• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MAGISTER DHARMA ACARAYA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI MAGISTER DHARMA ACARAYA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Landasan Pendidikan

OLEH

Nyoman Sri Sunariyadi NIM: 15.1.2.5.2.0855

PROGRAM STUDI MAGISTER DHARMA ACARAYA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI

DENPASAR 2015

(2)

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Manusia lahir dengan segala potensi untuk berkembang, baik sebagai makhluk pribadi, sosial, maupun sebagai makhluk Tuhan. Pandangan seperti itu sejalan dengan pandangan Pancasila, sebagai pandangan dan cara hidup bangsa Indonesia, yang melihat manusia sebagai suatu keutuhan . Manusia utuh adalah manusia yang berkembang secara seimbang dan terpadu dalam ketiga dimensi yanga disebutkan di atas. Proses hidup manusia adalah proses perkembangan, berada dan berlangsung di dalam masyarakat, oleh karena itu manusia adalah makhluk yang memiliki rasa belajar yang panjang.

Pengertian manusia sebagai makhluk pribadi mengandung makna bahwa manusia itu berbeda satu sama lain. Dia bersifat unik baik dalam cara berpikir, merasa, berkehendak, bercita rasa, maupun berperilaku. Sebagai pribadi dia memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk mengembangkan diri ke arah bagaimana dia mampu menjadi (learning to be). Dengan kemampuan yang dimilikinya, terutama kemampuan berpikir, manusia memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang akan menjadi bahan pengembangan dirinya ke arah yang lebih baik dan bermutu. Kebaikan adalah sesuatu yang normatif yang tidak selalu relevan dengan pengalaman dan pengetahuan yang bersifat indrawi karena pengalaman dan pengetahuan indrawi sering tercemari oleh struktur pikiran manusia itu sendiri sehingga tidak menjadi pengetahuan yang hakiki. Jika demikian halnya maka keunikan, kebebasan, dan kemerdekaan, manusia sebagai pribadi tidak mungkin terlepas dari konteks kehidupan. Sebagai suatu contoh, ketika seseorang berada dalam suasana bersama dengan orang banyak, dan dia ingin memuaskan kebutuhan akan merokok mungkin dia berpikir seperti ini. “Saya tidak bisa menahan hasrat untuk merokok, dan merokok menurut saya adalah hak pribadi saya.”Tapi mungkin pula muncul pikiran, “Apa akibatnya bagi orang lain kalau saya merokok di tempat ini, apakah dia akan terganggu?” “Kalau begitu saya lebih baik mencari tempat khusus untuk merokok.”

Hal di atas menunjukkan adanya suasana yang kait mengkait antara kebebasan manusia dalam menentukan pilihannya untuk bertindak, dengan lingkungan dimana dia berada. Jadi minimal ada dua kemungkinan manusia dalam bertindak yaitu mengarah kecenderungan positif dan negatif. Demikianlah kehidupan manusia selalu dalam suasana interaksi ruang dan waktu, sehingga manusia harus selalu memelihara keselarasan antara dirinya dengan lingkungan. Dalam banyak hal, manusia disebut sebagai makhluk individu, sosial dan religius. Semua perbuatannyapun harus bisa dipertanggungjawabkan secara vertikal, (pertanggungjawabannya kepada Tuhan), dan secara horizontal (pertanggungjawabannya pada diri sendiri dan lingkungan). Maka dari itulah manusia hidup tidak bisa terlepas dari kehidupan pribadi dan kelompoknya. Manusia tidak akan menjadi manusia seutuhnya bila dia tidak hidup di dalam

(3)

lingkungan masyarakat manusia. Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, rasional dan dengan kemampuan berpikirnya itu manusia dapat menimbang dan memilih alternatif tindakan dan keputusan yang paling mungkin bagi dirinya.

Manusia mengembangkan diri atas dasar kebebasan pikiran dan kehendak dengan dilandasi oleh nilai-nilai Ketuhanan dan kemasyarakatan. Proses hidup manusia adalah proses belajar. Proses belajar akan terjadi sepanjang hidup manusia karena manusia selalu dihadapkan kepada perubahan dan dinamika kehidupan yang menuntut dirinya untuk mengembangkan keterampilan hidup yang dapat menjadikan dirinya tetap berada sebagai makhluk pribadi, sosial dan makhluk Tuhan. Manusia adalah makhluk yang unik, keunikannya itu terletak dalam hal kemampuan berbuat atas dasar ilmu pengetahuan atau karya seni yang dihasilkannya. Dalam diri manusia terkandung suatu kemampuan inisiatif dan kreativitas yang sangat hebat dan dapat mengembangkan , meningkatkan, dan bahkan mengubah kehidupan manusia ke arah yang lebih baik dan bermutu. Manusia adalah makhluk rasional dan etis yang bertanggung jawab atas terintegrasinya penguasan ilmu pengetahuan dengan tuntutan tanggung jawab sosial dan moral.

Pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia. Untuk itu suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cinta kasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya, tidak ada pendidikan tanpa dasar cinta kasih. Dengan demikian, pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk berkepribadian merdeka secara fisik,sehat mental, cerdas, serta mennjadi anggota masyarakat yang berguna. Pendidikan yang berkelanjutan dan berpusat pada peserta didik sangat dibutuhkan saat ini agar dapat mengantisipasi perkembangan global yang tidak mungkin dihindari oleh siapapun di dunia ini. Pendidikan sebagai suatu usaha sadar, merupakan hal yang paling penting untuk memberikan pencerahan kepada anak bangsa demi kelangsungan kehidupan bangsanya. Pendidikan sebagai proses pemanusiaan (dalam arti pengembangan secara optimal harkat dan martabat kemanusiaannya) dan sesuai dengan falsafah bangsanya pada gilirannya akan berdampak pada kualitas bangsa tersebut.

Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip untuk dijadikan landasan dalam pelksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah bahw pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma pembelajaran yang memberikan peran

(4)

lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Maka dari itu diperlukan suatu model pendidikan yang mampu mentransformasikan bekal keintelekan dengan dasar keadaban yang kokoh. Maka dari itu pendidikan berlandaskan pada tiga acuan dasar pengembangan pendidikan (di Indonesia), yaitu, acuan filosofis,

acuan nilai kultural, dan acuan lingkungan strategis. 1. Acuan Filosofis

Acuan filosofis, didasarkan pada abstraksi acuan hukum dan kajian empiris tentang kondidi sekarang serata idealisasi masa depan. Secara filosofis berdasarkan dimensi ontologis, obyek material pendidikan adalah proses pemanusiaan manusia, sehingga harus memiliki karakteristik: (a) mampu mengembangkan kreatifitas, kebudayaan dan peradaban; (b)mendukung diseminasi dan nilai keunggulan: (c) mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagamaan; dan (d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral, dan semua itu interen dengan dengan cita-cita pembentukan masyarakat Indonesia Baru, yakni apa yang disebut dengan masyarakat madani.

2. Acuan Nilai Kultural

Pendidikan kita harus pula memiliki acuan nilai kultural dalam penataan aspek legal,. Tata nilai itu sendiri bersifat kompleks dan berjenjang mulai dari jenjang nilai ideal, nilai instrumental, sampai pada nilai operasional. Pada tingkat ideal, acuan pendidikan adalah pemberdayaan untuk kemandirian dan keunggulan. Pada tingkat instrumental, nilai-nilai yang penting dikembangkan melalui pendidikan adalah keotonomian individu, kecakapan, kesadaran berdemokrasi, kreativitas, daya saing, estetika,kearifan, moral, harkat, martabat dan kebanggaan. Pada tingkat operasional, pendidikan harus menanamkan pentingnya kerja keras, sportifitas, kesiapan bersaing, dan sekaligus bekerjasama dan disiplin diri. 3. Acuan Lingkungan Strategis

Acuan lingkungan strategis mencakup lingkungan nasional dan lingkungan global. Lingkungan nasional meliputi perubahan demografis termasuk didalamnya penyebaran penduduk yang tidak merata dan keberhasilan KB, pengaruh ekonomi yang tidak merata sehingga penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan meningkat, pengaruh sumber kekayaan alam yang peningkatannya membutuhkan pengelolaan yang baik, pengaruh nilai sosial budaya di era global ini, dimana munculnya nilai-nilai baru dimasyarakat seperti kerja keras, keunggulan, dan ketepatan waktu, pengaruh politik yang sejak era reformasi terasa sngat labil, serta pengaruh ideologi dimana pendidikan ideologi perlu terkait dengan yang universal. Lingkungan nasional yang saat ini masih dalam situasi reformasi, bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Secara nasional acuan strategis ini mengandung arti bahwa pendidikan kita harus dapat menjawab tantangan reformasi dan membawa

(5)

negeri ini kepada suatu kondisi secara aktual siap untuk bersaing. Lingkungan global ditandai antara lain dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga kita tidak bisa menjadi warga lokal dan nasional saja, tetapi juga warga dunia. Lingkungan strategis sangat berpengaruh bagaimana pendidikan masa depan tersebut hendaknya dirancang.

Sebagai implikasi dari globalisasi terhadap pelaksanaan pendidikan, terjadi perubahan pada paradigma pendidikan. Perubahan tersebut menyangkut, pertama: paradigma proses pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dimana guru lebih menjadi pusat informasi, bergeser pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dimana peserta didik menjadi sumber (student center). Dengan banyaknya sumber belajar alternatif yang bisa menggantikan fungsi dan peran guru , maka peran guru berubah menjadi fasilitator. Kedua, paradigma proses pendidikan tradisional yang berorientasi pada pendekatan klasikal dan format di dalam kelas, bergeser ke model pembelajaran yang lebih fleksibel, seperti pendidikan dlam sistem jarak jauh. Ketiga, mutu pendidikan menjadi proiritas (berarti kualitas menjadi internasional). Keempat, semakin populernya pendidikan seumur hidup dan makin mencairnya batas antara pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. Kelima, dengan makin berkembangnya pendidikan sains dan teknologi, dan demi kesejahteraan manusia dan lingkungan, maka pengembangan sains dan teknologi tersebut harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Upaya pendidikan tidak cukup hanya disandarkan kepada sikap dan tenaga pendidik, akan tetapi juga harus disertai dengan atmosfer yang sesuai dengan maksud pendidikan. Oleh karena itu kepentingan alam atau pusat pendidikan itu dimasukkan ke dalam cara atau sistem pendidikan. Ki Hajar Dewantara mengemukakan tentang konsep Tri Pusat Pendidikan yang aslinya disebut sistem Trisentra (1962) yang pada hakikatnya mengacu pada lingkungan (sosial dan non sosial) dimana interaksi edukatif terjadi,menjadi pusat pendidikan. Dalam Konsep Ki Hajar Dewantara lingkungan pergaulan yang dimaksud adalah alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda (masyarakat).

1. Lingkungan Keluarga

Alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan dalam lingkungan keluarga muncul karena manusia mempunyai naluri asli untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi keturunan, dan oleh karena itu setiap manusia akan selalu mendidik keturunannya (anak-anaknya) dengan sesempurna mungkin baik dalam aspek rohani maupun jasmani. Setiap manusia mempunyai dasar kecakapan dan keinginan untuk mendidik anak-anaknya, sehingga hakikat keluarga itu adalah semata-mata sebagai pusat pendidikan walaupun berlangsung secara amat sederhana dan tanpa kesadaran. Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain sangat bermanfaat untuk berlangsungnya pendidikan. Pendidikan dasar budi pekerti juga terdapat dilingkungan keluarga. Hal ini tumbuh dalam sifat yang kuat dan murni sehingga tidak ada pusat-pusat pendidikan yang menyamainya. Pendidikan sosial juga berawal dari

(6)

lingkungan keluarga, misalnya: tolong menolong, menjaga saudar yang sakit, menjaga ketertiban dan kedamaian. Pendidikan yang diberikan oran tua kepada anak ketika masih kecil memberikan landasan bagi pendidikan dan kehidupannya di masa depan. Pandangan ini mendapat dukungan kuat dan pandangan psikologis bahwa apa yang dialami anak di masa kecil, khususnya pendidikan yang diterima dan orang tuanya, akan melekat dalam diri dan mewarnai perkembangan kehidupan berikutnya. Di dalam kehidupan modern seperti saat inipun fungsi keluarga sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama tetap memegang peranan penting dalam meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Sebagai lembaga pendidikan keluarga menjalankan fungsi sosialisasi dan edukasi. Fungsi sosialisasi lebih berkaitan dengan proses pewarisan nilai yang terdapat dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan di dalam keluarga akan selalu terkait dengan aturan-aturan main yang tumbuh dan hidup di dalam masyarakat, apakah berupa tata cara, adat kebiasaan, tradisi dan aturan-aturan lainnya. Sedangkan fungsi edukasi lebih berkaitan dengan proses pengembangan seluruh daya atau potensi anak sehingga dia tampil sebagaimana dia mampu menjadi dirinya. 2. Lingkungan Sekolah

Dalam masyarakat modern, pemenuhan kebutuhan anak akan pendidikan tidak cukup melalui pendidikan dalam keluarga saja. Kondisi masyarakat modern mendorong terjadinya persekolahan. Sebagai lembaga pendidikan sekolah, sekolah diselenggarakan secara formal, berdasar kepada aturan dan perundang-undangan resmi, dan menjadi wahan formal bagi pencerdasan kehidupan bangsa. Di sekolah dikenal adanya kurikulum formal yang menjadi dasar bagi pengembangan isi dan proses pendidikan. Guru berperan sebagai pengambil keputusan atau tindakan dalam pendidikan pendidikan yang didasari pemahaman dan kesadaran tentang kodrat anak dan meresapnya materi pendidikan oleh anak. Dengan demikian seorang guru dikehendaki secara kreatif mengembangkan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didiknya. 3. Lingkungan Masyarakat

Hakikat manusia sebagai makhluk sosial mengandung implikasi bahwa dalam diri manusia ada dorongan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan hidup bersama dengan orang lain. Dorongan ini dibentuk dalam suatu tatanan hidup yang teratur yang disebut masyarakat. Jadi dalam masyarakat ada keteraturan, harapan, dan peranan yang harus dimainkan para anggotanya sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Melalui interaksi dan komunikasi, anak banyak belajar tentang kehidupan masyarakat, mulai dan adat kebiasaan dan tradisi sampai kepada hal-hal yang mula-mula dianggap asing dalam kehidupannya. Semua hal itu akan mempengaruhi perkembangan dan turut membentuk kepribadian anak. Anak akan menemukan dirinya dalam interaksinya dengan manusia lain. Pengaruh yang didapat seseorang dari lingkungan masyarakat begitu besar sehingga ada yang berpendapat bahwa lingkungan sosial itu menentukan kepribadian. Dalam sudut pandang ini pendidikan dianggap sebagai proses

(7)

sosialisasi, dan pendidikan itu adalah kehidupan sosial itu sendiri. Dalam pandangan ini kepribadian anak seolah-olah hasil “celupan” dari lingkungan sosial, sehingga pribadinya lebur di dalam kehidupan sosial itu. Pandangan tersebut tentu tidak sejalan dengan hakikat eksistensi manusia sebagai makhluk monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam pandangan ini anak belajar di dalam masyarakat dan menemukan dirinya sebagai pribadi, mengembangkan pola-pola perilaku dengan kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat ada nilai-nilai kemanusiaan yang hanya dapat dipelajari dan diperoleh anak dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya dan seterusnya. Dengan demikian landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.

DAFTAR BACAAN

Sudarsana, I. K. (2014). PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UPAKARA BERBASIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar.

Sudarsana, I. K. (2015). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM UPAYA PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA. Jurnal Penjaminan Mutu, (Volume 1 Nomor 1 Pebruari 2015), 1-14.

Sudarsana, I. K. (2016). DEVELOPMENT MODEL OF PASRAMAN KILAT LEARNING TO IMPROVE THE SPIRITUAL VALUES OF HINDU YOUTH. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 217-230.

Sudarsana, I. K. (2016). PEMIKIRAN TOKOH PENDIDIKAN DALAM BUKU LIFELONG LEARNING: POLICIES, PRACTICES, AND PROGRAMS (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia). Jurnal Penjaminan Mutu, (2016), 44-53.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menyusun Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Pemberlakuan Sistem Elektronik

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa pronomina persona ketiga atau nama diri yang relatif pendek maka padanan pasifnya dapat dibentuk dengan cara pertama atau

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi penelitian ini tergolong penelitian lapangan karena data yang diperoleh dilapangan sesuai masalah penelitian

Tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Minahasa Tenggara yang terkait dengan visi, misi, serta program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih

Fungsi adalah peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas (Kridalaksana, 20011: 67). Dalam sebuah kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaktis itu

Melihat buaya yang kesakitan sebab pohon yang menindih badannya, kerbau merasa iba.. Kerbau pun hendak menolong sang

Dari penelitian ini, tergambarkan bahwa latar belakang politis kental menjadi sebab-musabab terjadinya gerakan sosial ini.Struktur politik yang berbentuk keresidenan atau

Menyelesaikan masalah pohon merentang minimum berarti menentukan sekumpulan busur yang berbobot minimum sehingga menghubungkan semua simpul yang terdapat pada suatu graf. Salah