BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Kekayaaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) adalah padanan kata
intellectual property rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul
bagi hasil pemikiran yang dihasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia.
HKI bisa juga diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat
sesuatu yang berguna bagi orang lain. Prinsipnya, setiap orang harus memperoleh
imbalan bagi kerja kerasnya.1
Dewasa ini, terjadi peningkatan kesadaran masyarakat mengenai
penelaahan yang lebih seksama dalam upaya menciptakan system perlindungan
HKI yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya mengenai
kePengelolaan komunal masyarakat adat. Indikasi meningkatnya perhatian dan
kesadaran masyarakat tercermin dari cukup tingginya permohonan HKI diajukan
ke Dirjen KI (Kekayaan Intelektual).2
Pemanfaatan sumber daya genetis untuk berbagai kepentingan (antara lain
sebagai bahan obat, makanan, minuman, pengawet, atau sebagai benih) yang
semakin meningkat dengan dukungan perkembangan ilmu dibidang bioteknoligi,
telah menarik perhatian perusahaan-perusahan besar di negara maju/berkembang.
Sayangnya, pembagian keuntungan yang adil dan pengalihan teknologi yang
sungguh-sungguh dari perusahaan besar tersebut ke negara penghasil/penyuplai
1
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HKI (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), hlm. 2.
2
sumber daya genetis yang umumnya berasal dari negara berkembang, sejauh ini
dirasa masih belum memadai. Adapun dalih yang banyak dipertentangkan yang
telah dikemukakan oleh perusahaan maju tersebut adalah bahwa sumber daya
genetis yang tersedia secara melimpah merupakan warisan leluhur yang dapat
digunakan siapa saja dan kapan saja (common heritage of mankind).3
Orang lain yang dibiarkan memanfaatkan suatu karya dengan gratis maka
dapat membuat fungsi ataupun manfaat dari suatu karya itu hanya dirasakan oleh
orang lain, sedangkan pencipta dari karya itu hanya merasa lelah dan tidak
memperoleh imbalan apa-apa. Hal tersebut akan membuat masyarakat enggan
berfikir dan mencoba-coba untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya ataupun bagi orang lain.
Masyarakat mau berkreasi dan mengeluarkan ide dari hasil pemikiran
mereka apabila mereka akan menerima suatu imbalan yang sesuai dengan karya
yang telah diciptakannya. Dengan demikian, mereka akan berlomba-lomba untuk
membuat dan menciptakan aneka penemuan atau karya baru dan pada akhirnya
akan membawa namanya bangsanya yang akan beruntung karena terdorong maju
oleh kreativitas masyarakatnya.
Pengembangan-pengembangan kekayaan intelektual yang lahir dari
keanekaragaman tersebut merupakan perlindungan hak cipta. Perkembangan di
bidang perdagangan industri dan investasi telah sedemikian pesat sehingga
memerlukan peningkatan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait
dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas.4
3
Ibid., hlm. 133. 4
Masyarakat dapat menemukan bentuk ciptaan dimana-mana, baik di
rumah, di jalan, di kantor, di sekolah, di kendaraan umum, maupun di tempat
perbelanjaan seperti mal, supermarket dan pasar tradisional. Dengan memiliki hak
cipta maka orang lain tidak boleh mengumumkan atau memperbanyak ciptaan
tanpa seizin penciptanya.
Menciptakan suatu karya cipta bukanlah sesuatu hal yang mudah
dilakukan maka dari itulah orang lain diwajibkan untuk menghormatinya dan hal
ini merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat dilalaikan begitu saja. Orang
lain pasti sudah mengetahui sebuah karya cipta pasti ada penciptanya sehingga
tidak dapat seenaknya mengatakan itu sebagai karyanya atau meniru ciptaan yang
bukan karyanya.5
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(selanjutnya disebut UUHC), hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Adapun pencipta merupakan seseorang atau beberpa orang
yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang
bersifat khas atau pribadi. Sedangkan Ciptaan merupakan setiap hasil karya cipta
di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata.6
Merujuk kepada pengertian tersebut, hak cipta merupakan hak khusus
yang diberikan kepada pencipta atau pemegangnya untuk memperbanyak dan
5
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm.2.
6
menggandakan hasil karya ciptaannya. Pencipta juga berhak atas manfaat
ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut.
Hak cipta merupakan salah satu bentuk hak kekayaan intelektual. Namun,
hak cipta tidak sama dengan hak kekayaan intelektual lainnya, yaitu paten, merek,
desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, indikasi
geografis, dan perlindungan varietas tanaman. Berbeda dengan hak kekayaan
industri yang meliputi hak perlindungan di bidang teknologi dan desain, hak cipta
memberikan perlindungan atas ciptaan dibidang seni, sastra, dan ilmu
pengetahuan. Hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan
sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.7
Campur tangan negara sangat diperlukan di bidang penciptaan dengan
tujuan untuk menyeimbangkan antara kepentingan pencipta dengan kepentingan
masyarakat dan juga kepentingan negara itu sendiri. Pencipta memiliki hak untuk
mengontrol masyarakat dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, di
lain pihak warga masyarakat dapat menggunakan ciptaan secara resmi dan
menghindari peredaran barang bajakan, sedangkan negara kepentingannya dapat
menjaga kelancaran dan keamanan masyarakat di bidang ciptaan.8
Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk dalam daftar Priority
Wacth List yang di keluarkan oleh US Trade Representative. Priority Watch List
merupakan daftar negara- negara di dunia yang teridentifikasi sebagai negara
7
Tim Visi Yustisia, Op.Cit., hlm. x 8
dengan tingkat pembajakan yang tinggi. Selain Indonesia, negara yang termasuk
juga ke dalam daftar tersebut adalah negara Tiongkok, India dan Rusia.9
Berbagai pelanggaran hak cipta masih banyak terjadi di negara kita, baik
yang diselesaikan di pengadilan maupun tidak. Pelanggaran-pelanggaran itu
antara lain, dapat dilihat di televisi berupa tiru-meniru bahan lawakan oleh para
pelawak, di kaki lima sampai dipertokoan masih dijumpai kaset dan CD, DVD,
dan VCD bajakan rekaman lagu dan film. CD (Compact Disc) adalah sebuah
media penyimpanan yang berbentuk piringan yang digunakan untuk membuat
film dengan resolusi kecil atau sebagai media transmisi software-software aplikasi
sedangkan VCD (Video Compact Disc) merupakan bahan optik atau perangkat
keras yang berisi program, berisi pesan atau info yang menampilkan gerak
(visual), suara (audio), dengan maksud menyampaikan pesan atau info dari
sumber kepada penerima. 10 DVD (Digital Video Disc) merupakan media
penyimpanan optik yang popular yang digunakan untuk menyimpan video dan
data, ukuran fisik standarnya sama dengan CD (Compact Disc), namun dengan
kapasitas enam kali lipat dari CD.11Di samping itu bahkan di pusat perbelanjaan
seperti mal juga sering menjadi tempat terjadinya pelanggaran hak cipta di bidang
desain pakaiaan yang masih ada dan sama di sana-sini dengan produk yang
berbeda, dan masih banyak yang lainnya.12
9Reska K. Nistanto, “Jual Software Bajakan, Mal Bisa Didenda Rp 100 Juta”,
http://tekno.kompas.com/read/2015/03/02/11410067/Jual.Software.Bajakan.Mal.Bisa.Didenda.R p.100.Juta (diakses pada tanggal 07 Maret 2015).
10Tri Dayanti , “Pengertian CD, DVD, VCD”,
http://tridayanti123.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-cddvdvcd.html (diakses pada tanggal 30 September 2015).
11Tri Dayanti, “Perbedaan CD, DVD, VCD”,
http://nengtri.blogspot.co.id/2012/05/perbedaan-cdvcddvd.html (diakses pada tanggal 30 September 2015).
12
Sangatlah mudah untuk menemukan barang-barang bajakan di Indonesia,
terutama di Mal. Barang-barang tersebut berupa CD, baju, software, buku,
lukisan, dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan betapa kurangnya kerja
sama antara pemerintah dan masyarakat dalam memerangi pembajakan.
Pemerintah telah berupaya untuk mengurangi angka pembajakan di Indonesia,
namun di sisi lain masyarakat justru berperan aktif dalam menggunakan produk
bajak tersebut, dengan alasan harga yang lebih murah dan sangat mudah untuk
ditemukan.
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 tahun 2014 telah disahkan pada
Oktober 2014 lalu untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta, maka diharapkan dapat menekan angka pembajakan didalam
negeri terutama di sektor hak cipta. Selain itu, UUHC yang telah disahkan
tersebut merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
media publikasi dan komunikasi ciptaan secara global. Pada prinsipnya, revisi
UUHC ini bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap pemilik hak cipta
serta diharapkan dapat mendukung peningkatan perekonomian, khususnya
dibidang industri kreatif.13
Penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran hak cipta
seringkali masih ragu-ragu. Pihak penegak hukum masih enggan bertindak tegas
kepada pedagang yang menjual barang bajakan yang tidak memiliki izin,
misalnya CD bajakan. Dengan harga sepuluh ribu rupiah saja, seseorang langsung
dapat memiliki satu buah CD bajakan, hal itu bisa terjadi karena pertimbangan
13
masalah sosial ekonomi masyarakat yang cenderung lebih memilih untuk
membeli kaset dengan harga yang murah dibandingkan dengan kaset kualitas
tinggi yang harganya mahal.
Saat seseorang melihat sesuatu barang, misalnya kursi mungkin komentar
orang terhadap barang tersebut pada umunya bernada datar “ah Cuma kursi untuk
tempat duduk”, tetapi orang jarang berpikir bagaimana pertama kali seseorang
dapat membuat rancangan sebuah kursi yang pada akhirnya berbentuk seperti
angka 4 (empat) terbalik, tentu saja hal tersebut bukan sesuatu yang mudah
dikerjakan. Demikian pula jika kita melihat sebuah karya tulis seseorang berupa
“paper” biasanya seseorang memberi komentar dengan mudah, karena jumlah
halamannya yang cuma beberapa lembar saja, namun untuk membuat karya tulis
tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang gampang karena harus dapat
menyajikan hal apa yang harus ditulis di dalam karya tulis tersebut. Kemudian
judul apa yang dipilih karena judul tulisan harus dapat menggambarkan isinya
secara keseluruhan. Setelah itu permasalahan apa yang akan diketengahkan dan
bagaimana merumuskannya.14
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa dalam
menciptakan sebuah karya cipta bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan
karena sangat diperlukan kreativitas. Untuk itulah hukum hak cipta diperlukan,
agar dapat melindungi hak-hak yang dimiliki oleh pemegang hak cipta dari suatu
ciptaannya sehingga orang lain tidak dapat mencuri haknya dengan sembarangan.
Mal sering digunakan sebagai tempat untuk bertransaksi barang bajakan.
Hal ini dikarenakan tingginya minat masyarakat untuk berbelanja di Mal. Mal
14
adalah serapan dari Bahasa Inggris “Mall” yang diterjemahkan menjadi gedung
yang berisi macam-macam toko dengan dihubungkan oleh lorong atau koridor.
Istilah Mall berangkat dari nama “The Mall” (1674) di Inggris. The Mall
adalah jalanan yang ada di Istana Buckingham, Admiralty Arch, Trafalgar Square,
St. James’ Park, House Guards Parades. The Mall dalam abad ke-20 merupakan
jalan yang biasa digunakan acara seremonial kerajaan sebagai rute untuk
melakukan parade. The Mall dibentuk supaya pejalan kaki dapat berjalan dengan
aman dan nyaman. Istilah Mall kemudian digunakan untuk suatu kawasan belanja
yang terdapat dalam suatu ruangan yang dinaungi oleh atap. Sejarah mal dimulai
pada abad ke-7 di ibukota Syria yang dikenal dengan nama Al-Hamidiyah Souq.
Mal dianggap sebagai tempat perbelanjaan yang lengkap, praktis, dan
efisien. Hal ini dipandang sebagai suatu kesempatan yang besar oleh pedagang
untuk mendapat keuntungan yang besar dengan modal yang kecil. Sehingga
banyak pedagang yang memutuskan untuk menjual barang bajakan, karena harga
yang ditawarkan lebih rendah dari harga yang asli tentu dapat menarik minat
pembeli.15
Kurangnya sosialisasi mengenai pelanggaran hak cipta kepada para
pengelola tempat perdagangan menyebabkan pengelola tempat perdagangan tanpa
sengaja mengizinkan penyewa tempat perdagangan memperjualbelikan barang
bajakan secara bebas dan terang-terangan. Hal inilah yang menyebabkan
pelanggaran hak cipta tersebut tidak dapat dihindari oleh para pedagang terutama
pedagang yang berada di tempat perbelanjaan tersebut.
15
Sanksi terhadap pelanggaran HKI selama ini belum menimbulkan efek
jera bagi pelakunya sehingga tingkat pelanggarannya terus meningkat, meskipun
pemerintah sudah memiliki perangkat undang-undangnya. Kendala lainnya yaitu
terbatasnya aparat penegak hukum yang menangani masalah Hak Kekayaan
Intelektual, ringannya putusan yang dijatuhkan oleh proses peradilan kepada
pelanggar, sehingga tidak menimbulkan efek jera. Selain itu, kurangnya kesadaran
masyarakat untuk menghargai dan mentaati hukum di bidang HKI dan terbatasnya
daya beli masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi antar aparat penegak
hukum dan instansi terkait dalam merumuskan serta menetapkan kebijakan
strategis yang akan dijadikan target untuk menurunkan dan menghilangkan
pelanggaran HKI, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghargai
HKI orang lain. Berkurang atau hilangnya pelanggaran HKI di Indonesia,
nantinya akan dapat menarik para investor khususnya investor dari luar negeri
untuk menanamkan/membuka usaha di Indonesia baik di bidang Hak Cipta
maupun di bidang HKI, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang
dalam skala makro akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.16
Disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
disambut gembira oleh semua pihak, termasuk dari pelaku seni, musisi,
perusahaan dagang, dan industri dan lain sebagainya. Adanya jaminan
hukum yang pasti terhadap pelanggaran hak cipta diharapkan mampu
memunculkan kreatifitas anak negeri untuk terus berprestasi dan menghasilkan
produk-produk yang mampu bersaing di dunia internasional.
16Atang Setiawan, “
Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual”,
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat agar tidak
membeli barang bajakan lagi. Sekaligus mengajak partisipasi aktif seluruh
masyarakat Indonesia dalam memerangi pembajakan di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis memuat rumusan
masalah skripsi ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan hukum hak cipta di Indonesia?
2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran hak cipta di Mal?
3. Bagaimanakah tanggung jawab pengelola mal terhadap penyewa yang
melakukan pelanggaran hak cipta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum, pelanggaran dan penyelesaian hak
cipta di Indonesia
2. Untuk mengetahui pelanggaran hak cipta di Mal
3. Untuk mengetahui tanggung jawab Pengelola mal terhadap penyewa yang
melakukan pelanggaran hak cipta.
Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memperluas atau menambah khasanah
penelitian ilmu hukum dan mampu memberikan konstribusi positif terhadap
perkembangan ilmu mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat selama menjadi
mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi serta diharapkan mampu
menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai
tanggung jawab pengelola mal terhadap penyewa yang melakukan
pelanggaran hak cipta .
3. Manfaat praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan bisa memberikan pandangan dan
pengetahuan kepada siapa saja mengenai penyelesaian kasus pelanggaran
hukum hak cipta yang dilakukan oleh penyewa mal.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengamatan dan penelusuran diberbagai sumber, belum ada
penelitian yang membahas mengenai “Tanggung Jawab Pengelola Mal terhadap
Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Oleh Penyewa” sesuai dengan judul
skripsi ini. Berhubung dengan disahkannya UUHC yang baru yakni
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menggantikan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002, dimana didalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tidak ada Pasal yang mengatur secara jelas mengenai tanggung jawab pengelola
tempat perdagangan, sedangkan dalam UUHC yang baru sudah terdapat satu
Pasal yakni Pasal 10, yang mengatur mengenai larangan bagi pengelola tempat
perdagangan dalam membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang
Arsip Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi
dan Informasi Fakultas Hukum USU, yang menyatakan bahwa “Tidak Ada Judul
yang Sama”. Surat keterangan tersebut merupakan bukti yang sah, yang brarti
bahwa tidak ada judul skripsi yang sama dengan judul skripsi ini, berdasarkan
surat pernyataan tersebut Bapak Ramli Siregar Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum USU, menerima judul skripsi yang di ajukan. Maka
berdasarkan hal itu wajarlah bila penelitian terhadap judul skripsi ini dilanjutkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Tanggung jawab dalam Kamus Umum Bahasa Besar Indonesia adalah
keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Adapun tanggung jawab
secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannyaitu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan
pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan
kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan,
penyuluhan, keteladanan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 17
17Naufal Muttaqien, “Mengenal Arti Kata Tanggung Jawab”,
2. Pengertian pengelola menurut Balderton adalah orang yang menggerakkan,
mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan
secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. 18
3. Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan
menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah
dibuat.19
4. Definisi hak cipta berdasarkan Pasal 1 (1) UUHC Nomor 28 Tahun 2014,
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Definisi pencipta berdasarkan Pasal 1 (2) UUHC Nomor 28 Tahun 2014,
adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.
6. Definisi ciptaan berdasarkan Pasal 1 (3) UUHC Nomor 28 Tahun 2014,
adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.
7. Defenisi pemegang hak cipta berdasarkan Pasal 1 (4) UUHC Nomor 28
Tahun 2014, adalah pencipta sebagai Pengelola Hak Cipta, pihak yang
18
Ali, “Pengertian Pengelolaan, Pengertian Perencanaan dan Pengertian Pelaksanaan” http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-pengelolaan-perencanaan-dan.html#_ (diakses tanggal 3 Oktober 2015).
19
Supeno, “Pengertian Pelanggaran”
menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.
8. Defenisi Pendistribusian berdasarkan Pasal 1 (17) UUHC Nomor 28 Tahun
2014, adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran Ciptaan dan /atau
produk Hak Terkait.
9. Defenisi Pembajakan berdasarkan Pasal 1 (23) UUHC Nomor 28 Tahun
2014, adalah Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak
sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas
untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
10. Defenisi Ganti Rugi berdasarkan Pasal 1 (25) UUHC Nomor 28 Tahun 2014,
adalah pembayaran sejumlah uang yang dibebankan kepada pelaku
pelanggaran hak ekonomi Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau Pengelola
Hak Terkait berdasarkan putusan pengadilan perkara perdata atau pidana
yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian yang diderita Pencipta,
Pemegang Hak Cipta dan/atau Pengelola Hak Terkait.
F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Spesifikasi penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah hukum
normatif yaitu mencari data sekunder dengan mengacu kepada
peraturan-peraturan yang ada sesuai dengan bidang kajian ilmu hukum dengan jalan
menggambarkan realitas sosial dari fakta-fakta yang diketemukan, untuk
selanjutnya dilakukan upaya analisis dengan mendasarkan kepada teori-teori yang
terdapat dalam disiplin ilmu hukum.
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis
normatif, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui
pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma–norma hukum
yang terdapat dalam peraturan perundang–undangan.
2. Bahan penelitian
Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadikan rujukan antara lain:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, yakni:
1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer seperti hasil-hasil penelitian dan tulisan para ahli hukum
berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel,
hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, dan sebagainya yang diperoleh baik
melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tertier, yakni yang mencakup bahan yang memberi
petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus hukum, jurnal ilmiah, dan bahan-bahan lain yang
relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam penulisan skripsi ini.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
a. Mendokumentasi semua bahan hukum yang terkait dengan penelitian, pada
tahap ini penulis mengumpulkan peraturan perundang-undangan,
buku-buku, majalah, dokumen, serta makalah yang relevan dengan masalah
“Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang
Dilakukan Oleh Penyewa Menurut UUHC Nomor 28 Tahun 2014”.
b. Memilih dan memilah bahan hukum yang paling sesuai dengan topik
penelitian, yaitu yang berkaitan dengan hak cipta.
c. Menyusun bahan-bahan yang telah dikumpulkan, pada tahap ini penulis
menyusun bahan-bahan yang telah dipilih menjadi sebuah tulisan hukum
yang dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
4. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu
analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut
kualitas dan kebenarannya serta relevan dengan permasalahan. Data yang
dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara
sistematis, selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara
deskriptif sehingga diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dan penyajian suatu penelitian harus terdapat keteraturan agar
dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi
ini bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan,
yang semuanya berkaitan dengan “Tanggung Jawab Pengelola Mal
terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan Oleh Penyewa.”
BAB II PENGATURAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 28 TAHUN 2014
Pembahasan adalah seputar hak cipta sebagai hak kekayaan
intelektual, hak-hak terkait dalam hak cipta yaitu penjelasan
mengenai hak cipta sebagai hak eksklusif, hak ekonomi, dan
sebagai hak moral, ciptaan yang dilindungi dalam hukum hak cipta
di Indonesia, dan bagaimana proses pencatatan hak cipta dan
pengalihan hak cipta di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Selanjutnya juga akan dibahas
mengenai perbuatan yang termasuk dalam pelanggaran hak cipta,
bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta, sanksi yang diberikan
terhadap pelaku pelanggaran hak cipta.
Pembahasan dalam bab ini adalah hubungan hukum antara
pengelola, penyewa mal dan pencipta, bentuk-bentuk pelanggaran
hak cipta di Mal dan bagaimana sanksi yang diberikan terhadap
pelaku pelanggaran hak cipta di Mal.
BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP
PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH
PENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Pembahasan dalam bab ini adalah perjanjian antara pengelola mal
dan penyewa, selanjutnya membahas bagaimana tanggung jawab
pengelola mal terhadap pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh
penyewa menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, serta bagaimana upaya pengelola mal dalam pencegahan
pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan miliknya.
BAB V PENUTUP
Pembahasan dalam bab ini adalah kesimpulan dari bagian awal
hingga bagian akhir penulisan yang merupakan ringkasan dari
substansi penulisan skripsi ini, dan saran-saran yang penulis