• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KEARIFAN LOKAL LAMONGAN PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KEARIFAN LOKAL LAMONGAN PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KEARIFAN LOKAL LAMONGAN PADA PEMBELAJARAN TEMATIK

KELAS IV

Rica Ardila Wijayanti1, Ummu Khairiyah2, Silviana Nur Faizah3

1,2,3Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Lamongan

JL Veteran No 53A Lamongan, Indonesia. e-mail: *Ummukhairiyah@unisla.ac.id

Abstract:The Development of Lamongan Local Wisdom Based Worksheets (LKS) in Thematic Class IV Learning is based on several things including: (1) students lack understanding of thematic learning. (2) Student Worksheets (LKS) used by MI Miftahul Ulum Banjarejo currently do not link material with local wisdom Lamongan. Overcoming this, it is necessary to develop the right worksheet. Therefore the researcher in this study uses the Lamongan local wisdom base as an effort to contextualize learning by linking it in everyday life. The study was conducted in class IV MI Miftahul Ulum Banjarejo Sukodadi Lamongan with 28 students. The research objectives are: (1) Knowing and describing the development of LKS based on local wisdom in the fourth grade thematic learning. (2) Knowing and describing the practicality of LKS based on local wisdom in class IV thematic learning. This development research refers to the 4D development model which consists of 4 stages namely define (definition) consisting of 1) front end analysis, 2) student analysis, 3) task analysis, 4) concept analysis, then the design (planning) consisting from 1) preparation of benchmark reference tests, 2) media selection, 3) format selection, develop stage, and final product. The results showed that the Lamongan local wisdom based local wisdom in class IV had a level of practicality evidenced from the results of an individual field test with a 3.9 result, a small group field test with a 3.8 result, an operational field test result with 3.8 results. So it can be concluded that the thematic LKS based on local wisdom Lamongan is very practical for fourth grade students of MI Miftahul Ulum Banjarejo Sukodadi Lamongan.

Keywords:Thematic Worksheet, Local Wisdom A. Pendahuluan

Model pembelajaran tematik terpadu adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa muatan mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Rusman, 2016). Upaya agar siswa ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran salah satunya yaitu membuat bahan ajar karena Siswa mempunyai tingkat kemampuan pemahaman materi yang berbedabeda, sehingga diperlukan bahan ajar yang bisa membuat siswa belajar secara mandiri dan menarik (Khairiyah, 2019) . Bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi

(2)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 pembelajaran, metode, batasan-batasan serta cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Fajri & Taufiqurrahman, 2017).

Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bahan ajar bacaan untuk siswa yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena LKS membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis (Fannie & Rohati, 2014).

kelebihan lembar kerja siswa (LKS), antara lain: a). Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing sehingga siswa diharapkan dapat menguasai materi pelajaran tersebut, b.) Di samping dapat mengulangi materi dalam media cetakan, siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis, c.) Memungkinkan adanya perpaduan antara teks dan gambar yang dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan, d.) Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan, e.) Materi dapat diproduksi dengan ekonomis dan dapat didistribusikan dengan mudah (Lase, 2016).

Pada pembelajaran tematik kelas IV tema 8 Daerah Tempat Tinggalku subtema 2 Lingkungan Tempat Tinggalku merupakan pembelajaran yang terkait dengan kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan kebiasaan-kebiasaan yang tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat tertentu yang mengandung unsur nilai budaya yang tinggi. Kerifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang digunakan masyarakat untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, budaya, dan diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama (Tinja et al., 2017).

Lembar kerja siswa (LKS) berbasis kearifan lokal perlu dikembangkan karena di lokasi penelitian terdapat banyak kearifan lokal menurut Hairida dalam Azizahwati buku-buku yang digunakan dalam pembelajaran telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan, yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa dan grafik, akan tetapi bahan-bahan ajar termasuk LKS masih belum memadai sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna (Yasin, 2017). Disini terlihat perlunya pengembangan LKS yang dapat mengintegrasikan nilai-nilai budaya, dimana bahan ajar tersebut dapat digunakan oleh siswa dimanapun mereka berada, dan memiliki daya tarik yang kuat bagi siswa sehingga perlu digunakan nuansa kearifan lokal.

Lembar kerja siswa (LKS) dapat dikembangkan di daerah manapun dan sangat efektif digunakan karena nantinya siswa akan memiliki wawasan yang lebih tentang daerah tempat tinggalnya. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis yang dilakukan oleh Siska Yuniati dengan hasil keefektivan denagn independent t-test menunjukkan sig. (2-Tailed) = 0,039 sehingga 0,039 < 0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran dengan bahan ajar berbasis kearifan lokal serta bahan ajar lama atau bahan ajar baru lebih efektif meningkatkan hasil belajar (Yuniyati, 2018).

(3)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 Perancangan Awal yang meliputi Penyusunan Tes Acuan Patokan,

Pemilihan Media, dan Pemilihan Format

Selain itu penelitian yang pernah dilakukan oleh Ira Dwi Ananda menyimpulkan: media cerita yang menarik, mudah, dan manfaat, memiliki tingkat kemenarikan sangat baik dengan skor 3,23, tingkat kemudahan sangat baik dengan skor 3,52, dan tingkat kemanfaatan sangat baik dengan skor 3,69. 2. Media cerita yang diciptakan dinyatakan efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran (Ananda, 2017).

Pengembangan bahan ajar LKS berbasis kearifan lokal perlu dikembangkan agar peserta didik memiliki bekal keterampilan serta ilmu pengetahuan agar mereka memiliki wawasan tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku di daerahnya, serta LKS berbasis kearifan lokal akan memberikan makna pembelajaran yang lebih kontekstual karena kearifan lokal yang ada disekitar siswa.

B. Metode

Jenis penelitian yang diguakan dalam penelitian ini yaitu penelitian pengembangan atau disebut research and development. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan November-Februari 2020 di MI Miftahul Ulum Banjarejo Sukodadi Lamongan. Penelitian pengembangan ini dilakukan kepada kelas IV MI Miftahul Ulum Banjarejo Sukodadi Lamongan. Siswa Kelas IV MI Miftahul ulum Banjarejo berjumlah 28 siswa. Siswa merupakan salah satu subjek penelitian yang memiliki fungsi untuk mengetahui tingkat pengembangan produk yang dikembangkan serta kepraktisan siswa pada produk yang telah dikembangkan.

Adapun prosedur penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Kearifan Lokal Lamongan Pada Pembelajaran Tematik Kelas IV sebagai berikut

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Thiagarajan yang Sudah Dimodifikasi

Define Analisis

Ujung Depan Analisis Siswa Analisis Tugas Analisis Konsep Spesifikasi Tujuan Design Revisi Draf I (Draf II) Develop Penilaian Ahli (Draf I) Uji Coba LKS Produk Final

(4)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 1. Tahap pendefinisian (Define)

Pada tahap pendefinisian memiliki 5 tahap langkah pokok, yaitu: (Trianto, 2007) .

a. Analisis ujung depan

Analisis ujung depan digunakan untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara peneliti wawancara dengan guru kelas IV MI Banjarejo Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan.

b. Analisis siswa

Pada langkah ini, analisis siswa dilakukan dengan kegiatan wawancara kepada guru kelas IV. Dalam kegiatan wawancara akan diperoleh gambaran karakteristik dari siswa, diantaranya adalah keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan kemampuan akademik siswa secara umum dalam proses pembelajaran subtema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.

c. Analisis tugas

Analisis tugas terdiri dari analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) terkait materi yang akan dimasukkan ke dalam LKS. Analisis tugas memiliki bertujuan untuk mengidentifikasi materi apa saja yang akan dipelajari oleh peserta didik di dalam LKS.

d. Analisis konsep

Berisikan analisis terhadap materi-materi dalam subtema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku yang akan dikembangkanan dalam LKS berbasis kearifan lokal kota Lamongan. Peneliti mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan dengan materi.

2. Tahap define

Tahap define adalah spesifikasi tujuan. Pada langkah ini bertujuan untuk menentukan indikator pencapaian pembelajaran. Indikator didasarkan atas analisis materi dan analisis kurikulum (Sugiyono, 2016). Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti dapat mengetahui materi apa saja yang akan dimasukkan ke dalam LKS, menentukan kisi-kisi soal, dan akhirnya menentukan seberapa besar tujuan pembelajaran yang tercapai.

3. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap ini dilakukan perancangan bahan ajar yang akan dikembangkan yaitu perancangan LKS berbasis kearifan lokal. Berikut ini langkah-langkah perancangan LKS berbasis kearifan lokal Lamongan.

a. Penyusunan Tes Acuan patokan

Penyusunan Tes Acuan patokan merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan tes akhir pada LKS untuk mengetahui perolehan belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran

(5)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 berlangsung. Tes ini merupakan suatu alat pengukur terjadinya perubahan tingkah laku dan kemampuan pemahaman materi siswa setelah kegiatan belajar menggunakan LKS.

b. Pemilihan Media

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam penelitian ini, peneliti memilih LKS untuk dikembangkan. Bersadarkan wawancara dengan guru, LKS membantu siswa untuk lebih memahami materi. Namun masih ada beberapa materi yang kurang dipahami dan di dalam LKS materi belum dikaitkan dengan kearifan lokal yang ada.

c. Pemilihan Format

Pemilihan Format dilakukan agar format yang dipilih sesuai dengan materi pembelajaran. Pemilihan bentuk penyajian disesuaikan dengan bahan ajar yang digunakan yaitu LKS. Pemilihan format dalam pengembangan dimaksudkan dengan mendesain isi pembelajaran, pemilihan pendekatan, dan sumber belajar, mengorganisasikan dan merancang isi LKS, membuat desain LKS yang meliputi desain layout, gambar, dan tulisan.

4. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan dalam model 4-D berisi kegiatan realisasi rancangan LKS. Dalam tahap perancangan, telah disusun kerangka LKS berbasis kearifan lokal. Pada tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan.

a. Tahap validasi

Sebelum diuji coba, terlebih dahulu LKS berbasis kearifan lokal akan dilakukan penilaian dari para ahli atau validasi oleh validator. Validator yang dipilih adalah dosen yang berkompeten dan mengerti tentang LKS dan pembelajaran tematik dengan pendidikan minimal S2. Para validator bertugas memberikan penilaian, saran, dan komentar untuk menyempurnakan LKS berbasis kearifan lokal yang telah dirancang.

b. Tahap uji coba

Selanjutnya guru dan siswa diberikan angket respon untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar LKS yang dikembangkan. Tahap uji coba perorangan dilakukan kepada 6 siswa yang terdiri dari 2 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah. Tahap uji coba kelompok kecil dilakukan kepada 12 siswa yang terdiri dari 4 siswa berkemampuan tinggi, 4 siswa berkemampuan sedang, dan 4 siswa berkemampuan rendah. Tahap uji coba operasional dilakukan kepada seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 28 siswa.

(6)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 c. Revisi produk

Produk yang telah di uji cobakan apabila terdapat kekurangan akan direvisi oleh peneliti.

Tabel 1: Kriteria Penskoran Angket Validasi

Keterangan Skor

Sangat Sesuai, Sangat Menarik, Sangat Tepat, Sangat Jelas. 4

Sesuai, Menarik, Tepat, Jelas. 3

Tidak Sesuai, Tidak Menarik, Tidak Tepat, Tepat Tidak Jelas. 2

Sangat Tidak Sesuai. Sangat Tidak Jelas Sangat Tidak Menarik

1

Data dari angket validasi merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan menggunakan skala likert yang kemudian diolah dengan cara dibuat presentase dengan rumus analisis sebagai berikut:

P= ∑𝑥

∑𝑥𝑖 x 100%

Keterangan :

P = Prosentase kelayakan

Σ𝑥 = Jumlah total skor jawaban guru pembelajaran tematik Σ𝑥𝑖 = Jumlah keseluruhan skor jawaban tertinggi (nilai harapan)

Angket disini untuk memberikan keputusan pengambilan tingkat kemenarikan dan kevalidan modul yang dikembangkan dan digunakan skala tingkat percapaian sebagai berikut (Yuliana, 2017).

Tabel 2: Kriteria Kelayakan LKS Berdasarkan Skala Likert No Presentase (%) Tingkat kelayakan

1. 80-100 Sangat layak (tidak perlu revisi) 2. 66-79 Layak ( perlu revisi sedikit) 3. 56-65 Cukup Layak (Perlu revisi) 4. 40-55 Kurang Layak (perlu revisi)

(7)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020

5. < 39 Tidak Layak (revisi total)

Yuliana (2017) Analisis angket respon siswa dengan menghitung jumlah skor dan rata-rata skor penilaian evaluator.

𝑥̅= ∑𝑥𝑖

𝑛

Keterangan:

𝑥̅: rata-rata skor tiap aspek

∑𝑥𝑖: jumlah skor tiap aspek

𝑛: jumlah evaluator

Pedoman pengubahan rata-rata skor tiap aspek menjadi data kualitatif

Tabel 3: Pedoman Klasifikasi Penilaian Kepraktisan LKS

Interval Rata-Rata Skor Klasifikasi

𝑥̅ > 3,4 Sangat baik 2,8 < 𝑥̅ ≤ 3,4 Baik 2,2 < 𝑥̅ ≤ 2,8 Cukup 1,6 < 𝑥̅ ≤ 2,2 Kurang

𝑥̅ ≤ 1,6 Sangat kurang

Yuliana (2017) Menentukan kepraktisan LKS yaitu dengan menghitung rata-rata skor tiap aspek dan rata-rata skor keseluruhan, kemudian diubah menjadi nilai kualitatif sesuai dengan kriteria.

Analisis lembar keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut 1) Menghitung banyaknya aspek yang terlaksana kemudian menghitung persentasenya dengan rumus:

P= 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 x 100%

2) Mengkategorikan persentase keterlaksanaan berdasarkan kriteria penilaian yang diadopsi dari Eko Putro Widyoko dalam Rina Yuliana.

Tabel 4: Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Persentase Ketuntasan (%) Kriteria

P > 80 Sangat praktis

(8)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020

40 < p ≤ 60 Cukup praktis

20 < p ≤ 40 Kurang praktis

p ≤ 20 Sangat tidak praktis

P : presentase

Analisis aktivitas siswa didapatkan dari data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran langsung dianalisis dengan menggunakan persentase, yaitu:

P = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Aktivitas dikatakan baik/efektif bila waktu yang digunakan untuk melakukan setiap kategori aktivitas sesuai dengan lokasi waktu yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.Data tentang kemampuan guru mengelola pelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata (Jarmita & Hazami, 2013).

C. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini berupa pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis kearifan lokal Lamongan pada pembelajaran tematik kelas IV. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan merupakan LKS yang dibasiskan pada kearifan lokal kota Lamongan (Suyanto, 2013). Pembelajaran tematik sendiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu memperoleh pengalaman belajar secara langsung serta mandiri.

Untuk mengkontekstualkan pembelajaran yang sesuai kehidupan sehari-hari siswa maka cara yang bisa dilakukan yaitu melalui penanaman nilai-nilai kerarifan lokal yang ada dilingkungan siswa (Unga Utari, 2016). Suatu Pembelajaran yang dibasiskan pada kearifan lokal akan mampu mengajarkan pada peserta didik untuk selalu ingat serta lekat dengan situasi konkret yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian Lembar kerja Siswa (LKS) yang telah dikembangkan dengan basis kearifan lokal Lamongan ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami suatu materi pembelajaran yang dipelajari dan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari baik dalam konteks pribadi, sosial maupun kultural dan dapat mengenalkan serta menumbuhkan rasa bangga terhadap kearifan lokal yang ada dilingkungan tempat tinggal siswa.

Berdasarkan pada kekurangan-kekurangan buku ajar tematik yang telah diterbitkan oleh pemerintah maka peneliti melakukan pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) tematik dengan dibasiskan kearifan lokal Lamongan sebagai pendamping buku ajar utama.

Prosedur pengembangan LKS yang dikembangkan adalah mengacu pada pengembangan menurut Thiagarajan, Semmel, dan Semmel yaitu model pengembangan 4D. Adapun tahapannya yaitu 1) tahap define (pendefinisian) 2) tahap design (perancangan) 3) tahap develop (pengembangan) 4) tahap

(9)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020

disseminate (pendiseminasian). Namun dalam penelitian ini peneliti hanya

menggunakan 3 tahap karena terbatas oleh waktu.

LKS yang dikembangkan memiliki beberapa ciri khas yang membedakan dengan bahan ajar yang lainnya. Adapun ciri khas dari LKS ini adalah 1) LKS yang dikembangkan berbasis kearifan lokal Kota Lamongan, sehingga memudahkan siswa untuk mengkonkritkan pembelajaran dan dapat memberikan pengetahuan serta menumbuhkan rasa bangga terhadap kearifan lokal Kota Lamongan. 2) LKS yang dikembangkan mengambil tema Daerah tempat tinggalku karena tema tersebut sangat cocok digunakan jika dibasiskan dengan kearifan lokal. 3) LKS yang dikembangkan memiliki beberapa kegiatan aktif siswa diantaranya adalah kegiatan cari tahu dan unjuk kerja. 4) LKS yang dikembangkan dirancang dengan menggunakan gambar dan ilustrasi dan didesain dengan jenis huruf, warna yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa dapat tertarik untuk mempelajari modul yang telah dikembangkan.

Pengembangan LKS yang telah dilakukan selain memiliki ciri khas khusus yang membedakan dengan bahan ajar lain, LKS ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu LKS tematik yang dikembangkan hanya terbatas pada tema 8 subtema 2 yaitu keunikan daerah tempat tinggalku..

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh beberapa ahli mendapatkan nilai yang baik, hal tersebut didasarkan pada hasil validasi ahli materi sebesar 93%, hasil validasi ahli bahasa 92,85%, hasil validasi Desain 90,62%, penilaian guru tematik kelas IV sebagai ahli pembelajaran sebesar 96,15% dan penilaian siswa terhadap LKS sebagai subjek uji coba dengan nilai 3,8 dan semuanya ada dalam kategori sangat layak atau sangat valid.

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan secara keseluruhan penilaianya adalah sangat layak, meskipun demikian masih ada beberapa kritik dan saran yang diberikan oleh ahli sebagai penyempurnaan pada LKS yang dikembangkan.

(10)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 Nieveen menyatakan bahwa “A second characteristic of high quality materials is that teachers (and other experts) consider the materials to be usable and that it is easy for teacher and students to use the materials in away that is

largely compatible with the developers’intentional”. Hal tersebut dapat dimaknai

bahwa kepraktisan produk pengembangan ditentukan dari pendapat guru yang menyatakan bahwa produk yang dihasilkan dapat digunakan dan produk mudah digunakan oleh guru dan siswa sesuai dengan maksud pengembang.

Dengan demikian dalam penelitian ini, lembar kerja siswa yang dikembangkan dikatakan praktis jika memenuhi kriteria 1) Para ahli dan guru menyatakan perangkat pembelajaran lembar kerja siswa yang dikembangkan dapat diterapkan. 2) Secara nyata di lapangan, guru dan siswa sebagai pengguna menyatakan perangkat pembelajaran lembar kerja siswa yang dikembangkan dapat diterapkan.

Kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis kearifan lokal Lamongan pada siswa dapat dilihat dari analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan hasil akhir 98,39% dan aktivitas siswa dengan hasil akhir 94,04% dan semuanya ada dalam kategori sangat praktis.

D. Simpulan

Berdasarkan proses pengembangan dan uji coba LKS tematik berbasis kearifan lokal Lamongan dapat diuraikan beberapa kesimpulan diantaranya 1) Penelitian pengembangan ini telah menghasilkan LKS tematik berbasis kearifan lokal kota Lamongan dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel, and Semmel . LKS tematik berbasis kearifan lokal Lamongan memiliki tingkat kevalidan materi 93%, kevalidan bahasa 92,86%, kevalidan desain 90,62% , kevalidan ahli pembelajaran tematik 96,15%. 2) Hasil kepraktisan LKS berbasis kearifan lokal kota Lamongan saat hasil keterlaksanaan pembelajaram tematik adalah 98,39% yang berada pada tingkat kualivikasi sangat praktis. 3) LKS tematik berbasis kearifan lokal kota Lamongan pada siswa kelas IV memiliki tingkat kemenarikan yang baik dibuktikan dengan hasil angket saat uji lapangan terhadap semua komponen LKS sebesar 3,8 dan masuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa LKS berbasis kearifan lokal kota Lamongan memiliki tingkat kepraktisan yang sangat baik

DAFTAR RUJUKAN

Ananda, I. D. (2017). Pengembangan Media Cerita Berbasis Kearifan Lokal Pada Tema Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Untuk Menanamkan

Nilai Demokrasi Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 1 Labuhan Ratu. universitas

Lampung.

Fajri, K., & Taufiqurrahman, T. (2017). Pengembangan Buku Ajar Menggunakan Model 4D dalam Peningkatan Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 2(1), 1–15.

(11)

Rica Ardila Wijayanti,

SAWABIQ: JURNAL KEISLAMAN Volume 01 Nomor 01 Tahun 2020 Fannie, R. D., & Rohati. (2014). Pengembangan Lembar kerja siswa (LKS)

Berbasis POE (Predict, Observe, Explain) Pada Materi Program Linear Kelas XII SMA. Jurnal Sainmatika, 8(1), 96–109.

Jarmita, N., & Hazami, H. (2013). Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (Rme) Pada Materi Perkalian.

Jurnal Ilmiah Didaktika, 13(2), 212–222.

Khairiyah, U. (2019). Pendampingan Penggunaan Media Literasi Big Book.

Pengabdian Masyarakat, 2(1), 42–47.

Lase, N. K. (2016). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Potensi Lokal pada Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas XII. Jurnal

Pendidikan Biologi, 5(2), 105.

Rusman. (2016). Pembelajaran Tematik Terpadu. PT RajaGrafindo Persada. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian dan Pengembangan Research and

Development. Alfabeta.

Suyanto. (2013). Menjadi Guru Profesional. Erlangga Grup.

Tinja, Y., Towaf, S. M., & Hariyono, H. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Melestarikan Nilai Budaya Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan

Pengembangan, 2(9), 1257–1261.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka Publisher.

Unga Utari, N. S. D. & S. A. (2016). Pembelajaran Tematik Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Teori Dan Praksis Pembelajaran IPS, 1(1), 114.

Yasin, A. dan R. M. (2017). pengembangan lembar kerja siswa berbasis kearifan lokal. Geliga Sains, 5(1), 201.

Yuliana, R. (2017). Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan PMRI pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung untuk SMP Kelas IX.

Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 60–67.

Yuniyati, S. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal Pata Tema “Daerah Tempat Tinggalku” Untuk Peserta Didik Kelas IV

Gambar

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Thiagarajan  yang Sudah Dimodifikasi
Tabel 1: Kriteria Penskoran Angket Validasi
Tabel 4: Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Gambar 2. Cover LKS

Referensi

Dokumen terkait

1) Penilaian Guru Terhadap Bahan Ajar berupa LKS yang Dikembangkan Penilaian terhadap bahan ajar berupa LKS yang dikembangkan ini dilakukan oleh 3 orang guru

Salah satu media cetak yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar kontekstual yaitu surat kabar (koran) yang dapat dikembangkan dalam bentuk bahan ajar LKS berbasis

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan pada kelas VII semester 2 berdasarkan kurikulum 2013 layak digunakan sebagai salah satu bahan

Dengan demikian, LKS berbasis pendekatan saintifik yang telah dikembangkan dari LKS yang sudah ada dengan mengacu pada kurikulum 2013, memiliki kualitas yang sangat baik

Adapun data objek penelitian ini mencakup: objek utama ialah analisis KTSP Bahasa Jawa dan penyusunan LKS dan model pembelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan LKS yang

Spesifikasi produk bahan ajar modul IPS yang dikembangkan ini adalah sebagai berikut:.. 1) Bahan ajar LKS dengan pendekatan berbasis masalah materi struktur sosial dan

Produk yang dihasilkan adalah bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis kearifan lokal terhadap kemampuan saintifik siswa kelas IV dengan pokok bahasan

Tahap define merupakan tahap memperoleh informasi berkaiatan dengan produk yang akan dikembangkan dan mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yang mendasari pentingnya