FENOMENA NIKAH HAMIL DI JOMBANG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Studi Islam
Oleh : Nur Lailatus Safaa
NIM. F12918348 PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Tesis ini yang berjudul “Fenomena Nikah Hamil Di Jombang”. Judul ini di angkat dengan pertimbangan bahwa masih banyak orang-orang di Jombang yang menikah dalam keadaan hamil di luar nikah, padahal Islam melarang adanya perzinaan dan sangat menganjurkan pernikahan dan selalu memudahkan jalannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Nikah Hamil di Jombang, Bagaimana Potret Nikah Hamil di Masyarakat Jombang serta Bagaimana Implikasi Nikah Hamil terhadap Keharmonisan Keluarga.
Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diperoleh dari hasil dokumentasi terhadap dokumen-dokumen terkait, observasi dan wawancara terhadap informan.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pandangan tokoh masyarakat terhadap nikah hamil di Jombang ialah bukanlah hal yang tabu melainkan hal biasa dan lumrah karena saking banyaknya kasus hamil diluar nikah. Pernikahan tersebut tetap dilaksanakan asalkan syarat dan rukunnya secara agama terpenuhi. Sementara fenomena nikah hamil di Jombang sendiri terjadi karena perjodohan atau pernikahan dibawah tangan, pergaulan bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah, kurangnya perhatian orangtua sehingga tidak ada waktu untuk mengajari ilmu agama, dan adanya kecocokan dengan pasangan. Pernikahan terjadi karena sifat remaja yang masih labil, yang hanya memikirkan enaknya saja. Serta implikasi terhadap keharmonisan keluarga ialah, kondisi ekonomi kurang baik karena belum adanya kesiapan berumah tangga, dan sering terjadinya pertengkaran dalam keluarga yang berkepanjangan sehingga tak jarang jarang ula yang sampai pada perceraian.
Harapan peneliti untuk instansi pemerintah terkait agar lebih dipertegas lagi dalam Undang-undang atau hukum Positif di Indonesia khususnya yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 53 ayat 1, hendaknya ditambahkan kata “hanya” sebelum kata “dapat”. Sehingga dalam kasus nikah hamil hanya akan dilaksanakan dan diperbolehkan jika menikah dengan laki-laki yang menghamilinya.
ABSTRACT
This thesis entitled "The Phenomenon of Pregnant Marriage in Jombang". This title is lifted with the consideration that there are still many people in Jombang who get married in a state of pregnancy out of wedlock, even though Islam forbids adultery and strongly advocates marriage and always makes it easy. This study aims to find out how the views of community leaders towards pregnant marriage in Jombang, how a portrait of pregnant marriage in the Jombang community and how the implications of pregnant marriage to family harmony.
Method This study uses a qualitative method with a phenomenological approach. Data obtained from the results of documentation of related documents, observations and interviews with informants.
The results of the study stated that the views of community leaders on pregnant marriage in Jombang are not taboo but rather ordinary and common because there are so many cases of pregnancy outside marriage. The marriage will continue as long as the religious terms and conditions are met. While the phenomenon of pregnant marriage in Jombang itself occurs because of arranged marriages or marriages, free promiscuity that results in pregnancy outside marriage, lack of parental attention so that there is no time to teach religious knowledge, and there is compatibility with a partner. Pregnant marriage happens because it is still unstable, which only thinks about the delicious things. As well as the implications for family harmony are, economic conditions that are not met because they are not ready to settle down, and frequent fights in the family that are prolonged so that it is not uncommon for ula to reach divorce.
Researchers' expectations for the relevant government agencies to be further emphasized in the Law or Positive law in Indonesia, especially those listed in the Compilation of Islamic Law Article 53 paragraph 1, should be added to the word "only" before the word "can". So in the case of pregnancy marriage will only be carried out and allowed if married to the man who impregnated her.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHANTIM PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Kegunaan Penelitian ... 8 F. Penelitian Terdahulu ... 9 G. Kerangka Teoritik ... 11 H. Metode Penelitian ... 14 I. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II PERNIKAHAN PEREMPUAN YANG BERZINA A. Pernikahan Menurut Kompilasi Hukum Islam ... 22
1. Pengertian Pernikahan ... 22
2. Dasar Hukum Pernikahan ... 24
3. Syarat dan Rukun Pernikahan ... 26
4. Tujuan dan Hikmah Pernikahan ... 28
B. Perzinahan Perempuan dalam KHI ... 31
1. Pengertian Zina ... 31
2. Dasar Hukum Zina ... 33
3. Pernikahan Perempuan Yang Berzina ... 34
C. Keharmonisan Keluarga ... 39
BAB III NIKAH HAMIL MENURUT MASYARAKAT DI JOMBANG A. Gambaran Umum Kabupaten Jombang... 46
B. Potret Nikah Hamil di Jombang ... 50
C. Prosedur Pencatatan Nikah Hamil Di Jombang ... 59
D. Proses Nikah Hamil Di Jombang ... 60
BAB IV ANALISIS NIKAH HAMIL DAN FENOMENANYA DI JOMBANG A. Pandangan Tokoh Masyarakat terhadap Nikah Hamil Di Jombang ... 64
B. Potret Nikah Hamil Di Masyarakat Jombang . ... 68
C. Implikasi Nikah Hamil terhadap Keharmonisan Keluarga di Jombang ... 72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masyarakat kita merupakan masyarakat modern yang
serba kompleks. Kondisi seperti ini merupakan hasil dari kemajuan teknologi.
Di era yang semakin maju dan canggih ini membuat informasi yang dibawa
oleh media sangat mudah diakses oleh semua orang terutama kaum remaja
zaman sekarang, misalnya ingin merasakan alkohol, narkoba, maupun seks
bebas yang banyak ditiru oleh sebagian besar remaja yang dilihatnya dari
televisi, internet maupun majalah. Dari mulai rasa ingin tau sampai rasa ingin
mencobanya. Tidak sedikit remaja yang melakukan perzinahan yang
berakibat hamil di luar nikah, hal semacam itu yang dulunya merupakan hal
yang tabu namun untuk saat ini termasuk hal yang lumrah dan biasa untuk
dilihat dan didengar. Pengaruh dari berkembangnya zaman di mana remaja
berlawanan jenis tidak malu lagi ketika duduk berdua tanpa ada yang
mendampingi pegangan tangan bahkan sampai terjadi perzinahan. Pergaulan
yang sangat bebas dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang menyimpang.
Perilaku menyimpang dapat di anggap sebagai sumber masalah karena dapat
mengganggu ketentraman masyarakat. Tidak jarang pula pergaulan bebas
tersebut berujung pada perzinahan yang mengakibatkan terjadinya kehamilan.
Padahal kehamilan di luar nikah merupakan sebuah aib besar yang harus
2
Pergaulan bebas merupakan penyebab terjadinya perzinahan. Hal
tersebut terjadi karena kurangnya fondasi agama terhadap anak. Banyak
masyarakat yang mengalami penurunan akhlak. Hidup semaunya sendiri
tanpa harus menghiraukan kepentingan orang lain. Yang terpenting hanya
keinginannya sendiri. Selain itu orang tua yang sibuk juga mempengaruhi
perilaku dan sikap anak dalam kehidupan kesehariannya. Minimnya
pengawasan dan pola asuh yang salah bisa mengakibatkan anak salah bergaul
dengan teman dan lingkungan sekitar yang berakibat pergaulan bebas.
Sedikitnya waktu kasih sayang orang tua kepada anak maka ada peralihan
pola asuh dari orang tua kepada pihak kedua. Ketika anak-anak beranjak
remaja lingkunganlah yang menjadi pengasuh utama mereka.1
Kedua orangtua yang sibuk bekerja dapat mempengaruhi perilaku dan
sikap anak dalam kehidupan sehari-harinya. Kurangnya interaksi antara orang
tua dengan anak dapat mengakibatkan salah pergaulan anak dengan teman
sebayanya maupun dengan lingkungan sekitar yang mengakibatkan pada
pergaulan bebas. Ketika masih kecil biasanya anak berada dalam asuhan
orangtua. Namun ketika orangtuanya sibuk maka akan di asuh oleh asisten
rumah tangga dan ketika anak mulai tambah besar dan menginjak remaja
lingkunganlah yang akan menjadi pengasuh utama anak.2
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang.
1 Merry Magdalena, Melindungi Anak dari Seks Bebas, (Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2010), 5.
2 Fathur Rohman, “Dampak Pergeseran Peran dan Fungsi Keluarga Pada Perilaku Menyimpang
3
Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan
bertindak. Tetapi bukan pula orang desawa yang telah matang. Masa ini
dimulai pada umur 13 tahun sampai umur 21 tahun.3
Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam
kehidupan setiap anak. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena
merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa
ini gejolak darah mudanya sedang bangkit. Keinginan untuk mencari jati diri
dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan sangat tinggi.
Terkadang untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, remaja
melakukan hal-hal di luar etika dan aturan tanpa memikirkan dampak
negatifnya.4
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor
penyebab seseoorang melakukan perzinaan yaitu faktor diri pribadi pelaku
karena lemahnya iman, kurangnya wawasan keilmuan tentang norma agama,
sosial, adab yang tidak bisa ditahan dan faktor luar seperti keluarga,
lingkungan masyarakat yang sudah rusak dan menyalahgunakan media.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak sesuai dengan nilai agama dan tujuan
pernikahan.5 Suatu hal yang tidak mengherankan jika banyak orang yang
melakukan perzinaan, sehingga banyak perempuan hamil diluar nikah.
Akibatnya terjadi kasus nikah hamil demi menutupi aib perbuatannya.
3 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental¸( Jakarta ; Gunung Agung, 1993), 101.
4 Yudho Purwoko, Memecahkan Masalah Remaja, (Bandung : Nuansa, 2001), 7
5 Undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974 merumuskan tujuan perkawinan yang berbunyi
“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
4
Pada dasarnya Islam memandang bahwa pernikahan merupakan ikatan
yang luhur dan sakral, menjalankannya bernilai ibadah kepada Allah SWT
dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dan merupakan ikatan pernikahan
yang sangat kuat (Mi<tha<qon Ghali<z}an). Hal itu sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang Berbunyi : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”6.
Para ulama telah sepakat bahwa tujuan diturunkannya Islam adalah
untuk mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudaratan.7 Salah satu
maksud dari disyariatkannya pernikahan oleh Allah adalah supaya manusia
mempunyai keturunan serta keluarga yang sah menuju kehidupan bahagia
dunia akhirat di bawah naungan cinta kasih dan ridlo Allah SWT.8 Pada
prinsipnya manusia itu diciptakan berpasang-pasangan dan pernikahan
diciptakan oleh Allah bukan tanpa tujuan, melainkan terkandung rahasia yang
amat dalam supaya hamba-hambanya di dunia ini menjadi tentram.9
Sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Rum ayat 21 :
ْ نِمَو
ْ
ِْهِتاَيآ
ْ
ْ نَأ
ْ
َْقَلَخ
ْ
ْ مُكَل
ْ
ْ نِم
ْ
ْ مُكِسُف نَأ
ْ
اًجاَو زَأ
ْ
ُْك سَتِل
اوُن
ْ
اَه يَلِإ
ْ
َْلَعَجَو
ْ
ْ مُكَن يَب
ْ
ًْةَّدَوَم
ًْةَم حَرَو
ْ
َّْنِإ
ْ
يِف
ْ
َْكِلَذ
ْ
ْ تاَيلآ
ْ
ْ م وَقِل
ْ
َْنوُرَّكَفَتَي
6 Pasal 1Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
7 Muhammad Hasbi Ash Shiddiy, Pengantar Hukum Islam, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra,
1999), 344.
8 Amir Taan Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), 1.
5
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.10
Islam memerintahkan para pemeluknya untuk menikah dan melarang
perbuatan zina dan menganggapnya sebagai perbuatan keji dan dibenci Allah
karena zina terdapat maksut hanya untuk mencari kenikmatan sesaat dan
membebaskan diri dari segala resiko yang timbul darinya. Tentu saja hal ini
bertentangan dengan rasa cinta kasih dan saling menolong dalam kehidupan
rumah tangga, maka pernikahan merupakan satu-satunya jalan yang bisa
mengantarkan manusia ke tujuan pernikahan yang hakiki.11
Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak kita
jumpai remaja yang menyalah gunakan sebuah pernikahan dengan menodai
makna dan tujuan pernikahan itu sendiri dengan melakukan zina atau
berhubungan badan di luar nikah yang berakibat pada rusaknya sebuah
pernikahan tersebut karena hamilnya seorang perempuan sebelum melakukan
akad pernikahan sehingga menimbulkan beragam permasalahan termasuk
pernikahan hamil di luar nikah yang terjadi di Kabupaten Jombang. Dari
sekian banyak pernikahan yang terjadi 30% merupakan pernikahan hamil di
10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung : CV Penerbit
Jumanatul ‘Ali-Art, 2004), 406.
11Al-S{a>bu>ni> menulis bab “Anjuran Kawin dan Menghindari Melacur” yang merupakan tafsir QS. An-Nu>r ayat 32-34. Lihat Muh{ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘ al-Baya>n Tafsi>r A>ya>t al-Ah{ka>m min
6
luar nikah yang kemudian menimbulkan permasalahan baru yaitu
keharmonisan keluarga.12 Karena mereka belum siap secara emosionalnya
dan mentalnya untuk menghadapi tanggung jawab dalam berkeluarga seperti
kurangnya materi pasangan suami istri. Jika kebutuhan pokok dalam
kehidupan sehari-hari terpenuhi, maka akan lebih terjamin juga dan
mendapatkan pendidikan yang baik terhadap anggota keluarganya. Namun
jika kebutuhan tidak tepenuhi akan banyak timbul masalah yang datang
Sehingga dalam membina rumah tangga sering kali terjadi percekcokan
karena ekonomi yang masih tumpang tindih maupun pertengkaran karena ego
masing-masing belum stabil. Belum lagi status anak mereka yang dapat
menimbulkan perselisihan baik dalam lingkungan masyarakat pada umumnya
ataupun para ahli hukum mengenai status anak tersebut sah atau tidaknya.13
Dalam penelitian ini peneliti menganalisa fenomena nikah hamil
tersebut dengan teori fenomenologi Alfred Schutz yang menjelaskan bahwa
tindakan manusia dapat dikatakan sebagai suatu hubungan sosial apabila
manusia tersebut memberikan arti atau makna khusus terhadap tindakannya
itu dan manusia yang lain memahami juga bahwa tindakan itu merupakan
suatu tindakan yang mempunyai arti atau makna. Schutz mengkhususkan
perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya
interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Sedangkan interaksi
12 Data di Pengadilan Agama tercatat permohonan dispensasi kawin sepanjang tahun 2019
sebanyak 183 permohonan sedangkan pada tahun 2018 ada di angka 83 permohonan yang jika di
teliti kebanyakan dikarenakan kehamilan di luar nikah. Fatkul Huda, Wawancara di Kesamben, 11
Oktober 2019.
13 A.M, Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, cet 24, (Jakarta : Raja Grafindo
7
sosial sendiri terjadi dan berlangsung melalui proses penafsiran dan
pemahaman terhadap tindakan baik antar masing-masing individu maupun
kelompok.14 Sedangkan tindakan subjektif sendiri tidak muncul begitu saja
akan tetapi melalui proses pemahaman yang tidak terlepas dari motif karena
apa yang melatar belakangi terjadinya suatu tindakan dan motif untuk
melakukan suatu tindakan.15
Berangkat dari fakta sosial tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ilmiah dalam bentuk tesis yang berjudul : “Fenomena Nikah
Hamil Di Jombang”. Dalam penelitian tersebut peneliti akan mengkaji inti
pengalaman dari suatu fenomena tersebut dan mengkaji apa yang menjadi
motif sebab dan motif tujuan yang melatar belakangi nikah hamil.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
mengenai Nikah Hamil dan fenomenanya yang terjadi di Jombang, sehingga
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan terlihat jelas ke
arah mana fokus penelitian ini, maka perlu adanya identifikasi beberapa poin
yang mengandung masalah atau bahkan dapat memicu timbulnya masalah
yang lebih besar lagi dalam pembahasan ini. Hasil dari identifikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Islam tidak mempersulit pernikahan
2. Islam mencegah perzinahan
14 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta : PT Rajawali,
2018), 60.
8
3. Faktor penyebab nikah hamil
4. Resiko seseorang melakukan nikah hamil
5. Pandangan masyarakat terhadap nikah hamil
6. Dampak yang terjadi akibat nikah hamil
Dari hasil identifikasi masalah tersebut, maka dalam hal ini peneliti
memberi batasan-batasan supaya dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas
dan rinci. Dengan demikian dari beberapa permasalahan di atas peneliti
membatasi sebagai berikut :
1. Bagaimana nikah hamil menurut pandangan Masyarakat Jombang ?
2. Bagaimana potret nikah hamil di masyarakat Jombang ?
3. Bagaimana implikasi nikah hamil terhadap keharmonisan keluarga?
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti
memfokuskan penelitian ini dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana nikah hamil menurut pandangan Masyarakat Jombang ?
2. Bagaimana potret nikah hamil di masyarakat Jombang ?
3. Bagaimana implikasi nikah hamil terhadap keharmonisan rumah
9
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap dan
mendeskripsikan dan memberikan kritik serta saran terhadap fenomena yang
terjadi di masyarakat sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui nikah hamil menurut pandangan Masyarakat
Jombang.
2. Untuk mengetahui potret nikah hamil di masyarakat Jombang.
3. Untuk mengetahui implikasi nikah hamil terhadap keharmonisan
rumah tangga.
E. Kegunaan Penelitian
1. Aspek Teoritis
Melihat fenomena yang terjadi di masyarakat Jombang, maka perlu
adanya kajian ulang mengenai nikah hamil. teori dan landasan hukum
yang sudah ada akan di jadikan sebagai dasar untuk mengkaji fenomena
tersebut sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
mengenai teori-teori tentang nikah hamil. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumbangsih pemikiran dalam memperkaya khazanah
keilmuan bagi dunia akademisi, dan untuk dijadikan bahan acuan
penelitian yang akan datang serta dapat merubah realitas sosial yang
terjadi akibat nikah hamil sehingga diperoleh pemahaman yang utuh
mengenai berlakunya hukum Islam dalam masyarakat.
10
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pijakan dalam hal
pengembangan dan inovasi terhadap pihak-pihak terkait dalam upaya
pemahaman, pengendalian dan penanggulangan nikah hamil dengan
mempertimbangkan dampak yang akan terjadi.
F. Penelitian Terdahulu
Memang bukanlah perkara baru untuk diteliti terkait permasalahan
nikah hamil, sehingga sudah ada dan pernah diteliti oleh para peneliti
sebelumnya baik penelitian berupa skripsi, jurnal ataupun tesis,diantaranya :
Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017 oleh Khatimatus Sa’adah yang berjudul Penetapan Wali Nikah Anak Hasil Kawin
Hamil (Perbandingan KUA Purworejo dan KUA Yogyakarta). Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam menetapkan hukum baik di
KUA Kota Yogyakarta maupun KUA Purworejo memiliki pendekatan yang
berbeda dalam memahamkan peraturan kepada masyarakat. Perbedaannya
adalah KUA Purworejo merupakan daerah pedesaan dengan masyarakat
tradisiona yang kental pesantren dengan mengacu pada fiqih dengan hasil
wali hakim sebagai wali nikah dari anak hasil nikah hamil, sedangkan di
KUA yogyakarta merupakan masyarakat kota memiliki cara pandang yang
11
hukum negara yang menetapkan wali nasab dapat menjadi wali nikah bagi
anak hasil nikah hamil.16
Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016 oleh Sheila Fakhria yang berjudul “Reformasi Hukum Islam dan otoritas Fikih : Praktek
Kawin Hamil dan Penentuan Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di KUA Kabupaten Kediri.” Tesis ini membahas tentang praktek nikah hamil dan
penentuan wali nikah anak hasil nikah hamil dengan melibatkan faktor-faktor
sosiologi di KUA Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologi hukum sebagai metode penelitiannya kemudian di analisis
mengguakan teori sistem hukum Lawrence M. Friedman yang membahas
tentang substansi hukum, struktur hukum, dan budaya hukum. Faktor
sosiologis yang melatar belakangi pemahaman KUA Kediri adalah adanya
kecenderingan KUA untuk tetap mempertahankan fiqih dalam menentukan
wali nikah.17
Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga 2018 yang di tulis oleh Mukhammad Sholikhin yang berjudul “ Ketentuan Hukum Kawin Hamil
Perspektif Empat Madzhab dan Kompilasai Hukum Islam”. Penelitian ini
termasuk penelitian pustaka dengan mengkaji buku-buku yang berhubungan
dengan hukum nikah hamil baik buku klasik maupun kontemporer. Pada
intinya Tesis ini menjelaskan bahwa boleh menikah dengan syarat dia adalah
yang menghamilinya dan tidak ada orang lain yang berhubungan dengan
16 Khatimatus Sa’adah, Penetapan Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil (Perbandingan KUA
Purworejo dan KUA Yogyakarta), (Tesis – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017).
17 Sheila Fakhria, Reformasi Hukum Islam dan otoritas Fikih : Praktek Kawin Hamil dan
Penentuan Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di KUA Kabupaten Kediri, (Tesis – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016).
12
perempuan tersebut serta perkawinan ini benar-benar mendatangkan
kemasslahan lebih besar.
Dalam penelitian kali ini, peneliti mencoba mengungkap pandangan
fenomena nikah hamil dari sudut pandang fenomenologi Alfred Schutz yang
nantinya akan mengahasilkan temuan berbeda. Perbedaan tersebut
dikarenakan berbedanya konteks yang diteliti.
G. Kerangka Teoritik
Dalam penelitian ini tentang fenomena nikah hamil, penulis memilih
Teori Fenomenologi Alfred Schutz sebagai pijakan teoritis dalam melihat
kondisi sosial di tempat tersebut untuk membaca, memahami dan
memaparkan realitas sosial yang terjadi. Konsep dasar dari penelitian ini
adalah untuk memahami pengaruh pergaulan bebas di Jombang yang terkait
dengan nikah hamil. Sehingga bisa ditemukan landasan normatif terkait
pengaruh pergaulan bebas apabila di gabungkan dengan nikah hamil.
Teori fenomenologi dikenalkan oleh Alfredd Schutz (seorang pegawai
bank sekaligus filsuf fenomenologi) yang dilahirkan pada tahun 1899 di Wina
dan meninggal pada tahun1959 di New York. Schutz melanjutkan studinya di
jurusan bidang hukum dan sosial di Universitas Vienna Austria. Salah satu
ilmuwan sosial yang mampu memberikan perhatian pada perkembangan
fenomenologi adalah Schutz karena ia menyusun sebuah pendekatan
13
menangkap berbagai gejala dalam realita sosial sehingga ia mampu membuat
ide husserl yang masih abstrak menjadi mudah di pahami..18
Schutz menempatkan dasar-dasar fenomenologi untuk ilmu sosial,
dengan pergaulan luas dan pengalaman yang membuat analisa kehidupan
sehari-harinya sangat mendalam dan mudah dipahami. Tugas fenomenologi
adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan menganalisa dan
menggambarkan pengetahuan sehari-hari dan dari kegiatan dimana
pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain Schutz
mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna dan kesadaran
sehingga untuk melakukan suatu tindakan itu diperlukan untuk saling
berkaitan dan saling memahami antar sesama. Fenomenologi berasal dari
bahasa Yunani Phenomenon yang berarti “realita yang tampak”, yang dalam
bahasa indonesia berarti gejala. Jadi fenomenologi adalah ilmu yang
berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari realitas yang tampak. Dalam
hal ini fenomenologi merefleksikan ralitas yang tidak berdiri sendiri karena ia
memiliki makna yang perlu ditafsiri lebih lanjut sehingga fenomenologi dapat
menerobos fenomena untuk mengetahui secara langsung pengalaman manusia
yang saling berkaitan dengan suatu obyek.19
Schutz mengungkapkan bahwa realitas sosial itu terjadi karena adanya
motif sebb yang melatarbelakangi terjadinya suatu tindakan sosial itu dan
tindakan sosial itu memiliki tujuan dengan mencerminkan pengalaman
18 Rachmad K Dwi Susilo, 20 Tokoh Sosiologi Modern, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014), 149.
14
manusia secara langsung sejauh pengalaman itu secara sungguh-sungguh
yang berhubungan dengan suatu obyek.
Menurut Schutz, cara mengkontruksikan makna di luar dari arus utama pengalaman ialah melalui proses tipikasi, termasuk membentuk penggolongan atau klasifikasi dari pengalaman. Jadi, hal tersebut yang menentukan apa yang disebut Schutz sebagai “hubungan-hubungan makna” (meaning contexs) yang merupakan serangkaian kriteria yang mengorganisir pengalaman inderawi ke dalam suatu makna. Hubungan-hubungan makna yang terorganisir tersebut juga melalui proses tipikasi yang disebut dengam “kumpulan pengetahuan” (stock of knowledge). Dalam setiap konteks ruang, waktu dan historis, individu memiliki dan menerapkan pengetahuan(stock of knowledge) yang terdiri dari semua fakta, kepercayaan, prasangka dan aturan yang dipelajari dari pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah tersedia. Stock of knowledge bagi Schutz memiliki arti bahwa pengetahuan yang diperoleh manusia sebenarnya merupakan dampak dari berbagai situasi atau keadaan atau kejadian yang terjadi sebelumnya, di mana situasi yang dihadapi itu merupakan situasi yang benar-benar unik dan merupakan sesuatu yang berbeda dengan situasi yang dihadapi orang lain. Jadi,
stock of knowledge itu sebenarnya merujuk pada hal mendasar, yakni content
(isi), meaning (makna), intensity (intensitas), dan duration (jangka waktu) dari berbagai kejadian dan rentetan pengalaman yang dialami setiap individu. Sehingga dengan pengetahuan itulah seseorang dapat berinteraksi dan
15
beraktivitas dengan orang lain, dimana semua perilaku seseorang sesungguhnya diberi makna dan ditafsirkan maknanya.20
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan digunakan dalam penulisan tesis ini adalah
penelitian kualitatif yang mana penelitian ini bertujuan untuk memahami
suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan
fenomena yang terjadi. Jenis penelitian ini bisa juga disebut dengan
penelitian empiris atau penelitian lapangan (Field research) yaitu
penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.
Sehingga dapat memecahkan masalah-masalah praktis yang sedang
berkembang di masyarakat.21 Penelitian tentang nikah hamil ini bersifat
sosiologis dengan obyek penelitiannya adalah berupa gejala atau
fenomena yang terjadi di masyarakat dan sudah menjadi hal biasa dan
lumrah. Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pelaku
dan masyarakat Untuk memperoleh validitas data. Kemudian dianalisis
dengan menggunakan teori fenomenologi Alfred Schutz yang dijelaskan
di atas. Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yang artinya adalah data yang dikumpulkan harus berdasarkan
20 Engkus Kuswarno, Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi Konsepsi, Pedoman dan
Contoh Penelitian, (Bandung :Widya, 2009), 38.
21 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
16
hasil wawancara dengan para pelaku nikah hamil, catatan lapangan
mengenai proses terjadinya nikah hamil dan dokumen resmi lainnya.
2. Data Yang Dikumpulkan
Berkaitan dengan fokus penelitian diatas, maka dalam penelitian ini
data yang dikumpulkan adalah :
a. Informasi tentang masyarakat jombang yang melakukan nikah
hamil.
b. Informasi tentang pendapat dan pemahaman masyarakat tentang
nikah hamil
c. Informassi tentang Implikasi nikah hamil terhadap keharmonisan
keluarga.
3. Sumber data
Sumber data yang di maksut dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh.22 Dilihat dari cara memperolehnya, sumber data
penelitian ini terdiri dari dua yaitu sumber data primer dan sekunder.23
a. Sumber primer adalah sumber pertama dari data yang diperoleh secara
langsung. Penelitian ini dilakukan di Jombang yang masyarakatnya
sudah tidak aneh dan wajar jika melihat, mendengar bahkan
melakukan perzinahan yang mengakibatkan hamil diluar nikah. Dalam
hal ini untuk mendapatkan data secara langsung peneliti melakukan
terjun langsung untuk mewawancarai dan mengamati secara langsung
22 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta ,
1998), 115.
17
fenomena yang terjadi dengan subjek penelitian dan responden.24
Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah :
1) Tokoh masyarakat yang di wakili oleh Bpk. Modin setempat.
2) Masyarakat sebagai objek utama khususnya orang-orang yang
melakukan nikah hamil.
b. Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung dan berasal dari bahan pustaka yaitu data yang berhubungan
dengan fenomenologi sosial, karya ilmiah, artikel, kandungan Al-qur’an dan Hadits yang berhubungan dengan nikah hamil serta sumber
data lain yang menunjang dalam penulisan tesis ini.
4. Teknik pengumpulan data
Langkah-langkah untuk mengumpulkan data dengan membatasi
penelitian kepada fenomena nikah hamil yang diperlukan dengan
wawancara baik secara langsung dengan berhadapan maupun bersama
dalam penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah dibawah ini
untuk membatasi dan memudahkan dalam melakukan penelitian ini :
a. Dokumen
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data yang sifatnya
tertulis, seperti dokumen, majalah, artikel yang terkait dengan masalah
penelitian. Penggunaan metode ini adalah untuk dapat mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan atau data yang diperoleh dari beberapa
24 Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo
18
dokumen yang dibutuhkan dari beberapa keterangan yang dikutip dari
dokumen yang ada menurut kerangka yang telah dibuat.
b. Observasi
Obsevasi merupakan penelitian langsung yang turun kelapangan untuk
mengamati perilaku dan aktifitas individu-individu dilokasi penelitian.
Dalam penelitian ini eneliti merekam, mencatat baik dengan cara
terstruktur atau semistruktur mengenai aktifitas dilokasi penelitian.
c. Wawancara (interview)
Teknik wawancara dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan
cara wawancara berhadapan langsung dengan pelaku nikah hamil
dengan menggunakan pertanyaan secara umum dan tidak terstruktur
yang bersifat terbuka yang bertujuan untuk mendapatkan dan
memunculkan pandangan baik dari para pelaku maupun pertisipan
lainnya.25 Dalam pelaksanaan wawancara ini yang menjadi subyek
adalah para pelaku nikah hamil, masyarakat, pegawai KUA, Pegawai
PA, Modin dll untuk mendapatkan data sevalid mungkin.
5. Teknik pengolahan data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan mengurutkan
data ke dalam kelompok dan kategori tersendiri sehingga dapat diperoleh
dan ditemukan tema-tema yang sesuai dengan fokus penelitian ini
sebagai berikut :
25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Sebuah Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta,
19
a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
dilapangan dengan merangkum dan memilah serta memilih data
karena informasi yang didapat terkadang tidak sesuai dengan apa
yang kita harapkan dan tidak sesuai dengan fokus penelitian.
kemudian data diseleksi dari berbagai segi keilmuan.26 Setelah data
dirangkum dalam satu bentuk tulisan langkah selanjutnya adalah
mengedit data agar tujuan dalam penelitian ini terpenuhi.27
b. Organizing, yaitu mensistematiskan data yang diperoleh sehingga
dapat memperoleh bukti nyata yang ada di lapangan dan gambaran
yang sesuai dengan rumusan masalah. Kemudian data di pilah dan di
pilih dengan teliti dan dijadikan satu dengan yang saling berkaitan
sehingga data saling berkesinambungan dengan judul penelitian.
c. Analizing, yaitu setelah semua data melaui proses editing dan
organizing, maka data tersebut kemudian di analisa dengan
mengaitkan apa yang sudah diperoleh dilapangan dengan fokus
utama pembahasan masalah yang diteliti.
6. Teknik analisis data
Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
untuk dibaca dan dipahami kemudian di interpretasikan dengan benar dan
baik sesuai kaidah penulisan.28 Data hasil penelitian dianalisis dengan
26 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004),
91.
27 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, cet ke 3 (Jakarta : Sinar Grafika, 2002),
50.
20
metode fenomenologi, yaitu mencoba menyajikan dan memahami makna
dibalik data yang diperoleh ke dalam tema-tema tertentu.
Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah berdasarkan pada
model Miles dan Huberman, yang terdiri atas tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.29
a. Reduksi data
Yang berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, di cari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah dirangku akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumulan data selanjutnya dan mencarinya
apabila diperlukan.30 Pada tahap ini penulis mengoreksi data
dari hasil interview dengan remaja berperilaku menyimpang
yang melakukan nikah hamil.
b. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, dan
menyajikan data berupa teks yang bersifat naratif.31 Dalam hal
ini peneliti akan memaparkan data hasil interview dengan
pelaku nikah hamil dengan menyertakan alasan, motif dan cara.
Selanjutnya peneliti mendeskripsikan melalui analisis nalar,
29 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2011) 337.
30 Sugiyoyno, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D, (Bandung : Alfabeta : 2011),
247.
21
sehingga pada akhirnya dapat diperoleh gambaran nikah hamil
dan fenomenanya di Jombang dan dampaknya terhadap
keharmonisan keluarga.
c. Kesimpulan
Langkah terakhir adalah menyimpulkan fakta-fakta yang terjadi
dilapangan, yakitu pihak nikah hamil dan implikasinya terhadap
keharmonisan keluarga dengan menyertakan alasan, motif dan
cara ditinjau dari teori fenomenologi Alfred Schutz.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada pembahasan tesis
ini, penulis akan mencoba untuk menguraikan isi uraian pembahasannya.
Adapun sistematika pembahasan pada tesis ini terdiri dari lima bab dengan
pembahasan sebagai berikut :
Bab Pertama adalah pendahuluan yang berisi gambaran umum yang
berfungsi sebagai pengantar dalam memahami pembahasan berikutnya. Bab
ini memuat pola dasar penulisan tesis, yaitu meliputi : latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua adalah kajian teori yang dijadikan dasar analisis dalam
22
hamil, macam-macam nikah hamil dan Fenomenologi perspektif Alfred
Schutz terhadap nikah hamil.
Bab Ketiga berisi tentang data penelitian, di mana bab ini akan
terfokus pada gambaran umum lokasi penelitian dan keadaan sosial
keagamaan masyakaratnya, serta elemen masyarakat jombang yang
melakukan nikah hamil. Bagaimana prosedur pencatan nikah hamil di
Jombang.
Bab Keempat berisi tentang analisis Fenomena nikah hamil yang
dipahami masyarakat. Bab ini merupakan bab yang menarik karena akan
dibahas secara mendalam dan komprehensif tentang bagaimana teori
fenomenologi Alfred Schutz dalam melihat kasus ini.
Bab Kelima marupakan sebuah penutup dari penelitian ini yang terdiri
BAB II
PERNIKAHAN PEREMPUAN YANG BERZINA
MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM
A.Pernikahan Perempuan dalam KHI
1. Pengertian Pernikahan
Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata kawin yang
menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.1 Perkawinan juga
disebut pernikahan yang berasal dari Kata nikah menurut bahasa sama
dengan kata, zawaj. Dalam Kamus al-Munawwir, kata nikah disebut
dengan al-nikah dan azziwaj, az-zawj atau az-zijah. Secara harfiah,
al-nikah berarti al- wath'u, adh-dhammu dan al-jam'u. Al-wath'u berasal
dari kata wathi'a - yatha'u - wath'an, artinya berjalan di atas, melalui, memijak, menginjak, memasuki, menaiki, menggauli dan bersetubuh
atau bersenggama. Adh-dhammu berasal dari kata dhamma – yadhummu
– dhamman, artinya mengumpulkan, memegang, menggenggam,
menyatukan, menggabungkan, menyandarkan, merangkul, memeluk dan
menjumlahkan. Sedangkan al-jam'u berasal dari kata jama’a – yajma’u
– jam’an yang artinya mengumpulkan, menyatukan, menggabungkan.2
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet III edisi 2,
(Jakarta : Balai Pustaka, 1994), 456
2 Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Yohyakarta :
24
Di dalam kitab I’anah at-Tha>libin, Muhammad Syata ad-Dimyati
menjelaskan bahwa nikah menurut bahasa ialah :
ل َحاَكِّنا
عجمَجلْاَو ُّمَّضلا : ةَغ
“Nikah menurut bahasa ialah berhimpun atau berkumpul”.3
Ibn Qasim al-Ghaza, dalam kitabnya al-Bajuri mengemukakan
bahwa nikah menurut bahasa adalah :
ِدجقَعجلاَو ِءجطَولاَو ِّمَّضلا يَلَع : ةغل قلطي حاَكِّنلا
“Nikah menurut bahasa ialah berhimpun, wath’i atau akad”.4
Sedangkan secara etimologi para ulama mendefinisikan pernikahan
dalam konteks hubungan biologis diantaranya adalah :
ِةَأجرَمجلِب ِل جَّرلا ِعاَتجمِتجسا َكجلِم َدجيِف يِل عِراَّشلا هَعَضَو ٌدجقَع َو ه اًعجرَش جاَوَّزلا
َّلِحَو
.ِل جَّرلااِب ِةَأجرَمجلا ِعاَتجمِتجسا
“pernikahan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuandan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”.5
Para imam mujtahid sepakat bahwa nikah adalah suatu ikatan yang
dianjurkan syariat. Syekh Muhammad bin Qasim al-Ghazzi
menerangkan dalam kitabnya Fath al-Qarib yang menyatakan bahwa
nikah diucapkan menurut makna bahasanya yaitu kumpul, wati, jimak dan akad. Dan diucapkan menurut pengertian syara’ yaitu suatu akad
yang mengandung beberapa rukun dan syarat.6
3 Muhammad Syata ad-Dimyati, I’anah at-Thalibin,Juz III, (Bandung: al-Ma’arif, ), 254 4 Ibn Qasim al-Ghaza, Hasyiah al-Bajuri, juzII, (Semarang : Riyadh Putra), 90
5 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adilatuhu,(Jakarta: Gema Insani Press, 2011), 6 Achmad Sunarto,TerjemahFath al-Qarib jilid 2, (Surabaya : Al-Hidayah, 1992 ), 24
25
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat tarik benang merah
bahwa pernikahan merupakan suatu akad antara seorang laki-laki
dengan perempuan yang tidak sedang dalam ikatan pernikahan untuk
menghalalkan persetubuhan atau hubungan kelamin, dengan dasar suka
rela dan keridhaan keduanya untuk mewujudkan suatu kebahagiaan
hidup berkeluarga yang diliputi kasih sayang dan ketentraman dengan
cara yang di Ridhoi Allah SWT.7
Dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 1 dijelaskan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.8
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 desebutkan
bahwa Perkawinan adalah akad yang sangan kuat (Mitha<qon Ghali<z}an)
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.9
2. Dasar Hukum Pernikahan
Pada dasarnya pernikahan merupakan suatu hal yang diperintahkan
dan dianjurkan oleh syariat agama islam. Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an Surat Al-Nur ayat 32 :
7 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan, (Yogyakarta : Liberty, 2007), 8.
8 Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 9 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
26
“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui ”.10
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Nisa’ ayat 1 :
“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu “.11
firman Allah dalam surat al-Rum ayat 21 :
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir “.12
Beberapa hadis yang berkaitan dengan pernikahan adalah
10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung : CV Penerbit
Jumanatul ‘Ali-Art, 2004), 354.
11 Ibid.,77. 12 Ibid.,406.
27
اَي َمَّلَسَو ِهجيَلَع هَّللا ىَّلَص ِهَّللا لو سَر َلاَق : َلاَق هجنَع للها َيِضَر دو عجسَم ِنجبا ِنَع
َّوَزَ تَيجلَ ف َةَءاَبجلا جم كجنِم َعاَطَتجسا جنَم ِباَبَّشلا َرَشجعَم
ِججرَفجلِل نَصجحَأَو ِرَصَبجلِل ُّضَغَأ هَّنِإَف جج
ةعاملْا هاور .ٌءاَجِو هَل هَّنِإَف ِمجوَّصلاِب ِهجيَلَعَ ف جعِطَتجسَي جَلَ جنَمَو
. 13“ Dari Ibnu Mas’ud ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Wahai golongan kaum muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu akan beban nikah, maka hendaklah dia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat memejamkan pandangan mata dan lebih dapat menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu (menikah), maka hendaklah dia (rajin) berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu menjadi penahan nafsu baginya". (HR. Al-Jama'ah).
3. Syarat dan Rukun Pernikahan
Adapun rukun nikah adalah :14
a. Calon mempelai laki-laki
b. Calon mempelai perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi
e. Shighat ijat Qobul.
Adapun syarat sah perkawinan merupakan dasar sahnya suatu
perkawinan. Apabila syarat-syarat terpenuhi maka perkawinan itu sah
dan menimbulkan adanya hak dan kewajiban suami istri.
1. Syarat calon mempelai laki-laki15.
a. Beragama islam
b. Jelas ia laki-laki
c. Orangnya diketahui
13 Imam Syaukani, Nail al-Authar, juz 4, (Beirut: Daar al-Qutub al-Arabia, 1973),171. 14 Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat,…,12.
28
d. Bukan mahrom dari calon istri
e. Tidak ada paksaan dan kemauan sendiri
f. Tidak sedang melaksanakan ihram
g. Tidak mempunyai isteri empat, termasuk isteri yang masih
dalam menjalani iddah talak raj'i.
h. Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan
mempelai perempuan, termasuk isteri yang masih dalam
menjalani iddah talak raj'i.
2. Syarat calon mempelai perempuan16.
a. Beragama islam
b. Tidak ada halangan syara’ yaitu bersuami, bukan mahrom
dan tidak sedang dalam masa iddah
c. Merdeka, atas kemauan sendiri
d. Jelas seorang perempuan
e. Tidak sedang melakukan ihram
3. Syarat wali : (1) Laki-laki; (2) Islam; (3) Baligh; (4) Tidak
dipaksa dan atas kemauannya sendiri; (5) Berakal; (6) Tidak
sedang melakukan ihram; (7) Adil.
4. Syarat saksi : (1) Laki-laki; (2) Islam; (3) Baligh; (4) Tidak
dipaksa; (5) Berakal; (6) Adil; (7) Merdeka; (8) Memahami
bahasa yang digunakan ijab qabul; (9) Tidak sedang ihram.
29
5. Syarat shighat ijab qabul
Ijab akad pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang
diucapkan oleh wali nikah atau wakilnya dalam akad nikah, untuk
menerimakan nikah calon suami atau wakilnya". Qabul akad
pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang diucapkan oleh calon
suami atau wakilnya dalam akad nikah, untuk menerima nikah yang disampaikan oleh wali nikah atau wakilnya”.
Syarat-syarat ijab Qabulakad nikah ialah: 17
a. Dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu diambil dari
"nikah" atau "tazwij" atau terjemahannya, misalnya: "Saya nikahkan Fulanah, atau saya nikahkan Fulanah, atau saya
perjodohkan - Fulanah"
b. Diucapkan oleh wali atau wakilnya dan dijawab oleh calon
mempelai laki-laki atau wakilnya
c. Tidak dibatasi dengan waktu tertentu, misalnya satu bulan,
satu tahun dan sebagainya
d. Tidak dengan kata-kata sindiran, termasuk sindiran ialah
tulisan yang tidak diucapkan.
e. Tidak digantungkan dengan sesuatu hal
f. Ijab harus didengar oleh pihak-pihak yang bersangkutan,
baik yang berakad maupun saksi-saksinya. Ijabtidak boleh
30
dengan bisik-bisik sehingga tidak terdengar oleh orang
lain.
4. Tujuan dan Hikmah Pernikahan
Nikah dalam Islam sebagai landasan pokok dalam pembentukan
keluarga. Kenapa nikah harus dilakukan, karena nikah salah satu yang harus dilakukan manusia untuk mencapai tujuan syari’at yakni
kemaslahatan dalam kehidupan. Dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan dari pernikahan itu adalah untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Berati
dalam ketentuan ini perkawinan dilangsungkan bukan hanya sementara
atau dalam jangka waktu tertentu yang telah direncanakan, akan tetapi
berlangsung seumur hidup atau selama-lamanya dan tidak boleh diputus
dengan begitu mudahnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk mencapai
tujuan itu suami-istri harus saling membantu dan melengkapi agar
masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya dalam membantu
dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material.18
Sedangkan Menurut Hukum Islam tujuan pernikahan itu adalah
untuk memenuhi tuntutan naluri hidup manusia, berhubungan antara
laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan
keluarga sesuai ajaran Allah dan rasul-Nya yang disimpulkan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
31
َلَعَجَو اَهج يَلِإ او ن كجسَتِل اًجاَوجزَأ جم كِس فج نَأ جنِم جم كَل َقَلَخ جنَأ ِهِتاَيآ جنِمَو
ًةَّدَوَم جم كَنج يَ ب
َنو رَّكَفَ تَ ي ٍمجوَقِل ٍتاَيلآ َكِلَذ ِفِ َّنِإ ًةَجحَْرَو
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.19Berdasarkan penjelassan ayat tersebut terdapat tiga makna yang
berkaitan dengan kehidupan rumah tangga yang ideal menurut islam
yaitu sakinah mawaddah warahmah, Ulama tafsir menyatakan bahwa
sakinah adalah suasana damai yang melingkupi rumah tangga yang
bersangkutan, masing-masing pihak menjalankan perintah Allah dengan
tekun, saling menghormati, dan saling toleransi. Dari suasana sakinah
tersebut akan muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi
(mawaddah), sehingga rasa tanggung jawab kedua belah pihak semakin
tinggi. Selanjutnya, para mufassir mengatakan bahwa dari sakinah dan
mawaddah inilah muncul rahmah, yaitu keturunan yang sehat dan penuh
berkat dari Allah SWT.20
Adapun hikmah disyariatkannya perkawinan itu adalah :
a. Menghalangi mata untuk tidak melihat kepada hal-hal yang tidak
diizinkan syariat dan menjaga kehormatan diri dari perzinaan.
b. Menumbuhkan rasa tanggungjawab antara suami istri dalam
pengelolaan rumah tangga, serta dalam pembagian tugas dan
19 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,…, 406.
32
tanggungjawab masing-masing dalam mengupayakan kesejahteraan
keluarga dan pemeliharaan anak.
c. Mempererat hubungan antara keluarga suami istri yang pada akhirnya
akan dapat mempererat hubungan kasih sayang.21
B. Perzinahan Perempuan dalam KHI
1. Pengertian Zina
Menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya menyatakan bahwa zina
termasuk kedalam fiqh jinayah, yang secara harfiah yaitu fahisyah, yang
artinya perbuatan keji. Sedangkan secara istilah zina adalah hubungan
kelamin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa
adanya ikatan perkawinan yang sah dan dilakukan secara sadar.22
Zina termasuk kategori dosa besar. Secara bahasa, kata zina
berasal dari bahasa Arab, yaitu zina-yazni-zinan yang artinya berbuat
zina, pelacuran, perbuatan terlarang.Para ahli hukum Islam mengartikan
zina sebagai upaya melakukan hubungan seksual dalam arti
memasukkan zakar (kelamin laki-laki) ke dalam vagina perempuan yang
dinyatakan haram, bukan karena syubhat, dan atas dasar syahwat.
Ibn Rusydi mengartikan perbuatan zina sebagai persetubuhan
yang dilakukan bukan karena adanya hubungan pernikahan antara
laki-laki dan perempuan serta bukan karena pemilikan hamba sahaya.
Sedangkan Muhammad Quraish Sihab merumuskan definisi zina
21 Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqh Praktis menurut al-Qur’an, as-Sunnah, Pendapat Para Ulama, (Bandung : Mizan Cetakan 1, 2002), 2
33
sebagai persentuhan dua alat kelamin dari jenis yang berbeda dan tidak
terikat oleh akad nikah atau kepemilikan, serta tidak juga disebabkan
oleh syubhat (kesamaran). Zina adalah suatu hubungan seksual yang
dilakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak
terikat dalam sebuah perkawinan yang sah secara syariah Islam, atas
dasar suka sama suka dari kedua belah pihak tanpa keraguan (syubhat)
dari para pelaku zina yang bersangkutan23.
Menurut Ensiklopedia Islam, zina yaitu hubungan seksual antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak terikat dalam
status pernikahan tanpa di sertai unsur keraguan dalam hubungan
seksual tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, zina mengandung
beberapa makna, yaitu (1) Perbuatan bersenggama antara laki-laki dan
perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan atau
perkawinan; (2) Perbuatan bersenggama seorang laki-laki yang terikat
perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan isterinya, atau
seorang perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki
yang bukan suaminya.24
Dari pemaparan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa zina
merupakan suatu tindakan asusila yang dilakukan oleh seorang laki-laki
dan perempuan di luar ikatan pernikahan yang sah dan mengakibatkan
23 Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah dan Keserasian al-Qur’an. (Jakarta : Lentera Hati, 2008),
279.
24Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
34
terjadinya hamil diluar nikah. Zina merupakan suatu perbuatan yang
sangat tercela dan para pelaku zina akan mendapatkan hukuman yang
sangat berat, baik hukum secara kemanusiaan maupun hukuman di
akhirat kelak.
2. Dasar Hukum Zina
Dasar hukum zina di dalam Al-Qur’an diantaranya :25
a. QS Al-Nur ayat 2
ٱ
ُ ةَيِناَّزل
َُُو
ٱ
ُِناَّزل
َُُف
ٱ
ُ ج
ُ او ِلِ
ُ
َُّ ك
ُُ َو
ُ دِح
ُ
ُ نِ م
اَم ه
ُ
َُةَئ اِم
ُ
َُ
لَِج
ُ ةُ
ُ
َ
لَو
ُُ
أَت
ُ ذ خ
م ك
ُ
اَمِهِب
ُ
ُ
أَر
ُ ةَف
ُ
ُِف
ُ
ُِنيِد
ُٱ
ُِ َّللّ
ُ
نِإ
ُ
ُ م تن ك
ُ
ُ ؤ ت
َُنو نِم
ُُِبٱ
ُِ َّللّ
َُُو
ٱَُ
ل
ُ وُِم
ُٱ
لۡأٓ
ُ ِرِخ
ُ
ُ لَو
ُ شَي
ُ دَه
ُ
اَم هَباَذَع
ُ
ُ ا َط
ُ ةَفِئ
ُ
َُنِ م
ُ
ٱُ
ل
ُ ؤ م
َُيِنِم
ُ
٢
ُ
ُ
“ Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.26
b. QS Al-Nisa’ ayat 15
َُوٱ
ُ َّل
ُ ِت
ُ
ُ
أَي
َُيِت
ُٱُ ل
ُ َف
َُة َشِح
ُ
نِم
ُ
ُ ا َسِ ن
ُ م كِئ
َُُف
ٱ
ُ س
َُت
ُ ش
ُ او دِه
ُ
ُ يَلَع
َُّنِه
ُ
ُ ر
َ
أ
ُ ةَعَب
ُ
ُ م كنِ م
ُ
نِإَف
ُ
ُ او دِهَش
ُ
ُ م
َ
أَف
َُّن هو كِس
ُ
ُِف
ُٱ
ُ
ل
ُِ و ي
ُ
ُ َّتَح
ُ
ُ ىَّفَوَتَي
َُّن ه
ُٱُ
ل
ُ وَم
ُ
ُ
ُ و
َ
أ
ُ
ُ َي
َُلَع
ُٱ
ُ َّللّ
ُ
َُّن هَل
ُ
ُ
ليِبَس
ُ
١٥
ُ
ُ
“ Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji , hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
memberi jalan lain kepadanya “.27
25 Zainuddin Ali, Hukum Pidana, 37
26Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,..., 350 27 Ibid,..., 80.
35 c. QS Al-Isra’ ayat 32
ُ
َ
لَو
ُ
ُ قَت
ُ او بَر
ُٱ
ُ َ
َنِ زل
ُ
ُ هَّنِإ
ۥُ
َُن َكَ
ُُ َف
ُ ة َشِح
ُ
ُ اَسَو
َُءُ
ُ
ليِبَس
ُ
٣٢
ُ
ُ
“ Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk “.28
3. Pernikahan Perempuan yang Berzina
Istilah pernikahan perempuan yang berzina dalam hukum islam
dapat di artikan dengan
) ِلملحاب جّوزّتلا)
yang dapat di artikan sebagaipernikahan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang
sedang hamil yang terjadi karena 2 kemungkinan yaitu karena zina dulu
baru dinikahi, atau karena zina dengan orang lain kemudian baru
dinikahi dengan seorang laki-laki yang bukan berzina menghamilinya.29
Firman Allah dalam QS An-Nur ayat 3 yang berbunyi :
ٱ
ُِناَّزل
ُ
ُ
َ
ل
ُ
ُ حِكنَي
ُ
ُ
َّ
لِإ
ُ
ُ ةَيِناَز
ُ
ُ و
َ
أ
ُ
ُِ ش م
ُ ةَك
َُُو
ٱ
ُ ةَيِناَّزل
ُ
ُ
َ
ل
ُ
ُ اَه حِكنَي
ُ
ُ
َّ
لِإ
ُ
ُ ناَز
ُ
ُ و
َ
أ
ُ
ُِ ش م
ُ ك
ُ
َُمِ ر حَو
ُ
ُ َذ
َُكِل
ُ
َُ َعَ
ُٱُ
ل
ُ ؤ م
َُيِنِم
ُ
٣
ُ
ُ
Artinya : Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin.30
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa kebolehan perempuan
hamil menikah dengan laki-laki yang menghamilinya, sebagai
pengecualian karena laki-laki yang menghamilinya itulah yang paling
28 Ibid,..., 285.
29 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah ; Berbagai Kasus Yang dihadapi Hukum Islam Masa Kini, (Jakarta : Kalam Mulia, 2003), 44.
36
tepat untuk menjadi suaminya.31 Sayyid sabiq dalam buku Fiqh
Sunnahnya menyebutkan istilah pernikahan perempuan yang berzina
dengan istilah ِةَيِنَّزلا ُجاَوَز (pernikahan perempuan yang berzina).32
Pertama, zina dulu baru dinikahi oleh orang yang berzina dan
menghamilinya. Dalam hal ini ulama telah sepakat bahwa
pernikahannya sah dan diperbolehkan untuk melakukan hubungan suami
istri. Tetapi Ibnu Hazm memberikan syarat apabila keduanya telah
bertaubat dan mendapatkan hukuman dera (cambuk). Karena keduanya
telah berzina.33
Pendapat tersebut didasarkan kepada keputusan hukum yang telah
diterapkan oleh sahabat Nabi kepada orang-orang yang telah berzina
antara lain diriwayatkan Jabir bin Abdillah ketika ditanya tentang
kebolehan menikahi dua orang yang telah berbuat zina, maka ia berkata
: boleh menikahkannya, asalkan keduanya telah bertaubat dan
memperbaiki sifat-sifatnya. Kemudian ada seorang laki-laki tua
mengajukan keberatannya kepada khalifah Abu Bakar, lalu berkata :
wahai Amirul Mukminin, putriku telah dikumpuli oleh tamuku dan aku
ingin agar keduanya dinikahkan. Ketika itu khalifah memerintahkan
kepada sahabat lain untuk melakukan hukuman dera kepadanyaa,
kemudian dikawinkan.34
31 Zainuddin Ali, Huku Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), 46. 32 Moh Abidul, TerjemahFiqh Sunnah 3,(Jakarta :Pena Pundi Aksara, 2013), 324. 33 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah,..., 45.