• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semoga terwujud sumberdaya manusia unggul, Indonesia maju.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Semoga terwujud sumberdaya manusia unggul, Indonesia maju."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat, karunia, dan perkenan-Nya, Program Pelatihan Dosen Profesional Pratama sudah berhasil dikembangkan dan siap untuk digunakan oleh para Dosen pada tingkat Pratama. Program Pelatihan Dosen Profesional Pratama, dirancang sedemikian rupa untuk para Dosen, agar mereka professional dalam menjalankan tugasnya.

Dalam menjalankan tugasnya para dosen wajib melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mumpuni melaksanakan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Semua itu harus dijalankan oleh dosen secara profesional. Profesional disini maksudnya adalah mumpuni dalam melakukan semua tugas-tugasnya bertanggungjawab, amanah, dan berkualitas dalam merancang, melaksanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi atau melaporkan baik dalam tugas mengajar, meneliti, maupun dalam pengabdian kepada masyarakat.

Pelatihan Dosen Profesional Pratama terbagi menjadi tiga program, yang meliputi: 1. Program Pelatihan bidang Pembelajaran

2. Program Pelatihan bidang Penelitian

3. Program Pelatihan bidang Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

Program pelatihan dikemas secara dual mode, yaitu pelatihan dilaksanakan secara online dan tatap muka. Pada pelatihan secara online dosen memaknai materi, mendiskusikan materi maupun tugas, dan membuat tugas-tugas yang kemudian tugas tersebut diunggah. Kemudian ditindaklanjuti pada pelatihan tatap muka yang memerlukan bimbingan dan fasilitasi dari narasumber. Untuk bidang pembelajaran para peserta berlatih melaksanakan praktek mengajar mikro. Untuk bidang penelitian para peserta dibimbing dan difasilitasi dalam pembuatan proposal penelitian hingga submit. Untuk bidang inovasi pemberdayaan masyarakat, para peserta difasilitasi untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat hingga melaporkan hasil dan submit hasil.

Tentunya kita semua berharap Program Pelatihan Dosen Profesional Pratama, dapat benar-benar membekali para dosen muda (junior) memiliki kepiawaian dalam meningkatkan kualitas belajar para mahasiswa menjadi lebih baik, melakukan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmunya, dan menghasilkan sesuatu yang inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DESKRIPSI PELATIHAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Struktur Kompetensi dan Capaian Pembelajaran ... 1

C. Deskripsi Mata Pelatihan ... 2

BAB II DESAIN PEMBELAJARAN A. Apa itu Desain Pembelajaran? ... 3

B. Mengapa Desain Pembelajaran Diperlukan? ... 4

C. Model Desain Pembelajaran ... 4

BAB III MENYUSUN DOKUMEN PEMBELAJARAN A. Rencana Pembelajaran Semester ... 16

B. Komponen Pembelajaran Semester ... 16

C. Contoh Rencana Pembelajaran Semester ... 17

BAB IV PENUTUP A. Rangkuman ... 19

B. Evaluasi ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(4)

iii

D

AFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kompetensi Modul Desain Pembelajaran ... 1

Gambar 2 Model Desain Pembelajaran Smith & Ragan ... 5

Gambar 3Model Pengembangan Instruksional ... 5

Gambar 4Langkah-Langkah Desain Pembelajaran Model ASSURE ... 6

Gambar 5 Desain Pembelajaran Model ADDIE ... 9

Gambar 6Penggambaran Iteratif Model ADDIE ... 10

Gambar 7Tahap Analisis pada Model ADDIE... 11

Gambar 8 Tahap Desain pada Model ADDIE ... 12

Gambar 9 Tahap Pengembangan pada Model ADDIE ... 13

Gambar 10 Tahap Implementasi pada Model ADDIE ... 14

Gambar 11 Tahap Evaluasi pada Model ADDIE ... 15

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merancang pembelajaran adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki dosen sebagai bagian dari kompetensi pembelajaran. Meskipun ruang lingkup pembelajaran yang menjadi tanggung jawab adalah di ruang kelas (baik kelas riil maupun kelas virtual), kompetensi yang memadai dalam merancang pembelajaran perlu dimiliki agar dosen dapat menyusun dokumen perencanaan pembelajaran dan menyelenggarakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dibebankan pada mata kuliah yang diampunya. Pada pelatihan dosen profesional pratama ini, dosen dilatih menyusun dokumen perencanaan pembelajaran dan menyelenggarakan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya.

B. Struktur Kompetensi dan Capaian Pembelajaran

Peta kompetensi pelatihan desain pembelajaran digambarkan pada gambar 1 berikut.

(6)

2

C. Deskripsi Mata Pelatihan

Materi pelatihan meliputi: (1) desain pembelajaran dan fungsinya, (2) model desain pembelajaran, (3) tahapan perancangan pembelajaran model ADDIE, dan (4) menyusun dokumen perencanaan pembelajaran. Pelatihan desain pembelajaran berisi pembahasan dan diskusi mengenai latar belakang diperlukannya aktivitas merancang pembelajaran, tahapan-tahapan dalam merancang pembelajaran, sampai menyusun dokumen pembelajaran. Untuk menambah wawasan, didiskusikan pula beberapa model desain pembelajaran yang umum digunakan, meskipun dalam pelatihan ini hanya satu model yang digunakan secara komprehensif. Pada akhir pelatihan, peserta pelatihan diminta menyusun Rencana Pembelajaran Semester untuk mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya.

(7)

3

BAB II

DESAIN PEMBELAJARAN

Dalam konteks membelajarkan mahasiswa, ada 3 (tiga) tugas utama dosen, yakni: (1) merancang pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, dan (3) menilai hasil belajar. Ketiga tugas tersebut merupakan rangkaian yang tak terpisahkan satu sama lain, dan merupakan siklus aktivitas sepanjang karir dosen. Pembelajaran (dahulu lebih sering

disebut sebagai pengajaran atau instruction) adalah rangkaian peristiwa atau aktivitas untuk

mendukung terjadinya proses belajar dalam diri pembelajar. Aktivitas dalam pembelajaran berupa interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dengan lingkungannya sehingga pembelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran, yang pada umumnya berupa pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap tertentu. Pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan efisien apabila direncanakan dengan baik, dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik yang bersifat mendukung maupun berpotensi menjadi kendala pelaksanaannya.

A. Apa itu Desain Pembelajaran?

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan karenanya selalu didesain tahapan-tahapannya. Desain pembelajaran merupakan praksis untuk merencanakan dan mengembangkan aktivitas pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif, efisien, dan inspiratif. Praksis itu dilakukan dengan cara menerjemahkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menjadi suatu rancangan yang dapat diimplementasikan dalam bentuk bahan dan aktivitas pembelajaran (Smith dan Ragan, 1993).

Desain pembelajaran berfungsi sebagai: (1) pemandu dosen dan mahasiswa mencapai

tujuan pembelajaran melalui pengalaman belajar yang direncanakan, (2)

pertanggungjawaban terhadap transparansi dan akuntabilitas aktivitas pembelajaran kepada pemangku kepentingan. Kedua fungsi tersebut diwujudkan dalam bentuk dokumen desain pembelajaran dengan beragam sebutan, misalnya: Rencana Pembelajaran Semester, Garis Besar Program Pembelajaran, Buku Rencana Pembelajaran, dan sebagainya.

(8)

4

B. Mengapa Desain Pembelajaran Diperlukan?

Belajar adalah aktivitas kompleks yang melibatkan pembelajar dan lingkungannya. Kegiatan belajar merupakan aktivitas yang kompleks karena aktor utamanya, yakni pembelajar adalah manusia yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berperan sebagai pendukung proses pembelajaran, tetapi dapat juga menjadi kendala. Desain pembelajaran diperlukan untuk menguatkan faktor pendukung dan secara simultan meminimalkan kendala. Aktivitas pembelajaran harus dioptimalkan dengan mendayagunakan potensi pembelajar dan lingkungan belajarnya.

Kompleksitas menjadi bertambah apabila pembelajaran dilakukan secara klasikal (apalagi masif). Dalam kondisi seperti itu, heterogenitas peserta pembelajaran menjadi salah satu kendala. Desain pembelajaran harus mempertimbangkan lebih banyak aspek karena efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran menjadi tolok ukur penting, terutama menyangkut biaya pendidikan.

C. Model Desain Pembelajaran

Beragam model desain pembelajaran dikembangkan oleh ahli-ahli pendidikan. Beberapa di antaranya adalah: (1) Model Smith & Ragan, (2) Model Pengembangan Instruksional, (3) Model ASSURE, dan (4) Model ADDIE. Tentu saja masih terdapat belasan, bahkan puluhan model pembelajaran. Apabila tertarik, Anda dapat mengunjungi, antara lain laman berikut ini: https://www.instructionaldesign.org/models/.

1. Model Smith & Ragan

Meskipun kita menamainya sebagai model Smith
&
Ragan, mereka menyebut

model desain pembelajaran yang diusulkannya sebagai “A
 Common
Model
 of


Instructional
Design” (Smith
&
Ragan,
 2004). Tiga aktivitas besar dalam model ini adalah yakni analisis, pengembangan strategi, dan evaluasi, sama dengan berbagai model desain pembelajaran lainnya. Perbedaan utama dengan model desain pembelajaran lain adalah adanya detil aktivitas pada bagian strategi pembelajaran. Gambaran visual model pembelajaran Smith & Ragan ditunjukkan pada gambar berikut ini:

(9)

5

Gambar 2 Model Desain Pembelajaran Smith & Ragan (2004)

2. Model Pengembangan Instruksional

(10)

6

Model Pengembangan Instruksional (MPI) terdiri dari 3 tahap yakni: (1) Identifikasi, (2) Pengembangan, (3) Evaluasi. Pada tahap identifikasi, dilakukan identifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional umum, analisis instruksional, serta identifikasi perilaku dan karakter awal peserta didik. Pada tahap pengembangan, dilakukan penulisan tujuan instruksional khusus, penulisan alat penilaian, penyusunan strategi instruksional, serta pengembangan bahan pembelajaran. Pada tahap evaluasi, dilakukan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kekurangan yang harus diperbaiki pada keseluruhan model, sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi skala besar terhadap produk bahan pembelajaran yang telah diuji coba dalam evaluasi formatif. Hasil dari evaluasi sumatif digunakan untuk menentukan apakah sesuatu yang dinilai tersebut layak digunakan karena efektif atau tidak digunakan, karena terbukti tidak efektif.

3. Model ASSURE

ASSURE adalah model desain pembelajaran yang bertujuan untuk menghasilkan penyelenggaraan belajar mengajar yang efektif. ASSURE adalah akronim yang menggambarkan langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan desain pembelajaran mengikuti model tersebut. Berikut ini adalah penjelasan singkat tiap-tiap langkah.

(11)

7

a. A – Analyze Learners (Menganalisis Peserta Didik)

Langkah pertama dalam proses perancangan pembelajaran adalah melakukan analisis berbagai kondisi peserta didik. Fokus analisis adalah karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan capaian pembelajaran yang diinginkan. Analisis terhadap peserta didik antara lain mengenai: atribut umum (misalnya umur, kemampuan akademik, jenis kelamin, keadaan ekonomi, dan minat), pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki sebelumnya, gaya belajar (auditori, visual, atau taktil).

b. S – State Objectives (Merumuskan Tujuan Pembelajaran)

Setelah dilakukan analisis kondisi peserta didik, fasilitator pembelajaran harus merumuskan tujuan pembelajaran untuk modul atau paket belajar yang dirancang. Rumusan ini merupakan pernyataan mengenai apa yang akan dapat dilakukan peserta didik, atau apa kompetensi yang akan dikuasai peserta didik, setelah mengikuti pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran ini sekaligus merupakan rambu-rambu atau kisi-kisi yang harus digunakan dalam asesmen terhadap peserta didik.

c. S – Select Strategies, Technology, Media, and Materials (Memilih Strategi, Teknologi, Media, dan Bahan Ajar)

Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, langkah berikutnya adalah memilih strategi, teknologi, media, dan bahan ajar yang akan dapat memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pertama, perlu ditentukan metode pengantaran yang paling cocok untuk aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya, bagaimana proporsi antara

yang berpusat pada dosen/fasilitator (teacher-centered) dan yang berpusat pada peserta

didik (student-centered). Yang dimaksud berpusat pada dosen/fasilitator misalnya ceramah,

demonstrasi, atau penayangan video. Ketiga hal ini dapat pula dilakukan secara daring dengan menyiapkan rekaman video yang sesuai. Metode yang berpusat pada peserta didik misalnya metode diskusi kelompok atau metode tugas kelompok kolaboratif. Pada umumnya, strategi pembelajaran berpusat pada peserta didik lebih dianjurkan. Aktivitas pembelajaran akan lebih menyenangkan bila ada partisipasi dari seluruh peserta didik. Lagi

(12)

8

pula, tujuan pembelajaran adalah agar pendidik menguasai materi pembelajaran, sehingga merekalah yang harus lebih aktif, bukan dosen atau fasilitatornya.

Setelah strategi pembelajaran ditentukan, selanjutnya perlu dipilih teknologi, media, dan bahan ajar yang paling mendukung. Bisa saja teknologi dan media sederhana, kapur dan papan tulis, atau yang lebih modern, presentasi melalui proyektor slide, atau bahkan

memanfaatkan learning management system berbasis internet.

d. U – Utilize Technology, Media, and Materials (Memanfaatkan Teknologi, Media, dan Bahan Ajar)

Langkah ini merupakan langkah pemanfaatan apa yang telah dipilih pada langkah sebelumnya. Sama seperti langkah-langkah sebelumnya, sasaran utama setiap langkah desain pembelajaran harus mempertimbangkan kontribusinya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

e. R – Require Learner Participation (Mengembangkan Peran Serta Peserta Didik) Pada hakekatnya, setiap aktivitas pembelajaran harus membuat peserta didik terlibat. Pada langkah ini, dilakukan dikembangkan cara melibatkan dan mendorong peran serta peserta didik dalam menguasai bahan ajar. Keterlibatan harus terjadi pada level individu peserta didik maupun pada seluruh kelas. Metode pemecahan masalah, misalnya, dapat digunakan untuk mendorong keterlibatan peserta didik untuk terlibat aktif dan berkontribusi dalam melakukan pemecahan masalah yang diberikan oleh dosen atau fasilitator pembelajaran.

d. E – Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Memperbaiki)

Langkah terakhir dalam model desain pembelajaran ASSURE adalah langkah yang sama pentingnya dengan langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini dilakukan evaluasi mengenai dampak aktivitas pembelajaran yang dilakukan terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan terhadap strategi pembelajaran yang dilakukan, teknologi, media, dan bahan ajar yang digunakan. Dalam evaluasi, dapat

(13)

9

juga dimunculkan ide-ide perbaikan terhadap berbagai aspek sehingga dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran pada waktu-waktu yang akan dating.

4. Model ADDIE

ADDIE merupakan akronim dari Analyze-Design-Development-Impementation-Evaluation, yakni model desain pembelajaran yang dikembangkan sejak tahun 1975 oleh Centre for Educational Technology at Florida State University dan kemudian diimplementasikan di seluruh unit angkatan bersenjata Amerika Serikat. Desain pembelajaran model ADDIE secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 5 Desain Pembelajaran Model ADDIE

Meskipun tampaknya desain pembelajaran ADDIE bersifat sekuensial, tetapi sesungguhnya dalam berbagai penjelasan mengenai desain pembelajaran ini, setiap tahap dalam model ADDIE diikuti dengan umpan balik. Untuk menggambarkan adanya umpan balik dalam tiap tahap, model ADDIE kadang-kadang juga digambarkan seperti Gambar 6.

(14)

10

Gambar 6 Penggambaran Iterative Model ADDIE

(Diadaptasi dari: McGriff, S.J. Instructional Systems. College of Education, Penn State University)

Model ADDIE digambarkan sebagai proses desain pembelajaran yang bersifat iteratif di mana hasil evaluasi formatif tiap tahap dapat menjadi masukan bagi perancang untuk kembali ke tahapan-tahapan sebelumnya. Produk akhir satu tahapan merupakan awal dari tahapan berikutnya.

a) Tahap Analisis (Analyze)

Pada tahap analisis ini, problem pembelajaran diperjelas, tujuan pembelajaran dirumuskan, dan dilakukan identifikasi lingkungan pembelajaran, serta identifikasi pengetahuan dan keterampilan awal yang dimiliki mahasiswa. Beberapa pertanyaan pemandu dapat diberikan selama melakukan tahap pertama model ADDIE ini, antara lain:

 Siapa dan bagaimana karakteristik mahasiswa?

 Apa sajakah kendala-kendala pembelajaran yang ada?

 Apa saja pilihan pengantaran pembelajaran yang dapat dilakukan?

Untuk mahasiswa regular, karakteristiknya umumnya lebih homogen. Perhatian harus lebih ditekankan untuk jenis pembelajaran yang mahasiswanya relatif heterogen, misalnya pembelajaran daring yang dapat diikuti oleh mahasiswa dari beragam perguruan tinggi atau bahkan masyarakat umum.

Kendala pembelajaran data berupa ketidaktersediaan media pembelajaran, peralatan praktik, atau dalam konteks pembelajaran daring data berupa lebar ban akses internet yang

(15)

11

tidak memadai sehingga dosen perlu menyiasati dengan memilih dan/atau mengembangkan objek pembelajaran yang daat diantarkan pada kondisi akses internet lambat.

Apabila tersedia pilihan pengantaran pembelajaran secara tatap muka atau daring, maka materi yang perlu diulang-ulang penyajiannya (misalnya demonstrasi penggunaan peralatan praktikum, prosedur melakukan pengambilan sampel darah, dan sebagainya) sebaiknya dibuat dalam bentuk video. Sementara itu, praktikum yang dilakukan secara berkelompok oleh mahasiswa sebaiknya diselenggarakan secara luring sehingga aktivitas dan kontribusi tiap-tiap anggota kelompok dapat dipantau.

Tahap analisis adalah dasar bagi tahapan lain dalam desain pembelajaran model ADDIE. Dalam tahap ini, desainer pembelajaran harus merumuskan masalah, mengidentifikasi sumber masalah dan menentukan kemungkinan-kemungkinan solusinya. Tahap ini bisa jadi melibatkan teknik-teknik riset, misalnya analisis kebutuhan, analisis

pekerjaan (job analysis), dan analisis tugas (task analysis). Output atau hasil dari tahap ini

umumnya mencakup tujuan pembelajaran, dan daftar tugas yang akan diajarkan kepada

pembelajar. Output ini akan menjadi input bagi tahap Desain.

Contoh dan hasil kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap analisis dapat dilihat pada Gambar 7.

(16)

12

b) Tahap Desain (Design)

Tahap desain dilakukan dengan memanfaatkan output dari tahap Analisis untuk merancang strategi pengembangan pembelajaran. Selama tahap ini, desainer pembelajaran perlu membuat garis besar rencana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam tahap Analisis.

Beberapa komponen dari tahap Desain antara lain, memastikan (bila perlu dituliskan deskripsinya) populasi sasaran pembelajaran, melakukan analisis pembelajaran, menuliskan butir-butir soal asesmen, memilih metode pengantaran pembelajaran, dan mengatur urutan kegiatan pembelajaran. Output dari tahap Desain menjadi input bagi tahap

Pengembangan (Development).

Contoh dan hasil kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap desain dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Tahap Desain pada Model ADDIE c) Tahap Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan dikerjakan berdasarkan tahap analisis dan desain. Tahap Pengembangan ini berfungsi untuk menghasilkan rencana pembelajaran dan bahan ajar. Dalam tahap ini, perancang pembelajaran dengan dibantu tim sesuai kebutuhan, akan mengembangkan pembelajaran, mengembangkan seluruh media yang akan digunakan dalam pembelajaran, seluruh objek pembelajaran yang akan didaringkan, dan segenap dokumen pendukungnya. Termasuk yang harus disiapkan adalah perangkat keras dan

(17)

13

perangkat lunak (apabila pembelajaran melibatkan pemanfaatan komputer) dan peralatan dan perlengkapan praktik atau praktikum.

Berikut ini contoh dan hasil kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap pengembangan:

Gambar 9 Tahap Pengembangan pada Model ADDIE d) Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi adalah tahap penyelenggaraan pembelajaran di ruang belajar (baik di ruang kelas atau laboratorium fisik maupun, dalam konteks pembelajaran daring, di ruang maya). Pada tahap Implementasi ini, perancang pembelajaran harus dapat memastikan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pembelajaran. Dosen atau fasilitator pembelajaran pada tahap ini harus mampu memahamkan materi pembelajaran kepada pembelajar, memberikan dukungan kepada pembelajar untuk menuntaskan ketercapaian

tujuan pembelajaran, dan memastikan terjadinya alih-pengetahuan (transfer of knowledge)

dari latar ruang pembelajaran ke latar dunia pekerjaan.

Dalam pembelajaran daring, pada tahap implementasi ini semua objek pembelajaran dan tool-tool penyelenggaraan pembelajaran telah siap tertata dalam Learning Management System (LMS). Belajar melalui LMS merupakan cara belajar yang self-directed (pembelajar mengarahkan belajar dirinya sendiri): pembelajar log-in ke sistem untuk mengikuti pembelajaran tanpa bantuan tutor maupun instruktur. Tetapi, apabila Anda merencanakan adanya tutor untuk memandu pembelajaran, maka harus dipastikan bahwa tutor tersebut memahami konten dan tujuan pembelajaran.

(18)

14

Berikut ini contoh dan hasil kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap implementasi:

Gambar 10 Tahap Pengembangan pada Model ADDIE e) Tahap Evaluasi (Evaluation)

Tahap evaluasi merupakan tahap untuk mengukur keefektifan dan keefisiensian pembelajaran. Evaluasi harus dilakukan dalam seluruh proses desain pembelajaran di dalam satu tahapan, antar tahapan, dan setelah implementasi. Evaluasi dapat bersifat formatif atau dapat juga bersifat sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses (dalam hal ini proses desain pembelajaran) sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi untuk menentukan apakah proses yang telah dijalankan baik atau tidak. Evaluasi sumatif merupakan sarana untuk melakukan asesmen mengenai keefektifan pembelajaran. Data dari evaluasi sumatif digunakan untuk memutuskan apakah program pembelajaran yang diselenggarakan sudah baik atau belum. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik untuk perbaikan, sedangkan evaluasi sumatif memastikan baik atau tidaknya suatu program secara keseluruhan.

Selama proses pembelajaran, fasilitator pembelajaran tentu sudah memiliki data mengenai kondisi pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam konteks pembelajaran daring, informasi mengenai kondisi pembelajaran bahkan terkumpul dan terarsipkan dalam Learning Management System.

Berdasarkan data yang terkumpul akan segera dapat diketahui berapa pembelajar yang lulus, berapa yang mendapatkan nilai tinggi, dan berapa yang gagal. Beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan dalam evaluasi program pembelajaran:

(19)

15

1) Apakah ada perbedaan menyolok antar peserta pembelajaran?

Bandingkan pembelajar yang mengikuti pembelajaran sebenarnya dengan pembelajar yang dimaksudkan dalam perencanaan yang Anda buat. Dalam konteks pembelajaran daring, misalnya, seringkali kita berprasangka bahwa pembelajar yang lebih muda usianya akan lebih nyaman dengan pembelajaran daring daripada yang lebih tua. Bisa jadi prasangka kita salah. Adakah hal-hal lain lagi yang meleset dari dugaan kita sebelumnya? Hal-hal seperti itu dapat mengarahkan kita kepada kekurangan-kekurangan desain pembelajaran yang kita buat.

2) Apakah bahan ajar terlalu banyak?

Umumnya pembelajar mencerna bahan ajar dalam bagian-bagian kecil, baik dalam pembelajaran tatap muka maupun, lebih-lebih, dalam pembelajaran daring. Dalam pembelajaran tatap muka, ceramah atau kegiatan menyimak mungkin perlu dijeda dengan kegiatan lain sehingga pembelajar terhindar dari kejenuhan. Dalam pembelajaran daring, objek-objek pembelajaran perlu dibuat agar dapat disimak atau dipelajari dalam waktu yang singkat, dalam potongan-potongan kecil untuk memudahkan belajar.

3) Apakah ada masalah dengan soal asesmen yang dibuat?

Cermati pola jawaban terhadap soal asesmen. Soal-soal yang terlalu sulit, yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar atau semua peserta didik perlu ditelaah lebih lanjut. Demikian juga pola jawaban yang tidak konsisten, misalnya, soal dengan tingkat kesulitan yang diperkirakan tinggi, dapat dikerjakan dengan baik oleh peserta didik yang biasanya tergolong kurang, sebaliknya soal yang dirancang mudah tidak dapat dijawab oleh kelompok peserta didik dengan kemampuan yang biasanya tinggi.

(20)

16

Gambar 11 Tahap Evaluasi pada Model ADDIE

BAB III

MEMYUSUN DOKUMEN PEMBELAJARAN

Dokumen pembelajaran disusun pada tahap pengembangan (dalam desain pembelajaran model ADDIE). Dalam dokumen ini ditulis berbagai aspek terkait penyelenggaraan pembelajaran, mulai dari tujuan pembelajaran, materi yang disajikan, sampai asesmen yang akan diselenggarakan.

A. Rencana Pembelajaran Semester

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran merupakan satu dari 4 (empat) cakupan standar proses pembelajaran yang harus disusun untuk setiap mata kuliah dan disajikan dalam rencana pembelajaran semester (pasal 10 dan pasal 12). Nomenklatur Rencana Pembelajaran Semester (RPS) ini tidak mengikat dan oleh karenanya dapat diberi nama lain, misalnya Garis Besar Program Pembelajaran, Buku Rencana Pembelajaran, dan sebagainya.

Dosen, baik secara mandiri maupun bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program studi, menetapkan dan mengembangkan rencana pembelajaran semester.

(21)

17

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 memberikan rambu-rambu bahwa RPS paling sedikit memuat:

1. nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, SKS, nama dosen pengampu;

2. capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah;

3. kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk memenuhi

capaian pembelajaran lulusan;

4. bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai;

5. metode pembelajaran;

6. waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran;

7. pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus

dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester;

8. kriteria, indikator, dan bobot penilaian; dan

9. daftar referensi yang digunakan.

C. Contoh Rencana Pembelajaran Semester

Pada halaman selanjutnya diberikan contoh rencana pembelajaran yang mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

(22)

18

(23)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Kompleks Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001 Website: http://www.unnes.ac.id - E-mail:

unnes@unnes.ac.id

FORMULIR : RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER No. Dokumen FM-01-AKD-05 No. Revisi 00 Hal 1 dari 2 Tanggal Terbit 1 September 2017 Mata Kuliah : (tulis nama mata

kuliah)

Semester: (tulis semester ke-...) sks: (tulis bobot SKS) Kode:

(tulis kode mata kuliah) Program Studi : (tulis nama Program

Studi)

Dosen Pengampu/Penanggungjawab: (tulis nama dosen pengampu/penanggungjawab mata kuliah)

Capaian Pembelajaran Lulusan (Tulis di sini capaian pembelajaran lulusan yang terdapat pada kurikulum, terutama bagian kemampuan) Capaian Pembelajaran Matakuliah (Tuliskan capaian pembelajaran yang dibebankan pada mata kuliah ini)

Deskripsi Matakuliah (Deskripsikan dalam 1 atau 2 kalimat tentang mata kuliah ini, biasanya mencakup ruang lingkup kajian atau materi ajar)

Minggu ke

Kemampuan yang diharapkan

Bahan Kajian Metode Pembelajaran Waktu (menit) Evaluasi Kriteria/ Indikator Bobot 1

(Tuliskan kemampuan yang diharapkan akan dicapai mahasiswa setelah sesi ini diselesaikan)

(Tuliskan bahan-bahan kajian yang akan disajikan atau didiskusikan dalam sesi ini) (Tuliskan metode pembelajaran yang akan digunakan pada sesi ini) (Tuliskan waktu yang dialokasika n pada sesi ini) (Tuliskan cara evaluasi yang akan dilakukan pada sesi ini) (Tuliskan kriteria/ indikator tercapainya kemampuan yang diharapkan) (Tuliskan bobot sesi ini terhadap keseluruhan mata kuliah)

2 (dst) (dst) (dst) (dst) (dst) (dst) (dst)

(24)

20

BAB IV

PENUTUP

A. Rangkuman

Dalam pelatihan ini telah didiskusikan dan dikaji tentang bagaimana pembelajaran dirancang. Diuraikan mengenai langkah-langkah pembuatan rencana pembelajaran yang disusun sesuai desain pembelajaran model ADDIE. Pada akhir pelatihan, diberikan contoh dokumen Rencana Pembelajaran Semester yang mengikuti ketentuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

B. Evaluasi

Susunlah Rencana Pembelajaran Semester untuk mata kuliah yang menjadi tanggungjawab Anda, sesuai dengan format yang digunakan oleh perguruan tinggi Anda. Namun, apabila format RPS yang dibaukan oleh perguruan tinggi Anda tidak memenuhi syarat minimal sebagaimana ditentukan oleh Permenristekdikti Nomor 14 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Anda perlu menambahkan komponen yang belum ada ke dalam format RPS perguruan tinggi Anda. Apabila sudah mencakup komponen minimal yang disyaratkan, Anda tidak perlu melakukan perubahan.

(25)

21

DAFTAR PUSTAKA

Branch, R.M. (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. New York:

Springer.

Keegan, Desmond. 2003. Foundation of Distance Education. Third Edition. USA:

Routledge Studies in Distance Education

Michael Grahame Moore. 2012. Handbook of Distance Education. 3rd Education.

USA: Routledge.

Smith, P.L. & Ragan, T.J. (2004). Instructional Design (3rd ed.). New York: John Wiley

& Sons Inc.

Steven J. McGriff. (2000). Instructional Systems, College of Education, Penn State University. Instructional System. [Daring]. URL:

https://www.lib.purdue.edu/sites/default/files/directory/butler38/ADDIE.pdf Suparman, M.A. (2012). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar &

(26)

22

GLOSARIUM

ADDIE : model desain pembelajaran yang diusulkan oleh Centre

for Educational Technology at Florida State University,

merupakan akronim dari

Analyze-Design-Development-Impementation-Evaluation

ASSURE : model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh

Smaldino, Lowther dan Russell, merupakan akronim dari Analyze Learners - State Objectives - Select Methods, Media and Materials - Utilize Methods, Media and Materials - Require Learner Participation; and Evaluate and Revise.

Learning Management System

: perangkat lunak berbasis web untuk mengelola

Gambar

Gambar 1 Peta Kompetensi Modul Desain Pembelajaran
Gambar 3 Model Pengembangan Instruksional (Suparman, 2012)
Gambar 4 Langkah-Langkah Desain Pembelajaran Model ASSURE
Gambar 5 Desain Pembelajaran Model ADDIE
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) Bappeda Kota Bogor Tahun 2010-2014 ini, telah diupayakan menampung substansi dari Rencana

Peta administrasi Kecamatan Semarang Tengah serta data monografi Kecamatan Semarang Tengah digunakan sebagai masukan yang terdiri dari informasi tentang jumlah sarana

Selain mengkritik emotikon dari media sosial “Line” terkait dengan bentuknya yang tidak sesuai dengan kebudaayan, mahasiswa semester dua juga berpendapat bahwa

Puji dan syukur kehadirat kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul

• Dalam Standar Pelaporan, Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus listrik yang dihasilkan dari penggunaan elektroda Pt/C menghasilkan arus yang lebih besar yaitu pada konsentrasi 0,1 mol oksidator sebesar

adalah karya tulis ilmiah berupa paparan hasil penelitian yang membahas suatu masalah dalam bidang ilmu hukum untuk mencari pemecahan masalahnya dengan menggunakan teori-teori,

Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan berupa model sarana pembelajaran atletik alat lempar cakram melalui modifikasi ukuran berat,