• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bilangan Pecahan Tipe HOTS (Higher Order Thinking Skills) Pada Siswa Kelas VII IT SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bilangan Pecahan Tipe HOTS (Higher Order Thinking Skills) Pada Siswa Kelas VII IT SMP Muhammadiyah 8 Surakarta"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BILANGAN PECAHAN TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh:

HANA ANGGUN PANGESTIKA A 410 160 037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BILANGAN PECAHAN TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan tipe HOTS. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII IT SMP Muhammadiyah 8 Surakarta sebanyak 22 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kebasahan data menggunakan triangulasi teknik dengan membandingkan data dokumentasi hasil pekerjaan siswa dengan hasil wawancara. Kategori kesalahan menggunakan kategori kesalahan Newman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan pada aspek menganalisis, aspek mengevaluasi dan aspek mencipta yaitu membaca, memahami, transformasi, keterampilan proses dan penulisan jawaban. Faktor penyebab kesalahan siswa yang paling dominan adalah ketelitian membaca soal masih rendah, kurangnya kemampuan dalam memahami soal, rendahnya keterampilan dalam komputasi, kurang terampil dalam mengubah informasi pada soal dan tidak terbiasa menuliskan jawaban sesuai kaidahnya.

Kata kunci: kesalahan, pecahan, HOTS, Newman. Abstract

This research aims to describe the types and factors that cause students to mistake in solving the problem story of HOTS type fractions. The type of research is a qualitative study. The subjects of this research are 22 students of class VII IT in SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. The techniques of data collection are using written tests, interviews and documentation. The techniques of data analysis are data reduction, data presentation and conclusion drawing. The validity of data using technique triangulation by comparing the documentation of student work results with the results of interviews. The error category uses the Newman error category. The results showed that error in analyzing aspects, evaluate aspects, and create aspects are reading error, comprehension error, transformation error, process skills error, and encoding error. The dominant factors causing student errors are accuracy of reading questions is still low, lack of ability to understand the problem, low skills in computing, less skilled in changing information on problems and not accustomed to writing answers according to the rules.

Keywords: error, fraction, HOTS, Newman. 1. PENDAHULUAN

(6)

Pemahaman matematika berperan sebagai pusat kesiapan generasi muda untuk hidup dalam masyarakat modern (Kurniati, et al 2016). Kania dan Arifin (2018) mendeskripsikan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang menyentuh berbagai aspek dalam kehidupan. Matematika juga sebagai induk dalam segala mata pelajaran (Sari dan Aripin, 2018). Matematika dapat meningkatkan keterampilan, kreativitas, dan pola pikir yang kritis. Hal itu dibuktikan dengan pemecahan masalah matematika sangat berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa menganggap bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang rumit karena berisi angka dan perhitungan yang kompleks. Hal ini terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN) rerata nilai siswa SMP sebesar 46,46 dan rerata nilai siswa MTs sebesar 42,24 (Kemdikbud,2019).

Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan sistem ujian oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk menilai kompetensi dasar yaitu membaca, matematika, dan sains setiap tiga tahun sekali. Pada tabel Snapshot of performance in science, reading, and mathematics

tahun 2018 terlihat bahwa kemampuan matematika siswa di Indonesia memperoleh nilai rata-rata dibawah internasional sebesar 379. Sedangkan presentase pada science, reading and mathematics level 5 atau 6 sebesar 0,6 dan level 2 sebesar 51,7.

Kemampuan memecahkan masalah juga termasuk salah satu tujuan dari pembelajaran matematika (Siswandi, et al 2016). Kemampuan berpikir tinggi (Higher Order Thinking Skills atau HOTS) sangat diperlukan dalam memecahkan masalah di era sekarang ini. Krathwohl menyatakan bahwa indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi analyze (menganalisis), evaluate (mengevaluasi), dan create

(mencipta) (Lewy, et al 2009). Siswa di Indonesia merupakan salah satu negara yang masih rendah dalam melakukan kemampuan berpikir tingkat tinggi di bidang matematika. Dinni (2018) menyimpulkan bahwa berpikir tingkat tinggi terjadi ketika siswa mampu mengubah atau menciptakan pengetahuan yang mereka ketahui sehingga menjadi sesuatu yang baru. Kholid, et al (2020) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika, berpikir kritis merupakan komponen penting yang harus dimiliki siswa.

(7)

Operasi bilangan pecahan merupakan salah satu mata pelajaran penting dalam matematika dan diujikan pada ujian nasional. Akan tetapi terlihat dari fakta yang ada bahwa masih banyak siswa dalam menyelesaikan soal bilangan pecahan melakukan kesalahan. Suciati dan Wahyuni (2018) juga mengatakan masih banyak siswa yang melakukan kesalahan pada pada operasi hitung pecahan. Salah satu bentuk soal pada bilangan pecahan adalah soal cerita. Soal cerita merupakan soal berupa kata-kata atau kalimat yang sebagian besar berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa harus memahami maksud soal dengan tepat untuk menyelesaikannya (Anwar, 2013). Sebagian besar siswa menganggap soal cerita sangat rumit, sehingga banyak siswa yang melakukan kesalahan pada soal cerita. Abdullah (2015) mengemukakan bahwa kesalahan siswa saat mengerjakan soal bilangan pecahan tipe HOTS yaitu kurang memahami soal dengan baik dan rencana yang kurang pada proses transformasi.

Penelitian Susilowati, et al (2018) menunjukkan bahwa kesalahan yang dominan yaitu kesalahan dalam keterampilan proses dan kesalahan pada notasi. Penelitian oleh Mahmudah (2018) menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika tipe HOTS berdasar teori Newman. Hasilnya adalah siswa banyak melakukan kesalahan comprehension (memahami) sebesar 65% dan kesalahan

transform (transform) sebesar 30%. Hasil dua penelitian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal tipe HOTS.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan dan faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan tipe HOTS pada aspek menganalisis, aspek mengevaluasi dan aspek mencipta.

2. METODE

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif berasal dari fenomena di lapangan kemudian dikembangkan secara mendalam, alami, dan data dikumpulkan langsung oleh partisipan (Sutama, 2019:103). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan tipe HOTS berdasar jenis-jenis kesalahan dan faktor penyebab kesalahan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa deskriptif dalam bentuk lisan maupun tulisan.

(8)

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII IT SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah: (Sugiyono, 2015:91) yang terdiri dari 3 langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pada keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan data dari hasil tes tertulis dan wawancara.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta diikuti oleh 22 siswa kelas VII IT. Subjek penelitian ini memfokuskan pada 8 siswa yang dapat mewakili kesalahan siswa dalam satu kelas. Kemudian dilakukan analisis data hasil tes tertulis dan wawancara untuk mengetahui lalu mendeskripsikan jenis dan faktor penyebab kesalahan siswa. Berikut pembahasan hasil tes dan wawancara dengan siswa yang melakukan kesalahan.

a. Soal Nomor 1 (Aspek Menganalisis)

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 kesalahan ditemukan pada soal nomor 1 yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami, kesalahan transformasi, kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban. Hal ini terbukti dengan hasil pencocokan antara hasil tes tertulis dan wawancara. Berikut hasil tes tertulis S-1 dan S-2.

(9)

Gambar 2. Hasil Tes Tertulis S-2 1) Kesalahan Membaca

Berdasarkan hasil tes tertulis S-1 (Gambar 1), dapat diketahui bahwa S-1 melakukan kesalahan membaca, kesalahan terletak saat S-1 tidak menuliskan satuan meter (m) pada pecahan yang ada dalam soal. Kesalahan juga terjadi karena S-1 tidak menuliskan angka yang sama seperti pada soal, soal nomor 1 diketahui pecahan namun S-1 menulis

.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-1 melakukan kesalahan membaca pada soal nomor 1. Faktor kesalahan siswa pada tahap membaca adalah kurang teliti dalam membaca soal cerita. Faktor lainnya yaitu tidak terbiasa dalam menulis satuan.

2) Kesalahan Memahami

Berdasarkan hasil tes tertulis S-1 (Gambar 1), dapat diketahui bahwa S-1 melakukan kesalahan memahami. Kesalahan terletak saat S-1 salah menuliskan apa yang diketahui dari soal, sehingga S-1 tidak memisahkan pecahan yang ternasuk diketahui atau ditanya. Kesalahan juga tampak karena S-1 tidak dapat menyelesaikan persoalan.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-1 melakukan kesalahan memahami pada soal nomor 1. Faktor kesalahan

(10)

siswa pada tahap memahami adalah tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dari soal dengan tepat dan lengkap. Faktor lainnya yaitu siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal.

3) Kesalahan Transformasi

Berdasarkan hasil tes tertulis S-2 (Gambar 2), dapat diketahui bahwa S-2 sudah memahami soal dengan baik dengan menuliskan diketahui dan ditanya dengan tepat. Namun, S-2 melakukan kesalahan transformasi. Hal itu terlihat saat S-2 tidak mengubah informasi yang diketahui pada soal ke dalam model matematika dengan tepat. S-2 tidak melakukan permisalan saat menjawab. Kemudian S-2 tidak menuliskan angka secara lengkap. Padahal informasi yang tertera menunjukkan angka 262.500 namun S-2 hanya menuliskan angka 2625.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-2 melakukan kesalahan transformasi pada soal nomor 1. Faktor kesalahan siswa pada tahap transformasi adalah kurangnya pemahaman siswa dalam mengubah informasi pada soal ke dalam model matematika. Faktor lainnya yaitu siswa lupa dalam mengubah bentuk bilangan pecahan.

4) Kesalahan Keterampilan Proses

Berdasarkan hasil tes tertulis S-2 (Gambar 2), dapat diketahui bahwa S-2 melakukan kesalahan keterampilan proses. Hal itu terbukti dari hasil pembagian yang dilakukan S-2. Bahkan seolah-olah S-2 mengerjakan proses perhitungan secara asal-asal an. Hal itu terlihat saat S-2 tidak mengoperasikan angka 2 dan seolah-olah dihilangkan saja. S-2 juga melakukan kesalahan yang fatal saat mengoperasikan pembagian 2625 : 15 = 11.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-2 melakukan kesalahan keterampilan proses pada soal nomor 1. Faktor kesalahan siswa pada tahap keterampilan proses adalah kurang terampil dalam perkalian dan pembagian bilangan pecahan. Faktor lainnya yaitu siswa tidak memahami langkah-langkah yang tepat dalam penyelesaian soal.

(11)

5) Kesalahan Penulisan Jawaban

Berdasarkan hasil tes tertulis S-2 (Gambar 2), dapat diketahui bahwa S-2 melakukan kesalahan penulisan jawaban. Hal itu terbukti dari hasil tes tertulis S-2 saat menuliskan kesimpulan jawaban tidak sesuai dengan permintaan soal. Hal itu terbukti saat S-2 menjawab jumlah harga kain katun Rp 11.000,00 dan jumlah harga kain sunwos Rp 30.000,00, seharusnya jawaban yang benar yaitu dengan menjadikan satu jumlah harga kain katun dan kain sunwos.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-2 melakukan kesalahan penulisan jawaban pada soal nomor 1. Faktor kesalahan siswa pada tahap penulisan jawaban adalah kurang teliti dengan apa yang ditanyakan pada soal. Faktor lainnya yaitu siswa lupa cara untuk menyelesaikan persoalan dengan tepat.

Pada soal aspek menganalisis siswa diharuskan mengerti makna yang tepat dari permasalahannya. Keterampilan siswa dalam menguraikan masalah sangat dibutuhkan dengan kemampuan berpikir yang tinggi. Setelah siswa dapat menguraikan masalah maka siswa dapat mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun banyak siswa yang masih belum tepat dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Abdullah, et al (2015) bahwa para siswa tidak bisa menafsirkan masalah matematika, gagal menyusun strategi, dan mengembangkan rencana strategis yang pada akhirnya menyebabkan kesalahan dalam memilih operasi serta gagal dalam menyatakan jawabannya. Kemudian hasil penelitian Djadir, et al (2018) menyatakan kesalahan yang dilakukan siswa disebabkan lemahnya kemampuan siswa dalam menentukan solusi untuk menyelesaikan masalah dan keterampilan siswa dalam pengoperasian masih salah. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan dan keterampilan siswa dalam berpikir kurang dikembangkan sehingga kesalahan-kesalahan akan rentan terjadi.

(12)

b. Soal Nomor 2 (Aspek Mengevaluasi)

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 kesalahan ditemukan pada soal nomor 2 yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami, kesalahan transformasi, kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban. Hal ini terbukti dengan hasil pencocokan antara hasil tes tertulis dan wawancara. Berikut hasil tes tertulis S-3, S-4 dan S-5.

Gambar 3. Hasil Tes Tertulis S-3

Gambar 4. Hasil Tes Tertulis S-4

Gambar 5. Hasil Tes Tertulis S-5 1) Kesalahan Membaca

Berdasarkan hasil tes tertulis S-3 (Gambar 3), dapat diketahui bahwa S-3 melakukan kesalahan membaca, kesalahan terletak saat S-3 salah menuliskan nominal uang yang tertera pada soal. Hal itu terlihat saat S-3

(13)

menulis nominal 600.000 dan mengira bahwa yang benar adalah 600.000, padahal nominal yang sebenarnya adalah 60.000.000,00.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-3 melakukan kesalahan membaca pada soal nomor 2. Faktor kesalahan siswa pada tahap membaca adalah tidak teliti dan perlahan-lahan saat membaca soal. Faktor lainnya yaitu siswa tidak memahami bagaimana penyelesaian yang tepat untuk soal nomor 2.

2) Kesalahan Memahami

Berdasarkan hasil tes tertulis S-4 (Gambar 4), dapat diketahui bahwa S-4 melakukan kesalahan memahami. Dari hasil tes tertulis S-4 sudah benar dalam menuliskan apa yang ditanya dan diketahui, namun S-4 tidak memahami yang ditanyakan dalam soal. S-4 hanya menjumlahkan 6%, 30%, 20%, 35% kemudian dikalikan dengan Rp 60.000.000,00. Seharusnya hasil penjumlahan 6%, 30%, 20%, 35% yang hasilnya 91% kemudian dikurangkan dengan 100% yaitu 9%, lalu 9% x Rp 60.000.000,00 = Rp 5.400.000,00.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-4 melakukan kesalahan memahami pada soal nomor 2. Faktor kesalahan siswa pada tahap memahami adalah rendahnya kemampuan memahami pertanyaan dengan baik yang diajukan dalam soal. Faktor lainnya yaitu siswa tidak teliti dalam menjawab soal.

3) Kesalahan Transformasi

Berdasarkan hasil tes tertulis S-4 (Gambar 4), dapat diketahui bahwa S-4 sudah benar dalam menuliskan diketahui dan ditanya. Namun, S-4 salah dalam merencanakan solusi. Hal itu terlihat saat S-4 memberikan solusi persoalan dengan mengalikan 91% dan Rp 60.000.000,00, padahal hal tersebut bukan solusi yang tepat.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-4 melakukan kesalahan transformasi pada soal nomor 2. Faktor kesalahan siswa pada tahap transformasi adalah kurangnya pengetahuan siswa yang mendalam mengenai pertanyaan pada soal. Faktor lainnya yaitu siswa

(14)

tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan konteks nyata.

4) Kesalahan Keterampilan Proses

Berdasarkan hasil tes tertulis S-5 (Gambar 5), dapat diketahui bahwa S-5 melakukan kesalahan keterampilan proses. Hal itu terlihat saat S-5 menuliskan 91%-100%, seharusnya penulisan yang benar yaitu 100%-91%. Kemudian, hasil pengurangannya pun juga salah, S-5 menuliskan jawaban 8% seharusnya hasil pengurangan yang benar adalah 100%-91%= 9%, bukan 8%.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-5 melakukan kesalahan keterampilan proses pada soal nomor 2. Faktor kesalahan siswa pada tahap keterampilan proses adalah kurangnya ketelitian siswa dalam komputasi. Faktor lainnya yaitu siswa kurang terampil melakukan proses pengurangan.

5) Kesalahan Penulisan Jawaban

Berdasarkan hasil tes tertulis S-5 (Gambar 5), dapat diketahui bahwa S-5 salah dalam menuliskan penulisan nominal uang dengan benar dan S-5 mengerti bahwa hal tersebut memang salah. Seharusnya penulisan nominal uang yang benar misalnya Rp 4.800.000,00. Selain itu S-5 juga kelebihan dalam menuliskan angka nol.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-5 melakukan kesalahan penulisan jawaban pada soal nomor 2. Faktor kesalahan siswa pada tahap penulisan jawaban adalah kurangnya ketelitian siswa dalam menuliskan jawaban yang benar dan sesuai dengan kaidahnya. Faktor lainnya yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam memahami soal dengan cermat.

Pada soal aspek mengevaluasi siswa diajak untuk menentukan cara yang tepat dalam menyelesaikan soal tersebut. Siswa diharuskan berpikir kritis untuk melakukan evaluasi yang benar untuk menyelesaikan permasalahan pada soal. Untuk itu siswa harus paham dan mengerti makna pada soal sehingga kesalahan dalam menyelesaikan jawaban tidak terjadi.

(15)

Penelitian Rohmah & Sutiarso (2017) menyimpulkan bahwa siswa belum memahami apa yang disebut mentransformasikan masalah, kelemahan konsep yang dimiliki siswa dan kurangnya pengalaman siswa dalam melakukan penyelesaian masalah.

c. Soal Nomor 3 (Aspek Mencipta)

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 kesalahan ditemukan pada soal nomor 3 yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami, kesalahan transformasi, kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban. Hal ini terbukti dengan hasil pencocokan antara hasil tes tertulis dan wawancara. Berikut hasil tes tertulis S-6, S-7 dan S-8.

Gambar 6. Hasil Tes Tertulis S-6

Gambar 7. Hasil Tes Tertulis S-7

Gambar 8. Hasil Tes Tertulis S-8 1) Kesalahan Membaca

Berdasarkan hasil tes tertulis S-6 (Gambar 6), dapat diketahui bahwa S-6 melakukan kesalahan membaca. S-6 sama sekali tidak menuliskan jawaban yang sesuai dan berhubungan dengan pertanyaan pada soal nomor 3. Hal itu terlihat saat S-6 salah membaca menjadi , selain itu jawaban S-6 sama sekali tidak sesuai ataupun berhubungan dengan pertanyaan pada soal nomor 1.

(16)

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-6 melakukan kesalahan membaca pada soal nomor 3. Faktor kesalahan siswa pada tahap membaca adalah rendahnya pemahaman siswa dalam mengidentifikasi bagian yang diketahui maupun yang ditanya. Faktor lainnya yaitu kurangnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan pertanyaan dalam aspek mencipta.

2) Kesalahan Memahami

Berdasarkan hasil tes tertulis S-7 (Gambar 7), dapat diketahui bahwa S-7 melakukan kesalahan memahami. S-7 tidak memahami perintah dan hal yang ditanyakan pada soal. Selain itu saat ditanya apa yang ditanyakan pada soal, S-3 menjawab dengan kurang benar. S-3 menjawab bahwa yang ditanya adalah hasil dari bilangan pecahan dan , padahal seharusnya

yang benar adalah kemungkinan nilai bilangan pecahan dan . S-3 juga tidak menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-7 melakukan kesalahan memahami pada soal nomor 3. Faktor kesalahan siswa pada tahap memahami adalah siswa kurang memahami makna dari informasi pada soal nomor 3. Faktor lainnya yaitu siswa tidak terbiasa mengerjakan permasalahan seperti pada soal nomor 3.

3) Kesalahan Transformasi

Berdasarkan hasil tes tertulis S-7 (Gambar 7), dapat diketahui bahwa S-7 tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pada soal nomor 3. S-7 sama sekali tidak paham dan tidak tahu cara penyelesaian yang benar. Ia hanya menebak-nebak saja berdasarkan apa yang selama ini diketahuinya. Saat ditanya mengapa tiba-tiba dikalikan

, S-7 hanya menjawab langsung dikalikan begitu saja. Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-7 melakukan kesalahan transformasi pada soal nomor 3. Faktor kesalahan siswa pada tahap transformasi adalah rendahnya kemampuan siswa dalam

(17)

mengoperasikan cara yang benar pada permasalahan. Faktor lainnya yaitu waktu yang dirasa kurang sehingga siswa terburu-buru.

4) Kesalahan Keterampilan Proses

Berdasarkan hasil tes tertulis S-8 (Gambar 8), dapat diketahui bahwa S-8 salah dalam melakukan operasi perkalian pecahan. Ia mengira bahwa perkalian pada pecahan sama seperti pembagian pecahan yaitu salah satu pecahan dibalik. Seharusnya perkalian pecahan tidak dibalik seperti pembagian, melainkan hanya dikalikan seperti biasa sesuai bentuk awalnya.

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-8 melakukan kesalahan keterampilan proses pada soal nomor 3. Faktor kesalahan siswa pada tahap keterampilan proses adalah siswa tidak memahami konsep perkalian bilangan pecahan dengan benar. Faktor lainnya yaitu siswa kurang berlatih soal-soal perkalian bilangan pecahan sehingga mudah lupa.

5) Kesalahan Penulisan Jawaban

Berdasarkan hasil tes tertulis S-7 (Gambar 7), dapat diketahui bahwa S-7 belum paham mengenai pertanyaan pada soal nomor 3. Ia tidak dapat mengembalikan atau mengubah jawaban ke bentuk awal. S-7 tiba-tiba hanya menuliskan , seharusnya jawaban yang benar adalah bentuk

operasi perkalian dan yang memenuhi nilai .

Dari analisis hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa S-7 melakukan kesalahan penulisan jawaban pada soal nomor 3. Faktor kesalahan siswa pada tahap penulisan jawaban adalah siswa tidak memahami perintah yang diajukan pada soal. Faktor lainnya disebabkan karena siswa masih bingung dan tidak terbiasa dengan soal tersebut.

Pada soal aspek mencipta siswa diharapkan mengerti dahulu apa maksud dari soal. Siswa diajak untuk berpikir secara terbuka bagaimana untuk menyelesaikan masalah dengan menentukan bilangan atau angka sehingga sesuai dengan jawaban yang sudah ada. Soal nomor 3 cukup

(18)

menarik karena jawaban tiap siswa dapat berbeda-beda sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing untuk menentukan perkalian yang tepat. Diperlukan kemampuan berpikir yang tinggi juga untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, karena sebagian besar siswa jarang menghadapi soal tersebut dan dibutuhkan pemahaman untuk mengerti makna dari soal. 4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bilangan pecahan tipe HOTS pada aspek menganalisis, aspek mengevaluasi dan aspek mencipta yaitu kesalahan membaca, kesalahan memahami, kesalahan transformasi, kesalahan keterampilan proses dan kesalahan penulisan jawaban. Faktor penyebab kesalahan terjadi pada aspek menganalisis yaitu ketelitian dalam membaca soal masih kurang, tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dari soal, kurangnya pemahaman dalam mengubah informasi pada soal ke dalam model matematika, kurang terampil dalam perkalian dan pembagian bilangan pecahan, kurang teliti dengan apa yang ditanyakan pada soal. Kemudian pada aspek mengevaluasi faktor penyebabnya adalah tidak teliti dan perlahan-lahan saat membaca soal, rendahnya kemampuan memahami pertanyaan dengan baik yang diajukan dalam soal, kurangnya pengetahuan siswa yang mendalam mengenai pertanyaan pada soal, kurangnya ketelitian siswa dalam komputasi, kurangnya ketelitian siswa dalam menuliskan jawaban yang benar dan sesuai dengan kaidahnya. Sedangkan pada aspek mencipta faktor penyebab kesalahannya adalah rendahnya pemahaman siswa dalam mengidentifikasi bagian yang diketahui maupun yang ditanya, kurang memahami makna dari informasi pada soal, rendahnya kemampuan siswa dalam mengoperasikan cara yang benar pada permasalahan, tidak memahami konsep perkalian bilangan pecahan dengan benar, tidak memahami perintah yang diajukan pada soal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. H., Abidin, N. L. Z., & Ali, M. (2015). Analysis of Student’s Errors in Solving Higher Order Thinking Skills (HOTS) Problems for The Topic of Fraction. Vol. 11 No. 21, 1911-2017. Journal of Canadian Center of Science and Education.

(19)

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmad, H., Febryanti, dkk. (2018). The Analysis of Student Error in Solve the Problem of Spherical Trigonometry Application. 1742-6596. Journal of Physics: Conf. Series.

Ahmad, N. S. (2011). Pendidikan dan Masyarakat. Yogyakarta: Sabda Media.

Amalia, S. R. (2017). Analisis Kesalahan Berdasarkan Prosedur Newman dalam Menyelesaikan Soal Cerita ditinjau dari Gaya Kognitif Mahasiswa. Vol.8 No.1, 2579-7646.

Anwar, Saiful. (2013). Penggunaan Langkah Pemecahan Masalah Polya Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Perbandingan di Kelas VI MI Al-Ibrohimy Galis Bangkalan. Vol. 1 No. 1. Jurnal Pendidikan Matematika e- Pensa. Arifin, Z. (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills Siswa

pada Pembelajaran Matematika Abad 21. Vol.1 No.2, 2541-4321. Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics).

Brookhart, S. M. (2010). How To Assess Higher-Order Thinking Skills In Your Classroom. ASCD Member Book.

Dinni, Husna Nur. (2018). HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika (PRISMA).

Eliyana, Titin. (2014). Keefektifan Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Keliling dan Luas. 2252-9047. Journal of Elementary Education.

Farida, Nurul. (2015). Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VIII dalam Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Matematika. Vol. 4, 2442-5419. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro.

Faturrahman, Ahmadi, L.K., Amri, S., Setyono, H.A. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Hadi, S., Retnawati, H., dkk. (2018). The Difficulties Of High School Students In Solving Higher-Order Thinking Skills Problems. Vol.76 No.4, 1822-7864. Problems of Education in The 21st Century.

(20)

Kania, Nia & Arifin, Zaenal. (2018). Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Prosedur Newman. Vol. 2. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika PROCEDIAMATH.

Kholid, M. N., Hamida, P. S., dkk. (2020). Students’ Critical Thinking Depends On Their Cognitive Style. Vol. 9 Issue 01, 2277-8616. International Journal Of Scientific & Technology Research.

Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA. Vol. 20 No. 2, 1410-4725. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.

Lewy, Zulkardi, & Aisyah, N. (2009). Pengembangan soal untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi pokok bahasan barisan dan deret bilangan di kelas IX akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika.

Mahmudah, W. (2018). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe Hots Berdasar Teori Newman. Vol.4 No. 1, 2460-3333. Jurnal Matematika, UNISDA, Lamongan.

Nasution, N. B. (2018). Analisis Kesalahan Mahasiswa Pada Materi Fungsi Dua Peubah dengan Newman’s Error Analysis (NEA). Vol. 6 No. 1, 2303-3983. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika.

Nawangsasi, Endah. (2015). Analisis Kesalahan Berbahasa Mahasiswa S1 Manajemen Tahun 2011STIE AUB Surakarta. Jurnal Ekonomi, Bisnis, & Perbankan.

Noverma, N. (2016). Analisis Kesulitan dan Self-Efficacy Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berbentuk Soal Cerita. Vol. 3 No. 1, 2356-2684. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.

OECD. (2018). PISA 2018 Result. OECD Publishing.

Pusat Penilaian Pendidikan. (2019). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Rahayuningsih, P., & Qohar, A. (2014). Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dan Scaffolding Berdasarkan Analisis Kesalahan Newman Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. No.2. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun II.

(21)

Rohmah, M., & Sutiarso, S. (2017). Analysis Problem Solving in Mathematical Using Theory Newman. 1305-8223. EURASIA Jurnal of Mathematics, Science and Technology Education.

Sari, Anggraeni Ratna & Aripin, Usman. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Bangun Datar Segiempat Ditinjau Dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Untuk Siswa Kelas VII. Vol. 1 No. 6, 2614-2155. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif.

Siswandi, E., Sujadi, I., & Riyadi. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Kontekstual Pada Materi Segiempat Berdasarkan Analisis Newman Ditinjau Dari Perbedaan Gender. Vol. 4 No. 7, 2339-1685. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika.

Suciati, Indah & Wahyuni, Dewi Sri. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Operasi Hitung Pecahan Pada Siswa Kelas V SDN Pengawu. Vol. 11 No. 2. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Susilowati, P. L. & Ratu, N. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Berdasarkan Tahapan Newman dan Scaffolding Pada Materi Aritmatika Sosial. Vol. 7 No.1. Jurnal Mosharafa.

Sutama. (2019). Metode Penelitian PTK, Kualitatif, Kuantitatif, Mix Method, R&D. Kartasura: Fairuz Media.

Sutawidjaja, A. & Dahlan, J. A. (2014). Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wati, E.H., & Murtiyasa, B. (2016). Kesalahan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbasis PISA Pada Konten Change and Relantionship. 2502-6526. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I).

Gambar

Gambar 1. Hasil Tes Tertulis S-1
Gambar 2. Hasil Tes Tertulis S-2  1)  Kesalahan Membaca
Gambar 4. Hasil Tes Tertulis S-4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi dan peneilitian di lapangan diperoleh data dan informasi bahwa korelasi antara kualitas budaya kerja dan pengawasan dengan kinerja karyawan sangat

Bertolak dari fakta-fakta khusus yaitu bahwa karena secara garis besar barang impor dapat masuk ke Indonesia akan tetapi secara khusus ada pengaturannya yaitu barang impor

Contoh yang lain adalah orang yang melapor kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dengan mengatakan bahwa ada seseorang yang telah melakukan suatu tindakan

Pada atom, elektronelektron beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap lintasan (orbit) hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh penambahan konsentrasi dari bahan pengisi (maltodekstrin) dan suhu pengeringan terhadap karakteristik fisik dan kimia sambal

Judul Penelitian yang peneliti ambil yaitu: “MAKNA PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM FILM HOLLYWOOD (Studi Semiotika Roland Barthes pada Film Hollywood)”, yang dalam

Walaupun konkrit tidak mempunyai sifat kenyal seperti yang terdapat pada keluli atau logam-logam lain, tetapi sifatnya yang keras dan mudah dikerjakan menyebabkan konkrit

PENGARUH FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG : Studi di Kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung