• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan VisualisasiLubangHitam Schwarzschild pada Ruang-WaktuMinkowski Menggunakan Mathematica 10 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dan VisualisasiLubangHitam Schwarzschild pada Ruang-WaktuMinkowski Menggunakan Mathematica 10 Chapter III V"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Solusi Schwarzchild

= ( − ) − ( − )− − � − � � �

r < 2m, r = 2m, r > 2m

Masukkan Nilai input

Menjalankan Program

Menganalisis Terbentuknya Lubang Hitam Schwarzchild

(2)

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Lubang Hitam Schwarzschild ini dilakukan di Kota

Medan, tepatnya di Perpustakaan Fakultas MIPA dan Perpustakaan Pusat Universitas

Sumatera Utara dengan cara mengumpulkan sumber-sumber bacaan teoritik,

mengkajinya, menganalisis dan melakukan pembahasan.

Penelitian dimulai sejak awak Semester Genap 2017/2018 yaitu pada awak

bulan Januari dan selesai pada bulan Juni.

(3)

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL

Pada bab IV hendak disampaikan mengenai hasil dan pembahasan berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dilakukan dengan melakukan pendekatan

teoritis dan pendekatan komputasi. Solusi Schwarzschild terlebih dahulu di uji secara

teoritis sehingga membuktikan bahwa suatu bintang masif atau supermasif yang sesuai

dengan ketentuan teori relativitas umum Einstein dapat membentuk kelengkungan

ruang-waktu yang sifatnya geodesik. Selanjutnya apabila didapat kebenaran atas

adanya sifat geodesik yang dihasilkan oleh kelengkungan ruang-waktu berdasarkan

persamaan solusi Schwarzschild, divisualisasikan sebuah diagram yang berupa

diagram ruang tiga dimensi yang dapat diatur besar massa dan jari-jari atau radius

bintang masif atau supermasif agar terbentuk lubang hitam apabila radius yang diatur

mencapai radius Schwarzschild.

4.1. Solusi Schwarzschild terhadap Teori Relativitas Umum Einstein

Sangatlah luas pembahasan mengenai teori relativitas umum Einstein karena

begitu banyak aspek-aspek astrofisika yang menggunakan teori ini dalam penerapan

persamaan juga penentuan solusi umum dari teori-teori astrofisika. Belum lagi

penerapan teori relativitas umum ini kemudian dikaitkan pada teori fisika kuantum

dalam memahami terbentuknya alam semesta. Oleh karenanya tema yang diangkat

untuk penelitian ini menerapkan teori relativitas umum kedalam hal yang sangat

spesifik yaitu menentukan karakteristik umum yang diperlukan agar terbentuknya

lubang hitam yang telah digagas oleh Karl Schwarzschild.

Salah satu fondasi teori relativitas umum adalah prinsip kesetaraan (principle

of equivalence). Ohanian menyatakan bahwa ada dua jenis prinsip kesetaraan. Jenis

pertama adalah prinsip kesetaraan lemah (weak principle of equivalence) yang

menyatakan bahwa dalam suatu medan gravitasi, seluruh partikel uji dengan kecepatan

awal yang sama akan jatuh dengan percepatan yang sama. Jenis yang kedua adalah

prinsip kesetaraan kuat (strong principle of equivalence) yang berbunyi, dalam seluruh

laboratorium yang jatuh bebas serta tak berotasi, hasil- hasil dari sembarang percobaan

lokal adalah sama, tidak tergantung dari medan gravitasi yang berada di sekitar

(4)

Penerapan Teori Relativitas Umum dalam persamaan gravitasi Einstein yang

mengabaikan tetapan kosmologi yang dirumuskan sebagai berikut :

� − � = − 8��4 � (4.1)

Dengan persamaan diatas akan diterapkan untuk menelaah beberapa gejala

alam. Salah satunya adalah solusi persamaan gravitasi Einstein untuk objek statik

bermassa M yang diletakkan pada pusat koordinat empat dimensi berupa 3 dimensi

koordinat polar (r, θ, ϕ) dan satu koordinat waktu (t) yang nantinya dikenal sebagai

metrik Schwarzchild. (Anugraha R, 2011) Solusi persamaan gravitasi Einstein untuk

partikel simetri bola statik, tak berotasi, tak bermuatan diberikan dalam bentuk metrik

Schwarzschild. Metrik tersebut dalam koordinat−4 =(ct,r ,� ,� ) dinyatakan dalam

bentuk

� = − − + − − + � + � � � (4.2)

Dengan

=��2 (4.3)

dan M adalah massa partikel statik bersimetri bola di O. Jika massa partikel tersebut

dilenyapkan (M = 0), metrik akan kembali ke bentuk metrik ruang- waktu Minkowski.

Metrik Minkwski ini merupakan metrik ruang-waktu datar karena dengan melakukan

transformasi dari koordinat bola ke koordinat Kartesian akan diperoleh metrik dengan

tensor metrik sama dengan delta Kronecker. Selanjutnya dilakukan transformasi ke

koordinat kartesian (x, y, z) dengan pusat di sumbu z pada jarak R dari O yang

dirumuskan sebagai

= � � �, = � � � �, = � − � (4.4)

Persamaan (4) diatas dapat ditulis menjadi

= √ + + + � (4.5)

Yang jika diferensialnya dikuadratkan menghasilkan

= 2 2+ 2 2+ +� 2 2+2+ 2+ +�+ 2 +� + +� (4.6)

Dengan mendiferensiasikan persamaan (4.4) maka diperoleh

= � � � + � � � − � � � � �

= � � � � + � � � � + � � � �

(5)

Yang jika kita menjumlahkan kuadrat persamaan (4.7) diperoleh

+ + − = � + � � � (4.8)

Dengan mengisikan pers. (4.5), (4.6) dan (4.8) ke dalam pers. (4.2) dan

masing-masing pembilang dan penyebut dibagi dengan R diperoleh

− � = − − /�

Selanjutnya ditinjau daerah kecil (lokal) di sekitar pusat serta diasumsikan

bahwa R cukup besar sehingga | /�|, | /�| dan | /�| << 1. Namun dalam hal ini tidak

diasumsikan m/R << 1 sehingga tidak digunakan pendekatan medan lemah. Dengan

mengabaikan suku orde kedua dalam | /�|, | /�| dan | /�| pada pers. (4.9), diperoleh

ungkapan orde pertama metrik Schwarzschild sebagai

− � = − − + 2 + + + − + 2 − +

� − � + �2

� +� (4.10)

Dari metrik (4.10) diatas, tampak bahwa metrik tersebut mengandung dua

bagian yaitu bagian tensor metrik diagonal yang nantinya akan sama dengan elemen

garis dipercepat seragam serta bagian tensor metrik tak diagonal yang menyumbang

pada kelengkungan.

Pada kerangka dipercepat seragam, misalkan sebuah metrik memiliki metrik :

� = − − + + (4.11)

Ditinjau gerakan pada sumbu z (dx = dy = 0), sehingga metrik (4.11) menjadi

� = − − (4.12)

sebuah partikel yang bergerak bebas sepanjang sumbu z dalam kerangka dipercepat

akan memiliki percepatan

2

�2 = − 2

(6)

Dengan komponen tensor metrik adalah

Dan dengan mengasumsikan bahwa[ + ] = , maka diperoleh

= 22 (4.16)

Sehingga menghasilkan persamaan akhir

=2 (4.17)

Dengan mengintegralkan persamaan diatas maka didapat

= 2 + � (4.18)

Dengan � = �, maka

= − = � +

�2 (4.19)

dengan � adalah tetapan integrasi. Dengan mensubstitusikan persamaan (4.19) ke

dalam persamaan (4.11) diperoleh metrik

� = − � + 2 + + + � + 2 − (4.20)

Selanjutnya dipilih untuk tetapan integrasi � = −

� sehingga persamaan (4.20)

berkorespondensi dengan elemen garis dalam kerangka dipercepat beraturan dalam

ruang- waktu datar seperti yang terdapat pada metrik (21). Adapun bagian tak diagonal

dari metrik (10) yaitu suku

� − � + �2

� +� (4.22)

berhubungan dengan kelengkungan ruang yang berimplikasi pada penyimpangan

(7)

4.2. Syarat Suatu Bintang dapat Menjadi Sebuah Lubang Hitam

Bintang-bintang yang ukuran massanya 10 kali lebih besar dibanding massa

matahari akan menjadi bintang merah super raksasa di tengah siklus kehidupan

bintangnya, setelah membakar semua gas hidrogen yang dimilikinya bersamaan

dengan reaksi fusi mengubah helium menjadi karbon yang terjadi di bintang tersebut.

Bintang-bintang raksasa yang demikian memiliki temperatur permukaan yang relatif

dingin (sekitar 3500-4500 K) dengan jari-jari antara 200 sampai 800 kali lebih besar

dari jari-jari matahari.

Gambar 4.1. V838 Monocerotis Salah satu bintang merah super raksasa

Seraya gas helium berubah menjadi karbon mengakibatkan perubahan

temperatur pada inti bintang. Temperatur inti bintang tersebut mengakibatkan

meningkatnya gravitasi dan berlanjut pada penarikan atom-atom karbon secara

bersamaan serta reaksi fusi yang menimbulkan seluruh elemen-elemen penyusun

bintang tersebut menjadi besi yang keras. Ketika inti bintang berisi lebih banyak besi,

reaksi fusi akan berhenti sebagaimana tidak adalagi energi yang terlepas dengan

melakukan reaksi fusi inti besi bersamaan energi haruslah terletak pada fusi besi.

Sejak energi tidak lagi diradiasikan dari inti bintang, bintang tersebut akan

mengalami keruntuhannya, dikarenakan kenaikan temperatur yang bersamaan dengan

pengerusakan atom-atom penyusun bintang. Gaya balik yang terjadi antara gravitasi

dengan lontaran-lontaran inti bintang kemudian mengakibatkan yang kita lihat sebagai

(8)

lapisan terluar bintang yang kemudian material tersebut memanas, melakukan reaksi

fusi untuk membentuk elemen-elemen selanjutnya.

Gambar 4.2. Bintang merah raksasa

Semua elemen-elemen yang berat, termasuk uranium dan plutonium, akan

membentuk supernova. Material-material tersebut akan terlontarkan ke angkasa

karena ledakan ini, inilah yang kemudian dikenal sebagai sisa ledakan supernova. Hal

ini merupakan gambaran umum tentang supenova (disebut supernova keruntuhan inti),

tetapi masih ada lagi jenis supernova yang lainnya yang lebih eksotik yang terjadi

apabila bintang yang luar biasa raksasa runtuh.

Gambar 4.3. Supernova 1994D pada pinggiran galakasi NGC 4526 Salah satu

(9)

Dari keruntuhan bintang tersebut dapat terjadi beberapa output yakni dapat

menjadi lubang hitam, bintang neutron, bintang merah raksasa, kabut planet, bintang

katai putih atau bintang katai biru, sampai bintang katai hitam.

Jika sisa dari ledakan mahadahsyat (supernova) dari sebuah bintang merah

super besar dengan inti yang 3 kali lebih besar dari matahari,maka gravitasi yang

muncul akan menyebabkan gaya tahan antara proton-proton dan neutron-neutron pada

atom yang terpisah. Inti tersebut kemudian akan menelan atom-atom tersebut dengan

gravitasinya, yang kemudian akan menjadi sebuah lubang hitam.

Secara teoritis sebuah lubang hitam mengandung sebuah singularitas, sebuah

titik dimana terdapat kerapatan tak hingga dengan sebuah daerah angkasa disekitarnya

yang disebut dengan daerah horizon (event horizon), sangat luas sehingga tidak

mungkin untuk dapat lepas dari tarikan gravitasi lubang hitam tersebut. (Swire C,

2011)

Gambar 4.4. Lubang Hitam

Sama seperti manusia, bintang mengalami kelahiran, pertumbuhan, dan

kemudian akhirnya mati. Ketika bintang mati, tidak semuanya berevolusi menjadi

lubang hitam. Sederhananya, evolusi bintang adalah rangkaian perubahan yang

dialami bintang selama masa hidupnya (masa di mana ia memancarkan cahaya dan

panas). Bergantung pada ukurannya, masa ini terentang dari ratusan ribu tahun untuk

bintang super masif hingga ratusan miliar tahun untuk bintang-bintang katai coklat.

Evolusi bintang tidak dipelajari dengan cara mengamati sebuah bintang dari

(10)

Evolusi bintang dipelajari melalui analisis hasil pengamatan ribuan bintang dengan

usia yang berbeda-beda.

Tugas astronom adalah memilah-milah dan mengurutkan mana bintang yang

muda dan mana yang tua sesuai dengan karakteristik fisisnya. Pemodelan kemudian

dilakukan untuk memperkirakan struktur bagian dalam bintang dalam berbagai usia

tersebut. Kini, dengan berkembangnya teknologi komputasi, evolusi bintang dapat

disimulasikan melalui pemodelan komputer.

Evolusi bintang dimulai dengan keruntuhan gravitasi pada awan molekul

raksasa. Diperkirakan awan molekul raksasa tersebut memiliki diameter kira-kira 100

tahun cahaya (9.5 × 10^14 km) dan berisi hingga 6.000.000 kali massa matahari (1,2

× 10^37 kg). Ketika runtuh, awan molekul raksasa tadi lantas menjadi

potongan-potongan kecil. Dalam setiap potongan-potongan ini, gas runtuh melepaskan energi potensial

sehingga menjadi panas. Ketika suhu dan tekanan meningkat, potongan-potongan

kecil tadi saling menyatu menjadi bola gas superpanas yang berputar dan dikenal

sebagai protobintang.

Sebuah protobintang dapat terus berkembang dengan pertambahan gas dan

debu dari sisa reruntuhan awan molekul, menjadi bintang katai, deret utama, bintang

raksasa, hingga menjadi maharaksasa dan siap untuk mati. Sepanjang masa hidupnya,

bintang tidak henti-hentinya bereaksi fusi. Setelah sebuah bintang telah menggunakan

seluruh bahan bakarnya, ia dapat mati dan berevolusi menjadi bintang katai putih,

bintang neutron, ataupun lubang hitam, tergantung pada massanya.

Akhir kehidupan sebuah bintang tergantung pada massa yang dimilikinya sejak

bintang itu lahir. Bintang yang memiliki massa besar akan mengakhiri hidup mereka

sebagai lubang hitam atau bintang neutron. Tapi sebuah bintang dengan massa rendah

atau menengah (dengan massa kurang dari sekitar 8 kali massa matahari kita) akan

menjadi katai putih. Syarat sebuah bintang agar bisa berevolusi menjadi lubang hitam

adalah, ia setidaknya harus memiliki massa 10 kali lebih besar dari massa Matahari.

Sehingga jenis bintang yang bisa menjadi lubang hitam adalah bintang maharaksasa.

Di masa akhir kehidupannya, bintang maharaksasa akan meledak. Meledak

dengan teramat dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari ledakan bintang raksasa. Ledakannya

disebut supernova.Seluruh isi perut bintang maharaksasa akan berhamburan dalam

(11)

hingga orbit Mars ini habis. Tapi intinya tetap ada.Yang menjadi sisa adalah materi

inti apapun yang berada di dalam radius Schwarzschild. Sisa ini telah teremas begitu

kuat hingga bahkan ia tidak menjadi bintang neutron. Sisa ini begitu gelap, mati, tanpa

cahaya. Kita menyebutnya lubang hitam. (http://www.infoastronomy.org/2016

/11/syarat-agar-bintang-menjadi-lubang-hitam.html)

Bintang adalah objek panas yang merupakan gas bercahaya yang memulai

kehidupan mereka di Nebula. Bintang bervariasi dalam ukuran, massa dan suhu,

diameter mulai dari 450 kali lebih kecil sampai lebih dari 1000 kali lebih besar dari

pada Matahari. Massa berkisar antara dua puluh sampai lebih 50 kali massa matahari

dan suhu permukaan bisa berkisar dari 3.000 derajat Celcius sampai lebih dari 50.000

derajat Celcius.Warna bintang ditentukan oleh suhunya, bintang terpanas berwarna

biru dan bintang paling keren berwarna merah.Matahari memiliki suhu permukaan

5.500 derajat celcius, warnanya nampak kuning.

Energi yang dihasilkan oleh bintang tersebut adalah dengan fusi nuklir di inti

bintang. Kecerahan diukur dalam besaran, semakin terang bintang semakin rendah

besarnya. Ada dua cara untuk mengukur kecerahan bintang, magnitudo tampak adalah

pemandangan yang terlihat dari Bumi, dan magnitudo absolut yang merupakan

kecerahan bintang yang dilihat dari jarak standar 10 parsek (32,6 tahun cahaya).

Bintang dapat diplot pada grafik menggunakan Diagram Russell Hertzsprung seperti

gambar 4.5.

Bintang-bintang kecil memiliki massa sampai satu setengah kali Matahari.

Pada Tahap 1- Bintang lahir di wilayah Nebula dengan tingkat kepadatan tinggi, dan

mengembun menjadi sekumpulan besar gas dan debu dan berkontraksi di bawah

gravitasinya sendiri. Kontraksi ini menyebabkan pengompakan materil-materil

sehingga terbentuklah benda angkasa seperti bintang.

Tahap 2 - Daerah kondensasi akan mulai memanas dan mulai bersinar membentuk

proto bintang. Jika proto bintang mengandung cukup zat, suhu sentral mencapai 15

juta derajat celcius.

Tahap 3 - Pada suhu ini, reaksi nuklir dengan bahan bakar hidrogen membentuk helium

dapat dimulai.

Tahap 4 - Bintang mulai melepaskan energi, menghentikan dari kontraksi lebih dan

(12)

Gambar 4.5. Grafik yang menunjukkan bahwa temperatur berbanding dengan

luminositas, semakin panas bintang semakin tinggi luminositas bintang.

Tahap 5 - Bintang dengan massa sama dengan matahari tetap berada dalam urutan

utama sekitar 10 miliar tahun, sampai semua hidrogen menyatu membentuk helium.

Tahap 6 - Inti helium sekarang mulai berkontraksi lebih lanjut dan reaksi mulai terjadi

pada lapisan pelindung di sekitar inti.

Tahap 7 - Inti cukup panas agar helium dapat mengering membentuk karbon. Lapisan

luar mulai melebar, sejuk dan bersinar kurang cerah. Bintang yang sedang berkembang

sekarang disebut bintang merah raksasa.

Tahap 8 - Inti helium habis, dan lapisan luar melayang jauh dari inti sebagai cangkang

gas, gas yang mengelilingi inti ini disebut Nebula Planet atau kabut planet.

Tahap 9 - Inti yang tersisa (yang berarti 80% bintang asli) sekarang berada pada tahap

akhir. Intinya menjadi Bintang kataiputih akhirnya mendingin dan meredup. Ketika

berhenti bersinar, bintang yang sekarang mati disebut bintang katai mati atau bintang

(13)

Bintang besar dengan massa 3 kali massa Matahari. Diantaranya terdapat

massa yang lebih besar dari lima puluh kali massa Matahari

Tahap 1 - Bintang besar berevolusi dengan cara yang sama seperti bintang kecil sampai

bisa menampilkan urutan utama seperti bintang kecil pada tahap 1 sampai tahap 4.

Bintang-bintang bersinar dengan mantap sampai hidrogen menyatu membentuk

helium (dibutuhkan miliaran tahun di bintang kecil, tapi hanya jutaan di bintang

masif).

Tahap 2 - Bintang masif kemudian menjadi bintang merah raksasa dan dimulai dengan

inti helium yang dikelilingi oleh selubung pendinginan, gas yang meluas.

Tahap 3 - Dalam jutaan tahun berikutnya serangkaian reaksi nuklir terjadi membentuk

elemen yang berbeda dalam kerang di sekitar inti besi.

Gambar 4.6. Siklus bintang sampai kepada ledakan supernova dan berakhir pada

bintang neutron.

Tahap 4 - Inti runtuh dalam waktu kurang dari satu detik, menyebabkan ledakan yang

disebut Supernova, di mana gelombang kejut bertiup dari lapisan luar bintang.

(Supernova yang sebenarnya bersinar lebih terang dari keseluruhan galaksi dalam

waktu singkat).

Tahap 5 - Terkadang inti bertahan dari ledakan. Jika inti yang tersisa adalah antara 1,5

- 3 kali massa matahari, ia berkontraksi menjadi Bintang Neutron kecil yang sangat

padat. Jika intinya jauh lebih besar dari tiga kali massa matahari, inti yang berlontraksi

ini menjadi lubang hitam. (http://www.astro.keele.ac.uk/workx

/starlife/StarpageS_26M.ht ml)

4.3. Keberadaan lubang Hitam

Lubang hitam supermasif (dalam bahasa Inggris: Supermassive black hole)

(14)

massa matahari. Kebanyakan atau bahkan semua galaksi diperkirakan memiliki lubang

hitam supermasif di pusatnya. Di pusat galaksi Bimasakti diyakini terdapat lubang

hitam supermasif Sagittarius A*.

Lubang hitam supermasif pertama kali dihipotesa oleh Donald Lynden-Bell

dan Martin Rees pada tahun 1971 yang beranggapan bahwa pusat galaksi Bimasakti

memiliki lubang hitam supermasif. Lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti

ditemukan pada tanggal 13 dan 15 Februari 1974, oleh astronomer Bruce Balick dan

Robert Brown interferometer garis dasar milik Observatorium Astronomi Radio

Nasional dan dinamakan Sagittarius A*. Mereka menemukan sumber radio yang

memancarkan radiasi sinkrotron, yang ditemukan bersifat padat dan tidak bergerak

karena gravitasinya. Oleh karena itu, ini adalah indikasi pertama bahwa terdapat

lubang hitam supermasif di bagian inti Bimasakti.Para astronom yakin bahwa Galaksi

Bimasakti mempunyai lubang hitam supermasif di pusatnya, 26,000 tahun cahaya dari

Tata Surya, di daerah bernama Sagittarius A* karena:

a. Bintang S2 mengikuti orbit elips dengan periode orbit 15.2 tahun. Jarak terdekat

of 17 jam cahaya (1,8×1013 m or 120 SA) dari objek pusat.

b. Dari pengamatan gerak bintang S2, massa objek dapat diperkirakan 4,1 juta kali

massa matahari, atau sekitar 8,2×1036 kg.

c. Radius benda pusat tidak lebih dari 17 jam cahaya, bila lebih besar, S2 akan

bertabrakan dengannya. Bahkan, observasi terbaru mengindikasi radius benda

pusat tidak lebih dari 6,25 jam cahaya, kira-kira setara dengan orbit planet

Uranus. (https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang _hitam_supermasif.html)

d. Istilah lubang hitam adalah awal yang sangat baru. Istilah ini diciptakan pada

tahun 1969 oleh ilmuwan Amerika John Wheeler sebagai deskripsi grafis dari

sebuah gagasan yang dimulai sekitar dua ratus tahun yang lalu hingga pada saat

muncul dua teori tentang cahaya yakni oleh Newton yang menyatakan bahwa

cahaya terdiri dari Partikel dan pendapat yang lain menyatakan bahwa cahaya

terbentuk dari gelombang. Kita sekarang tahu bahwa sebenarnya kedua teori

itu benar. Dengan dualitas gelombang / partikel mekanika kuantum, cahaya

dapat dianggap sebagai gelombang dan partikel. Pada teori yang menyatakan

bahwa cahaya terbentuk dari gelombang, tidak jelas bagaimana hal tersebut

(15)

Gambar 4.7. Orbit 6 bintang di sekitar kandidat lubang hitam supermasif Sagittarius

A* di pusat Bimasakti.

Akan tetapi jika cahaya terdiri dari partikel, orang mungkin mengharapkannya

terkena gravitasi dengan cara yang sama seperti bola meriam, roket, dan planet. Pada

awalnya orang berpikir bahwa partikel cahaya bergerak cepat, sehingga gravitasi tidak

akan mampu memperlambatnya, namun penemuan oleh Roemer bahwa cahaya

bergerak pada kecepatan yang terbatas berarti gravitasi mungkin memiliki efek

penting.

Dengan asumsi ini, seorang don Cambridge, John Michell, menulis sebuah

makalah pada tahun 1783 dalam Pertemuan Filosofis Royal Society of London di mana

dia menunjukkan bahwa sebuah bintang yang cukup masif dan kompak akan memiliki

medan gravitasi yang begitu kuat sehingga cahaya bisa Tidak luput: cahaya yang

dipancarkan dari permukaan bintang akan terseret kembali oleh daya tarik gravitasi

bintang sebelum bisa sangat jauh. Michell menyarankan agar ada sejumlah besar

bintang seperti ini. Meskipun kita tidak dapat melihat mereka karena cahaya dari

mereka tidak akan sampai ke kita, kita masih akan merasakan daya tarik gravitasi

mereka. Benda seperti itulah yang sekarang kita sebut sebagai lubang hitam, karena

memang begitulah: black void in space. Saran serupa diajukan beberapa tahun

(16)

Michell. Yang cukup menarik, Laplace memasukkannya hanya dalam edisi pertama

dan kedua bukunya “The System of the World”, dan meninggalkannya pada edisi

selanjutnya; Mungkin dia memutuskan bahwa itu adalah ide gila. (Juga, teori cahaya

sebagai partikel tidak disukai selama abad kesembilan belas; tampaknya segala sesuatu

dapat dijelaskan oleh teori gelombang, dan menurut teori gelombang, tidak jelas

bahwa cahaya akan terpengaruh oleh gravitasi sama sekali. ).

Sebenarnya, tidak benar-benar konsisten memperlakukan cahaya seperti

cannonballs dalam teori gravitasi Newton karena kecepatan cahaya tetap. (Sebuah

meriam yang ditembak dari permuukaan bumi akan diperlambat oleh gravitasi dan

pada akhirnya akan berhenti dan kembali; sebuah foton haruslah terus naik dengan

kecepatan konstan. Bagaimana gravitasi Newtonian dapat mempengaruhi cahaya?)

Sebuah teori yang konsisten tentang Bagaimana gravitasi mempengaruhi cahaya tidak

datang sampai Einstein mengajukan relativitas umum pada tahun 1915. Dan bahkan

kemudian sudah lama sebelum implikasi teori untuk bintang masif dipahami. Untuk

memahami bagaimana lubang hitam terbentuk, pertama kita membutuhkan

pemahaman tentang siklus hidup sebuah bintang. Bintang terbentuk ketika sejumlah

besar gas (kebanyakan hidrogen) mulai runtuh karena daya tarik gravitasinya.

Karena berkontraksi, atom gas saling bertabrakan semakin sering dan pada

kecepatan yang lebih besar dan lebih besar lagi sehingga gas akan memanas. Akhirnya,

gas akan sangat panas sehingga ketika atom hidrogen bertabrakan, mereka tidak lagi

terpental satu sama lain, tapi malah menyatu untuk membentuk helium. Panas yang

dilepaskan dalam reaksi ini, yang seperti ledakan bom hidrogen terkontrol, inilah yang

membuat bintang bersinar. Panas tambahan ini juga meningkatkan tekanan gas sampai

cukup untuk menyeimbangkan daya tarik gravitasi, dan gas berhenti berkontraksi. Ini

seperti balon - ada keseimbangan antara tekanan udara di dalam, yang mencoba

membuat balon melebar, dan ketegangan pada karet, yang mencoba membuat balon

lebih kecil. Bintang akan tetap stabil seperti ini untuk waktu yang lama, dengan panas

dari reaksi nuklir menyeimbangkan daya tarik gravitasi. Akhirnya, bagaimanapun,

bintang tersebut akan kehabisan hidrogen dan bahan bakar nuklir lainnya.

Paradoksnya, semakin banyak bahan bakar untuk membentuk bintang, maka semakin

cepat pula habisnya. Ini karena semakin masif bintangnya, semakin panas perlu

(17)

akan menggunakan bahan bakar. Matahari kita mungkin punya cukup bahan bakar

selama lima ribu juta tahun lagi, tetapi terdapat banyak bintang masif yang dapat

menggunakan bahan bakarnya hanya dalam seratus juta tahun. Ketika sebuah bintang

kehabisan bahan bakar, ia mulai mendingin dan berkontraksi. Apa yang mungkin

terjadi pada hal itu maka pertama kali dipahami hanya pada akhir tahun 1920an.

Bagaimana kita bisa berharap bisa mendeteksi lubang hitam, karena dengan

definisi yang sangat bagus, ia tidak memancarkan cahaya? Mungkin terlihat seperti

mencari kucing hitam di gudang batu bara. Untungnya, ada jalan. Seperti yang John

Michell tunjukkan dalam makalah perintisnya pada tahun 1783, sebuah lubang hitam

masih menimbulkan kegemparan gravitasi pada benda-benda di dekatnya. Para

astronom telah mengamati banyak sistem di mana dua bintang mengorbit satu sama

lain, saling tertarik satu sama lain dengan gravitasi. Mereka juga mengamati sistem di

mana hanya ada satu bintang yang terlihat yang mengorbit di sekitar beberapa

pendamping yang tak terlihat. Tentu saja orang tidak bisa, segera menyimpulkan

bahwa pendamping itu adalah lubang hitam: mungkin hanya bintang yang terlalu

samar untuk dilihat. Namun, beberapa dari sistem ini, seperti yang disebut Cygnus

X-1 Gambar 4.8, juga merupakan sumber sinar-X yang kuat. (Hawking, S W, 200X-1)

Gambar 4.8. Letak Cygnus X-1

Baru-baru ini, para astronom berhasil mengamati detik-detik ledakan

(18)

untuk pertama kalinya. Adakah yang bisa kita pelajari dari pengamatan ini? Walaupun

umat manusia telah menyaksikan ribuan supernova ketika supernova tersebut

mencapai puncak kecerahannya, namun tahap pertama dari ribuan supernova tersebut

menjadi sesuatu misteri. Pada pengamatan kali ini, para astronom akhirnya melihat

tahap pertama tersebut.

Supernova yang diamati ini disebut SN 2013fs. Cahaya dari ledakan bintang

biasanya memakan waktu setidaknya beberapa hari untuk bisa dideteksi oleh kita di

Bumi, tapi kali ini para astronom cukup beruntung karena mengarahkan teleskopnya

ke bagian yang tepat pada waktu yang tepat pula. Dilansir ScienceAlert.com, SN

2013fs ini terjadi di galaksi NGC 7610, sekitar 160 juta tahun cahaya jauhnya dari

Bumi. Dengan kata lain, cahaya dari supernova ini telah melakukan perjalanan selama

160 juta tahun melalui ruang angkasa, dan akhirnya mencapai Bumi pada 2013, di

mana ia terdeteksi pertama kali di Palomar Observatory, San Diego, California, AS.

Supernova tersebut dideteksi pada tanggal 6 Oktober 2013, dan baru-baru ini

diketahui ledakan bintang tersebut baru terjadi sekitar tiga jam setelah ledakan dimulai.

Pengamatan menunjukkan bahwa bintang yang meledak ini dikelilingi oleh cakram

materi yang telah dikeluarkan oleh bintang tersebut sebelum supernova terjadi. SN

2013fs diklasifikasikan sebagai supernova Tipe II, jenis supernova yang paling umum

di alam semesta yang terjadi pada bintang dengan massa 8 sampai 15 kali massa

Matahari. Supernova Tipe II terjadi saat bintang runtuh ke dalam gravitasinya sendiri

karena tidak mampu lagi untuk menopangnya.

Sebelum meledak, awalnya akan terjadi pembengkakan lapisan luar bintang.

Bintang membengkak karena mengangkat inti helium di dalamnya ke permukaan.

Sehingga bintang akan menjadi sebuah bintang super raksasa berwarna merah.

Sementara di bagian dalamnya, inti bintang akan semakin meyusut. Penyusutan

tersebut membuat bintang semakin panas dan padat. Saat semua bagian inti bintang

telah hilang dan yang tertinggal di dalam hanyalah unsur besi, maka kurang dari satu

detik kemudian bintang tersebut memasuki tahap akhir dari kehancurannya. Ini

dikarenakan struktur nuklir besi tidak memungkinkan atom-atom dalam bintang untuk

melakukan reaksi fusi untuk menjadi elemen yang lebih berat.

Pada tahap inilah yang diamati para astronom pada supernova SN 2013fs, tahap

(19)

Celsius. Kemudian energi dari inti ini ditransfer menyelimuti bintang yang kemudian

meledak dan menyebarkan gelombang kejut.

(http://www.infoastronomy.org/2017/02/mengamati-detik-detik-ledakan-super

nova-untuk-pertama-kali.html)

Supernova ini yang diyakini akan menghasilkan lubang hitam supermasiv yang

akan terbentuk pada jutaan tahun yang akan datang.

4.4. Visualisasi Lubang Hitam Schwarzschild menggunakan Mathematica 10 Penelitian ini akan menghasilkan sebuah penyelesaian komputasi solusi

Schwarzschild dalam mode tiga dimensi dengan menggunakan bahasa pemrograman

tingkat tinggi Wolfram Mathematica 10.2 yang selanjutnya menjadi visualisasi yang

dapat digunakan sesuai dengan Grafic User Interface.

Gambar 4.9. Visualisasi kelengkungan ruang-waktu Minkowski dengan massa bintang

(20)

Berdasarkan persamaan (4.1) visualisasi lubang hitam Schwarzschild pada

ruang-waktu Minkowski dengan membatasi massa bintang hanya sampai dengan

kurang dari 180 kali massa matahari dan radius Schwarzschild yang tidak lebih dari

600 Km dapat dilihat pada gambar 4.9. berikut ini. Radius dibuat sampai dengan 600

Km karena pengukuran hanya dilakukan untuk menentukan radius Schwarzschild saja.

Visualisasi dapat dilakukan dari berbagai sudut eklinasi sampai dengan 3600

sehingga memungkinkan penulis untuk mengamati dan menganalisis secara seksama

pembentukan lubang hitam Schwarzschild. Diberikan juga pada program visualisasi

ini berupa tombol geser untuk menentukan seberapa besar massa bintang yang akan

diukur radius Schwarzschild-nya sehingga penulis mampu dengan mudah

memperkirakan secara eksak pada radius berapa suatu bintang menjadi lubang hitam.

Jaring-jaring juga dibuat sedemikian rupa agar penulis tidak mengalami kesulitan

dalam memperkirakan besarnya suatu medan gravitasi pada lubang hitam tertentu.

Jaring-jaring ini dapat dihilangkan maupun dimunculkan kembali seperti gambar 4.10.

berikut :

(a) (b)

Gambar 4.10. (a) Visualisasi lubang hitam dengan jaring-jaring. (b) Visualisasi lubang

(21)

Untuk menentukan radius Schwarzschild bintang dengan variasi massa yang

lebih besar dari massa matahari dapat dengan mudah dengan menggunakan program

ini. Visualisasi yang ditampilkan juga secara kasat mata membuktikan begitu besarnya

gaya gravitasi yang terjadi pada lubang hitam Schwarzschild. Hal ini sejalan dengan

solusi persamaan gravitasi Einstein dengan

= � � = �

Gambar 4.11. Visualisasi ruang-waktu Minkowski pada bintang masif dengan massa

(22)

Gambar 4.11. menunjukkan penampang ruang-waktu minkowski atau yang

dikenal dunia sebagai world-brane atau membran semesta. Penampang ruang-waktu

Minkowski tersebut menunjukkan apabila sebuah bintang masif atau bintang

supermasif dengan massa tetap M tidak lebih besar atau sama dengan jari-jari atau

radius bintang tersebut maka apa yang dapat kita asumsikan adalah bahwa bintang

tersebut tetap berwujud padatan dan tidak memenuhi keadaan singularitas dikarenakan

pada sebuah padatan masih terdapat jarak antar partikel penyusun padatan tersebut.

Tentu saja, padatan-padatan penyusun suatu bintang masif atau bahkan bintang

supermasif pastilah memiliki densitas tertentu sehingga dapat diasumsikan secara

menyeluruh bahwa pastilah terdapat celah antar partikel penyusun padatan, atau

dengan kata lain tentulah terdapat jarak antar partikel. Berdasarkan asumsi tersebut

berlakulah persamaan gravitasi Newton yakni :

� = � �

Dari persmaan gravitasi Newton diatas akan didapatkan hasil berupa nilai

gravitasi konstan yang bernilai tertentu, namun apabila jarak antar partikel bernilai

mendekati nol atau bahkan bernilai nol, maka secara langsung dapat ditarik

kesimpulan bahwa hasil dari persamaan tersebut bernilai tak hingga. Bagaimana

mungkin hal ini dapat terjadi? Dapatkah partikel menempati satu tempat dan tidak

berjarak? Adakah hal-hal yang dapat menjelaskan fenomena ini?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut Einstein mengemukakan

pendapatnya tentang teori gravitasi Einstein. Hal ini tentulah merujuk kepada

teori-teori terdahulunya tentang teori-teori relativitas Einstein terutama dalam teori-teori relativitas

Umum Einstein. Namun Einstein ternyata sempat menyangkal adanya singularitas di

dunia ini sampai kemudian matematikawan bernama Karl Schwarzschild memberikan

solusi yang kemudian berdasarkan solusi inilah teori tentang keberadaan lubang hitam

berkembang. Stephen Hawking seorang Fisikawan Teoritis yang sempat menyangkal

tentang keberadaan Tuhan pun kemudian percaya adanya Tuhan dikarenakan ilmu

yang beliau kaji tentang lubang hitam, dimana dalam salah satu karyanya yang

berjudul “A Brief History of Time” ia menyebutkan masih banyak pengetahuan Tuhan

(23)

Teori ini kemudian dikembangkan menjadi teori mengenai singularitas.

Singularitas berarti suatu materi yang tertekan hingga menjadi sebuah titik yang

kecilnya tidak terbatas atau ukurannya 10^ negatif infinity. Menurut ilmuwan, lubang

hitam terbentuk karena singularitas. Bintang maharaksasa yang telah berhenti proses

fusi nuklirnya akan ditekan oleh gravitasi hingga menjadi titik kecil. Oleh karena hal

inilah teori singularitas mulai berpengaruh dalam menganalisis medan gravitasi yang

dibentuk oleh lubang hitam.

Gambar 4.12. Lubang Hitam yang terbentuk akibat pemampatan radius hinngga radius

(24)

Lubang Hitam schwarzschild merupakan sebuah visualisasi teoritis yang

diasumsikan oleh karl Schwarzschild sebagai bentuk singularitas dengan melakukan

analisis terhadap gaya tekan yang memampatkan partikel-partikel penyusun bintang

masif dalam satu titik sehingga terbentuklah suatu lubang hitam. Pemampatan ini

berarti mengubah bentuk semula bintang masif atau bintang super masif kepada bentuk

yang jauh lebih kecil dibanding sebelumnya atau dengan kata lain terjadi perubahan

radius atau jari-jari bintang awal menjadi lebih kecil. Ketika radius bintang masif atau

bintang super masif tak lagi dapat diperkecil maka bintang tersebut kemudian berubah

menjadi suatu lubang hitam.

Terbentuknya lubang hitam juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang

sudah banyak dikemukakan oleh banyak ilmuan dari seluruh dunia yakni setidaknya

haruslah merupakan bintang masif dengan kriteria tertentu. Sehingga dengan kata lain

bintang di tata surya kita yakni matahari secara teoritis tidaklah dapat berubah menjadi

lubang hitam.

Dengan massa yang sama namun dengan radius yang sudah ditentukan yakni

lebih kecil dari nilai mizan, maka suatu bintang masif akan menjadi sebuah lubang

hitam dengan medan gravitasi yang luar biasa besarnya. Pada gambar diatas juga

terdapat jaring-jaring yang diumpamakan sebagai medan gravitasi dari suatu

ruang-waktu Minkowski atau membran semesta.

VY CanisMajoris adalah bintang super raksasa dengan jari-jarin 1800 sampai

2100 kali radius Matahari atau sekitar lebih dari 1,2519 x 1012 meter . Jika VY

CanisMajoris ditempatkan pada pusat tata surya kita akan mencapai orbit Saturnus.

Jarak bintang ini ke bumi adalah sekitar 4.892 tahun cahaya. Bintang raksasa ini

memiliki massa 59,67 x 1030 kg ,yang merupakan sekitar 30 kali dari massa

Matahari.Diperkirakan memiliki suhu permukaan sekitar 3,200 Celcius (5,800F).

Bintang raksasa ini terletak di rasi Canis Mayor. VY CanisMajoris sejauh ini diketahui

sebagai salah satu bintang paling besar dan paling terang. Energi yang dipancarkan

(Luminosity) cukup drastis, yakni dari sekitar 250.000 sampai 500.000 kali lebih

bercahaya seperti Matahari. VY CanisMajoris adalah bintang yang terbesar di galaksi

Bima Sakti. Bintang super raksasa seperti VY CanisMajoris sangatlah langka di

galaksi kita, yang kita tahu sebagian besar bintang di Galaksi Bima Sakti lebih kecil

(25)

akibatnya mereka hanya ada untuk beberapa juta tahun. Sedangkan bintang yang lebih

kecil seperti matahari, akan ada selama miliaran tahun.

Apabila bintang VY CanisMajoris telah mencapai batas usianya, maka bintang

ini akan menghasilkan suatu gaya yang sangat besar sehingga memampatkan diri

hingga pada radius Schwarzschildnya. Berdasarkan analisis komputasi yang telah

dikerjakan, untuk menjadikan bintang VY CanisMajoris sebagai lubang hitam, bintang

tersebut harus termampatkan hingga radius kurang dari 88.444,1 meter atau dengan

kata lain jika jari-jari bintang VY CanisMajoris telah termampatkan setidaknya sampai

88,43 Km maka bintang VY CanisMajoris dapat menjadi lubang hitam dengan medan

gravitasi yang amat besar. Artinya diperlukan usaha dan gaya yang luar biasa besarnya

untuk memampatkan partikel-partikel penyusun bintang tersebut dari radius awal

sebesar 1251,9 x 109 Km menjadi hanya 88,43 Km.

(26)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang didapat dari hasil penelitian didapatkan

kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara teoritik Solusi Schwarzschild pada ruang-waktu Minkowski merupakan

solusi konkret dari Tensor metrik Schwarzschild yang membuktikan kebenaran

Teori Relativitas Umum dan adanya kesetaraan antara massa gravitasi dan massa

inersial yang ditujukan oleh suku pertama dan kedua dari hasil transformasi pada

persamaan

Suku keduanya menunjukkan kelengkungan yang berupa penyimpangan geodesik

yang memungkinkan secara teoritis terbentuknya lubang hitam.

2. Melalui pendekatan komputasi, lubang hitam Schwarzschild dapat dicitrakan

berupa grafik tiga dimensi yang dapat diatur sedemikian rupa sehingga membentuk

suatu lubang hitam yang dapat diukur seberapa besar radius Schwarzschild yang

dibutuhkan suatu bintang agar menjadi sebuah lubang hitam supermasif. Namun

dalam pembentukan lubang hitam tersebut harus tetap memerhatikan

persyaratan-persyaratan dasar sebuah bintang agar menjadi sebuah lubang hitam. Grafik tiga

dimensi tersebut juga haruslah memenuhi radius Schwarzschild (R) sama dengan

dua kali ukuran kesetimbangannya yang pada tugas akhir ini disebut sebagai Mizan.

� = �� � = = × �� � �� � �

3. Secara Grafic User Interface visualisasi solusi Schwarzschild bila diintegrasikan

dengan persamaan ruang waktu minkowski dengan menggunakan piranti lunak

Wolfram Mathematica 10.2 menghasilkan pencitraan yang berupa gambaran

diagram tertanam dengan maksimal tanam sampai radius -2000 pada sumbu z dan

dengan batas visualisasi radius Schwarzschild sampai dengan 600.000 meter serta

batas Mizan sampai dengan 250.000 meter. Perilaku yang dapat diamati pada

(27)

lebih besar daripada matahari dapat ditentukan berapa besar radius

Schwarzschild-nya agar Bintang tersebut dapat menjadi Lubang Hitam.

5.2. Saran

1. Diharapkan analisis dan visualiasi lubang hitam yang akan datang lebih

memperhatikan persyaratan-persyaratan dasar agar suatu bintang dapat menjadi

sebuah lubang hitam supermasif.

2. Diharapkan penelitian yang akan datang dapat melakukan analisis mengenai siklus

kehidupan bintang dari mulai pembentukan lahirnya bintang, sampai dengan

keruntuhan bintang.

3. Diharapkan analisis dan visualisasi lubang hitam yang akan datang dapat membuat

Gambar

Gambar 4.1. V838 Monocerotis Salah satu bintang merah super raksasa
Gambar 4.2. Bintang merah raksasa
Gambar 4.4. Lubang Hitam
Gambar 4.5. Grafik yang menunjukkan bahwa temperatur berbanding dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

KASI PEMBANGUNAN DINAS PU KOTA SUKABUMI KASI PEMBANGUNAN DINAS TARLINGKIM KOTA SUKABUMI PLH.KASI PERUMAHAN DINAS CIPTA KARYA KOTA SUKABUMI. 12

Perilaku menyimpang karyawan adalah perilaku yang bertujuan untuk merugikan organisasi atau anggotanya (Golparvar et al. Data kuantitatif adalah data yang dapat

Penulis menggunakan 20 artikel berita yang terkait dengan penyelenggaraan Miss World 2013 pada Koran Sindo sebagai unit analisis, yang terdiri dari 11 berita

Pada harga pH lebih tinggi hidrolisa sebagian dari ion Cu (II) berlangsung dan reaksi denagn ion iodide adalah lambat.dalam larutan berasam tinggi oksidasi dengan katalis tembaga

[r]

Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpukan bahwa penggunaan twitter sebagai media komunikasi oleh selebritis adalah guna mempromosikan karya, melakukan survey

Komunikasi este- tik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah peristiwa komunikasi da- lam seni pertunjukan yang di dalamnya terdapat relasi nilai-nilai estetik (keindah-

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, kadar klorofil, luas daun, jumlah bunga, jumlah polong, berat biji, berat kering total tanaman, berat kering akar, kadar