TERAPI COGNITIF DEVELOPMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA KLIEN YANG KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA
DI UPTD KAMPUNG ANAK NEGERI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh :
Muhammad Mahfudz Ali NIM.B93212105
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Muhammad Mahfudz Ali (B93212105), “Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien Yang Kurang Kasih Sayang Orangtua Di
UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya”.
Fokus penelitian ini meliputi : 1) Bagaimana proses terapi Cognitif
Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang
orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya. 2) Bagaimana hasil akhir terapi Cognitif Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriftif komparatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil dengan membandingkan terapi Cognitif Development antara teori dan lapangan serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dalam menganalisa.
Pelaksanaan terapi Cognitif Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya dilakukan oleh konselor dengan cara menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: pertama identifikasi masalah, kedua diagnosis, ketiga prognosis, konselor merumuskan 2 langkah yaitu skema dan adaptasi keempat terapi konselor dengan skema memperhatikan klien melihat keadaan yang sekarang dialaminya, adaptasi, konselor membuat klien merasa lebih nyaman tinggal di UPTD, bersama teman-temannya dan kelima evaluasi atau follow up agar klien tetep belajar setelah tidak ada keberadaan konselor.
Proses terapi Cognitif Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan pada diri klien dan dengan melihat skala penilaian dan wawancara dengan klien, ibu klien, guru wali kelas klien dan salah satu teman dekat klien. Hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 66%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku pada sikap dan perilaku konseli yang awalnya suka murung dan tidak mau belajar dan akhirnya rajin belajar pada waktu jam siang waktu belajar di UPTD.
A. Terapi Cognitive Development, Motivasi Belajar Dan Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua ... 21
1. Terapi Cognitive Development ... 21
2. Motivasi Belajar ... 27
3. Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua ... 33
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 37
BAB III : PENYAJIAN KATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 40
1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 40
a. Profil UPTD Kanri Surabaya ... 40
b. Lokasi/alamat UPTD Kanri Surabaya ... 48
2. Deskripsi Konselor ... 49
a. Identitas ... 49
b. Riwayat Pendidikan ... 50
3. Deskripsi Klien ... 50
a. Latar belakang Keluarga ... 51
b. Latar belakang ekonomi ... 53
c. Latar belakang keagamaan ... 53
d. Latar belakang sosial ... 54
4. Deskripsi Masalah ... 54
1. Deskripsi proses Terapi Cognitive Development, Motivasi
Belajar dan Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua. ... 56
a. Identifikasi Masalah ... 56
b. Diagnosis ... 60
c. Prognosis ... 60
d. Treatment/Terapi ... 61
e. Evaluasi dan Follow Up ... 65
2. Hasil proses Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya ... 68
a. perilaku tidak semangat... 68
b. Gelisah ditandai dengan sering bermuka murung ... 69
c. Mudah marah atau sensitive ... 69
d. Tidur larut malam ... 69
e. Hilangnya nafsu makan ... 70
BAB IV : ANALISA DATA A. Analisa proses pelaksanaan Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya ... 72
B. Analisa Data tentang hasil akhir proses TerapiCognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya ... 74
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anak merupakan tahap dimana seseorang sedang berada dalam
kondisi yang belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang
matang sehingga segala sesuatunya berbeda dengan orang dewasa. Anak
masih memiliki keterbatasan-keterbatasan sesuai dengan pertumbungan dan
perkembangan yang ada.
Beberapa hak anak menurut Tahun Internasional Anak, 1979 yaitu hak
anak untuk menerima kasih sayang, dan pengertian, mendapat gizi yang
cukup, menikmati pendidikan, dan lain sebagainya.1 Hak-hak tersebut patutnya dipenuhi oleh orang tua dari seorang anak. Dan kasih sayang dari
orang tua adalah hal yang sangat berharga yang patutnya ada pada diri anak.
Dengan kasih sayang orang tuanya, anak dapat mengalami tumbuh kembang
dengan baik.
Para ahli mengemukakan bahwa orang tua dapat membuat anaknya
menjadi lebih cerdas bila di dalam keluarganya dibangun suasana hangat dan
kasih sayang dan penuh rangsang positif. Lingkungan keluarga yang hangat
diiringi rangsangan yang tepat akan sanggup meningkatkan taraf kecerdasan
anak. Dan kedekatan antara orangtua dan anak juga dapat meningkatkan
berkembangnya ikatan emosional secara timbal balik antara anak dengan
orangtuanya. Selain itu, kedekatan orangtua dan anak juga dapat
2
meningkatkan rasa percaya diri, terbentuk pula rasa saling mengasihi, dapat
memupuk kemampuan membina hubungan yang hangat, mengasihi antar
sesama, peduli kepada orang lain, pertumbuhan fisik berjalan dengan baik,
meningkatkan perkembangan intelektual, menyeimbangkan perkembangan
kognitif dan psikologis anak.2 Dengan kasih sayang orang tua pula, motivasi belajar dalam diri anak tersebut akan meningkat sehingga sangat mendukung
proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam masa belajarnya. Akan
tetapi, semua itu akan sulit jika dialami oleh anak yang dikatakan kurang kasih
sayang orangtua.
Emosi yang berkembang dalam diri anak akan sesuai dengan implus
(rangsangan atau gerak hati yang timbul dengan tiba-tiba untuk melakukan
sesuatu tanpa pertimbangan) emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak
mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar menyayangi.
Perkembangan emosi ini seiring dengan perkembangan kognitif anak.3 Aspek Emosi yang berupa kasih sayang sangat memberikan pengaruh kepada anak.
Perkembangan kognitif anak seperti konsentrasi yang lebih baik sehingga
prestasi belajar pun juga menjadi baik.4 Akan tetapi Bintang tidak memiliki
dukungan orangtua yang dapat membantu tumbuh kembang kognitifnya
berjalan dengan baik. Sehingga motivasi belajarnya sangat rendah dan
membutuhkan bantuan untuk meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya.
2 Dini Kasdu, Anak Cerdas, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hal. 97.
3 Zulaeha Hidayati, Anak Saya Tidak Nakal, Kok, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2010), hal. 63.
Setiap anak membutuhkan motivasi dalam dirinya untuk mendorong
semangatnya dalam belajar. Akan tetapi, oleh karena kurangnya kasih sayang
orangtua serta keadaan terpukul karena perceraian orangtuanya, Bintang
seakan tidak memiliki dorongan untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Bintang memerlukan bantuan agar dirinya tetap memiliki motivasi belajar
sekalipun orangtuanya sudah bercerai. Kompleksitas permasalahan yang
dialami Bintang yang masih berusia dini ini menyebabkan Bintang semakin
menurun perkembangan belajarnya. Karena kurangnya kasih sayang pada diri
Bintang tersebut mengganggu emosi dalam diri Bintang yang juga
mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Hal tersebut dikarenakan
perkembangan emosi yang meliputi kemampuan untuk mencintai, merasa
nyaman, berani, gembira, dan bentuk-bentuk emosi lainnya tehambat karena
kurangnya pemberian kasih sayang yang kurang dari orangtuanya.
Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang orangtua cenderung
tertutup dengan orangtuanya sehingga orangtua pun tidak dapat banyak
mengetahui apapun yang dilakukan anaknya jika di luar rumah. Di dalam diri
anak yang kurang kasih sayang akan tumbuh rasa ingin mencari jati dirinya
dengan caranya sendiri sehingga bisa saja bertindak nakal atau membuat onar,
dengan tujuan dapat menarik perhatian orangtuanya.5 Seperti halnya yang
sedang dialami oleh Bintang . Bintang merupakan anak laki-laki yang berusia
13 tahun dan sekarang sedang duduk di bangku sekolah dasar kelas 6. Bintang
merupakan anak yang kurang kasih sayang dari orangtuanya. Sejak orangtua
4
Bintang bercerai, bintang tidak lagi mendapatkan kasih sayang layaknya anak
lainnya. Bintang juga dititipkan oleh ayahnya di UPTD (Unit Pelaksana
Teknis Dinas) Kampung Anak Negeri Surabaya. Selain sangat minim kasih
sayang, Bintang juga terpukul oleh perceraian orangtuanya sehingga Bintang
tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Berdasarkan problem yang ada pada diri subjek penelitian ini, maka
peneliti melakukan penelitian dengan judul, Terapi Cognitif Development
terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua
di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
peneliti dapat mengambil beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah terapi cognitive development terhadap
motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orang tua ?
2. Bagaimana hasil terapi cognitive development terhadap motivasi belajar
pada klien yang kurang kasih sayang orang tua?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui langkah-langkah terapi cognitive development terhadap
motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orang tua.
2. Untuk mengetahui hasil terapi cognitive development terhadap motivasi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis, adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
khasanah keilmuan baru yang berkaitan dengan Bimbingan dan
Konseling Islam, terkait penerapan teori cognitif development beserta
langkah-langkahnya terhadap motivasi belajar dan juga problem anak
deprivasi maternal atau anak yang kurang kasih sayang orangtua bertikut
juga penangananya bagi anak yang seperti klien sebagai penambahan
ilmu pengetahuan kita.
b. Manfaat praktis
Manfaat Praktis yang diharapkan peneliti adalah memberikan
bantuan kepada anak diprevasi maternal atau anak yang kurang kasih
sayang orangtua sehingga anak yang menjadi subjek dalam penelitian ini
dapat rajin belajar untuk meraih cita citanya tanpa ada hambatan yang
menghalanginya. Serta diharapkan pula penelitian ini dapat membantu
klien dalam memberikan penanganan problem masalah pada diri anak
yang menjadi subjek penelitian ini. Dan juga lebih dapat beradaptasi
dengan lingkungannya di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya
meskipun tanpa adanya kelengkapan perhatian dari orang tuanya
6
E. Definisi Konsep
Agar diketahui maksud judul penelitian ini, maka berikut dijelaskan
beberapa konsep sebagai berikut:
a. Terapi Cognitive Development
Terapi kognitif adalah terapi yang menggunakan pendekatan
tersetruktur, aktif, direktif, dan berjangka waktu singkat, untuk
menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian yang berupa frustasi
yang menimbulkan malasnya belajar seorang anak dan harus dimotivasi
lagi agar anak tersebut bisa belajar bersama teman-temannya.6 Terapi ini
didasarkan pada teori bahwa efek (keadaan emosi dan perasaan) serta
tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang
terssebut membentuk dunianya. Jadi, bagaimana seseorang berfikir,
menentukan bagaimana perasaan dan reaksinya.7
Terapi Cognitive Development atau Terapi Perkembangan Kognitif
merupakan terapi kognitif yang didasari oleh teori perkembangan kognitif.
Terapi ini berasal dari teori Perkembangan kognitif atau Cognitive
Development yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner.
Para ahli tersebut berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses aktif yang berlangsung sementara anak berinteraksi dengan
lingkungannya. Teori Piaget ini dikenal menyatakan bahwa dalam
pembelajaran terjadi dua proses, yaitu mengasumilasikan informasi agar
6 Mangunhardjana, Mengatasi hambatan-hambatan kepribadian, (Yogyakarta: Kanisius 1981), hal. 55.
sesuai dengan skema kognitif dan mengakomodasi informasi dengan
mengubah struktur kognitif.8 Teori ini juga mengemukakan tentang
perkembangan intelektual anak. Menurut Piaget, anak menjalani tahapan
perkembangan kognisi sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai
proses berfikir orang dewasa.
Dalam teori perkembangan kognisi (cognitive development)
terdapat proses terapi yang meliputi porses skema(struktur kognitif),
adaptasi (proses penyesuaian terhadap lingkungan), asimilasi (proses
penggabungan informasi baru yang ditemui dalam realitas dengan struktur
kognisi seseorang), dan akomodasi (mengubah struktur kognisi seseorang
untuk disesuaikan, diselaraskan, dengan atau meniru apa yang diamati
dalam realitas.9
Terapi cognitive development atau perkembangan kognitif ini
memfokuskan pada terapi yang mengarah pada peningkatan kemampuan
intelegensi yang merupakan alat atau cara yang memungkinkan individu
mencapai keseimbangan atau beradaptasi dengan lingkungannya10
Dapat disimpulkan bahwa terapi cognitive development terapi yang
digunakan untuk menangani hambatan kepribadian secara terstruktur dan
aktif kepada klien secara singkat sehingga proses penelitian yang akan
dilakukan peneliti dengan waktu yang relatif singkat jika sesuai prosedur
yang ada dalam terapi cognitive development.
8 Susan B. Bastable, Perawat Sebagai Pendidik, (Jakarta: EGC, 2002), hal. 42.
9 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan, (Jakarta: Grasindo, 2001), hal. 8.
8
b. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata move yang artinya bergerak. Motivasi
adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau
kelompok orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi
dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu motivasi eksternal
(motivasi yang berasal dari luar diri) dan motivasi internal (dari dalam
diri).11
Menurut Winer mendefinisikan motivasi sebagai kondisi internal
yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat seseorang tetap tertarik
dalam kegiatan tertentu. Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga, atau
daya, atau suatu keadaan yang komples dan kesiapsediaan dalam diri
individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun
tidak disadari.12 Sedang belajar merupakan sebuah proses yang terus
dilakukan oleh tiap individu selama hidupnya. Hasil dari belajar yakni
adanya sebuah pengetahuan maupun pemahaman, yang berdampak pada
perubahan perilaku, cara pandang dan bertambahnya wawasan.13
11 Anton Irianto Born to Win Kunci Sukses yang Tak PenahGagal, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) hal. 53.
Motivasi belajar menurut Albert Einstein adalah hal-hal yang
dianggap menyenangkan dalam belajar. Para pakar meyakini bahwa setiap
anak memiliki sifat ingin tahu untuk mengeksplorasi lingkungannya.14
Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa motivasi belajar adalah
peningkan keminatan anak untuk belajar bersama teman-temannya
sehingga dia bisa bergaul dengan yang lain dan tidak ada kesenjangan
antara dia dan teman-temannya karena status mereka sama di UPTD
tersebut.
c. Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua (Diprevasi Maternal)
Anak kurang kasih sayang orangtua (Diprevasi Maternal) adalah
anak yang kurang diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya oleh
orangtuanya sehingga dapat menjadi anak yang rendah diri atau justru
tidak dapat diatur serta bisa mencari kasih sayang dari tempat lain yang
bisa saja menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam perbuatan dosa dan
kejahatan. Awalnya anak ini suka menyendiri dan tanpa memperdulikan
lingkungan sekitar, ketika ada teman untuk mengajak apaun akan
dilakukannya meskipun itu hal yang dilarang agama ataupun negara
karena dia tanpa kasih sayang orang tua dan juga tidak ada yang
mengarahkan kemana dia akan melangkah. Anak-anak juga akan terlibat
dalam tindakan kriminal dan penyalahgunaan narkoba karena mereka anak
10
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang
cukup dari orangtua mereka.15
Dengan berbagai macam cara dilakukan untuk mecari perhatian
orang lain dan juga kadang bisa menjerumuskan temannya sendiri. Kurang
kasih sayang (Deprivasi maternal) juga merupakan suatu kondisi dimana
anak kekurangan kasih sayang orangtua terutama ibu. Kekurangan kasih
sayang ini bisa karena intensitas pertemuan yang terlalu singkat ataupun
kurangnya perhatian meskipun ibu berada di depan mata.16 Selanjutnya
Peneliti memilih judul penelitian: “Terapi Cognitive Development terhadap
Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua Di
UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya”.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
memahami suatu problema dalam konteks sosial secara alamiah dengan
mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan yang diteliti.17
Jenis penelitiannya adalah Studi kasus. Dapat dikatakan bahwa
studi kasus adalah suatu metode yang lazim diterapkan untuk
15 Muhsin, Mari Mencintai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hal.56. 16 Staff Admin- Bayi & Balita, Kenali Ciri Anak yang Mengalami Deprivasi Mental, http://healthynesia.blogspot.co.id/2015/02/kenali-ciri-anak-yang-mengalami.html, diakses pada minggu tanggal 3 pukul 10.37.
memberikan penekanan pada spesifikasi dari unit-unit atau kasus-kasus
yang diteliti. Dengan kata lain, metode ini berorientasi pada sifat-sifat
yang unik (casual) dari unit-unit yang sedang diteliti berkenaan dengan
permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian18.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa batasan
studi kasus meliputi:
a. sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan
dokumen,
b. sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu
totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan
maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara
variabel-variabelnya
2. Sasaran Penelitian
Sasaran di dalam penelitian ini adalah seorang anak yang bernama
Bintang Adi Saputra yang lahir di Surabaya pada tanggal 01 maret 2004.
Pendidikan yang ditempuh Bintang saat ini adalah Sekolah Dasar kelas
empat. Alamat subjek sekarang ialah di UPTD Kanri Surabaya. Bintang
memiliki ciri- ciri fisik yaitu tinggi badan 130 cm, berat badan 39 kg,
warna kulit coklat sawo matang, bentuk wajah oval, bentuk rambut hitam
tegak, agama Bintang adalah Islam, hobinya adalah menggambar, nama
ayahnya adalah Ali yang bekerja sebagai TNI yang membuat bangga
Bintang sampai dia bercita-cita ingin jadi TNI juga, alamat beliau adalah di
12
Surabaya, nama Ibu Bintang disamarkan dan jenis masalah anak jalanan
status orang tua adalah cerai.
3. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah ialah sebagai
berikut:19
a. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh
penulis di lapangan yaitu informasi dari klien yang berperilaku
pendiam. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang
dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek
penelitian yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.
Sumber data primer yaitu Bintang (klien). Peneliti akan
menelaah kata-kata, perilaku, kegiatan Bintang ketika berada di
UPTD Kanri Surabaya.
b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang
lain guna melengkapi data yang diperoleh penulis dari sumber data
primer. Data sekunder adalah penjelasan dari Yusuf (teman klien),
Rendi (Pembimbing UPTD), dan Pak Harsono (Ketua UPTD).
4. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang dicapai oleh suatu
penelitian dan merencanakan strategis untuk memperoleh dan
menganalisis data bagi klien. Hal ini dimulai dengan memberikan
perhatian khusus yang bersangkutan dan menelaah kembali terhadap
literatur, termasuk penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya,
yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang
bersangkutan. 20
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian, tahap ini
merupakan pengembangan dari tahap perencanaan, di sini disajikan
latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, metode
atau prosedur analisis dan pengumpulan data. Analisis dan laporan hal
ini merupakan tugas terpenting dalam suatu proses penelitian.
Pada tahap pengkajian secara teliti, peneliti menggunakan
metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Wawancara ditujukan kepada Bintang (klien), Yusuf
(teman klien), Rendi (pembimbing UPTD), Pak Harsono (Kepala
Kanri Surabaya).
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat penting
guna mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan diantaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
14
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan
elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat
diobservasi dengan jelas. Peneliti melakukan penelitian dengan
datang langsung ke UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya untuk
mengumpulkan data yang lengkap. Peneliti mengobservasi perilaku
klien ketika berada di Kanri Surabaya secara detail mengobservasi
ucapan, perilaku klien dan juga mengobservasi teman-teman klien
dan juga pembimbing klien serta ketua Kanri Surabaya.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Penelitian ini,
wawancara dilakukan secara tatap muka langsung (face to face)
untuk mendapat informasi mendalam tentang diri klien. Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan kepada Bintang (klien), Yusuf (teman
klien), Rendi (Pembimbing UPTD), dan Pak Harsono (Ketua
UPTD). Hal ini bertujuan untuk mengetahui tentang klien sewaktu
dalam proses kegiatan di UPTD Surabaya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life stories), biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup,
sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, yang dapat berupa gambar, patung, dan lain-lain. Dokumen
yang diambil peneliti yaitu absensi klien, foto lokasi UPTD, dan foto
ketika melakukan proses wawancara konseling
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.21 Penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah Deskriptif Komparatif atau biasa disebut Metode Perbandingan Tetap. Teknik ini
secara tetap membandingkan kategori satu dengan kategori yang lain.22 Data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:23
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2012), hal. 244.
22 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 288.
16
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
Data yang sudah terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya
adalah menganalisa data tersebut menggunakan teknik deskriptif
komparatif. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui proses Aplikasi
Terapi Kognitif development dalam menangani anak diprevasi maternal
di UPTD Kanri Surabaya dengan teknik Deskriptif Komparatif yaitu
membandingkan antara perilaku klien sebelum dan sesudah mendapatkan
terapi, menganalisis hasil dengan melihat perubahan yang terjadi setiap
hari pada diri klien masih sering menyendiri ataukah tidak.
7. Teknik Keabsahan Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjanagn pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, dan triangulasi.
Adapun teknik keabsahan data yang dipakai peneliti hanya meningkatkan
ketekunan.
Tahap awal adalah peneliti memasuki lapangan, peneliti masih
dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang
diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih
banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini,
peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama
ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang
diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau
sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh
data yang pasti kebenarannya.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara
pasti dan sistematis.24 Bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan
semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa
data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
Peneliti akan membaca literatur mengenai Cognitif
Development baik berupa buku (selain karangan Brian Mayne dan
18
Sangeeta Mayne), artikel, dan penelitian kakak terdahulu yang
sama-sama menerapkan terapi Cognitif Development guna membantu
masalah klien.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber dan
triangulasi teknik.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut, tidak
bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana yang spesifik dari beberapa sumber data
tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan sutau kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data
tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau
kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok
bahasan yang meliputi:
BAB PERTAMA : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,
subyek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data,
dan sistematika pembahasan.
BAB KEDUA : Kajian Teoritik meliputi kajian pustaka yang
membahas tentang pengertian Terapi Cognitive Development, Tahapan Terapi
Cognitive Development berikut langkah-langkahnya, pengertian Motivasi
Belajar, pengertian Anak yang Kurang Kasih Sayang (Diprevasi Maternal),
Ciri-ciri Anak yang Kurang Kasih Sayang (Diprevasi Maternal).
BAB KETIGA : Penyajian data terdiri dari deskriptif umum objek
20
lokasi penelitian, deskripsi klien, deskripsi masalah dan deskripsi konselor.
Sedangkan deskripsi proses penelitian membahas tentang data hasil observasi,
hasil dari wawancara terhadap klien, dan hasil dari dokumentasi.
BAB KEEMPAT : Analisis data yang mana analisis data yaitu analisis
data mengenai proses terapi cognitive development terhadap motivasi belajar
pada klien yang kurang kasih sayang orang tua dan hasil terapi cognitive
development dalam motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang
orang tua.
BAB KELIMA : Penutup, penutup merupakan bagian terakhir. Di
mana pada bagian ini akan membahas tentang kesimpulan, saran dan
21
BAB II
TERAPI COGNITIVE DEVELOPMENT, MOTIVASI BELAJAR DAN
ANAK KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA (DIPREVASI
MATERNAL)
A. Terapi Cognitive Development, Motivasi Belajar, dan Anak Kurang
Kasih Sayang Orangtua.
1. Terapi Cognitive Development
a. Pengertian Cognitive Development
Teori Cognitive Development piaget adalah salah satu teori
yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri–ciri dan fungsi dari objek–objek,
seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti
diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan
objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam
objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek dan peristiwa tersebut1.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif
didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak
pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak
mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan
22
dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta
dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai
dunia yang telah ia punya.
b. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang
menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah
kompleks. Piaget juga menyakini bahwa pemikiran seorang anak
berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi
hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap tersebut
bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya
pengorganisasian strukur berfikir2.
Istilah kognitif sering kali dikenal dengan intelek. Intelek
berasal dari bahasa inggris "intellect" yang menurut Jean Peaget
diartikan sebagai akal budi berdasarkan kognitifnya khususnya proses
berpikir lebih tinggi. Sedangkan "intelligence" diartiakan sama dengan
kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara
adaptif.
Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada setiap
individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada satu
tahap berbeda dari corak pemikirannya pada tahap lain.
23
Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam
tabel berikut:
Menurut piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut
merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal
ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan
24
selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan
kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir.
Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari
dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran
darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi
pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam
yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya3.
Untuk menentukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola
tingkahlaku yang teroeganisir, piaget menggunakan istilah skema dan
adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwah kognisi berarti
merupakan sistem yang selalu diorganisir dan di adaptasi, sehingga
memunginkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Ada 2 tahapan yang dikemukakan oleh Jean Piaget yaitu :
1) Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir
dan merespons berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema
adalah suatu pola sitematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan
strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka
pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis
situasi. Dalam diri bayi terlihat beberapa pola tingkah laku refleks
yang terorganisir sehubungan dengan “pengetahuan” mengenai
lingkungan. Misalnya gerakan refleks menghisap pada bayi, ada
25
gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan
menghisap gerakan ini menunjukkan ada pola-pola tertentu.
Gerakan ini tidak terpengaruh oleh apa yang masuk kemulut,
apakah ibu jari, puting susu ibunya, ataukah dot botol susu. Pola
gerakan yang diperoleh sejak lahir inilah yang disebut dengan
skema.
2) Adaptasi (sturuktur fungsional)4 adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukan pentingnya pola individu
dengan lingkungannya dengan proses perkembangan kognitif.
Piaget yakin bahawa bayi manusia ketika dilahirkan telah
dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adaptasi ini
muncul dengan sendirinya ketika bayi tersebut mengadakan
interaksi dengan dunia disekitarnya. Mereka akan belajar
menyesuaikan diri dan mengatasinya, sehingga kemampuan
mentalnya akan berkembang dengan sendirinya.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin
penyesuain (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai
keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktifitas individu
terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktifitas lingkungan terhadap
individu (akomodasi). Ini berarti, ketika individu bereaksi
terhadap lingkungan, dia mnggabungkan stimulus dunia luar
26
dengan struktur yang sudah ada dan iilah asimilasi. Pada saat
yang sama ketika lingkungan bereaksi terhadap individu, dan
individu mengubah supaya sesuai dengan stimulus dunia luar,
maka inilah yang disebut akomodasi. Agar terjadi ekuilibrasi
antara diri individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa
ini disebut asimilasi.
Menurut piaget,5 adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu : asimilasi dan akomodasi.
(a) Asimilasi dari sudut biologi, adalah inetegrasi antara elemen
eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada
organisme. Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek
eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. Proses
asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat
manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang
sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut
dikelompokan kedalam istilah-istilah yang sebelumnya sudah
mereka ketahui. Misalnya, seorang bayi yang menghisap
puting susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan
tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru
yang mereka temukan seperti bola karet atau jempolnya.
Perilaku bayi menghisap semua objek ini memperlihatkan
proses asimilasi. Gerakan menghisap ibu jari sama artinya
27
dengan gerakan menghisap puting susu ibunya, sebab bayi
menginterprestasikan ibu jari dengan struktur kognitif yang
sudah ada, yaitu puting susu ibunya.
(b) Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau
memperbaharui atau menggabung-gabungkan istilah lama utuk
menghadapi tantangan baru.akomodasi kogitif berarti
mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya
ntuk disesuaikan dengan stimulus eksternal6. Jadi, kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada
akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia
dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya.
Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seorang
mengalami perubahan supaya sesuai dengan
rangsangan-rangsangan dari objeknya. Misalnya, bayi melakukan tindakan
yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti
bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu jari. Tidakan
demikian disebut akomodasi.
2. Motivasi Belajar
a. pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati
28
secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya,
berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya
suatu tingkah laku tertentu.7
Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Dapat
diartikan sebagai sebagai hal atau keadaan yang menjadi motif.
Menurut Mitchell motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi
kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan pada tujuan
tertentu.
Motivasi Belajar adalah suatu dorongan atau penggerak dari
belajar yang terarah guna mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan.
Dalam pengukuran motivasi belajar tentu dibutuhkan indikator
atau dimensi yang berkenaan dengan motivasi belajar kajian
selanjutnya akan dijelaskan mengenai indikator dalam
menilai motivasi belajar. Untuk mengukur motivasi belajar,
diperlukan indikator sebagai acuan pencapaiannya. Dalam
penelitian ini mengacu pada indikator.
Motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno, berikut ini adalah
indikator yang dapat digunakan untuk melihat adanya motiasi
belajar siswa antara lain:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
29
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya keinginan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
b. Faktor-Faktor Pendorong Motivasi Belajar
Dalam aktifitas belajar,8 seorang individu memerlukan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat
tercapai. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang memengaruhi
motivasi belajar, antara lain :
1) Faktor individual
Diantara faktor individual seperti: kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan dan motivasi.
2) Faktor sosial
Diantara faktor sosial seperti: keluarga atau keadaan rumah
tangga, guru, dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan
motivasi social.9
Selain itu, motivasi belajar juga dapat timbul karena factor
intrinsik dan ekstrinsik.
1) Faktor intrinsik
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik yaitu:
8 Reni, A. Hawadi, Perkembangan Anak, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,) 2001, hal. 23.
30
a) Hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar
b) Harapan akan cita-cita
2) Faktor ekstrinsik
Diantara faktor ekstrinsik yaitu:
a) Adanya penghargaan
b) Lingkungan belajar yang kondusif
c) Kegiatan belajar yang menarik10
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang
belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan
pembelajaran antara lain:
1) Peran motivasi dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan
penguat belajar.
2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai
3) Motivasi menentukan ketekunan belajar11
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mempunyai beberapa
ciri, antara lain :
1) Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak
acuh
2) Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan
3) Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya
terutama kepada guru
31
4) Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas
5) Ingin identitas dirinya diakui orang lain
6) Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri
7) Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali
8) Selalu terkontrol oleh lingkungan12
c. Aspek- aspek yang Meningkatkan dan Menumbuhkan Motivasi Belajar
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, memuaskan dan melayani
kebutuhan-kebutuhannya, begitu juga dengan siswa, jika siswa sudah sadar bahwa
belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap
penting, maka belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya dan
otomotis dia bersemangat dalam mempelajari hal tersebut.
Pada kenyataannya tidak semua siswa sadar akan hal itu, dan tidak
semua siswa memiliki minat intrinsic yang sama, dengan ketidaksamaan
minat tersebut guru hendaknya mengetahui seberapa besar minat siswa
tersebut terhadap pelajaran. Jika siswa kurang berminat dan menumbuhkan
minat belajar siswa, dan tidak menutup kemungkinan faktor-faktor lain
yang mendukung minat belajar siswa13.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling
efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah
dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada, misalkan siswa
32
menaruh minat terhadap lingkungan (pencemaran) disini pengajar dapat
menarik perhatian (minat) siswa dengan bercerita tentang lingkungan
sekitar atau bencana alam yang melanda negeri kita, dan bisa juga
memperlihatkan tayangan televisi yang berhubungan dengan lingkungan
(pencemaran).
Tanner an tanner juga menyarankan agar para pengajar berusaha
membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui
jalan memberi informasi pada siswa bahan pelajaran yang akan
disampaikan dengan dihubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian
diuraikan kegunaannya dimasa yang akan datang14. Roijakters berpendapat bahwa hal ini bisa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran
dengan berita- berita yang sensional, yang sudah diketahui siswa. Bila
usaha- usaha di atas tidak berhasil, bisa menggunakan cara insentif, yaitu
alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar mau melakukan sesuatu
yang awalnya tidak mau ia lakukan seperti memberi hadiah pada siswa
yang belajar dengan baik, memberi hukuman pada siswa yang malas
belajar, sehingga hasilnya (prestasinya) buruk, dalam memberikan
hukuman jangan terlalu berlebihan (berat), karena bisa menghambat belajar
mereka, berilah hukuman yang sewajarnya dan bisa memberi motivasi si
anak untuk giat belajar, siswa adalah:
1) Membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada
2) Menghubungkan dengan pengalaman (pelajaran) yang lalu
33
3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik atau
lebih baik dari yang kemarin
4) Menggunakan berbagai macam variasi gaya mengajar
5) Menggunakan berbagai bentuk mengajar baik itu metode
penyampaian materi maupun keterampilan-keterampilan yang lain
sehingga siswa bersemangat dan berminat untuk mempelajarinya.
Menurut Mahfudz Shalahuddin 15dalam bukunya pengantar psikologi pendidikan, ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat
yaitu :
1) Adanya kebutuhan-kebutuhan Minat dapat muncul atau digerakkan,
jika ada kebutuhan seperti minat terhadap ekonomi, minat ini dapat
muncul karena ada kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan
bisa dikelompokkan menjadi empat, ini menurut Sardiman AM,
kebutuhan tersebut adalah : Kebutuhan psikologis, seperti lapar, haus
2) Kebutuhan cinta dan kasih dalam suatu golongan, seperti di sekolah,
di rumah
3) Kebutuhan keamanan, seperti rasa aman
4) Kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita atau pengembangan bakat
3. Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua (Diprevasi Maternal)
Anak kurang kasih sayang orangtua (Diprevasi Maternal) adalah
anak yang kurang diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya oleh
orangtuanya sehingga dapat menjadi anak yang rendah diri atau justru
34
tidak dapat diatur serta bisa mencari kasih sayang dari tempat lain yang
bisa saja menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam perbuatan dosa dan
kejahatan. Awalnya anak ini suka menyendiri dan tanpa memperdulikan
lingkungan sekitar, ketika ada teman untuk mengajak apaun akan
dilakukannya meskipun itu hal yang dilarang agama ataupun negara
karena dia tanpa kasih sayang orang tua dan juga tidak ada yang
mengarahkan kemana dia akan melangkah. Anak-anak juga akan terlibat
dalam tindakan kriminal dan penyalahgunaan narkoba karena mereka anak
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang
cukup dari orangtua mereka.16
Dengan berbagai macam cara dilakukan untuk mecari perhatian
orang lain dan juga kadang bisa menjerumuskan temannya sendiri. Kurang
kasih sayang (Deprivasi maternal) juga merupakan suatu kondisi dimana
anak kekurangan kasih sayang orangtua terutama ibu. Kekurangan kasih
sayang ini bisa karena intensitas pertemuan yang terlalu singkat ataupun
kurangnya perhatian meskipun ibu berada di depan mata.17
Ciri-ciri Anak Mengalami Deprivasi Mental
a. Mengalama keterlambatan tumbuh kembang (tumbang) baik fisik
maupun psikis, seperti terlambat bicara, berjalan, dan pertumbuhan
tubuh yang kurang maksimal.
35
b. Anak rewel, suka menangis, dan tidak bisa dihentikan oleh para
pengasuhnya.
c. Anak suka menyendiri, sulit menjalin hubungan sosial dengan teman,
dan kadang kala lebih asyik dengan teman khayalan.
d. Anak sering mengalami sakit secara fisik seperti demam, menggigil,
kedinginan, pusing, dan diare.
e. Kembali mengalami kesulitan pada toilet training, suka mengompol,
BAB di celana, dan sejenisnya padahal sebelumnya sudah bisa
menyatakan keinginannya tersebut.
Memperlakukan anak dengan kasar, dan memberikan hukuman fisik,
penghinaan, dan celaan, pada tahun-tahun pertama dari umur anak, akan
berpengaruh buruk terhadap pembentukan pribadi anak.
Ada beberapa hal penyebab yang menjadikan anak merasa kurang
diperhatikan atau disayangi.18 Misalnya:
a. makanannya, pakaiannya, kesehatannya , bahkan pendidikannya
kurang diurus.
b. sering mengancam anak akan dipukul, atau bahkan diusir dari rumah,
dan ditakut-takuti.
c. terlalu banyak memberi peringatan / pesan pada anak. Meskipun itu
tujuannya baik, namun bagi anak sudah cukup sekali saja diberi
peringatan. Orang tua terkesan bawel.
36
d. memberi kritikan yang terlalu tajam, suka membandingkan si anak
dengan anak yang lain, anak merasa di kecilkan.
e. memberi julukan anak dengan panggilan yang terkesan menyakitkan /
memalukan, misalnya si pendek, si bogel, si pesek, si dekil dan
lainnya.
f. orang tua sering menggerutu di depan anak, bila anak minta sesuatu.
g. orang tua kurang memperhatikan isi hati anak, saat anak bercerita atau
bertanya ,mereka tidak mau menyimak atau menjawabnya.
h. orang tua tidak pernah memuji anak bila anak berbuat baik atau
berprestasi.
Gejala-gejala yang akan tampak antara lain:
a. Anak akan melakukan tindakan yang mengundang perhatian orang
tuanya: suka berteriak, tertawa keras, menggerutu,nakal, suka
mengeluh, gemar merusak barang, bahkan berani mencuri.
b. Anak akan melakukan kegiatan yang mengundang perhatian orang
tuanya agar selalu menjaganya: berpura – pura sakit, tidak mau
makan, dan ngompol.
c. Anak senang melakukan perbuatan yang tidak baik, menentang,
memberontak, agresif, dan keras kepala.
d. Anak menjadi pendendam, suka iri hati, merasa tidak puas, suka
37
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian terkait dengan cognitive
development terhadap motivasi belajar pada anak yang kurang kasuh sayang
orang tua. Terlebih dahulu peneliti menelaah beberapa penelitian terdahulu
yang terkait dengan tema yang akan peneliti lakukan sebagai bahan acuan dan
perbandingan peneliti menyusun kerangka penelitian. Berikut beberapa
penelitian terdahulu yang peneliti temukan:
1. Judul : Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Mi Al-Asyhar Di Desa
Karangagung Kecamatan Palang-Tuban
Nama : Mohammad Fachruddin
NIM : B03208021
Fakultas : Dakwah/Bimbingan Konseling Islam Institut Agama
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Tahun : 2012
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang proses bimbingan dan
konseling Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas v mi
al-asyhar di desa karangagung kecamatan palang kabupaten tuban.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu
sama-sama meneliti tentang peningkatan motivasi belajar pada anak yang
38
penelitian terdahulu menggunakan terapi bimbingan dan konseling Islam,
sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan terapi cognitif
development. Dan juga lokasi penelitian pada penelitian terdahulu
terletak di desa karangagung kecamatan palang kabupaten tuban,
sedangkan di penelitian yang sekarang lokasi penelitian terletak di UPTD
kampung anak negeri Surabaya.
2. Judul : Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV MI
Raudlatul Muta’allimin Lamongan Pada Mata Pelajaran IPS Materi
Perkembangan Teknologi Melalui Strategi Team Quiz.
Nama : Novi Nurmalikhah
Nim : D37211055
Fakultas : Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan /Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya
Tahun : 2015
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang proses peningkatan
motivasi belajar siswa kelas IV MI raudlatul muta’allimin lamongan pada
mata pelajaran ips materi perkembangan teknologi melalui strategi team
quiz.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu
sama-sama meneliti tentang peningkatan motivasi belajar pada anak yang
masih duduk di kelas sekolah dasar. Dan perbedaanya yaitu, pada
39
strategi team quiz, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan
terapi cognitif development. Dan juga lokasi penelitian pada penelitian
terdahulu terletak di desa datinawong kecamatan babat kabupaten
lamongan, sedangkan di penelitian yang sekarang lokasi penelitian
41
BAB III
TERAPI COGNITIF DEVELOPMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA KLIEN YANG KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA DI UPTD
KAMPUNG ANAK NEGERI SURABAYA
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi lokasi penelitian
a. Profil UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya
Anak-anak bermasalah secara sosial–anak jalanan, anak nakal,
dan anak terlantar, anak korban tindak kekerasan, sesungguhnya
adalah kelompok anak rawan yang membutuhkan perhatian khusus
(children in need of special protection). Secara social-psikologis,
anak-anak ini sering kali berhadapan dengan situasi yang dilematis,
nilai-nilai yang ambivalen, dan memiliki perilaku yang patologis.
Umumnya mereka harus bertahan hidup dengan cara-cara yang
kurang diterima masyarakat, di samping itu dalam kesehariannya
bertingkah laku tidak patut atau berperilaku menyimpang dari
norma-norma social sehingga membahayakan diri sendiri, orang lain,
serta dapat menganggu ketertiban umum.
Untuk mencegah anak-anak ini tidak semakin terjerumus
dalam perilaku yang patologis, dan memiliki kecenderungan
berkonflik dengan hukum, maka Pemerintah Kota Surabaya melalui
Dinas Sosial pada 4 Januari 2009 berdasarkan Keputusan Kepala
42
Teknis Dinas Pondok Sosial Anak Wonorejo dan di lanjutkan
dengan turunnya Peraturan Walikota No.61 tahun 2012 tentang Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri pada Dinas Sosial
Kota Surabaya sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok
melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak
bermasalah secara social di kota Surabaya.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk pelayanan kesejahteraan
sosial melalui sistem panti diperlukan perencanaan program yang
dapat memberikan kejelasan arah kebijakan, strategi dan rencana
pola pelayanan dalam kurun waktu satu tahun.
1) Visi dan Misi UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya
a) Visi
Terwujudnya anak-anak yang bermasalah sosial berperilaku
normatif dan mandiri sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya secara memadai dalam kehidupan bermasyarakat
b) Misi
(1). Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi
anak-anak yang bermasalah sosial dalam sistem panti
(2). Menumbuhkan kesadaran untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki anak-anak yang bermasalah sosial
(3). Menfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi penanganan
43
2) Sasaran Garapan43
a) Anak jalanan, anak-anak yang sebagian hidupnya di jalanan
untuk membantu mencari nafkah keluarganya
b) Anak terlantar, anak-anak yang kurang mendapat perhatian dan
kasih sayang karena mengalami keterpisahan dari orang tua,
serta mendapatkan perlakuan salah dari orang-orang dewasa di
lingkungannya
c) Anak nakal, anak-anak yang melakukan sebagian atau
keseluruhan dari tindak asusila dan memiliki kecenderungan
tindak kriminal
3) Persyaratan
a) Penduduk Kota Surabaya
b) Laki-laki usia 7 tahun s/d 17 tahun
c) Normal dan bisa mandiri
d) Belum Menikah
e) Tidak sedang menempuh pendidikan formal (drop out)
f) Mengisi formulir pendaftaran dengan melengkapi :
1. Foto copy KTP dan KK
2. Surat pengantar RT/RW setempat
3. Biodata calon klien
4. Surat Kontrak Pelayanan
4) Tata Pelaksanaan Pelayanan
44
a) Klien menjadi titik sentral dan focus utama dalam proses
pelayanan kesejahteraan sosial dalam sistem panti
b) Klien tinggal dalam 3 (tiga) ruang tidur dengan kapasitas
masing-masing untuk 10 anak yang didampingi 1 - 2 orang
pendamping
c) Waktu bimbingan diatur sesuai jadwal dengan kurun waktu
jam 04.30 – 21.00 WIB. Kegiatan diselenggarakan didalam
maupun diluar panti (indoor dan outdoor)
d) Bimbingan dilaksanakan secara individual dan kelompok
dengan menggunakan prinsip-prinsip yang menunjang
tercapainya misi dan visi program.
5) Deskripsi Kebutuhan Klien
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
b) Mengembangkan sikap disiplin dan tanggung jawab diri
c) Mengembangkan pengendalian diri dan emosi
d) Mengembangkan penguasaan ilmu dan ketrampilan sesuai
dengan kemampuan diri
6) Prinsip Program44
a) Perlindungan
b) Kemanfaatan
c) Keadilan
45
d) Dapat direalisasikan
e) Fleksibel
f) Keterpaduan
7) Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial
a) Pemenuhan Kebutuhan Pangan
Meliputi pemberian makan untuk anak asuh yang
memenuhi kecukupan gizi, setiap hari sebanyak tiga kali
dengan tambahan ekstra fooding dengan pemberian susu atau
kacang hijau.
b) Pemenuhan Kebutuhan Sandang
Meliputi pemberian perlengkapan mandi, cuci dan pakaian
atau seragam yang layak untuk keperluan perawatan
/pemeliharaan diri
c) Pemenuhan Kebutuhan Papan
Meliputi penyediaan fasilitas tidur/menginap di asrama
yang representatif dengan satu tempat tidur untuk satu anak
dengan pemisahan ruang anak laki-laki dan anak perempuan
d) Pemenuhan Kebutuhan Bimbingan Mental Spiritual
Meliputi pemberian bimbingan mental spiritual secara
rutin dan berkesinambungan dengan diikuti kegiatan ibadah
khusus harian
e) Pemenuhan Kebutuhan Bimbingan Mental Perilaku
46
sikap dan perilaku yang normatif dalam bentuk ceramah, curah
pendapat, role playing, outdoor, dan lain-lain
f) Pemenuhan Kebutuhan Bimbingan Minat Ketrampilan
Meliputi kegiatan pembinaan berorientasi pada
pengenalan kegiatan wirausaha
g) Pemenuhan Kebutuhan Minat dan Intelektual
Meliputi kegiatan pembinaan pengembangan potensi diri,
intelektual, serta minat dan bakat
8) Fasilitas Panti
Luas Tanah 2.350 m2, dengan luas bangunan 889 m2, terdiri dari :
a) Kantor
b) Aula
c) Ruang tidur (3 kamar)
d) Ruang Praktek Pembinaan
e) Mushola
f) Ruang Makan dan Ruang Dapur
g) Ruang Perpustakaan
h) Ruang Konseling
i) Kamar Mandi (6 Ruang)
j) Ruang Menjahit
k) Lapangan
l) Tempat Cuci Motor
47
9) Sumber Daya Manusia
Tabel 3.1
Daftar Pegawai Dan Pembina di Kampung Anak Negeri45
Mayasari Perempuan ISLAM D.1 Administrasi
48
10) Proses Pendampingan Anak-Anak
Semua kegiatan anak-anak selalu mendapatkan
pendampingan oleh pendamping yang sekaligus menjadi bapak
wali anak-anak.pendamping yang mendampingi anak-anak
sebanyak 6 orang yang terbagi dalam 3 shift kerja. Jenis
pendampingan yang dilakukan adalah :
a) Pendampingan pada saat kegiatan pembinaan
b)Pendampingan pada saat makan, ibadah, dan curhat
c) Pendampingan pada saat anak-anak sakit
d)Pendampingan kegiatan lainnya.
11) Hak Dan Kewajiban Anak-Anak Hak anak – anak
a) mendapatkan uang saku
b) mendapatkan makan 3x sehari
c) mendapatkan pembinaan
d) mendapatkan kebutuhan sandang,pangan dan papan
e) mendapatkan hiburan berupa liburan
f) mendapatkan hak untuk sekolah bila mampu
g) mendapatkan perawatan bila sakit
49
Kewajiban Anak – Anak
a) Mengikuti semua kegiatan pembinaan dengan baik
b) Melaksanakan tugas piket sesuai dengan tugasnya
c) Mengikuti dan melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan
d) Berkelakuan baik
b. Lokasi / Alamat panti
Lokasi UPTD Kampung Anak Negeri berada di : Jalan
Wonorejo Raya No.130 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut
Kota Surabaya
Telepon. 031.8701844 Fax.(031).8701844
E-mail : [email protected].
c. Jadwal Kegiatan Harian UPTD Kampung Anak Negeri
Tabel 3.2
Daftar Kegiatan Harian UPTD Kanri Surabaya
HARI PUKUL URAIAN KEGIATAN
Jum’at 04.00 – 05.00 Sholat Subuh, Mengaji, Pembinaan mental
spiritual dan akhlak
05.00 – 05.30 Bersih diri, persiapan senam aerobic 05.30 – 07.00 Senam aerobic
07.00 – 07.15 Istirahat 07.15 – 07.45 Giat pribadi 07.45 – 08.00 Makan pagi
08.00 – 09.30 Materi pembinaan olahraga 09.30 – 10.00 Istirahat
10.00 – 11.00 Giat belajar
11.00 – 11.30 Persiapan sholat jum’at 11.30 – 12.00 Sholat jum’at
12.00 – 12.15 Persiapan makan siang 12.15 – 12.30 Makan siang
12.30 – 14.30 Istirahat siang
14.30 – 15.00 Persiapan sholat ashar berjamaah
15.00 – 15.30 Sholat ashar berjamaah, persiapan pembinaan olah raga
15.30 – 17.00 Pembinaan olah raga sore