• Tidak ada hasil yang ditemukan

Erica Eka Putri, Syahril Bardin, Herliani Program Studi Pendidkan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Erica Eka Putri, Syahril Bardin, Herliani Program Studi Pendidkan Biologi FKIP Universitas Mulawarman"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran

Structured Dyadic Methods

(SDM) dengan Model Pembelajaran

The Power of Two

Terhadap Hasil

Belajar Kognitif IPA

Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda

Tahun Pembelajaran

2016/2017

Erica Eka Putri, Syahril Bardin, Herliani

Program Studi Pendidkan Biologi FKIP Universitas Mulawarman Email: erikaeka32@yahoo.com

Abstrak

Pembelajaran IPA yang diterapkan di kelas VII SMP Negeri 38 Samarinda secara umum masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Proses pembelajaran ini belum dapat membuat siswa aktif untuk memahami konsep yang sedang dipelajari, sehingga berdampak pada hasil belajar yang rendah. Pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam memperoleh pengetahuan dan dapat berdampak pada hasil belajar kognitif yang baik adalah Structured Dyadic Methods (SDM) dan The Power of Two. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif IPA Biologi menggunakan model pembelajaran yaitu model pembelajaran SDM dan The Power of Two pada siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII-A dengan jumlah sampel 28 siswa menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan kelas VIII-B dengan jumlah sampel 28 siswa menggunakan model pembelajaran The Power of Two. Penelitian ini merupakan penelitian quasi ekperimen. Data hasil belajar diperoleh memalui instrumen berupa soal pretest dan posttest. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji t. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif, yaitu kelas VIII-A setelah diterapkan model pembelajaran SDM yaitu 77,50 dan VIII-B dengan model pembelajaran The Power of Two

sebesar 70,25. Hasil analisis yang dilakukan dengan rumus uji-t diperoleh bahwa rata-rata thitung adalah 2,535 dan ttabel adalah 2,005. thitung lebih besar dari ttabel (2,535>2,005), berarti terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran SDM dengan kelas yang model pembelajaran The Power of Two. Kelas yang menggunakan model pembelajaran SDM lebih unggul dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran The Power of Two. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan adalah guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran SDM dan The Power of Two

agar siswa tidak cepat merasa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran dan lebih tertarik dengan materi Biologi yang disampaikan, sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat. Kata kunci : hasil belajar kognitif, model pembelajaran SDM, The Power of Two

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2012).

Sektor pendidikan harus mendapatkan perhatian yang serius, karena Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-4 mengamanatkan harus mencerdaskan kehidupan bangsa GBHN (1993), menggariskan harus meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pada peningkatan mutu pendidikan tentu tak lepas dari peran guru. Guru merupakan pemeran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan, dimana guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaruan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan

(2)

kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, dimana guru sebagai pihak mengajar hendaknya dapat memperhatikan faktor-faktor dalam lingkungan proses pembelajaran, keadaan siswa, sarana dan prasarana media pendidikan serta guru harus menyadari bahwa masing-masing siswa berbeda minat, bakat, cara belajar, kebutuhan, kesenangan dan juga berbeda kemampuan berpikirnya.

Pendidikan bukan hanya berfungsi untuk mengawetkan kebudayaan masa lalu, akan tetapi juga untuk mempersiapkan siswa agar kelak dapat hidup menyesuaikan dengan tuntutan zaman (Sanjaya, Wina 2010). Selanjutnya, menurut Slameto (2010), pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup seorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan seseorang akan terhindar dari kebodohan dan kemiskinan, karena dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya melalui proses pendidikan ia mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

Saat ini kualitas pendidikan yang dipermasalahkan adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang semakin menurun, dengan kurangnya motivasi belajar siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan sebagai mana mestinya. Hasil belajar berperan penting dalam proses pembelajaran utamanya sebagai tolak ukur dari keberhasilan belajar siswa.

Mata pelajaran IPA Biologi adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk sulit dan tidak disukai oleh siswa. Selain itu biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang kompleks dimana mencakup seluruh aspek kehidupan di bumi baik tumbuhan, maupun hewan sehingga membuat mata pelajaran ini dipandang sulit oleh siswa.

Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru hendaknya memilih dan menggunakan metode dan strategi yang melibatkan siswa aktif belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Sehingga, siswa akan lebih memahami proses pembelajaran tersebut.

Di abad ke-21 peran guru menjadi semakin berat, dimana guru harus mampu mengantarkan peserta didik agar menjadi pribadi yang unggul yang mampu bertahan dan bersaing. Hanya dengan guru yang profesional pendidikan dapat ditingkatkan mutunya, dan dengan pelaksanaan pendidikan yang bermutu akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (Isjoni, 2009).

Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pembelajaran di abad ke-21 ini maka digunakan pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Dalam hal ini guru harus memperhatikan bahwa pembelajaran kooperatif sifatnya

(student centered) berpusat sepenuhnya pada siswa dan guru hanya berperan sebagai

fasilitator dalam rangka mewujudkan keterampilan pembelajaran abad 21 (Isjoni, 2009).

Pembelajaran kooperatif yang digunakan di pembelajaran abad 21 lebih menekankan adanya partisipasi siswa dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator. Guru menuntun siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan untuk merealisasikannya adalah model pembelajaran Structured

(3)

Berdasarkan hasil observasi dengan pemberian angket di 5 sekolah yaitu SMPN 10 Samarinda, SMPN 17 Samarinda, SMPN 24 Samarinda, SMPN 17 Agustus 1945 Samarinda, dan SMPN 38 Samarinda. Diperoleh informasi dari hasil wawancara dan pemberian angket terhadap guru IPA di SMPN 10 Samarinda yaitu Ibu Yuli Rahmawati, beliau mengatakan masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan, namun pernah menerapkan model pembelajaran STAD dan inkuiri. Serta guru tersebut melaksanakan pembelajaran menyesuaikan dengan keadaan kelas dan materi ajarnya.

Hasil wawancara dan pemberian angket terhadap guru IPA di SMPN 17 Samarinda yaitu Ibu Maria Sophia, beliau mengatakan masih menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dengan metode ceramah, serta guru belum mengenal model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan model pembelajaran The Power Of Two sehingga belum menerapkannya saat pembelajaran.

Hasil wawancara dan pemberian angket terhadap guru di SMPN 24 Samarinda yaitu Ibu Jumiatun Windi Astuti, beliau mengatakan masih menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dimana siswa hanya mendengar penjelasan materi tanpa adanya interaksi yang aktif dalam pembelajaran. Guru hanya menerapkan beberapa model pembelajaran kooperatif seperti STAD dan TPS, sedagkan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan model pembelajaran The Power Of Two belum pernah diterapkan.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMPN 17 Agustus 1945 Samarinda dengan melakukan wawancara terhadap salah satu guru IPA, beliau mengatakan hanya beberapa menerapkan model pembelajaran kooperatif, dan lebih sering menggunakan pembelajaran konvensioanal dan guru tersebut juga menyesuaikan dengan materi ajarnya.

Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMPN 38 Samarinda dengan melakukan wawancara terhadap guru IPA yaitu Ibu Yasriani, beliau mengatakan perhatian siswa kelas dalam pembelajaran secara umum relatif rendah. Hal ini dikarenakan kurang adanya interaksi yang aktif selama pembelajaran karena dari yang penulis amati pembelajaran yang sering di terapkan sekolah ini adalah metode ceramah, masih banyak kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran di kelas terhadap peserta didik, karena jumlah siswa terlalu banyak, dan proses pembelajaran dimulai pada siang hari, sehingga siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru, kurangnya waktu dalam proses belajar mengajar, serta siswa lebih sering bermain-main disaat proses belajar berlangsung, hal ini dapat mempengaruhi kurangnya pemahaman materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dan kurang memuaskannya ketuntasan hasil belajar siswa.

Guru sebagai salah satu komponen utama dalam pembelajaran diharapkan mampu memilih dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta mengaktifkan siswa untuk berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Proses belajar mengajar (PBM) perlu menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang artinya PBM memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara, dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial peserta didik. PBM perlu mendorong peserta didik untuk mengembangkan bakat dan potensinya secara optimal. Untuk itu penulis mencoba pendekatan belajar yang berpusat pada siswa (student center) atau

(4)

siswa mendapat porsi lebih banyak dari guru. Salah satu metode belajar yang dapat melibatkan siswa dalam PBM adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Menurut Huda (2013), pada prinsipnya model Structured Dyadic Methods

(SDM) merupakan model pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran. Model Structured Dyadic

Methods (SDM) melibatkan kelompok beranggotakan sekitar empat sampai enam

orang siswa yang memiliki kebebasan tertentu dalam menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama, ada pula beberapa model yang melibatkan hanya 2 anggota saja dalam satu kelompok (berpasangan). Siswa diberi kesempatan untuk saling mengajarkan pembelajaran materi berpasangan. Dimana siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks, dapat menjadi sangat efektif dalam meningkatkan pembelajaran siswa.

Beberapa penelitian mengatakan bahwa model pembelajaran Structured

Dyadic Methods (SDM) merupakan model pembelajaran yang efektif dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Canto (2015), hasil belajar siswa denga menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) lebih meningkat dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Menurut Wiranata (2014), kegiatan pembelajaran dengan penerapan model Structured Dyadic Methods

(SDM), lebih efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar Kimia pada siswa kelas XII SMA Negeri 5 Kota Bengkulu. Menurut Permadani (2012), terdapat peningkatan kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model

Structured Dyadic Methods (SDM).

Model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama, serta belajar bagaimana proses pembelajaran bisa terstruktur dengan baik. Berdasarkan kajian tersebut model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) membuat siswa secara langsung mampu memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya serta membuat kesimpulan (diskusi) (Canto, 2015).

Pada model The Power Of Two yaitu model pembelajaran yang hanya beranggotakan dua orang dalam setiap kelompoknya dengan proses berbagi pendapat dilakukan dengan membandingkan jawaban antar kelompok pasangan lain dan tidak berbagi kepada seluruh kelas. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe The Power Of Two, maka diskusi dalam kelompok akan lebih maksimal, karena dua siswa dalam satu kelompok tidak akan ada yang merasa terabaikan.

Menurut Rahayu (2011), penerapan model pembelajaran The Power Of Two, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Menurut Maharani (2012), model The Power Of Two mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa yaitu dengan peningkatan nilai yang signifikan. Menurut Susiyati (2012), penggunaan model pembelajaran The Power Of Two dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa berdikusi dengan pasangan dan terlibat aktif.

Model pembelajaran The Power Of Two dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pembelajaran aktif, karena untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu

(5)

pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Resti, 2012).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang “Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dengan Model Pembelajaran The Power Of Two Terhadap Hasil Belajar Kognitif IPA Biologi Siswa kelas VIII SMP Negeri

38 Samarinda Tahun Pembelajaran 2016/2017”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bersifat eksperimen semu

(quasi experiment) yang dilakukan dengan cara membandingkan persamaan atau

perbedaan dimana 2 kelompok sampel diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda dan variabel terikat selanjutnya diukur agar dapat diketahui adanya perbedaan dari perlakuan tersebut. Penelitian dirancang dengan menggunakan quasi eksperimen model Pretest-Postest Group Design. Jenis rancangan ini biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompok.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2016. Tempat penelitian adalah SMPN 38 Samarinda yang beralamat di Jalan Jakarta Loa Bakung Samarinda tahun pembelajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Structured Dyadic Methods

(SDM) dan model pembelajaran The Power Of Two. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda tahun pembelajaran 2016/2017. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan pertimbangan kemampuan siswa yang hampir sama dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar. Sampel pada penelitian ini adalah didasarkan dari rata-rata nilai ulangan IPA. Dari hasil nilai ulangan tersebut diperoleh nilai rata-rata dari masing-masing kelas. Selanjutnya akan diambil dua kelas yang nilai rata-ratanya tidak jauh berbeda. Sehingga diperoleh 28 pasang siswa yang diambil dari dua kelas sebagai sampel yang mempunyai nilai berpasangan yang tidak berbeda secara signifikan, yaitu kelas VIII-A dan VIII-B, dimana kelas pertama siswa menggunakan model pembelajaran Structured

Dyadic Methods (SDM) dan kelas kedua menggunakan model pembelajaran The

Power Of Two.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan tes yang terdiri atas pretest

dan postest untuk memperoleh data hasilbelajar siswa.

Data yang diperoleh dari hasil penelitan merupakan data mentah yang belum memiliki makna sehingga harus diolah terlebih dahulu. Data yang diperoleh melalui penelitian ini merupakan data kuantitatif maka pengolahannya melalui teknik statistik. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji t, uji ini dilakukan terharap dua sampel yang bebas dan saling berkorelasi. Tujuan dilakukan uji ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari kedua perlakuan pada variabel bebas yaitu model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan model pembelajaran The Power Of Two, dengan variabel terikat hasil belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 38

(6)

Samarinda. Setelah data terkumpul, digunakan analisis uji t. sebelum melakukan anaisis uji t, perlu diketahui homogenitas dari kedua varian dengan menggunakan uji F. Pengujian untuk menyatakan bahwa dua kelompok populasi homogen adalah dengan uji F (Fisher Test), dengan asumsi populasi berdistribusi normal, dengan simpangan baku σ1 dan σ2.

Kemudian dihitung derajat kebebasan dengan rumus n – 1, dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Dengan criteria pengujian sebagai berikut:

Jika Fhitung ≥ Ftabel, berarti tidak homogen dan

Jika Fhitung ≤ Ftabel, berarti homogen dan

Bila kedua varian sampel homogen maka digunakan rumus uji t:

Untuk mencari simpangan baku, digunakan rumus berikut,

Keterangan :

X1 = nilai sampel pertama (rata-rata dari nilai akhir kelas pembelajaran Structured

Dyadic Methods (SDM)

X2 = nilai sampel kedua (rata-rata dari nilai akhir kelas pembelajaran The Power

Of Two)

S = simpangan baku gabungan

S1 = simpangan baku kelas pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) S2 = simpangan baku kelas pembelajaran The Power Of Two

= jumlah sampel kelas pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) = jumlah sampel kelas pembelajaran The Power Of Two

Berdasarkan cara untuk menguji kebenaran/kepalsuan kedua hipotesis tersebut di atas dengan membandingkan besarnya t hasil perhitungan (to) dan t yang tercantum

pada Tabel Nilai “t”, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedom atau

derajat kebebasan dengan rumus df atau db = (N1 + N2) – 2 (Sudijono, 2010).

Menurut Sudijono (2010), dengan diperolehnya df atau db itu, maka dapat dicari harga t table pada taraf signifikan 5% Tu 1% dan

1. Jika to ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan

penerapan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dengan model pembelajaran The Power Of Two terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda tahun pembelajaran 2016/2017.

2. Jika to ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan

penerapan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dengan model pembelajaran The Power Of Two terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda tahun pembelajaran 2016/2017.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah dilaksanakan di kelas (VIII-A) dengan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM),data yang diperoleh

(7)

dari hasil pretest yakni untuk jumlah nilainya yaitu 905 dan nilai rata-rata 32,32. Dan data yang diperoleh dari hasil posttest untuk jumlah nilainya yakni 2170 dan nilai rata-rata 77,50.

Berdasarkan hasil pretest dan posttest yang telah dilaksanakan di kelas (VIII-B) dengan model pembelajaran The Power Of Two,data yang diperoleh dari hasil pretest

yakni untuk jumlah nilainya yaitu 899 dan nilai rata-rata 32,11. Dan data yang diperoleh dari hasil posttest untuk jumlah nilainya yakni 1967 dan nilai rata-rata 70,25.

a. Uji Asumsi 1) Uji Normalitas

Terkait dengan perbandingan rekapitulasi data sebelum dan sesudah dilakukan penelitian pada uji normalitas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi data Uji Normalitas Mengunakan Chi-Kuadrat Data Nilai Uji Normalitas Sebelum

Perlakuan (Pretest)

Data Nilai Uji Normalitas Hasil Belajar

(Posttest)

Chi-Kuadrat Hitung 0,072 Chi-Kuadrat Hitung 2,561 Chi-Kuadrat Tabel 40,113 Chi-Kuadrat Tabel 40,113

Pada Tabel 1, dari hasil analisis uji normalitas dengan menggunakan Chi-Kuadrat dapat dilihat bahwa (Chi-Chi-Kuadrat hitung < Chi-Chi-Kuadrat tabel) yang dilihat pada taraf signifikan 5% yaitu (0,072 < 40,113) sebelum di berikan perlakuan (Pretest), dan (2,561 < 40,113) setelah diberikan perlakuan (Posttest), karena harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari Chi-Kuadrat tabel maka data tersebut berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas

Hasil dari uji homogenitas yang didapat pada penelitian di kelas VIII-A dengan VIII-B dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi data sebelum perlakuan (pretest)

Analisis Data

Sebelum Perlakuan VIII-A

Model SDM

VIII-B

Model The Power Of Two

Nilai Rata-rata 32,32 32,11 Varians 164,15 182,03 Uji Hipotesis F Hitung 1,11 F Tabel 1,92 Kesimpulan Homogen

Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai F tabel dengan nilai dk pembilang = n-1= 28-1= 27, dk penyebut = n-1= 28-1= 27, dengan taraf signifikan 5%, maka harga F tabel = 1,92. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari F tabel (1,11<1,92). Dengan demikian sampel tersebut memiliki tingkat kemampuan kognitif yang sama (homogen). Tabel 3. Rekapitulasi data setelah perlakuan (posttest)

Analisis Data

Setelah Perlakuan VIII-A

Model SDM

VIII-B

Model The Power Of Two

Nilai Rata-rata 77,50 70,25 Varians 118,11 219,75 Uji Hipotesis F Hitung 1,86 F Tabel 1,92 Kesimpulan Homogen

(8)

Berdasarkan tabel 3, diperoleh nilai F tabel dengan nilai dk pembilang = n-1= 28-1= 27, dk penyebut = n-1= 28-1= 27 , dengan taraf signifikan 5%, maka harga F tabel = 1,92. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari F tabel (1,86<1,92). Dengan demikian sampel tersebut memiliki tingkat kemampuan kognitif yang sama (homogen). b. Analisis Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisis data. Setelah dilakukan uji asumsi menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa data dari kedua sampel yaitu kelas VIII-A dengan menggunakan model Structured Dyadic Metods (SDM) dan VIII-B menggunakan model

The Power Of Two. Terkait dengan perbandingan rekapitulasi data sebelum dan

sesudah dilakukan penelitian pada uji t dapat dilihat pada tabel 4 dan 5 sebagai berikut :

Tabel 4. Rekapitulasi data sebelum perlakuan (pretest) Analisis Data

Sebelum Perlakuan VIII-A

Model SDM

VIII-B

Model The Power Of Two

Nilai Rata-rata 32,32 32,11

Varians 164,15 182,03

Uji Hipotesis

T Hitung 0,404

T Tabel 2,005

Kesimpulan Tidak signifikan

Hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji t yang terdapat pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa (thitung < ttabel) pada taraf signifikan 5% dengan dk = n2 + n1 – 2 = 28 + 28

– 2 = 54, sebelum di berikan perlakuan (Pretest) yaitu (0,404 < 2,005), karena harga thitung lebih kecil dari ttabel dapat disimpulkan bahwa diantara dua kelas tidak ada

perbedaan kemampuan atau daya serap kedua kelas sama sebelum diberikan perlakuan.

Tabel 5. Rekapitulasi data setelah perlakuan (posttest) Analisis Data

Sebelum Perlakuan VIII-A

Model SDM

VIII-B

Model The Power Of Two

Nilai Rata-rata 77,50 70,25 Varians 118,11 219,75 Uji Hipotesis T Hitung 2,535 T Tabel 2,005 Kesimpulan Signifikan

Hasil perhitungan tabel 5, dari hasil analisis uji hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa (thitung > ttabel) pada taraf signifikan 5% dengan dk = n2 + n1 – 2 =

28 + 28 – 2 = 54, setelah di berikan perlakuan (Posttest) yaitu (2,535 > 2,005), karena harga thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat

perbedaan penerapan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dengan model pembelajaran The Power Of Two terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda.

(9)

PEMBAHASAN

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, karena salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai siswa. Dengan demikian, hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik, untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan (Sudjana, 2011).

Model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama, serta belajar bagaimana proses pembelajaran bisa terstruktur dengan baik. Dan membuat siswa secara langsung mampu memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya serta membuat kesimpulan (diskusi). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Structured Dyadic Methods

(SDM) sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa (Canto, 2015).

Materi pembelajaran yang diberikan pada penelitian di kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda adalah pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dan sistem gerak pada manusia, dimana pada materi ini siswa dikumpulkan dalam bentuk kelompok kecil berpasangan secara heterogen untuk berdiskusi dan membahas topik secara berkelompok.

Proses pembelajaran menggunakan model Structured Dyadic Methods (SDM) yaitu pada kelas VIII-A, yang diawali dengan memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.

Pada proses pembelajaran yaitu kegiatan inti, guru menampilkan gambar tentang materi pembelajaran, melalui PPT atau video, untuk pendahuluan, agar siswa memahami materi. Guru membimbing siswa untuk membentuk kelompok secara berpasangan, selanjutnya setiap pasangan tersebut satu anak berperan sebagai guru dan satu anak berperan sebagai siswa. Siswa yang berperan sebagai guru menjelaskan tentang materi sedangkan siswa lain mendengarkan materi yang disampaikan. Sebaliknya siswa yang tadinya mendengarkan materi yang disampaikan oleh siswa lain, bertukar peran menjadi guru dan menjelaskan materi dengan siswa lain. Pada saat bermain peran setiap individu dalam pasangannya melakukan tanya jawab. Setelah guru menjelaskan, guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara berpasangan. Guru berperan sebagai fasilitator, saat diskusi yaitu memberikan arahan dan bimbingan apabila ada hal yang tidak dimengerti dari tiap kelompok. Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Pada kegiatan akhir, guru bersama dengan siswa melakukan tanya jawab dari hasil diskusi yang telah dilakukan, dan guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM), yaitu melalui sistem belajar ini guru berharap siswa dapat bekerjasama menyumbangkan pemikirannya untuk kelompok belajarnya. Hasil pembelajaran harus merupakan hasil sharing atau kerja sama antarsiswa dalam satu kelompok atau antarkelompok (Huda, 2013).

Model pembelajaran The Power Of two, yaitu model pembelajaran yang hanya beranggotakan dua orang dalam setiap kelompoknya dengan proses berbagi pendapat

(10)

dilakukan dengan membandingkan jawaban antar kelompok pasangan lain dan tidak berbagi kepada seluruh kelas (Suprijono, 2009).

Proses pembelajaran The Power Of two, pada kegiatan inti yaitu guru memberikan pertanyaan pada masing-masing individu, setelah semua menjawab, mintalah kepada semua peserta untuk mencari pasangan teman dan saling bertukar pikiran tentang jawabannya masing-masing dan membahasnya secara berdiskusi, setelah itu pendidik meminta pasangan tadi untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing individu dan guru berperan sebagai fasilitator.

Model pembelajaran The Power Of two artinya menggabungkan kekuatan dua orang. Menggabungkan kekuatan dua orang dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari dua. kegiatan ini dilakukan agar muncul sinergi itu, yaitu dua orang atau lebih itu lebih baik dari pada satu orang ( Sanjaya, 2010).

Berdasarkan hasil analisis diatas setelah diberi pembelajaran, dapat dilihat perbedaannya antara model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan The

Power Of Two bahwa kegiatan belajar mengajar IPA Biologi dengan pokok bahasan

pertumbuhan dan perkembangan serta sistem gerak pada tubuh kelas VIII yang menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) hasil belajarnya lebih baik daripada pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan model pembelajaran The Power Of Two.

Model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) memberikan kontribusi yang lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran The Power Of Two. Menurut Canto (2015), hal ini disebabkan karena model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) lebih mengaktifkan siswa dalam melakukan interaksi dengan berdiskusi yaitu saling bertukar peran, sehingga tiap pasangan kelompok terlibat aktif dalam mengungkapkan kemampuan dan gagasan dalam berdiskusi. Dan kelebihan model pembelajaran Structured Dyadic

Methods (SDM) adalah dalam waktu yang bersamaan siswa dapat berbicara

berdasarkan tugas yang telah diberikan sebelumnya oleh pengajar secara berpasangan. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi, dan keaktifan setiap individu dan mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat menilai kemampuan diri mereka sendiri. Atmosfer di dalam kelas pun menjadi kondusif dan menyenangkan dibandingkan dengan model pembelajaran The Power Of Two yang mempunyai kelemahan yaitu terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan sehingga memerlukan waktu yang panjang, serta dengan adanya kelompok, siswa kurang bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, sehingga mengandalkan pasangannya dalam berdiskusi

Model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) merupakan model pembelajaran yang mengajarkan siswa saling bertukar peran yaitu menjadi guru dan siswa untuk menyampaikan materi pada pasangan kelompoknya. Berdasarkan data hasil analisis dan melalui proses belajar siswa, kelas VIII-A terlihat sangat tekun dalam berdiskusi dan kerjasama sehingga mendapatkan hasil yang baik, walaupun suasana di dalam kelas cukup ribut, tetapi tidak mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut. Pada model pembelajaran The Power Of Two kelas VIII-B, proses pembelajaran berlangsung tertib pada saat diskusi, namun dikarenakan masih banyak hal yang

(11)

kurang dimengerti antar pasangan kelompok, dan ada beberapa kelompok yang tidak peduli pada saat berdiskusi, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

Perbedaan rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa antara kelas VIII-A dari 32,32 menjadi 77,50 dengan kelas VIII-B dari 32,11 menjadi 70,25 ini juga dilihat hasil belajar kognitif siswa tidak jauh berbeda, hal ini dikarenakan kedua kelas tersebut sebelumnya memiliki pengetahuan dengan kecerdasan yang hampir sama dan kemampuan siswa yang tergolong homogen dan secara teori perlakuan yang diberikan juga adalah materi yang sama pada setiap kelas.

Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran yaitu ada beberapa faktor antara lain jumlah siswa yang cukup banyak dalam satu kelas yang hampir mencapai 40 siswa, sehingga cukup membuthkan waktu yang banyak untuk mengatur suasana kelas, agar menjadi tertib dan kendala lainnya adalah manajemen waktu, dikarenakan proses pembelajaran dimulai pada saat siang hari, sehingga waktu yang digunakan cukup terbatas untuk melaksanakan pembelajaran.

Faktor lainnya yaitu penggunaan kedua tipe pembelajaran yang masih baru dan belum pernah diperkenalkan kepada siswa pada pembelajaran IPA Biologi, karena guru biasanya menggunakan pembelajaran langsung dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu harapannya sebagai seorang guru hendaknya mengubah cara mengajar di kelas dan menjadikan situasi belajar yang menyenangkan untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan perbedaan hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa antara model pembelajaran Structured Dyadic

Methods (SDM) dan model pembelajaran The Power Of Two dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Hasil belajar kognitif IPA Biologi kelas VIII-A SMP Negeri 38 Samarinda pada materi pertumbuhan dan perkembangan serta sistem gerak pada manusia dengan menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM), memiliki nilai rata-rata hasil belajar kognitif 77,50.

2. Hasil belajar kognitif IPA Biologi kelas VIII-B Negeri 38 Samarinda pada materi pertumbuhan dan perkembangan serta sistem gerak pada manusia dengan menggunakan model pembelajaran The Power Of Two, memiliki nilai rata-rata hasil belajar kognitif 70,25.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan model pembelajaran The Power Of Two terhadap hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Samarinda Tahun Pembelajaran 2016/2017, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis bahwa thitung lebih besar daripada ttabel dengan

taraf signifikansi 5%( thitung > ttabel = 2,535> 2,005). Saran

Berdasarkan hasil penelitian dari kesimpulan diatas, saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Structured Dyadic

(12)

jenuh dalam proses pembelajaran dan lebih tertarik dengan materi Biologi yang disampaikan.

2. Model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan The Power Of Two

dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini dengan variasi model pembelajaran atau pokok bahasan yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi,A & Widodo Supriyono,2004, Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.

Canto, 2015, Keefektifan Pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) Terhadap

Hasil Belajar Siswa SMK Bidang Keahlian TKR. (Jurnal Pendidikan) Universitas

Negeri Semarang: Semarang.

Daryanto,2009, Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.Jakarta: Av Publisher.

Daryanto dan Muljo Rahardjo,2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta:Jakarta. Djamarah, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman,M.2015, Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Penerbit Gaya Media.

Hamalik,Oemar,2012. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Huda,Miftahul,2013, Cooperative Learning Metode,Tehnik, Struktur dan Model

Terapan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Isjoni, 2009, Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Isjoni,2012, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar

Berkelompok. Bandung: Alfabeta.

Jihad, Asep dan Abdul Haris,2012. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta: Multi Pressindo.

Maharani,2012, Pengaruh Penerapan Metode The Power Of Two Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V.Jurnal.

Murdiono,2012, Strategi Pembelajaran Kewarganegaraan. Ombak: Yogyakarta.

Permadani,2012, Pembelajaran Matematika Melalui Structured Dyadic Methods

Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa.Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Purwanto, 2014, Evaluasi Hasil Belajar. Cirebon Timur Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rahayu,2011, Penerapan Strategi Pembelajaran The Power Of Two Dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VII.1 MTS Syaroful Millah

Penggaron Kidul Semarang. Jurnal.

Resti, Y, 2012, Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Power Of Two (kekuatan berdua) dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kreativitas dan

Prestasi Belajar Bahasa Indonesia di Kelas IVa MIN Tempel Yogyakarta.

Skripsi.Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rusman, 2014, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina, 2010, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slameto,2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta : Rineka Cipta.

Sudijono A, 2010, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta.

Sudjana, N. 2011, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Remaja Rosdakarya: Bandung.

(13)

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.

Sumantri,M dan Johar Permana,2001, Metode Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Suprijono,A,2009, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Sutikno,2014, Metode dan Model-model Pembelajaran. Mataram:Polistica

Susiyati,2012, Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif The Power Of Two Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS.Skripsi.

Trianto, 2010, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prenada Media Group, Jakarta..

Utari, Retno. 2011. Revisi Taksonomi Bloom atau Revised Bloom Taxonomy, dari

http://www.Retno.web.id/posting/blog/852/revisi-taksonomi-bloom,diakses pada

tanggal 18 Agustus 2016.

Wiranata,2014, Perbandingan Hasil Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Materi Senyawa Turunan

Alkana Menggunakan Media Pembelajaran Molymod Pelampung Pancing.(Jurnal

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi data Uji Normalitas Mengunakan Chi-Kuadrat  Data Nilai Uji Normalitas Sebelum
Tabel 4. Rekapitulasi data sebelum perlakuan (pretest)  Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dengan kuesioner yang disebar ke responden yaitu mahasiswa akuntansi dari universitas di Semarang yang

baik jus apel hijau varian rome beauty (Mallus sylvestris Mill.) terhadap penurunan kadar gula darah serta penelitian yang menunjukkan bahwa perendaman buah apel

Untuk menjawab hal tersebut peneliti menggunakan enam kriteria yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan, yang hasil dan

Selain itu, temuan mengenai pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan subjektif pada suami-istri bekerja belum banyak diteliti di

Evaluasi penerapan protokol routing OSPF dan BGP pada jaringan VoIP berbasis MPLS VPN dilakukan dengan mengukur Quality of Service yang terdiri dari throughput, delay,

Teknik analisis data dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga langkah, yakni (1) teknik skoring guna mengkaji persebaran dan kualitas ruang terbuka hijau di Kota

Hal ini disebabkan karena kurangnya latihan untuk membahas soal-soal yang berbentuk hitungan, serta kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep dalam bentuk soal

Kualitas produk berdampak positif terhadap loyalitas nasabah dilihat dari penelitian Endarwita (2013) menujukkan bahwa semakin baik kualitas produk yang diberikan kepada