang digunakan dalam
eksperimen tugas akhir ini adalah :
1. Pengujian physical dan mechanical properties kayu untuk
mendapatkan:
a. Kadar air,
,
t,
,
, b. Berat jenis
c. Kuat tekan sejajar sera
d. Teganan lentur ultimate
e. Elastisitas lentur kayu
2. Pengujian kuat tekan beton,
3. Pendesainan komposit kayu-beton dengan 1 buah model berdasarkan
metode elastis dan 2 buah model dengan metode ultimate,
4. Pembuatan 3 buah benda uji komposit kayu-beton dilakukan di
Laboratorium Bahan Rekayasa Program Strata Satu ( S 1 ) Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara,
5. Pemberian beban dengan Hydraulic Jack setelah benda uji berumur 28
hari akan dilakukan di Laboratorium Struktur Program Magister (S 2)
Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara akan diberikan seperti gambar
a. Untuk model pertama dan kedua
a
Gambar I.1 Pemberian beban pada bentang struktur
komposit model 1 dan 2
b. Untuk model ketig
P
A B
C
1.50 1.50
1
1
Beton
Kayu Paku
Potongan 1-1
Gambar I.2 Pemberian beban pada bentang struktur
komposit model 3
1.6 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi cakupan / ruang lingkupnya agar
tidak terlalu luas. Pembatasan masalah meliputi :
1. Kayu dianggap bersifat homogen dan isotropis,
kayu,
4. Mutu beton yang digunakan adalah K-250,
5. Penghubung geser yang digunakan dalam penelitian ini adalah paku,
6. Benda uji berupa balok T dengan beton sebagai sayap dan kayu
sebagai badan dan dianggap bekerja secara penuh (komposit penuh),
7. Model 1 didisain secara metode elastis dan model 2 dan 3 didisain
secara metode ultimate,
8. Ukuran Model 1 dan 2 adalah sama, dengan syarat garis netral elastis
dan plastis berada di balok kayu,
9. Ukuran model 3 disesuaikan berdasarkan keseimbangan gaya yang
bekerja dengan garis netral plastis berada di balok kayu,
10.Bentang (L) benda uji balok T komposit yang diuji adalah ± 3,00
meter,
11.Beban yang berkerja adalah beban terpusat,
12.Beban dianggap bekerja pada pusat geser ( shear center ) sehingga
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Konsep dasar perencananan bangunan komposit kayu-beton adalah kayu
mempunyai kuat tarik dan tekan yang relatif baik serta berat yang relatif rendah dan
material beton yang kuat terhadap tekan, dijadikan satu kesatuan komposit sehingga
kelebihan-kelebihan tersebut dapat dipadukan untuk keperluan konstruksi seperti pada
balok, rangka rumah, jembatan dan struktur lainnya. Dengan demikian kita perlu
mengetahui sifat-sifat yang umum dari bahan struktur yang dimaksud.
II.2 Kayu
Sebagai salah satu bahan konstruksi, kayu memegang peranan cukup penting
terutama untuk bangunan sederhana atau yang bersifat sementara dan kuda – kuda
untuk atap.
Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi dan berat yang relatif
rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat
dengan mudah dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti dan bisa didapat dalam
waktu singkat (Felix,1965).
Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi alternative
pengganti besi dan beton bertulang. Rata-rata konstruksi kayu dengan daya dukung
yang sama, harganya ± 25 % sampai 40 % lebih murah dari pada konstruksi kayu dan
beton bertulang (Wiryomartono, 1976).
II.2.1 Sifat Bahan Kayu
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat
yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam - macam dan
susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi
selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang
berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan
tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau
melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban
dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama
dalam keadaan kering.
II.2.2 Sifat Fisis Kayu dan Sifat Mekanis Kayu
Sifat dan kekuatan tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda, sehingga penggunaan
kelas kayu harus disesuaikan dengan konstruksi yang akan dibuat. Oleh karena itu kita
harus sedikit banyaknya mengetahui tentang beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat kayu.
yang merupakan kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar berupa gaya-gaya
di luar kayu yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya
kayu.
II.2.2.1 Sifat Fisis Kayu
a. Berat Jenis Kayu
Berat jenis didefenisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu
material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat kepada volume benda
tersebut. Berat jenis diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada suatu
timbangan dengan tingkat keakuratan yang diperlukan. Untuk praktisnya, digunakan
timbangan dengan ketelitian 20%, yaitu sebesar 20 gr/kg. Sedangkan untuk
menentukan volume, cara yang umum dan mudah dilakukan adalah dengan mengukur
panjang, lebar dan tebal suatu benda dan mengalikan ketiganya. Sebaiknya ukuran
sampel kayu tidak kurang dari ukuran dari 7.5 cm x 5 cm x 2.5 cm,
Mengingat kayu terbentuk dari sel – sel yang memiliki bermacam – macam
tipe, memungkinkan terjadinya suatu penyimpangan tertentu . Pada perhitungan berat
jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering udara, yaitu sekering –
keringnya tanpa pengeringan buatan.
Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan daripada kayu
atau sifat – sifat mekanisnya. Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka makin tinggi
pula kekuatannya.
b. Kadar Air Kayu
Kayu sebagai bahan konstruksi dapat mengikat air dan juga dapat melepaskan
air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaban suhu udara
di sekelilingnya, dimana kayu itu berada. Kayu mempunyai sifat peka terhadap
kelembaban, karena pengaruh kadar airnya menyebabkan mengembang dan
menyusutnya kayu serta mempengaruhi pula sifat-sifat fisis dan mekanis kayu.
Kadar air sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya
pikulnya terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah serat
kayu. Sel-sel kayu mengandung air, yang sebagian merupakan bebas yang mengisi
dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar dahulu dan saat air bebas itu
habis keadaannya disebut titik jenuh serat (Fibre Saturation Point). Kadar air pada
saat itu kira-kira 25 %-30 %. Apabila kayu mengering di bawah titik jenuh serat,
dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat-seratnya menjadi
kokoh dan kuat. Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa turunnya kadar air
mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.
Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai kadar
air (kadar lengas) antara 12 %-18 %, atau rata-rata adalah 15 %. Tetapi apabila berat
dari benda uji tersebut menunjukkan angka yang terus-menerus menurun (berkurang),
maka kayu belum dapat dianggap kering udara (jadi masih basah). Untuk menentukan
secara kasar apakah kadar lengas kayu sudah di bawah 30 % atau belum, dapat
digunakan rumus pendekatan seperti di bawah ini :
Dimana :
W = Kadar air kayu (%)
Gx = Berat benda uji mula-mula (gr)
Gku = Berat benda uji setelah kering udara (gr)
Bila berat benda uji sudah menunjukkan angka yang konstan, maka kayu
tersebut sudah dapat dianggap kering udara, sehingga kadar lengas kayu dapat
diperoleh dengan cara :
= − × 100%
II.2.2.2 Sifat Mekanis
Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan kayu, yaitu perlawanan yang diberikan
oleh suatu jenis kayu terhadap perubahan-perubahan bentuk yang disebabkan oleh
gaya-gaya luar. Perlawanan kayu terhadap gaya-gaya luar ini dapat dibedakan
menjadi:
a. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua buah gaya
yang bekerja dengan arah yang berlawanan dan gaya ini bersifat tarik (lihat Gambar
II.1). Gaya tarik ini berusaha melepas ikatan antara serat-serat kayu tersebut. Sebagai
akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah di dalam kayu tegangan-tegangan tarik,
P
sedemikian rupa, serakonstruksi bangunan, ha
Tegangan tarik
pada kayu, disebut de
Misalnya, untuk kayu
arah sejajar serat adalah
b. Keteguhan Tekan
Keteguhan teka
gaya-gaya tekan yang
bekerja sejajar serat ka
Gambar II.2). Sedang
menimbulkan retak pad
Gamba
P
Serat Kayu
erat-serat kayu terlepas dan terjadilah patahan, hal ini tidak boleh terjadi untuk menjaga keam
rik masih diizinkan bila tidak timbul suatu perub
dengan tegangan tarik yang diizinkan dengan
yu dengan kode mutu E26 tegangan tarik yan
[image:30.595.204.473.256.316.2]lah 60 MPa.
Gambar II.1 Batang yang menerima gaya tari
ekan/kompresi adalah kekuatan atau daya taha
ng bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu.
kayu akan menimbulkan bahaya tekuk pada k
ngkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus
k pada kayu (Gambar II.3).
mbar II.2 Batang kayu menerima gaya tekan sej
P
yu
tahan. Dalam suatu
amanan.
perubahan atau bahaya
ngan notasi Ft (MPa).
ang diizinkan dalam
tarik P
tahan kayu terhadap
yu. Gaya tekan yang
da kayu tersebut (lihat
urus arah serat akan
[image:30.595.187.476.614.694.2]Batang-batang
kerusakan lebih besar
dengan gaya tekan tega
menimbulkan teganga
menimbulkan adanya ba
[image:31.595.215.484.242.348.2](MPa).
Gambar II.
c. Keteguhan Geser
Keteguhan gese
gaya tekan yang beker
menyebabkan bagian
dekatnya. Akibat gaya
Gambar II.4).
Dalam hal ini
keteguhan geser sejaja
miring. Tegangan ge
pergeseran serat kayu di
.
g yang panjang dan tipis seperti papan, m
ar ketika menerima gaya tekan sejajar serat
egak lurus serat kayu. Sebagai akibat adanya ga
gan tekan pada kayu. Tegangan tekan terbe
a bahaya disebut tegangan tekan yang diizinkan,
.3 Batang kayu yang menerima gaya tekan teg
geser adalah kekuatan atau daya tahan kayu te
kerja padanya, kemampuan kayu untuk menaha
n kayu tersebut bergeser atau tergelincir da
ya geser ini maka akan timbul tegangan gese
ini, keteguhan geser dibagi menjadi 3 (tiga
ajar serat, keteguhan geser tegak lurus serat da
geser terbesar yang tidak akan menimbulka
u disebut tegangan geser yang diizinkan, dengan not
n, mengalami bahaya
at jika dibandingkan
a gaya tekan ini akan
rbesar dimana tidak
nkan, dengan notasi Fc
egak lurus serat
u terhadap dua
gaya-nahan gaya-gaya yang
dari bagian lain di
ser pada kayu (lihat
(tiga) macam, yaitu
dan keteguhan geser
bulkan bahaya pada
\
Gambar II.4
d. Keteguhan Lengkung ( Le
Keteguhan leng
gaya-gaya yang berusa
dibedakan menjadi 2 (
lengkung pukul. Kete
menahan gaya yang m
pukul adalah kekuata
mendadak.
Balok kayu yan
berlebihan akan mele
tegangan tekan dan pa
Gambar II.5). Akibat t
akan terjadi regangan y
Batang kayu yang menerima gaya geser tegak l
Lentur )
ngkung ( lentur ) adalah kekuatan atau daya ta
usaha melengkungkan kayu tersebut. Keteguha
2 (dua) macam, yaitu keteguhan lengkung sta
eteguhan lengkung statik menunjukkan kekua
g mengenainya perlahan-lahan, sedangkan ke
kuatan kayu dalam menahan gaya yang me
yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bil
elengkung/melentur. Pada bagian sisi atas ba
n pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik
bat tegangan tarik yang melampaui batas kemam
n yang cukup berbahaya.
gak lurus arah serat
tahan kayu terhadap
uhan lengkung dapat
statik dan keteguhan
kekuatan kayu dalam
keteguhan lengkung
mengenainya secara
bila menerima beban
balok akan terjadi
rik yang besar (lihat
g a r is n e tr a l
T e r te k a n
[image:33.595.189.482.53.165.2]T e r ta r ik
Gambar II.5 Batang kayu yang menerima beban lengkung
e. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kekuatan kayu dalam menahan
gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Kayu lebih mudah membelah menurut arah
sejajar serat kayu. Keadaan kayu juga mempengaruhi sifat pembelahan, misalnya
kayu yang basah lebih mudah dibelah daripada kayu yang telah kering.
II.2.3 Tegangan Bahan Kayu
Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan
bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk dan
ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan timbulnya
gaya – gaya dalam pada bahan yang berusaha menahan perubahan ukuran dan bentuk
bahan. Gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang dinyatakan dalam Pound / ft 2 .
Dibeberapa negara satuan tegangan ini mengacu ke sistem Internasional ( SI ) yaitu N
/ mm 2 .
Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai deformasi atau regangan.
kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar.
Jika kemudian tegangan dihilangkan maka bahan akan kembali kebentuk semula.
Kemampuan bahan untuk kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat
elastisitasnya. Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat –
serat akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan.
Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai pada satu
titik. Titik ini adalah Limit Proporsional. Setelah melewati titik ini besarnya
deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan . Hubungan
[image:34.595.189.469.371.561.2]antara beban dan deformasi ditunjukkan pada gambar II.6 berikut .
Gambar II.6
Hubungan antara beban tekan dengan deformasi untuk tarikan
dan tekanan
Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegangan nilainya besar dan
untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan tekan
Beban
Deformasi
Tarikan
Tekanan Limit Proporsional
Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang terjadi secara
bersamaan meski salah satu jenis tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk
melentur bebas dan kembali kebentuk semula tergantung kepada elastisitas, dan
kemampuan untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan.
Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan regangan
dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk menyatakan kekakuan
atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka kayu tersebut
semakin kaku.
Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi sebelum
patah. Dapat diperhatikan bahwa sifat getas ini bukan menyatakan kelemahan.
Sebagai contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas, walaupun besarnya
beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur sangat berbeda.
Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat
dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua, dengan
penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan memerlukan biaya yang besar
maka pengujian dengan penelitian merupakan alternatif pemilihan.
Pada penelitian ada 2 (dua) jenis pengujian yang dapat dilakukan. Pengujian
dengan menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian
dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan
indikasi bahwa sifat-sifat kekuatan setiap jenis-jenis kayu berbeda. Karena pengujian
dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak
menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor yang harus digunakan
untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk
dianggap penting karena dapat mengamati kerusakan seperti pecah-pecah. Kelemahan
pada pengujian ini adalah memerlukan biaya yang besar dan pekerjaannya sulit karena
membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih lama.
Selain itu, faktor pemilihan bahan dalam ukuran yang besar dengan kualitas yang
seragam menjadi sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam
ukuran kecil.
Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki standar
pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air,
pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan material kayu yang memiliki kandungan standar. Pengujian dilakukan
pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dan angka-angka kekuatan
tersebut dikoreksi terhadap kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk
mengeliminasi faktor-faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan.
Pengujian dengan sampel kecil dari jenis-jenis kayu yang berbeda-beda kini
telah dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka-angka yang
diterbitkan untuk kayu yang berbeda-beda dapat dibandingkan dengan metode
pengujian yang telah distandarkan. Angka-angka ini sendiri dapat dipakai dalam
memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan.
Umumnya secara empiris hanya sedikit karakteristik kekuatan kayu yang
diketahui. Sebagai contoh adalah kualitas kayu oak, kayu jati, dan kayu damar sebagai
bahan struktur. Hasil pengujian berdasarkan nilai tegangan dan regangan dari kayu
tersebut. Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang
Penampang Luas
Beban Tegangan(σ)=
Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula yaitu :
Mula Mula
Panjang
Deformasi regangan
− =
) (ε
Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material, yaitu
tegangan tekan (Compression Strength), tegangan tarik (Tensile Strength), dan
tegangan lentur (Bending Strength). Pada tegangan tekan, material mengalami tekanan
pada luasan tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada material dalam
menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan dan diambil sebagai nilai
tegangan tekan. Demikian pula dengan tarikan, tegangan tarik timbul akibat adanya
gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban tarikan yang terjadi.
Kemampuan maksimum material menahan tarikan adalah sebagai sebagai tegangan
[image:37.595.162.495.488.616.2]tarik (lihat Gambar II.7).
Gambar II.7 Tegangan tekan dan tegangan tarik
T e k a n a n
T e g . T e k a n
T a r i k a n
Tegangan yang bekerja :
A
P
tk trtr tk
) / ( ) /
(
=
σ
Dimana :
σ(tk/tr) = Tegangan tekan/tarik yang terjadi (kg/cm²)
P(tk/tr) = Beban tekan / tarik yang terjadi (kg)
A = Luas penampang yang menerima beban (cm²)
Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya,
demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang
berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah
berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena
susunan dari kayu tidak selalu sama.
II.2.4 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis
Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus
dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku. Berdasarkan
modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat
diambil mengikuti tabel II.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel II.1 dapat
digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti
Tabel II.1 : Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan Aatas pemilahan secara mekanis pada kadar air 15% ( berdasarkan PKKI NI - 5 2002 )
Kode Mutu Ew Fb Ft// Fc// Fv Fc┴
E26 E25 E24 E23 E22 E21 E20 E19 E18 E17 E16 E15 E14 E13 E12 E11 E10 25000 24000 23000 22000 21000 20000 19000 18000 17000 16000 15000 14000 13000 14000 13000 12000 11000 66 62 59 56 54 56 47 44 42 38 35 32 30 27 23 20 18 60 58 56 53 50 47 44 42 39 36 33 31 28 25 22 19 17 46 45 45 43 41 40 39 37 35 34 33 31 30 28 27 25 24 6,6 6,5 6,4 6,2 6,1 5,9 5,8 5,6 5,4 5,4 5,2 5,1 4,9 4,8 4,6 4,5 4,3 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 11 10 9 Dimana :
Ew = Modulus elastis lentur
Fb = Kuat lentur
Ft// = Kuat tarik sejajar serat
Fc// = Kuat tekan sejajar serat
Fv = Kuat Geser
II.2.5 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang
baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis,
maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi
basah, tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 %) dihitung dengan mengikuti
prosedur baku. Gunakan satuan kg/m³ untuk ρ.
b. Kadar air, m % (m < 30), diukur dengan prosedur baku.
c. Hitung berat jenis pada m % ( Gm ) dengan rumus :
d. Gm =
ρ
/ [1000 (1 + m/100)]e. Hitung berat jenis dasar ( Gb ) dengan rumus :
f. Gb = Gm/ [1 + 0,265 a Gm] dengan a = (30 – m ) / 30
g. Hitung berat jenis pada kadar air 15 % ( G15 ) dengan rumus :
G15 = Gb / (1 – 0,133 Gb)
h. Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur (Ew) = 16500
G0.7, dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 % = G 15 .
Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan/atau mempunyai cacat kayu, estimasi
nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti
ketentuan pada SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-3527-1994 UDC (Universal
Decimal Classification) 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu dengan
nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel II.2 yang bergantung pada kelas mutu kayu .
[image:41.595.119.477.160.272.2]Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel II.3.
Tabel II.2 : Nilai rasio tahanan
Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan
A B C 0,80 0,63 0,50
Tabel II.3 : Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu
Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C
Mata kayu :
Terletak di muka lebar Terletak di muka sempit
Retak Pingul Arah serat Saluran Damar Gubal Lubang serangga
Cacat lain (lapuk, hati rapuh, retak melintang)
1/6 lebar kayu 1/8 lebar kayu
1/5 tebal kayu
1/10 tebal atau lebar kayu
1:13
1/5 tebal kayu eksudasi tidak diperkenan Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada
tanda-tanda serangga hidup
Tidak diperkenankan
1/4 lebar kayu 1/6 lebar kayu
1/6 tebal kayu
1/6 tebal atau lebar kayu
1:9
2/5 tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan asal terpencar
dan ukuran dibatasai dan tidak ada
tanda-tanda serangga hidup
Tidak diperkenankan
1/2 lebar kayu 1/4 lebar kayu
1/2 tebal kayu
1/4 tebal atau lebar kayu
1:6
1/2 tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan asal terpencar dan
ukuran dibatasai dan tidak ada
tanda-tanda serangga hidup
[image:41.595.100.518.345.734.2]II.3 Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. (SK SNI 03-2847-2002)
Sesuai tingkat mutu beton yang hendak dicapai, komposisi bahan susun beton
harus ditentukan. Banyak metoda yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi
bahan susun beton, agar beton yang dihasilkan memberikan kelecakan dan konsistensi
yang memungkinkan beton mudah dikerjakan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan
(kedap air, tidak korosif, tahan kebakaran dan lain–lain) serta memenuhi kekuatan
yang direncanakan (Istimawan, 1994).
Kuat tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu kuat tarik
beton antara 9–15 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahan yang bersifat
getas (Kadir, 2000).
Modulus elastisitas beton berubah-ubah tergantung kepada umur beton,
sifat-sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji.
Selanjutnya, karena beton memperlihatkan deformasi yang tetap (permanent)
sekalipun dengan bahan yang kecil, maka dikenal beberapa macam definisi untuk
modulus elastisitas. Untuk penetapan modulus elastisitas beton, penerapannya
digunakan rumus – rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat
tekan beton. SK SNI 03 – 2847 – 2002 memberikan nilai modulus elastisitas beton
Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, seperti:
a. Proporsi campuran,
b. Kondisi temperatur dan kelembaban dari tempat dimana campuran
ditempatkan dan mengeras,
c. Jumlah air yang relatif terhadap semen serta cara pengolahannya.
Faktor air semen (fas) sangat mempengaruhi kekuatan beton, fas merupakan
perbandingan antara berat air dengan semen dalam adukan beton. Secara umum
diketahui bahwa semakin rendah perbandingan air–semen, kuat tekan beton semakin
tinggi. Rasio air tertentu diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi didalam
pengerasan beton. Kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan, akan tetapi
menurunkan kekuatan.
Sebagai bahan konstruksi beton juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan beton sebagai bahan konstruksi adalah:
a. kekuatan lawan tekan yang tinggi,
b. dampak terhadap iklim kecil tidak membutuhkan perawatan yang khusus
dapat dibentuk sesuai dengan perencanaan yang diinginkan.
Kekurangannya antara lain:
a. kekuatan terhadap tarik yang relative rendah,
b. relative mahal dalam hal pengadaan,
II.3.1. Bahan- Bahan Penyusun Beton
II.3.1.1 Semen
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar,
sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.
Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat
SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB.1982:3.2-8). Semen yang
digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan
spesifikasi teknik yang diberikan (Tri Mulyono, 2004).
Menurut SNI 03-2847-2002, semen portland diklasifikasikan dalam lima jenis,
yaitu :
1. Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan
khusus.
2. Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk
konstruksi bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan
dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di
dalam tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan
saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan
rawa.
3. Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan
terjadi. Semen jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur
rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin (winter
season).
4. Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
panas hidrasi yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan yang
besar dan masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi
berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
5. Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan
yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan
yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk
bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat
II.3.1.2 Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat
tinggi, yaitu berkisar 60% - 70% dari volume beton. Walaupun fungsinya hanya
sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik
dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.
Dalam SNI 03-2847-2002 agregat didefinisikan sebagai material granuler,
misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi yang dipakai bersama–sama
dengan media pengikat untuk membentuk semen hidrolik atau adukan.
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat
buatan (pecahan). Secara umum agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
agregat kasar dan agregat halus.
1. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai
bahan pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang
dari 5 mm atau lolos saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat
halus (pasir) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir
buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher).
2. Agregat Kasar
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari
batuan alam atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh alat pemecah batu
(stone crusher), dengan ukuran butiran lebih dari 5 mm atau tertahan pada
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong atau bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir
dan agregat kasar dinamakan kerikil, kricak, batu pecah atau split.
II.3.1.3 Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Di dalam
campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama, untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya
pengerasan, dan yang kedua, sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar
mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Kandungan air yang rendah menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah
mengalir), dan kandungan air yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah
serta betonnya porous. Selain itu kelebihan air akan bersama-sama dengan semen
bergerak kepermukaan adukan beton segar yang baru dituang (bleeding), kemudian
menjadi buih dan membentuk lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput
tipis). Selaput tipis ini akan mengurangi daya lekat antara lapisan beton dan
merupakan bidang sambung yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air
bersama-sama semen juga dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang kerikil.
Selain dari jumlah air, kualitas air juga harus dipertahankan. Karena kotoran
yang ada di dalamnya dapat menyebabkan kekuatan beton dan daya tahannya
berkurang. Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan
Air yang digunakan sebagai campuran harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton. Air
yang memenuhi persyaratan sebagai air minum memenuhi syarat pula untuk bahan
campuran beton, tetapi tidak berarti air pencampur beton harus memenuhi standar
persyaratan air minum.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2
gram/liter,
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter,
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter,
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
II.3.2. Sifat – Sifat Beton
Dalam pengerjaan beton segar, sifat yang sangat penting harus diperhatikan
adalah kelecakan. Kelecakan adalah kemudahan pengerjaan beton, dimana pada
penuangan (placing) dan memadatkan (compacting) tidak menyebabkan munculnya
efek negatif berupa pemisahan (segregation) dan pendarahan (bleeding).
Istilah kelecakan (workability) dapat didefinisikan dari tiga sifat sebagai
a. Kompaktibilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan
mengeluarkan rongga – rongga udara,
b. Mobilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam
cetakan dan membungkus tulangan,
c. Stabilitas yaitu kemampuan beton untuk tetap menjadi massa
homogen tanpa pemisahan selama dikerjakan.
Pada adukan yang tidak stabil, air dapat terpisah dari benda padat, kemudian
naik ke permukaan. Fenomena ini disebut pendarahan (bleeding). Sebaliknya, agregat
kasar bisa terpisah dari mortar. Sedangkan fenomena ini disebut pemisahan
(segregation).
II.3.2.1. Kuat Tekan
Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai sifat
yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya diperhitungkan
mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan hubungan
regangan-regangan yang timbul karena pengaruh pengaruh gaya tekan tersebut
digunakan sebagai dasar pertimbangan.
Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan
satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari berkisar
antara nilai ± 10 – 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya
Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc’) yang
dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan
demikian, seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc’ bukanlah
tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum pada
saat regangan beton (εb) mencapai nilai ± 0,002. Kurva-kurva pada Gambar II.8
memperlihatkan hasil percobaan kuat tekan benda uji beton berumur 28 hari untuk
[image:50.595.122.435.296.522.2]berbagai macam adukan rencana.
Gambar II.8 Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Terhadap Kuat Tekan Beton [Dipohusodo, 1999]
Secara umum kemiringan kurva regangan-regangan pada tahap awal
menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam
kurva tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan
sampai benda uji hancur pada nilai ε’ mencapai 0,003 – 0,005. Beton kuat tinggi lebih
getas dan akan hancur pada nilai regangan maksimum yang lebih rendah
dibandingkan dengan beton kuat rendah. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal 12.2.3
menetapkan bahwa regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi beton
tekan terluar adalah 0,003-0,0035 sebagai batas hancur. Regangan maksimum tersebut
boleh jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai fc’ antara 55-80
Mpa.
Kuat tekan dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh
perbandingan air – semen dan tingkat pemadatannya. Faktor – faktor penting lainnya,
yaitu :
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata – rata dan
kuat batas beton,
2. Perawatan (curing), kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat terjadi
bila pengeringan diadakan sebelum waktunya,
3. Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah
untuk waktu yang lama,
4. Umur, pada keadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan
umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis
semen. Misalnya dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan
beton yang kuat hancurnya pada 24 jam sama dengan Semen Portland
biasa pada umur 28 hari. pengerasan berlangsung terus secara lambat
II.3.2.2 Modulus Elastisitas Beton
Sesuai dengan SK SNI 03-2847-2002 pasal 10.5.1 digunakan rumus modulus
elastisitas beton sebagai berikut :
' 0043
,
0 w1,50 fc
Ec= c
dimana, Ec = modulus elastisitas beton tekan (MPa)
w = berat isi beton (kg/mc 3)
fc’ = kuat tekan beton (MPa)
Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar
antara 1500 dan 2500 kg/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi ± 23
kN/m3 dapat digunakan nilai :
' 700 .
4 fc
Ec=
Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan
berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain.
Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton
ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya
pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % -
90 % dari kuat beton umur 28 hari. Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton
II.3.2.3. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik beton seringkali diukur berdasarkan modulus tarik (modulus of
rupture), yaitu tegangan tarik lentur dari beton silinder 6 inci. Nilai ini sedikit lebih
besar dari nilai tarik sesungguhnya. Tetapi saat ini lebih sering ditentukan oleh
kekuatan belah silinder beton. Dalam SK SNI 03-2847-2002 ditetapkan bahwa
besarnya modulus tarik mengikuti rumus :
Fr = 0,70 f 'c untuk beton normal
Dengan Ec dan f’c dalam Mpa. Harga ini harus dikalikan faktor 0,75 untuk
beton ringan total dan 0,85 untuk beton ringan berpasir.
Dari berbagai hasil percobaan terlihat bahwa kekuatan tarik beton sangat kecil
dibandingkan kekuatan tekannya, sehingga dalam analisis atau desain kekuatan tarik
beton diabaikan, dan beton dianggap hanya dapat menahan gaya tekan. Gaya tarik
yang timbul seluruhnya ditahan oleh baja tulangan.
II.4 Konstruksi Komposit.
Komposit secara sederhana didefenisikan sebagai gabungan dari dua macam
atau lebih bahan bangunan yang modulus elastisnya berbeda digabungkan sedemikian
rupa, sehingga bekerja sama memikul beban yang bekerja sehingga