BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SHOGATSU
2.1 Perayaan di Jepang
Jepang adalah negara yang memiliki banyak perayaan. Meskipun
Jepang sudah menjadi negara yang sangat maju di dunia namun Jepang tidak
pernah meninggalkan tradisi-tradisi perayaan yang ada di negaranya. Ini
merupakan menjadi suatu ciri khas masyarakat Jepang yang membuat
orang-orang yang berada di negara lain tertarik untuk mengunjungi Jepang.
Perayaan yang ada di Jepang pun terbagi menjadi dua, yaitu matsuri
dan nenchu gyoji. Matsuri (祭) adalah istilah agama yang berarti persembahan
ritual untuk kami. Matsuri berasal dari kata matsuru (祀る, menyembah,
memuja) yang berarti pemujaan terhadap Kami atau ritual yang terkait.
Dalam
(harai), persembahan, pembacaan doa (norito), dan pesta makan. Matsuri
yang paling tua yang dikenal dalam
dilakukan di depa
Matsuri diselenggarakan dengan tujuan untuk mendoakan keberhasilan
dalam hasil panen, tangkapan ikan, kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan
kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana dan sebagai ucapan
yang besar. Dalam pelaksanaan matsuri hampir selalu ada prosesi arak-arakan
atau biasa yang lebih dikenal dengan sebutan omikosi. Omikosi merupakan
nama kendaraan yang beri Kami sebagai objek pemujaan. Di Jepang terdapat
tiga matsuri terbesar yaitu Gion Matsuri, Tenjin Matsuri dan Kanda Matsuri.
Sedangkan nenchu gyoji yang secara harafiah dapat diartikan sebagai
acara atau perayaan tahunan. Nenchu atau dapat disebut juga nenju yang
berarti sepanjang tahun dan gyoji yang berarti upacara. Nenju gyoji berbeda
dengan matsuri. Jika matsuri merupakan perayaan yang berasal murni Jepang
maka nenju gyoji merupakan perayaan yang berasal dari negara lain kemudian
di adaptasi oleh Jepang dan biasanya nenju gyoji berasal dari perayaan china
dan agama buddha. Salah satu yang menjadi nenju gyoji yang ada di Jepang
adalah shogatsu.
Pada zaman sebelum memasuki sheireiki, Jepang tidak mengenal
istilah matsuri dan nenju gyoji. Pada masa itu ada istilah obon yang menjadi
hari raya besar bagi masyarakat Jepang. Obon merupakan bentuk singkat dari
istilah agama Buddha Urabon (盂蘭盆) yang hanya diambil
aksarabon (盆, nampan) ditambah awalan honorifik
huruf "O." Pada mulanya, Obon berarti meletakkan nampan berisi
barang-barang persembahan untuk para arwah. Selanjutnya, Obon berkembang
menjadi istilah bagi arwah orang meninggal (shōrō) yang diupacarakan dan
dimanjakan dengan berbagai barang persembahan. Di daerah
meninggal yang datang semasa perayaan Obon
(https://id.wikipedia.org/wiki/Obon).
Asal-usul tradisi Obon tidak diketahui secara pasti. Tradisi
memperingati arwah leluhur di
sejak sekitar abad ke-8. Sejak dulu di Jepang sudah ada tradisi
menyambut kedatangan arwah leluhur yang dipercaya datang
mengunjungi anak cucu sebanyak 2 kali setahun sewaktu
permulaan
tradisi mengenang orang yang meninggal dilakukan 2 kali, karena awal
sampai pertengahan tahun dihitung sebagai satu tahun dan pertengahan
tahun sampai akhir tahun juga dihitung sebagai satu tahun.
Di awal musim semi, arwah leluhur datang dalam bentuk Toshigami
(salah satu
perayaannya secara agama Buddha merupakanUrabon.
Jepang mulai menggunakan
sehingga perayaan Obon di berbagai daerah di Jepang bisa dilangsungkan
pada tanggal:
1. bulan ke-7 hari ke-15 menurut
3. 15 Agustus menurut kalender Greogorian mengikuti perhitungan
tsukiokure (tanggal pada kalender gregorian selalu lebih lambat satu bulan
dari kalender Tempo)
Pada tanggal pemerintah daerah
merayakan Obon pada tanggal 15 Juli menurut kalender Tempo.Sekarang ini,
orang Jepang yang merayakan Obon pada tanggal 15 Juli menurut kalender
Tempō semakin sedikit. Pada saat ini, orang Jepang umumnya merayakan
Obon pada tanggal 15 Agustus menurut kalender Gregorian.
Orang yang tinggal di daerah
Obon pada tanggal 15 Juli kalender Gregorian, termasuk mengunjungi makam
pada sebelum tanggal 15 Juli. Pengikut salah satu kuil di
merayakan Obon pada tanggal 15 Juli sehingga Obon jatuh pada tanggal 15
Juli, sedangkan pengikut kuil di
Obon tanggal 15 Agustus sehingga Obon jatuh pada tanggal 15 Agustus.
sehingga orang di seluruh Jepang menjadi ikut-ikutan merayakan Obon pada
tanggal 15 Agustus. Obon pada akhirnya bukan lagi merupakan upacara
keagamaan yang merayakan kedatangan arwah leluhur melainkan hari libur
musim panas yang dinanti-nanti banyak orang di Jepang. Sekarang Obon
lebih banyak diartikan sebagai kesempatan pulang ke kampung halaman untuk
liburan musim panas bagi orang Jepang yang tidak mengerti tradisi agama
Buddha.
Obon adalah serangkaian upacara untuk merayakan kedatangan
leluhur. Upacara ini biasa diselenggarakan pada musim panas. Masyarakat
Jepang percaya bahwa arwah para leluhur akan datang pada saat musim
panas, sehingga mereka melaksanakan acara penyambutan untuk para leluhur.
Namun dalam perayaan yang ada sekarang di Jepang tidak hanya dilakukan
pada saat musim panas tapi juga pada saat musim dingin seperti halnya
perayaan shogatsu. Walaupun hal ini sangat bertentangan dengan keyakinan
masyarakat Jepang yang mempercayai bahwa arwah leluhur datang pada saat
musim panas, masyarakat Jepang tetap menerima dan melaksanakan perayaan
shogatsu pada saat musim dingin dan mereka juga memberikan persembahan
kepada leluhur.
2.2 Shogatsu
Shogatsu adalah perayaan tahun baru yang diadakan di Jepang.
Shogatsu dirayakan pada tanggal 1 januari dan berlangsung hingga 3 januari.
Di zaman dulu,
orang Jepang merayakan tahun baru pada awal
denga
ta Jepang mulai menggunakan
Menurut Ritual and Symbols of Shogatsu dalam Syah (2007 : 2),
persiapan menjelang tahun baru di Jepang yang biasa disebut Shogatsu
shimai, dimulai dari tanggal 13 Desember. Hal yang pertama yang mereka
lakukan biasanya adalah melakukan oosoji, yaitu seluruh anggota keluarga
bersama-sama membersihkan seluruh isi rumah secara besar-besaran. Oosoji
tidak hanya di rumah, tapi juga dilakukan di sekolah, tempat kerja dan
sebagainya. Selain itu mereka menyiapkan dekorasi tradisional tahun baru
seperti, kadomatsu, shimekazari dan shimenawa. Kadomatsu yaitu hiasan dari
potongan bambu, cemara dan rangkaian beberapa tumbuhan lainnya yang
diletakan di depan pintu masuk. Ada yang meletakkannya sepasang ada juga
yang meletakkannya satu buah saja. Kadomatsu digunakan untuk menyabut
datangnya kami yang diyakini akan datang pada awal tahun untuk memberkati
seluruh keluarga. Shimenawa adalah hiasan yang terbuat dari tambang yang
dililit sehingga membentuk hiasan dan digantung di pintu masuk atau
diletakan di kamidana (altar shinto). Shimekazari terbuat dari shimenawa serta
bahan lain seperti jeruk, udang laut, dan sebagainya yang ditempel didepan
pintu. Fungsinya adalah untuk menangkal masuknya roh jahat ke dalam
rumah
Shogatsu menjadi perayaan terbesar yang ditunggu-tunggu oleh
masyarakat Jepang. Dapat dikata perayaan shogatsu sebagai hari rayanya
orang Jepang. Shogatsu juga menjadi hari libur nasional di Jepang. Pada saat
perayaan, perkantoran dan pusat pemerintahan akan tutup mulai tanggal 29
Desember hingga 3 Januari. Bank dan lembaga perbankan lainnya tutup pada
31 desember hingga tanggal 3 januari. Banyak pula perusahaan meliburkan
karyawannya hingga satu atau dua minggu. Oleh karena itu perayaan ini juga
menjadi ajang untuk berkumpul dengan sanak saudara yang ada di kampung
halaman.
Menurut Gilhooly dalam Syah (2007:1-2) mengatakan salah satu
kegiatan tahunan (nenchu gyoji) yang paling penting bagimasyarakat Jepang
adalah perayaan shogatsu, yaitu perayaan tahun baru bagi masyarakat Jepang.
Perayaanshogatsutidak hanya sehari tapi dirayakan selama tiga hingga tujuh
hari pertama bulan januari.meskipun begitu perayaan utamanya tetap terpusat
pada tanggal 1 januari. Perayaan shogatsu merupakan salah satu perayaan
yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jepang.
2.2.1 Kegiatan dalam Perayaan Shogatsu
Dalam merayakan perayaan shogatsu terdapat serangkaian kegiatan
2.2.1.1. Oosoji
Oosoji artinya adalah pembersihan secara besar-besaran. Menurut
Sudjianto (2002 : 81) pembersihan ini tidak hanya di rumah-rumah, tapi juga
dilakukan di kuil-kuil, gedung sekolah, perkantoran dan tempat-tempat
lainnya. Pembersihan ini meliputi seluruh bagian dalam bangunan hingga
daerah bagian luar seperti halaman dan perkarangan. Sedangkan kegiatan
pembersihan yang dilakukan yaitu meliputi menyapu, mengepel, serta
mengelap seisi rumah untuk menghilangkan seluruh debu dan kotoran yang
ada. Bila dilakukan dirumah, umumnya seluruh anggota keluarga ikut terlibat
dalam kegiatan ini. Oosoji dilakukan jauh-jauh hari sebelum tahun baru.
Namun ada juga keluarga yang melakukan oosoji sehari sebelum tahun baru.
Tujuan dilakukan oosoji ini adalah untuk membersihkan rumah,
perkantoran, kuil dan sekolah dari debu-debu dan kotoran yang sudah
menumpuk selama setahun penuh yang mungkin luput dari pembersihan
sehari-hari. Agar pada saat shogatsu tempat-tempat tersebut sudah suci
kembali.
Pada saat melakukan oosoji dipastikan akan banyak sampah yang
menumpuk yang merupakan hasil dari limbah rumah tangga maupun kantoran
dan tempat-tempat lainnya. Sebelum membuang sampah-sampah tersebut
masyarakat Jepang akan memilah sampah-sampah tersebut yang kemudian
meletakan sampah sesuai dengan kriteria sampah-sampah tersebut. Di Jepang
semua sampah haruslah dibuang ke tempat sampah, sampah-sampah dilarang
keras untuk dibakar. Apabila ada yang membakar sampah maka mereka akan
dikenakan sanksi. Hal ini sangat diperhatikan oleh masyarakat Jepang
dikarenakan masyarakat Jepang yang sangat menghargai alam dan mereka
sangat menjaga alam agar tidak rusak oleh perbuatan mereka.
2.2.1.2. Bonenkai
Menjelang akhir tahun di Jepang, biasanya masyarakat Jepang akan
menerima undangan untuk acara pesta akhir tahun biasa yang disebut sebagai
bonenkai. Bonenkai memiliki makna pesta untuk melupakan tahun yang lama.
Bōnenkai (忘年会) adalah
melupakan semua kesukaran dan kerja keras pada tahun itu. Pesta ini sama
sekali tidak memiliki makna
pelaksanaan, namun sudah menjadi salah satu tradisi khas Jepang
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bonenkai). Secara harifiah bonenkai berarti
melupakan. Dengan melaksanakan bonenkai berarti kita berupaya untuk
melupakan hal-hal yang buruk di tahun yang akan kita tinggalkan.
Biasanya bonenkai di adakan bersama rekan kerja, kolega, sahabat
ataupun keluarga. Inti dari acara ini adalah untuk berkumpul bersama
orang-orang terdekat untuk menjalin suatu hubungan yang akrab dan lebih baik.
dan bahkan sampai mabuk. Seperti yang kita ketahui orang Jepang termasuk
orang yang sangat kaku dan serius kalau sudah menyangkut pekerjaan.
Namun dalam acara ini orang Jepang bisa sangat santai dan saling
bercengkrama dengan lebih santai.
Salah satu ciri khas dalam acara bonenkai adalah tradisi
minum-minum. Orang Jepang sangat suka sekali minum-minum seperti alkohol dan
sake. Sebelum mulai minum tradisi orang Jepang adalah kanpai. Kanpai
dilakukan dengan cara menyentuhkan gelas kita secara bersamaan dengan
gelas teman-teman kita. Dalam acara bonenkai ada juga etika yang harus kita
lakukan apabila kita diundang. Yang pertama adalah jangan pernah
menuangkan minuman kita sendiri. Kita harus menuangkan minuman ke gelas
rekan kita, yang memiliki makna bahwa kita harus mendahulukan orang lain
terlebih dahulu. Yang kedua adalah cara kita menuangkan minuman kepada
rekan kita. Cara menuangkan minuman ke rekan kita adalh dengan cara
telapak tangan kitaharus menghadap orang yang akan kita tuangkan
minumannya. Menuang minuman dilakukan dengan dua tangan, tangan yang
satu berada didasar botol dan tangan yang satu memegang botol. Kita tidak
diperbolehkan menuangkan minuman dengan satu tangan karena hal tersebut
tidaklah sopan. Bagi orang dituangkan minuman ke gelasnya orang tersebut
haruslah mengangkat gelasnya yang berarti orang tersebut menghormati orang
2.2.1.3. Satogaeri
Shogatsu merupakan hari raya terbesar yang dirayakan oleh
masyarakat Jepang, oleh karena itu shogatsu menjadi waktu yang sangat
ditunggu para keluarga untuk berkumpul. Jika di Indonesia ada istilah mudik,
maka di Jepang ada istilah satogaeri. Sato yang berarti kampung dan gaeri
yang berasal dari kata kaeri yang berarti pulang, maka satogaeri berarti
pulang kampung.
Pada saat malam tahun baru seluruh keluarga akan berkumpul dirumah
dan menikmati makan khas tahun baru seperti ozoni. Ozoni adalah sup mochi
yang berisi kuah kaldu dan macam-macam sayuran. Pada saat tahun baru para
ibu rumah tangga akan memasak osechi ryouri. Osechi ryouri adalah makanan
yang akan dimakan pada hari pertama tahun baru sampai dengan hari ketiga
tahun baru. Osechi ryouri terdiri dari daidai, datemaki, kamaboko,kazunoko,
konbu, kuromame, kohaku namasu, tai, tazukuri, zoni, ebi dan nishiki tamago.
Semua masakan ini harus dapat bertahan lama karena para ibu rumah tangga
tidak diperbolehkan untuk memasak selama tiga hari perayaan shogatsu untuk
menhindari terkena luka bakar karena itu bisa menjadi pertanda yang buruk.
Hal ini juga bisa menjadi waktu libur bagi ibu rumah tangga untuk memasak.
Proses pembuatan osechi ryouri tidaklah mudah dan memakan waktu
yang sangat lama, sekarang ini para ibu rumah tangga lebih memilih untuk
modern serta restoran-restoran dan dimasak langsung oleh koki terkenal
disana. Meskinpun harganya yang relatif cukup mahal tetapi tidak mengurangi
minat para ibu rumah tangga untuk membelinya.
2.2.1.4. Hatsumode
Hatsumōde (初詣) adalah kunjungan pertama ke
memohon kedamaian untuk tahun yang baru
(https://id.wikipedia.org/wiki/Hatsumode).
Tradisi hatsumōde berasal
dari toshigomori atau toshikomori (年蘢り) yakni tradisi menyendiri di dalam
kuil
sepanjang malam untuk berdoa di hadapan ujigami. Tradisi menyendiri ini
dilakukan sejak
kemudian hari, toshigomori dibagi menjadi dua
bagian, joyamōde (除夜詣) yang dilakukan pada malam tahun baru,
dan ganjitsumōde (元日詣) yang dilakukan pada pagi hari pertama tahun
baru. Hatsumōde yang dikenal sekarang berasal dari tradisiganjitsumōde.
Hatsumōde sebagai tradisi Jepang yang berasal sejak
asal usul hatsumōde kemungkinan adalah
yang terletak di
tidak tinggal tatarigami (pembawa petaka). Setiap tahunnya, mata angin
keberuntungan ditentukan berdasarkaneto) untuk tahun itu. Walaupun
demikian, orang zaman sekarang sering tidak lagi berkunjung ke
kuil ujigami atau kuil berdasarkan mata angin keberuntungan, melainkan ke
kuil-kuil terkenal (https://id.wikipedia.org/wiki/Hatsumode).
Tradisi hatsumode ini sebenarnya dilakukan oleh kepercayaan shinto
yang artinya kunjungan ini hanya boleh dilakukan pada kuil shinto, namun
pada kenyataannya kuil buddha juga banyak dikunjungi oleh masyarakat
Jepang. Hatsumode dilakukan orang-orang menjelang detik-detik pergantian
tahun dimana orang-orang sudah mengantri di depan pintu masuk kuil.
Orang-orang akan menunggu pintu kuil di buka kemudian mereka akan ikut bersama
membunyikan lonceng sebanyak 108 kali, 108 pukulan ini melambangkan
dosa yang dilakukan manusia dan dengan memukul lonceng tersebut akan
menghapuskan dosa. Membunyikan lonceng ini biasa disebut dengan istilah
joya no kane.
Pada kunjungan pertama ke kuil ini orang-orang akan melakukan doa
pertama. Mereka akan mengantre untuk memberikan persembahan kecil
berupa lima yen yang dipercaya sebagai yang paling memberikan
keberuntungan, kemudian mereka akan berdoa dalam hati untuk meminta
keberuntungan di tahun berikutnya kepada dewa. Kemudian mereka juga akan
mengambil lidi atau biasa disebut omikuji untuk menerima keberuntungan
diterima seseorang dan di setiap lidi akan berisi uraian secara spesifik
seberapa beruntung atau tidak beruntungannya seseorang tersebut. Perincian
yang terdapat didalam dapat berupa keuangan, kesehatan, asmara, dan
lain-lain. Namun apabila lidi yang di ambil tidak berisi keberuntungan lidi tersebut
akan digantung di sebuah pohon yang berada di halaman kuil dengan harapan
ketidakberuntungan tersebut tidak akan terwujud, dan kemudian seseorang
tersebut akan mengambil lidi yang lain lagi untuk mendapatkan
keberuntungannya.
Hal lain yang tidak dapat dilupakan saat berada di kuil adalah membeli
jimat atau lebih dikenal dengan omamori. Omamori yang disediakan memiliki
berbagai tujuan baik diantaranya mengusir roh jahat, agar mendapat jodoh,
memperbaiki keuangan, keselamatan atas kelahiran dan masih banyak lagi.
Bentuk omamori juga beragam namun yang paling populer adalah berbentuk
amplop hiasan kecil. Omamori ini tidak boleh dibuka karena akan mengurangi
keampuhannya, dan juga tidak boleh dibuang dengan sembarangan apabila
ingin membuangnya harus dilakukan disebuah kuil untuk dibakar dalam acara
resmi.
2.2.1.5. Nengajo
Tradisi mengirimkan nengajo ini merupakan tradisi yang sangat tua,
dimulai dari periode Heian. Kebiasaan ini menjadi kebiasaan yang populer
kantor pos mulai menjual kartu pos cetakan dan jumlah nengajo tumbuh
begitu cepat sehingga pada tahun 1899 kantor pos mulai
menangani nengajo secara terpisah dari bentuk korespondensi lainnya
(https://japanesestation.com/nengajo-kartu-pos-tahun-baru-jepang/).
Sejak tahun 1950-an, muncul kartu pos nengajo yang dicetak dengan
nomor undian, dijual oleh Menteri Pos. Nengajo jenis itu masih digunakan
hingga hari ini, dengan undian yang diselenggarakan setiap tanggal 15
Januari. Nengajo dengan nomor undian itu sangat laku dan dapat terjual
hingga beberapa miliar lembar per tahunnya
(https://japanesestation.com/nengajo-kartu-pos-tahun-baru-jepang/).
Kantor pos Jepang sebagai produsen utama Nengajo memang menjadi
pihak yang paling diuntungkan dengan tradisi ini. Di tahun 2003, mereka
berhasil menjual kartu ini sebanyak 4,4 miliar yang menjadi rekor terbanyak
dalam sejarah penjualan Nengajō. Jumlah penjualan memang semakin
menurun setelah itu. Hal ini dapat dimaklumi karena perkembangan zaman
yang semakin modern. Untuk tahun 2015, ada 3,3 miliar Nengajo yang
terjual. Angka yang masih terbilang fantastis dengan peran sms, chat, dan
email sudah semakin besar di masyarakat sekarang
(http://the-dailyjapan.com/tradisi-mengirimkan-nengajo-masih-tetap-terjaga-di-jepang/).
Salah satu cara kantor pos mempertahan tradisi ini adalah dengan
akan diundi, bagi nomor yang beruntung akan mendapatkan hadiah sebesar
10.000 yen serta produk lain berupa perangko edisi terbatas. Orang Jepang
akan memulai mengirim nengajo ke kantor pos dimulai dari awal Desember
namun pihak kantor pos akan tetap menahan nengajo tersebut sampai tanggal
31 Desember, kemudian tepat di tanggal 1 Januari nengajo akan dikirim
keseluruh rumah orang di Jepang. Hal ini juga menjadi suatu kesempatan bagi
orang-orang yang ingin mendapat penghasilan tambahan di tahun baru karena
kantor pos akan membuka kerja paruh waktu besar-besaran agar nengajo
dapat sampai tepat waktu.
Walaupun sekarang zaman dimana teknologi sudah maju, tradisi
nengajo masih tetap terjaga di karena perusahan dan para orang tua lebih
menyukai mengirim nengajo melalui kantor pos dibanding dengan