• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Seks dianggap suatu hal yang tidak lagi tabu untuk dibicarakan pada zaman kini, hampir semua kalangan mengetahui tentang seks dengan perkembangan teknologi dan akses informasi yang cepat berkembang pada saat ini baik kalangan anak-anak, remaja, dewasa bahkan para birokrat. Terutama remaja masa kini mereka tahu tentang seks tapi mayoritas remaja hanya sebatas tahu tentang seks, namun tidak memahami apa seks dan aktivitas seks itu sebenarnya. Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia.

Perbedaan antara aktivitas seks dan hubungan seks mungkin mereka juga tidak mengerti. Perlu diketahui berpelukan dan berciuman dengan pasangan saat ini sudah termasuk aktivitas seks. Untuk itu alangkah pentingnya pendidikan tentang seks dini agar memahami sisi positif dan negatif yang ditimbulkan oleh seks tersebut. Seks bebas telah menjadi tradisi di kalangan remaja, dimana masa remaja seseorang berada dalam kondisi pubertas aktif yang mana segala sesuatu baginya ingin diketahuinya, oleh karena itu pada masa remaja seorang anak perlu sekali mendapat bimbingan moral maupun spiritual. Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh. Pada masa ini mereka sangat rentan dalam hal yang dapat mempengaruhi perilaku baik ataupun buruk. Contoh perilaku buruk yang dapat menghinggapi jiwa seorang remaja adalah keinginan untuk mencoba merasakan minuman keras, narkoba bahkan berhubungan seks.

(2)

menikah. Nilai-nilai dalam teman-teman sepermainan (peer group) yang menganggap seks bebas merupakan hal yang wajar, maka nilai-nilai tersebut juga akan menjadi nilai-nilai yang dianut dalam diri para remaja itu di karenakan selama ini pendidikan seks dianggap tabu, karena asumsi yang beredar dikalangan publik adalah bahwa pendidikan seks sama dengan sosialisasi aktivitas seks dan identitas seks. Padahal sesungguhnya apabila para remaja mengetahui apa esensi atau pentingnya sebuah pendidikan seks yang mancakup tentang pengetahuan genital, pemahaman mengenai organ-organ tubuh mana yang boleh dilihat atau tidak, bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi, dan sejauh mana batasan-batasan bergaul dengan teman lawan jenis, serta resiko apa yang mungkin dapat terjadi apabila melak ukan seks bebas, maka para remaja tidak akan berani mencoba melaksanakan seks bebas. Sebagai orang timur dahulunya sangat menjaga tata krama dalam bergaul namun dengan masuknya budaya yang tanpa batas tata krama dan kesopanan membuat masyarakat dan remaja terpengaruh sehingga tanpa kita sadari tidak ada lagi batas antara kesopanan dan kebebasan. Hal tersebutlah yang mendorong remaja untuk berbuat dan bertingkah laku layaknya kebudayaan-kebudayaan asing khususnya kebudayaan barat. Alangkah menyedihkan saat ini diketahui bahwa banyak remaja-remaja kita yang terpengaruh dari budaya orang tersebut. Permasalahan remaja saat ini merupakan persoalan yang sangat serius. Jika permasalahan remaja yang ada di negeri ini tidak dikurangi dan diselesaikan dengan cepat maka dapat menyebabkan hancurnya tatanan bangsa di masa depan.

(3)

fase seperti anal, falik dan genital. Khususnya remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga dewasa atau tua. masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena ia belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Tapi justru pada masa inilah butuh perhatian khusus karena remaja sedang berada pada proses pencarian jati diri. Ibarat tubuh,

masyarakat terkadang juga bisa „sakit‟. Seks bebas di kalangan generasi muda kian marak

terjadi dan menjadi pembicaraan hangat. Mengurai ketimpangan tersebut, ada beberapa faktor yang menjadi akar penyebab dari seks bebas itu. Seperti pengaruh dari media massa, pengaruh budaya barat, kurangnya pendidikan agama dan juga pengabaian dalam keluarga yang kemudian dijadikan sebagai sebuah cerminan. Hal itu menunjukkan bahwa selama ini banyak remaja hanya bisa berkaca pada „cermin‟ yang retak (http://www.Serambi Indonesia, diakses Sabtu 9 Maret 2013 14:23 WIB)

Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2002-2003 dinyatakan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun, saat itu masih pada angka 34,7% untuk remaja putri dan 30,9% untuk remaja putra. Sedangkan temuan terakhir sudah menunjukkan peningkatan sampai menyentuh 93.7% (Seputar Indonesia, 24/2/2012)

Aceh sebagai daerah serambi mekkah ternyata memiliki permasalahan seks bebas pad a remaja, seperti yang di sampaikan dalam surat khabar Serambi. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Aceh, Tengku Anwar Yusuf Ajad menyatakan, saat ini generasi muda Aceh banyak yang terlibat seks bebas (free sex) dan fenomena ini sudah

sangat serius, sehingga perlu segera ditangani. “Sebenarnya masalah ini sudah ada sejak

(4)

Aceh akan benar-benar hilang dalam kesesatan (http://www.Serambi Indonesia, diakses Sabtu 9 Maret 2013 14:23 WIB)

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkesprov) Aceh pada tahun 2012, Kota Lhokseumawe menduduki peringkat pertama terbanyak pelaku seks pranikah di kalangan pelajar sekitar 70%, menyusul Banda Aceh sebanyak 50%. Sedangkan Aceh Tengah berdasarkan data yang dihimpun dari Polres Aceh Tengah sebanyak 9 kasus seks bebas ditemukan, tahun 2010 meningkat menjadi 10 kasus. Temuan berdasarkan survei atau penelitian semacam ini bukanlah merupakan berita yang menggembirakan. Tapi itulah kenyataan mengemuka yang hadir dalam kehidupan masyarakat Aceh. Lunturnya budaya malu dalam diri remaja lebih banyak disebabkan keinginan mereka untuk mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa mereka eksis dan pantas untuk dianggap bagian dari masyarakat tersebut. Ini menyebabkan pergeseran nilai-nilai ketimuran yang dianut, termasuk dalam masalah seks di usia remaja (Serambi Indonesia, Sabtu, 9 Maret 2013 14:23 WIB)

(5)

inilah yang menjadi salah satu landasan hukum sebagian besar kesultanan yang ada di Asia Tenggara dalam menerapkan Syari‟at Islam diwilayahnya masing-masing

(http://www.acehforum.or.id, diakses tanggal 17 Mei 2014 Pukul 21.35 WIB).

Munculnya Era Reformasi menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru pada tahun 1998 telah melahirkan kebebasan masyarakat dalam mengekspresikan pendapat termasuk dalam hal tuntutan umat Islam di Aceh untuk melaksanakan Syari‟at Islam sebagai hukum positif atau di integrasikan dengan hukum nasional,sampai pada perkembangannya sejarah penerapa

n Syari‟at Islam di Aceh, dilembagakan melalui dukungan yaitu Undang-Undang Nomor 44

tahun 1999 tentang keistimewaan Aceh yang meliputi agama, adat, pendidikan dan juga peran ulama. Disahkan pula Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dimana Aceh diberikan Peradilan Syari‟at Islamyang akan dijalankan oleh Mahkamah Syari‟ah yang kewenangannya ditetapkan oleh Qanun. Setelah itu juga muncul Undang-Undang yang mengakomodir keinginan masyarakat Aceh untuk menerapkan Syari‟at Islam kembali seperti Undang-Undang kekuasaan kehakiman Nomor 4 tahun 2004 yang memberikan peluang

untuk dibentuknya Mahkamah Syari‟ah di Aceh, dan yang terakhir adalah Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh yang dibuat berdasarkan butir-butir perjanjian damai antara pemerintah Republik Indonesia dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Helsinki Finlandian.

(6)

Wilayatul Hisbah (WH) bukan institusi baru yang diperkenalkan di Aceh. Di masa kesultanan Iskandar Muda, Wilayatul Hisbah sudah ada namun pada saat itu tidak dibentuk sebuah lembaga khusus untuk melaksanakan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (menyuruh orang berbuat kebaikan dan mencegah orang melakukan perbuatan buruk). Oleh karna itu perannya sudah memadai yang dilakukan oleh para Ulama, Imam Gampong, Geucik dan para orang tua yang disegani, dibarengi pula oleh rakyat Aceh yang memiliki kesadaran religious yang tingg i, sehingga keberadaan sebuah institusi pemerintahan yang tugasnya memantau pelaksanaan

Syari‟at Islam belum dirasa perlu. Setiap individu dengan kesadaran masing-masing menjadi

muhtasib (petugas Wilayatul Hisbah), menegur dan mengingatkan saudaranya sekiranya mere ka melakukan perkara yang bertentangan dengan Syari‟at dan selalu mengajak saudaranya melakukan perbuatan Ma‟ruf yang dianjurkan Syari‟at Islam.

Wilayatul Hisbah adalah lembaga resmi pemerintah yang diberi kewenangan untuk menyelesaikan masalah pelanggaran ringan yang berorientasi pada suatu tugas keagamaan, Dengan misi untuk melakukan Amar ma‟ruf nahi Munkar, menyuruh orang berbuat kebaikan

dan mencegah orang melakukan perbuatan buruk. Tugas ini merupakan suatu kewajiban Fardu yang harus dilaksanakan oleh pemerintah yang berkuasa. Orang yang diangkat menjadi petugas al-hisbah bukan dari kalangan yang mudah disuap dengan menghalalkan segala cara (Rosyadi, 2006: 60-61)

(7)

menentukan bahwa WH sebagai lembaga pembantu tugas kepolisian yang bertugas membina, melakukan advokasi dan pengawasan pelaksanaan Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar dan bertugas sebagai polisi khusus.

Secara formal aplikasi Syari‟at Islam di Aceh telah didukung oleh Undang-Undang dan Qanun-Qanun yang bersifat publik. Ada 4 Qanun yang diterapkan kepada masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Syaria‟at Islam, yaitu Qanun nomor 11 Tahun 2002 tentang pelaksanaan Syari‟at Islam bidang Akidah, Ibadah dan Syi‟ar Islam, Qanun nomor 12 Tahun 2003 tentang minuman Qhamar (minuman keras), Qanun nomor 13 Tahun 2003 tentang Maisir (perjudian) dan Qanun nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum dan pergaulan bebas).

Qanun dalam Bahasa Arab kata kerjanya Qanna yang berarti membuat hukum (to make law to legislate). Kemudian Qanun berarti hukum (law), peraturan (rule atau

regulation), Undang-Undang (statute atau code) (Rosyadi, 2006: 170). Beroperasinya

Peradilan Syari‟ah maka perbuatan-perbuatan yang melanggar Syari‟at Islam seperti judi

(Maisir), minuman Keras (Khamar) dan perbuatan Mesum atau zina atau seks bebas yang sudah ada Qanunnya, tindakan hukum atas pelanggaran tersebut sudah dilaksanakan melalui proses pengadilan di seluruh Aceh dengan hukum islam yaitu hukuman Cambuk dan tidak lagi berdasarkan Hukum Pidana (Nabhani, 2011: 6).

Adanya peranan Qanun-Qanun di atas diharapkan dapat merubah prilaku masyarakat secara luas di Aceh sehingga dapat mengarah sesuai dengan Syari‟at Islam kembali, oleh

karena itu diperlukan dukungan, partisipasi dan saling mebenahi diri dari masyarakat luas agar terwujudnya peranan Syari‟at Islam yang Kaffah. Maka untuk penerapan Syari‟at Islam

(8)

Didalam Syari‟at Islam perbuatan seks bebas merupakan perbuatan yang tercela dan terlarang, maka daripada itu di dalam Syari‟at Islam di Aceh di bawah institusi Wilayatul

Hisbah seks bebas dimasukkan dalam Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum) yang di harapkan Wilayatul Hisbah dapat membenahi nilai-nilai dan moral di kalangan remaja. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan mesun tersebut di kalangan remaja.

Adapun beberapa program Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas dikalangan remaja sesuai Qanun no 14 tahun 2003 adalah:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum atau seks bebas).

b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum atau seks bebas). Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada keuchik atau Kepala Gampong dan keluarga pelaku

c. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum atau seks bebas) kepada penyidik

(9)

memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin penggunaan suatu tempat atau sarana terhadap Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum atau seks bebas) (Dinas Syari‟at Islam Kota Langsa).

Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum atau seks bebas) melalui proses jalan panjang, diawali dari proses pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat, razia dan berbagai usaha lainnya, pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna pembuatan BAP untuk diserahkan kepada kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke Mahkamah Syari‟at untuk diproses di pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan dari pengadilan seperti:

a. Pelaku mesum atau seks bebas akan diberikan sanksi 3 – 9 kali hukuman cambuk atau denda 2,5 – 10 juta

b. Penyedia fasilitas atau yang melindungi orang yang melakukan mesum/seks bebas diberikan sanksi Kurungan 2 – 6 bulan atau denda 5 – 15 juta (Dinas Syari‟at Islam Kota Takengon).

Pemerintah telah mengerahkan instansi terkait seperti Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), Majelis Adat Aceh (MAA), Majelis Pendidikan Daerah (MPD), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan (BP3A), Wilayatul Hisbah (WH), Dinas Syariat Aceh dan tentu saja pihak kepolisian. Namun pada saat ini yang masih sering beroperasi dengan menggelar razia adalah Willayatul Hisbah. Aceh yang mayoritas penganutnya beragama Islam, mengerahkan Willayatul Hisbah demi meminimalisir terjadinya kasus khalwat dan mesum dalam ruang lingkup masyarakat. Banyak dari masyarakat Aceh yang menyetujui adanya Willayatul Hisbah, namun saat ini hanya terlihat sesekali saja dan hanya

memberikan ceramah singkat “jangan berdua-duaan di tempat yang sepi” bagi pelaku, jika

(10)

Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD adalah salah satu wilayah tempat beroprasinya Institusi Wilayatul Hisbah yang termasuk dalam penerapan Qanun Nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum atau seks bebas). Sejauh ini yang dilakukan WH di Kemili dalam peranan WH dalam pengawasan adalah melakukan razia di tempat terduga atau tepat terjadinya pelanggaran Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang khalwat (mesum atau seks bebas), patroli di malam hari dan didaerah rawan pelanggaran Qanun tersebut seperti perumahan kontrak mahasiswa, penggerebekan dan lain-lain. Peranan Wilayatul Hisbah dalam pembinaan yang dilakukan di Desa Kemili adalah sosialisasi, dialog interaktif, ceramah, mengenai Syari‟at Islam khususnya tentang Qanun

Nomor 14 Tahun 2003 tentang khalwat (mesum atau seks bebas). Peranan Wilayatul Hisbah dalam pemberian sanksi di Desa Kemili adalah pelaksanaan hukuman cambuk, diarak keliling kampung serta dinikahkan dan lain-lain.

Bagi masyarakat Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon, Wilayatul Hisbah sangat diharapkan kehadirannya sebagi Institusi yang sah. Namun dalam penerapan Syari‟at

(11)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang penting, karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian itu diarahkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dilatar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut bagaimana Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD?”.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas Di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota Takengon NAD. 1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka :

a. Bagi penulis, dapat mempertajam kemampuan menulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasa kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan menganalisis permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, khususnya permasalahan seks bebas.

b. Bagi fakultas, dapat memberikan sumbangan yang positif dalam rangka pengembangan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan mengenai Permasalahan seks bebas yang dikembangkan oleh Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial khususnya serta dapat bermanfaat

(12)

d. Memberikan masukan kepustakaan serta menjadi sumber masukan kepada instasi terkait.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam Skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam 6 (enam) bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain, dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

(13)

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 2 diketahui bahwa di antara keempat jenis madu, madu kaliandra dan klengkeng mempunyai komponen fenolat total paling rendah, madu rambutan sedang, dan madu

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dipahami bahwa Inokulasi adalah kegiatan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan

Yang melatar belakangi penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana responsiveness, personal selling dan kualitas produk mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan pada

Baik buruknya kinerja yang dihasilkan oleh guru sangat ditentukan oleh baik buruknya pelaksanaan gaya kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh seorang kepala

Dalam skripsi ini dibahas faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual pada wanita perimenopause yang mengalami perubahan baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikologis

Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, maka dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan Value Stream Mapping untuk mengidentifikasi adanya waste dalam proses

Seleksi Mandiri Universitas Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 2Lluli20L3. Yogyakarta ,2L

Furthermore, Richards and Lockhart (1994) explain there are several reasons why questions are so commonly used in teaching; they stimulate and maintain students’