• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mineral Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Beberapa Jenis Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Mineral Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Beberapa Jenis Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN

MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI

ULANG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarUniversitas Sumatera

OLEH:

JULI HANDAYANI PASARIBU NIM 111524031

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN

MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI

ULANG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

JULI HANDAYANI PASARIBU NIM 111524031

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN

MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI

ULANG DI KOTA MEDAN

OLEH:

JULI HANDAYANI PASARIBU NIM 111524031

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 3 Agustus 2013

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP 195001261983031002 NIP 195006221980021001

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195001261983031002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. Drs. Tuty R. Pardede, M.Si., Apt. NIP 194907061980021001 NIP 195401101980032001

Drs. Syahrial Yoenoes, S.U., Apt. NIP 195112061983031001

Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan

judul Analisis Mineral Kalsium, Kalium, Dan Magnesium Pada Beberapa Jenis

Air Minum Isi Ulang di Kota Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.

Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan. Bapak Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt., dan

Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., yang telah membimbing dan

memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya

skripsi ini. Bapak Dr. Muchlisyam M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Tuty Roida

Pardede, M.Si., Apt., serta Bapak Drs. Syahrial Yoenoes, S.U., Apt., selaku

dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakultas

Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Ibu Prof.

Dr. Rosidah M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan

bimbingan kepada penulis selama perkuliahan. Ibu Dra. Masfria M.Si., Apt.,

(5)

Dr. Rer.nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku kepala Laboratorium

penelitian USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis

sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada

terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan cinta kasih

yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik

materi maupun non materi. Sahabat-sahabat ekstensi 2011, terimah kasih untuk

dorongan, semangat dan kebersamaan nya selama ini, serta seluruh pihak yang

telah ikut mebantu penulis yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerimakritik dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 3 Agustus 2013 Penulis,

(6)

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS MINUM ISI ULANG DI KOTA MEDAN

Abstrak

Mineral yang terkandung dalam air memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar kalsium, kalium, dan magnesium pada beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan.

Sampel yang digunakan adalah air minum isi ulang teknik filterisasi, air minum isi ulang teknik reverse osmosis, air minum isi ulang teknik reverse osmosis bermerek dan air minum mineral isi ulang bermerek sebagai pembanding. Identifikasi kalsium dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan amonium oksalat 6,3%, larutan asam sulfat 1N, serta uji nyala dengan kawat nikel krom. Identifikasi kalium dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam pikrat 1% b/v serta uji nyala dengan kawat nikel krom. Identifikasi magnesium dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan kuning titan 0,1% serta basa natrium hidroksida. Analisis kuantitatif kalsium, kalium, dan magnesium menggunakan spektrofotometer serapan atom nyala udara-asetilen, dilakukan pada panjang gelombang berturut-turut 422,7 nm, 766,49 nm, dan 285,20 nm.

Hasil analisis menunjukkan air minum isi ulang teknik filterisasi mengandung kalsium yaitu 6,5114 mg/l sampai 14,3137 mg/l, kalium 4,9328 mg/l sampai 5,5339 mg/l, sedangkan magnesium 1,7817 mg/l sampai 3,1492 mg/l, dimana kadar tersebut masih dibawah kadar minimun kalsium dan magnesium yang ditetapkan yaitu 20 mg/l dan 10 mg/l. Air minum isi ulang teknik reverse osmosis mengandung kalsium, kalium, dan magnesium dengan kadar rendah, yaitu berturut-turut 0,5676 mg/l sampai 0,8181 mg/l; 0,5682 mg/l sampai 0,6705 mg/l; dan 0,0885 mg/l sampai 0,1667 mg/l. Air minum isi ulang teknik reverse osmosis bermerek mengandung kadar kalsium, kalium, dan magnesium yaitu 0,5676 mg/l; 0,5917 mg/l; dan 0,1484 mg/l. Sedangkan air minum mineral isi ulang bermerek mengandung kalsium, kalium, dan magnesium dengan kadar 8,0173 mg/l; 5,7013 mg/l; dan 5,6921 mg/l. Kadar tersebut juga masih dibawah kadar minimum yang ditetapkan. Sedangkan kadar kalium tidak memiliki batas minimum. Beberapa jenis air minum isi ulang mengandung kalsium,kalium,dan magnesium.

(7)

Mineral Analysis Of Calsium, Potassium, And Magnesium In Some Kind Of Drinking Water From Refill In Medan

Abstract

Minerals contained in the water has an influence on the health of the body. This study aims to find out the contents of calcium, potassium, and magnesium in some kind of drinking water refill in Medan.

The samples used is drinking water from refill filtration technique, drinkng water from refill reverse osmosis technique, refill drinking water reverse osmosis technique branded and mineral water branded as a comparison. Identification of calcium performed using 6.3% ammonium oxalate reagent, 1N sulfuric acid, and flame test by using nickel chrome. Identification of potassium performed using 1% picric acid reagent and flame test by using nickel chrome. Identification of magnesium performed using titan yellow reagent and 0.1% sodium hydroxide. Quantitative analysis was done by atomic absorption spectrophotometer with acetylene-air flame. Calcium, potassium, and magnesium were quantitative analyzed at 422.7 nm, 766.49 nm, and 285.20 nm wavelength.

The analysis showed drinking water from refill filtration technique contains calcium which is 6.5114 mg/l to 14.3137 mg/l, potassium 4.9328 mg/L to 5.5339 mg/l, while the magnesium 1.7817 mg/l to 3.1492 mg/l, where the level is still below the minimum levels of calcium and magnesium were determined as 20 mg/l and 10 mg/l. Refill drinking water reverse osmosis technique contains calcium, potassium, and magnesium with lower levels, ie respectively 0.5676 mg/l to 0.8181 mg/l, 0.5682 mg/L to 0.6705 mg/l; and 0.0885 mg/l to 0.1667 mg/l. Refill drinking water reverse osmosis technique branded contain high levels of calcium, potassium, and magnesium is 0.5676 mg/l, 0.5917 mg/l and 0.1484 mg/l. While drinking water mineral refill branded containing calcium, potassium, and magnesium to levels of 8.0173 mg/l, 5.7013 mg/l and 5.6921 mg/l The levels are still well below the established minimum levels.. Whereas potassium levels have no minimum limit. Several types of refill drinking water contains calcium, potassium, and magnesium.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Air Minum ... 6

2.2 Air Minum Dalam Kemasan ... 7

2.2.1 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek ... 8

2.2.2 Air Minum Isi Ulang Bermerek ... 10

2.3 Mineral Dalam Air Minum ... 11

2.4 Manfaat Mineral Dalam Air Minum ... 12

2.4.1 Kalsium ... 14

2.4.2 Kalium ... 15

2.4.3 Magnesium ... 16

2.5 Kadar Mineral Dalam Air Minum ... 17

2.6 Analisis Mineral Dalam Air Minum ... 19

2.6.1 Titrasi Kompleksometri ... 19

2.6.2 Spektrofotometri Serapan Atom ... 20

2.6.3 Validasi Metode Analisis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Sampel ... 26

3.2 Bahan-bahan ... 26

3.3 Alat-alat ... 27

3.4 Prosedur Penelitian ... 27

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 27

3.4.2 Penyiapan Sampel... 27

3.4.3 Pembuatan Pereaksi ... 27

3.4.4 Proses Pengasaman Menggunakan Larutan Asam Nitrat(p) ... 28

(9)

3.4.5.1 Kalsium ... 29

3.4.5.1.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan Amonium Oksalat ... 29

3.4.5.1.2 Uji dengan Asam Sulfat 1N ... 29

3.4.5.1.3 Uji Nyala Ni/Cr ... 29

3.4.5.2 Kalium ... 29

3.4.5.2.1 Uji Kristal dengan Asam Pikrat ... 29

3.4.5.2.2 Uji Nyala Ni/Cr ... 30

3.4.5.3 Magnesium ... 30

3.4.5.3.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan Kuning Titan ... 30

3.4.6 Analisis Kuantitatif ... 30

3.4.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium ... 30

3.4.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium ... 31

3.4.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium ... 31

3.4.6.4 Penetapan Kadar dalam Sampel ... 32

3.4.6.4.1 Penetapan Kadar Kalsium dan Kalium ... 32

3.4.6.4.2 Penetapan Kadar Magnesium ... 33

3.4.7 Analisis Data Secara Statistik ... 35

3.4.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan ... 35

3.4.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel 36 3.4.8 Validasi Metode ... 36

3.4.8.1 Uji Perolehan Kembali ... 36

3.4.8.2 Simpangan Baku Relatif ... 37

3.4.8.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Analisis Kualitatif ... 39

4.2 Analisis Kuantitatif ... 40

4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Kalium, dan Magnesium .. 40

(10)

4.2.3 Analisis Data Secara Statistik ... 45

4.2.4 Validasi Metode ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% ... 35

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium, Kalium, dan Magnesium Pada Sampel ... 39

Tabel 3. Kadar Kalsium, Kalium, dan, Magneisum Pada Sampel ... 42

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom ... 22

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 41

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel ... 53 Lampiran 2. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium, Kalium, dan

Magnesium ... 55 Lampiran 3. Bagan Alir Proses Pengasaman Menggunakan Asam

Nitrat(p) ... 56 Lampiran 4. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel ... 57 Lampiran 5. Data Kalibrasi Kalsium dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 59 Lampiran 6. Data Kalibrasi Kalium dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 60 Lampiran 7. Data Kalibrasi Magnesium dengan Spektrofotometer

Serapan Atom, Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) ... 61 Lampiran 8. Hasil Analisis Kadar Kalsium, Kalium, dan

Magnesium, dalam Sampel ... 62 Lampiran 9. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium, Kalium, dan

Magnesium Dalam Sampel ... 70 Lampiran 10. Contoh Perhitungan Statistik Kadar Kalsium dalam

Sampel dalam Sampel Air Minum Isi Ulang Teknik Filterisasi I ... 72 Lampiran 11. Contoh Perhitungan Statistik Kadar Kalium dalam

Sampel Air Minum Isi Ulang Teknik Filterisasi I ... 73 Lampiran 12. Contoh Perhitungan Statistik Kadar Magnesium dalam

Sampel Air Minum Isi Ulang Teknik Filterisasi I ... 74 Lampiran 13. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalsium pada

Sampel ... 75 Lampiran 14. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium pada

Sampel ... 78 Lampiran 15. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Magnesium pada

Sampel ... 81 Lampiran16. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitas ... 84 Lampiran 17. Perhitungan Perolehan Kembali Untuk Kalsium dalam

Air Minum Isi Ulang ... 87 Lampiran 18. Perhitungan Perolehan Kembali Untuk Kalium dalam

Air Minum Isi Ulang ... 89 Lampiran 19. Perhitungan Perolehan Kembali untuk Magnesium

dalam Air Minum Isi Ulang ... 91 Lampiran 20. Tabel Distribusi t ... 93 Lampiran 21. Baku Mutu Air Minum Menurut Meskes RI No.

(14)

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS MINUM ISI ULANG DI KOTA MEDAN

Abstrak

Mineral yang terkandung dalam air memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar kalsium, kalium, dan magnesium pada beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan.

Sampel yang digunakan adalah air minum isi ulang teknik filterisasi, air minum isi ulang teknik reverse osmosis, air minum isi ulang teknik reverse osmosis bermerek dan air minum mineral isi ulang bermerek sebagai pembanding. Identifikasi kalsium dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan amonium oksalat 6,3%, larutan asam sulfat 1N, serta uji nyala dengan kawat nikel krom. Identifikasi kalium dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam pikrat 1% b/v serta uji nyala dengan kawat nikel krom. Identifikasi magnesium dilakukan dengan menggunakan pereaksi larutan kuning titan 0,1% serta basa natrium hidroksida. Analisis kuantitatif kalsium, kalium, dan magnesium menggunakan spektrofotometer serapan atom nyala udara-asetilen, dilakukan pada panjang gelombang berturut-turut 422,7 nm, 766,49 nm, dan 285,20 nm.

Hasil analisis menunjukkan air minum isi ulang teknik filterisasi mengandung kalsium yaitu 6,5114 mg/l sampai 14,3137 mg/l, kalium 4,9328 mg/l sampai 5,5339 mg/l, sedangkan magnesium 1,7817 mg/l sampai 3,1492 mg/l, dimana kadar tersebut masih dibawah kadar minimun kalsium dan magnesium yang ditetapkan yaitu 20 mg/l dan 10 mg/l. Air minum isi ulang teknik reverse osmosis mengandung kalsium, kalium, dan magnesium dengan kadar rendah, yaitu berturut-turut 0,5676 mg/l sampai 0,8181 mg/l; 0,5682 mg/l sampai 0,6705 mg/l; dan 0,0885 mg/l sampai 0,1667 mg/l. Air minum isi ulang teknik reverse osmosis bermerek mengandung kadar kalsium, kalium, dan magnesium yaitu 0,5676 mg/l; 0,5917 mg/l; dan 0,1484 mg/l. Sedangkan air minum mineral isi ulang bermerek mengandung kalsium, kalium, dan magnesium dengan kadar 8,0173 mg/l; 5,7013 mg/l; dan 5,6921 mg/l. Kadar tersebut juga masih dibawah kadar minimum yang ditetapkan. Sedangkan kadar kalium tidak memiliki batas minimum. Beberapa jenis air minum isi ulang mengandung kalsium,kalium,dan magnesium.

(15)

Mineral Analysis Of Calsium, Potassium, And Magnesium In Some Kind Of Drinking Water From Refill In Medan

Abstract

Minerals contained in the water has an influence on the health of the body. This study aims to find out the contents of calcium, potassium, and magnesium in some kind of drinking water refill in Medan.

The samples used is drinking water from refill filtration technique, drinkng water from refill reverse osmosis technique, refill drinking water reverse osmosis technique branded and mineral water branded as a comparison. Identification of calcium performed using 6.3% ammonium oxalate reagent, 1N sulfuric acid, and flame test by using nickel chrome. Identification of potassium performed using 1% picric acid reagent and flame test by using nickel chrome. Identification of magnesium performed using titan yellow reagent and 0.1% sodium hydroxide. Quantitative analysis was done by atomic absorption spectrophotometer with acetylene-air flame. Calcium, potassium, and magnesium were quantitative analyzed at 422.7 nm, 766.49 nm, and 285.20 nm wavelength.

The analysis showed drinking water from refill filtration technique contains calcium which is 6.5114 mg/l to 14.3137 mg/l, potassium 4.9328 mg/L to 5.5339 mg/l, while the magnesium 1.7817 mg/l to 3.1492 mg/l, where the level is still below the minimum levels of calcium and magnesium were determined as 20 mg/l and 10 mg/l. Refill drinking water reverse osmosis technique contains calcium, potassium, and magnesium with lower levels, ie respectively 0.5676 mg/l to 0.8181 mg/l, 0.5682 mg/L to 0.6705 mg/l; and 0.0885 mg/l to 0.1667 mg/l. Refill drinking water reverse osmosis technique branded contain high levels of calcium, potassium, and magnesium is 0.5676 mg/l, 0.5917 mg/l and 0.1484 mg/l. While drinking water mineral refill branded containing calcium, potassium, and magnesium to levels of 8.0173 mg/l, 5.7013 mg/l and 5.6921 mg/l The levels are still well below the established minimum levels.. Whereas potassium levels have no minimum limit. Several types of refill drinking water contains calcium, potassium, and magnesium.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah zat gizi makro yang sangat diperlukan manusia untuk hidup,

bahkan semua makhluk hidup. Air yang dibutuhkan manusia dapat berasal dari

makanan dan minuman. Manusia bisa hidup tanpa makan beberapa minggu,

tetapi tanpa mengkonsumsi air dalam beberapa hari manusia akan mati karena

mengalami dehidrasi. Air yang layak diminum adalah air yang mempunyai pH

netral, mengandung mineral seperti magnesium, kalsium, kalium dengan

konsentrasi yang tidak melewati ambang batas minimal, serta bebas dari

bakteri (Muyosaro, 2012).

Mineral diperlukan untuk berbagai aktivitas di dalam sel-sel tubuh.

Mineral dapat diperoleh dalam makanan hewani dan nabati. Akan tetapi

mengkonsumsi air kaya mineral akan mempermudah penyerapan nutrisi dan

vitamin oleh tubuh lewat aliran darah. Ini yang membuat energi cepat pulih dan

bugar setelah mengkonsumsi air mineral ketika tubuh mengalami kelelahan

sewaktu melakukan berbagai aktivitas (Muyosaro, 2012).

Seiring berkembangnya zaman, muncul sumber air minum dalam

kemasan (AMDK) air minum isi ulang (AMIU) yang siap dikonsumsi dengan

harga terjangkau. Air minum dalam kemasan merupakan air yang dikemas

(17)

dengan standar tertentu, dimana air minum isi ulang dibagi menjadi air minum

isi ulang tanpa merek dan air minum isi ulang bermerek. Pangolahan air pada

air minum isi ulang dilakukan secara filterisasi atau reverse osmosis yang

dilanjutkan dengan desinfeksi. Air yang dihasilkan dari metode reverse

osmosis merupakan air demineral. Air demineral adalah air yang mengandung

sedikit mineral atau tidak sama sekali yang diperoleh melalui proses reverse

osmosis, destilasi, penukar ion, atau metode yg setara (BSN, 2006; Kacaribu,

2008)

Air demineral memiliki keuntungan karena bebas dari bahan yang

mengandung racun, logam berat, serta bakteri. Tetapi air demineral tanpa

penambahan mineral tidak sesuai untuk air minum karena sangat reaktif

terhadap wadah atau pipa penyalur yang terbuat dari logam, tidak memberi

rasa, dan tidak mengandung mineral tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah

mineral memiliki efek langsung terhadap kesehatan seperti terhadap membran

mukosa usus, metabolisme, homeostatis, serta fungsi organ tubuh lainnya.

Apabila air tidak mengandung mineral, air akan menyerap mineral dari

makanan yang masuk ke dalam tubuh dan dari tubuh misalnya usus yang

diambil dari cadangan, dikeluarkan bersama mineral dari tubuh. Jadi tubuh

akan mengalami kekurangan mineral. Kandungan mineral yang tinggi dalam

air minum sangat mempengaruhi penyerapan zat essensial dan zat non

essensial. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan juga menyatakan

bahwa air minum rendah mineral dapat meningkatkan resiko penyakit jantung

(18)

Kalsium berfungsi dalam perkembangan dan pemeliharaan tulang,

proses pembekuan darah, kontraksi otot, transmissi impuls syaraf dan

metabolisme sel. Orang dewasa membutuhkan kalsium 500 - 800 mg per hari.

Pada anak yang masih dalam pertumbuhan dan ibu hamil, kebutuhan kalsium

akan meningkat (Almatsier, 2004).

Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan

dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Asupan yang dianjurkan bagi

orang dewasa adalah 4700 mg/hari. Kalium tidak menaikkan tekanan darah

justru menurunkan tekanan darah karena kalium memicu natriuresis

(kehilangan natrium melalui urin) (Silalahi, 2011).

Magnesium memegang peranan penting pada relaksasi otot. Di samping

itu magnesium berperanan penting pada metabolisme kalsium dan juga

diperlukan untuk sintesis protein yang terdapat dalam tulang. Orang dewasa

membutuhkan magnesium sekitar 400 - 500 mg per hari. Kekurangan

magnesium dapat mengakibatkan jari-jari tangan dingin, kejang betis, tekanan

darah meningkat dan aritmia jantung yang berbahaya (Tan dan Rahardja,

2007).

Sifat korosif dari air demineral dan adanya resiko kesehatan yang

diakibatkan mengkonsumsi air rendah mineral menyebabkan munculnya

rekomendasi ambang batas minimum dan optimum mineral dalam air minum

di beberapa negara. Oleh sebab itu sebagian air hasil pengolahan seperti

reverse osmosis ditambahkan dengan mineral setelah proses demineralisasi

(19)

Dalam hal persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan

yang dtetapkan. Dimana Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.

01/Birhukmas/I/1975 menyatakan kadar maksimal kalsium yang dianjurkan 75

mg/l, kadar maksimal magnesium yang dianjurkan 30 mg/l, sedangkan kadar

dari kalium tidak tertuang dalam ketentuan tersebut. Menurut World Health Organization (WHO) 1980 menyatakan kadar minimum kalsium dan magnesium dalam air minum adalah 20 mg/l dan 10 mg/l. Begitu juga WHO

tidak menyatakan batasan minimum kadar kalium dalam air minum.

Metode yang dipilih untuk penetapan kadar kalsium, kalium, dan

magnesium adalah metode Spektrofotometri Serapan Atom, pemilihan ini

didasarkan pada ketelitian alat, kecepatan analisis, tidak memerlukan

pemisahan pendahuluan, dan dapat menetukan kadar suatu unsur dengan

konsentrasi yang rendah (Gandjar dan Rohman, 2007). Berdasarkan uraian

tersebut diatas maka peneliti tertarik ingin mengetahui kadar mineral kalsium,

kalium dan magnesium pada beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan

mengandung mineral kalsium, kalium, dan magnesium?

2. Apakah kandungan kadar mineral kalsium, kalium, dan, magnesium

pada beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan memenuhi

persyaratan kesehatan Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No.

(20)

1.3 Hipotesis

1. Beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan mengandung mineral

kalsium, kalium, dan magnesium.

2. Kadar mineral kalsium, kalium, dan, magnesium pada beberapa jenis

air minum isi ulang di kota Medan memenuhi persyaratan kesehatan

Baku Mutu Air Minum menurut Menkes RI No. 01/Birhukmas/I/1975

dan World Helath Organization 1980.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kandungan kadar kalsium, kalium, dan magnesium

pada beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan.

2. Untuk mendapatkan data kandungan kadar mineral kalsium, kalium,

dan magnesium pada beberapa jenis air minum isi ulang di kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai kandungan mineral kalsium, kalium dan

magnesium khususnya yang mengkonsumsi air minum isi ulang dan air minum

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Minum

Air minum adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air

minum yang baik adalah air yang memenuhi persyaratan seperti bebas dari

cemaran mikroorganisme maupun bahan kimia yang berbahaya dan tidak

berasa, berwarna, dan berbau (Slamet, 1994; Kepmenkes, 2002).

Penyediaan air bersih selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus

memenuhi standar yang berlaku. Karena air baku belum tentu memenuhi

standar, maka dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum.

Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks

tergantung kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak

diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminan kuman,

maka disinfeksi saja sudah cukup, tetapi apabila air baku semakin jelek

kualitasnya maka pengolahan harus lengkap (Slamet, 1994).

Diperlukan empat persyaratan pokok air minum:

1. Persyaratan biologis, berarti air minum itu tidak boleh mengandung

mikroorganisme.

2. Persyaratan fisik, kondisi fisik air minum terdiri dari kondisi fisik air pada

(22)

3. Persyaratan kimiawi menjadi penting karena banyak sekali kandungan

kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai

dengan proses biokimiawi tubuh.

4. Persyaratan radiologis sering juga dimasukkan sebagai persyaratan fisik,

pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor

nuklir.

Keempat persyaratan air minum diatas yang paling mudah diatasi adalah

masalah pencemaran biologis karena dapat diatasi dengan mendidihkan air

agar mikroorganisme mati (Kepmenkes, 2002).

Kebutuhan air minum yang di butuhkan tubuh setiap hari adalah 3 liter

untuk pria dewasa dan 2,2 liter untuk wanita dewasa. Pada umumnya air

minum yang di konsumsi mengandung bebeberapa mineral yang penting bagi

tubuh yang sering disebut air mineral (Silalahi, 2011).

2.2 Air Minum Dalam Kemasan

Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam

Kemasan), merupakan air minum yang siap di konsumsi secara langsung tanpa

harus melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air dalam kemasan

mencakup air mineral dan air demineral. Air mineral adalah air minum dalam

kemasan yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa

menambahkan mineral, sedangkan air demineral merupakan air minum dalam

kemasan yang diperoleh melalui proses pemurnian seperti destilasi, reverse

(23)

Air minum dalam kemasan secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu kemasan galon (19 liter) dan small/single pack. Kemasan galon

biasanya dilakukan pengisisan ulang baik oleh prodeusen bermerek maupun

depot air minum isi ulang (tanpa merek), dan lebih banyak dikonsumsi oleh

konsumen yang berada di perkantoran, hotel, dan rumah tangga. Sedangkan

konsumen utama AMDK kemasan Small/single pack atau kemasan yang dapat dibawa secara praktis seperti kemasan 1500 ml/600 ml (botol), 240 ml/220 ml

(gelas) dikonsumsi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan (Arif,

2009).

2.2.1 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek

Air minum isi ulang (AMIU) tanpa merek adalah air minum yang dijual

dalam kemasan galon, dimana konsumen datang ke depot air minum dengan

membawa botol kemasan (galon) bekas dari merek apa saja untuk diisi ulang.

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air

baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Kacaribu,

2008; Permenkes, 2010).

Air minum isi ulang saat ini menjadi salah satu pilihan dalam memenuhi

kehidupan masyrakat, karena selain praktis (tidak perlu memasaknya terlebih

dahulu) air minum ini juga dianggap lebih higienis. Prinsip pengolahan AMIU

pada dasarnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik,

kimia, maupun mikroba. Proses pengolahan air pada depot AMIU terdiri atas

penyaringan (filtrasi) ataupun reverse osmosis dan diikuti dengan proses

(24)

Pertama, air akan melewati filter dari bahan silica untuk menyaring

partikel kasar. Setelah itu memasuki tabung karbon aktif untuk menghilangkan

bau. Tahap berikutnya adalah penyaringan air dengan saringan berukuran 10

mikron kemudian melalui saringan 1 mikron untuk menahan bakteri. Air yang

keluar dari saringan 1 mikron dinyatakan telah bebas dari bau dan bakteri,

ditampung pada tabung khusus yang berukuran lebih kecil dibanding tabung

penampung air baku. Selanjutnya adalah tahap mematikan bakteri yang

memungkinkan masih tersisa dengan menggunakan ultra violet ataupun

ozonisasi. Akhirnya air melalui pengisian dimasukkan kedalam botol dan

ditutup (Malem, 2010).

Air reverse osmosis (RO) merupakan air yang mengandung sedikit

mineral atau tidak sama sekali, yang dihasilkan dengan teknik reverse osmosis

yang menggunakan membran filter reverse osmosis untuk mengurangi kadar

total padatan terlarut dan partikel tersuspensi dalam air. Reverse osmosis

didasarkan pada prinsip osmosis, yaitu kecenderungan alami air untuk bergerak

melalui membran dari larutan yang encer ke larutan yang pekat sampai

mencapai konsentrasi bahan kimia sama pada kedua sisi. Pada sistem reverse

osmosis terdapat membran yang memisahkan dua larutan berbeda yang

mengandung jumlah zat kimia terlarut. Beberapa senyawa dapat melewati

membran ini seperti air, tetapi polutan seperti ion-ion dan logam-logam tidak

bisa melewati membran. Perbedaan tekanan menyebabkan air murni untuk

melewati membran tersebut, tekanan ini disebut tekanan osmotik dimana

(25)

tinggi. Hal ini memungkinkan terjadi proses osmotik, sehingga air murni

dihasilkan dari sisi konsentrasi pekat ke sisi konsentrasi encer (Dvorak, 2008).

2.2.2 Air Minum Isi Ulang Bermerek

Air minum isi ulang bermerek merupakan air minum dalam kemasan

yang dikemas dalam bentuk wadah galon atau 19 liter. Proses produksi air

minum isi ulang bermerek harus melalui proses tahapan baik secara klinis

maupun secara hukum, secara higienis klinis biasanya disahkan menurut

peraturan pemerintah melalui Departemen Badan Balai Pengawasan Obat dan

Makanan (Badan POM RI). Sedangkan tahapan secara hukum biasanya melalui

proses pengukuhan merek dagang, hak paten, sertifikasi, dan asosiasi yang

mana keseluruhannya mengacu pada peraturan pemerintah melalui

DEPERINDAG, SNI (Standar Nasional Indonesia), dan Merek Dagang

(Susanti, 2010).

Adapun proses Pengolahan air untuk menjadikan air siap dikemas dan

dipasarkan secara umum, ada beberapa proses yang harus dilalui antara lain

(Susanti, 2010):

1. Proses Pengolahan Air

2. Proses Sterilisasi Air

3. Proses Kontrol Kualitas

4. Proses Pengemasan (Galon, Botol, Cup)

5. Proses Pengepakan

(26)

Sumber bahan baku adalah air pegunungan asli. Air tersebut dialirkan

atau diangkut ke pabrik dengan truk yang berkapasitas ± 10.000 liter

untuk diproses, kemudian air disaring untuk menghilangkan butiran pasir,

selanjutnya air melewati Granulated Activated Carbon (GAC) untuk

menyerap bau dan rasa. Proses selanjutnya adalah penyaringan halus

dengan menggunakan alat semacam membran untuk menghilangkan

butiran di atas 1 mikron agar bebas dari pencemaran bakteri patogen.

Namun demikian, agar lebih higienis air tersebut masih diozonisasi atau

proses Ozone Mixing Chamber, yaitu mengalirankan gas ozon dengan

intensitas tertentu sebagai proses disinfeksi terakhir. Pengolahan air pada air

minum isi ulang bermerek juga dapat menggunakan proses reverse osmosis

(Arif, 2009).

2.3 Mineral Dalam Air Minum

Air adalah molekul yang bersifat polar, sehingga air dapat melarutkan

banyak zat. Oleh karena itu air bukan hanya menjadi medium utama untuk

berbagai reaksi biokimia, tetapi juga sebagai substrat dan produk metabolisme

di dalam tubuh. Selain dari air, banyak mineral sangat vital bagi kehidupan

yang berperan di dalam metabolisme, pergerakan otot, pertumbuhan badan dan

keseimbangan air dan fungsi lainnya (Silalahi, 2011).

World Health Organization 1980 merekomendasikan bahwa air minum

harus mengandung magnesium dan kalsium dengan konsentrasi minimum 10

mg/l dan 20 mg/l. Sedangkan menurut Menkes RI tentang baku mutu air

(27)

mg/l, kalisum 75 mg/l, besi 0,1 mg/l, klorida 200 mg/l, dengan kesdahan

minimal 5 mg/l (Kozisek, 2005).

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ,

maupun fungsi tubuh secara berlainan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak

mengkonsumsi mineral tertentu dapat menyebabkan gangguan gizi. Mineral

digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro

adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,

sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Yang

termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor,

dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain: besi,

mangan dan tembaga. (Almatsier, 2004; Kristanti, 2010).

Mineral makro sangat penting sebagai elektrolit dalam tubuh. Tubuh

menggunakan elektrolit untuk membantu mengatur fungsi saraf, otot, dan

menyeimbangkan asam basa dalam tubuh. Elektrolit juga berfungsi membantu

tubuh untuk mengatur volume normal pada daerah yang mengandung cairan

berbeda (kompartemen). Secara tidak langsung, mineral banyak yang berperan

dalam proses pertumbuhan. Peran mineral dalam tubuh kita berkaitan satu

sama lainnya, dan kekurangan atau kelebihan salah satu mineral akan

(28)

2.4 Manfaat Mineral Dalam Air Minum

Mengonsumsi air putih yang sehat dan kaya mineral akan membuat

nutrisi dan vitamin mudah diserap oleh tubuh lewat aliran darah. Ini yang akan

membuat energi cepat pulih dan bugar. Apabila konsumsi air kurang,

penyerapan vitamin dan nutrisi dalam tubuh akan terhambat. Akibatnya, tubuh

akan menjadi lemah dan daya tahan tubuh akan menurun (Muyosaro, 2012).

Kandungan mineral yang tinggi dalam air minum sangat mempengaruhi

penyerapan zat essensial dan zat non essensial. Jika kandungan zat essensial

misalnya kalsium, kalium, dan magnesium yang diperlukan tinggi, maka

penyerapan non essensial akan sedikit atau bahkan tidak ada, dan akhirnya

akan diekskresi dari tubuh (Silalahi, 2011).

Air demineral merupakan air yang mengandung sedikit mineral atau

tanpa mineral. Air demineral tanpa penambahan mineral tidak dapat digunakan

sebagai air minum karena sangat reaktif terhadap wadah atau pipa penyalur

yang terbuat dari logam, tidak memberi rasa, dan tidak mengandung mineral

tertentu yang diperlukan tubuh. Air rendah mineral berdampak negatif terhadap

mekanisme homeostatis yang menyangkut metabolisme mineral dan air dalam

tubuh. Merangsang diuresis sehingga menambah ekskresi dari ion-ion intra-

dan ekstraselluler dari tubuh yang selanjutnya mempengaruhi proses fisiologis

dalam tubuh. Jika air rendah mineral diminum, usus akan memberikan mineral

ke air ini yang diambil dari cadangan dalam tubuh, dikeluarkan bersama

mineral dari tubuh. Jadi air rendah mineral akan mengencerkan mineral yang

(29)

mungkin tidak akan kelihatan dalam waktu yang lama tetapi efek akut dapat

terjadi jika mengonsumsi air destilat dalam jumlah yang banyak sesudah

latihan fisik yang berat, efek hiponatremia yang akut bisa terjadi. Garam akan

terkuras dari tubuh karena pengaruh air minum rendah total dissolved solid

(TDS) (50 mg/L), dan sebaiknya minimal 100 mg/L. Beberapa penelitian juga

menunjukan air dengan konsentrasi kalsium dan kalium yang rendah dapat

meningkatkan resiko penyakit jantung dan kanker (Kozisek, 2005).

2.4.1 Kalsium

Kalsium diperlukan semua sel. Kalsium di dalam tubuh 99% berada

sebagai penopang struktur di dalam tulang dan gigi. Kalsium adalah mineral

yang paling besar jumlahnya, sebanyak 40% sekitar (1,2 kg) dari semua

mineral di dalam tubuh. Kalsium terdapat dalam sirkulasi darah untuk

memenuhi kebutuhan sel (Silalahi, 2011).

Penyerapan kalsium terjadi terutama di bagian atas usus kecil, karena

kalsium memerlukan pH di bawah 6 agar tetap dalam keadaan ionik (Ca+2)

dalam larutan. Manusia menyerap sekitar 25% kalsium dari makanan yang

dimakan. Namun ketika tubuh membutuhkan ekstra kalsium seperti selama

pada masa bayi dan kehamilan penyerapan bisa mencapai setinggi 60%. Orang

muda cenderung menyerap kalsium lebih baik daripada orang tua, terutama

pada umur lebih 70 tahun (Most, 2007).

Kalsium berfungsi dalam perkembangan dan pemeliharaan tulang,

proses pembekuan darah, kontraksi otot, transmissi impuls syaraf dan

(30)

dengan menarik kalsium dari tulang untuk memenuhi jumlah kalsium untuk

mempertahankan fungsi jantung dan otot bekerja. Asupan kalsium yang rendah

juga dapat menyebabkan hipertensi dan menambah resiko penyakit kanker

seperti kanker kolon (Silalahi, 2011).

Penyakit yang paling umum disebabkan defisiensi kalisum adalah

osteoporesis, tapi tidak hanya kalsium yang dibutuhkan untuk menjaga

kesehatan tulang. Untuk mencegah kalsium dalam darah rendah, tubuh menarik

kembali kalsium dari tulang. Tindakan ini untuk mempertahankan fungsi yang

sangat membutuhkan kalsium, seperti kerja jantung dan otot. Batas maksimum

kalsium adalah 2500 mg/hari berdasarkan pertimbangan resiko pembentukan

batu ginjal (Most, 2007).

2.4.2 Kalium

Kalium terutama terdapat di dalam sel, sebanyak 95% kalium berada di

dalam cairan intraseluler. Kalium memegang peranan dalam pemeliharaan

keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa (Almatsier,

2004).

Asupan yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 4700 mg/hari. Sama

seperti natrium, kalium juga elektrolit utama di dalam cairan tubuh, tetapi tidak

menaikkan tekanan darah justru menurunkan tekanan darah. Kebanyakan

kalium terdapat di dalam sel walupun ada sedikit dalam aliran darah.

Sebagaimana natrium, keseimbangan kalium terjadi melalui retensi atau

(31)

cairan dan penerus impuls syaraf. Juga berperan dalam kontrasksi otot

(Silalahi, 2011).

Kadar kalium rendah di dalam darah dapat mengancam hidup.

Gejalanya meliputi hilang selera, kejang otot, konstipasi, kebingungan,

peningkatan ekskresi kalsium dari urin dan akhirnya, denyut jantung tidak

teratur dan menurunkan kemampuan memompa darah (Silalahi, 2011).

Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi tanpa diimbangi oleh

kenaikan ekskresi (18 gram untuk orang dewasa). Hiperkalemia akut dapat

menyebabkan gagal jantung yang berakibat pada kematian (Almatsier, 2004).

2.5.3 Magnesium

Magnesium adalah kation urutan ke empat dari kalsium, kalium dan

natrium yang paling besar jumlahnya, dan kation kedua setelah kalium di

dalam sel. Biasanya sekitar 40% – 60% magnesium di dalam diet akan diserap

oleh tubuh. Sebagian magnesium disimpan di dalam tulang dan sedikit di

dalam otot. Ginjal mengatur kadar magnesium didalam darah dengan

mengurangi ekskresi jika kadar rendah di dalam darah (Silalahi, 2011).

Magnesium sangat vital dalam berbagai proses biokimia dan fisiologis

di dalam tubuh. Magnesium dibutuhkan lebih dari 300 enzim yang memakai

ATP, dan salah satu adalah enzim yang berperan di dalam pompa

natrium-kalium, dan proses ini peka terhadap defisiensi magnesium. Magnesium juga

berperan pada sintesa DNA dan RNA serta berperan di dalam metabolisme

kalsium berkaitan dengan struktur tulang. Magnesium juga berperan penting

(32)

fungsi insulin terhadap sel. Fungsi lainnya adalah menurunkan tekanan darah

dengan dilatasi arteri dan mencegah ritme jantung yang tidak normal (Silalahi,

2011).

Tubuh manusia mengandung kurang lebih 25 gram magnesium, 50% -

60% daripadanya dalam kerangka, sedangkan sisanya terdapat dalam cairan

intraseluler, juga sebagai ko-faktor enzim yang menghasilkan energi. Fungsi

magnesium adalah memegang peranan penting pada relaksasi otot, mungkin

juga untuk myocard, pada otot jantung orang yang meninggal akibat infark ditemukan kadar magnesium dan kalium yang rendah. Oleh karena itu

magnesium digunakan untuk terapi infark jantung (Tan dan Rahardja, 2007).

Defisensi magnesium akan menyebabkan denyut jantung yang tidak

teratur, disertai dengan kelelahan, kejang otot, mual, muntah dan kejang. Hal

ini mungkin karena terganggunya pompa natrium-kalium. Magnesium

dibutuhkan sebanyak 310 - 400 mg/hari. Latihan fisik dapat menyebabkan

kekurangn magnesium, yang selanjutnya dapat mengganggu metabolisme

energi dan kemampuan kerja fisik. Magnesium berperan untuk meningkatkan

performa atelet (Silalahi, 2011).

2.5 Kadar Mineral Dalam Air Minum

Pada tahun 1970-an World Health Organization melakukan studi untuk

memberikan informasi tentang pedoman air destilasi. Studi ini dilakukan oleh

tim peneliti dari A.N. Sysin Institute Of General and Public Hygiene dan USSR Academy of Medical Sciences. Laporan akhir diterbitkan pada tahun 1980

(33)

(destilat) tidak hanya memiliki keuntungan dikarenakan organoleptiknya, tetapi

juga memiliki pengaruh yang merugikan pada hewan dan manusia. Setelah

mengevaluasi berdasarkan efek kesehatan, organoleptik, dan informasi lainnya,

tim merekomendasikan bahwa air demineral mengandung garam terlarut

dengan konsentrasi minimal 100 mg/l, ion bikarbonat 30 mg/l, dan kalsium 30

mg/l (Kozisek, 2005).

Studi epidemiologi dilakukan untuk menentukan efek kalsium dan

magnesium terhadap morbiditas penyakit kardiovaskular (Cardiovascular

Disease, CVD), magnesium dan kalsium dalam air minum dapat menurunkan

resiko CVD. Penelitian yang lebih baru telah memberikan informasi tambahan

tentang tingkat minimum dan optimum mineral yang harus ada dalam air

demineralisasi. Misalnya, efek air minum dengan kesadahan yang berbeda

terhadap status kesehatan perempuan berusia 20 - 49 tahun dengan subyek dari

dua studi epidemiologi (460 dan 511 perempuan) di empat kota Siberia selatan.

Air di kota A memiliki konsentrasi kalsium dan magnesium yang rendah (3,0

mg/l kalsium dan 2,4 mg/l magnesium). Air di kota B memiliki kadar sedikit

lebih tinggi (18,0 mg/l kalsium dan 5,0 mg/l magnesium). Kadar tertinggi

berada di kota C (22,0 ml/l kalsium dan 11,3 mg/l magnesium) dan kota D

(45,0 mg/l kalsium dan 26,2 mg/l magnesium). Perempuan yang tinggal di

kota-kota A dan B lebih sering menunjukkan perubahan kardiovaskular (seperti

diukur dengan EKG), tekanan darah tinggi, disfungsi autonom perut, sakit

kepala, pusing, dan osteoporosis (diukuran oleh X-ray absorptiometry)

(34)

magnesium minimum air minum harus 10 mg/l dan kandungan kalsium

minimal harus 20 mg/l lebih dari 30 mg/l seperti yang direkomendasikan dalam

laporan World Health Organization 1980 (Kozisek, 2005).

Beberapa hasil studi di Taiwan menyatakan magnesium memiliki efek

perlindungan terhadap resiko penyakit serebrovaskular dan hipertensi,

kesadahan air menunjukkan efek perlindungan terhadap CVD, kanker

kerongkongan, kanker pankreas, kanker rektum, dan kanker payudara. Kalsium

dalam air minum juga terbukti melindungi terhadap kanker kolorektal dan

kanker lambung (Kozisek, 2005).

Konsentrasi kalium biasanya ditemukan dalam air minum umumnya

rendah dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Sebuah survei dilakukan,

menemukan konsentrasi kalium rata-rata 2,5 mg/l dalam air minum dan pada

tahun 90 diperoleh kadar kalium 5,2 mg/l. Data menunjukkan bahwa

konsentrasi rata-rata kalium dalam baku air minum bervariasi antara <1 dan 8

mg / l (WHO, 2009).

2.6 Analisis Mineral dalam Air Minum

2.6.1 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan

garam-garam logam, dimana dasar penentuannya melibatkan pembentukan

kompleks atau ion kompleks. Kompleks ini adalah kompleks yang dibentuk

melalui reaksi sebuah ion logam, kation, dangan sebuah anion atau molekul

netral. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering

(35)

Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator

zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan

titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna. Pada saat titik akhir titrasi

(ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan

akan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk

titrasi kompleksometri ini adalah hitam eriokrom, mureksid, jingga

pirokatekol, jingga xilenol, kalmagit, dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan

Rohman, 2007).

2.6.2 Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar

oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya sinar tampak atau sinar

ultraviolet (Gandjar dan Rohman, 2007).

Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif

unsur-unsur mineral dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit

(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel

tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai

kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif

sederhana, dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Atom-atom logam diuapkan dalam suatu nyala dan radiasi dilewatkan

melalui nyala tersebut. Dalam hal ini, atom-atom yang diuapkan, yang

sebagian besar terdapat dalam keadaan dasarnya, sehingga tidak memancarkan

(36)

tereksitasinya. Prinsip dari spektofotometer serapan atom adalah atom-atom

pada keadaan dasar mampu menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan

dipancarkan atom atom itu bila kembali ke keadaan dasar dari keadaan

tereksitasi. Jika pada cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan

nyala yang mengandung atom atom yang bersangkutan maka sebagian cahaya

itu akan diserap dan banyaknya penyerapan akan berbanding lurus dengan

banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Lampu yang

digunakan disebut ‘lampu katode rongga’ dan katode tersebut dilapisi dengan

logam yang akan dianalisis. Kerugian teknik ini adalah bahwa lampu harus

selalu diganti tiap kali suatu unsur yang berbeda sedang dianalisis dan hanya

satu unsur yang dapat dianalisis pada sewaktu-waktu. Instrumen-instrumen

modern memiliki sekitar 12 lampu yang tersusun, yang dapat secara otomatis

berputar (Watson, 2005).

Metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada absorbsi

cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dasar analisis menggunakan teknik

spektrofotometri serapan atom adalah bahwa dengan mengukur besarnya

absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Lampu katoda berongga diisi dengan gas mulia bertekanan rendah.

Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan

(37)

tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu

[image:37.595.121.491.168.322.2]

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Gambar 2.1 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Gandjar dan Rohman, 2007)

Suatu spektrofotometer serapan atom terdiri atas komponen-komponen

berikut ini (Gandjar dan Rohman, 2007):

a. Sumber cahaya

Lampu katoda berongga yang dilapisi dengan unsur yang sedang

dianalisis.

b. Nyala

Nyala biasanya berupa udara/asetilen, menghasilkan suhu ± 2500ºC,

dinitrogen oksida/asetilen dapat digunakan untuk menghasilkan suhu 3000ºC,

yang diperlukan untuk menguapkan garam-garam dari unsur-unsur seperti

alumunium atau kalsium.

c. Monokromator

Monokromator digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang

(38)

sedang dipancarkan oleh lampu katode rongga. Ini menghilangkan interferensi

oleh radiasi yang dipancarkan dari nyala tersebut, dari gas pengisi di dalam

lampu katode rongga, dan dari unsure-unsur lain di dalam sampel tersebut.

d. Detektor

Detektor biasanya digunakan untuk mengukur intensitas cahya yang

melalui tempat pengatoman. Biasanya berupa sel fotosensitif.

e. Readout

Redout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat

yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi.

Pemilihan bahan bakar dan gas pengoksidasi serta komposisi

perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala (Rohman dan Gandjar,

2009). Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana,

hidrogen dan asetilen, sedangkan oksidatornya adalah udara, oksigen dan N2O

(Khopkar, 1985).

2.6.3 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu penilaian terhadap parameter

tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa

parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa

parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis

adalah kecermatan, keseksamaan, linearitas dan rentang, dan batas deteksi dan

(39)

a. Kecermatan

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil

analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Menurut

Wardani, (2007), suatu metode dikatakan sangat baik jika nilai % perolehan

kembalinya pada rentang 100% ± 10%, dan dinyatakan baik pada 100% ±

20%. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi dan

metode penambahan baku (Harmita, 2004).

Metode simulasi (Spiked-placebo recovery) merupakan metode yang

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam

suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut

dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan

(kadar yang sebenarnya) (Harmita, 2004).

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan

metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan

konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode

yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis

tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan

dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel

dapat ditemukan kembali (Harmita, 2004).

b. Keseksamaan

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

(40)

menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode

dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen (Harmita, 2004).

c. Linearitas dan rentang

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika,

menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit

dalam sampel (Harmita, 2004).

d. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang

dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas

kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu untuk menentukan kadar mineral kalsium, kalium, dan magnesium pada

beberapa air minum isi ulang dan air reverse osmosis di sekitar kota Medan.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif dan

Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara,

Medan pada Bulan Maret - Mei 2013.

3.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air minum isi ulang

(AMIU) tanpa merek teknik filterisasi, air minum isi ulang tanpa merek teknik

reverse osmosis, air minum isi ulang bermerek teknik reverse osmosis, dan air

minum mineral isi ulang bermerek yang diambil di sekitar kota medan. AMIU

diambil dari kelurahan asam kumbang, tanjung sari, padang bulan, sei putih

barat, gedung johor, dan pasar merah.

3.2 Bahan-Bahan

Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro

analisis keluaran E. Merck yaitu asam klorida pekat, asam nitrat pekat (65%

b/v), etanol (96% v/v), asam pikrat (1%), kuning titan (0,1%), natrium

hidroksida 2N, amonium oksalat (2,5%), asam sulfat 1N, larutan standar

kalsium (1000 μg/ml), larutan standar kalium (1000 μg/ml), dan larutan standar

(42)

3.3 Alat-Alat

Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu

katoda kalsium, kalium, dan magnesium, nyala udara-asetilen, alat–alat gelas

(Pyrex dan Oberoi), hot plate, kertas saring Whatman No. 42, dan indikator

universal.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air minum isi ulang

(AMIU) tanpa merek teknik filterisasi, air minum isi ulang tanpa merek teknik

reverse osmosis, air minum isi ulang bermerek teknik reverse osmosis, dan air

minum mineral isi ulang bermerek yang diambil secara purposif. Lokasi

pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. Metode pengambilan sampel

purposif ini ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak

terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang diteliti

(Sudjana, 2005).

3.4.2 Penyiapan Sampel

Sampel dimasukkan ke dalam botol kaca atau plastik yang lebih dahulu

dibilas dengan sampel. Ditambahkan asam nitrat pekat sampai pH 2. Perlakuan

yang sama dilakukan untuk semua sampel (BSN, 2006)

3.4.3 Pembuatan Pereaksi

Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan asam

pikrat 1% b/v, larutan amonium oksalat 2,5% b/v, larutan asam sulfat 1N,

(43)

Larutan asam pikrat 1% b/vdibuat dengan melarutkan sebanyak 1 gram

asam pikrat dalam air suling hingga 100 ml. Larutan amonium okslaat 2,5%

b/v dibuat dengan melarutkan amonium oksalat sebanyak 2,5 gram dengan air

suling hingga 100 ml. Larutan asam sulfat 1N dibuat dengan cara

mengencerkan larutan asam sulfat 96% v/v sebanyak 3 ml dalam 100 ml air

suling. Larutan natrium hidroksida 2N dibuat dengan melarutkan 8,002 g

natrium hidroksida 99% b/b dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen POM,

1979). Larutan kuning titan 0,1% dibuat dengan cara melarutkan 0,1 g kuning

titan dalam 100 ml akuades (Vogel, 1979).

3.4.4 Proses Pengasaman Menggunakan Larutan Asam Nitrat(p)

Sebanyak 100 ml sampel dimasukkan ke dalam erlemeyer 250 ml lalu

ditambahkan 5 mL HNO3(p). Kemudian dipanaskan diatas hot plate,

didinginkan, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dibilas

erlenmeyer dengan akuabides sebanyak tiga kali, hasil pembilasan disatukan

dengan larutan dalam labu tentukur ditepatkan dengan akuabides sampai garis

tanda. Disaring dengan kertas saring Whatman No 42, dan ± 10% larutan

pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian larutan

selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk uji

kuantitatif (BSN, 2006).

(44)

3.4.5 Analisis Kualitatif

3.4.5.1 Kalsium

3.4.5.1.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan Amonium Oksalat

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan sampel, ditambahkan

amonium oksalat. Dihasilkan endapan putih praktis tak larut dalam air dan

diamati dibawah mikroskop. Dihasilkan kristal-kristal persegi seperti amplop.

3.4.5.1.2 Uji dengan Asam Sulfat 1 N

Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat dan etanol 96% akan terbentuk endapan putih

CaSO4 lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat ion kalsium akan

terlihat kristal berbentuk jarum.

3.4.5.1.3 Uji Nyala Ni/Cr

Bersihkan kawat Ni/Cr dengan HCl pekat lalu dipijar pada api bunsen

sampai tidak memberikan warna pada nyala bunsen. Kemudian celupkan kawat

pada sampel lalu dipijar pada api bunsen, amati warna yang terjadi pada nyala

bunsen. Dihasilkan warna merah bata pada nyala bunsen (Vogel, 1979).

3.4.5.2 Kalium

3.4.5.2.1 Uji Kristal Kalium dengan Asam Pikrat

Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi

dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah

mikroskop. Jika terdapat ion kalium, akan terlihat kristal berbentuk jarum

(45)

3.4.5.2.2 Uji Nyala Ni/Cr

Dicelupkan kawat nikel-krom yang sudah bersih (tidak memberikan

nyala yang spesifik) ke dalam sampel. Kemudian dibakar di nyala Bunsen. Jika

terdapat unsur kalium maka nyala akan berwarna lembayung (Vogel, 1979).

3.4.5.3 Magnesium

3.4.5.3.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 tetes larutan sampel, ditambah

20 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes pereaksi kuning titan. Dihasilkan endapan

merah terang jika terdapat ion magnesium (Vogel, 1979).

3.4.6 Analisis Kuantitatif

3.4.6.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 5,0 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akuabides (konsentrasi 100 μg/ml).

Larutan baku kalsium (100 μg/ml) dipipet sebanyak 5,0 ml, dimasukkan

ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuabides (konsentrasi 10 μg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet 1,25 ml;

2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml larutan baku 10 μg/ml, masing-masing

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5 μg/ml; 1,0 μg/ml; 2,0 μg/ml;

(46)

dengan nyala udara-asetilen. Hingga diperoleh hasil dalam bentuk grafik

absorbansi terhadap konsentrasi dan ditentukan persamaan garis regresinya.

3.4.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan

ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuabides (konsentrasi 100 μg/ml).

Larutan baku kalium (100 μg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan

ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuabides (konsentrasi 10 μg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 1,25 ml;

2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml larutan baku 10 μg/ml, masing-masing

dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5 μg/ml; 1,0 μg/ml; 2,0 μg/ml;

3,0 μg/ml; dan 4,0 μg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm

dengan nyala udara-asetilen. Hingga diperoleh hasil dalam bentuk grafik

absorbansi terhadap konsentrasi dan ditentukan persamaan garis regresinya.

3.4.6.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku magnesium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 5 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

dengan akuabides (konsentrasi 100 μg/ml).

Larutan baku magnesium (100 μg/ml) dipipet sebanyak 0,5 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda

(47)

Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet

sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 5 ml; 7,5 ml; dan 10 ml larutan baku 1 μg/ml,

masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan

hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,05 μg/ml; 0,1

μg/ml; 0,2 μg/ml; 0,3 μg/ml; dan 0,4 μg/ml) dan diukur pada panjang

gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Hingga diperoleh hasil

dalam bentuk grafik absorbansi terhadap konsentrasi dan ditentukan persamaan

garis regresinya.

2.4.6.4 Penetapan Kadar dalam Sampel

3.4.6.4.1. Penetapan Kadar Kalsium dan Kalium

3.4.6.4.1.1 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek Teknik Filterisasi

Larutan sampel AMIU hasil pengasaman (butir 2.4.4) diencerkan

hingga 5 kali (AMIU I dan III) dan 10 kali (AMIU II) diukur absorbansinya

dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang

422,7 nm untuk penetapan kadar kalsium dan panjang gelombang 766,5 nm

pada penetapan kadar kalium. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada

dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium dan kalium. Konsentrasi

kalsium dan kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis

regresi dari kurva kalibrasi. Bagan alir pembuatan larutan sampel air minum isi

(48)

3.4.6.4.1.2 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek Teknik Reverse Osmosis

dan Air Minum Isi Ulang Bermerek Teknik Reverse Osmosis

Larutan sampel hasil pengasaman diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7

nm untuk penetapan kadar kalsium dan panjang gelombang 766,5 nm pada

penetapan kadar kalium. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam

rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium dan kalium. Konsentrasi kalsium

dan kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari

kurva kalibrasi.

3.4.6.4.1.3 Air Minum Mineral Isi Ulang Bermerek

Larutan sampel hasil pengasaman diencerkan hingga 10 kali diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada

panjang gelombang 422,7 nm untuk penetapan kadar kalsium dan panjang

gelombang 766,5 nm pada penetapan kadar kalium. Nilai absorbansi yang

diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium dan

kalium. Konsentrasi kalsium dan kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan

persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Bagan alir pembuatan larutan

sampel air minum mineral dalam kemasan untuk kalsium dan kalium dapat

dilihat pada Lampiran 4.

3.4.6.4.2 Penetapan Kadar Magnesium

3.4.6.4.2.1 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek Teknik Filterisasi

Larutan sampel AMIU hasil pengasaman diencerkan hingga 25 kali,

(49)

pada panjang gelombang 285,2 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus

berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi

magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari

kurva kalibrasi. Bagan alir pembuatan larutan sampel air minum isi ulang

untuk magnesium dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.4.6.4.2.2 Air Minum Isi Ulang Tanpa Merek Teknik Reverse Osmosis

dan Air Minum Isi Ulang Bermerek Teknik Reverse Osmosis

Larutan sampel hasil pengasaman diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 285,2

nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva

kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel

ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.4.6.4.2.3 Air Minum Mineral Isi Ulang Bermerek

Larutan sampel hasil pengasaman diencerkan hingga 25 kali, diukur

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada

panjang gelombang 285,2 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada

dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi

magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari

kurva kalibrasi. Bagan alir pembuatan larutan sampel air minum mineral dalam

kemasan untuk magnesium dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kadar kalsium, kalium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung

(50)

Vs FP x V x X g/ml) (

Kadar µ =

Keterangan : X = konsentrasi analit dalam larutan sampel (µg/ml) V = volume total larutan sampel yang diperiksa (ml) FP = faktor pengenceran dari larutan sampel hasil destruksi Vs = volume sampel yang diambil dari larutan sampel (ml).

3.4.7 Analisis Data Secara Statistik

3.4.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), kadar kalsium, kalium, dan

magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing keenam

larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.

Q =

terendah Nilai

tertinggi Nilai

terdekat yang

Nilai dicurigai

yang Nilai

− −

Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q

[image:50.595.111.499.487.616.2]

pada Tabel 3.1, apabila Q > Qkritis maka data tersebut ditolak.

Tabel 3.1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%

Banyak data Nilai Qkritis

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Menurut Sudjana (2005), untuk menentukan kadar kalsium, kalium, dan

magnesium di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0.05, dk =

n-1, dapat digunakan rumus:

(51)

Keterangan : µ = interval kepercayaan X = kadar rata-rata sampel

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α = tingkat kepercayaan

s = simpangan baku

n = jumlah perlakuan

3.4.7.2 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Antar Sampel

Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata kadar kalsium, kalium, dan

magnesium antar sampel dilakukan analisis statistik menggunakan uji ANOVA

dengan Statistical Product Services Solution (SPSS) dengan taraf kepercayaan

95%. Dengan menggunakan uji Tukey. Teknik ini merupakan teknik analisis

yang fungsinya untuk menguji perbedaan lebih dari dua beda rerata sampel

(Soepeno, 1997).

3.4.8 Validasi Metode

3.4.8.1 Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan

penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar

dengan konsentrasi tertentu (Ermer dan Miller, 2005).

Air minum isi ulang yang telah diketahui kadarnya sebanyak 500 ml

ditambahkan larutan baku kalsium 1000 µg/ml sebanyak 5 ml, larutan baku

kalium 1000 µg/ml sebanyak 2,5 ml, dan larutan baku magnesium 1000 µg/ml

sebanyak 1,5 ml, kemudian dihomogenkan. Kemudian sebanyak 100 ml air

(52)

dengan HNO3(p) sebanyak 5 ml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur

destruksi basah seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung

dengan rumus di bawah ini

A

* C

CA -CF kembali Perolehan

% = x 100

Keterangan: CF = Kadar analit dalam sampel setelah penambahan bahan baku (µg/ml)

CA = Kadar analit dalam sampel sebelum penambahan bahan baku (µg/ml)

C*A = Kadar analit yang ditambahkan ke dalam sampel g/ml)

3.4.8.2 Simpangan Baku Relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang

menunjukkan derajat keses

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Gandjar dan                                                                             Rohman, 2007)
Tabel 3.1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif Mineral dalam Sampel
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
+6

Referensi

Dokumen terkait

From 2000-2010, the influence of interest rate towards the move - ment of Indonesia Shari’ah compliance stock price were showing volatility, whereas in the beginning of

Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan mengaktualisasikan integritas dalam mengelola pelaksanaan kegiatan instansi melalui pembelajaran akuntabilitas, etika,

The most obvi- ous difference between both experiments was S, where the sunflower canopy in the 1998 experiment would fluctuate between one to two azimuth preferences, but in the

[r]

Pelajar diharapkan untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sehubungan dengan kombinasi penggunaan bahasa pengantar yang digunakan selama proses pengajaran

The Maritime Cultural Heritage field is composed of full-scale historic ships and boats, as well as of models and replicas of famous vessels, of objects and exhibits relating

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau

Siswa kemudian menuliskan kegiatan yang dilakukannya tersebut (berolah raga, ke rumah nenek, berkebun, pergi ke kota, dan sebagainya). Guru mengingatkan siswa untuk menulis dengan