BAB II DESKRIPSI PROYEK
2.1 Terminologi Judul
Judul dari proyek ini adalah Pusat Rekreasi dan Terapi Anak Berke-
butuhan Khusus. Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek,
yaitu:
Rekreasi , penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yg menggembirakan
hati dan menyegarkan seperti hiburan
Terapi, usaha untuk memulihkan kesehatan orang yg sedang sakit; pengobatan
penyakit;
Anak Berkebutuhan Khusus, istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak
dengan permasalahan belajar / perilaku, anak dengan kecacatan fisik atau
gangguan panca indera, dan anak dengan kondisi gangguan intelektual dan
perilaku
Berdasarkan pengertian di atas, maka Pusat Rekreasi dan Terapi Anak
Berkebutuhan adalah Suatu tempat hiburan dan penyembuhan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus.
2.2 Studi Kelayakan
Saat ini di Indonesia khususnya di Sumatera Utara masih sedikit yang
memberikan layanan yang baik dan khusus bagi ABK. Masih sedikit sekali
tempat-tempat yang bersahabat bagi para ABK. Jika di lihat di negara yang maju seperti
jepang para ABK sangat di perhatikan fasilitas-fasiltas dan bahkan tata ruang kota
yang sangat bersahabat bagi mereka. Disana hak mereka telah seimbang dengan
orang-orang biasa. Di sini kota Medan dapat memulai dengan membuat sebuah
fasilitas yang benar-benar dapat memenuhi fasilitas terapi dan rekreasi untuk ABK.
Jadi pusat rekreasi dan terapi anak berkebutuhan khusus ini ingin
memberikan fasilitas bagi mereka yang ingin mengikuti terapi dan juga bagi mereka
yang ingin terapi sambil rekreasi di taman terapi khusus untuk ABK. Saat ini di
Medan belum ada bangunan yang memiliki fungsi sepenuhnya untuk ABK selain
2.3 Tinjauan Umum
2.3.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Heward (1996) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak dengan permasalahan belajar /
perilaku, anak dengan kecacatan fisik atau gangguan panca indera, dan anak
dengan kondisi intelektual gifted atau memiliki bakat istimewa. Istilah anak
berkebutuhan khusus bukan berarti menggantikan istilah Anak Penyandang Cacat
atau Anak Luar Biasa tetapi menggunakan sudut pandang yang lebih luas dan
positif terhadap anak didik atau anak yang memiliki kebutuhan yang beragam.
James, Lynch (dalam Santoso, 2012) mengemukakan bahwa anak-anak yang
termasuk kategori berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa (anak
berkekurangan dan atau anak berkemampuan luar biasa), anak yang tidak pernah
sekolah, anak yang tidak teratur sekolah, anak yang drop out, anak yang
sakit-sakitan, anak pekerja usia muda, anak yatim piatu dan anak jalanan. Kebutuhan
khusus mungkin disebabkan kelainan secara bawaan atau dimiliki kemudian yang
disebabkan masalah ekonomi, kondisi sosial ekonomi, kondisi politik dan bencana
alam.
Santoso (2012) mengemukakan bahwa konsep anak berkebutuhan khusus
memiliki makna dan spectrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak
luar biasa. Anak berkebutuhan khusus mencakup anak yang memiliki kebutuhan
khusus yang bersifat permanen, akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang
cacat) dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak yang
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat trauma kerusuhan, kesulitan
konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar atau tidak bisa membaca,
karena kekeliruan guru mengajar, dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus
temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan
intervensi yang tepat bisa menjadi permanen. Istilah dan konsep anak dengan
pendidikan berkebutuhan khusus berkembang ke dalam paradigm baru pendidikan
yaitu pendidikan inklusi. Dalam tataran pendidikan inklusi, setiap anak dipandang
mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus baik bersifat permanen ataupun
temporer. Kebutuhan permanen adalah kebutuhan menetap dan secara
terus-menerus dialami oleh anak tanpa mengenal selesai atau hilang misalnya
Kebutuhan temporer adalah kebutuhan bersifat sementara yang karena perlakuan
lingkungan atau pendidikan akan berubah menjadi normal. Sunanto (dalam
Santoso, 2012) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah mereka
yang memiliki kebutuhan khusus secara permanen/kecacatan dan sementara
sehingga membutuhkan penyesuaian dalam layanan pendidikan. Kebutuhan khusus
yang dimaksud dalam hal ini adalah kebutuhan yang ada kaitannya dengan
pendidikan. Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang permanen maupun
temporer memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan
pendidikan, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan
penyesuaian dalam layanan pendidikan dikarenakan adanya suatu kondisi yang
bersifat permanen di dalam diri anak seperti ketunanetraan, ketunarunguan,
keterbelakangan mental, kelainan emosi dan sosial ketunanetraan, ketunarunguan,
keterbelakangan mental, kelainan emosi dan sosial, atau bersifat temporer seperti
adanya gangguan belajar dikarenakan perlakuan lingkungan atau pendidikan dan
dapat berubah menjadi normal.
2.3.2 Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan ke dalam dua kelompok untuk
keperluan pendidikan luar biasa, yaitu :
a. Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Santoso (2012) menyatakan anak yang mengalami kelainan sensorimotor
(Sensorimotor Problem) biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi dan
menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor tidak selalu
berakibat masalah pada kemampuan intelek seorang anak. Sebagian besar anak
yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan
baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan. Tiga jenis kelainan yang termasuk
masalah dalam sensorimotor yaitu :
1) Hearing Disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
2) Visual Impairment (Kelainan penglihatan atau tunanetra)
Setiap jenis sensorimotor problem akan melibatkan keahlian/guru khusus yang
memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan.
Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan
pembelajaran ABK
b. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku
Kelompok anak berkebutuhan khusus yang mengalami problem belajar
adalah :
1) Intellectual Dissability (Keterbelakangan mental atau tunagrahita)
2) Learning Dissability (Ketidakmampuan belajar atau kesulitan belajar
khusus)
3) Behavior Disorders (Anak nakal atau tunalaras)
4) Gifted dan talented (Anak berbakat), dan
5) Multi Handicap (Cacat lebih dari satu atau tunaganda)
Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel berikut:
Sensorimotor Belajar dan Tingkah Laku
Kelainan Pendengaran/Tuna Rungu Keterbelakangan Mental/Tuna Grahita
Kelainan Penglihatan/Tuna Netra Kesulitan Belajar
Kelainan Fisik dan Gangguan
Kesehatan/ Tuna Daksa
Gangguan Emosi/Tuna Laras
Anak Berbakat
Cacat Ganda
2.3.3 Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Santoso (2012) mengemukakan bahwa penyebab umum terjadinya kelainan
pada anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1) Pre Natal (Sebelum kelahiran)
Di dalam kandungan sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau
bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat
terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan. Kejadian tersebut
disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan.
Penyebab kelainan prenatal dari faktor ekstenal dapat berupa benturan pada
kandungan ibu, jatuh sewaktu hamil, atau akibat makanan atau obat yang
menciderai janin dan sebagainya.
2) Natal (Saat kelahiran)
Penyebab kelainan pada anak bisa terjadi pada saat ibu sedang melahirkan
misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap
sifilis dan sebagainya.
3) Post Natal
Kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di liar kandungan atau
post natal. Hal ini dapat terjadi karena kecelakaan, bencana alam, sakit, keracunan,
2.3.4 Tipe-Tipe Anak Berkebutuhan Khusus dan Terapinya
1. Kelainan Pendengaran/Tuna Rungu
Kelainan pendengaran memiliki 5 tipe, dari yang ringan hingga yang parah berikut adalah tabelnya:
Tabel 2.2 Tipe-tipe kelainan tuna rungu Sumber: Hasil olah data primer
2. Kelainan Penglihatan/Tuna Netra
Kelainan penglihatan sebenarnya memiliki banyak tipe, tapi untuk terapi di
proyek ini hanya mengambil 2 yaitu kebutaan dan low vision.
Kebutaan adalah seseorang yang dari sejak lahir sudah tidak mampu melihat.
Low Vision adalah seseorang yang masih mampu melihat namun dengan jarak
penglihatan yang sudah sangat parah. Bahkan ketika sudah memakai alat bantu
seperti kacamata penglihatannya masih belum sempurna.
Tabel 2.3 Tipe-tipe kelainan Tuna Netra Sumber: Hasil olah data primer
Kelainan Pendengaran
Intensitas Suara
Yang Di Dengar
Jenis Terapi Speech Reading Terapi Wicara Auditory Training Oral Approac h
Slight Loss 27-40 dB O
Mild Loss 41-55 dB O O
Moderate
Loss
56-70 dB O O
Severe Loss 71-90 dB O O O
Profond Loss > 91 dB O O O O
Gangguan
Penglihatan
Terapi
ADL Visual Functioning O and
M
Kebutaan O O
3. Kelainan Fisik dan Kesehatan/Tuna Daksa
Kelainan Fisik dan Kesehatan terdapat 3 tipe yaitu, cacat fisik, cerebral palsy
dan epilepsi.
Cacat fisik tangan atau/dan tangan seseorang yang tidak memiliki tangan
atau/dan kaki di tubuhnya di karenakan dari lahir atau kecelakaan
Cerebral Palsy Cerebral Palsy/ kelumpuhan otak besar) adalah suatu keadaan
dimana penderitanya mengalami buruknya pengendalian otot, kekakuan,
kelumpuhan serta mengalami gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukanlah
merupakan suatu penyakit dan tidak bersifat progresif (penderita tidak semakin
memburuk dan juga tidak semakin baik).
Epilepsi Epilepsi adalah sejenis penyakit saraf yang timbul karena kekacauan
sel-sel otak. Hal itu diindikasikan dengan munculnya kekejangan secara berkala pada
organ-organ tubuh, terkadang juga muncul busa dari mulut bila penyakit ini sudah
terlalu parah, karena secara tidak sengaja lidah tergigit oleh gigi.
Kelainan Fisik dan Gangguan
Kesehatan
Terapi
ADL Okupasi Fisioterapi
Kecacatan Tangan dan / atau Kaki O O O
Cerebral Palsy O O O
Epilepsi O O
Tabel 2.4 Tipe-tipe kelainan tuna daksa Sumber: Hasil olah data primer
4. Keterbelakangan Mental/Tuna Grahita
Keterbelakangan Mental adalah penurunan fungsi intelektual secara
signifikan, IQ sama atau kurang dari 70 sebelum umur 18 tahun. Keterbelakangan
Keterbelakangan
Mental
IQ Terapi
ADL Okupasi Wicara Musik
Ringan 50-55 s/d 70 O O O
Sedang 35-40 s/d
50-55
O O O O
Berat 20-25 s/d
35-40
O O O O
Sangat Berat 20-25 O O O O
Tabel 2.5 Tipe-tipe kelainan tuna grahita Sumber: Hasil olah data primer
5. Gangguan Emosi/Tuna Laras
Terdapat 3 tipe dari anak-anak yang memiliki gangguan emosi yaitu, perilaku
anti sosial, perilaku menarik diri, dan autis.
Perilaku Anti Sosial Anak-anak dengan perilaku anti sosial cenderung nakal dan
sulit untuk menerima anak-anak disekitarnya. Sehingga mereka sering melakukan
tindakan kekerasan kepada temannya sendiri.
Perilaku Menarik Diri Anak-anak dengan perilaku menarik diri cenderung
menyendiri dan susah untuk bersosialisasi, mereka juga sering berganti-ganti sifat,
terkadang ceria namun tiba-tiba dapat langsung sedih.
Gangguan Emosi dan
Perilaku/Tuna Laras
Terapi
Okupasi Perilaku Musik
Perilaku Anti Sosial O O O
Perilaku Menarik Diri O O O
2.3.5 Tipe Terapi
1. Terapi Okupasi
Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motorik halus, selain
itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar dapat melakukan
kegiatan keseharian, aktifitas produktifitas dan pemanfaatan waktu luang.
Terapi okupasi terpusat pada pendekatan sensori atau motorik atau
kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan,
rasa, bunyi, dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial,
melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah.
Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami
kesulitan belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain injury), autisme,
sensory processing disorders, cerebral palsy, down syndrome, Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic disorders, asperger’s syndrome, kesulitan
belajar, keterlambatan wicara, gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP),
Pervasive Developmental Disorder (PDD)dan keterlambatan tumbuh kembang
lainnya.
Okupasi sendiri adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitasi medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau
gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek
sensomotorik dan proses neurologis. Hal itu dicapai dengan cara memanipulasi,
memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai
peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya.
Dalam memberikan pelayanan kepada individu, terapi okupasi memperhatikan aset
(kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, dengan memberikan
manajemen aktifitas yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna).
Dengan demikian diharapkan anak dapat mencapai kemandirian dalam aktifitas
produktifitas (sekolah/akademik), kemampuan perawatan diri (self care), dan
kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat
Gambar 2.1 Proses terapi okupasi Sumber: Pelangilazuardi.tripod.com
Anak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah :
1. Anak dengan gangguan perilaku
2. Autism Spectrum Disorder (ASD)
3. Down Syndrome
4. Kesulitan Belajar
5. Keterlambatan wicara
6. Gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP)
7. dan keterlambatan perkembangan lainnya
Okupasi Terapi akan memberikan pelayanan individual yang meliputi :
Penilaian (Asessment)
Intervensi individual maupun kelompok
Agar anak mampu mencapai kemandirian dalam tugas kehidupan, seorang terapis
okupasi akan mengamati dan mengkaji area-area dan komponen yang mencakup :
Biomekanik Sensori motorik Perseptual Kognitif
2. Terapi Wicara
Terapi Wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada
prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan
berbicara bagi orang dewasa maupun anak.
Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami
gangguan komunikasi, seperti :
-Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti)
Gambar 2.2 Proses terapi wicara Sumber: myfurniture8.com
-Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan
keinginannya dalam berbicara)
-Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome,
tuna rungu-wicara)
-Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay).
-Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap(stuttering), cadel, dst
-Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft
lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate).
-Serta gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang mengalami
3. Terapi ADL (Aktifitas Keseharian)
-Salah satu bentuk layanan terapi yang membantu anak-anak untuk dapat
melakukan aktifitas keseharian seperti makan, minum, berpakaian, bersepatu,
bersisir, mandi, aktifitas toileting, dst secara mandiri.
-Layanan terapi ADL ini pada umumnya diberikan oleh seorang Okupasi Terapis.
-Layanan terapi ini dapat diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus sehingga anak
dapat mandiri dalam kesehariannya.
4. Terapi Perilaku
-Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam
arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum
ada) ditambahkan.
-Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis
yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles
(UCLA).
-Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement
positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada
hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif
(salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan
reinforcementpositif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan
kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia
berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi
proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari
(learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned,
maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif
bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan
hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar
yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari: Meningkatkan perilaku, atau
Menurunkan perilaku Meningkatkan perilaku:
Reinforcement positif: memberi penghargaan terhadap perilaku Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
Mengurangi perilaku:
Punishment: memberi stimulus aversi
Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer Extinction: menahan reinforcer
5. Fisioterapi
-Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang menitik beratkan
untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang
terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.
-Fisioterapi membantu anak mengembangkan kemampuan motorik kasar.
Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang
memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, dst.
-Layanan fisioterapi juga bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami
gangguan fisik untuk memperbaiki gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) agar
Gambar 2.4 Proses terapi fisioterapi Sumber: iik.ac.id
-Layanan fisioterapi umumnya bagi anak dengan keterbatasan fisik, ketunaan
tubuh/tuna daksa serta anak cerebal palsy/CP dan untuk anak-anak yang
mengalami keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motorik kasar, pasien
pasca stroke yang memerlukan 5pemulihan kondisi fisiknya serta trauma lain yang
menyebabkan penampilan fisik terganggu.
6. Terapi Musik
-Terapi musik adalah salah satu bentuk terapi yang bertujuan meningkatkan kualitas
fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
-Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada serta pada
gangguan perkembangan anak seperti autisme, ADHD, Down Syndrom, dst
-Ketika musik yang terdiri dari ritme, ketukan, dan tempo diterapkan menjadi sebuah
terapi, maka musik dapat memberikan pengaruh besar bagi kesehatan.
-Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan metode alunan melodi, ritme,
dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini diterima oleh organ pendengaran
kita yang kemudian disalurkan ke bagian tengah otak yang disebut sistem limbik
yang mengatur emosi.
-Sebagai contoh, ketika mendengar musik riang maka tubuh akan bergoyang atau
jika Anda lagu sedih maka suasana hati pun ikut menjadi sendu. Musik memiliki
Gambar 2.5 proses terapi music Sumber: terapimusik.com
Dalam penerapannya, terapi musik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
Terapi musik aktif adalah penggunaan musik sebagai terapi yang melibatkan lebih dari sekedar mendengarkan. Metode ini tidak mudah untuk
dilakukan sendiri. Contoh terapi musik aktif seperti belajar bernyanyi, belajar
menggunakan alat musik, belajar menirukan nada-nada atau bahkan belajar
mencoba membuat lagu. Anda membutuhkan seorang ahli untuk
membimbing Anda melakukannya.
Terapi musik pasif adalah terapi musik paling mudah dan efektif. Hampir semua orang pernah menerapkannya. Yang perlu dilakukan hanya memilih
musik yang sesuai dengan keadaan Anda saat itu, dengarkan dan hayati
alunan musik tersebut.
7. Auditory Learning
Program auditory learning adalah program yang bertujuan membantu anak
untuk menggunakan residual hearingnya dengan baik. Setiap anak yang
mengalami gangguan pendengaran harus mengikuti program ini untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam mendengar. Seringkali anak yang
mengalami gangguan pendengaran menggunakan sedikit saja kemampuan
mendengar mereka dalam aktivitas sehari-hari, padahal mereka terkadang memiliki
potensi mendengar yang lebih besar. Oleh karena itu, program ini dapat membantu
mereka untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan memanfaatkan residual
Program auditory training tradisional adalah program yang dapat digunakan
kepada anak-anak usia dini. Program ini mengajarkan kepada anak untuk
menyadari adanya suara-suara di sekitar mereka. Anak akan diminta untuk
memperhatikan suatu suara-suara tertentu,seperti bunyi bel, atau suara aliran air.
Kemudian, mereka akan diminta untuk menentukan lokasi dari suara tersebut.
Mereka juga akan diajarkan cara untuk membedakan suara, misalnya membedakan
suara laki-laki dan perempuan, lagu cepat dan lagu lambat, dan sebagainya.
Program ini dapat dikenakan kepada anak ketika mereka sudah mulai mengenal
suara, kata-kata, atau kalimat.
Belakangan ini, pelatihan untuk anak yang mengalami gangguan
pendengaran berfokus pada auditory learning, yaitu suatu program yang
mengajarkan kepada anak agar dapat melakukan learn to listen, dan learn by
listening. Pada program ini, anak tidak hanya
diajarkan cara untuk mendeteksi, membedakan, dan mengenal suara. Mereka juga
akan diajarkan cara memahami dan memaknai suara-suara di sekeliling mereka.
8. Oral Approach
Program pendidikan yang menekankan pada kemampuan oral memandang
bahwa jika seorang anak ingin berfungsi secara normal, maka penting baginya
untuk dapat mengatakan sesuatu. Program ini mengajarkan anak untuk dapat
memahami dan menghasilkan kata-kata. Anak yang mengikuti program ini harus
mengkombinasikan kemampuan auditori, visual, dan taktilnya. Program ini juga
memperhatikan kemampuan anak dalam memperhatikan suara, membaca gerak
bibir, dan menggunakan alat bantu dengar. Anak yang mengikuti program ini akan
diajarkan untuk dapat mengekspresikan diri. Mereka diajarkan untuk dapat
membuat orang lain memahami mereka melalui kata-kata yang mereka ucapkan.
a. Cued Speech
Cued speech adalah metode untuk membantu komunikasi oral anak. Metode
ini bertujuan untuk membantu anak memahami perkataan dengan cara
menambahkan isyarat-isyarat tertentu, misalnya seperti menunjukkan gerak tangan
di dekat dagu untuk membantu anak membedakan kata-kata yang hampir sama
cara pengucapannya dengan kata-kata lain. Gerakan tangan dapat berupa simbol
Gambar 2.6 Bahasa isyarat Sumber: dissable_child.com
9.Visual Functioning
Anak dengan gangguna low vision dapat diajarkan untuk meningkatkan
kemampuan penglihatan yang mereka miliki. Kemampuan melihat dapat
ditingkatkan dengan mengajarkan anak cara untuk mengontrol pergerakan bola
mata, beradaptasi dengan lingkungan, memperhatikan stimulus visual, dan
memproses stimulus visual dengan cepat. Anak dengan gangguan low vision harus
diajarkan untuk aktif menggunakan penglihatan mereka.
Downing dan Bailey (dalam Heward, 1996) menyatakan bahwa anak dengan
low vision sebaiknya diajarkan untuk menentukan lokasi, melacak arah,
mengarahkan pandangan, dan bergerak kearah objek tertentu. Sebagai contoh,
seorang anak dengan low vision dapat diajarkan untuk mengkategorikan objek, ia
misalnya dapat mempelajari hal ini ketika ia membuat minuman dengan rasa
10. Orientation and Mobility
Program pendidikan untuk anak dengan gangguan penglihatan harus
memberikan pengajaran mengenai orientasi dan mobilitas pada anak. Orientasi
adalah kemampuan anak untuk menentukan posisi suatu objek di dalam
lingkungan, sementara mobilitas adalah kemampuan seorang individu untuk
berpindah dari satu tempat ke tampat lain dengan aman dan efisien. Anak harus
diajarkan untuk mengenal lingkungan di sekitarnya. Ia perlu diajarkan bahwa
suatu ruangan memiliki dinding, pintu, jendela, sudut, dan atap.
Orientasi dan mobilitas (O&M) sudah memiliki instruksi telah disusun dengan
baik dan dapat digunakan untuk membantu anak yang mengalami gangguan
penglihatan. Pelatihan O&M umumnya diberikan oleh ahli O&M yang memiliki
kualifikasi.
Individu dengan gangguan penglihatan umumnya menggunakan tongkat
yang panjang untuk bergerak di lingkungannya. Pengguna biasanya tidak
mengetukkan tongkat, namun menyapukannya di lantai ketika ia berjalan. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai lintasan yang akan meteka
lalui. Tongkat dalam hal ini berfungsi sebagai pelindung dan perpanjangan.
Sebagai pelindung, tongkat akan mencegah tubuh pengguna menubruk objek,
sedangkan sebagai perpanjangan, tongkat akan berfungsi untuk mendeteksi
benda yang berada di permukaan.
Meskipun penggunaan tongkat dapat meningkatkan kemampuan individu
untuk bergerak, namun perlu diingat bahwa tongkat tidak dapat mendeteksi
letak benda-benda yang tergantung, seperti cabang pohon. Tongkat agak sulit
digunakan ketika individu berada di daerah baru yang belim dikenalnya.
Beberapa individu dengan gangguan penglihatan dapat pula menggunakan
anjing untuk menemaninya berjalan. Anjing akan memilihkan rute yang dapat
ditempuh oleh tuannya. Anjing sebelumnya akan dilatih untuk menuruti perintah
dan mencari jalan yang dapat dilewati tuannya dengan aman. Meskipun begitu,
penggunaan anjing untuk membantu mobilitas juga memiliki beberapa
kelemahan. Anjing tidak dapat menemani tuannya ketika tuannya memasuki
11. Taman Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Taman penyembuhan atau taman terapi dapat ditemukan dalam berbagai
variasi pada penataan fasilitas perawatan (healthcare setting). Taman
penyembuhan atau taman terapi ini tidak hanya dapat ditemukan di rumah sakit,
tetapi juga dapat ditemukan pada psychiatric hospitals, rehabilitation centers,
Alzheimer treatment centers, hospital and setting for children, nursing homes, AIDS
and cancer treatment centers dll. Ruang luar (outdoor spaces) yang terdapat pada
setting tersebut bermacam-macam, meliputi landscape ground, entry garden,
courtyard, plaza, roof garden, roof terrace, healing garden,meditation garden,
viewing garden, private garden, nature trail and preserve, dan atriums (Hebert,
2003).Taman merupakan tempat bermain anak-anak dan dapat berperan
sebagailingkungan penyembuhan (healing environment) bagi anak-anak. Anak-anak
dapat memperoleh manfaat dari healing garden, baik untuk pemulihan dari operasi,
trauma, perkelahian yang menyebabkan luka atau kesakitan, maupun kerusakan
secara fisik atau mental. Taman penyembuhan atau taman terapi dapat dijadikan
tempat untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan atau skill anak-anak sekaligus
mempelajari skill yang baru. Taman penyembuhan (healing garden) bagi anakanak
dapat didesain dengan beberapa asumsi yang diadaptasi dari Moore et al 11(1987)
dan Marcus dan Barnes (1999) dalam Hebert (2003). Asumsi-asumsi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bermain di ruang luar (outdoor) merupakan faktor kritis dalam pengembangan kesehatan anak.
2. Kualitas lingkungan bermain dapat mempengaruhi persepsi anak-anak terhadapnya dan kisaran serta kedalaman bermain.
3. Permainan di alam (nature plays) merupakan bagian yang penting dalam perkembangan anak.
4. Intervensi pemimpin atau terapis dalam permainan dapat memperluas kisaran bermain.
5. Anak-anak dengan semua kemampuannya mempunyai hak yang sama dalam bermain.
Beberapa tipe terapi dapat diterapkan pada taman terapi, diantaranya
adalah Terapi Bermain, Terapi Holtikultur, Terapi Hewan, Terapi Alam dan Sensori
Integrasi. Beberapa macam terapi tersebut dapat dikombinasikan untuk
menciptakan healing garden atau taman terapi bagi anak-anak (Hebert,
2003).Selain itu, dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa tipe healing garden bagi
anakanak, yaitu taman terapi formal, taman terapi bermain dan hortikultur
non-formal, informal strolling garden, community based, dan taman serbaguna (Moore
dalam Marcus dan Barnes, 1999). Berikut ini adalah beberapa contoh taman terapi
bagi anak-anak yang terdiri dari therapeutic garden dan healing/strolling
garden(Hebert, 2003).
2.4 Tinjauan Proyek
2.4.1 Deskripsi Proyek
Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus tempat dimana para ABK dapat di
penuhi terapi-terapi dengan baik dan mempunyai fasilitas-fasilitas pendukung yang
baik. Saat ini pemerintah Indonesia masih sangat focus pada SLB. Sehingga
bangunan ini tidak dapat mengharapkan bantuan pemerintah namun harus dari
swasta
Jadi karena Pusat Terapi Anak berkebutuhan khusus ini dikelola oleh
swasta tanpa ada campur tangan dari pihak pemerintah dan Pusat Terapi ini juga
menyediakan fasilitas gratis untuk anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu
sehingga bangunan ini juga harus berkerja sama dengan organisasi-organisasi
yang dapat menyediakan dana untuk proyek ini.
2.4.2 Pendekatan Pemilihan Lokasi Tapak
Untuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan
beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan
kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya:
1. Akses menuju lokasi (hubungannya dengan sarana transportasi)
Kondisi jalan yang baik, sehingga transportasi yang menuju ke lokasi berjalan dengan lancar.
2. Luas Lahan
Harus memadai dan cukup untuk menampung seluruh fasilitas yang telah
direncanakan.
3. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang meliputi:
Infra struktur
Utilitas kawasan harus bisa memenuhi semua kebutuhan yang ada pada fasilitas utama dan fasilitas penunjang lainnya.
4. Persyaratan lain
Lokasi harus cocok digunakan sebagai tempat pendidikan anak-anak, yang aman
dan tidak terlalu memiliki polusi udara dan kebisingan.
Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK )
Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana
sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Pelayanan Kota dan Subpusat
Pelayanan Kota. Subpusat Pelayanan Kota harus terintegrasi dengan Pusat
Pelayanan Kota. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan
beberapa pertimbangan antara lain :
1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota
(KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang
memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain :
Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani
sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera Utara;
Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara
Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional, nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan
Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional.
2.Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara
diarahkan sebagai pengembangan :
Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi,
Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman; dan
Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high technology, pusat permukiman industri, perlindungan kawasan
dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park.
3. Untuk mewujudkan fungsi dan peranan kawasan Utara sebagai kawasan yang
memiliki pelayanan regional dan internasional, maka perlu adanya suatu pusat
pelayanan di utara yang juga memiliki skala pelayanan regional (primer), yang
disebut dengan istilah Pusat Pelayanan Kota;
4.Sedangkan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai pusat pelayanan
perdagangan dan jasa skala regional.
5. Kawasan ex Polonia seluas 590 ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi
karena lokasinya yang berada dipusat kota. Mengingat tingginya harga lahan dan
lokasinya yang strategis, daerah ini sesuai untuk dikembangkan sebagai pusat
kegiatan komersial atau untuk perumahan kelas menengah atau menengah atas
dengan kepadatan tinggi. Disamping bernilai jual tinggi, kawasan ini juga
merupakan paru-paru kota Medan mengingat makin padatnya pembangunan di
dalam Kota Medan sendiri dan kurangnya fasilitas taman dan rekreasi dalam kota.
Pada lokasi ini akan dibangun dan dikembangkan sebagai pusat keuangan bertaraf
nasional dan regional. Untuk mencapai hal ini pusat keuangan ini dirancang dengan
kombinasi pengembangan sarana perkantoran, perbelanjaan, konvensi, rekreasi
dan hiburan sehingga menjadi pusat baru yang hidup dan menarik (CBD). Pada
kawasan ini dapat juga dikembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi
Pusat Kota dan sekaligus mempermudah akses penduduk untuk memperoleh
pelayanan di satu kawasan.
6. Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan regional
juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah pelayanannya
lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan Pusat Pelayanan Kota;
7.Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua Pusat pelayanan kota,
1 (satu) Pusat pelayanan kota di utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan kota di Pusat
Kota.
8.Untuk menghubungkan wilayah Utara (Pusat pelayanan kota di Utara) dan
wilayah Pusat Kota (Pusat pelayanan kota di Kota) akan dikembangkan transportasi
RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030
NO PUSAT
PELAYANAN FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
A
Pusat Pelayanan
Kota di Pusat
Kota
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis;
Pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi
dan kota;
Pusat pelayanan ekonomi
Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan
Baru, Medan Petisah,
Kec. Medan Timur,
kec.Medan Barat, Kec.
Medan Kota;
Provinsi Sumatera Utara Internasional
B
Pusat Pelayanan
Kota dibagian
Utara
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional
Pusat pelayanan transportasi; Pusat kegiatan sosial-budaya Pusat kegiatan industri
Kota Medan Bagian Utara;
Provinsi Sumatera Utara Regional
1
Subpusat
pelayanan kota
Medan Belawan
pusat pelayanan transportasi laut,
pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,
pusat kegiatan industri, dan pusat kegiatan perikanan
Kec. Medan Belawan
2
Subpusat
pelayanan kota
Medan Labuhan
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi Pusat pelayanan kesehatan
Kec. Medan Labuhan
3 Subpusat
pelayanan kota
Medan Marelan
Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk);
Pusat kegiatan rekreasi dan wisata
NO PUSAT
PELAYANAN FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
4 Subpusat
pelayanan kota
Medan Perjuangan
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan olahraga
Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan
Tembung
5
Subpusat
pelayanan kota
Medan Area
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan
Denai, Kec, Medan
Amplas
6 Subpusat
pelayanan kota
Medan Helvetia
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah,
Kec. Medan Sunggal
8 Subpusat
pelayanan kota
Medan Selayang
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat Pendidikan
Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec.
Medan Selayang, kec.
Medan Johor
9
Subpusat
pelayanan kota
Medan Timur
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan transportasi (TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec.
Medan Barat
Kriteria Site
Kriteria Lokasi
Alternatif 1: Jl. B Lau Kec
Medan Tuntungan
Alternatif 2: Jl. Karya Wisata Kec
Medan Johor
Alternatif 3: Jl. Gatot
Subroto kec. Medan
sunggal Gambar Tingkatan Jalan Jalan Sekunder ** Jalan Sekunder ** Jalan Primer ***
Aksesbilitas Kendaraan Pribadi,
Kendaraan Umum
**
Kendaraan Pribadi, Kendaraan Umum
**
Kendaraan Pribadi,
Kendaraan Umum ** Jangkauan Terhadap Struktur Kota
Berada di Subpusat medan
selayang yang berfungsi
sebagai Pusat perumahan
rendah dan menengah, Pusat
Terminal, Pusat Kesehatan,
Pusat Perdagangan, Pusat
Rekreasi
***
Berada di Subpusat medan johor yang
berfungsi sebagai Pusat perumahan,
Kegiatan perdagangan/bisnis,
pendidikan, Kesehatan
**
Berada di subpusat
medan sunggal
pemukiman, perdagangan,sarana pendidikan, Kesehatan ** Fungsi Pendukung Sekitar Lokasi
Rumah Sakit Adam Malik,
Pendidikan Keperawatan,
Pemukiman, Pertokoan
***
Pendidikan, Pemukiman ,Pertokoan.
**
Komersil,
Perkantoran,
Pemukiman.
**
(Pusat
Kesehatan)
*** *** ***
Fungsi
Eksisting
Lahan Kosong
***
Lahan Kosong
***
Lahan Kosong
***
Kontur Relatif Datar
***
Relatif Datar
***
Relatif
***
Kemacetan Sirkulasi Sangat Lancar
***
Sirkulasi Kurang Lancar
**
Sirkulasi sangat lancar
***
Strategis Cukup Strategis
**
Cukup Strategis
**
Strategis
***
Potensi
Lahan
Sangat cocok dijadikan pusat
kesehatan
***
Baik untuk dijadikan pusat kesehatan
**
Kurang baik dijadikan
pusat kesehatan
*
Total 27 23 25
Tabel 2.8 Kriteria site
2.4.3 Tinjauan Lokasi
Deskripsi Kondisi Eksisting lokasi proyek
Lokasi lahan : Medan Tuntungan, Jl. B Lau 17
Kondisi lahan : Relatif datar
Orientasi site : menghadap ke Utara
Arah lalu lintas : 2 Arah
Eksisting site : lahan kosong
Luas site : 1.4 Ha
KDB : 50-75% (sesuai ketetapan RDTRK Medan Tuntungan)
Tinggi bangunan : 1-2 Lantai (sesuai ketetapan RDTRK Medan Tuntungan)
Batas – batas
a. Utara : Pemukiman Penduduk
b. Selatan : Lahan Kosong
c. Timur : Ruko-ruko
d. Barat : Rumah Sakit Adam Malik
Pusat Terapi dan Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus direncanakan berlokasi di
jalan B Lau 17 kecamatan Medan Tuntungan.
Kelebihan:
• Terletak di dekat Rumah Sakit Adam Malik.
•Lokasi site memiliki polusi udara dan kebisingan yang sedikit sehingga cocok menjadi fasilitas kesehatan.
Gambar 2.7 Lokasi site
Sumber: Hasil olah data primer
Fungsi Wilayah Perencanaan Medan Tuntungan
Pusat perumahan untuk berkepadatan rendah dan sedang Pusat Terminal
Pusat Kesehatan Pusat Perdagangan Pusat Rekreasi
2.5 Deskripsi Pengguna, Kegiatan, dan Kebutuhan Ruang
FUNGSI FASILITAS PENGGUNA KEGIATAN KEBUTUHAN
RUANG Fasilitas Terapi Terapi Okupasi Pengelola
Mengatur administrasi Isoma
Ruang Terapi Ruang
Administrasi KM/Toilet R.kesehatan R.psikolog Gudang -Intellectual Dissability -Learning Dissability -Behavior Disorder
Terapi Bermain Bersosialisasi Isoma
Terapis
Mengobati Mengawasi Isoma Psikolog
Mengawasi Melihat
perkembangan
ABK
Menganalisa ABK Isoma
Fasilitas
Terapi
Terapi Wicara Pengelola
Mengatur administrasi Mengawasi Isoma
Ruang Terapi Ruang
Administrasi KM/Toilet R.kesehatan R.psikolog Gudang -Tunarungu
-Intellectual
Dissability
Terapi Bermain Bersosialisasi
Terapis
Mengobati Mengawasi ABK Isoma
Psikolog
Mengawasi Melihat
perkembangan
ABK
Menganalisa ABK Isoma
Fasilitas
Terapi
ADL Pengelola
Mengatur administrasi Mengawasi Isoma
Ruang Terapi Ruang
Administrasi KM/Toilet R.kesehatan R.psikolog Gudang -Tunarungu
-Tunanetra
-Tunadaksa
-Intellectual
Dissability
Terapi Bermain Bersosialisasi
Isoma
Terapis
Mengobati Mengawasi ABK Isoma
Psikolog
Mengawasi Melihat
perkembangan
ABK
Menganalisa ABK Isoma
Fasilitas
Terapi
Terapi
Perilaku
Pengelola
Mengatur administrasi
Mengawasi Isoma
Administrasi KM/Toilet R.kesehatan R.psikolog Gudang Behavior
Disorder
Terapi Bermain Bersosialisasi
Isoma Terapis
Mengobati Mengawasi ABK Isoma
Psikolog
Mengawasi Melihat
perkembangan
ABK
Menganalisa ABK Isoma
Fasilitas
Terapi
Fisioterapi Pengelola
Mengatur administrasi Mengawasi Isoma
Ruang Terapi Ruang
Administrasi KM/Toilet R.kesehatan R.psikolog Gudang Tunadaksa
Terapi
Bersosialisasi Isoma
Terapis
Mengajari Mengawasi ABK Isoma
Psikolog
Mengawasi Melihat
perkembangan
ABK
Isoma
Fasilitas
Terapi
Terapi Musik Pengelola
Mengatur administrasi Mengawasi Isoma
Ruang Terapi Ruang Musik Ruang
Administrasi KM/Toilet R.kesehatan R.psikolog Gudang -Intellectual
Dissability
-Behavior
Disorder
Terapi
Bersosialisasi Isoma
Terapis
Mengajari Mengawasi ABK Isoma
Psikolog
Mengawasi Melihat
perkembangan
ABK
Menganalisa ABK Isoma
Fasilitas
Makanan
Kantin Pengelola
Mengatur administrasi Mengawasi Isoma
Ruang pengelola Retail / kios-kios
makanan cepat
saji Gudang
penyimpanan
makanan Toilet
Area makan dan minum
Karyawan
Melayani pengunjung Servis Isoma ABK
Makan/minum Duduk-duduk Bersosialisasi
Rekreasi bermain Mengatur
administrasi isoma
R.operator
Area Taman Terapi
Km/toilet R. Kesehatan ABK
Berekreasi di taman terapi Bersosialisasi Isoma
Terapis
Mengawasi area taman terapi isoma
Fasilitas
Rekreasi
Lapangan
Basket
Pengelola
Mengelola
lapangan bola
basket Mengatur
administrasi Isoma
Lapangan Basket Ruang pengelola Km/toilet
Gudang
ABK
Bermain bola basket
Bersosialisasi Isoma
Terapis
Mengawasi ABK Isoma
Fasilitas
Rekreasi
Lapangan
Tenis
Pengelola
Mengelola lapangan Tenis Mengatur
administrasi Isoma
Lapangan Tenis Ruang pengelola Km/toilet
Gudang
ABK
Bermain bola basket
Isoma Terapis
Mengawasi ABK Isoma
Fasilitas
Rekreasi
Ruang Seni Pengelola
Mengelola ruang seni
Mengatur Administrasi Isoma
Ruang seni Ruang pameran Ruang pengelola KM/toilet
Gudang
ABK
Membuat hasil karya seni
Bersosialisasi Isoma
Terapis
Membimbing ABK Isoma
Fasilitas
Rekreasi
Perpustakaan Pengelola
Mengelola Perpustakaan Mengatur
Administrasi Isoma
Ruang baca Tempat
penyimpanan
buku KM/toilet
Ruang pengelola Gudang
ABK
Membaca Bersosialisasi Isoma
Fasilitas
Kesehatan
Gym Pengelola
Mengelola area gym
Mengatur administrasi Isoma
R.pengelola R.operator Area gym Km/toilet Gudang
ABK
Melakukan olah raga ringan
Isoma Terapis
Mengawasi ABK Isoma
Fasilitas
Ibadah
Musholla Pengelola
Guru
Murid
Beribadah ruang sholat ruang wudhu
Fasilitas
Service
Pos satpam Satpam
Menjaga keamanan isoma
Pos satpam Gudang KM/WC
Ruang genset Ruang utilitas
Karyawan
Menyimpan barang Membersihkan
KM/WC
Menghidupkan dan mematikan genset
Fasilitas
Parkir
Pengelola
Memarkirkan kendaraan
Parkir roda 2 Parkir roda 4 Pengunjung
2.6 Studi Banding Proyek Sejenis
2.6.1 One Kids Place, Ontario, Kanada
Gambar 2.8 Bangunan one kids place Sumber: Archdaily.com
One Kids Place adalah sebuah perusahaan tidak-untuk-profit yang
menyediakan rehabilitasi regional dan layanan dukungan yang terkait. Pusat
Pengobatan Anak-anak baru di North Bay, Ontario Kanada melayani anak-anak dan
remaja dengan komunikasi, perkembangan dan kebutuhan fisik termasuk, dengan
berbagai layanan terintegrasi yang meliputi: terapi okupasi, fisioterapi, bahasa
patologi,terapi sosial, terapi rekreasi dan pengobatan khusus
Gambar 2.9 Interior one kids place Sumber: Archdaily.com
Setelah pencarian situs yang ekstensif yang dipimpin oleh seorang arsitek,
didapati sebuah site 5,9 hektar . Site ini dulunya adalah site anak yatim. Site inil
dianggap ideal dalam ukuran, dan dekat dengan North Bay General Hospital, jadi
Untuk memberikan kebebasan bergerak bagi semua anak, terlepas dari
keterbatasan fisik, pusat dirancang dengan struktur satu lantai di kelas. Ruang
diatur dengan halaman bersuasana intim yang menyediakan ruang luar, terlindung
dari pemandangan dan suara dari lalu lintas, untuk kenyamanan terapi,
Gambar 2.10 Interior one kids place Sumber: Archdaily.com
Semua ruang sirkulasi utama bangunan secara visual terhubung ke luar
terutama ke halaman, memberikan aksesibilitas, cahaya alami dan orientasi yang
baik. Memberikan pandangan ke luar merupakan pendorong penting dalam desain
sistem sirkulasi.
The central timur / barat koridor dan ruang tunggu dibanjiri cahaya alami dari
selatan oleh clerestory yang panjang dan memberikan cahaya yang mengalir ke
ruang perawatan sepanjang jalan. Selain kaca tinggi untuk halaman, ruang tunggu
pusat di pusat fitur bangunan terdapat dua Skylight piramida. Selain daya tarik
sensorik nya, bahan tanaman hidroponik tumbuh di dinding memberikan kontribusi
terhadap kualitas udara dalam ruangan, berfungsi sebagai bio-filter melalui udara,
Gambar 2.11 Interior one kids place Sumber: Archdaily.com
Pada jam sore, matahari menurunkan gips berkas cahaya berwarna dari
kaca patri ke masing-masing yang terbuka dari halaman, menyatu dengan warna
lantai beraksen dan mencerminkan dari langit-langit untuk meramaikan ruang dan
membedakan masing-masing tujuan terapi pada koridor untuk anak-anak.
Gimnasium secara alami menyala dengan jendela tingkat tinggi menghadap timur
laut. Akses yang tepat untuk cahaya alami adalah pendorong yang penting dalam
2.6.2 Children’s Center for Psychiatric Rehabilitation, Hokkaido Japan
Gambar 2.13 Bangunan Children’s Center for Psychiatric Rehabilitation
Sumber: Archdaily
Ini adalah pusat pengobatan untuk anak-anak yang terganggu mentalnya di
mana mereka tinggal bersama-sama untuk mendapatkan mendapatkan kembali
kesehatan mental mereka. Ini dapat dikemukakan bahwa ini adalah sebuah
bangunan yang sangat istimewa Ini adalah sebuah usulan dari metode yang
longgar.
Gambar 2.14 Konsep bangunan Sumber: Archdaily
Bangunan ini menggunkan suatu metode bagaimana sesuatu itu hanya
tersebar. Dan, seperti untuk metode ini, perencanaan yang presisi adalah mungkin.
Berbeda dengan program yang rumit, rencana dapat secara fleksibel dan dikemas
Gambar 2.15 Interior bangunan Sumber: Archdaily
Meskipun, ruang ini dibuat sebagai hasil dari sebuah proses, desain tak
terbatas yang ketat dan buatan, ia berdiri sebagai tempat yang tidak direncanakan
sama sekali, atau yang telah dibuat secara otomatis dengan tidak ada niat. Tempat yang tidak jelas, tidak bisa ditebak, penuh dengan “unlikelihood”. Sesuatu yang tidak dimaksudkan diproduksi sebagai hasil dari tindakan yang disengaja desain
dan ketat. Dan banyak tempat tercapai karena ambiguitas karena tidak disengaja.
Tujuan dari desain yang tidak teratur ini untuk membuat anak-anak meras
bebas dan tidak terikat oleh sebuah bentuk. Menurut arsiteknya ini dapat membuat
anak itu merasa bebas dan baik untuk mereka.
2.6.3 AD Classics: St. Coletta School, Washington DC
Gambar 2.18 Bangunan AD Classics Sumber: Archdaily
Sebuah bangunan cerah dan menyenangkan dan menonjol, Michael Graves
dihormati untuk desain nya yang membawa harapan bagi keluarga anak-anak
penyandang cacat di Washington DC dan sekitarnya.
Gambar 2.19 Tampak Bangunan Sumber: Archdaily
St Coletta didirikan pada tahun 1959 dengan seorang anak didiagnosis
dengan Down Syndrome. Ketika mereka telah berurusan dengan sejarah
perjuangan untuk menemukan sistem pendidikan yang bekerja untuk anak mereka,
mereka memutuskan untuk mendirikan sekolah sebagai piagam pendidikan khusus
yang dilayani anak dan berpendidikan dengan tuna ganda yang serius.
orang-orang bahwa bangunan berfungsi karena menyenangkan, lucu dan
mengundang untuk didatangi.
Gambar 2.20 Tampak bangunan Sumber: Archdaily
Desain bermain-main pada cahaya di atrium pusat dengan langit-langit
melengkung dan skylight menambah pengalaman, seperti kamar yang cerah dan
warna yang ditingkatkan oleh aliran cahaya alami.
Gambar 2.22 Denah bangunan Lt.2 Sumber: Archdaily
2.7 STUDI BANDING TERAPI TAMAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
2.7.1 Rusk Play Garden, New York
Salah satu contoh taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang
terkenal adalah The Rusk Institute of Rehabilitation Medicine yang bertempat di
New York University Medical Center. Tim terapis dari Rusk bekerjasama dengan
firma Johansson & Walcavage yang sekarang disebut Johansson Design
Collaborative untuk mendesain ruang luar bagi anak-anak yang dapat memperkaya
kemampuan mereka untuk belajar, tumbuh, dan berkembang, serta memiliki
kesenangan seperti anak-anak lainnya.
Taman ini menyediakan perawatan komprehensif bagi orang dewasa atau
anak-anak dengan berbagai keterbatasan fisik. Tujuan dari perawatan yang
dilakukan di taman ini adalah membantu pasien untuk mandiri secara fisik, sosial,
emosional, dan vokasional.
Gambar 2.24 Taman Rusk Play Sumber: www.johanssondesign.com
Anak-anak yang melakukan terapi di tempat ini terdiri dari berbagai macam
keterbatasan meliputi cerebral palsy, limb deficience, amputasi, spinal cord injury,
spina bifida, muscular dystrophy, tumor otak, dan trauma. Desain yang ada pada
taman terapi tersebut akan memotivasi anak-anak dan menyediakan peluang bagi
mereka untuk mengeksplor dan melakukan aktifitas yang akan menstimulasi rasa
ingin tahu, membangkitkan kemandirian, spontanitas dan kreatifitas secara fisik,
kognitif, sosial, dan sensori. Desain Rusk Play Gardenmengintegrasikan elemen
pasir, dengan elemen yang dapat merangsang pergerakan seperti berlari,
memanjat, berguling, berputar, dan lain-lain.
Gambar 2.25 Aktivitas taman Rusk Play Sumber: www.johanssondesign.com
Terapi yang dilakukan pada taman tersebut meliputi integrasi sensori (tactile,
auditory, dan visual), integrasi sistem vestibular, integrasi kognitif, pendidikan
lingkungan dan sains, serta pengembangan sosial. Terapi integrasi sensori yang
berupa tactile atau perabaan dapat diperoleh dari pengalaman anak merasakan
variasi tekstur permukaan rumput, pasir, kayu, air, batu, daun, dan bunga serta
merasakan panas sinar matahari. Sensor auditory dapat distimulasi melalui suara
kicauan burung, lebah, gesekan daun, air dan lain-lain.
Kemampuan visual anak dapat distimulasi dengan melihat ikan berenang,
kupu-kupu terbang, perubahan cahaya dan bayangan. Terapi integrasi sistem
vestibular menstimulasi keseimbangan, koordinasi, kemampuan motorik,
pergerakan, dan gravitasi. Bukit berumput, jembatan, terowongan, ramp, slide, dan
tangga akan menstimulasi pergerakan anak dan merasakan pengalaman yang
berbeda. Objek yang interaktif serta pengalaman-pengalaman yang didapat oleh
anak-anak di taman tersebut dapat membantu mensintesiskan kemampuan kognitif
anak dengan fungsi fisiknya. Melalui hal tersebut anak-anak akan belajar mengenai