i
dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul : “Analisis Penerapan Biaya Kualitas Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Produk Pada PT.Alu Aksara Pratama Di Mojokerto “, dapat terselesaikan dengan lancar.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, peneliti sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga
dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya peneliti
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
5. Ibu Dra. Ec. Sri Hastuti, Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan
ii
pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna dan berharga.
7. Bapak Eko Ponco, selaku kepala personalia yang telah mengizinkan peneliti
melakukan penelitian serta memberikan keterangan dan data yang berkenaan
dengan usulan penelitian ini.
8. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu beserta seluruh anggota keluarga besarku
yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik
secara moril maupun materiil.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
guna kesempurnaan usulan penelitian ini.
Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan segala
kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin.
Surabaya, 22 september 2010
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 6
1.4.Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL ... 8
2.1.Hasil-Hasil Penelitian Terakhir ... 8
2.2.Kajian Teori ... 14
2.2.1. Anggaran ... 14
2.2.1.1. Pengertian Anggaran ... 14
2.2.1.2. Fungsi dan Tipe Anggaran ... 14
2.2.1.3. Pedoman dan Penyusunan Anggaran ... 16
2.2.1.4. Siklus Anggaran ... 18
Daerah ... 20
2.2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) ... 21
2.2.3.1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) ... 21
2.2.3.2. Struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) ... 22
2.2.4. Keuangan Daerah ... 31
2.2.4.1. Pengertian dan Ruang Lingkup
Keuangan Daerah ... 31
2.2.4.2. Undang-Undang Pelaksanaan
Keuangan Daerah ... 32
2.2.5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 35
2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 35
2.2.5.2. Analisa Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah ... 36
2.2.6. Kinerja Keuangan Daerah ... 39
2.2.7. Analisis Rasio Keuangan Pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 41
2.2.7.1. Jenis Analisis Rasio Keuangan ... 41
2.2.8.3. Tujuan Otonomi Daerah ... 47
2.2.8.4. Pengaruh Kebijakan Otonomi Daerah ... 48
2.2.8.5. Arti Penting Desentralisasi ... 49
2.2.8.6. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah ... 49
2.2.9. Teori Probabilitas ... 50
2.2.9.1. Teori Hubungan Pemberlukan Otonomi Daerah dan Teori Probabilitas ... 51
2.2.10.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dengan Anggaran Berbasis Kinerja... 52
2.3.Kerangka Pikir ... 53
2.4.Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 57
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 57
3.1.1. Definisi Operasional... 57
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 57
3.2.Teknik Penentuan Sampel ... 59
3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 60
3.4.1. Uji Normalitas ... 62
3.4.2. Teknik Analisis Paired Sample T-Test ... 62
3.4.3. Uji Hipotesis ... 63
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 65
4.1. Deskriptif Objek Penelitian ... 65
4.1.1. Keadaan Geografis Kota Tulungagung ... 65
4.1.2. Pemerintahan ... 65
4.1.3. Penduduk ... 66
4.1.4. Tenaga Kerja... 66
4.1.5. Pertanian ... 67
4.1.6. Peternakan ... 67
4.1.7. Pendidikan ... 68
4.2. Deskrisi Hasil Penelitian ... 68
4.2.1. Rasio Kemandirian ... 68
4.2.2. Rasio Aktifitas ... 70
4.2.3. Rasio Pertumbuhan... 73
4.3. Analisis dan Uji Hipotesis ... 74
4.3.1. Uji Normalitas ... 74
4.3.2. Analisis Paired Sample t Test (Uji Beda Rata-Rata Untuk Dua Sampel Berpasangan)... 75
4.3.2.2. Perbedaan Rasio Aktivitas Sebelum dan
Sesudah Pemberlakuan Anggaran Berbasis
Kinerja ... 77
4.3.2.3. Perbedaan Rasio Pertumbuhan Sebelum dan Sesudah pemberlakuan anggaran berbasis kinerja ... 80
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian... 81
4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu... 83
4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 85
5.1. Kesimpulan ... 85
5.2. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2.2 : Laporan Surplus atau Defisit Anggaran... 41
Gambar 2.3 :Kerangka Pikir ... 55
xi
Berbasis Kinerja ... 69
Tabel 4.2 : Data Rasio Kemandirian Sesudah Pemberlakuan Anggaran
Berbasis Kinerja ... 69
Tabel 4.3 : Data Rasio Belanja Rutin Sebelum Pemberlakuan Anggaran
Berbasis Kinerja ... 70
Tabel 4.4 : Data Rasio Belanja Rutin Sesudah Pemberlakuan Anggaran
Berbasis Kinerja ... 71
Tabel 4.5 : Data Rasio Belanja Pembangunan Sebelum Pemberlakuan
Anggaran Berbasis Kinerja ... 72
Tabel 4.6 : Data Rasio Belanja Pembangunan Sesudah Pemberlakuan
Anggaran Berbasis Kinerja ... 72
Tabel 4.7 : Data Rasio Pertumbuhan Sebelum Pemberlakuan Anggaran
Berbasis Kinerja ... 73
Tabel 4.8 : Data Rasio Pertumbuhan Sesudah Pemberlakuan Anggaran
Berbasis Kinerja ... 74
Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas... 75
Tabel 4.10 : Hasil Uji t Rasio Belanja Rutin dan Rasio Belanja
Pembangunan ... 79
Vita Ayu Risti
ABSTRACT
With the growing industries of flour in Indonesia, PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto gaining competitors who fought to gain market share. If the company wants to continue to exist and maintain its market share, the company must plan and control the cost of quality. With the implementation of quality costs at the company will provide a meeting point of the maximum towards the improvement of product quality for the company is to provide an appropriate proxy in the four groups of quality costs in order to determine the application of quality cost and its influence in efforts to improve the quality of the PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto. data used are secondary data is data obtained from the cost of quality reports and sales reports for four years from Primary Literacy PT.Alu Aksara Pratama Mojokerto. Independent variables used are prevention costs, appraisal costs, internal failure costs and external failure costs, while the dependent variable is the quality of products by using purposive sampling technique. The analysis used was multiple linear regression analysis. The result of multiple linear regression analysis concludes that the cost of prevention is partially
no significant effect on product quality, cost assessment partially no significant effect on product quality, internal failure costs partially significant effect on product quality and cost of external failure partially no significant effect on qualityproduct, so that the research hypothesis which stated that prevention costs, appraisal costs, internal failure costs and external failure costs have a significant influence on the level of product quality, not verified because only the variable costs
of internal failure which is partially significant effect on product quality.
Dengan semakin berkembangnya industri-industri tepung di Indonesia, maka PT. Alu Aksara Pratama semakin mendapat pesaing-pesaing yang saling berebut untuk memperoleh pangsa pasar. Apabila perusahaan ingin tetap eksis dan mempertahankan pangsa pasarnya, maka perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan biaya kualitasnya. Dengan penerapan biaya kualitas pada perusahaan akan memberikan titik temu yang maksimal terhadap perbaikan kualitas produk bagi perusahaan yaitu dengan memberikan Proxy yang tepat pada keempat kelompok biaya kualitas yang bertujuan untuk mengetahui penerapan biaya kualitas dan pengaruhnya dalam upaya perbaikan kualitas pada PT. Alu Aksara Pratama.
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan biaya kualitas dan laporan penjualan selama empat tahun dari PT.Alu Aksara Pratama di Mojokerto. Variabel bebas yang digunakan adalah biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sedangkan variabel terikatnya adalah kualitas produk dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa biaya pencegahan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk, biaya penilaian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk, biaya kegagalan internal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk dan biaya kegagalan eksternal secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk, sehingga hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kualitas produk, tidak teruji kebenarannya karena hanya variabel biaya kegagalan internal yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk.
1.1. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan pada dasarnya ingin selalu berkembang dan
meningkatkan usahanya. Yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan
perhatian penuh terhadap kualitas. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi dengan harga murah maka perusahaan perlu memberikan perhatian penuh
terhadap biaya kualitas.
Kualitas memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan
yang kuat dengan perusahaan (Tjiptono dan Diana 2000) karena pelanggan tidak
akan memfokuskan suatu produk/jasa hanya dari segi harga melainkan pada
baiknya kualitas yang melekat pada produk atau jasa tersebut.
Analisa yang tepat terhadap biaya kualitas memungkinkan perusahaan untuk
mengetahui sumber-sumber biaya kualitas yang tidak efisien sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat dan sesuai untuk mengatasinya. Hal ini disebabkan
pelanggan semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value conscious) dalam meminta produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Pengakuan bahwa
kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi menimbulkan biaya
tinggi. Hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan produk dan jasa
mereka, guna mencapai kualitas yang tinggi dan perbaikan secara terus-menerus
(continuous improvement) dalam hal kualitas produk dan jasa menjadi cara hidup untuk sebagian besar perusahaan.
Blocher (2000: 204) mengatakan bahwa mengejar kualitas menjadi revolusi
global yang mempengaruhi segala segi bisnis, kualitas menurunkan biaya,
meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mendorong serta mempertahankan
keberhasilan dan profitabilitas jangka panjang.
Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk
yang terhindar dari kerusakan. Jika hal ini tercapai, maka adanya pemborosan dan
inefisiensi dapat terhindar sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan. Selain
itu juga, pencapaian kualitas produk yang optimal dan sesuai dengan quality need,
di satu sisi tidak dapat mengabaikan adanya efisiensi biaya. Efisiensi biaya
ditekankan untuk meningkatkan kualitas yang disertai dengan pendekatan biaya
hingga se-optimal mungkin, sehingga harga jual produk tetap kompetitif.
Dalam menciptakan kondisi kompetitif tersebut, salah satu strategi yang
dapat dilakukan perusahaan adalah dengan memberikan keunggulan kualitas yang
lebih baik kepada konsumen dibanding dengan kualitas yang diberikan oleh
pesaing lain. Untuk memberikan kualitas yang lebih baik dari pesaingnya tanpa
harus menaikkan harga jual produk. Maka sangat diperlukan informasi yang
menyediakan data biaya kualitas secara lengkap.
Dengan adanya kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen, maka
konsumen akan merasa puas terhadap manfaat yang diberikan oleh produk
tersebut. Kepuasan konsumen atau pelanggan merupakan modal perusahaan untuk
terus eksis dalam persaingan, karena kepuasan pelanggan merupakan faktor
penentu bagi konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang
Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen terhadap
manfaat yang diberikan oleh produk tersebut, maka konsumen akan tertarik untuk
terus menggunakan atau membeli produk tersebut. Sehingga tingkat loyalitas
konsumen terhadap produk tersebut semakin besar.
Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk diperlukan
informasi mengenai biaya kualitas perusahaan yang tersusun dalam bentuk
laporan biaya kualitas. Laporan biaya kualitas merupakan laporan keuangan intern
yang sangat penting karena dengan tersedianya laporan biaya kualitas ini
menejemen dapat mengetahui, merencanakan dan menentukan strategi perusahaan
dalam rangka menghadapi persaingan dimasa yang akan datang.
atas dasar pentingnya biaya kualitas sebagai laporan intern perusahaan maka
diperlukan adanya pengukuran biaya dan pelaporan biaya-biaya kualitas.
Menurut Supriyono (1994: 379) biaya kualitas dapat dikelompokkan
menjadi empat kelompok yaitu : (1) biaya pecegahan merupakan biaya yang
terjadi untuk mencegah kerusakan produk atau jasa yang diproduksi, (2) biaya
penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan
jasa sesuai dengan persyaratan kualitas, (3) biaya kegagalan internal merupakan
biaya yang terjadi karena produk dan jasa yang tidak sesuai persyaratan terditeksi
sebelum barang atau jasa dikirim ke pihak luar, (4) biaya kegagalan eksternal
merupakan biaya-biaya yang terjadi karena produk gagal menyesuaikan
persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah barang atau jasa dikirim ke pihak
luar. Dalam hal ini apabila biaya pengendalian meningkat, maka diharapkan biaya
itu lebih besar dari kenaikan biaya pengendalian, maka perusahaan dapat terus
melakukan pencegahan produk rusak dengan cara meningkatkan biaya
pengendalian (biaya pencegahan dan biaya penilaian), supaya biaya kegagalan
pengendalian (biaya kegagalan internal dan eksternal) dapat menurun.
PT.Alu Aksara Pratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang produksi tepung beras dan tepung ketan dengan merek
“ROSE BRAND”. Dengan semakin berkembangnya industri-industri tepung di
Indonesia, maka PT.Alu Aksara Pratama semakin mendapat pesaing-pesaing yang
saling berebut untuk memperoleh pangsa pasar. Apabila perusahaan ingin tetap
eksis dan mempertahankan pangsa pasarnya, maka perusahaan harus
merencanakan dan mengendalikan biaya kualitasnya. Dengan penerapan biaya
kualitas pada perusahaan akan memberikan titik temu yang maksimal terhadap
perbaikan kualitas produk bagi perusahaan. Yaitu dengan memberikan porsi yang
tepat pada keempat kelompok biaya kualitas.
Didalam perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan mengenai
biaya kualitas, manajemen memerlukan laporan biaya kualitas secara periodik.
Laporan biaya kualitas adalah laporan yang digunakan untuk menampilkan
temuan yang terealisasi dalam program perbaikan biaya kualitas. Apabila
perusahaan ingin tetap eksis dan mempertahankan pangsa pasarnya, maka
perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan biaya kualitasnya. Pemberian
porsi yang tepat pada ke-empat kelompok biaya kualitas akan memberikan titik
Hal lain yang tidak boleh diabaikan oleh PT.Alu Aksara Pratama yang
berkaitan dengan kualitas adalah seberapa efektif pelaksanaan pembiayaan
kualitas yang dapat di lihat dari kualitas suatu produk yang dihasilkan dalam
proses produksi.Pada kenyataannya produksi tepung beras dan tepung ketan pada
PT.Alu Aksara Pratama belum membuat laporan tersendiri untuk biaya kualitas,
sehingga biaya-biaya tersebut masih dibuat menjadi satu laporan keuangan. Hal
tersebut tentu akan menyulitkan perusahaan dalam menentukan biaya kualitas
optimal dan pengendalian produk cacat pada masing-masing produk baik tepung
ketan maupun tepung beras. Sehingga PT.Alu Aksara Pratama perlu mengadakan
pengendalian dan perencanaan biaya kualitas. Data yang diperoleh dari
perusahaan sebagai berikut :
Data Kualitas Produk PT. Alu Aksara Pratama Mojokerto
Tahun Item
2006 2007 2008 2009
Jumlah produksi 178.216.621 173.792.673 169.004.630 175.520.919
Jumlah produk Baik (unit) 171.781.190 169.764.159 164.721.630 169.959.472
Jumlah produk cacat (unit) 6.435.431 4.028.514 4.283.000 5.561.447
Prosentase Produk Baik
(%)
96,39 97,68 97,48 96,83
Prosentase Produk Cacat
(%)
3,61 2,32 2,52 3,17
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2006 sampai tahun 2007 jumlah
kualitas produk mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2008 prosentase
jumlah produk cacat mengalami kenaikan sampai pada tahun 2009. Naiknya
produk cacat yang dihasilkan kemungkinan disebabkan karena pengalokasian
biaya kualitas yang kurang optimal, karena biaya kualitas merupakan faktor
penting untuk mendukung kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Menurun atau meningkatnya kualitas suatu produk dilihat dari produk cacat yang
dihasilkan oleh perusahaan disetiap tahunnya. Dengan demikian target ini belum
memenuhi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan karena standar yang
ditetapkan oleh perusahaan untuk jumlah produk baik sebesar 98% dan jumlah
produk cacat maksimal sebasar 2% dibagian produksi tepung beras dan tepung
ketan.
Karena itu, agar perusahaan dapat terus bertahan dalam persaingan maka
perusahaan dituntut untuk dapat mengendalikan berbagai biaya yang harus
dikeluarkan dengan cara meningkatkan biaya kualitas pada bagian biaya kontrol
hingga kisaran 70 – 80% dari total biaya kualitasnya. Salah satunya adalah dengan
menekan biaya kualitas tetapi tidak mengurangi keuntungan. Kualitas yang
dimaksud dalam hal ini menekankan pada kemampuan produk untuk memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan sampai tercapainya standar kualitas yang
diharapkan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
internal dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kualitas produk?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya
kegagalan eksternal terhadap tingkat kualitas produk.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai masukan dalam
penganggaran biaya-biaya, khususnya biaya kualitas.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang akuntansi khususnya
mengenai manajemen biaya kualitas dan aplikasinya kepada perusahaan
dalam pengambilan keputusan dengan cara perbaikan peningkatan
kualitas.
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk memecahkan masalah
2.1. PENELITI SEBELUMNYA
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai
sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah :
A. Henni Zuraidah (2008)
1. Judul
Pengaruh biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap tingkat kualitas
produk pada PT. Atak Otomotif Indo Metal.
2. Perumusan Masalah
1. Apakah biaya pencegahan memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
kualitas produk.
2. Apakah biaya penilaian memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat
kualitas produk.
3. Hipotesis
Diduga bahwa biaya pencegahan mempunyai pengaruh terhadap tingkat
kualitas produk dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap tingkat
kualitas produk.
4. Kesimpulan
1. Bahwa untuk hipotesis biaya pencegahan mempunyai pengaruh terhadap
tingkat kualitas produk di PT. Atak Otomotif Indo Metal telah terbukti
kebenarannya.
2. Bahwa untuk hipotesis biaya penilaian berpengaruh terhadap tingkat
kualitas produk di PT. Atak Otomotif Indo Metal tidak terbukti
kebenarannya.
B. Syafi’I (2003)
1. Judul
Pengaruh biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap tingkat kualitas
produk pada PT. Surya Sari Utama di Surabaya.
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh antara biaya pencegahan dan biaya penilaian terhadap
tingkat kualitas produk.
2. Manakah yang lebih dominan antara biaya pencegahan dan biaya penilaian
terhadap kualitas produk.
3. Hipotesis
1. Diduga bahwa pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh
terhadap tingkat kualitas produk.
2. Diduga bahwa diantara biaya pencegahan dan biaya penilaian ada yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat kualitas produk.
4. Kesimpulan
1. Biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh terhadap
tingkat kualitas produk.
2. Biaya pencegahan mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat
C. Meylianto Purnomosidi Wibowo (2006)
1. Judul
Analisis optimalisasi biaya kualitas dan pengaruhnya terhadap kualitas produk
pada PT. Primatexco Indonesia.
2. Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh biaya kualitas terhadap kualitas produk yang dihasilkan
oleh PT. Primatexco Indonesia.
2. Bagaimana komposisi biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi dan titik
optimal biaya kualitas yang dapat dicapai oleh PT. Primatexco Indonesia.
3. Hipotesis
Diduga bahwa ada pengaruh yang nyata atau signifikan antara biaya kualitas
terhadap kualitas produk yang dihasilkan pada PT. Primatexco Indonesia.
4. Kesimpulan
Bahwa ada pengaruh yang nyata atau signifikan antara biaya kualitas terhadap
kualitas produk yang dihasilkan pada PT. Primatexco Indonesia.
D. Gita Gilang M (2009)
1. Judul
Pengaruh Kualitas Produk dan Proses Produksi Terhadap Volume Penjualan
Pada PT. Energy Cahaya Industritama Samarinda Kaltim.
2. Perumusan Masalah
Apakah kualitas produk dan proses produksi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap volume penjualan produk batubara yang dihasilkan PT.
3. Hipotesis
Diduga bahwa kualitas produk dan proses produksi mempunyai pengaruh
terhadap volume penjualan.
4. Kesimpulan
Bahwa kualitas produk dan proses produksi mempunyai pengaruh terhadap
volume penjualan.
E. Eni Maryati (2007)
1. Judul
Analisis pengaruh biaya kualitas terhadap efisiensi biaya produksi pada PT.
Central Wire Industrial.
2. Perumusan Masalah
Apakah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian,
biaya kerusakan internal berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi..
3. Hipotesis
Diduga bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi.
4. Kesimpulan
Biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi tidak teruji
kebenarannya. Hal tersebut dikarenakan hanya biaya pencegahan yang
memiliki taraf signifikan <0,05, sedangkan untuk biaya penilaian dan biaya
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Biaya
2.2.1.1 Pengertian Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi untuk tujuan tertentu
(Mulyadi, 1993: 8).
Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan
Supriyono (1994: 16). Sedang menurut FASB, biaya adalah arus keluar aktiva,
penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduannya selama
satu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang,
pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan yang merupakan kegiatan utama
perusahaan.
Berdasarkan pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa uang untuk memperoleh
penghasilan dan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.1.2 Penggolongan Biaya
Dalam menggolongkan biaya ada beberapa macam cara.
Menurut Harahab (1994: 59) biaya dapat digolongkan menjadi :
1.Biaya yang dihubungkan dengan penghasilan dalam satu periode tertentu.
2.Biaya yang dihubungkan dengan periode tertentu yang tidak dikaitkan dengan
penghasilan.
Sedangkan menurut Mulyadi (1993: 14), biaya dapat digolongkan
menurut:
1. Objek pengeluaran
Dalam hal ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya,
misalnya pengeluaran listrik, maka dapat disebut dengan biaya listrik.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi :
1) Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku
menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.
2) Biaya pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produksi.
3) Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya untuk mengkoordinasikan
kegiatan produksi dan pemasaran produksi.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Dalam hal ini, biaya dapat dikelompokkan menjadi :
1) Biaya langsung
Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah
adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan
2) Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak hanya disebabkan oleh sesuatu
yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungan dengan produk disebut
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya
digolongkan menjadi :
1) Biaya variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah total berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
2) Biaya semi variabel
Biaya semi variabel merupakan biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
3) Biaya semi tetap
Biaya semi tetap merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dalam jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
4) Biaya tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah total tetap dalam kisaran volume
2.2.2. Kualitas
2.2.2.1. Pengertian Kualitas
Menurut Gitosudarmo (1998: 16) Kualitas produk dapat diartikan sebagai
kesesuaian produk dengan harapan konsumen atas biaya yang harus ditanggung
oleh konsumen apabila membeli barang tersebut atau harga barang tersebut.
Menurut pendapat N.Logothetis (1991: 29) suatu produk dikatakan
sebagai produk yang berkualitas apabila produk tersebut mampu menimbulkan
kepuasan konsumennya. Sehingga perusahaan harus berusaha untuk mengetahui
apa yang diinginkan oleh konsumennya.
Kualitas mempunyai berbagai macam pengertian yang berbeda satu dengan yang
lainnya, tergantung dari sisi pandang permasalahan yang dibahas dan keperluan
untuk mempergunakannya. Secara umum orang mengartikan kualitas dengan
derajat keunggulan Mowen (1997: 165).
Sedangkan definisi kualitas menurut Blocher (2000: 214), kualitas adalah
kesesuaian dengan spesifikasi produk atau jasa yang memenuhi atau melebihi
permintaan dan harapan pelanggan atau konsumen.
Zulkifli (2003: 84) mendefinisikan kualitas sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang ditetapkan. Kualitas sering diartikan sebagai kepuasan pelanggan.
(customer satisfaction). Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat diatas
adalah bahwa produk dikatakan berkualitas jika sesuai dengan spesifikasinyadan
2.2.2.2. Jenis Kualitas
“Menurut Supriyono (1994: 377) umumnya kualitas pada umumnya ada
dua jenis, yaitu :
1).Kualitas rancangan
Kualitas rancangan adalah fungsi berbagai spesifikasi produk. Sebagai
contoh, fungsi sebuah jam tangan adalah untuk memungkinkan seseorang
mengetahui jam berapa sekarang ini. Namun suatu jam tangan mungkin terbuat
dari baja, harus diputar kuncinya. Setiap hari menggunakan ikat arloji dari kulit
dan direkayasa dengan penyimpangan tidak lebih dari dua menit perbulan.
2). Kualitas kesesuaian
Kualitas kesesuaian adalah ukuran bagaimana suatu produk memenuhi
berbagai persyaratan atau spesifikasi. Jika produk memenuhi semua rancangan,
produk tersebut cocok untuk digunakan. Sebagai contoh, seorang pelanggan yang
membeli jam tangan baja mengharapkan bahwa jam tangan tersebut berfungsi
untuk jangka waktu tertentu dengan baik.
2.2.2.3. Dimensi Kualitas
“Menurut H.Daniel (1993: 83) definisi dari kualitas adalah “Quality is conformance to requirement not goodness” sehingga suatu produk atau jasa dikatakan berkualitas apabila produk atau jasa tersebut dapat memenuhi kepuasan
1. Kinerja
Adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.
2. Estetika
Berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya, gaya dan keindahan)
serta penampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang
berkaitan dengan jasa.
3. Pelayanan
Berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
4. Wujud barang
Adalah karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-produk
sejenis.
5. Reliabel
Adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi dimaksud dalam jangka
waktu tertentu.
6. Tahan lama
Didefinisikan sebagai umur manfaat dari fungsi produk.
7. Kesesuian produk dengan spesifikasi
adalah ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa lebih memenuhi
spesifikasinya.
8. Kesesuaian produk dengan apa yang diiklankan
Adalah kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana
2.2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
“Menurut Feigenbaum (1992: 540) kualitas suatu produk dan jasa secara
langsung dipengaruhi oleh 9 bidang dasar atau yang disebut dengan “9M”, yaitu :
a. Market (Pasar), jumlah produk baru dan produk yang telah ada dengan kualitas yang lebih baik yang ditawarkan, dipasaran akan dapat menigkatkan
pertumbuhan perusahaan. Keinginan dan kebutuhan konsumen secara hati-hati
didefinisikan sebagai dasar untuk pengembangan produk.
b. Money (uang), kebutuhan akan otomasi dan pemeriksaan telah mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses produksi dan perlengkapan yang
baru. Biaya kualitas yang dikaitkan dengan pemeliharaan dan perbaikan
kualitas produk yang lebih tinggi dari sebelumnya. Untuk itu agar menjadi
perhatian perusahaan maka perusahaan dapat menurunkan biaya operasi agar
harga barang dapat terjangkau oleh konsumen dan dengan mutu yang lebih
baik.
c. Management (manajemen), tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok khusus. Dulu mandor dan teknisi produk
mempunyai tanggung jawab sepenuhnya atas kualitas produk. Sekarang
bagian pemasaran melalui fungsi produksinya harus membuat
persyaratan-persyaratan produksi. Bagian rekayasa mempunyai tanggung jawab untuk
merancang produk yang akan memenuhi persyaratan-persyaratan ini. Bagian
kendali mutu harus merencanakan pengukuran-pengukuran mutu pada saluran
persyaratan-persyaratan mutu. Dan mutu pelayanan setelah produk sampai
pada konsumen.
d. Man (manusia), pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh bidang-bidang seperti elektronik komputer telah
menciptakan suatu permintaan yang besar akan pekerja-pekerja dengan
pengetahuan khusus.
e. Motivation (motivasi), penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan bahwa sebagai tambahan hadiah uang, para pekerja juga memerlukan
pengakuan yang positif bahwa mereka turut memberikan sumbangan atas
tercapainya tujuan perusahaan.
f. Materials (bahan), biaya produksi dan persyaratan mutu, para ahli teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat daripada sebelumnya dan
menggunakan banyak bahan baru, yang disebut logam dan campuran logam
eksotik untuk pemakaian khusus.
g. Machines and Mechanization (mesin dan mekanisasi), untuk mencapai penurunan biaya dan volume produksi untuk memuaskan pelanggan atau
konsumen dalam pasar yang bersaing ketat, mendorong penggunaan pabrik
secara mantap.
h. Modern Information (metode informasi modern), dengan adanya teknologi informasi yang baru untuk menyelidiki cara mengendalikan mesin dan proses
selama pembuatan yang tidak terduga sebelumnya dan pengendalian produk
i. Mounting Product Requirement (persyaratan proses produksi), meningkatkan kerumitan dan persyaratan yang lebih tinggi telah menekankan pentingnya
keamanan dan keterandalan.
2.2.2.5. Pengaruh Kualitas Bagi Perusahaan
Untuk dapat menghasilkan reputasi yang baik diminta pelanggannya,
perusahaan harus mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi, sehingga hal
tersebut membuktikan bahwa kualitas sangat berpengaruh pada perusahaan.
Menurut Render (1991: 91-93) kualitas dapat mempengaruhi perusahaan
dalam empat hal, yaitu :
1. Cost and Market Share
Peningkatan kualitas akan berpengaruh terhadap biaya dan pangsa pasar yang
kemudian akan menimbulkan peningkatan laba.
2. Company Reputation
Reputasi perusahaan sangat berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan.
Bila kualitasnya buruk maka reputasi perusahaan akan menjadi rusak.
3. Product Liability
Suatu organisasi yang merancang dan menghasilkan barang dan jasa yang cacat
harus bertanggungjawab atas kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan.
Meningkatkan kualitas dapat mengurangi kerugian tersebut.
4. The International Implication
Produk dengan kualitas yang rendah dapat merugikan perusahaan dan mungkin
Negara, hal ini memiliki implikasi yang kuat terhadap neraca pembayaran, karena
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas sangat berpengaruh
besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
memberikan perhatian yang besar terhadap kualitas, karena kualitas merupakan
sebuah issue yang dapat mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan.
2.2.3. Biaya Kualitas
2.2.3.1. Pengertian Biaya Kualitas
“Menurut Mowen (2001: 220) biaya kualitas adalah biaya-biaya yang
berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pembentukan
produk yang berkualitas rendah, dan dengan “opportunity cost” dari hilangnya
waktu produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.
“Menurut Feigenbaum (1992: 101) biaya kualitas disebut juga sebagai
operasi mutu produsen yang didefinisikan adalah biaya-biaya yang berkaitan
dengan pendefinisian, penciptaan dan kendali mutu serta evaluasi umpan balik
kesesuaian terhadap mutu, keterandalan dan keamanan serta biaya-biaya yang
berkaitan dengan kegagalan untuk memenuhi persyaratan didalam pabrik dan
ditangan pelanggan.
2.2.3.2. Pengelompokkan Biaya Kualitas
“Menurut Gitosudarmo (1998: 188) biaya kualitas yang harus ditanggung
oleh perusahaan dalam melakukan pengendalian kualitas produk hasil produksi
terdiri dari dua unsur yaitu :
1. Biaya pengawasan kualitas yang berupa :
a) Bahan-bahan yang dilakukan untuk melakukan tes kualitas terhadap produk
b) Biaya penyusutan atau depresiasi alat yang digunakan untuk mengetes produk
yang dihasilkan.
c) Biaya atas pengurangan nilai barang atau produk yang dites.
2. Biaya jaminan kualitas yang berupa :
a) Biaya penggantian barang yang rusak.
b) Biaya reparasi atau perbaikan.
c) Biaya penggantian sparepart.
d) Biaya penanggungan risiko berkurangnya volume penjualan akibat barang
cacat atau rusak yang terbeli oleh konsumen.
2.2.3.3. Kategori Biaya Kualitas
“Menurut Mowen (1997: 437) biaya kualitas terdiri dari dua subkategori
aktivitas yang berhubungan dengan kualitas yaitu control activities dan failure activities. Control activities (aktifitas pengendalian) adalah kinerja dari organisasi untuk mencegah atau mendapatkan kualitas yang rendah (karena kemungkinan
adanya kualitas rendah). Kemudian, aktivitas pengendalian mempersiapkan
kegiatan pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian merupakan biaya dari
kinerja aktivitas pengendalian. Failure activities (aktivitas kegagalan) adalah tindakan terhadap suatu organisasi atau respon dari pelanggan untuk kualitas
rendah (kualitas rendah yang ada). Jika respon untuk kualitas rendah terjadi
sebelum produk cacat (ketidaksesuaian, tidak benar, tidak tahan lama dan
sebagainya) datang ke pelanggan, aktivitasnya dapat diklasifikasikan sebagai
organisasi karena tindakan aktivitas kegagalan. Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa failure activities dan failure costs termasuk respon pelanggan atas kualitas rendah dapat membebankan biaya organisasi.
2.2.3.4. Jenis Biaya Kualitas
Aktivitas yang berhubungan dengan kualitas Menurut Blocher dkk (2000: 220)
pada pengelompokkan biaya kualitas terbagi menjadi empat yaitu :
a) Biaya pencegahan
Biaya yang timbul untuk mencegah kerusakan di dalam produk atau jasa yang
diproduksi oleh perusahaan. Apabila biaya pencegahan mengalami kenaikan
maka diharapkan biaya kegagalan menurun. Biaya pencegahan ini meliputi :
1. Biaya pelatihan kualitas
Biaya pelatihan kualitas merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk program
pelatihan internal dan eksternal, yang meliputi :
Upah dan gaji yang dibayarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, biaya
pelatihan ekternal, serta gaji dan upah pelatihan.
2. Biaya perencanaan kualitas
Biaya perencanaan kualitas merupakan upah untuk perencanaan kualitas,
lingkaran kualitas, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas,
kehandalan dan evaluasi supplier.
3. Biaya pemeliharaan peralatan
Biaya pemeliharaan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
memasang, menyesuaikan, mempertahankan, memperbaiki, dan menginspeksi
4. Biaya penjamin supplier
Biaya penjamin supplier merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
mengembangkan kebutuhan dan pengukuran data, auditing, dan pelaporan
kualitas.
b) Biaya penilaian
Biaya penilaian muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai
dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Biaya-biaya ini muncul
setelah produksi selesai tetapi sebelum penjualan, untuk memastikan bahwa
semua unit yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang diminta oleh pelanggan.
Biaya penilaian meliputi :
1. Biaya pengujian dan inspeksi
Biaya pengujian dan inspeksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menguji dan menginspeksi barang yang akan datang, produk dalam proses,
dan produk jadi atau jasa.
2. Peralatan dan pengujian
Peralatan dan pengujian merupakan pengeluaran yang terjadi untuk
memperoleh, mengoperasikan, dan mempertahankan mesin, dan peralatan
pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa atau proses.
3. Audit kualitas
Audit kualitas merupakan gaji atau upah semua orang yang terlibat dalam
penilaian kualitas produk dan jasa dan pengeluaran lain selama penilaian
4. Pengujian produk
Pengujian produk merupakan pengeluaran yang terjadi berkaitan dengan
pengujian kesesuaian hasil produk dengan standar perusahaan, termasuk
pengepakan dan pengiriman.
c) Biaya kegagalan internal
Biaya kegagalan internal timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan
spesifikasi dan kebutuhan pelanggan. Ketidak sesuaian ini dideteksi sebelum
produk dan jasa dikirim ke pihak luar. Biaya kegagalan internal meliputi :
1. Biaya proses
Biaya proses merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang
produk atau proses pemberhentian mesin yang tidak direncanakan dan
gagalnya produksi karena ada penyelaan proses untuk perbaikan dan
pengerjaan kembali.
2. Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scarp)
Biaya pengerjaan kembali (rework) dan biaya sisa produksi (scarp) merupakan bahan, tenaga kerja langsung dan overhead untuk sisa produksi,
pengerjaan kembali dan inspeksi ulang.
3. Biaya tindakan koreksi
Biaya tindakan koreksi merupakan biaya untuk waktu yang dihabiskan dalam
menemukan penyebab kegagalan dan untuk mengoreksi masalah.
Biaya inspeksi dan pengujian ulang merupakan gaji,upah dan biaya yang
dikeluarkan selama inspeksi ulang atau pengujian ulang produk-produk yang
telah diperbaiki.
d) Biaya kegagalan eksternal
Biaya kegagalan eksternal muncul karena produk atau jasa gagal memenuhi
persyaratan atau memenuhi harapan pelanggan setelah produk atau jasa
dikirim ke pelanggan. Dari semua biaya kualitas, biaya ini yang lebih
menghancurkan perusahaan. Biaya-biaya ini meliputi :
1. Biaya penarikan kembali produk
Biaya administrasi untuk menangani pengembalian produk, perbaikan atau
penggantian, biaya hukum dan biaya penyelesaian hukum.
2. Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian dari pelanggan
Gaji dan overhead administrasi untuk departemen pelayanan kepada
pelanggan, memperbaiki produk yang dikembalikkan, cadangan atau potongan
untuk kualitas rendah, dan biaya angkut.
3. Produk yang hilang karena produk yang tidak memuaskan
Margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang tertunda, produk yang
hilang dan menurunnya pangsa pasar.
Tabel 2.1: Komponen Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan Biaya Penilaian
“Menurut Feigenbaum (1991: 101) biaya kualitas dapat dikategorikan ke
dalam empat kategori diantaranya :
1. Biaya pencegahan meliputi :
a) Perencanaan mutu. Merupakan biaya yang berkaitan dengan waktu semua
karyawan baik yang ada di dalam fungsi mutu atau di dalam fungsi-fungsi
lainnya.
b) Kendali proses merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan
oleh semua karyawan untuk menelaah dan menganalisis proses produksi
(termasuk penjual) untuk keperluan menetapkan cara mengendalikan dan
meningkatkan kemampuan proses yang ada, dan menyediakan dukungan
teknis kepada karyawan untuk keperluan menerapkan atau
mengimplementasikan secara efektif rencana mutu dan mengawali serta
memelihara kendali pada proses operasi produksi.
b) Perancangan dan pengembangan peralatan informasi mutu merupakan biaya
yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan untuk
merancang dan mengembangkan pengukuran mutu produk dan proses, data
kendali dan perlengkapan.
c) Pelatihan mutu dan pengembangan tenaga kerja biaya yang dirancang untuk
melatih karyawan dalam penggunaan teknik-teknik untuk kendali mutu
keterandalan dan keamanan.
d) Verifikasi rancangan produk merupakan biaya pengevaluasian produk
praproduksi untuk keperluan verifikasi mutu dan aspek-aspek keamanan
e) Pengembangan dan menejemen system adalah biaya keseluruhan rekayasa
system mutu dan menejemen serta dukungan untuk pengembangan system
mutu.
f) Biaya-biaya pencegahan lainnya termasuk biaya administratif yang tidak
diperhitungkan dalam biaya lainnya.
2. Biaya Penilaian, meliputi:
a) Pengujian dan pemeriksaan terhadap bahan-bahan yang dibeli merupakan
biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan
pemeriksaan dan pengujian untuk mengevaluasi mutu bahan-bahan yang
dibeli.
b) Pengujian penerimaan laboratorium adalah semua biaya pengujian yang
dilakukan oleh laboratorium untuk mengevaluasi mutu bahan mutu yang
dibeli.
c) Laboratorium atau jasa pengukuran lainnya yakni mewakili biaya jasa
pengukuran laboratorium, penentuan ketepatan ukuran instrument dan
perbaikan serta pemantauan proses
d) Pemeriksaan merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan
oleh karyawan pemeriksaan untuk mengevaluasi mutu produk di dalam pabrik
dan biaya yang dipakai oleh karyawan pengawasan.
e) Pengujian merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan
oleh karyawan pengujian untuk mengevaluasi prestasi teknis dari produk di
f) Tenaga kerja pemeriksa adalah biaya yang dikaitkan dengan waktu yang
dipakai oleh operator untuk memeriksa mutu pekerjaannya sendiri seperti
yang diisyaratkan oleh rencana kualitas, memeriksa produk atau proses
mengenai kesesuaian mutu pada pokok yang direncanakan dalam produksi,
shorting (pemilahan).
g) Penyiapan pengujian atau pemeriksaan merupakan biaya yang dikaitkan
dengan waktu yang dipakai oleh karyawan untuk menyiapkan produk dan
peralatan yang berkaitan dengan pengujian untuk memungkinkan pengujian
fungsional.
h) Perlengkapan dan bahan pengujian dan pemeriksaan dan perlengkapan mutu
yang kurang penting.
i) Audit mutu adalah biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai oleh
karyawan untuk melakukan audit.
j) Pengesahan dari luar adalah biaya labortaorium luar, biaya pemeriksaan
asuransi, dan lain-lain.
k) Pemeliharaan dan kalibrasi perlengkapan pengujian dan pemeriksaan
informasi mutu.
l) Peninjauan rekayasa produk dan penyerahan pengiriman
m) Pengujian lapangan merupakan biaya yang ditanggung oleh departemen pada
waktu diadakan pengujian lapangan terhadap produk di tempat pelanggan
3. Biaya Kegagalan Internal meliputi :
a) Biaya sisa produksi (scarp) merupakan kerugian yang diderita selama
mencapai tingkat mutu yang terlibat, dengan tidak menyertakan bahan-bahan
yang diafkir karena keusangan, kelebihan produk dan perubahan rancangan
produk yang diakibatkan oleh evaluasi lebih lanjut tentang kebutuhan
konsumen.
b) Pengulang kerjaan yaitu bayaran tambahan yang diberikan kepada para
operator dalam upaya mencapai tingkat mutu yang diisyaratkan.
c) Biaya pengadaan bahan yaitu tambahan yang muncul pada waktu karyawan
pengadaan mengalami penolakan dan keluhan pada bahan yang dibeli,
mencakup penggantian dari penjual untuk bahan-bahan yang ditolak.
d) Rekayasa yang berkaitan dengan pabrik adalah biaya yang dikaitkan dengan
waktu yang dipakai oleh ahli teknik produk atau produksi yang terlibat dalam
masalah-masalah produksi yang menyangkut mutu, yaitu suatu komponen
produk atau bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi mutu.
4. Biaya Kegagalan Eksternal
a) Keluhan dalam jaminan adalah semua biaya untuk mengatasi keluhan
lapangan yang spesifik dalam masa jaminan untuk penyelidikan, perbaikan
atau penggantian.
b) Keluhan diluar jaminan yaitu biaya yang terima untuk melakukan penyesuaian
terhadap keluhan di lapangan yang spesifik setelah berakhirnya masa jaminan.
c) Pelayanan produk adalah semua biaya pelayanan produk yang diterima yang
pengujian khusus, atau pengoreksian terhadap kecacatan yang bukan
disebabkan oleh keluhan di lapangan.
d) Liabilitas produk biaya yang berkaitan dengan mutu, yang muncul sebagai
akibat penilaian liabilitas yang berkaitan dengan kegagalan mutu.
e) Penarikan produk merupakan biaya yang muncul akibat dari penarikan produk
atau komponen produk.
2.2.3.5. Manfaat Penerapan Biaya Kualitas
Pada dasarnya tujuan utama pembuatan laporan biaya kualitas adalah
untuk memperbaiki dan mempermudah perencanaan, pengendalian, pengambilan
keputusan manajemen. Dalam artikel Manajemen Accounting, Towey (1988: 40)
menjelaskan ada beberapa langkah yang dilakukan dalam menerapkan sistem
pelaporan biaya kualitas, antara lain:
1. Dukungan dan komitmen manajemen
2. Mendirikan regu-regu instalasi
3. Memilih segmen organisasi tunggal untuk digunakan untuk prototype 4. Mendapatkan hubungan dan dukungan informasi antara perusahaan dan
pemasok
5. Mendefinisikan biaya kualitas dan kategori biaya kualitas
6. Mengidentifikasi biaya-biaya kualitas didalam masing-masing kategori
7. Menentukan sumber-sumber informasi biaya kualitas
8. Membuat grafik dan biaya kualitas
9. Membuat prosedur untuk menghitung biaya kualitas
11. Mengurangi produk cacat
12. Memperluas sistem
Menurut Feigenbaum (1987: 130) biaya kualitas digunakan sebagai berikut :
1. Quality cost served as a measurement tool
Biaya kualitas sebagai alat pengukur yaitu kualitas dapat dirinci menjadi
beberapa jenis, sehingga terbuka kemungkinan untuk mendapatkan
ukuran dalam rupiah pada setiap aktivitas yang terkait dengan kualitas.
2. Quality cost serve as process quality analysis tool
Biaya kualitas sebagai alat analisis kualitas yang efektif. Jika dirinci dengan tepat biaya kualitas dapat menunjukkan masalah yang terkait
dengan kualitas.
3. Quality cost serve as a programming tool
Biaya kualitas sebagai alat pemrograman, maksudnya biaya kualitas Digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan dan
sekaligus tindakan mana yang seharusnya diberi prioritas.
4. Quality cost as a budgeting
Biaya kualitas sebagai alat penganggaran maksudnya biaya kualitas
dapat dipakai sabagai petunjuk dalam mambuat anggaran untuk
mencapai pengendalian kualitas yang ingin dicapai.
5. Quality cost serve as a predictive tool
Biaya kualitas sebagai alat prediksi. Data biaya kualitas dapat dipakai untuk mengevaluasi dan menjamin prestasi produk di pasaran, selain
usaha baru dan persaingan pasar.
2.2.3.6. Tipe Laporan Kinerja Kualitas A. Ada empat tipe laporan kinerja kualitas.
1. Laporan Kinerja Kualitas sementara (Interim Quality Performance Report) yang menunjukkan kemajuan relative biaya kualitas sesungguhnya yang
dicapai dibandingkan dengan biaya kualitas yang dianggarkan.
2. Laporan Kinerja Kualitas Satu Tahun (One year Periode Quality Performance Report) yang menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja kualitas sesungguhnya tahun terakhir dengan tahun sebelumnya.
3. Laporan Kinerja Kualitas Beberapa periode (Multiple Period Quality Trend
Report) yang menunjukkan kemajuan sejak awal aplikasi program
penyempurnaan kualitas sampai periode terakhir.
4. Laporan Kinerja Kualitas jangka panjang (Long-Range Quality Performance Report) yang menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar atau sasaran jangka panjang dengan cara membandingkannya dengan biaya
kualitas sesungguhnya.
2.2.3.7. Pengendalian dan Pengukuran Biaya Kualitas
Pelaporan biaya kualitas saja tidak cukup untuk menjamin bahwa biaya-biaya
tersebut terkendali. Pengendalian yang baik mensyaratkan standar suatu ukuran
atas biaya sesungguhnya sehingga kinerja dapat diukur dan tindakan-tindakan
koreksi dapat dilakukan jika perlu pengendalian mutu konvensional (PMK) dan
produk, kemudian dilakukan pengujian apakah kualitas yang dihasilkan berada
pada tingkat kecacatan yang dapat diterima. AQL dilakukan terhadap proses
produksi, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya produk cacat dari tahap
pembuatan desain sampai tahap penyerahan produk pada pelanggan.
Menurut Feigenbaum (1991: 10) menyebutkan 4 langkah umum yang
terdapat dalam pengendalian kualitas yaitu :
1. Menetapkan standar (Setting standards),
Menentukan standar biaya kualitas, kinerja kualitas dan standar kehandalan
kualitas produk.
2. Menilai kesesuaian (Appraising conformance),
Membandingkan kesesuaian produk yang diproduksi atau jasa yang ditawarkan
dengan standar-standar yang telah ditentukan.
3. Bertindak bila perlu (Acting when necessary),
Mengoreksi masalah dan penyebab yang mencakup pemasaran, perancangan,
rekayasa produksi dan pemeliaharaan yang mempengaruhi kepuasan
konsumen.
4. Merencanakan perbaikan (Planning for improvement),
Mengembangkan suatu usaha yang berkelanjutan untuk memperbaiki
standar-standar biaya, keamanan dan kehandalan.
Menurut Datar (2000: 278) pengendalian biaya kualitas mensyaratkan
adanya standar yang digunakan untuk membandingkan biaya kualitas aktual
dengan standarnya, sehingga kinerja dapat diukur dan dapat diketahui apakah
Jadi aktivitas-aktivitas yang penting dalam pengendalian biaya kualitas umumnya
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengamatan terhadap kinerja produk dan proses
2. Membandingkan kinerja yang ditampilkan dengan standar yang berlaku
3. Mengambil tindakan apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang
cukup signifikan dan apabila perlu dibuat tindakan koreksi.
Membandingkan realisasi biaya dengan anggaran atau standar yang
ditetapkan akan memberikan informasi mengenai penyimpangan-penyimpangan
yang telah terjadi, baik yang menguntungkan atau merugikan. Hal tersebut
merupakan ukuran untuk melakukan penilaian terhadap prestasi manajer-manajer
yang bertanggung-jawab, serta merupakan indikasi yang memberikan peringatan
kepada atasannya mengenai apa yang seharusnya dilakukan dalam rangka
pengendalian biaya tersebut.
Menurut Sumanth (1984: 5) banyak pihak manajemen perusahaan yang
khawatir adanya peningkatan biaya jika melakukan peningkatan kualitas, yang
artinya akan mengurangi labanya, memang untuk sementara waktu, biaya akan
naik pada saat kualitas ditingkatkan, tetapi selanjutnya, jika perhatian yang lebih
besar diberikan terhadap peningkatan kualitas, maka akan terjadi penurunan
jumlah produk cacat atau rusak, pengerjaan ulang dan biaya pemeriksaan, hal ini
akan mengakibatkan terjadinya penghematan biaya yang besar, disertai dengan
meningkatnya produktivitas, dimana produktivitas ini merupakan ukuran efisiensi
Sedangkan menurut Mowen (2000: 438) menjelaskan bahwa pengendalian
biaya kualitas hanya dapat dilakukan pada biaya-biaya dari aktivitas pengendalian
(prevention dan appraisal cost), sedangkan biaya dan aktivitas kegagalan (internal dan external failure cost) tidak dapat dikendalikan, meskipun biaya kegagalan tidak dapat dikendalikan, namun besarnya biaya-biaya tersebut
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan pengendalian, secara teoritis pengendalian
biaya kualitas diarahkan untuk mencapai biaya kualitas yang optimal, yaitu
mencapai jumlah 2,5% dari penjualan.
Pengendalian terhadap biaya kualitas memang perlu untuk dilakukan,
karena dengan adanya biaya kualitas yang terkecuali, maka akan dicapai efisiensi
dalam hal biaya dan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan juga akan
semakin baik
Menurut Gasperz (1997: 168) alasan-alasan perusahaan mengadakan
pengukuran terhadap biaya kualitas adalah sebagai berikut:
1. Mengkuantifikasi ukuran dari masalah kualitas dalam bahasa “uang” guna
meningkatkan komunikasi diantara manajer menengah dan manajer puncak.
2. Kesempatan utama untuk reduksi biaya dapat didentifikasi.
3. Kesempatan untuk mengurangi ketidakpuasan pelanggan dan
ancaman-ancaman yang berkaitan dengan produk yang dipasarkan dapat diidentifikasi
Sedangkan menurut Mowen (1995: 912) menyatakan bahwa pengendalian
memungkinkan manajer membandingkan keluaran aktual dengan standarnya
untuk mengukur kinerja dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
Bagian pengendalian kualitas (quality control) dan bagian akuntansi merupakan pihak yang bertanggung-jawab untuk mengadakan pengukuran biaya
kualitas. Bagian pengendalian kualitas bertanggung-jawab melaksanakan
pengukuran atas kualitas fisik produk, seperti pengukuran atas pengendalian
bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
Pengukuran bagian pengendalian kualitas akan menggabungkan laporan
tentang aktivitas pengendalian kualitas, kemudian laporan yang sudah terkumpul
dari masing-masing bagian diserahkan ke bagian akuntansi, bagian akuntansi
bertanggung-jawab atas penyajian semua data keuangan, data mengenai biaya
kualitas yang diperlukan untuk membuat laporan biaya kualitas dapat diperoleh
melalui sistem informasi akuntansi perusahaan.
2.2.3.8. Konsep Biaya Kualitas
Biaya kualitas optimum adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengelola kualitas produknya. Tujuan utama adanya konsep biaya kualitas
optimal adalah untuk meminimalkan biaya kualitas total yang dikeluarkan oleh
perusahaan, maka harus ada sistem akuntansi yang memadai yang dapat
digunakan menejemen untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga efisiensi biaya
Biaya kualitas total dipengaruhi oleh interaksi diantara
komponen-komponen biaya kualitas yang ada. Interaksi masing-masing komponen-komponen biaya
kualitas dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 : Contoh model saling mempengaruhi 4 jenis biaya kualitas
A B C D
Pada tahap A, ketidak pastian besar biaya pencegahan dan biaya penilaian
menyebabkan jumlah kerusakan eksternal sangat tinggi, sehingga tingkat kualitas
produk akan menurun.
failure kini terdapat pada internal failure. Tetapi bagaimanapun total biaya kualitas menunjukkan angka yang lebih rendah.
Tahap C, pengendalian proses diperkenalkan untuk mengendalikan kerusakan
pada tingkat lebih awal pada proses produksi. Hal ini menunjukkan peningkatan
biaya penilaian dan mengurangi total biaya kualitas.
Pada tahap D, pencegahan ditingkatkan dan pada tingkat inilah yang paling
menguntungkan karena kerusakan yang terjadi lebih kecil dibanding sebelumnya
sehingga total biaya kualitas menunjukkan angka yang paling rendah.
Dari keempat tahap tersebut dapat diketahui tingkat biaya kualitas optimal yang
dapat dicapai. Dengan demikian dari keterkaitan dan saling mempengaruhi antara
masing-masing komponen biaya kualitas dapat diperoleh tingkat biaya kualitas
optimal.
2.2.3.9. Penggunaan Informasi Biaya Kualitas
“Menurut Besterfield, dalam laporan biaya kualitas dapat dikaitkan
dengan dasar-dasar yang berbeda yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Hasil Penjualan Produksi Bersih
Analisa biaya kualitas dengan menggunakan dasar pembanding hasil
penjualan produk bersih akan dapat untuk mengetahui prosentase biaya
kualitas yang dikeluarkan terhadap hasil penjualan produk.
2. Total Biaya Produksi yang Dikeluarkan
Analisa biaya kualitas dengan menggunakan dasar pembanding biaya produksi
besarnya jumlah rupiah dari biaya kualitas untuk tiap-tiap satuan unit produksi
yang dihasilkan dari periode ke periode.
3. Jumlah Unit yang Dihasilkan
Analisa biaya kualitas dengan menggunakan dasar pembanding jumlah unit
yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengetahui kecenderungan besarnya
jumlah rupiah dari biaya kualitas untuk tiap-tiap satuan unit produk yang
dihasilkan dari periode ke periode.
4. Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Dasar pembanding tenaga kerja langsung digunakan karena peka terhadap
naik turunnya kegiatan perusahaan. Dasar ini tidak hanya dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan harga bahan, jumlah produk akhir, penjualan produk
yang terlambat atau jadwal pembuatan yang panjang, tapi juga dipengaruhi
oleh mekanisme yang menyebabkan berkurangnya operator. Oleh karena itu,
dasar pembanding ini hanya cocok digunakan pada jangka waktu yang
pendek.
2.2.4. Kualitas Produk
2.2.4.1.Pengertian Kualitas Produk
“Menurut kotler (1994: 5) produk adalah sesuatu yang ditawarkan kepada
seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.
Menurut Nasution (2000: 15) kualitas produk adalah kecocokan
penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk
konsumen yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality
assurance), dan sesuai etika bila digunakan.
“Menurut Noerchidah (2005: 47) kualitas produk adalah produk yang
sesuai dengan yang di inginkan atau sesuai yang di pesan, baik bentuk, spesifikasi
ukuran dan bebas dari kerusakan.
“Menurut Machfoed (2007: 78) kualitas produk mempunyai dua dimensi,
tingkat dan konsistensi dalam pengembangan produk, langkah pertama yang
dilakukan oleh perusahaan ialah memilih tingkat kualitas yang akan mendukung
posisi produk di pasar sasaran. Kualitas merupakan alat penting untuk
menentukan posisi. Kualitas produk melambangkan kemampuan produk untuk
menjalankan fungsinya yang meliputi keawetan, keandalan, kemudahan
penggunaan dan perbaikannya serta sifat-sifat lainnya.
Pendapat tersebut diatas dapat disimpilkan bahwa produk adalah produk yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan perusahaan, tujuan untuk apa produk
tersebut dibuat dan harapan deri konsumen.
Semakin berkualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan, maka kepuasan
konsumen akan dapat terpenuhi dan konsumen akan terus tertarik untuk
melakukan pembelian produk tersebut. Produk yang berkualitas merupakan
sesuatu yang harus dapat dihasilkan oleh perusahaan, karena ini akan
mempengaruhi keterlangsungan hidup perusahaan dan minat konsumen untuk
2.2.4.2. Dimensi Kualitas Produk
“Menurut Mowen (2000: 6) kualitas produk atau jasa adalah sesuatu yang
memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan dalam delapan aspek yaitu sebagai
berikut:
a. Kinerja (performance)
Merupakan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk.
b. Estetika (Asthetics)
Hal yang berhubungan dengan penampilan wujud produk serta jasa.
c. Kemudahan Perawatan perbaikan (Serviciability)
Hal yang berhubungan dengan tingkat perawatan dan memperbaiki produk.
d. Keunikan (features)
Merupakan karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dengan
produk-produk sejenis.
e. Realibilitas (Realibility)
Merupakan probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi dimaksud dalam
jangka waktu tertentu.
f. Durabilitas (Durability)
Merupakan umur manfaat dari fungsi pokok produk.
g. Tingkat Kesesuaian (Quality of Conformance)
Merupakan ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi
h. Manfaat (Fitves for Use)
Merupakan kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi
sebagaimana yang diiklankan.
2.2.5. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Kualitas 2.2.5.1. Pengertian Pengendalian Kualitas
Menurut Manullang (2001: 194) pengendalian kualitas berkaitan dengan
penetapan standar kualitas dan cara mengukur sifat-sifat kualitas (seperti : design,
penampilan, ukuran dan bahan). Pengendalian kualitas berarti bahwa bila ada
kerusakan, dicari sebab terjadinya kerusakan dan tindakan perbaikan harus
dilakukan.
Menurut Ahyari (2002: 239) mengartikan pengendalian kualitas sebagai
suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar
kualitas produk atau jasa dapat ditentukan sebagaimana yang direncanakan.
Sedangkan menurut Sumayang (2003: 265) pengendalian kualitas
merupakan falsafah yang menetapkan dan menjaga lingkungan yang
menghasilkan perbaikan terus-menerus pada kualitas dan produktivitas diseluruh
aktivitas perusahaan, pemasok dan jalur distribusi.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa usaha
pencegahan dilakukan sebelum kesalahan kualitas produk atau jasa itu terjadi.
Dengan adanya pengendalian kualitas akan dapat memberikan informasi bagi
manajemen perusahaan mengenai penyimpangan-penyimpangan dari standar yang
langsung dan selanjutnya mengambil langkah-langkah perbaikan secepat
mungkin.
2.2.5.2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Menurut Assauri (1999: 210) tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar
spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar tercermin dalam produk
akhir secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas
adalah :
1. Agar barang hasil produk dapat mencapai standar kualitas yang ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya pemeriksaan produk dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan kualitas produk
tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi menjadi serendah mungkin.
Sedangkan menurut Sudarno (1996: 245) adalah walaupun segala proses
produksi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, produk akhir mungkin saja
rusak yang disebabkan satu dan lain hal yang tidak sesuai dengan standar –
standar yang ditentukan. Bagian pemeriksaan yang merupakan bagian dari
pengendalian yang bertanggungjawab atas dipeliharanya kualitas produk sesuai
dengan standar.
2.2.6. Pengaruh Biaya Pencegahan Terhadap Kualitas Produk
Dalam upaya untuk menghasilkan produk yang berkualitas masalah
penting kendali mutu sebenarnya adalah pencegahan bukan penilaian yang akan
memisahkan produk yang rusak atau cacat dari produk yang baik sehingga produk