SALINAN
Menimbang Mengingat Menetapkan PRES IDEN REPUBLIK INDONESIAPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2O2I
TENTANG
PENYELENGGARAAN BIDANG PENERBANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bahwa
untuk
melaksanakanketentuan Pasal
58
dan Pasal 185huruf
b Undang-Undang Nomor1I
Tahun 2O2Otentang
Cipta Kerja, perlu
menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Bidang Penerbangan;1.
Pasal
5 ayat (2)
Undang-UndangDasar
NegaraRepublik lndonesia Tahun 1945;
2.
Undang-UndangNomor
1
Tahun
2OO9 tentang Penerbangan(lrmbaran
Negara Republik IndonesiaTahun 2OO9 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor a956);
3.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang CiptaKerja
(L,embaran Negara Republik Indonesia Tahun2O2O
Nomor
245,
Tambahan Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Nomor 6573\;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN
BIDANG PENERBANGAN.
SK
PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA
-2-BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1Dalam Peraturan Pemerintah
ini
yang dimaksud dengan Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yangterdiri
atas
pemanfaatan
wilayah udara,
pesawat
udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,keselamatan dan keamanan, lingkungan
hidup,
sertafasilitas penunjang dan fasilitas
umum
lainnya.Pesawat
Udara adalah setiap mesin atau alat
yangdapat terbang
di
atmosferkarena
gayaangkat
darireaksi udara,
tetapi bukan
karena
reaksi
udaraterhadap permukaan
bumi
yang digunakan untuk
Penerbangan.
Pesawat Terbang
adalah
PesawatUdara yang
lebihberat dari udara,
bersayaptetap, dan
dapat terbangdengan tenaga sendiri.
Helikopter adalah Pesawat Udara yang lebih berat dari udara, bersayap
putar
yang rotornya digerakkan oleh mesin.Pesawat Udara Indonesia adalah Pesawat Udara yang
mempunyai
tanda
pendaftaran Indonesiadan
tandakebangsaan Indonesia.
Pesawat
Udara
Sipil
adalah
PesawatUdara
yangdigunakan
untuk
kepentingan Angkutan Udara Niagadan bukan niaga.
Pesawat Udara Sipil A ing adalah Pesawat Udara yang
digunakan
untuk
kepentingan angkutanudara
niagadan bukan niaga yang mempunyai tanda pendaftaran dan tanda kebangsaan negara asing.
Kelaikudaraan
adalah
terpenuhinya
persyaratandesain
tipe
Pesawat Udaradan
dalamkondisi
amanuntuk
beroperasi.9.Angkutan...
1 2 3 4 5 6 7 8SK
No 093231 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-3-9.
Angkutan Udara adalah setiap
kegiatan
denganmenggunakan Pesawat
Udara
untuk
mengangkutpenumpang,
kargo, dan/atau
pos untuk
satuperjalanan
atau iebih
dari
satu
bandar
udara
kebandar udara yang
lain
atau beberapa bandar udara.10.
Angkutan Udara Niaga adalah Angkutan Udarauntuk
umum
dengan memungut pembayaran.11.
Angkutan Udara Bukan Niaga adalah Angkutan Udarayang digunakan
untuk
melayani kepentingan sendiriyang dilakukan
untuk
mendukung kegiatan
yang usaha pokoknya selaindi
bidang Angkutan Udara.12.
Angkutan Udara Dalam
Negeri
adalah
kegiatanAngkutan
Udara
Niaga
untuk
melayani
AngkutanUdara dari satu bandar udara ke bandar udara
lain
didalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
13. Angkutan Udara
Luar
Negeri
adalah
kegiatanAngkutan
Udara
Niaga
untuk
melayani
AngkutanUdara
dari
satu
bandar udara
di
da-larnnegeri
kebandar udara
lain
di
luar
wilayah
Negara KesatuanRepublik Indonesia dan sebaliknya.
14.
Angkutan Udara Perintis adalah
kegiatan AngkutanUdara Niaga dalam negeri yang melayani
jaringan
danRute
Penerbanganuntuk
menghubungkan
daerahterpencil
dan
tertinggal
atau
daerah
yang
belumterlayani
oieh
moda
transportasi
lain
dan
secarakomersial belum menguntungkan.
15.
Rute Penerbangan adalah lintasan Pesawat Udara daribandar udara asal
ke
bandar udara
tujuan
melaluijalur
Penerbangan yang telah ditetapkan.16.
Badan
UsahaAngkutan Udara
adalah badan usahamilik
negara, badan usahamilik
daerah, atau -badanhukum
Indonesia berbentuk perseroan terbatas ataukoperasi, yang kegiatan utamanya
mengoperasikanPesawat
Udara
untuk
digunakan
mengangkutpenumpang, kargo,
dan/atau
pos dengan memungutpembayaran.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-+
77.
Tanggung
Jaw b
Pengangkut
adalah
kewajibanperusahaan
Angkutan Udara
untuk
menggantikerugian
yang diderita oleh
penumpang dan/atau
pengirim barang serta pihak ketiga.
18.
Kargo
adalah
setiap barang
yang diangkut
oleh Pesawat Udara termasuk hewan dantumbuhan
selainpos, barang kebutuhan pesawat selama Penerbangan,
barang bawaan, atau barang yang
tidak
bertuan.19.
Pengangkutadalah Badan Usaha Angkutan
UdaraNiaga, pemegangizin kegiatan Angkutan Udara Bukan
Niaga
yang
melakukan kegiatan
Angkutan
UdaraNiaga berdasarkan ketentuan
Undang-Undangini,
dan/atau
badan usaha selain Badan Usaha AngkutanUdara
Niaga
yang
membuat
kontrak
perjanjian Angkutan Udara Niaga.20.
Tiket adalah dokumen berbentuk cetak, melalui proseselektronik,
atau bentuk
lainnya, yang
merupakansalah
satu alat
bukti
adanya perjanjian
Angkutan Udaraantara
penumpang dan Pengangkut,dan
hakpenumpang
untuk
menggurtakan Pesawat Udara atau diangkut dengan Pesawat Udara.21.
Keterlambatan adalah terjadinya
perbedaan waktuantara
waktu
keberangkatanatau
kedatangan yangdijadwalkan dengan realisasi
waktu
keberangkatanatau kedatangan.
22.
Kebandarudaraan
adalah segala sesuatu
yangberkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara dan
kegiatan
lainnya dalam
melaksanakan
fungsikeselamatan, keamanan, kelancaran,
dan
ketertibanarus
lalu
lintas
PesawatUdara,
penumpang, Kargodan/atau
pos, tempat perpindahan
intra
dan/atau
antarmoda
serta
meningkatkan
pertumbuhanekonomi nasiona] dan daerah.
SK. No 093233 A
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-5-23.
Tatanan
KebandarudaraanNasional
adalah
sistemKebandarudaraan
secara nasional
yangmenggambarkan
perencanaan
bandar
udaraberdasarkan
rencana
tata
ruang,
pertumbuhanekonomi, keunggulan komparatif
wilayah,
kondisi alam dan geografi, keterpaduanintra
dan antarmodatran sportasi, kelestarian lin gkun gan, ke s elamatan dan
keamanan
penerbangan,serta keterpaduan
dengansektor pembangunan lainnya.
24.
Bandar
Udara ada-lah kawasandi
daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan
sebagai
tempat
PesawatUdara mendarat dan
lepaslandas, naik
turun
penumpang, bongkar muat barang,dan
tempat
perpindahan
intra dan
antarmodatransportasi,
yang
dilengkapi dengan
fasilitaskeselamatan
dan
keamanan
penerbangan,
sertafasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
25.
Bandar Udara Khusus adalah Bandar Udara
yang hanya digunakanuntuk
melayani kepentingan sendiriuntuk
menunjang kegiatan usaha pokoknya.26.
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ada-lahwilayah daratan danf atau perairan serta ruang udara
di
sekitar
Bandar Udara
yang
digunakan untuk
kegiatan
operasi
Penerbangan
dalam
rangka menj amin keselamatan penerbangan.27
.
Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usahamilik
negara, badan usaha
milik
daerah, atau badanhukum
Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi,
yang
kegiatan
utamanya
mengoperasikan Bandar Udarauntuk
pelayanan umum.28. Unit
PenyelenggaraBandar Udara adalah
lembagapemerintah
di
Bandar Udara yangbertindak
sebagaipenyelenggara
Bandar
Udarayang
memberikan jasapelayanan
Kebandarudaraanuntuk
Bandar
I-ldarayang belum diusahakan secara komersial.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-29.
Navigasi Penerbanganadalah proses
mengarahkan gerak Pesawat Udaradari
satutitik
ketitik
yang laindengan selamat dan lancar
untuk
menghindari bahayadan/ atau rintangan Penerbangan.
30.
Keselamatan
Penerbanganadalah
suatu
keadaanterpenuhinya persyaratan
keselamatan
dalam pemanfaatan wilayahudara,
Pesawat Udara, Bandar Udara, Angkutan Udara, Navigasi Penerbangan, sertafasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
31.
Keamanan Penerbangan adalahsuatu
keadaan yangmemberikan
pelindungan
kepada Penerbangan daritindakan
melawan
hukum
melalui
keterpaduanpemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas,
danprosedur.
32.
Lisensi adalah
surat izin
yang
diberikan
kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan tertentuuntuk
melakukan pekerjaan
di
bidangnya
da-lamjangka waktu tertentu.
33.
Sertifikat
Kompetensiadalah tanda
bukti
seseorangtelah
memenuhi persyaratan pengetahlfan, keahlian, dan kualifrkasi di bidangnya.34.
Perizinan Berusaha adalah
legalitasyang
diberikankepada Pelaku Usaha
untuk
memulai
danmenjalankan usah
a
dan I alau kegiatannya.35.
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesiayang
memegangkekuasaan pemerintahan
NegaraRepublik Indonesia yang
dibantu
olehWakil
Presidendan menteri
sebagaimanadimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.36.
Pemerintah
Daerah adalah kepala daerah
sebagaiunsur
penyelenggarapemerintahan
daerah
yangmemimpin
pelaksanaanurusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.37. Menteri adalah
menteri
yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang penerbangan.
38.
Setiap Orang adalah
orang
perseorangan
atau korporasi.BABII
...
SK
No 093319 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-7
BAB II
PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA Pasa-l 2
Pembangunan Bandar Udara dilaksanakan sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Menteri yang mengacu pada
pedoman
teknis yang
ditetapkan
oleh
menteri
yangmenyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di
bidang bangunan gedung.Pasal 3
Pembangunan
Bandar Udara
yang
diprakarsai
olehPemerintah Pusat, anggaran pembangunan Bandar Udara
ditetapkan
sesuai
dengan
rnekanisme
anggaranpendapatan dan belanja negara. Pasa-l 4
Dalam
Pembangunan
Bandar Udara
wajib
memenuhi ketentuan:a.
melaksanakan pekerjaan pembangunan Bandar Udara sesuai dengan rencanainduk
Bandar Udara;b.
bertanggungjawab
terhadap dampak
yang
timbul
selama pelaksanaan pembangunan
Bandar
Udara yang bersangkutan;c.
menaati peraturan
perundang-undangandi
bidangKeselamatan
dan
Keamanan Penerbangan
sertapelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d.
memberikan akses terhadap pelaksanaan pengawasandalam pembangunan Bandar Udara;
e
BAB III
KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA Pasal 5
f
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-melaporkan
pelaksanaan
kegiatan
pembangunanBandar Udara
secaraberkala setiap
3
(tiga) bulankepada Menteri,
gubernur,
danf ataubupati/wali
kotasesuai dengan kewenangannya; dan
melaporkan hasil pembangunan Bandar Udara kepada
Menteri
setelah
selesainya pembangunan
BandarUdara.
(1)
PesawatUdara,
mesin
PesawatUdara,
dan
baling-baling
PesawatTerbang
yang akan dibuat
untuk
digunakan secar sah harus memiliki rancang bangun.
(21
Rancang
bangun
Pesawat
Udara,
mesin
PesawatUdara, dan
baling-baling.
Pesawat
.Terbang sebagaimana di aksud pada ayat (1) harus mendapatpersetujuan dari Menteri.
(3)
Persetujuan
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(2)diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan
danpengujian sesuai dengan standar Kelaikudaraan.
Pasal 6
(1)
Setiap Orang
yang
melakukan kegiatan
rancangbangun
PesawatUdara, mesin
PesawatUdara,
danbaling-baling Pesawat Terbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 harus
mengacu pada standar rancang bangun yang ditetapkan oleh Menteri.(2)
Dalam
hal
rancang
bangun
PesawatUdara,
mesin PesawatUdara,
dan
baling-baling
Pesawat Terbangyang akan diproduksi,
harus
dilakukan oleh
badanhukum yang telah
mendapat
sertifikat
organisasiranca.ng baqgun dari Menteri.
SK
No 093237 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-9-(3)
Sertifikat
organisasi rancang
bangun
sebagaimanadimaksud pada
ayat (21diberikan
setelah memenuhi persyaratan paling sedikit:a.
menyerahkan
aplikasi
sertifikasi
organisasi rancang bangun;b.
memiliki surat izin
usahauntuk
pemohon dalamnegeri;
c.
memiliki sertifikat
organisasi rancang
bangundari
otoritas
nega_raasal
untuk
aplikan
luar
negeri;
d.
memiliki
organisasi, prosedurkerja
dan
sumberdaya manusia yarlg memadai; dan
e.
menyelesaikan 5 (lima) fase sertifikasi.Pasal 7
(1)
PesawatUdara, mesin
PesawatUdara,
atau
baling-baling
PesawatTerbang
yang dibuat
berdasarkanrancang bangu4
untuk
diproduksi,
harus
memiliki sertifikat tipe yangditerbitkan
oleh Menteri.(2)
Sertifikat
tipe
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)diberikan
setelahdilakukan
pemeriksaan kesesuaianterhadap standar Kelaikudaraan rancang bangun dan
telah memenuhi
uji
tipe.(3)
Uji
tipe
sebagaimanadimaksud pada
ayat (2) palingsedikit meliputi:
a.
pengujian rangka;b.
pengujian mesin;c.
pengujian fungsi sistem di darat;d.
pengujian fungsi sistem di udara; dane.
pengujian kemampuan terbang.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-Pasal 8
(1)
Setiap
PesawatUdara, mesin
PesawatUdara,
danbaling-baling
Pesawat Terbangyang dirancang
dandiproduksi
di
luar
negeridan diimpor
ke
Indonesiaharus
mendapat
sertifikat validasi
tipe
yangditerbitkan
oleh Menteri.(21
Sertifikat validasi
tipe
sebagaimanadimaksud
padaayat (1)
dilaksanakan berdasarkan
pedanjianantarnegara di bidang Kelaikudaraan.
(3)
Sertifikat validasi
tipe
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)diberikan
setelahlulus
pemeriksaanuntuk
memastikan kesesuaian persyaratan terhadap standar Kelaikudaraan rancang bangun di Indonesia dan telah memenuhi
uji
tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal7
ayat (2).(41
Persyaratan
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(3)paling sedikit meliputi:
a.
surat rek endasi dari otoritas negara asal;b.
sertifikat tipe dan lembar data sertifikat tipe yangdikeluarkan oleh otoritas negara asal; dan
c.
dokumen
lain
yang dibutuhkan
daiam
prosessertifikasi
tipe dan
dokumen yang
dikeluarkanuntuk
menjaga keberlangsungan Kelaikudaraan.Pasal 9
(1)
Setiap perubahan terhadap rancang bangun PesawatUdara, mesin
Pesawat
Udara,
atau
baling-balingPesawat Terbang
yang telah
mendapatsertifika!
tipesebagaimana dimaksud dalam Pasal T
harrs
mendapatpersetujuan dari Menteri.
(2)
Persetujuan perubahan rancang bangun sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)diberikan
setelahdiiakukan
pemeriksaan kesesuaian rancang bangun dan
uji
tipesebagaimana dimaksud dalam Pasal
7
ayat (2).SK
No 093239 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-
11-(3)
Perubahanrancang bangun
sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berupa:
a.
persetujuan perubahan;b.
sertifikat tipe tambahan; atauc.
amendemen sertifikat tipe.Pasal 1O
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaistandar
Kelaikudaraan,tata
cara dan prosedur mendapatkan persetujuan rancangbangun, sertifikat organisasi rancang bangun,
sertifikattipe,
sertifikat validasi
tipe
dan
persetujuan
perubahanterhadap rancang
bangun
Pesawat Udara, mesin PesawatUdara,
atau
baling-baling Pesawat Terbangdiatur
denganPeraturan Menteri.
Pasal 1 1
(1)
Setiap
badan
hukum
Indonesia
yang
melakukankegiatan produksi
dan/atau
perakitan Pesawat Udara,mesin Pesawat Udara,
dan/atau
bating-baling PesawatTerbang
wajib memiliki
sertifikat produksi
yangditerbitkan
oleh Menteri.(2)
Untuk
memperolehsertifikat produksi
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1),
badan
hukum
Indonesiapaling sedikit harus memenuhi persyaratan:
a.
memiliki sertifikat
tipe
atau
rnemiliki
lisensiproduksi
atau
memiliki kerja
sarna
denganorganisasi
rancang bangun
pembuatanberdasarkan perjanjian dengan pihak lain;
b.
fasilitas dan peralatanproduksi;
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-12-c.
struktur
organisasipaling sedikit memiliki
unit
bidang produksi dan
unit
kendalimutu;
d.
personel
produksi
dan
kendali
mutu
yangkompeten;
e.
sistem
pemeriksaan
produk
dan
pengujianproduksi;
f.
memiliki
pedoman
sistem
manajemen mutu
untuk
mempertahankankinerja produksi
secaraterus menerus; dan
g. memiliki pedoman sistem
manajemenkeselamatan.
(3)
Sertifikat produksi
sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diberikan
setelah
dilakukan
pemeriksaan
danpengujian
yang
hasilnya
memenuhi
standar Kelaikudaraan.(4)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
ca_ra danprosedur
untuk
memiliki sertifikat
produksi diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 12
Setiap Pesawat Udara yang dioperasikan di Indonesia wajib mempunyai tanda pendaftaran.
Pasal 13
Pesawat
Udara Sipil yang wajib didaftarkan
di
Indonesiaharus
memenuhiketentuan tidak terdaftar
di
negara laindan:
a.
dimiliki
oleh warga negara Indonesia ataudimiliki
olehbadan
hukum
Indonesia;SK
No 093241 Ab
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-
13-dimiliki
oleh warga negara asingatau
badanhukum
asing
dan
dioperasikan oieh warga negara Indonesiaatau
badan
hukum
Indonesiauntuk
jangka
waktupemakaiannya
minimal
2
(dua)tahun
secaraterus-menerus berdasarkan perjanjian ;
dimiliki oleh
instansi
Pemerintah
Pusat
atau Pemerintah Daerah, dan Pesawat Udara tersebut tidakdipergunakan
untuk
misi penegakanhukum;
ataudimiliki
oleh warga negara asingatau
badanhukum
asing yang
Pesawat Udaranyadikuasai oleh
badanhukum
Indonesia berdasarkansuatu
perjanjian yangtunduk
pada
hukum
yang
disepakati
para
pihakuntuk
kegiatan penyimpanan, penyewaan,dan/atau
perdagangan Pesawat Udara. Pasal 14
(1)
Pendaftaran PesawatUdara
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 diajukan oleh pemilik atau yang diberi
kuasa dengan persyaratan:
a.
menunjukkan
bukti
kepemilikan
ataupenguasaan Pesawat Udara;
b.
menunjukkan
bukti
penghapusan
pendaftaranatau
tidak
didaftarkan di negara lain;c.
memenuhi
ketentuan
persyaratan
batas
usiaPesawat Udara yang ditetapkan oleh Menteri;
d.
bukti
asuransi Pesawat Udara; dane. bukti
terpenuhinya
persyaratan
pengadaan Pesawat Udara.(2)
PesawatUdara
yang
telah
memenrrhi
persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat
(1)diberi
sertifikatpendaftaran yang
diterbitkan
oleh Menteri.(3)
Persyaratan
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(1)huruf
c dan
huruf
e dikecuaLikanuntuk
pendaftaranPesawat Udara tanpa awak.
C
d
PRES lDEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-Pasal 15
Pesawat
Udara
yang telah memiliki tanda
pendaftaran dapat dihapus tanda pendaftarannyajika:
a.
permintaan dari pemilik atau orang perseorangan yangdiberi kuasa dengan ketentuan:
1.
telah berakhirnya perjanjian sewa guna usaha;2.
diakhirinya perjanjian
yang
disepakati
parapihak;
3.
akan dipindahkan pendaftarannya ke negara iain;4.
rusak totalnya Pesawat Udara akibat kecelakaan;5.
tidak digunakannya lagi Pesawat Udara;6.
Pesawat
Udara
dengan sengaja
dirusak
ataudihancurkan;
7.
terjadi cederajanji
atau wanprestasi oleh penyewa Pesawat Udara berdasarkanputusan
pengadilanyang memperoleh kekuatan
hukum
tetap; atau8.
adanya
putusan
pengadilan
yang
memperolehkekuatan
hukum
tetap.b.
tidak dapat mempertahankan sertifikat Kelaikudaraansecara terus-menerus selama 3 (tiga) tahun.
Pasal 16
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaitata cara dan
prosedurpendaftaran
dan
penghapusan
tanda
pendaftaran sebagaimanadimaksud dalam Pasal
12
sampai
denganPasal 15
diatur
dengan Peraturan Menteri. Pasal 17(1)
Setiap
Pesawat
Udara yang
dioperasikan
wajib memenuhi standar Kelaikud ar aar,.(2)
Pesawat
Udara
yang
telah
memenuhi
standarKelaikudaraan sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1)diberi
sertifikat
Kelaikudaraan
setelah
lulus
pemeriksaan dan pengujian Kelaikudaraan.
SK
No 087297 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-15-Pasal 18
Sertifikat
Kelaikudaraan
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2)terdiri
atas:a.
sertifikat Kelaikudaraarl standar; danb.
sertifikat Kelaikudaraan khusus.Pasal 19
Sertifikat
Kelaikudaraan standar diberikanuntuk
PesawatTerbang
kategori transpor, normal,
kegunaan, aerobatik,komuter,
Helikopter kategorinormal
dan transpor,
kapaludara, balon
berpenumpang,dan
PesawatUdara
tanpaawak.
Pasal 20
(1)
Sertifikat
Kelaikudaraan
standar
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19
terdiri
atas:a.
sertifikat
Kelaikudaraan standar pertama
yangdiberikan
untuk
PesawatUdara
pertama kali
dioperasikan oleh Setiap Orang; dan
b.
sertifikat Kelaikudaraan standar
lanjutan
yangdiberikan
untuk
Pesawat Udara setelah sertifikatKelaikudaraan
standar pertama
dan
akan dioperasikan secara terus menerus.(2)
Untuk
memperolehsertifikat
Kelaikudaraan standar pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
a,Pesawat Udara harus:
a.
memiliki
sertifikat pendaftaran yang berlaku;b.
melaksanakan
proses
produksi
dari
rancangbangun,
pembuatan
komponen,
pengetesankomponen, perakitan, pemeriksaan
kualitas,
danpengujian terbang
yang
memenuhistandar
dansesuai dengan kategori tipe Pesawat Udara;
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-16-c.
telah
diperiksa
dan
dinyatakan sesuai
dengansertif,rkat
tipe atau
sertifikat validasi
tipe
atausertifikat tambahan validasi Indonesia; dan
d.
memenuhi persyaratan standar kebisingan
danstandar emisi gas buang.
(3)
Untuk
memperolehsertifikat
Kelaikudaraan standarlanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
b, Pesawat Udara harus:a.
memiliki sertifikat
pendaftaran
yang
masih berlaku;b.
memiliki
sertifikat Kelaikudaraan;c.
melaksanakan perawatan sesuai dengan standar perawatan yang telah ditetapkan;d.
telah
memenuhi
instruksi
Kelaikudaraan
yangdiwajibkan;
e.
memiliki sertifikat
tipe
tambahanjika
terdapat penambahan kem'ampuqn Pesawat Udara;f.
memenuhi ketentuan pengoperasian; dang.
memenuhi
ketentuan standar
kebisingan
danstandar emisi gas buang. Pasal 21
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaitata
cara dan
proseduruntuk
memperolehsertifikat
Kelaikudaraan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18
diatur
dengan Peraturan Menteri.Pasal 22
(1)
Setiap Orang yang
mengoperasikan Pesawat Udarauntuk
kegiatan
Angkutan Udara
wajib
memilikisertifikat yang
diterbitkan
oleh Menteri.SK
No 093245 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-17-(2)
Sertifikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri
atas:
a.
sertifikat operator Pesawat Udara, yang diberikankepada badan hukum
Indonesia
yangmengoperasikan Pesawat
Udara
Sipil
untuk
Angkutan Udara Niaga; atau
b.
sertifikat
pengoperasian PesawatUdara,
yangdiberikan kepada
orang
atau
badan
hukum
Indonesia
yang
mengoperasikan Pesawat UdaraSipil
untuk
Angkutan Udara Bukan Niaga. Pasal 23(1)
Setiap
orang
yang
mengoperasikan Pesawat Udaratanpa awak
untuk
kegiatan Angkutan Udara
Niagaatau nonniaga wajib
memiliki
sertifikat pengoperasian Pesawat Udara tanpa awak.(2)
Sertifikat
pengoperasian PesawatUdara tanpa
awak sebagaimanadimaksud
padaayat
(1), dapat menjadibagian
dari
sertifikat operator
PesawatUdara
atausertifikat
pengoperasian PesawatUdara
yang
telahdimiliki.
Pasal24
Untuk
mendapatkan
sertifikat
operator
Pesawat Udara sebagaimanadimaksud dalam
Pasal22
ayat (2)huruf
a,harus memenuhi persyaratan:
a.
memiliki
Perizinan Berusaha Angkutan Udara Niaga;b.
memiliki
dan
menguasai Pesawat
Udara
denganjumlah
tertentu sesuai dengan Perizinan
BerusahaAngkutan Udara Niaga yang
dimiliki;
c.
memilikidan/atau
menguasai personel Pesawat Udarayang kompeten dalam
jumlah
rasio yang
memadaiuntuk
mengoperasikandan
melakukan
perawatanPesawat Udara;
PRES IDEN
REPUBLIK INDONES]A
-18-d.
memiliki
struktur
organisasipaling sedikit
di
bidangoperasi, perawatan, keselamatan, dan jaminan kendali
mutu;
e.
memiliki
personel manajemenyang
kompeten yangbertanggung
jawab terhadap kegiatan
keselamatan,operasi
dan
perawatan
PesawatUdara serta
telahdinyatakan
lulus
uji
kepatutan danuji
kelayakan:f.
memiliki
pedoman organisasi pengoperasian
danpedoman organisasi perawatan;
g.
memiliki
program perawatan Pesawat Udara;h.
memiliki
pedoman sistem
manajemenmutu
untuk
mempertahankan
kinerja
operasidan teknik
secaraterus menerus;
i.
memiliki
pedomansistem
manajemen keselamatan; danj.
memiliki
prograrn keamananAngkutan Udara
yang telah mendapat pengesahan.Pasal 25
Untuk
memperoleh sertifikat pengoperasian Pesawat Udara sebagaimanadimaksud dalam
Pasal22
ayat (2)huruf
b,harus memenuhi persyaratan :
a.
memiliki perizinan
kegiatanAngkutan
Udara BukanNiaga;
b.
memiliki
atau menguasai Pesawat Udara;c.
memiliki
darrrlatau menguasai
personel
operasiPesawat Udara
dan
personelahli
perawatan Pesawat Udara;d.
memiliki
standar pengoperasian Pesawat Udara;e.
memiliki
prograrn perawatan Pesawat Udara; danf.
memiliki
program
keamanan
Angkutan
Udaramengacu
kepada ketentuan
prograrn
Keamanan Penerbangan nasional.Pasal26...
SK
No 093247 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-19
Pasal 26
(1)
PesawatUdara
tanpa a
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal
23
yang
wajib
memiliki
sertifikat pengoperasianPesawat
Udara
tanpa awak
hanyauntuk
PesawatUdara
tanpa
awak yang
memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.(2)
Untuk
memperolehsertifikat
pengoperasian PesawatUdara
tanpa
awak sebagaimana dimaksud pada ayat(1), harus memenuhi persyaratan:
a.
memiliki
Perizinart Berusaha
Angkutan
UdaraNiaga
atau
perizinartkegiatan Angkutan
UdaraBukan Niaga;
b.
memiliki dan/atau
menguasai
Pesawat Udaratanpa awak
dengan
jumlah tertentu
sesuai dengan yangtertulis di
dalam lampiran PerizinanBerusaha
atau
perizinan kegiatan
AngkutanUdara;
c.
memiliki
dan/atau
menguasai personel operasiPesawat
Udara tanpa awak
dan/atau
personelahli perawatan Pesawat Udara tanpa awak;
d.
memiliki standar
pengoperasian Pesawat Udaratanpa awak;
e.
memiliki
standar perawatan Pesawat Udara tanpaawak; dan
f.
memiliki
program keamanan Angkutan
Udara mengacu kepadaketentuan
prograrn Keamana-n Penerbangan nasional.Pasal 27
(1)
Kepemilikan Pesawat
Udara dala
rangka
prosesperizinan Angkutan Udara berupa:
a.
pembelian tunai;b.
pembelian angsuran yang berupa perjaniianjual
beli
dengan garansi kepemilikanyang
disahkan olehnotaris atau
pejabat yang berwenanguntuk
penge sahan perj anj ian ;PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-c
sewa menyewa Pesawat Udara denganhak
opsiuntuk
membeli yangdibuktikan
denganjaminan
dari
pemilik
bahwa
penyewa
wajib
memilikipesawat
tersebut pada masa
akhir
sewa yangdisahkan oleh notaris;
d.
hibah atau
hadiah
yang
dibuktikan
dengandokumen yang sah; atau
e.
putusan
pengadilan
yang telah
memperolehkekuatan
hukum
tetap.(2)
PenguasaanPesawat
Udara dalam rangka
prosesperizinan Angkutan Udara berupa:
a.
sewa
PesawatUdara
dari
pemberi sewa
gunausaha
luar
negeri
yang bukan
merupakanperusahaan
Angkutan
Udara
atau
operatorPenerbangan, dalam
bentuk perjanjian dry
leasedan diregistrasikan;
b.
sewa Pesawat Udaradari
perusahaan AngkutanUdara asing dalam bentuk perjanjian
dry
leasedan diregistrasikan;
c.
sewa
PesawatUdara
dari
pemberi sewa
gunausaha
dalam
negeri
yang bukan
merupakanperusahaan
Angkutan
Udara
atau
operator Penerbangandalam bentuk perjanjian
dry
atauwet lease;
d.
sewa Pesawat Udaradari
Badan Usaha AngkutanUdara Niaga nasional
lain
dalam
bentuk perjanjiandry
lease; ataue.
sewa Pesawat Udaradari
Badan Usaha AngkutanUdara Niaga nasional
lain
dalam
bentuk perjanjian wet lease,untuk
jangkawaktu
12 (duabelas)
bulan dan tidak
dapat diperpanjang sertawajib
mempertahankan
jumlah
minimalpenguasaan Pesawat Udara.
SK
No 093249 APRES
REPUBLIK lNDONESIA
-21
-Pasal 28
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaitata
cara dan
prosedurmemperoleh
sertifikat operator
PesawatUdara,
sertifikatpengoperasian Pesawat Udara, dan sertifikat pengoperasian Pesawat Udara tanpa awak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 dan Pasal 23
diatur
dengan Peraturan Menteri.Pasal 29
(1)
Setiap Orang yang
mengoperasikan Pesawat Udarawajib
merawat Pesawat Udara, mesin Pesawat Udara,baling-baling
PesawatTerbang,
dan
komponennyauntuk
mempertahankan
keandalan
danKelaikud araan secara berkelanjutan.
(2)
Dalam
perawatan Pesawat
Udara, mesin
PesawatUdara,
baling-baling
Pesawat Terbang,
dankomponennya sebagaimana
dimaksud
padaayat
(1),Setiap Orang
harus
membuat program
perawatanPesawat Udara yang disahkan oleh Menteri.
Pasal 30
(1)
Perawatan Pesawat
Udara, mesin
Pesawat Udara,baling-baling
PesawatTerbang,
dan
komponennya sebagaimanadimaksud
dalam Pasal29
hanya dapatdilakukan
oleh:a.
Badan
Usaha Angkutan
Udara
yang
telahmemiliki
sertifikat operator Pesawat Udara;b.
badan
hukum
organisasi perawatan
PesawatUdara,
yang telah memiliki sertifikat
organisasi perawatan Pesawat Udara; atauc.
personel ahli perawatan Pesawat Udara yang telahmemiliki
Lisensiahli
perawatan Pesawat Udara.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22--(2)
Sertifikat
organisasi perawatan
Pesawat
Udara sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
huruf
b
danLisensi
ahli
perawatan PesawatUdara
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
huruf
c diberikan setelahlulus
pemeriksaan dan pengujian.
Pasal 31
Selain
perusahaan
Angkutan
Udara, badan
hukum
organisasi
perawatan
PesawatUdara,
dan
personel
ahli perawatan PesawatUdara
sebagaimanadimaksud
dalamPasal 30 ayat (1), perawatan Pesawat Udara, mesin Pesawat
Udara, baling-baling Pesawat Terbang;,
dan
komponennyajuga
dapatdilakukan
olehpabrik
pembuat Pesawat Udara,mesin Pesawat Udara, baling-baling Pesawat Terbang, dan komponen.
Pasal 32
Untuk
mendapatkan
sertifikat
organisasi
perawatanPesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3O ayat (1)
huruf
b harus memenuhi persyaratan:a.
memiliki
NomorInduk
Berusaha (NIB);b.
memiliki
manajemen
yang
bertanggung
jawabterhadap
kegiatan perawatan PesawatUdara,
mesinPesawat
lJdara,
baling-baling Pesawat
Terbangdan/atau
komponennya sertatelah
dinyatakanlulus
uji
kepatutan danuji
kelayakan;c.
memiliki
pedoman organisasi perawatan
PesawatUdara, fnesin
PesawatUdara, baling-baling
PesawatTerbang dan I atau komponen;
d.
memiliki
atau
menguasai
fasilitas
pendukungperawatan
PesawatUdara, mesin
Pesawat Udara,baling-baling
Pesawat Terbang, danlatau
komponensecara berkelanjutan;
SK
No 0932-51 Ae
PRES
REPUBLIK INDONESIA
-23-memiliki
peralatan pendukung perawatarl
PesawatUdara, mesin
PesawatUdara, baling-baling
Pesawat Terbang,dan/atau
komponen secara berkelanjutan;memiliki
atau
menguasai personel
yang
telahmempunyai
Lisensi,
dan/atau
sertifikat
ahliperarvatan
PesawatUdara,
mesin
Pesawat Udara,baling-baling
Pesawat Terbang, danlatau
komponensesuai dengan lingkup pekerjaannya;
memiliki pedoman perawatan dan pemeriksaan
terkini
yang dikeluarkan
olehpabrikan
sesuai dengan jeniskemampuan organisasi perawatan
Pesawat Udara,mesin Pesawat Udara, baling-baling Pesawat Terbang,
dan/atau
komponen;memiliki
pedoman sistem
manajemenmutu
untuk
menjamin
dan
mempertahankankinerja
perawatanPesawat Udara, mesin, baling-baling,
dan
komponenseca-ra berkelanj utan ;
memiliki
atau
menguasai
suku
cadang
untuk
mempertahankan
keandalan
dan
Kelaikud araaJ:rberkelanjutan; dan
memiliki
pedoman sistem manajemen keselamatan.f
o b' hj
Pasal 33Ketentuan
lebih
lanjut
mengenaitata
cara dan
prosedurpengesahan prograrn perawatan Pesawat Ud-ara, pemberian
sertifikat
organisasi perawatan Pesawat Udara, dap Lisensiahli
perawatan
PesawatUdara
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal29
sampai
dengan Pasal32
diatur
denganPeraturan Menteri.
Pasal 34
(1)
Personel Pesawat Udarawajib memitiki
Lisensi atau Sertifikat Kompetensi.(2) Personel
PRES tDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2+-(2)
Personel Pesawat Udara yangterkait
langsung denganpelaksanaan pengoperasian Pesawat
Udara
wajibmemiliki
Lisensi yang sah dan masih berlaku.Pasal 35
(1)
Lisensi
atau
Sertifikat
Kompetensi
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
34
ayat
(1)
diberikan
olehMenteri setelah memenuhi persyaratan:
a.
administratif;b.
sehat jasmani dan rohani;c.
keahlian di bidangnya; dand.
lulus
ujian.{2)
Sehat
jasmani
dan
rohani
sebagaimana dimaksudpada ayat (1)
huruf
b
berupa
keterangan
hasil pemeriksaan kesehatanyang
dilaksanakan olehunit
kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri.
(3)
Lulusujian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
d
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
mengetahuikemampuan keahliannya
guna
mendapatkan Lisensiatau Sertifikat Kompetensi.
(1)
Personel Pesawat Udarayang telah memiliki
Lisensi wajib:a.
melaksanakan
pekerjaan
sesuai
denganketentuan di bidangnya;
b.
mempertahankan kemampuan yangdimiliki;
danc.
melakukan
pemeriksaan
kesehatan
secaraberkala.
(2) Kewajiban
mempertahankan
kemampuan
yangdimiliki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
bberupa kewajiban
minimal
personel dalam melakukanpekerjaan dan mengikuti pelatihan ulang.
S[(
No 093253 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-25-Pasal 37
(1)
Lisensi personel Pesawat Udarayang diberikan
olehnegara
lain
dapatditerbitkan melalui
proses va-lidasiatau konversi oleh Menteri.
(2)
Validasi
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)diberikan
untuk
personel Pesawat
Udara
setelahmemenuhi persyaratan:
a.
mendapatkan
surat
autentifikasi Lisensi
asingdari otoritas asing yang menerbitkan Lisensi asing dimaksud;
b.
sehat jasmani dan rohani; danc.
kompetensidi
bidangnya.(3)
Sehat
jasmani
dan
rohani
sebagaimana dimaksudpada
ayat (2)
huruf
b
berupa
keterangan
hasil pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan olehunit
kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri.
{4)
Kompetensi
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(2)huruf
c
merupakansuatu
kegiatanujian tertulis
danpraktik
yang ditetapkan oleh Menteri.(5)
Konversi
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)diberikan
untuk
personel Pesawat Udara yang berasaldari
Negarayang
telah memiliki
perjanjian
Lisensipersonel
Pesawat
Udara
dengan
Indonesia,
dandilaksanakan sesuai dengan perjanjian.
Pasal 38
Pengujian keahlian dan kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1)
huruf
c dan Pasal37
ayat (2)huruf
c meliputi:
a.
pengujian Lisensi dan sertifikat;b.
pengujian rating; danc.
pengujian kecakapan bahasa Inggris.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-26-Pasal 39
(1)
Kompetensi
bagr
pemegangLisensi
atau
Sertifikat Kompetensi sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 34diperoleh
melalui
program
pendidikan
dan/atau
pelatihan yang
diselenggarakan lembaga pendidikand,anlatau pelatihan
untuk
personel
Pesawat Udarayang telah memenuhi standar yang ditetapkan
olehMenteri.
(21
Dalam
memenuhi
standar
sebagaimana dimaksudpada
ayat
(1), Menteri melakukan verifikasi
sesuaidengan standar yang ditetapkan.
(3)
Lembaga
pendidikan
dan/atau
pelatihan
untuk
personel Pesawat Udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
terdiri
atas:a.
sekolah penerbang;b.
pendidikan teknisi Pesawat Udara; atauc.
lembaga
pendidikan
dan
pelatihan
personel Pesawat Udara.Pasal 40
Ketentuan lebih
lanjut
mengenai persyaratan, tata cara danprosedur memperoleh Lisensi,
atau Sertifikat
Kompetensi,dan lembaga pendidikan
dan/atau
pelatihan, va-lidasi, ataukonversi Lisensi personel
PesawatUdara
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
34
sampai dengan Pasal39 diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 41
(1)
PesawatUdara yang dapat
diope ikandi
wilayah Negara KesatuanRepublik
Indonesiahanya
PesawatUdara Indonesia.
(21
Dalam
keadaantertentu
dan
dalam
waktu
terbatasPesawat
Udara asing dapat
dioperasikan
setelahmendapat izin dari Menteri.
SK
No 093255 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-27
-(3)
Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)yaitu:
a.
tidak
tersedianya kapasitas
PesawatUdara
diIndonesia;
b.
tidak
tersedialyajenis
atau kemampuan PesawatUdara
Indonesia
untuk
melakukan
kegiatanAngkutan Udara;
c.
bencana aJam;dan/atau
d.
bantuan kemanusiaan.(4)
Dalam
waktu
terbatas
sebagaimanadimaksud
padaayat
(2)
merupakan
waktu
pengoperasian PesawatUdara asing
dibatasi
sampaidapat
ditanggulanginya keadaan tertentu oleh Pesawat Udara Indonesia.Pasal42
Izin
yaag diberikan oleh Menteri
sebagaimana dimaksuddalam
Pasal4L
ayat (2) kepada badanhukum
Indonesiasetelah memenuhi persyaratan:
a.
sertifikat Kelaikudaraan yang masih berlaku;b.
sertifikat pendaftaran yang masih berlaku;c.
radio permit;d.
masaberlaku sertifikat
operator Pesawat Udara atausertifikat
pengoperasian PesawatUdara
dari
negaratempat pendaftaran Pesawat Udara tersebut;
e.
masaberlaku sertifikat
operator Pesawat Udara atau sertifikat pengoperasian Pesawat Udara badanhukum
Indonesia yang -mengajukan izin;
f.
operation specification,
sertifikat
operator
PesawatUdara, atau sertifikat
pengoperasian Pesawat Udara dimana Pesawat Udara tersebut terdaftar didalamnya;g.
bukti
asuransi Pesawat Udara;h
i
J PRES IDEN REPUBLIK lNDONESIA-28-kesesuaian
dan masa berlaku Lisensi
dari
personelPesawat Udara
yang melakukan
pengoperasian dan perawatan Pesawat Udara;perjanjian antar pemegang sertifikat operator Pesawat
Udara atau sertifikat
pengoperasian Pesawat Udara,yang
mengatur mengenai pelimpahan
pengawasanteknis; dan
surat
rekomendasi/permohonandari instansi terkait
yang membutuhkan.
Pasal 43
(1)
PesawatUdara asing
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal4l
ayat (2)dilakukan
pengawasan oleh negaradimana
pesawat
itu
terdaftar
kecuali
dilakukanpelimpahan
tanggung
jawab
dan
fungsi
yangdituangkan melalui perjanjian antarnegara.
(21
Perjanjian antarnegara sebagaimanadimaksud
padaayat (1) paling sedikit memuat:
a.
pelimpahan tanggung
jawab dan
fungsipengawasan;
b.
pengakuan terhadap Lisensidan sertifikat
yangditerbitkan
oleh
negara
pendaftaran
yarrgmeliputi:
1)
sertifikat Kelaikudaraan pesawat;2)
sertifikat stasiun
Penerbangandi
PesawatUdara; dan
3)
Lisensi personel Pesawat Udara. Pasa] 44Ketentuan
lebih lanjut
mengenaitata
cara pengajuan izinpengoperasian
Pesawat
Udara
asing
dari
Menterisebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42
diatur
dengan Peraturan Menteri.
SK
No 093257 APRES
REPUBLIK ]NDONESIA
-29-Pasal 45
(1)
Dalam
hal
Pesawat Udara Indonesia dioperasikan dinegara
lain,
tanggungjawab,
danfungsi
pengawasanPesawat
Udara
tersebut dapat dilimpahkan
kepadaotoritas
Penerbangansipil
asing melalui
perjanjianantarnegara.
(21
Perjanjian
antarnegara sebagaimanadimaksttd
padaayat (1) paling sedikit memuat:
a.
pelimpahan tanggung
jawab dan
fungsipengawasan;
b.
pengakuanterhadap
Lisensidan sertifikat
yangditerbitkan
oleh
negara
pendaftaran
yangmeliputi:
1)
sertifikatKelaikudaraanpesawat;2)
sertifikat
stasiun
Penerbangandi
PesawatUdara; dan
3)
Lisensikru
Pesawat Udara. Pasal 46Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai pelimpahan
tanggungjawab
dan
fungsi
pengawasanoperasi
Pesawat Udarasebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
45
diatur
denganPeraturan Menteri.
BAB IV
ANGKUTAN UDARA Pasal 47
(1)
Kegiatan Angkutan Udaraterdiri
atas:a.
Angkutan Udara Niaga; danb.
Angkutan Udara Bukan Niaga.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESlA
-30-(2)
Angkutan
Udara Niaga sebagaimanadimaksud
padaayat (1)
huruf
a terdiri. atas:a.
Angkutan Udara Niaga dalam negeri; danb.
Angkutan Udara Niagaluar
negeri.(3) Kegiatan Angkutan
Udara
Niaga
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
huruf
a dapat dilakukan secaraberjadwal
dan/atau tidak
berjadwal oleh Badan UsahaAngkutan Udara Niaga nasional
dan/atau
asinguntuk
mengangkut penumpang
dan
Kargo
atau
khususmengangkut Kargo. Pasal 48
Angkutan Udara Niaga dalam negeri hanya dapat dilakukan
oleh Badan
UsahaAngkutan Udara nasional yang
telah mendapatkan P erizinan Beru saha.Pasal 49
(1)
Angkutan Udara Niaga berjadwal dalam negeri hanyadapat dilakukan
oleh Badan UsahaAngkutan
Udaranasional
yang
telah
mendapat Perizinan
BerusahaAngkutan Udara Niaga berjadwal.
(2)
Badan Usaha Angkutan
Udara
Niaga
bedadwal sebagaimana dimaksud padaayat
(1) dalam keadaantertentu
dan
bersifat
sementara
dapat
melakukankegiatan
Angkutan Udara
Niaga
tidak
berjadwalsetelah mendapat persetujuan dari Menteri.
(3)
Kegiatan Angkutan Udara Niagatidak
berjadwal yangbersifat sementara sebagaimana
dimaksud
pada ayat (2) dapatdilakukan
atasinisiatif instansi
PemerintahPusat dan/atau
atas
permintaan
Badan
UsahaAngkutan Udara Niaga nasional.
SK
No 093259 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-31
-(4)
Kegiatan Angkutan Udara Niagatidak
berjadwal yangdilaksanakan
oleh
Badan
Usaha
Angkutan
UdaraNiaga berjadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak menyebabkan terganggunya pelayaran pada rute
yang menjadi tanggung jawabnya dan pada
rute
yangmasih dilayani oleh Badan Usaha Angkutan
UdaraNiaga berjadwal lainnya.
Pasal 50
(1)
Kegiatan
Angkutan Udara
Niaga berjadwal
hanyadapat dilakukan
oleh Badan UsahaAngkutan
UdaraNiaga
dan
perusahaanAngkutan Udara asing
yangtelah
mendapatpersetujuan Rute
Penerbangan dari Menteri.(2)
Badan Usaha Angkutan
Udara
Niaga
berjadwalnasional
dan
perusahaan
Angkutan
Udara
asingdilarang melakukan
penjualan
Tiket
Penerbangan sebelum persetujuan Rute Penerbangan diterbitkan.Pasal 51 (1)
(21
(3)
Kegiatan Angkutan Udara Niaga berjadwal
luar
negeridapat dilakukan
oleh Badan UsahaAngkutan
UdaraNiaga
berjadwal
nasional,
dan/atau
perusahaanAngkutan Udara Niaga
bedadwal
asing
untuk
mengangkut penumpang
dan
Kargo
berdasarkanperjanjian bilateral atau multilatera-l.
Perjanjian
bilateral
sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
merupakan
perjanjian Angkutan
Udara
yangdilakukan
oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan1
(satu) negara asingyang menjadi
mitra
perikatan(contracting partg).
Perjanjian multilateral
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) merupakan perjanjianAngkutan
Udara yangbersifat
khusus atau umum
yang dilakukan
olehPernerintah
Republik
Indonesia-dengan
beberapanegara
asing
yang
menjadi
mitra
perikatan
dan anggota dalam perjanjianini
bersifat tetap.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-32-Pasal 52
(1)
Dalam hal Indonesia melakukan perjanjianplurilateral
mengenai
Angkutan Udara
dengansuatu
organisasikomunitas
negara
asing,
pelaksanaan
perjanjiandilakukan
berdasarkan perjanjian
bilateral
denganmasing-masing negara anggota komunitas tersebut.
(21
Perjanjian
plurilateral
sebagaimanadimaksud
padaayat (1) merupakan perjanjian yang
dilakukan
antara1 (satu) negara dan organisasi komunitas negara atau
antarorganisasi
komunitas negara,
yangkeanggotaannya bersifat terbuka.
(3)
Dalam
hal
Indonesia sebagai anggota
dari
suatuorganisasi
komunitas negara
yang
melakukanperjanjian
plurilateral
mengenai
Angkutan
Udaradengan
suatu
organisasi
komunitas negara
lain,pelaksanaan
perjanjian
dilakukan
berdasarkanketentuan yang disepakati da-lam perjanjian tersebut.
Pasal 53
(1)
Badan Usaha Angkutan
Udara
Niaga
berjadwalnasiona-l dapat melakukan kerja sarna Angkutan Udara
dengan Badan Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwal
nasional
lainnya
untuk
melayani angkutan
dalamnegeri
dan/atau luar
negeri.(2)
Badan Usaha Angkutan
Udara
Niaga
berjadwalnasional
dapat
melakukan
kerja
sarna
denganperusahaan
Angkutan Udara asing
untuk
melayaniAngkutan Udara Luar Negeri.
(3)
Kerja salna Angkutan Udarauntuk
melayani Angkutan UdaraLuar
Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan
ayat (2),
dilaksanakan
.sesuai
dengankesepakatan
dalam
perjanjian hubungan
udarab.ilateral
atau
multilateral
sebagaimana dimaksuddalam Pasa] 51.
SK
No 093261 APRES
REPUBLIK ]NDONESlA
-33-(4)
Kerja
sarnaAngkutan Udara
sebagaimana dimaksudpada ayat
(1)dan
ayat
(2)wajib dilaporkan
kepadaMenteri.
Pasal 54
(1)
Angkutan
Udara Niagatidak
berjadwal dalam negerihanya
dapat dilakukan
oleh Badan Usaha AngkutanUdara
nasional
yang
telah
mendapat
Perizinan Berusaha Angkutan Udara Niagatidak
berjadwal.(2)
Angkutan
Udara Niagatidak
berjadwal dalam negerisebagaimana
dimaksud pada
ayat
(1)
dilaksanakanberdasarkan persetujuan terbang dari Menteri.
(3)
Badan UsahaAngkutan
Udara Niagatidak
berjadwaldalam negeri dalam keadaan
tertentu
dan
bersifatsementara dapat melakukan kegiatan Angkutan Udara
Niaga
berjadwal
setelah
mendapat
persetujuan Menteri.(41
Kegiatan
Angkutan Udara
Niaga
berjadwal
yangbersifat sementara sebagaimana dimaksud pada alrat (3) dapat
dilakukan
atasinisiatif instansi
PemerintahPusat, Pemerintah Daerah
dan/atau
Badan
UsahaAngkutan Udara Niaga nasional.
(5)
Kegiatan
Angkutan
Udara Niaga
berjadwalsebagaimana
dimaksud
pada ayat (3)
tidak
menyebabkan terganggunya
pelayanan
AngkutanUdara pada
rute
yang masih
dilayani
oleh
BadanUsaha Angkutan Udara Niaga berjadwal lainnya.
Pasa-l 55
(1)
KegiatanAngkutan
Udara Niagatidak
berjadwalluar
negeri
yang dilakukan oleh Badan
Usaha AngkutanUdara Niaga nasional wajib mendapatkan persetujuan
terbang dari Menteri.
PRES IDEN
REPUBLIK lNDONESIA
-34-(2)
KegiatanAngkutan
Udara Niagatidak
berjadwal dankegiatan Angkutan Lldara
Bukan
Niagaluar
negeriyang
dilakukan
oleh Pesawat UdaraSipil
Asing wajib mendapatkan izin terbang, yangterdiri
atas:a.
diplomatic
clearance,
dari
menteri
yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan bidangluar
negeri;b. securitg
clearance,
dari menteri
yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan bidangpertahanan; dan
c.
persetujuan terbang, dari Menteri.Pasal 56
Kegiatan
Angkutan Udara
Niaga
tidak
berjadwal
olehperusahaan Angkutan Udara asing yang melayani
rute
keIndonesia
dilarang
mengangkut penumpangdari
wilayah Indonesia, kecuali penumparlgnya sendiri yangditurunkan
pada Penerbangan sebelumnya. Pasal 57
(1)
PerusahaanAngkutan Udara
Niagatidak
berjadwalasing khusus pengangkut Kargo yang melayani rute ke
Indonesia dilarang mengangkut Kargo
dari
wilayah Indonesia, kecuali dengan persetujuan Menteri.(2)
Persetujuan
sebagaimanadimaksud
pada ayat
(1),diberikan
jika:
a.
tidak
tersedianyajenis
atau kemampuan PesawatUdara
Indonesia
untuk
melakukan
kegiatanAngkutan Udara;
b.
bencana alam;dan/atau
c.
bantuan kemanusiaan.SK
l'{o 093263 APRES
REPUBLIK INDONESIA
-35-Pasal 58
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai pelaksanaan kegiatanAngkutan
Udara
dan
kerja
sarna Angkutan
Udara sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal47
sampai
dengan Pasal 57diatur
dengan Peraturan Menteri.Pasal 59
(1)
Setiap Badan Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwalyang melayani
rute
Angkutan Udara Dalam
Negeriharus
menetapkan kelompok pelayanan
sebelummelaksanakan
kegiatan
Angkutan Udara
Niagaberjadwal.
(2)
Pelayananyang
disediakanBadan
Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwal sebagaimanadimaksud
padaayat (1), dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
pelayanan dengan standar maksimum;b.
pelayanan dengan standar menengah; atauc.
pelayanan dengan standar minimum.(3)
Badan Usaha Angkutan Udara Niaga berjadwal dalam menyediakan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memberitahukan kepada pengguna jasatentang
kondisi
dan
spesifikasi pelayanan
yang disediakan.Pasal 60
(1) Dalam
melaksanakan
pelayanan
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal59,
Badan
Usaha AngkutanUdara
Niaga
berjadwal
harus
memiliki
standarpelayanan
yang
memenuhi
asas
pelindungan konsumen, yang meliputi:a.
standar
pelayanan penumpangkelas
ekonomi;dan
b. standar pelayanan bagi
penumpangberkebutuhan khusus.
PRES IDEN
REPUBLIK lNDONESlA
-36-(21
Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan kepada Menteri.Pasal 61
(1) Standar
pelayanan penumpang
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 60 ayat (1), merupakan standar
pelayanan minimal, yang memuat paling sedikit:
a.
informasi yang jelas terhadap jenis dan spesifikasiyang ditawarkan
oleh
Badan Usaha
AngkutanUdara;
b.
akses informasi
yang
jelas
dan
transparanterhadap pemberlakuan
tarif;
c.
syarat dan ketentuan
pengangkutanyang tidak
bertentangan
dengan asas
pelindungan konsumen;d.
informasi kepastian operasional Penerbangan;e.
penumpang
memperolehhak
dan
pelindunganketika
Penerbangannyamengalami
gangguanoperasional
termasuk
gangguan
Penerbanganpada skala besar;
f.
penumpangberkebutuhan
khusus
memperoleh akses terhadap pelayanan Angkutan Udara tanpaada
diskriminasi
dan
memiliki
hak
untuk
menyampaikan kebutuhannya
selamaPenerbangan;.dan
g.
penumpang memiliki auntuk
menyampaikankeluhan dan setiap keluhan wajib
ditindaklanjuti
oleh Badan Usaha Angkutan Udara.
(2)
Standar
pelayananminimal
sebagaimana dimaksudpada ayat (1), meliputi: