• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak N-Heksan Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak N-Heksan Daun Flamboyan (Delonix Regia Raf.)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK n-HEKSAN

DAUN FLAMBOYAN (Delonix regia Raf.)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Meisha Anastasia Alunpah

PO. 530333215674

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Farmasi

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI FARMASI

KUPANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK n-HEKSAN

DAUN FLAMBOYAN (Delonix regia Raf.)

Oleh :

Meisha Anastasia Alunpah

PO. 530333215674

Telah disetujui untuk mengikuti ujian

Kupang, 2 Agustus 2018

Pembimbing

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK n-HEKSAN

DAUN FLAMBOYAN (Delonix regia Raf.)

Oleh :

Meisha Anastasia Alunpah

PO. 530333215674

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 3 Agustus 2018

Susunan Tim Penguji

1. Emanuel G. A Rahmat, S.Farm,Apt 2. Putra J. P. Tjitda, S.Si, M.Sc

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

(4)

iv PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah Ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kupang, 2 Agustus 2018

(5)

v

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis diberikan hikmat untuk menyelesaikan penelitian dan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.)

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat dari daun flamboyan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ragu Harming Kristina, S.KM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.

2. Ibu Dra. Elisma, Apt., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang.

3. Bapak Putra J. P. Tjitda, S.Si., M.Sc selaku penguji II sekaligus pembimbing yang senantiasa membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Bapak Emanuel G. A Rahmat S.Farm, Apt selaku penguji I yang telah memberi masukan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Ibu Lidya Sulaiman, S.Farm, Apt selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing serta memotivasi penulis selama mengikuti perkuliahan di Prodi Farmasi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang.

(6)

vi

6. Bapak Falentinus S. Duly, A.Md.F dan Ibu Asmaira Br. Tarigan, A.Md.F selaku pembimbing di laboratorium yang setia membimbing dan mengarahkan selama proses penelitian.

7. Orang tua tercinta Bapak dan Ma Ita, adik Ino dan Tisya serta seluruh keluarga yang selalu memberikan cinta kasih, dan mendukung penulis dalam doa selama proses perkuliahan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

8. Sahabat-sahabat Maya, Minda, Tia, Tasya, Aning, Icha serta Sodara Se-Ayah Cindy, Tanti, Ayi, Indah, Sari dan Winda yang selalu memberi dukungan dan doa.

9. Anak kos Bobo, Dion, Yuni dan Papi yang selalu memberi dukungan dan doa. 10. Teman-teman seperjuangan tim Tabir Surya, Icha dan Anggi yang selalu

membantu, mendukung selama proses penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan Reguler A angkatan 16 yang selalu memberikan dukung dan doa.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan baik materi maupun cakupan pembahasan dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna meyempurnakan penulisan selanjutnya.

Kupang, Agustus 2018

(7)

vii INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Tabir Surya Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas tabir surya ekstrak n-heksan daun flamboyan berdasarkan nilai Sun Protection Factor (SPF) serta nilai persen transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp) dengan menggunakan metode spektrofotometri. Daun flamboyan diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan p.a selanjutnya dilakukan identifikasi kualitatif dan uji aktivitas tabir surya berupa penentuan nilai SPF serta nilai persen transmisi eritema dan transmisi pigmentasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-400 nm pada interval 5 nm. Hasil penelitian menunjukan ekstrak n-heksan daun flamboyan mengandung flavonoid, tanin, alkaloid dan fenolik. Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas tabir surya ekstrak n-heksan daun flamboyan diperoleh hasil dimana nilai rata-rata SPF pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm berturut-turut sebesar 1,204; 1,489; 1,879; 2,476 dan 3,401. Adapun nilai rata-rata persen transmisi eritema (%Te) pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm berturut-turut adalah 86,883%, 73,871%, 63,930%, 53,887% dan 44,244%. Sedangkan perhitungan nilai rata-rata persen transmisi pigmentasi (%Tp) pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm berturut-turut adalah 88,679%, 78,236%, 73,880%, 65,813% dan 57,172%. Ekstrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.) termasuk memiliki SPF proteksi minimal dan untuk %Te dan %Tp tergolong fast tanning.

Kata Kunci : Delonix regia Raf., Flamboyan, Tabir Surya, SPF, Transmisi Eritema, Transmisi Pigmentasi

(8)

viii DAFTAR ISI Halaman Judul………...………...…...……….i Lembar Persetujuan………..…...ii Lembar Pengesahan...iii Pernyataan………...………....…... iv Kata Pengantar………...……….………....…...v Intisari………...………...…...vii Daftar Isi………..….….viii Daftar Tabel………...ix Daftar Gambar.………..……...x Daftar Lampiran………...………….……...xi BAB I Pendahuluan ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka ... 5

A. Tinjauan Umum Tanaman flamboyan ... 5

B. Sinar Ultraviolet (UV) ... 6

C. Kulit ... 7

D. Eritema dan Pigmentasi ... 8

E. Tabir Surya ... 8

F. Maserasi ... 11

G. Spektrofotometri UV-Vis ... 12

BAB III Metode Penelitian...14

A. Jenis Penelitian ... 14

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

C. Populasi dan Sampel ... 14

D. Variabel Penelitian... 15

E. Definisi Operasional ... 15

F. Alat dan Bahan ... 16

G. Prosedur Penelitian ... 16

H. Analisis Data ... 19

BAB IV Hasil dan Pembahasan ... 22

BAB V Simpulan dan Saran...32

(9)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggolongan potensi tabir surya ... 9

Tabel 2. Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF ... 10

Tabel 3. Faktor Efektifitas dan Fluks Eritema dan Pigmentasi ... 11

Tabel 4. Hasil Identifikasi Kualitatif Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 23

Tabel 5. Nilai SPF Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 26

Tabel 6. Nilai Persen Transmisi Eritema Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 28

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Flamboyan ... 5

Gambar 2. Grafik Nilai Rata-Rata SPF Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan... 27

Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata %Te Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 29

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian ... 35

Lampiran 2. Skema Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Flamboyan ... 36

Lampiran 3. Skema Pembuatan Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 37

Lampiran 4. Perhitungan % Rendemen Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 38

Lampiran 5. Hasil Identifikasi Kualitatif Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 39

Lampiran 6. Perhitungan dan Pembuatan Seri Konsentrasi ... 41

Lampiran 7. Perhitungan Nilai SPF Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan ... 43

Lampiran 8. Perhitungan Persen Transmisi Eritema dan Transmisi Pigmentasi ... 71

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 84

(12)

BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

A.

Sinar matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang menjadi sumber semua jenis sinar. Selain memberi manfaat, sinar matahari juga dapat memberikan efek yang merugikan pada kulit terutama jika jumlah paparannya berlebihan. Dipermukaan bumi sinar matahari terdiri dari beberapa spektrum yaitu sinar infra merah (>760 nm), sinar tampak (400-760 nm), sinar ultraviolet (UV) A (320-400 nm), sinar UV-B (290-320 nm), dan sinar UV-C (100-290 nm). Sinar UV-B lebih merusak kulit dibandingkan jenis sinar lainnya karena memiliki energi yang sangat tinggi dan bersifat karsinogenik (Kaur dan Saraf, 2009).

Kulit manusia secara alamiah memiliki perlindungan terhadap sinar UV, namun pada paparan sinar UV yang berlebih dan terlalu lama menjadikan sistem alamiah tersebut tidak berfungsi dengan baik sehingga terbentuk noda hitam pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Oleh karena itu, diperlukan senyawa tabir surya untuk melindungi kulit dari radiasi UV secara langsung.

Tabir surya merupakan suatu senyawa yang secara fisik atau kimia dapat menghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit (Orah dan Harun, 2001). Bahan aktif tabir surya yang digunakan dapat berupa senyawa sintetik ataupun senyawa yang berasal dari alam. Tabir surya yang diperoleh dari bahan alam misalnya senyawa fenolik yang terdapat dalam tumbuhan (Suryanto, 2012).

Tanaman flamboyan (Delonix regia Raf.) merupakan tanaman yang umum bagi masyarakat. Biasanya dimanfaatkan masyarakat sebagai pohon

(13)

2

peneduh karena tajuknya yang rindang dan bunganya biasa digunakan sebagai tanaman hias. Namun pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman flamboyan dalam bidang kesehatan masih minim di kalangan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan Syukur dkk., (2011) menunjukan bahwa ekstrak daun flamboyan memiliki aktivitas antioksidan karena adanya senyawa fenolik dengan Nilai IC50 sebesar 4,03 mg/mL. Penelitian yang sama juga

dilakukan oleh Shabir dkk., (2011) menunjukan bahwa adanya senyawa fenolik yang tinggi pada daun flamboyan sehingga terjadi aktivitas antioksidan dengan Nilai IC50 sebesar 8,89 mg/mL. Senyawa fenolik diketahui mempunyai potensi

sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor yang mampu menyerap sinar UV sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Wolf dkk., 2001).

Melihat adanya kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam daun flamboyan, peneliti tertarik untuk mempelajari aktivitas tabir surya ektrak daun flamboyan. Ekstraksi dilakukan menggunakan n-heksan sebagai pelarut ekstrak daun flamboyan. Aktivitas tabir surya ekstrak daun flamboyan akan dilihat berdasarkan nilai Sun Protection Factor (SPF) dan persentase nilai transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp) (Yasin, 2017).

(14)

3 Rumusan Masalah

B.

1. Apakah ekstrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.) memiliki aktivitas sebagai tabir surya ?

2. Berapakah nilai Sun Protection Factor (SPF) serta presentase nilai transmisi (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp) ekstrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.) ?

Tujuan Penelitian C.

1. Tujuan Umum

Mengetahui aktivitas tabir surya ekstrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur nilai Sun Protection Factor (SPF) ekstrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

b. Mengukur presentase nilai transmisi eritema (%Te) ektrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

c. Mengukur presentase nilai transmisi pigmentasi (%Tp) ekstrak n-heksan daun flamboyan (Delonix regia Raf.).

(15)

4 Manfaat Penelitian

D.

1. Bagi Peneliti

Sebagai proses pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah peneliti dapatkan selama berada di Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang. 2. Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan ilmiah dan penambah kepustakaan dalam pendayagunaan bahan-bahan alam sebagai alternatif lain.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk peningkatan pengetahuan tentang tanaman flamboyan serta dapat menjadi informasi dan pengetahuan pemanfaatan daun flamboyan sebagai tabir surya.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Flamboyan

Flamboyan merupakan tanaman khas dengan pohon besar dan bunga-bunga berwarna merah cerah, dapat dilihat pada Gambar 1. Pohon flamboyan termasuk jenis tanaman pohon tinggi, ketinggiannya dapat mencapai 20 m. Daun flamboyan berbentuk menyirip dengan panjang daun 0,5-2 cm dan lebar 0,2-0,6 cm.

Bunga flamboyan mekar secara musiman, bunga flamboyan berwarna merah dengan diameter antara 8-15 cm, memiliki empat kelopak dengan panjang sekitar 4-7 cm. Buahnya termasuk buah polongan, menggantung, tebal, pipih berkayu dengan panjang 20-72 cm dan lebarnya 3-6 cm. Jumlah biji setiap polong buah adalah 10-15, letaknya melintang dan memanjang (Singh, 2014).

(17)

6

Tanaman flamboyan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Delonix Raf.

Spesies : Delonix regia, Raf. (Suryowinoto, 1997).

Tanaman flamboyan secara keseluruhan mengandung beberapa golongan senyawa seperti flavonoid, alkaloid, saponin, sterol, tanin, terpenoid, karbohidrat dan steroid (Singh, 2014). Menurut Shabir dkk., (2011) daun flamboyan mengandung senyawa fenolik dan flavonoid.

B. Sinar Ultraviolet (UV)

Sinar matahari yang dapat membahayakan kulit adalah sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet (UV) adalah salah satu sinar yang dipancarkan oleh matahari yang dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar inframerah (Setiawan, 2010). Panjang gelombang sinar ultraviolet dibagi menjadi 3 bagian yaitu, ultraviolet A (UV-A) yang merupakan sinar dengan panjang gelombang antara 320-400 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan atas. Ultraviolet B (UV-B) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 290-320 nm dengan efektivitas tertinggi 297,5 nm, merupakan daerah eritemogenik, dapat menimbulkan sengatan surya

(18)

7

dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal, dan ultraviolet C (UV-C) yaitu sinar dengan panjang gelombang dibawah 290 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfir (Kaur dan Saraf, 2009).

Energi dari radiasi sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi dapat memberikan tanda dan gejala terbakarnya kulit, diantaranya adalah eritema yaitu timbulnya kemerahan pada kulit, rasa sakit, kulit melepuh dan terjadinya pengelupasan kulit. Tidak semua radiasi sinar UV dari matahari mencapai permukaan bumi. Sinar UV-C yang memiliki energi paling besar tidak dapat mencapai permukaaan bumi karena mengalami penyerapan di lapisan ozon. UV-B sangat berperan dalam menyebabkan luka bakar (sunburn) dan kanker kulit, sedangkan UV-A berperan dalam menyebabkan kulit hitam (tanning) dan foto sensitivitas (Setiawan, 2010).

C. Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, cokelat, kemerahan, atau hitam. Warna kulit terutama ditentukan oleh:

1. Oksihemoglobin yang berwarna merah.

2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan. 3. Melanin yang berwarna cokelat.

(19)

8

5. Lapisan-lapisan stratum korneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan (Kusantati, 2008).

Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan (Kusantati, 2008).

D. Eritema dan Pigmentasi

Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya proses inflamasi akibat pajanan sinar UV dan terjadi apabila volume darah dalam pembuluh darah dermis meningkat hingga 38% di atas volume normal, sedangkan pigementasi adalah perubahan warna kulit seseorang yang disebabkan adanya penyakit atau perlukaan yang bisa menimbulkan perubahan warna yang lebih gelap akibat peningkatan jumlah melanin (Yuliastuti, 2002).

Radiasi sinar UV-B yang memiliki panjang gelombang 290-320 nm menembus dengan baik stratum corneum dan epidermis yang cukup parah dan menyebabkan iritasi pada kulit sehingga disebut daerah eritema. Radiasi sinar UV-A memiliki panjang gelombang 320-400 nm menyebabkan warna coklat (tanning) pada kulit tanpa terjadi inflamasi sehingga disebut daerah pigmentasi (Setiawan, 2010).

E. Tabir Surya

Tabir surya merupakan salah satu senyawa pelindung yang berperan untuk melindungi kulit utamanya dari bahaya sinar matahari khususnya

(20)

9

ultraviolet (UV) (Hamdani, 2011). Penggolongan tabir surya berdasarkan persen transmisi sinar UV, dapat dilihat pada Tabel 1 (Setiawan, 2010).

Tabel 1. Penggolongan potensi tabir surya

Klasifikasi produk Persen Transmisi Sinar Ultraviolet (%) Erythema range Tanning range

Total block <1,0 3-40

Extra protection 1-6 42-86

Reguler suntan 6-12 45-86

Fast tanning 10-18 45-86

Berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan aktif tabir surya dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme pemblok fisik (memantulkan radiasi matahari) serta mekanisme penyerap kimia (menyerap radiasi matahari). Tabir surya fisik mekanisme kerjanya memantulkan radiasi sinar ultraviolet, kemampuannya berdasarkan ukuran partikel dan ketebalan lapisan, bisa menembus lapisan dermis hingga subkutan atau hipodermis dan efektif pada spektrum radiasi UV-A, UV-B dan sinar tampak, sedangkan tabir surya kimia, mekanisme kerjanya mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet dan mengubahnya menjadi bentuk energi panas, dapat mengabsorbsi hampir 95% radiasi sinar UV-B yang dapat menyebabkan sunburn (eritema & kerut) (Lavi, 2012).

Ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan suatu preparat tabir surya, yaitu:

1. Metode Sun Protection Factor (SPF)

Sun Protection Factor merupakan indikator universal yang menjelaskan tentang keefektifan dari suatu produk atau zat yang bersifat UV protektor, semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau zat aktif tabir surya maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV

(21)

10

(Dutra dan Olivera, 2004). Keefektifan suatu sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF (Setiawan, 2010)

No Nilai SPF Kategori Proteksi Tabir Surya

1. 2-4 Proteksi minimal

2. 4-6 Proteksi sedang

3. 6-8 Proteksi ekstrak

4. 8-15 Proteksi maksimal

5. >15 Proteksi ultra

Nilai SPF didefenisikan sebagai perbandingan energi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan eritema minimal pada kulit yang dilindungi dengan eritema yang sama pada kulit yang tidak dilindungi dalam individu yang sama (Setiawan, 2010).

2. Persen transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp)

Persen transmisi eritema (%Te) menggambarkan jumlah sinar matahari yang diteruskan setelah mengenai tabir surya, sehingga dapat menyebabkan eritema kulit (kulit menjadi kemerahan). Demikian juga persen transmisi pigmentasi tabir surya sehingga dapat menyebabkan pigmentasi kulit (kulit menjadi gelap) (Sugihartini, 2011).

Transmisi eritema bahan tabir surya atau fluks eritema bahan tabir surya dapat ditentukan secara spektrofotometri dengan mengukur intensitas sinar yang diteruskan oleh bahan tabir surya panjang gelombang eritomatogenik kemudian dikalikan dengan fluks eritema/fluks pigmentasi yang terdapat pada Tabel 3 (Dutra dan Olivera, 2004).

(22)

11

Tabel 3. Faktor Efektifitas dan Fluks Eritema dan Pigmentasi Pada Panjang Gelombang 290-375 nm Panjang Gelombang (nm) Intensitas rata-rata (μ Watt/cm2 ) Faktor Efektifitas Tanning Fluks Tanning (μ Watt/cm2 ) 290 – 295 1,7 0,6500 0,1105 295 – 300 7,0 0,9600 0,6720 300 – 305 20,0 0,5000 1,0000 305 – 310 36,5 0,0550 0,2008 310 – 315 62,0 0,0220 0,1364 315-320 90,0 0,0125 0,1125

Total erythemal range, 290 – 320 nm 2,2332 (76,5%) 320 – 325 130,0 0,0083 0,1079 325 – 330 170,0 0,0060 0,1020 330 – 335 208,0 0,0045 0,0936 335 – 340 228,0 0,0035 0,0798 340 – 345 239,0 0,0028 0,0669 345 – 350 248,0 0,0023 0,0570 350 – 355 257,0 0,0019 0,0448 355 – 360 268,0 0,0016 0,0456 360 – 365 274,0 0,0013 0,0356 365 – 370 282,0 0,0011 0,0310 370 – 375 289,0 0,0008 0,0260

Total tanning range, 320 – 375 nm 0,6942

(23,7%)

Total tanning fluks, 290 – 375 nm 2,9264 (100%)

Semakin kecil suatu % transmisi eritema dan pigmentasi suatu sediaan berarti semakin sedikit sinar UV yang diteruskan sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan tersebut memiliki aktivitas yang besar sebagai tabir surya (Setiawan, 2010).

F. Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi pada temperatur ruangan menggunakan pelarut selama beberapa hari dengan beberapa kali pengadukan dan ekstrak dipisahkan dengan penyaringan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau

(23)

12

pelarut lain. Remaserasi merupakan maserasi berulang dimana cairan penyari dibagi dua, seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendap, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua (Baraja, 2008).

G. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (Khopkar, 2007). Pada umumnya konfigurasi dasar dari spektrofotometer UV-Vis berupa susunan peralatan sebagai berikut:

1. Sumber radiasi

Beberapa sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometer adalah lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri. Sumber-sumber radiasi lembayung yang kebanyakan dipakai adalah lampu hidrogen (Chairns, 2008).

2. Monokromator

Berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis (Chairns, 2008).

3. Kuvet

Kuvet atau sel merupakan wadah sampel yang dianalisis. Kuvet berbentuk tabung empat persegi panjang 1x1 cm, dengan tinggi kurang lebih

(24)

13

5 cm. kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau leburan silika dan ada yang dari gelas (Chairns, 2008).

4. Detektor

Memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital (Chairns, 2008).

5. Amplifier

Merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor (Chairns, 2008).

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis merupakan aplikasi dari Hukum Lambert Bert yang menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan (Rohman dan Gandjar, 2008).

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratotium Farmakognosi, Laboratorium Kimia, dan Laboratorium Instrumen Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli Tahun 2018. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Tanaman daun flamboyan (Delonix regia Raf.) yang berasal dari Kelurahan Namosain Kota Kupang.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun flamboyan yang dibuat menjadi ekstrak n-heksan dengan empat seri konsentrasi yaitu 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm.

(26)

15 D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi dari ekstrak n-heksan daun flamboyan 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah aktivitas tabir surya ektrak n-heksan daun flamboyan.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dari penelitian ini adalah kualitas ekstrak dan tingkat kepekaan spektrofotometri UV-Vis.

Definisi Operasional E.

1. Daun flamboyan adalah tumbuhan yang diperoleh dari Kelurahan Namosain Kota Kupang.

2. Ekstrak n-heksan daun flamboyan adalah ekstrak kental yang diperoleh dari hasil maserasi serbuk daun flamboyan menggunakan pelarut n-heksan dan menjadi empat seri konsentrasi yaitu 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm 3. Uji aktivitas tabir surya adalah kemampuan suatu zat dalam menghambat

penetrasi sinar UV ke dalam kulit yang dapat ditentukan berdasarkan nilai Sun Protection Factor (SPF) dan persen transimi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp).

4. Sun Protection Factor (SPF) merupakan indikator yang menjelaskan tentang keefektifan suatu senyawa yang bersifat UV protector.

(27)

16

5. Persentasi transmisi eritema (%Te) dan transmisi pigmentasi (%Tp) adalah perbandingan jumlah energi sinar UV yang diteruskan setelah mengenai tabir surya.

Alat dan Bahan F.

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bejana Maserasi, Cawan perselin, Batang pengaduk, Tabung reaksi, Beaker glass, Erlenmeyer, Corong pisah, Labu ukur, Pipet volume, Tabung reaksi, Sendok tanduk, Corong kaca, Pengayak no 60 mesh, Timbangan analitik (Type EW-220-3NM), Rotary evaporator (Eyela type N-1000), Waterbatrh (Memmer), Blender (Philips), dan Spektrofotometri UV-Vis (Shimadzu Type UV-1700). 2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kualitas pro analisis (p.a) yang terdiri dari Daun flamboyan, n-heksan (Merk), etanol 70%, H2SO4 (Merk), HCl (Merk), Reagen mayer, Kloroform (Merk), FeCl3

(Merk), Aluminium foil, Kertas saring, Tisu dan Aquades. Prosedur Penelitian

G.

1. Pengambilan bahan

Daun flamboyan diambil dari Kelurahan Namosain Kota Kupang. 2. Pembuatan serbuk simplisia

Daun flamboyan yang diambil, dicuci dengan air mengalir, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah itu diserbukkan dan diayak dengan pengayak nomor mesh 60, lalu ditimbang sesuai kebutuhan.

(28)

17

3. Maserasi Serbuk Simplisia Daun Flamboyan

Serbuk simplisia daun flamboyan ditimbang sebanyak 200 gram, dimasukkan ke dalam bejana maserasi, ditambahkan n-heksan sebanyak 800 mL diaduk hingga merata kemudian ditutup. Maserasi selama 5 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai dan ampasnya ditambahkan n-heksan sebanyak 200 mL, didiamkan selama 2 hari lalu diserkai. Maserat pertama dan kedua disatukan dan diuapkan menggunakan rotary evaporator kemudian dipekatkan diatas waterbath pada suhu 60 °C hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dihitung % rendemen menggunakan rumus:

% Rendemen =

x 100 %

4. Uji Kualitatif

a. Identifikasi Flavonoid

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,1 g dilarutkan dalam 10 mL etanol kemudian dibagi kedalam tiga tabung reaksi. Tabung pertama sebagai kontrol negatif, tabung kedua ditambah NaOH dan tabung ketiga ditambah H2SO4 pekat. Diamati perubahan warna yang terjadi pada

tabung kedua, ketiga, keempat dan dibandingkan dengan tabung kontrol. Jika terjadi perubahan warna, maka positif mengandung flavonoid (Gafur dkk., 2013).

b. Identifikasi tanin

Ekstrak dilarutkan ke dalam metanol dan filtrat ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna biru

(29)

18 c. Identifikasi Alkaloid

Ekstrak 0,5 gram dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, campuran disaring dan filtrat ditambahkan beberapa air. Setelah dingin, campuran disaring dan filtrat ditambahkan beberapa tetes reagen mayer. Sampel kemudian diamati hingga keruh atau ada endapan menunjukan sampel positif (Gafur dkk., 2013).

d. Identifikasi Saponin

Ekstrak 0,1 gram dilarutkan dengan air panas sebanyak 15 mL kemudian dipanaskan selama 5 menit. Selanjutnya disaring dan filtratnya diambil sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, larutan kemudian ditandai dengan terbentuknya busa/buih (Gafur dkk., 2013).

e. Identifikasi Fenolik

Ekstrak ditimbang sebanyak 0,1 gram kemudian ditambahkan 20 mL larutan FeCl3. Uji positif dengan adanya fenolik terbentuk warna hijau

sampai biru kehitaman (Gafur dkk., 2013). 5. Pembuatan Larutan Uji

Sebanyak 100 mg ekstrak ditimbang kemudian dilarutkan dengan etanol p.a dalam labu ukur 100 mL sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm kemudian diencerkan lagi hingga didapatkan konsentrasi 200, 400, 600 dan 800 ppm.

(30)

19

6. Penentuan Nilai Sun Protection Factor (SPF)

Uji aktivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Larutan ekstrak n-heksan daun flamboyan yang telah dibuat dalam 5 seri konsentrasi kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 290-320 nm.

7. Penentuan Nilai Transmisi Eritema dan Pigmentasi

Larutan ekstrak n-heksan daun flamboyan yang telah dibuat dalam 5 seri konsentrasi diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 292,5-317,5 nm untuk menghitung persentase transmisi eritema, dan pada panjang gelombang 322,5-372,5 nm untuk menghitung persentase pigmentasi.

H. Analisis Data

1. Nilai Sun Protection Factor (SPF)

Nilai SPF dihitung terlebih dahulu luas daerah dibawah kurva serapan (AUC) dari nilai serapan pada panjang gelombang 290-400 nm dengan interval 5 nm, Nilai AUC dihitung menggunakan rumus berikut:

{AUC}= Aa = absorbansi pada panjang gelombang a nm Ab = absorbansi pada panjang gelombang b nm dPa-b = selisih panjang gelombang a dan b

Nilai total AUC dihitung dengan menjumlahkan nilai AUC pada tiap segmen panjang gelombang. Nilai SPF masing-masing konsentrasi ditentukan menggunakan rumus berikut :

(31)

20

λn = panjang gelombang terbesar (dengan A>0,05 untuk ekstrak dengan A>0,01 untuk sediaan.

λ1 = panjang gelombang terkecil (290 nm). 2. Nilai Persen Eritema

Dari data pengamatan nilai transmitan pada berbagai panjang gelombang dapat dihitung persen transmisi eritema dengan cara sebagai berikut :

a. Nilai transmisi eritema = T.Fe. Perhitungan nilai transmisi eritema tiap panjang gelombang (panjang gelombang 292,5-317,5 nm).

b. Banyaknya fluks eritema yang diteruskan oleh bahan tabir matahari (Ee) dihitung dengan rumus : Ee = ΣT.Fe

c. Kemudian % transmisi eritema dihitung dengan rumus :

dimana :

T = Nilai transmisi Fe = Fluks eritema

Ee = ΣT. Fe = banyaknya fluks eritema yang diteruskan oleh ekstrak pada panjang gelombang 292,5 - 317,5 nm

3. Persen Transmisi Pigmentasi

Nilai persen transmisi pigmentasi dihitung dengan cara sebagai berikut : a. Nilai transmisi pigmentasi = T.Fp. Perhitungan nilai transmisi pigmentasi

(32)

21

b. Banyaknya fluks pigmentasi yang diteruskan oleh bahan tabir surya (Ep) dihitung dengan rumus Ep = ΣT.Fp

c. Kemudian % transmisi pigmentasi dihitung dengan rumus :

dimana :

T = nilai transmisi Fp = fluks pigmentasi

Ep = ƩT.Fp = banyaknya fluks pigmentasi yang diteruskan oleh ekstrak pada panjang gelombang 322,5-372,5 nm.

(33)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Ekstrak Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.)

Pada penelitian ini sampel daun flamboyan diperoleh dari Kelurahan Namosain Kota Kupang. Daun yang telah diambil, kemudian disortasi basah dengan cara dicuci lalu dilakukan pengeringan, setelah itu daun flamboyan disortasi kering lalu dilanjutkan dengan penyerbukan dan diayak dengan pengayak nomor mesh 60 agar ukuran partikel serbuk simplisia seragam atau homogen.

Sebanyak 200 gram simplisia daun flamboyan (Delonix regia Raf.) dimaserasi menggunakan pelarut n-heksan selama 5 hari kemudian dilanjutkan remaserasi menggunakan pelarut n-heksan yang baru selama 2 hari untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Maserat yang diperoleh diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 68 ºC hingga semua pelarut terpisah dari ekstrak. Penggunaan suhu 68 ºC dikarenakan suhu tersebut merupakan titik didih n-heksan, akibatnya pada kondisi itu n-heksan akan mengalami penguapan. Ekstrak hasil evaporasi dipekatkan lagi diatas waterbath pada suhu 60 ºC hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh sebesar 7,897 gram yang kemudian ditentukan rendemennya. Nilai % rendemen ekstrak n-heksan daun flamboyan yang telah ditentukan sebesar 3,948%.

B. Hasil Identifikasi Kualitatif Ektrak n-heksan Daun Flamboyan (Delonix regia Raf.)

Sebelum dilakukan pengujian aktivitas tabir surya, terlebih dahulu dilakukan identifikasi kualitatif terhadap ekstrak n-heksan daun flamboyan untuk

(34)

23

mengetahui ada tidaknya kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai tabir surya. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Identifikasi Kualitatif Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Senyawa Pereaksi Pustaka Hasil Ket

Flavonoid sampel + NaOH Terjadi perubahan

warna (Gafur,

2013)

Terjadi perubahan warna dari kuning kehijauan menjadi cokelat keruh + sampel + H2SO4 pekat Terjadi perubahan warna (Gafur, 2013) Terjadi perubahan dari warna kuning kehijauan menjadi hijau + Tanin Sampel + metanol + 3 tetes FeCl3 1% Terbentuk warna biru kehitaman

atau hijau (Gafur, 2013)

Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau keruh

+ Alkaloid Sampel + 2 mL etanol 70% + 3 tetes reagen mayer Sampel menjadi keruh atau terbentuk endapan (Gafur, 2013) Terjadi perubahan dari kuning menjadi keruh

+

Saponin Sampel + air

panas + HCl Terbentuk busa/buih (Gafur, 2013) Tidak terbentuk busa/buih -

Fenolik Sampel + FeCl3

1%

Terbentuk warna hijau sampai biru kehitaman (Gafur, 2013)

Terbentuk warna

hijau kehitaman

+

Keterangan:(+) = mengandung zat aktif (positif) (-) = tidak mengandung zat aktif (negatif)

Hasil identifikasi kualitatif ekstrak n-heksan daun flamboyan pada Tabel 4 menunjukan ekstrak positif mengandung beberapa kandungan metabolit sekunder seperti senyawa flavonoid, tanin, alkaloid dan fenolik.

(35)

24

Pada identifikasi flavonoid, ekstrak dilarutkan dalam 10 mL etanol 70% kemudian dibagi kedalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama yang digunakan sebagai kontrol positif berwarna kuning kehijauan sedangkan tabung kedua ditambahkan NaOH dan terjadi perubahan warna kontrol dari kuning kehijauan menjadi coklat keruh serta tabung ketiga yang ditambahkan H2SO4 pekat berubah

warna dari kuning kehijauan menjadi hijau. Hal tersebut menunjukan bahwa sampel positif mengandung flavonoid.

Identifikasi Tanin dilakukan dengan melarutkan ekstrak ke dalam metanol sampai terendam semuanya kemudian ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3

1%. Hasil identifikasi menunjukan perubahan dari warna kuning menjadi hijau keruh, sehingga sampel dapat dinyatakan positif mengandung tanin.

Pada identifikasi alkaloid, ekstrak ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian disaring, filtrat yang diperoleh ditambahkan 3 tetes Reagen Mayer. Sampel dinyatakan positif mengandung alkaloid didukung dengan adanya perubahan warna dari kuning menjadi keruh.

Hasil ekstrak selanjutnya dilakukan identifikasi saponin. Identifikasi diawali dengan melarutkan sampel dengan air panas sebanyak 15 mL, kemudian disaring dan diambil filtratnya lalu di kocok. Hasil identifikasi membentuk sedikit busa/buih. Kestabilan busa/buih kemudian diuji dengan menambahkan 3 tetes HCl dan busa/buih tidak stabil atau mudah hilang. Hal ini menunjukan sampel tidak mengandung saponin.

(36)

25

Pada saat identifikasi fenolik, sampel dilarutkan dengan FeCl3 1% dan

terbentuk warna hijau kehitaman. Hasil tersebut dapat diduga sampel mengandung fenolik.

C. Nilai Potensi Ekstrak Sebagai Tabir Surya

Tabir surya merupakan suatu zat yang dapat mengurangi efek berbahaya dari terpaparnya kulit pada sinar ultraviolet dengan mekanisme kerja yang terdiri dari pemblok fisik (memantulkan radiasi matahari) serta mekanisme penyerap kimia (menyerap radiasi matahari) (Lavi, 2012).

Sinar UV dibedakan menjadi 3, yaitu sinar UV-A, UV-B dan UV-C yang ketiganya memiliki panjang gelombang dan efek radiasi yang berbeda. Sinar UV-A (320-400 nm) mempunyai efek radiasi berupa pigmentasi yang dapat menyebabkan kulit berwarna coklat dan kemerahan. Sinar UV-B (290-320 nm) memiliki efek radiasi yang menyebabkan eritema (kemerahan) hingga dapat menyebabkan kanker kulit jika terkena radiasi berlebih. Sedangkan UV-C (200-290 nm) tertahan pada lapisan atmosfer sehingga tidak sampai ke bumi karena terjadi penyerapan di lapisan ozon (Tranggono dkk, 2007). Sehingga dalam penelitian ini, potensi tabir surya diukur dari panjang gelombang 290-400 nm (UV-A dan UV-B).

Penentuan potensi tabir surya ekstrak n-heksan daun flamboyan dilakukan secara in vitro dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 290-400 nm. Pengujian yang pertama dilakukan dengan menghitung nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari ekstrak n-heksan daun flamboyan. SPF merupakan indikator universal yang menjelaskan tentang keefektifan dari suatu

(37)

26

zat yang bersifat UV protector. Semakin tinggi nilai SPF maka semakin efektif melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV (Dutra dan Olivera, 2004).

Pengujian nilai SPF dimulai dengan melarutkan 100 mg ekstrak ke dalam 100 mL etanol 70% dalam labu ukur 100 mL untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm kemudian diencerkan lagi ke dalam labu ukur 25 mL hingga didapatkan larutan uji dengan konsentrasi 800, 600, 400 dan 200 ppm.

Larutan yang telah dibuat dalam 5 seri konsentrasi tersebut kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 290-400 nm dengan interval 5 nm. Setelah itu dihitung terlebih dahulu luas daerah kurva serapan (AUC), dan dihitung nilai SPF dengan menjumlahkan nilai AUC pada tiap segmen panjang gelombang lalu dibagi dengan hasil dari panjang gelombang terbesar (400 nm) dikurang panjang gelombang terkecil (290 nm). Hasil pengujian nilai SPF dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai SPF Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Replikasi Nilai SPF 200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm 1000 ppm I 1,172 1,445 1,786 2,243 2,766 II 1,224 1,527 1,981 2,811 4,335 III 1,218 1,496 1,879 2,376 3,083 Rata-rata nilai SPF 1,204 1,489 1,879 2,476 3,401 Kategori Tabir Surya Proteksi minimal Proteksi minimal Proteksi minimal Proteksi minimal Proteksi minimal Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat rata-rata nilai SPF ekstrak n-heksan daun flamboyan dari 3 replikasi pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm hanya memberikan proteksi minimal. Nilai ini menunjukan daya tahan tabir surya yang dimiliki ekstrak masih rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh

(38)

27

kandungan metabolit sekunder yang tidak tertarik sempurna pada saat proses maserasi. Hal tersebut diperkuat dengan hasil identifikasi kualitatif yang terdapat pada Tabel 4, dimana tidak semua senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai tabir surya terkandung dalam ekstrak n-heksan daun flamboyan.

Gambar 2. Grafik Nilai Rata-Rata SPF Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat hubungan antara nilai SPF dan konsentrasi, dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula nilai SPF. Hal tersebut dilihat pada konsentrasi 200 ppm memiliki nilai SPF terendah dan konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai SPF tertinggi. Hal ini dikarenakan makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap. Selain menghitung nilai SPF, juga dilakukan Penentuan nilai persen transmisi eritema (%Te).

Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya proses inflamasi akibat paparan sinar UV-B yang ditandai dengan timbulnya kemerahan hingga dapat menyebabkan kanker kulit jika terkena radiasi berlebih (Tranggono dkk, 2007). Persen transmisi eritema (%Te) menggambarkan jumlah sinar matahari yang diteruskan setelah mengenai tabir surya, sehingga dapat menyebabkan eritema

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 200 400 600 800 1000 SPF ppm

(39)

28

kulit. Semakin kecil suatu %Te berarti semakin sedikit sinar UV-B yang diteruskan sehingga dapat dikatakan bahwa zat tersebut memiliki aktivitas yang besar sebagai tabir (Setiawan, 2010).

Pengujian nilai transmisi eritema (%Te) dilakukan dengan mengukur absorbansi dari 5 seri konsentrasi larutan uji menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 292,5-317,5 nm dengan interval 5 nm. Setelah diperoleh nilai absorbansinya kemudian dikonversi menjadi persen transmitan. Konversi ini dilakukan karena yang terukur adalah nilai absorbansi (besarnya sinar radiasi yang terserap oleh zat) sedangkan yang diinginkan adalah nilai transmitan (besarnya sinar radiasi yang melewati zat dan ditangkap oleh detektor).

Setelah memperoleh nilai persen transmitan dihitung nilai persen transmisi eritema dengan menggunakan rumus yang tertera pada analisis data. Hasil perhitungan nilai persen transmisi eritema dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Persen Transmisi Eritema Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Replikasi Persen Transmisi Eritema (%Te)

200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm 1000 ppm I 88,979% 77,051% 65,492% 57,116% 49,342% II 83,562% 68,869% 61,464% 49,202% 37,417% III 88,109% 75,695% 64,835% 55,345% 45,973% Rata-rata 86,883% 73,871% 63,930% 53,887% 44,244% Kategori Tabir Surya Fast tanning Fast tanning Fast tanning Fast tanning Fast tanning Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat rata-rata nilai persen transmisi eritema (%Te) dari 3 replikasi untuk 5 konsentrasi masuk dalam kategori Fast tanning yang artinya ekstrak n-heksan daun flamboyan hanya mampu menyerap sedikit sinar UV-B, sehingga sinar UV-B yang diteruskan lebih besar atau dapat

(40)

29

dikatakan ekstrak belum mampu mencegah terjadinya eritema pada kulit. Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder yang tidak tertarik sempurna pada saat proses maserasi.

Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata %Te Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Berdasarkan Gambar 3 terlihat hubungan antara nilai persen eritema dan konsentrasi ekstrak, dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin kecil nilai persen transmisi eritema. Hal tersebut dilihat pada konsentrasi 200 ppm memiliki nilai %Te paling besar dan konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai %Te terkecil. Hal ini dikarenakan makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap sehingga sinar yang diteruskan semakin kecil. Selain menghitung nilai SPF dan %Te, juga dilakukan Penentuan nilai persen transmisi pigmentasi (%Tp).

Pigmentasi adalah perubahan warna kulit menjadi lebih gelap yang disebabkan oleh paparan sinar UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm. Persen transmisi pigmentasi adalah jumlah sinar matahari yang diteruskan setelah mengenai tabir surya, sehingga dapat menyebabkan pigmentasi kulit. Semakin kecil suatu persen transmisi pigmentasi berarti semakin sedikit pula sinar UV-A

0 20 40 60 80 100 0 200 400 600 800 1000 % Te ppm

(41)

30

yang diteruskan sehingga dapat dikatakan bahwa zat tersebut memiliki aktivitas yang besar sebagai tabir surya (Setiawan, 2010).

Larutan uji yang telah dibuat dalam 5 seri konsentrasi, diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 322,5-372,5 nm dengan interval 5 nm. Sama halnya dengan penentuan nilai transmisi eritema (%Te), penentuan nilai persen transmisi pigmentasi (%Tp) dibutuhkan nilai transmitan sedangkan yang terukur adalah nilai absorbansi, dengan demikian nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi nilai persen transmitan.

Nilai persen transmitan yang telah diperoleh kemudian dihitung nilai persen transmisi pigmentasi. Hasil perhitungan nilai persen transmisi pigmentasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Persen Transmisi Pigmentasi Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Replikasi Persen Transmisi Pigmentasi

200 ppm 400 ppm 600 ppm 800 ppm 1000 ppm I 91,803% 83,693% 74,673% 68,353% 61,905% II 83,388% 68,503% 72,565% 61,987% 50,877% III 90,901% 82,513% 74,403% 67,101% 58,736% Rata-rata nilai SPF 88,679% 78,236% 73,880% 65,813% 57.172% Kategori Tabir Surya Fast tanning Fast tanning Fast tanning Fast tanning Fast tanning

Sesuai yang tertera pada Tabel 7, nilai rata-rata persen transmisi pigmentasi (%Tp) dari 3 replikasi untuk 5 konsentrasi ekstrak n-heksan daun flamboyan tergolong dalam kategori Fast tanning. Artinya pada kategori ini ekstrak belum mampu mencegah pigmentasi pada kulit karena kemampuan

(42)

31

penyerapan sinar UV-A rendah. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan, daya tahan tabir surya ekstak n-heksan daun flamboyan masih rendah, hal ini juga dapat dilihat dari nilai SPF dan %Te yang hanya memberikan proteksi minimal pada kulit dari terjadinya eritema.

Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata %Tp Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Hubungan antara nilai persen transmisi pigmentasi dan konsentrasi dapat dilihat pada grafik yang tertera pada Gambar 4. Semakin besar konsentrasi, maka semakin kecil nilai persen transmisi pigmentasi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap dan makin sedikit sinar yang diteruskan. Dapat dilihat pada konsentrasi 200 ppm nilai %Tp paling besar dan konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai %Tp terkecil yang artinya pada konsentrasi 1000 ppm, ekstrak menyerap sinar UV-A lebih banyak dibandingkan pada konsentrasi 200 ppm.

0 20 40 60 80 100 0 200 400 600 800 1000 % Tp ppm

(43)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak n-heksan daun flamboyan memiliki aktivitas tabir surya yang

rendah.

2. Hasil skrining fitokimia ektrak n-heksan daun flamboyan menunjukan ekstrak mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid dan fenolik.

3. Ekstrak n-heksan daun flamboyan memiliki nilai rata-rata SPF pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm berturut-turut adalah 1,204; 1,489; 1,879; 2,476; 3,401 dan dikategorikan proteksi minimal.

4. Ekstrak n-heksan daun flamboyan memiliki nilai rata-rata persentasi eritema (%Te) pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm berturut-turut adalah 86,883%, 73,871%, 63,930%, 53,887%, 44,244%. Nilai rata-rata presentasi pigmentasi (%Tp) pada konsentrasi 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm berturut-turut adalah 88,679%, 78,236%, 73,880%, 65,813% dan 57,172%.

B. Saran

Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan pengujian aktivitas tabir surya dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut yang berbeda, dan melakukan standarisasi ekstrak berdasarkan parameter spesifik dan non-spesifik.

(44)

33 DAFTAR PUSTAKA

Baraja, M. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus Elastica Nois Ex Blume Terhadap Artemia Salina Leach Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Chairns, D. 2008. Intisari Kimia Farmasi, 2nd ed. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Dutra, E. dan Olivera, D. 2004. Determination of Sun Protecting Factor (SPF) of Sunscreen by Ultraviolet Spectrophotometry. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 40(3): 381-385.

Gafur, M.A., Isa, L. dan Balangi, N. 2013. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Daun Jamblang (Syzygium Cumini). Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Hamdani, S. 2011. Tabir Surya Mengurangi Efek Radiasi. http://catatankimia.com/catatan/tabir-surya-mengurangi-efek-radiasi.html. 13 februari 2018.

Kaur dan Saraf. 2009. In Vitro Sun Protection Faktor Determination of Herbal Oils Used in Cosmetics. Pharmacognosy Research. 2(1): 22-25.

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Kusantati, H. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lavi, N. 2012. Sunscreen For Travellers. Laporan penelitian. Universitas Udayana. Denpasar.

Orah, E. dan Harun. 2001. Tabir Surya (sunscreen). Berkala Ilmu Penyakit Dalam dan Kelamin. 13: 36-44.

Rohman, A. dan Gandjar, G.I. 2008. Kimia Farmasi Analis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Setiawan, T. 2010. Uji Stabilitas Fisik Dan Penentuan Nilai SPF Krim Tabir Surya Yang Mengandung Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelia Sinensis L.). Skripsi. FMIPA UI. Depok.

(45)

34

Shabir, G., Anwar, F., Bushra, S. dan Khalid, Z.M. 2011. Antioxidant and antimicrobial attributes and phenolics of different solvent extracts from leaves, flowers and bark of Gold mohar [Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf.]. Molecules. 16: 7302–7319.

Singh, S. 2014. A Review: Introduction To Genus Deloni. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3(6): 2042-2055.

Sugihartini, N. 2011. Optimasi Komposisi Tepung Beras Dan Fraksi Etanol Daun Sendok (Plantago Major L) Dalam Formulasi Tabir Surya Dengan Metode Simplex Lattice Design. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 1(2): 63-70.

Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan. Putra Media Nusantara. Surabaya.

Suryowinoto, S. 1997. Flora Eksotika, TANAMAN PENEDUH. Kanisius. Yogyakarta.

Syukur, R., Alam, G. dan mufidah. 2011. Aktivitas Antiradikal Bebas Beberapa Tanaman Familia Fabaceae. JTS Kesehatan. 1(1): 61–67.

Tranggono, R. dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wolf, R., Wolf, D. dan Morganti, P. 2001. Spectrophotometric Analysis and Modeling of Sunscreens. Journal of Chemical Education. 74(1): 99-102. Yasin, R. 2017. Uji Potensi Tabir Surya Elstrak Kulit Buah jeruk Nipis (Citrus

aurantifolia) Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas kedokteran Dan Ilmu kesehatan UIN Alauddin. Makasar

Yuliastuti, I. 2002. Pemodelan Dan Sintesis Senyawa Penyerap Sinar UV 3,4 Dimetoksi Heksilsinamat Berdasarkan Pendekatan Kimia Komputasi. Proceeding Seminar nasional. hal. 351-360. FMIPA UGM. Yogyakarta.

(46)

35 LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian

Daun flamboyan

Serbuk simplisia daun flamboyan

Pengambilan, sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan penyerbukan

Ditimbang, diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut n-heksan

Ekstrak n-heksan daun flamboyan

Diukur absorbansi nilai SPF serta %Te dan %Tp menggunakan spektrofotometri UV-Vis

(47)

36

Lampiran 2. Skema Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Flamboyan

Daun flamboyan

Pengambilan daun flamboyan

Sortasi basah

Pencucian

Pengeringan dengan cara diangin-anginkan

Sortasi kering

Penyerbukan dan pengayakan

Serbuk simplisia daun flamboyan

(48)

37

Lampiran 3. Skema Pembuatan Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

200 g serbuk simplisia daun flamboyan

Hasil maserasi

- Dimasukkan ke dalam bejana maserasi

- Dituang 800 mL n-heksan - Ditutup dan biarkan selama 5

hari sambil sesekali diaduk - diserkai

- Ampas diperas dengan kain flannel bersih

- Maserat 1 ditampung dalam wadah bersih

- Ampas diremaserasi dengan 200 mL n-heksan

- Diaduk dan diamkan selama 2 hari

Maserat

- Maserat 1 dan 2 disatukan - Diuapkan dalam rotavapor

pada suhu 68 °C

- Dipekatkan dengan waterbath pada suhu 60°C

Ekstrak n-heksan daun flamboyan

(49)

38

Lampiran 4. Perhitungan Persentase Rendemen Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Rumus :

% rendemen =

Data : Bobot Cawan Kosong = 58,924 g Bobot Cawan + Ekstrak = 66,821 g Bobot Ekstrak Kental = 7,897 g Bobot Serbuk Daun Flamboyan = 200 g % rendemen ekstrak n-heksan =

=

= 3,948 %

Jadi, dari perhitungan diatas diperoleh persen rendemen ekstrak n-heksan daun flamboyan sebesar 3,948 %.

(50)

39

Lampiran 5. Hasil Identifikasi Kualitatif Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Flavonoid

Sampel + NaOH Sampel + H2SO4

Ektrak + etanol 70% (Kontrol Positif)

Tanin

Sampel + metanol + FeCl3

Alkaloid

Sampel+etanol+Reagen Mayer

(51)

40

Saponin

Sampel+air panas+HCl

Fenolik

(52)

41

Lampiran 6. Perhitungan dan Pembuatan Seri Konsentrasi

Larutan induk sampel dibuat konsentrasi 1000 ppm dengan menimbang 100 mg ekstrak n-heksan daun flamboyan, dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan etanol 70% hingga tanda batas.

Perhitungan Pembuatan Seri Konsentrasi menggunakan rumus: N1 x V1 = N2x V2

No Konsentrasi (ppm) Volume larutan induk (mL)

1 200 5 2 400 10 3 600 15 4 800 20 a. 200 ppm N1 x V1 = N2x V2 1000 x V1= 200 x 25 mL V1= 5 mL

Dipipet sebanyak 5 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

b. 400 ppm

N1 x V1 = N2x V2

1000 x V1= 400 x 25 mL

V1=10 mL

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

(53)

42 c. 600 ppm

N1 x V1 = N2x V2

1000 x V1= 600 x 25 mL

V1=20 mL

Dipipet sebanyak 20 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

d. 800 ppm

N1 x V1 = N2x V2

10000 x V1= 800 x 25 mL

V1= 2 mL

Dipipet sebanyak 2 mL larutan induk 1000 ppm, dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan etanol 70% sampai tanda batas.

(54)

43

Lampiran 7. Perhitungan Nilai SPF Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan

Data Nilai Absorbansi Panjang Gelombang Absorbasi 200 ppm Absorbansi 400 ppm Absorbansi 600 ppm Absorbansi 800 ppm Absorbansi 1000 ppm Replikasi I 290 0,062 0,143 0,223 0,305 0,387 295 0,057 0,131 0,205 0,282 0,357 300 0,053 0,119 0,186 0,255 0,324 305 0,046 0,105 0,165 0,229 0,290 310 0,040 0,093 0,147 0,204 0,260 315 0,038 0,087 0,139 0,194 0,247 320 0,038 0,085 0,135 0,188 0,239 325 0,036 0,080 0,129 0,179 0,228 330 0,035 0,078 0,124 0,172 0,219 335 0,034 0,076 0,120 0,167 0,213 340 0,034 0,073 0,116 0,161 0,205 345 0,033 0,072 0,113 0,156 0,198 350 0,032 0,070 0,110 0,152 0,193 355 0,032 0,069 0,108 0,149 0,189 360 0,032 0,068 0,106 0,147 0,186 365 0,032 0,067 0,105 0,145 0,183 370 0,031 0,066 0,104 0,172 0,180 375 0,031 0,065 0,102 0,140 0,177 380 0,030 0,064 0,100 0,137 0,173 385 0,022 0,063 0,098 0,135 0,170 390 0,022 0,064 0,100 0,137 0,172 395 0,021 0,067 0,104 0,142 0,179 400 0,021 0,068 0,106 0,145 0,182 Replikasi 2 290 0,076 0,168 0,270 0,395 0,542 295 0,072 0,156 0,250 0,368 0,505 300 0,064 0,138 0,221 0,328 0,454 305 0,053 0,116 0,188 0,284 0,397 310 0,045 0,099 0,162 0,250 0,354 315 0,042 0,094 0,153 0,237 0,336 320 0,042 0,091 0,149 0,230 0,326 325 0,041 0,088 0,145 0,225 0,318 330 0,040 0,087 0,142 0,219 0,310 335 0,040 0,085 0,136 0,212 0,300 340 0,039 0,082 0,132 0,205 0,291 345 0,039 0,079 0,129 0,198 0,282 350 0,038 0,078 0,126 0,193 0,274 355 0,038 0,077 0,123 0,189 0,268

(55)

44 360 0,039 0,076 0,123 0,187 0,264 365 0,039 0,077 0,123 0,186 0,263 370 0,040 0,078 0,124 0,187 0,262 375 0,040 0,078 0,124 0,186 0,260 380 0,039 0,078 0,123 0,185 0,257 385 0,040 0,079 0,124 0,186 0,258 390 0,042 0,083 0,130 0,193 0,265 395 0,044 0,088 0,137 0,202 0,275 400 0,045 0,090 0,142 0,207 0,281 Replikasi 3 290 0,071 0,154 0,244 0,331 0,434 295 0,066 0,142 0,225 0,306 0,400 300 0,060 0,127 0,200 0,273 0,356 305 0,052 0,109 0,173 0,237 0,311 310 0,044 0,096 0,152 0,209 0,276 315 0,042 0,090 0,144 0,198 0,262 320 0,042 0,088 0,141 0,193 0,255 325 0,041 0,087 0,137 0,188 0,250 330 0,041 0,084 0,133 0,183 0,242 335 0,040 0,082 0,130 0,176 0,234 340 0,039 0,079 0,125 0,171 0,225 345 0,039 0,078 0,122 0,165 0,218 350 0,039 0,076 0,119 0,160 0,211 355 0,038 0,075 0,116 0,157 0,207 360 0,038 0,074 0,115 0,155 0,204 365 0,039 0,074 0,115 0,155 0,202 370 0,040 0,075 0,115 0,154 0,201 375 0,039 0,074 0,114 0,152 0,199 380 0,038 0,073 0,112 0,151 0,197 385 0,038 0,073 0,113 0,151 0,197 390 0,040 0,076 0,117 0,157 0,203 395 0,042 0,080 0,123 0,164 0,212 400 0,042 0,082 0,126 0,169 0,218

Contoh perhitungan nilai SPF

AUC = L1+L2+L3...Ln

Log SPF =

(56)

45 Ket :

Aa = Absorbansi pada panjang gelombang a nm Ab = Absorbansi panjang gelombang b nm dPb-a = Selisih panjang gelombang a dan b λn = panjang gelombang terbesar λ1 = panjang gelombang terkecil Konsentrasi 200 ppm replikasi 1

(57)

46 = = 0,069 SPF = 1,172

(58)

47 Konsentrasi 400 ppm replikasi 1

(59)

48 = = 0,160 SPF = 1,445 Konsentrasi 600 ppm replikasi 1

(60)

49

(61)

50 = = 0,252 SPF = 1,786 Konsentrasi 800 ppm replikasi 1

(62)

51 =

(63)

52 = 0,351 SPF = 2,243 konsentrasi 1000 ppm replikasi 1

(64)

53 = λn λ1 =

= 0,442 SPF = 2,766 Konsentrasi 200 ppm replikasi 2

(65)

54

(66)

55 = = 0,088 SPF = 1,224 Konsentrasi 400 ppm replikasi 2

(67)

56 = = 0,184 SPF = 1,527

(68)

57 Konsnetrasi 600 ppm replikasi 2

(69)

58 = = 0,297 SPF =1,981 Konsentrasi 800 ppm replikasi 2

(70)

59

(71)

60 = =0,449 SPF = 2,811 Konsentrasi 1000 ppm replikasi 2

(72)

61 = = 0,639 SPF = 4,355

(73)

62 Konsentrasi 200 ppm replikasi 3

(74)

63 = = 0,086 SPF = 1,218 Konsentrasi 400 ppm replikasi 3

(75)

64

(76)

65 = = 0,175 SPF = 1,496 Konsentrasi 600 ppm replikasi 3

(77)

66 = = 0,274 SPF = 1,879 Konsentrasi 800 ppm replikasi 3

(78)

67

(79)

68 = = 0,376 SPF = 2,376 Konsentrasi 1000 ppm replikasi 3

(80)

69 = = 0,489

(81)

70 SPF = 3,083 Rata-rata nilai SPF

Gambar

Gambar 1. Tanaman Flamboyan
Tabel 2. Keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF  (Setiawan, 2010)
Tabel  3.  Faktor  Efektifitas  dan  Fluks  Eritema  dan  Pigmentasi  Pada  Panjang Gelombang 290-375 nm   Panjang  Gelombang  (nm)  Intensitas rata-rata  (μ Watt/cm2)  Faktor  Efektifitas Tanning  Fluks Tanning (μ Watt/cm2)  290 – 295  1,7  0,6500  0,1105
Tabel 4.  Hasil Identifikasi Kualitatif Ekstrak n-Heksan Daun Flamboyan
+7

Referensi

Dokumen terkait

diri. Tidak ada keahlian yang muncul tiba-tiba atau yang sudah dibawa sejak lahir. Keterampilan mengajar akan menjadi bagian penting keahlian secara keseluruhan. Seseorang

0HQXUXW 2QRQJ ³3HUHQFDQDDQ GDSDW GLDUWLNDQ VHEDJDL proses penyusunan materi pembelajaran, pengunaan media, pendekatan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu

Sebelum melaksanakan kegiatan, tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat Rencana Kerja Harian (RKH), dimulai dengan pemilihan tema pembelajaran, kemudian indikator

Tabel 3 memperlihatkan bahwa evaluasi awal tidak begitu mengerti /tidak begitu tahu 100% tentang teknik perakitan induk dan produksi benih udang galah, kemudian setelah

Ketiga kelompok tersebut dapat mengganggu terciptanya kualitas audit, karena masing-masing kepentingan ini akan memberikan tekanan pada auditor untuk

Gender, Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu dan Pengalaman Audit berpengaruh terhadap Audit Judgment pada auditor yang bekerja di BPK Perwakilan Provinsi

Pada Bab III Metode Penelitian akan menguraikan tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan

Penelitian ini disusun untuk mengetahui bagaimana pengaruh tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment pada kantor akuntan publik di