• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PERUBAHAN PERANGKAT PENILAIAN BANGUNAN HIJAU (GREENSHIP) UNTUK BANGUNAN BARU VERSI 1.2. Budijanto Chandra* ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USULAN PERUBAHAN PERANGKAT PENILAIAN BANGUNAN HIJAU (GREENSHIP) UNTUK BANGUNAN BARU VERSI 1.2. Budijanto Chandra* ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

_______

*Corresponding author: E-mail: budijantochandra@gmail.com

USULAN PERUBAHAN PERANGKAT PENILAIAN BANGUNAN HIJAU (GREENSHIP) UNTUK BANGUNAN BARU VERSI 1.2

Budijanto Chandra*

Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Tarumanagara

ABSTRACT

Indonesia Green Building Standards issued by Green Building Council Indonesia (GBCI), supplemented by the Green Building Rating Tools for the New Building version 1.2. This standard has been implemented since 2013 and has not been updated until now. Many environmental changes occur and the development of cutting-edge technologies for energy efficiency, water and renewable energy to be considered in green building assessment tools. Extreme climate changes due to global warming that occurred in recent decades also need special attention. The study was conducted on several buildings in Jakarta, to get an overview of the implementation of green building standards and proposed changes to green building assessment tools. Proposed changes will be beneficial to the parties involved in the implementation of green buildings in Indonesia and especially for Green Building Council Indonesia in renewing the Indonesian green building standards.

Keywords: green building, rating tools, global warming, renewable energy

ABSTRAK

Standar Bangunan hijau Indonesia yang dikeluarkan oleh Green Building Council Indonesia (GBCI), dilengkapi dengan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk Bangunan Baru versi 1.2. Standar ini sudah berlaku sejak tahun 2013 dan belum diperbaharui sampai sekarang. Banyak perubahan lingkungan yang terjadi dan perkembangan teknologi mutakhir untuk efisiensi energi, air dan energi terbarukan yang perlu dipertimbangkan di dalam perangkat penilaian bangunan hijau. Perubahan iklim ekstrim karena pemanasan global yang terjadi di beberapa dekade belakangan ini juga perlu menjadi perhatian khusus. Kajian ini dilaksanakan pada beberapa bangunan gedung di Jakarta, untuk mendapatkan gambaran mengenai implementasi dari standar bangunan hijau dan usulan perubahan perangkat penilaian bangunan hijau. Usulan perubahan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait kepada implementasi bangunan hijau di Indonesia dan khususnya bagi Green Building Council Indonesia dalam memperbarui standar bangunan hijau Indonesia.

Kata Kunci: bangunan hijau, perangkat penilaian, pemanasan global, energi terbarukan

1. PENDAHULUAN

Standar adalah dokumen yang ditetapkan berdasarkan sebuah kesepakatan yang disetujui bersama dan disetujui oleh badan yang berwenang, berisi penggunaan umum,

(2)

4

penggunaan berulang, peraturan, pedoman atau ciri-ciri dari sebuah kegiatan atau hasil, yang ditujukan untuk pencapaian tingkat ketertiban optimal dalam konteks tertentu. Sedangkan standardisasi adalah aktivitas penetapan atau pendirian standar, berkaitan dengan masalah aktual dan masalah utama (Hatto, 2010). Standar untuk bangunan hijau umumnya dilengkapi dengan suatu alat yang dinamakan perangkat penilaian (rating tools). Perangkat penilaian bangunan hijau atau yang disebut juga sertifikasi digunakan untuk menilai dan mengenali bangunan yang memenuhi persyaratan dan standar bangunan hijau tertentu (World Green Building Council, 2018).

Di Indonesia, perangkat penilaian bangunan hijau (greenship) untuk bangunan baru yang masih berlaku adalah versi 1.2 yang mulai diluncurkan pada tahun 2013, mempunyai 6 kategori yaitu: tepat guna lahan (ASD), efisiensi dan konservasi energi (EEC), konservasi air (WAC), sumber dan siklus material (MRC), kesehatan dan kenyamanan dalam ruang (IHC) serta manajemen lingkungan bangunan (BEM). Setiap kategori dibagi menjadi beberapa kriteria yang mempunyai nilai kriteria (Green Building Council Indonesia, 2013). Sertifikat bangunan hijau dinamakan Greenship yang terdiri dari peringkat: Platinum, Gold, Silver dan Bronze. Perangkat penilaian bangunan hijau ini sudah perlu dilakukan evaluasi dan revisi karena perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan-perubahan iklim dan juga karena banyak perkembangan teknologi terkini untuk penghematan energi dan air. Teknologi energi terbarukan juga makin berkembang dan menjadi kebutuhan untuk dimasukkan di dalam kriteria perangkat penilaian bangunan hijau secara lebih mengikat. Terdapat 5 usulan perubahan kriteria di perangkat penilaian bangunan hijau untuk bangunan baru versi 1.2 yaitu: fasilitas pengguna sepeda, overall thermal transfer value (OTTV), energi terbarukan, kendali asap rokok di lingkungan dan teknologi fitur air.

2. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang penerapan standar bangunan hijau terutama di gedung-gedung komersial di Jakarta dan memberikan usulan perubahannya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Fasilitas Pengguna Sepeda

Usulan perubahan pada kategori tepat guna lahan (ASD) dengan kriteria fasilitas pengguna sepeda dianggap perlu dilakukan, karena kriteria yang ada mensyaratkan penyediaan lahan untuk parkir sepeda yang luas, yaitu 1 unit parkir sepeda per 20 pengguna gedung. Untuk gedung perkantoran seperti di Alamanda Tower, akan menghasilkan syarat nilai maksimum yaitu 100 unit parkir sepeda atau sekitar 250 m2 luasan lahan. Berdasarkan pengamatan di gedung Alamanda Tower, sepeda yang diparkir hanya 1 buah.

Penyediaan lahan untuk parkir sepeda tidak optimal, karena pengguna sepeda terutama di kota besar berkurang yang, karena jalan raya tidak dilengkapi jalur pengendara sepeda dan meningkatnya polusi kendaraan bermotor. Hal ini tidak mendukung keselamatan dan kesehatan pengguna sepeda. Kecenderungan pengguna sepeda adalah untuk mengendarai sepeda lipat dan dibawa ke lantai tempat bekerja melalui lift, sehingga tidak memanfaatkan tempat parkir sepeda di lahan bangunan. Adapun usulan perubahan adalah dengan mengurangi kriteria penyediaan lahan parkir dan penyediaan unit shower seperti yang tertulis pada Tabel 1.

(3)

5 Gambar 1. Pengguna parkir sepeda di gedung Alamanda Tower

Tabel 1. Usulan perubahan kriteria fasilitas pengguna sepeda

Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria ASD 4.1. Adanya tempat parkir sepeda

yang aman sebanyak satu unit per 20 pengguna gedung hingga maksimal 100 unit parkir sepeda.

4.1. Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak satu unit parkir per 40 pengguna gedung hingga maksimal 50 unit parkir sepeda.

1

ASD 4.2. Apabila tolok ukur 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 10 parkir sepeda.

4.2. Apabila tolok ukur 1 di atas terpenuhi, perlu tersedianya shower sebanyak 1 unit untuk setiap 25 parkir sepeda.

1

Dengan usulan di atas, maksimum hanya perlu 120m2 (12m x 10m), sehingga area yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk landscape atau area resapan air.

(4)

6

3.2 Overall Thermal Transfer Value (OTTV)

OTTV adalah nilai perpindahan panas menyeluruh dari luar bangunan ke dalam bangunan yang dikondisikan melalui selubung bangunan. Pengukuran rata-rata dari arah orientasi gedung dan dijabarkan dalam satuan Watt/m². Menurut standar SNI 6389:2011, nilai OTTV bangunan tidak boleh melebihi atau maksimal sama dengan 35Watt/m² (Standar Nasional Indonesia, 2011).

Rumus OTTV menurut SNI 6389:2011 adalah seperti pada persamaan 1.

OTTV= α [(uw x (1-WWR))xTDEK] + (uf x WWR x ∆T) + (SC x WWR x SF) (1) Konduksi (rambatan) panas

melewati tembok Konduksi (rambatan) panas melalui jendela Radiasi panas yang masuk melalui jendela

OTTV = Nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau orientasi tertentu (W/m2)

α = absorbtans radiasi matahari

uw = Transmitans termal dinding tidak tembus cahaya (W/m2.K)

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan

TDEK = Beda temperatur ekuivalen (K)

uf = Transmitans termal fenestrasi (W/m2.K)

∆T = Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam. (diambil 5K) SC = Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi

SF = Faktor radiasi matahari (W/m2)

Dari ketiga macam jenis perpindahan panas di atas, radiasi panas yang masuk melalui jendela adalah yang paling besar nilainya, yaitu sekitar 70-80% (AGC Group, 2016). Dari Persamaan 1 jelas terlihat pengaruh rasio bukaan jendela dengan dinding (WWR) terhadap panas yang masuk ke dalam bangunan adalah sangat besar. Oleh karena itu, perlu diberikan perhatian kepada WWR karena kecenderungan yang terjadi sekarang ini terutama untuk bangunan tinggi, cenderung memakai curtain glass wall.

Gambar 3. Komponen-komponen perpindahan panas melalui selubung bangunan Cara kedua untuk menghitung OTTV adalah dengan cara grafis dimana dari nilai WWR yang ditentukan dan Solar Heat Gain Coefficient (SHGC) (= 0.86 x SC)

(5)

7 didapatkan dari besarnya nilai OTTV. Cara ini lebih sederhana dan cepat dalam menghitung OTTV (Pemprov DKI Jakarta/IFC, 2016).

Gambar 4. Perhitungan OTTV dengan cara grafis

Terdapat dua jenis selubung bangunan yang umum dipakai, yaitu (1) konstruksi bata dan jendela dan (2) konstruksi dinding tirai kaca (curtain glass wall).

Gambar 5. Konstruksi bata dan jendela, dan dinding tirai kaca (Curtain Glass wall) Konstruksi dinding tirai kaca ini banyak disukai oleh arsitek karena memberi pandangan keluar yang luas ke luar gedung, tetapi akan menghasilkan nilai WWR yang besar sehingga panas yang masuk ke dalam bangunan tinggi dan menimbulkan efek

(6)

8

rumah kaca. Di dalam prakteknya, dinding tirai kaca tidak ditutup dinding opaque dan hanya ditutup oleh tirai fleksibel yang menambah panas yang masuk ke dalam ruangan dan menambah beratnya beban pendinginan AC OTTV (Pemprov DKI Jakarta/IFC, 2016).

Gambar 6. Bukaan dinding tirai kaca yang hanya ditutup dengan tirai fleksibel di gedung Talavera Office Park

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bangunan tinggi di Jakarta mempunyai WWR ≤ 40% dapat menghasilkan OTTV yang memenuhi standar Peraturan Gubernur No. 38 Tahun 2012 yaitu 45 Watt/m² (Loekita, 2006). Dari ulasan tersebut, WWR mempunyai dampak yang besar terhadap perpindahan panas yang masuk melalui selubung bangunan, kecenderungan gedung bertingkat memakai konstruksi dinding tirai kaca dan penggunaan komponen WWR untuk perhitungan OTTV yang sudah diterapkan di peraturan pemerintah daerah seperti di Jakarta, perhitungan WWR ini lebih mudah diakses perhitungannya dan mempunyai dampak langsung penurunan nilai OTTV.

Tabel 2. Usulan perubahan kriteria OTTV

Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria EEC 1.C.1. Nilai OTTV sesuai dengan

SNI 03-6389-2011 atau SNI edisi terbaru tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung.

1.C.1. Nilai OTTV sesuai dengan SNI 03-6389-2011 atau SNI edisi terbaru tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung.

3

EEC Apabila tolok ukur 1 dipenuhi, penurunan per 2.5% mendapat 1 nilai sampai maksimal 2 nilai.

Dengan Patokan WWR = 40%, penurunan per 5% mendapat 1 nilai sampai maksimal 2 nilai.

2

3.3 Energi Terbarukan(Renewable Energy)

Indonesia sebagai negara yang menandatangani perjanjian ratifikasi Paris Agreement (COP21) PBB yang membatasi kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 C dibanding level pra industri dan mencapai net zero emissions dari tahun 2050 sampai dengan

(7)

9 tahun 2100 (United Nations, 2015), perlu secara aktif berperan didalam penurunan suhu rata-rata global dan pemakaian energi terbarukan (renewable energy). Untuk itu kriteria energi terbarukan di dalam tapak pada versi 1.2 yang merupakan poin bonus, diusulkan menjadi poin wajib (kriteria prasyarat).

Tabel 3. Usulan perubahan kriteria energi terbarukan dalam tapak

Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria

EEC - 5.Menggunakan sumber energi

terbarukan 0.5% daya listrik yang dibutuhkan gedung.

P (usulan) EEC 5.1. Menggunakan sumber energi

baru dan terbarukan. Setiap 0,5% daya listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 nilai (sampai maksimal 5 nilai). (Bonus)

5.1. Menggunakan sumber energi baru dan terbarukan. Setiap tambahan 0,5% daya listrik yang dibutuhkan gedung yang dapat dipenuhi oleh sumber energi terbarukan mendapatkan 1 nilai (sampai maksimal 5 nilai).

1-5

Gambar 7. Pemakaian energi terbarukan Solar PV Panel di Ecoloft Jababeka Sumber: Ecoloft, 2018

3.4 Perkembangan Teknologi Fitur Air

Fitur air tertutama di gedung tinggi dan bangunan komersial berdampak sangat besar terhadap penggunaan air dan sekarang sudah banyak teknologi baru dari water faucet yang dapat menghemat air dan mengurangi kapasitas keluaran air sampai dengan 2 liter/menit (Toto, 2018).

(8)

10

Tabel 4. Usulan perubahan kapasitas keluaran fitur air

Kategori WAC

Kriteria Saat Ini

2.1.C. Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, sejumlah minimal 75% dari total pengadaan produk fitur air.

Alat Keluaran Air WC Flush Valve

WC Flush Tank

Urinal Flush Valve/Peturasan Keran Wastafel/Lavatory

Keran Tembok Shower

Kapasitas Keluaran Air <6 liter/flush <6 liter/flush <4 liter/flush <8 liter/menit <8 liter/menit <9 liter/menit Usulan Perubahan Kriteria

2.1.C. Penggunaan fitur air yang sesuai dengan kapasitas buangan di bawah standar maksimum kemampuan alat keluaran air sesuai dengan lampiran, untuk semua total pengadaan produk fitur air.

Alat Keluaran Air WC Flush Valve

WC Flush Tank

Urinal Flush Valve/Peturasan Keran Wastafel/Lavatory

Keran Tembok Shower

Kapasitas Keluaran Air <4.5 liter/flush <4.5 liter/flush <2 liter/flush <2 liter/menit <4 liter/menit <8 liter/menit Nilai Kriteria 3

3.5 Kendali Asap Rokok di Lingkungan

Seharusnya pemasangan tanda “Dilarang Merokok” di seluruh area gedung, dipasang di tempat strategis misalnya dekat pintu masuk dengan ukuran tanda cukup besar. Apabila ada area merokok di luar gedung maka lokasi jauh dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela. Jarak 5m bisa dipertimbangkan untuk diubah menjadi 10m, karena biasanya pusat asap rokok ada di bagian retail/food court yang dekat dengan pintu masuk gedung dan asap bisa masuk ke dalam gedung.

Gambar 9. Tanda “Dilarang Merokok” dipasang di sisi jalan menuju pintu masuk gedung dan letaknya sangat strategis sehingga mudah dibaca, lokasi: Alamanda Tower

(9)

11 Gambar 10. Tanda “Dilarang Merokok” hanya dipasang di tempat tersembunyi, kecil

ukurannya dan sulit dibaca orang seperti di area parkiran basement dan di tangga darurat sehingga kendali asap rokok tidak berjalan di gedung ini

Tabel 5. Usulan pemasangan tanda “Dilarang Merokok”

Kategori Kriteria Saat Ini Usulan Perubahan Kriteria Nilai

Kriteria IHC 2.1. Memasang tanda “Dilarang

Merokok di Seluruh Area

Gedung” dan tidak menyediakan

bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada pada jarak 5 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela.

2.1. Memasang tanda “Dilarang Merokok” terutama di area yang strategis dan mudah dilihat dan di Seluruh Area Gedung. Tidak menyediakan bangunan/area khusus untuk merokok di dalam gedung. Apabila tersedia, bangunan/area merokok di luar gedung, minimal berada pada jarak 10 m dari pintu masuk, outdoor air intake, dan bukaan jendela.

2

4. KESIMPULAN

Perubahan iklim dan lingkungan serta kemajuan teknologi untuk efisiensi energi dan air, menjadi alasan perlunya standar bangunan hijau dikaji dan dikoreksi apabila diperlukan. Usulan perubahan pada perangkat penilaian bangunan hijau versi 1.2 diprioritaskan kepada kriteria-kriteria yang mempunyai dampak besar pada penghematan energi, air dan juga pemanfaatan energi terbarukan secara lebih besar. DAFTAR REFERENSI

AGC Group. 2016. Sustainable Glazing for Green Building. Presentasi.Workshop Passive Design.Green Building Council Indonesia. Jakarta. 17 Desember 2016. Ecoloft. 2018. Welcome to Ecoloft (On-line). Tersedia di www.ecoloft.co.id (8 Maret

2018).

Green Building Council Indonesia. 2013. Panduan Teknis: Perangkat Penilaian Bangunan Hijau untuk Bangunan Baru versi 1.2. Jakarta: Green Building Council Indonesia.

Hatto, Peter. 2010. Standards and Standardization Handbook. Brussels: European Commision.

Loekita, Sandra. 2006. Analisa Konservasi Energi Melalui Selubung Bangunan. Journal of Dimensi Universitas Kristen Petra. Vol. 8. No. 2 (September 2006): 93 – 98. Pemprov DKI Jakarta/IFC. 2016. Panduan Pengguna Bangunan Gedung Hijau Jakarta.

Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 38/2012. Vol 1. Selubung Bangunan. Standar Nasional Indonesia. 2011. Konversi Energi Selubung Bangunan pada

Bangunan Gedung. SNI 6389:2011. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Toto. 2019. Products (On-line). Tersedia di https://www.toto.co.id/ (8 Maret 2018).

(10)

12

United Nations. 2015. Adoption of the Paris Agreement, Framework Convention on Climate Change, 12 Desember 2015.

World Green Building Council. 2018. Rating-tools (On-line). Tersedia di http://www.worldgbc.org/rating-tools. (8 Maret 2018).

Gambar

Gambar 1. Pengguna parkir sepeda di gedung Alamanda Tower
Gambar 3. Komponen-komponen perpindahan panas melalui selubung bangunan  Cara  kedua  untuk  menghitung  OTTV  adalah  dengan  cara  grafis  dimana  dari  nilai  WWR  yang  ditentukan  dan  Solar  Heat  Gain  Coefficient  (SHGC)  (=  0.86  x  SC)
Gambar 5. Konstruksi bata dan jendela, dan dinding tirai kaca (Curtain Glass wall)  Konstruksi  dinding  tirai  kaca  ini  banyak  disukai  oleh  arsitek  karena  memberi  pandangan keluar yang luas ke luar gedung, tetapi akan menghasilkan nilai WWR yang
Gambar 6. Bukaan dinding tirai kaca yang hanya ditutup dengan tirai fleksibel di  gedung Talavera Office Park
+4

Referensi

Dokumen terkait

Namun disisi lain pengeringan secara elektrik dengan alat pengering memakan waktu lebih cepat sehingga hasil yang didapatkan juga lebih banyak dibandingkan dengan

Implementasi pendekatan inovatif CRP6 sampai ke dampaknya akan menggerakan sejumlah pusat CGIAR yang berkolaborasi dan juga mitra utama mereka di luar “bisnis yang biasa dilakukan”,

Pada kasus JVOFI, meskipun perusahaan induknya tidak secara eksplisit memberikan sumbangan untuk membentuk sebuah dana abadi, perusahaan (yang terwakili dalam dewan penyantun

Brasil adalah pemimpin dunia dalam hal pengembangan kebijakan nasional untuk pengamanan sosial dan lingkungan. Prosesnya dimulai tahun 2009 saat beberapa organisasi masyarakat

Namun, secara lebih khusus lagi bukan hanya ada 3 lembaga saja yang bergabung dalam troika ini, karena Uni Eropa sendiri, memiliki beberapa lembaga khusus yang

Enam tahun bergabung dalam zona euro, Irlandia terkena krisis ekonomi tepatnya pada bulan Oktober 2008 akibat krisis keuangan global yang disebabkan oleh kredit macet

Diskursus tentang mengapa muncul kebijakan yang tak secara pasti diketahui proses penetapannya atau pula anggapan adanya kebijakan yang lahir dengan tak berdasarkan pada

Adapun salah satu pendekatan yang digunakan dalam konseling keluarga yaitu pendekatan Gestalt, pendekatan ini memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota