• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Landasan Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II Landasan Teori"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

A. Teori Grup 1. Pendahuluan

a. Himpunan Definisi

1.1 A set is a well-defined collection of objects: that is, it is defined in such a manner that we can determine for any given object x whether or not x belongs to the set. (Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang dapat didefinisikan dengan jelas: yakni, jika diberikan sebarang

x kita dapat menentukan apakah x termasuk ke dalam himpunan tersebut ataukah tidak).1

Objek yang terdapat di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota dari himpunan tersebut. Untuk menyatakan keanggotaan suatu himpunan digunakan notasi berikut:

x∈A untuk menyatakan x merupakan anggota himpunan A , dan

1 Thomas W. Judson, Abstract Algebra: Theory and Applications, (Austin: Stephen F. Austin State University, 2011), hal. 4

(2)
(3)

Contoh:

Bila P1={a , b} , P2=

{

{a ,b}

}

, P3=

{

{

{a , b}

}

}

, maka

a∈P1 a∉P2 P1∈P2

P1∉P3 P2∈P3 .

Penyajian Himpunan

1) Enumerasi

Jika sebuah himpunan memiliki jumlah anggota yang

terbatas dan tidak terlalu besar, himpunan bisa disajikan dengan

mengenumerasi, artinya menuliskan semua elemen himpunan yang

bersangkutan di antara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanya

suatu himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf kapital

ataupun dengan menggunakan simbol-simbol lainnya.

Contoh:

Himpunan A beranggotakan empat bilangan genap positif

pertama dapat ditulis sebagai A={2, 4,6, 8,} .

Himpunan tidak ditentukan oleh urutan anggota-anggotanya.

Jadi himpunan A tidak harus ditulis seperti pada contoh di atas,

tapi dapat juga ditulis A={6,8, 2, 4} atau A={4, 2,8, 6} . Untuk menuliskan himpunan dengan jumlah anggota yang

besar dan memiliki pola tertentu, dapat dilakukan dengan

(4)

Contoh:

Himpunan alfabet ditulis sebagai {a , b , c ,… , x , y , z} , dan

himpunan 100 buah bilangan asli pertama ditulis sebagai

{1,2,…,100} .

Untuk menuliskan himpunan dengan jumlah anggota

tak-hingga dapat juga dilakukan dengan menggunakan tanda ‘…’

(ellipsis). Contoh:

Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai {1,2, 3,…} , sedangkan himpunan bilangan bulat ditulis sebagai

{… ,−2,−1, 0,1, 2,…} . 2) Simbol-simbol Baku

Beberapa himpunan khusus, dituliskan dengan

simbol-simbol yang sudah baku.

Contoh:

U=¿ himpunan semesta (universal set), himpunan yang memuat seluruh himpunan lain

N=¿ himpunan bilangan asli ¿{1,2, 3,…}

Z=¿ himpunan bilangan bulat ¿{… ,−2,−1, 0,1, 2,…}Q=¿ himpunan bilangan rasional

(5)

C=¿ himpunan bilangan kompleks 3) Notasi Pembentuk Himpunan

Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi

pembentuk himpunan (set builder). Dengan cara penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi

oleh anggotanya.

Notasi: {x | syarat yang harus dipenuhi oleh x}

Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan:

a. bagian di kiri tanda “ | ” melambangkan elemen himpunan

b. tanda “ | ” dibaca dimana atau sedemikian hingga

c. bagian di kanan tanda “ | ” menunjukkan syarat keanggotaan

himpunan

d. setiap tanda “ ¸ ” di dalam syarat keanggotaan dibaca dan. Contoh:

A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kurang dari 5 , dinyatakan sebagai

x∨¿ ¿

A=¿ adalah bilangan bulat positif, x kurang dari 5}

atau dalam notasi yang lebih ringkas

x∨¿ ¿

A=¿ , 0

(6)

B adalah himpunan bilangan bulat genap positif yang kurang dari atau sama dengan 8 , dinyatakan sebagai

x∨¿ ¿

B=¿ adalah bilangan bulat genap positif, x kurang dari atau sama dengan 8}

atau dalam notasi yang lebih ringkas

x∨¿ ¿

B=¿ , 0

<x ≤8} .

 Notasi pembentuk himpunan sangat berguna untuk menyajikan himpunan yang anggota-anggotanya tidak mungkin dienumerasi.

Misalnya Q adalah himpunan bilangan rasional, dinyatakan sebagai

Q=

{

a

b

|

a , b∈Z , b ≠0

}

.

Catatan:

Beberapa literatur menggunakan tanda “ : ” sebagai pengganti tanda“ | ”.

4) Diagram Venn

Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara

penyajian himpunan ini diperkenalkan oleh matematikawan Inggris

bernama John Venn pada tahun 1881. Di dalam diagram Venn,

(7)

sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai kurva tertutup di

dalam segiempat tersebut. Contoh dapat dilihat dalam gambar

berikut.

Gambar 2.1 Diagram Venn

Kardinalitas

Definisi 1.2 Sebuah himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n elemen berbeda (distinct) yang dalam hal ini n adalah bilangan bulat tak-negatif. Jika sebaliknya, himpunan tersebut

dinamakan tak-hingga (infinite set).2

Misalkan A merupakan himpunan berhingga, maka jumlah elemen berbeda di dalam A disebut kardinal dari himpunan A .

Notasi: n(A) atau |A|

Contoh:

x∨¿ ¿

A=¿ adalah bilangan prima yang kurang dari 20 } , maka |A|=8 , dengan elemen-elemen A adalah

2,3, 5, 7,11,13, 17,19 .

2 Rinaldi Munir, Matematika Diskrit, (Bandung: Informatika, 2007), hal. 53

1 3

2

U

(8)

Himpunan tak-hingga memiliki kardinal yang tidak terhingga.

(9)

Himpunan Kosong

Definisi 1.3 Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal 0 disebut himpunan kosong (empty set).3

Notasi: atau {}

Himpunan Bagian (Subset)

Sebuah himpunan dapat merupakan bagian dari himpunan lain.

Anggota yang dimuat dalam himpunan tersebut juga dimuat di dalam

himpunan lain.

Definisi 1.4 Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan

elemen di B . Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A .4 Notasi: A⊆B

Diagram Venn untuk A⊆B ditunjukkan pada Gambar 2.2.

A⊆B

Gambar 2.2 Himpunan Bagian

3 Ibid,hal. 54 4 Ibid.

(10)

Definisi 1.5 Himpunan A adalah subset sejati (proper subset) dari himpunan B jika A⊆B tetapi A ≠ B , dinotasikan A⊂B .

Untuk melihat lebih jelas perbedaan antara himpunan bagian

dengan himpunan bagian sejati, bandingkan Gambar 2.2 dengan

Gambar 2.3.

A⊂B N⊂Z⊂Q⊂R

Gambar 2.3 Himpunan Bagian Sejati

Himpunan Kuasa

Definisi 1.6 Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan semua himpunan bagian

dari A , termasuk himpunan kosong, dan himpunan A sendiri.5 Notasi: P(A) atau 2A

Contoh:

 Jika A={1, 2} , maka P(A)=

{∅

,{1},{2},{1, 2}

}

 Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P()={} , dan himpunan kuasa dari P

(

{}

)

=

{

∅,{}

}

.
(11)

Catatan:

Dalam beberapa literatur, notasi untuk himpunan kuasa adalah “℘” .

Operasi terhadap Himpunan

Terhadap dua himpunan atau lebih, dapat dilakukan operasi

untuk menghasilkan himpunan lain.

1. Irisan (Intersection)

Definisi 1.7 Irisan (intersection) dari himpunan A dan B

adalah sebuah himpunan yang setiap elemennya merupakan elemen

dari himpunan A dan himpunan B .6

Notasi: A ∩B={x | x∈A dan x∈B}

Contoh:

Jika A={1, 3, 5} dan B={1, 2,3, 9} , maka A ∩B={1, 3} . Diagram Venn untuk A ∩B ditunjukkan pada Gambar 2.4.

A ∩B

Gambar 2.4 Irisan Himpunan ( A ∩B ≠∅ )

6 Ibid, hal. 60

(12)

Jika dua himpunan tidak memiliki elemen persekutuan maka

keduanya dikatakan himpunan yang saling lepas (disjoint), dan irisannya merupakan himpunan kosong A ∩B=∅ .

Contoh:

Jika E adalah himpunan bilangan bulat genap dan O adalah himpunan bilangan bulat ganjil, maka E dan O adalah himpunan yang saling lepas, E ∩O=∅ .

Diagram Venn untuk A ∩B= ditunjukkan pada Gambar 2.5.

A ∩B

Gambar 2.5 Irisan Himpunan ( A ∩B=∅ ) 2. Gabungan (Union)

Definisi 1.8 Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya merupakan anggota himpunan

A atau himpunan B .7

Notasi: A∪B={x∨¿ x∈A atau x∈B}

Contoh:

Jika A={1, 3, 5} dan B={1, 2,3, 9} , maka

A∪B={1, 2,3, 5, 9} .

7 Ibid, hal. 61

A

B

(13)

Diagram Venn untuk A∪B ditunjukkan pada Gambar 2.6.

A∪B

Gambar 2.6 Gabungan Himpunan 3. Komplemen

Definisi 1.9 Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A .8

Notasi: A={´ x∨¿ x∈U dan x∉A

Contoh:

Misalkan U={1, 2, 3,… ,9} . Jika A={2x∨x∈Z ,2x<9} , maka

´

A={1, 3, 5,7, 9} .

Diagram Venn untuk A´ ditunjukkan pada Gambar 2.7.

´ A

Gambar 2.7 Komplemen Himpunan

8 Ibid.

A

B

U

A

(14)

Catatan:

Beberapa literatur menuliskan lambang komplemen sebagai Ac atau A' .

4. Selisih (Difference)

Definisi 1.10 Selisih dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen dari A tetapi

bukan elemen dari B . Selisih antara A dan B dapat juga

dikatakan sebagai komplemen B relatif terhadap himpunan A

.9

Notasi: A∖B={x∨¿ x∈A dan x∉B}=A ∩B´

Contoh:

Jika R adalah himpunan semesta, dan A={x∈R|0<x ≤3} serta

B={x∈R|2≤ x<4} , maka A∖B={x∈R|0<x<2} . Diagram Venn untuk A∖B ditunjukkan pada Gambar 2.8.

A∖B

Gambar 2.8 Selisih Himpunan

9 Ibid, hal. 63

(15)

5. Beda-Setangkup (Symmetric Difference)

Definisi 1.11 Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya ada pada himpunan A atau B

, tetapi tidak pada keduanya.10

Notasi: A⊕B=(A∪B)−(A ∩B)=(A∖B)(B∖A)

Diagram Venn untuk A⊕B ditunjukkan pada Gambar 2.9.

A⊕B

Gambar 2.9 Beda Setangkup Himpunan Contoh:

Jika A={2, 4,6} dan B={2, 3,5} , maka A⊕B={3, 4, 5,6} . 6. Perkalian Kartesian (Cartesian Product)

Definisi 1.12 Perkalian Kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan berurutan

(ordered pairs) yang dibentuk dengan komponen pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B .11

Notasi: A × B={(a , b)∨¿ a∈A dan b∈B}

10 Ibid.

(16)

Contoh:

Jika A={x , y} , B={1,2,3} , dan C= , maka

A × B=

{

(x ,1),(x ,2),(x ,3),(y ,1),(y ,2),(y ,3)

}

dan A ×C=∅.

Generalisasi Operasi Himpunan

Operasi himpunan dapat dilakukan terhadap dua himpunan

atau lebih. Dalam hal ini operasi yang melibatkan lebih dari dua

himpunan dapat digeneralisasi sebagai berikut.

Misalkan A1, A2, A3, … , An merupakan himpunan, maka:

A1∩ A2∩ A3∩ …∩ An=¿i=n¿n AiA1∪A2∪A3∪…∪An=¿i=1¿n Ai

A1× A2× A3×… × An= ×n i=1

Ai

¿

{

(

a1, a2, … , an

)

|

a1∈A1,a2∈A2, … , an∈An

}

.

Elemen dari perkalian kartesian A1× A2× A3×… × An

disebut n-tupel.

A1⊕A2⊕A3⊕…⊕An= n i=1

Ai .

Contoh:

(17)

b. Fungsi

Definisi 1.13 Relasi biner antara A dan B adalah himpunan bagian dari A × B .12

Relasi dengan sebuah aturan khusus akan membentuk suatu

fungsi, dimana secara formal fungsi didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 1.14 Sebuah fungsi f adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap obyek x dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal (domain), dengan sebuah nilai unik f(x) dari himpunan kedua (kodomain). Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah hasil (range) fungsi tersebut.13

Fungsi f dari himpunan A ke B dapat ditulis dengan

notasi f:A⟶B , Af B , f:a↦b , atau f(a)=b dengan

(a , b)∈A × B .

Fungsi dapat dianalogikan sebagai sebuah senapan. Fungsi

mengambil amunisi dari suatu himpunan yang dinamakan daerah asal

dan menembakkannya pada suatu himpunan sasaran. Setiap peluru pasti

mengenai sebuah titik sasaran tunggal, tetapi dapat terjadi bahwa

beberapa peluru mendarat pada titik yang sama. Setiap tembakan pasti

12 Ibid, hal. 103

13 Edwin J. Purcell dan Dale Varberg, Calculus with Analytic Geometry 5th Edition (Kalkulus

(18)

menghasilkan lubang pada titik sasaran, namun tidak semua lubang pada

papan sasaran terjadi karena sebuah tembakan.

Gambar 2.10 Fungsi dan Bukan Fungsi

Gambar di atas menunjukkan relasi f dan g dari himpunan

A={1, 2, 3} ke himpunan B={a , b , c} . Relasi f adalah sebuah fungsi, sedangkan relasi g bukan merupakan fungsi karena 1∈A

tidak dipetakan tepat satu elemen di B ; yaitu g(1)=a dan g(1)=b .

Fungsi Surjektif

Definisi 1.15 Fungsi f:X⟶Y disebut fungsi onto/pada (surjektif) jika untuk setiap y∈Y terdapat x∈X sedemikian hingga

(19)

Fungsi Injektif

Definisi 1.16 Fungsi f:X⟶Y disebut fungsi 1−1 (injektif) jika untuk sebarang a1, a2∈A dan a1≠ a2 maka f

(

a1

)

≠ f

(

a2

)

.

Ekivalen dengan kontraposisinya, yakni jika f

(

a1

)

=f

(

a2

)

maka a1=a2 .14

Fungsi Bijektif

Definisi 1.17 Fungsi f:X⟶Y disebut fungsi korespondensi 1−1 (bijektif) jika f merupakan fungsi injektif dan fungsi surjektif.15

Komposisi Fungsi

Dari dua buah fungsi dapat dibentuk fungsi baru dengan

menggunakan range dari fungsi pertama sebagai domain untuk fungsi kedua.

Definisi 1.18 Misalkan f∶A⟶B dan g∶B⟶C adalah fungsi. Komposisi g∘f dari f dan g adalah fungsi dari A ke C

, didefinisikan dengan aturan (g∘f )(x)=g

(

f(x)

)

untuk semua

x∈A .16

14Ibid, hal. 88

15Ibid, hal. 91

(20)

x⟼f(x)⟼g

(

f(x)

)

Gambar 2.11 Komposisi Fungsi

Urutan dalam komposisi fungsi harus diperhatikan karena pada

banyak kasus f∘g ≠ g∘f . Meski bisa saja terjadi f∘g=g∘f . Contoh:

 Misalkan f(x)=x2 dan g(x)=2x+5 . Maka

(f∘g)(x)=f

(

g(x)

)

=(2x+5)2=4x2+20x+25 dan

(g∘f)(x)=g

(

f(x)

)

=2x2+5 .

 Misalkan f(x)=x3 dan g(x)=

3x . Maka

(f∘g)(x)=f

(

g(x)

)

=

(

3 x

)

3=x

dan

(21)
(22)

Proposisi 1.1 Komposisi fungsi bersifat asosiatif.17 Bukti:

Misalkan f∶A⟶B , g∶B⟶C , dan h∶C⟶D adalah fungsi. Untuk sebarang x∈A , maka

(

h∘(g∘f)

)

(x) ¿h

(

(g∘f)(x)

)

¿h

(

g

(

f(x)

)

)

¿(h∘g)

(

f (x)

)

¿

(

(h∘g)∘f

)

(x) .

Terlihat bahwa

(

h∘(g∘f)

)

dan

(

(h∘g)∘f

)

adalah fungsi yang sama.

Proposisi 1.2 Misalkan f∶A⟶B dan g∶B⟶C adalah fungsi. (a) Jika f dan g fungsi injektif, maka g∘f injektif.

(b) Jika f dan g fungsi surjektif, maka g∘f surjektif.18 Bukti:

(a) Asumsikan f dan g fungsi injektif dan misalkan x1, x2∈A . Jika (g∘f)

(

x1

)

=(g∘f)

(

x2

)

, maka

g

(

f

(

x1

)

)

=g

(

f

(

x2

)

)

dan f

(

x1

)

=f

(

x2

)

karena g fungsi

injektif. Selanjutnya karena f fungsi injektif, x1=x2. Hal ini menunjukkan bahwa g∘f merupakan fungsi injektif.

(23)

(b) Asumsikan f dan g fungsi injektif dan misalkan z∈C . Karena g surjektif, terdapat y∈B sedemikian hingga g(y)=z . Karena f surjektif, terdapat x∈A sedemikian hingga f (x)=y . Karenanya (g∘f)(x)=g

(

f (x)

)

=g(y)=z , dan ditunjukkan bahwasanya g∘f merupakan fungsi surjektif.

Definisi 1.19 Misalkan A adalah fungsi. Fungsi identitas 1A:A⟶A didefinisikan dengan 1A(x)=x untuk semua x∈A

.19

Jika f:A⟶B adalah fungsi, maka fungsi g:B⟶A

disebut invers untuk f jika g∘f=1A dan f∘g=1B .

Proposisi 1.3 Misalkan f :A⟶B adalah fungsi. Jika f memiliki invers, maka f pasti merupakan fungsi bijektif. Sebaliknya, jika f

fungsi bijektif maka f memiliki invers tunggal.20 Bukti:

Pertama asumsikan f memiliki invers g:B⟶A

sedemikian hingga g∘f=1A dan f∘g=1B . Ambil sebarang

y∈B , maka y=1B(y)=f

(

g(y)

)

, dan f memetakan g(y)

pada y menunjukkan bahwa f surjektif. Jika x1, x2∈A

(24)

dengan f

(

x1

)

=f

(

x2

)

, maka g

(

f

(

x1

)

)

=g

(

f

(

x2

)

)

dan x1=x2 karena g∘f=1A . Jadi f merupakan fungsi injektif.

Berikutnya, asumsikan f fungsi bijektif. Akan didefinisikan

fungsi g:B⟶A sebagai berikut. Untuk setiap y∈B , terdapat

x∈A dengan f(x)=y karena f surjektif. Selanjutnya, hanya ada x∈A tunggal karena karena f injektif. Karenanya dapat

didefinisikan g(y)=x , dan dari definisi ini diperoleh g

(

f(x)

)

=x

untuk semua x∈A . Untuk sebarang y∈B , berlaku g(y)=x

untuk x∈A yang mana f(x)=y . Jadi f

(

g(y)

)

=f(x)=y untuk semua y∈B , hal ini menunjukkan bahwa g adalah invers dari

f .

Andaikan fungsi h:B⟶A juga merupakan invers dari f .

Maka

h=h∘1B=h(f∘g)=(h∘f)∘g=1A∘g=g , ketunggalan identitas pada komposisi fungsi terpenuhi.

c. Operasi Biner

Fungsi bukanlah bilangan, namun fungsi dapat dioperasikan

seperti halnya bilangan. Jika dua bilangan a dan b dioperasikan maka akan diperoleh bilangan baru, begitu juga dengan fungsi, ketika dua

(25)

Di dalam pembahasan fungsi dikenal istilah operasi biner,

sebuah operasi yang mengkombinasikan dua elemen dalam satu waktu.

Definisi 1.20 A binary operation ¿ on a set S is a rule that assigns to each ordered pair (a , b) of elements of S a unique element a∗b of S . (Operasi biner ¿ pada himpunan S

adalah aturan yang memasangkan setiap pasangan berurutan (a , b) elemen S tepat satu elemen a∗b pada S ).21

Dari Definisi 1.20 diperoleh dua poin penting mengenai operasi

biner:

1) Setiap pasangan elemen (a , b) di S dikaitkan dengan tepat satu elemen ab di S .

2) Setiap elemen yang dikaitkan dengan pasangan elemen (a , b)

pada S merupakan elemen di S .

Kondisi 1 disebut juga dengan kondisi terdefinisi dengan baik

(well-defined), sedangkan kondisi 2 disebut juga dengan kondisi tertutup (closed).

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, operasi biner

dapat dianalogikan sebagai sebuah “mesin” yang mempunyai dua buah

input dari elemen-elemen di suatu himpunan tak kosong S dengan

(26)

output satu elemen di S juga. Jika “mesin” tersebut hanya mempunyai satu input dan satu output maka dikatakan operasi unary.

Gambar 2.12 “Mesin” Operasi Biner

Contoh:

 +¿={1,2, 3,…}

Z¿ adalah himpunan bilangan bulat positif.

Penjumlahan dan perkalian merupakan operasi biner di +Z¿¿ karena

untuk sebarang x , y+¿ Z¿ berlaku +¿

x+y∈Z¿ dan +¿

x × y∈Z¿ .

Tetapi pengurangan bukan operasi biner di +Z¿¿ karena terdapat

+¿

x−y∉Z¿ , contohnya +¿

5−8∉Z¿ .

 Penjumlahan, pengurangan, dan perkalian semuanya adalah operasi biner di himpunan bilangan riil karena a+b , ab , dan a ×b merupakan bilangan riil untuk setiap pasang a dan b

(27)

 Pembagian bukan merupakan operasi biner di R karena pembagian dengan nol tidak terdefinisi. Tetapi pembagian merupakan

operasi biner di himpunan bilangan riil tak nol R−{0} .

Sesuai dengan namanya, operasi biner hanya boleh dilakukan

terhadap dua unsur, sehingga abc tidak bisa langsung diselesaikan. Agar dapat diselesaikan maka harus diubah menjadi

(a∗b)∗c atau a∗(b∗c) terlebih dahulu.22

Operasi biner tidak harus dinotasikan dengan ¿ , namun dapat

juga dengan simbol-simbol lain diantaranya ∘,⋆,⋄ atau dengan

operasi standar ×, ÷ ,+,−¿ .

Dalam skripsi ini notasi ab akan lebih sering ditulis sebagai ab , kecuali jika operasi tersebut telah didefinisikan secara jelas.

d. Tabel Cayley

Pada abad ke-19 seorang matematikawan berkebangsaan Inggris,

Arthur Cayley, menjelaskan mengenai struktur dari grup hingga (finite group) dengan menyusun semua hasil (product) yang mungkin dari semua elemen grup ke dalam sebuah tabel berbentuk persegi yang

disebut tabel Cayley. Berikut ini contoh tabel Cayley untuk himpunan

{−1, 1} dengan operasi perkalian.

Tabel 2.1 Contoh Tabel Cayley

(28)

Untuk menghindari kesalahpahaman, disepakati bahwa faktor

yang tercetak dalam baris ditulis pertama, dan faktor yang tercetak di

kolom ditulis kedua.23 Sebagai contoh, perpotongan dari baris a dengan kolom b adalah ab bukan ba, sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Membaca Tabel Cayley

Cayley sebenarnya menyusun tabelnya sedemikian hingga unsur

identitas berada pada urutan pertama, dengan mengilangkan header

kolom dan baris. Contoh tabel Cayley tanpa header untuk penjumlahan pada Z3 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Tabel Cayley tanpa Header

(29)

Operasi biner pada himpunan berhingga pada umumnya

disajikan melalui tabel Cayley. Sebagai contoh diberikan himpunan

T={a , b , c} yang memuat 3 elemen. Operasi biner pada T didefinisikan berdasarkan tabel berikut.

Tabel 2.4 Operasi Biner pada {a, b, c}

2. Grup

a. Definisi Grup

Definisi 2.1 Grup G ,∗¿

¿ adalah himpunan tak kosong G dengan

operasi biner ¿ yang memenuhi aksioma-aksioma berikut:

 Operasi biner ¿ bersifat asosiatif. Yakni untuk sebarang a , b , c∈G berlaku (a∗b)∗c=a∗(b∗c) .

(30)

 Untuk setiap a∈G , terdapat elemen invers a di G yang dinotasikan dengan a−1

, sedemikian hingga a∗a−1 =a−1

∗a=e .

Contoh:

Misalkan G=

{

(a ,b)∨a , b∈Z

}

. Didefinisikan operasi biner ¿ pada G , yaitu untuk setiap (a , b),(c , d)∈G berlaku

(a , b)∗(c ,d)=(a+c , b+d) . G adalah grup terhadap operasi ¿ karena ketiga aksioma grup terpenuhi:

(i) Ambil sebarang (a , b),(c , d),(e , f)∈G , dengan memperhatikan sifat penjumlahan bilangan bulat didapatkan

(

(a , b)∗(c , d)

)

∗(e , f) ¿(a+c , b+d)∗(e , f) ¿

(

(a+c)+e ,(b+d)+f

)

¿

(

a+(c+e), b+(d+f)

)

¿(a , b)∗(c+e , d+f) ¿(a , b)∗

(

(c ,d)∗(e , f)

)

. Operasi ¿ bersifat asosiatif.

(ii) Jika dipilih elemen (0,0)∈G , maka untuk setiap (a , b)∈G

akan berlaku

(0,0)∗(a , b) ¿(0+a ,0+b) ¿(a , b)

¿(a+0, b+0)

¿(a , b)∗(0,0) .

(0,0)∈G merupakan elemen identitas pada G .

(iii) Untuk sebarang (a , b)∈G ditentukan (– a ,−b)∈G , sehingga akan berlaku

(a , b)∗(−a ,−b) ¿

(

a+(−a), b+(−b)

)

¿(aa , bb) ¿(0,0)

(31)

¿(−a ,−b)∗(a , b) .

Setiap elemen (a , b)∈G memiliki elemen invers terhadap

operasi ¿ yaitu (– a ,b)∈G .

Catatan:

Pada operasi penjumlahan, elemen identitas seringkali dilambangkan dengan 0G atau 0 , dana menyatakan invers dari a .

Sedangkan pada operasi perkalian, elemen identitas sering dilambangkan dengan 1G atau 1 , dan x−1 menyatakan invers dari x .

b. Grup Komutatif

Definisi 2.2 Grup G ,∗¿

¿ disebut abelian jika memenuhi hukum komutatif

xy=yx

untuk setiap x , y∈G .24 Contoh:

Z5 adalah grup abelian terhadap operasi penjumlahan. Elemen 0

adalah identitas dalam grup tersebut, dan setiap elemen dari Z5 memiliki invers. Hal ini ditunjukkan pada tebel Cayley berikut. Tabel

Cayley grup abelian simetris terhadap diagonal utamanya.

(32)
(33)
[image:33.612.281.424.146.293.2]

Tabel 2.5 Grup Abel Z5,+¿ ¿

c. Notasi Pangkat

Berbeda dengan perpangkatan pada sistem bilangan bulat yang

menyatakan bahwa untuk n∈Z maka an=a ×a × a ×… × a

sebanyak n faktor ,

perpangkatan pada grup tidak selalu berarti perkalian berulang, tetapi

bergantung pada operasi dalam grup tersebut.

Definisi 2.3 Jika G adalah grup dan g∈G , maka didefinisikan

g0=e . Untuk n∈N , didefinisikan

gn=g∗g∗…∗g

n

dan

gn =g−1

∗g−1

∗…∗g−1

n

(34)

Contohnya, jika G adalah grup terhadap operasi penjumlahan dan g∈G maka

gn=

g+g+…+g sebanyak n suku

=ng .

Definisi 2.4 Misalkan x adalah sebarang elemen pada grup G , dan n adalah bilangan bulat. Pangkat ke- n dari x , xn ,

didefinisikan sebagai berikut:

(i) x0=e , x1=x , dan x−1 adalah invers dari x (ii) xn+1

=xnx jika n>0 (iii) xn

=

(

xn

)

−1

jika n<0 .25

Proposisi 2.1 Misalkan G adalah grup. Jika (ab)−1=b−1a−1 .26 Bukti:

Berdasarkan aksioma grup diperoleh

(ab)

(

b−1 y−1

)

¿a

(

b

(

b−1a−1

)

)

¿a

(

(

b b−1

)

a−1

)

¿a

(

e a−1

)

¿a a−1 ¿e .

25 Derek J. S. Robinson, A Course in the Theory Groups 2nd Edition, (New York:

Springer-Verlag New York Inc., 1996), hal. 3

(35)

Begitu juga

(

b−1a−1

)

(ab)=e , sehingga b−1

a−1 adalah invers dari ab .

Proposisi 2.2 Pada sebarang grup, persamaan xa=b mengakibatkan x=b a−1 dan persamaan ax=b mengakibatkan x

=a−1b .27 Bukti:

xa ¿b ax ¿b

xa a−1

¿b a−1

a−1 ax

¿a−1 b

xe ¿b a−1 ex

¿a−1 b

x ¿b a−1 . x

¿a−1b .

Proposisi 2.3 Misalkan G adalah grup. Untuk sebarang a∈G , berlaku

(

a−1

)

−1

=a .28 Bukti:

Perhatikan bahwa invers dari a−1 adalah

(

a−1

)

−1

sehingga

a−1

(

a−1

)

−1 =e .

(

a−1

)

−1

¿e

(

a−1

)

−1 ¿a a−1

(

a−1

)

−1 ¿ae
(36)

¿a .

Teorema 2.1 Jika m dan n bilangan bulat dan x adalah elemen grup G , maka:

(i) xmxn=xm+n=xnxm

(ii)

(

xm

)

n=xmn=

(

xn

)

m .29
(37)

Bukti:

(i) Asumsikan xmxn=xm+n benar untuk m ,nZ .

Misalkan m ,n ≥0 ,

xm

=xm+nxn Proposisi 2.2

m=m+n+(−n) sifat penjumlahan pada Z m=m

xn

=xm

xm+n Proposisi 2.2

n=−m+m+n sifat penjumlahan pada Z

n=n

Untuk m ,n<0 , inverskan hipotesis sehingga

(

xmxn

)

−1=

(

xm+n

)

−1 xn

xm

=xm+(−n)

xn

=xm+(−n)xm ...(a) Proposisi 2.2

n=−m+(−n)+m sifat penjumlahan pada Z −n=−n

xm

=xnxm+(−n) ...(b) Proposisi 2.2

−m=n+(−m)+(−n) sifat penjumlahan pada Zm=−m

Untuk m>0 dan n<0 , substituskan persamaan (a)

xmxn

=xmxm+(−n)

xm

(38)

m−n=m−n

Untuk m<0 dan n>0 , substitusikan persamaan (b)

xm

xn=xnxm+(−n)

xn −m+n=n+(−m)+(−n)+n −m+n=−m+n

Terbukti xmxn=xm+n

=xnxm berlaku pada setiap m ,n∈Z .

d. Kanselasi (Pembatalan)

Proposisi 2.4 Jika diketahui G merupakan grup dan a , b , c∈G ,

maka ac=bc mengakibatkan a=b dan ca=c b

mengakibatkan a=b .30 Bukti:

Berdasarkan aksioma grup terdapat elemen c−1 yang merupakan invers elemen c . Dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan

c−1 diperoleh:  Kanselasi Kanan

ac=bc

(ac)c−1=(bc)c−1 a

(

c c−1

)

=b

(

c c−1

)

ae=be

a=b .

(39)
(40)

 Kanselasi Kiri

c−1(

ca)=c−1 (cb)

(

c−1c

)

a=(c−1c)b ea=eb

a=b .

e. Order Grup dan Order Unsur

Definisi 2.5 Misalkan G ,∗¿ ¿ suatu grup. Banyaknya seluruh elemen di G (kardinalitas himpunan G ) disebut order dari grup G , dinotasikan dengan |G| . Grup G dikatakan grup hingga jika

order himpunan G berhingga.31 Contoh:

Grup Z5 adalah grup hingga dengan order 5 . Dan Z membentuk grup tak-hingga terhadap operasi penjumlahan, ditulis

|Z|= .

Definisi 2.6 Misalkan a adalah elemen pada grup G . Jika terdapat bilangan bulat positif n sedemikian hingga an=e , maka dikatakan a memiliki order berhingga, dan bilangan bulat positif terkecil n disebut order dari elemen a , dinotasikan dengan

(41)

O(a). Jika tidak ada n yang memenuhi persamaan di atas maka dikatakan a memiliki order tak-hingga.

Contoh:

 Pada Z5,+¿

¿ elemen identitas e=0 . 21

=2 24

=2+2+2+2=3 22=2+2=4 25=2+2+2+2+2=0 23

=2+2+2=1 Jadi O(2)=5 .

f. Ketunggalan Identitas dan Invers

Proposisi 2.5 Elemen identitas pada grup G adalah tunggal; yakni, hanya ada tepat satu elemen e∈G sedemikian hingga eg=¿=g untuk semua g∈G .32

Bukti:

Jika e dan e' adalah elemen identitas di G , maka berlaku

e ¿e e'

¿e'e

¿e' .

Proposisi 2.6 Jika g sebarang elemen di grup G maka invers dari g , yakni g' , adalah tunggal.33

(42)

Bukti:

Jika g' dan g' ' adalah invers dari g pada G , maka

g' ¿g'e ¿g'

(

g g' '

)

¿

(

g'g

)

g' ' ¿e g' '

¿g'' .

3. Subgrup

Definisi 3.1 Misalkan G ,∗¿ ¿ adalah grup, dan H merupakan himpunan bagian dari G . H disebut subgrup dari G jika H adalah grup terhadap operasi ¿ .34

Subgrup H disebut subgroup trivial jika H={e} , dengan e∈G merupakan elemen identitas di G . Subgrup H disebut

subgrup sejati jika H ≠ G .

Jika H adalah subgrup dari G , dinotasikan H ≤ G ; jika

H adalah subgrup sejati dari G , yaitu H ≠ G , dinotasikan H<G .35

Contoh:

34 William D. Blair dan John A. Brachy, Abstract Algebra …, hal. 100

(43)

Himpunan bilangan riil tak nol, R−{0} , adalah grup terhadap operasi perkalian. Elemen identitas pada grup ini adalah 1 dan invers dari setiap

elemen a∈R−{0} adalah 1

a . Q=

{

p

q

|

p , q∈Z dan p , q ≠0

}

adalah subgrup dari

(

R−{0}

)

, karena Q∈R−{0} dan Q merupakan grup terhadap operasi perkalian.

Proposisi 3.1 Himpunan bagian H dari G adalah subgrup jika dan hanya jika memenuhi kondisi berikut.

(i) e elemen identitas di G , e∈H .

(ii) Jika h1, h2∈H , maka h1h2∈H .

(iii)Jika h∈H , maka h−1 H .36 Bukti:

Pertama, akan ditunjukkan jika H adalah subgrup dari G

maka ketiga kondisi terpenuhi. Asumsikan bahwa H adalah subgrup dari

G , berlaku:

 Karena H adalah grup, maka H pasti memiliki identitas eH ; sehingga eHeH=eH . Karena H adalah subset dari G maka pasti eH∈G , dan pada grup G berlaku e eH=eHe=eH . Dari kedua persamaan tersebut diperoleh eHeH=e eH . Dengan teorema kanselasi kanan akan didapati eH=e , sehingga terbukti bahwa e∈H .

(44)

 Karena H adalah grup, maka operasi biner pada H bersifat tertutup, dan kondisi kedua terpenuhi.

 Untuk membuktikan kondisi ketiga, misalkan h∈H . Karena H

adalah grup, terdapat h'∈H sedemikian hingga hh'=h'h=e .

Karena sifat ketunggalan invers pada G , maka h'=h−1 .

Sebaliknya, jika ketiga kondisi terpenuhi maka H adalah subgrup dari G. Asumsikan ketiga kondisi terpenuhi.

 Karena G grup, maka untuk a , b , c∈G berlaku (ab)c=a(bc) . Karena H⊆G , maka setiap elemen H juga merupakan elemen

G dan untuk setiap a , b , c∈H juga berlaku (ab)c=a(bc) .

 Setiap elemen dari H memiliki invers karena kondisi (iii).

 Jika h , h−1H maka hh' =h'h

=e , karena kondisi (ii) dan (i). Ketiga aksioma grup terpenuhi, H adalah grup terhadap operasi

yang sama pada grup G , dan H⊆G . Sehingga H adalah subgrup

dari G .

Proposisi 3.2 Misalkan H adalah himpunan bagian dari G dan H ≠∅ . H adalah subgrup dari G jika dan hanya jika untuk

sebarang g , h∈H berlaku g h−1 H .37 Bukti:

(45)

Pertama, asumsikan bahwa H adalah subgrup dari G . Setiap elemen dari H memiliki invers dan operasi di dalam H bersifat tertutup; untuk setiap g , h∈H terdapat h−1

H , hh'=h'h=e dan

g−1

H ,¿'=g'g=e sehingga benar untuk sebarang g , h∈H berlaku g h−1

H .

Sebaliknya, asumsikan benar untuk sebarang g , h∈H berlaku g h−1H .

 Sifat asosiatif pada H berlaku karena H⊆G .

 Menurut hipotesis, untuk sebarang h∈H berlaku

h h−1 =h−1

h=e∈H ; terdapat elemen identitas pada H dan setiap elemen di H memiliki invers.

Karena H merupakan grup terhadap operasi yang berlaku di G

dan H⊆G , benar bahwa H adalah subgrup dari G .

4. Grup Siklik

Definisi 4.1 Jika G adalah grup dan a∈G ,

a

=

{

an

|

n∈Z

}

adalah

subgrup siklik dari G yang dibangun oleh a . G disebut grup siklik

jika terdapat a∈G dengan G=

a

, dalam kasus ini a disebut sebagai generator (pembangun) dari G.
(46)

Grup siklik dapat memiliki lebih dari satu generator. 1 dan 5 keduanya

adalah generator dari Z6,+¿

¿ ; sehingga

Z6,+¿

¿ adalah grup siklik.

(47)

⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

10=0 20=0 30=0 40=0 50=0

11

=1 21

=2 31

=3 41

=4 51

=5 12

=2 22

=4 32

=0 42

=2 52

=4

13=3 23=0 33=3 43=0 53=3

14=4 24=2 34=0 44=4 54=2

15=5 25=4 ⋮ 45=2 55=1

16=0 26=0 46=0 56=0

⋮ ⋮ ⋮ ⋮

Tidak setiap elemen pada grup siklik merupakan generator dari grup

tersebut, contohnya 2,3, dan 4 bukan merupakan generator dari

Z6,+¿

¿ . Order dari

Z6,+¿

2¿ adalah 3 . Subgrup siklik yang dibangun

oleh 2 adalah

2

={0, 2, 4} .

Teorema 4.1 Setiap grup siklik adalah grup abelian.38

Bukti:

Misalkan G adalah grup siklik dan a∈G adalah generator untuk G . Jika g dan h sebarang elemen pada G , maka keduanya dapat

(48)

ditulis sebagai bentuk pangkat dari a , katakanlah g=ar dan h=as

untuk r , s∈Z . Karena

gh=aras=ar+s =as+r

=asar=hg ,

maka G adalah grup abelian.

Teorema 4.2 Setiap subgrup dari sebuah grup siklik adalah subgrup siklik.39 Bukti:

Subgrup Grup Siklik

p

⟶Siklik

q

Jika p dan q benar maka pernyataan di atas bernilai benar.

Misalkan G adalah grup siklik yang dibangun oleh a ,

G=

{

an

|

a∈Z

}

. Andaikan H adalah subgrup dari G . H ≤ G ,

H=

{

¿trivial(a) ¿non trivial(b)

(a) H={e}=

{

e0

}

=

e

subgrup siklik dengan generator e , n=0 .

(b) ∃g∈H dengan g ≠ e sedemikian hingga g=an untuk n∈Z

, n>0 .

Misalkan m adalah bilangan bulat terkecil sedemikian hingga am∈H , m eksis karena 0≤ m<n . Kita nyatakan benar bahwa

(49)

H siklik, dimana h=am adalah generator dari H . Harus

ditunjukkan bahwa untuk setiap h'∈H dapat ditulis sebagai bentuk pangkat dari h . Karena h'∈H dan H ≤ G , maka h'=ak

untuk k∈Z , k>0 . Dengan algoritma pembagian, nilai q dan r dapat dicari, yakni k=mq+r dimana 0≤ r<m ; sehingga

ak=amq+r

=

(

am

)

qar

=hqar.

Diperoleh ar=akhq . Karena

ak, hq

H maka ar∈H . Karena m adalah bilangan bulat positif terkecil, akibatnya r=0 dan k=mq . Oleh karenanya,

h'=ak=amq=hq

dan H dibangun oleh h .

5. Grup Permutasi a. Permutasi

Topik pada bab ini berkaitan erat dengan komposisi fungsi,

untuk itu perlu ditegaskan kembali notasi yang nantinya digunakan

penulis sehingga tidak terjadi perbedaan penafsiran di antara penulis dan

para pembaca.

Di antara referensi yang penulis gunakan, terdapat perbedaan

(50)

paling umum adalah sebagaimana pada Definisi 1.18. Komposisi

(g∘f) dikerjakan dari kanan ke kiri (right-to-left), yaitu f

dieksekusi terlebih dahulu baru kemudian hasilnya disubstitusikan pada

fungsi g . Sedangkan pendapat kedua adalah sebaliknya, komposisi

(g∘f) dikerjakan dari kiri ke kanan (left-to-right), yaitu g

dieksekusi terlebih dahulu baru kemudian hasilnya disubstitusikan pada

fungsi f .

Perbedaan di atas terjadi karena perbedaan penulisan fungsi,

dimana pendapat kedua menyatakan fungsi dengan notasi fungsi di

sebelah kanan pra-bayangannya; f(x) ditulis (x)f . Dalam notasi

yang umum komposisi fungsi x⟼f (x)⟼g

(

f(x)

)

ditulis

(g∘f)(x) , sedangkan pada pendapat kedua komposisi fungsi

x⟼(x)g⟼

(

(x)g

)

f ditulis (x)(g∘f) . Demikian notasi komposisi kedua pendapat saling bertolak belakang dikarenakan perbedaan urutan

perkalian antara fungsi dengan pra-bayangannya.

Dengan pertimbangan menyesuaikan dengan konsep yang telah

digunakan secara umum, dalam skripsi ini penulis mengikuti pendapat

pertama dalam menuliskan notasi komposisi fungsi. Selanjutnya,

(51)

Definisi 5.1 A permutation of a set X is a bijection from X to itself. (Permutasi pada himpunan X adalah fungsi bijeksi dari himpunan X ke himpunan itu sendiri.)40

Misalkan X={1,2,… , n} , maka permutasi σ:X⟶X dapat divisualisasikan sebagai berikut

Gambar 2.13 Permutasi

dengan σ(1), σ(2), … , σ(n)∈X , dan σ(1)≠ σ(2)≠ …≠ σ(n) .

Permutasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, diantaranya

dengan notasi dua-baris dan notasi siklik.

1) Notasi Dua-Baris (Two-Rowed Notation).

Permutasi σ:{1, 2,… , n}{1,2,… , n} ditulis dalam bentuk matriks 2× n , dimana kedua baris berisi angka 1,2,… , n . Bayangan dari i adalah angka yang ditulis di bawah i .

σ=

(

1 2

σ(1) σ(2)

i n

σ(i) … σ(n)

)

.

Contoh:

40 Joseph J. Rotman, Advanced Modern…, hal. 40

[image:51.612.189.530.525.680.2]
(52)

Misalkan X={1,2, 3} . Permutasi σ=

(

1 2 3

2 3 1

)

mendefinisikan fungsi σ dengan σ(1)=2 , σ(2)=3 , dan σ(3)=1 .

2) Notasi Siklik (Cycle Notation)

Permutasi σ:{1, 2,… , n}{1,2,… , n} ditulis dalam bentuk σ=

(

a1a2…an

)

, dimana

σ

(

a1

)

¿a2 σ

(

a2

)

¿a3

σ

(

an1

)

¿an

σ

(

an

)

¿a1 .

Notasi siklik untuk σ dapat juga ditulis σ=

(

a2a3…ana1

)

,

σ=

(

a3… ana1a2

)

dan seterusnya. Terdapat n cara berbeda dalam menuliskan notasi siklik permutasi tersebut, bergantung pada

titik mulainya.

Contoh:

Perhatikan himpunan {a , b , c ,d} , kita notasikan (a b c d) untuk permutasi

(53)

Bentuk (a b c d) disebut notasi siklik. Jika ada elemen yang hilang pada notasi siklik maka artinya elemen tersebut dipetakan

pada dirinya sendiri. Sebagai contoh permutasi (a b) berarti

a⟶b b⟶a c⟶c d⟶d .

Permutasi Identitas

Permutasi identitas adalah fungsi bijektif yang memetakan setiap

elemennya pada dirinya sendiri. Untuk σ:{1, 2,… , n}{1,2,… , n} , permutasi identitas σid pada {1,2,… , n} adalah

σid=

(

1 2

1 2

… n … n

)

,

atau dalam notasi siklik biasa ditulis σid=(1) .

Invers Permutasi

Diberikan σ=

(

1 2

σ(1) σ(2)

n

… σ(n)) di S , invers dari σ

dapat dicari dengan melihat elemen S pada baris kedua dan mencari

bayangannya pada baris pertama, atau dengan menukar baris pertama

dengan baris kedua kemudian mengurutkan kembali susunan kolomnya.

Contoh:

Misalkan σ=

(

1 2

4 3 3 4

1 2

)

, maka σ

−1 ¿

(

4 3 1 2

1 2 3 4

)

σ−1 ¿

(

1 2 3 4
(54)

Komposisi Permutasi

Diberikan permutasi σ=

(

1 2 σ(1) σ(2)

n

… σ(n)) dan

τ=

(

1 2 τ(1) τ(2)

n

… τ(n)) . Komposisi dari kedua permutasi tersebut

adalah

στ=

(

1 2

σ

(

τ(1)

)

σ

(

τ(2)

)

n

… σ

(

τ(n)

)

)

.

Contoh:

Misalkan σ=

(

1 2

4 3 3 4

1 2

)

dan τ=

(

1 2 2 3

3 4

4 1

)

. Maka

στ ¿

(

1 2 2 3

3 4 4 1

)(

1 2 4 3

3 4 1 2

)

¿

(

1 2 3 1

3 4

2 4

)

=(132) .

τσ ¿

(

1 2 4 3

3 4 1 2

)(

1 2 2 3

3 4 4 1

)

¿

(

1 2 1 4

3 4

(55)

b. Grup Simetrik

Definisi 5.2 Himpunan semua permutasi dari himpunan S

dinotasikan dengan Sym(S) . Himpunan semua permutasi dari

himpunan {1,2,… , n} dinotasikan dengan Sn .41

Sym(S) disebut grup simetrik dari S . Bagaimana himpunan permutasi-permutasi tersebut dapat membentuk sebuah grup

akan ditunjukkan pada proposisi berikut.

Proposisi 5.1 Jika S adalah sebarang himpunan tak kosong, maka

Sym(S) adalah grup terhadap operasi kompsisi fungsi.42 Bukti:

Sesuai dengan Proposisi 1.1 komposisi fungsi bersifat asosiatif.

Elemen-elemen dari Sym(S) adalah permutasi yang tidak lain merupakan fungsi bijektif (pasti bersifat tertutup); berdasarkan Proposisi 1.3 maka

setiap elemen dari Sym(S) memiliki invers. Aksioma grup yang ketiga adalah eksistensi elemen identitas, Sym(S) memiliki elemen identitas tunggal berupa fungsi identitas pada S . Karena ketiga

aksioma grup terpenuhi, maka benar bahwa Sym(S) adalah grup terhadap operasi komposisi fungsi.

(56)

Grup simetrik dari himpunan dengan n elemen, Sn , disebut grup simetrik dengan n unsur. Untuk melihat bahwa Sn

memiliki elemen sebanyak n ! , misalkan S={1, 2,…, n} . Untuk mendefinisikan permutasi σ:S⟶S , terdapat n pilihan dalam

menentukan σ(1) . Agar σ merupakan fungsi injektif maka

σ(2)≠ σ(1) sehingga hanya ada n−1 pilihan dalam menentukan

σ(2) . Dengan melanjutkan analisis ini akan terlihat bahwasanya ada sejumlah n(n−1)(n−2)(2)(1)=n ! kemungkinan permutasi berbeda dari S .

Contoh:

Misalkan S={1, 2, 3} . Semua permutasi π:S⟶S yang mungkin dari himpunan S adalah

π1: 11 22 33

π2: 12 21 33

π3: 13 22 31

π4: 11 23 32

π5: 12 23 31

π6: 13 21 32 .

atau

π1=

(

1 2 3
(57)

π2=

(

1 2 3

2 1 3

)

=(12) π5=

(

1 2 32 3 1

)

=(123)

π3=

(

1 2 3

3 2 1

)

=(13) π6=

(

1 2 33 1 2

)

=(132) . [image:57.612.186.526.269.705.2]

Simetrik grup dengan 3 elemen, S3 , ditunjukkan dalam tabel Cayley berikut.

Tabel 2.7 S3

Definisi 5.3 Misalkan S adalah himpunan dan σ∈Sym(S) . σ disebut sikel dengan panjang k jika terdapat elemen

a1, a2, … , ak∈S sedemikian hingga σ

(

a1

)

=a2

σ

(

a2

)

=a3
(58)

σ

(

ak1

)

=ak

σ

(

ak

)

=a1

dan σ(x)=x untuk semua x∈S dengan x ≠

(

ai

)

untuk i=1, 2,… , k . Dalam hal ini sikel σ ditulis σ=

(

a1a2…ak

)

. 43

Sikel σ dapat juga ditulis σ=

(

a2a3… aka1

)

,

σ=

(

a3… aka1a2

)

dan seterusnya. Terdapat k cara berbeda dalam menuliskan notasi sikel dengan panjang k , bergantung pada titik

mulainya.

Catatan:

Beberapa literatur menggunakan tanda koma “ , ” di antara elemen-elemensikel, σ=

(

a1, a2, …, ak

)

.

Contoh:

 Permutasi

(

1 2 3 2 3 4

4 5 6

5 6 1

)

=(123456) adalah sikel dengan penjang 6.

 Permutasi

(

1 2 3 3 2 4 4

1

)

=(134) adalah sikel dengan panjang 3.
(59)

 Tidak semua permutasi merupakan sikel. Contohnya

(

1 2 3

3 5 4 4 5

1 2

)

=(134) (25) bukan merupakan sikel, tapi permutasi tersebut terdiri atas dua sikel dengan panjang 3 dan 2.

Proposisi 5.2

(i) Invers dari sebuah sikel α=

(

i1i2…ir1ir

)

adalah sikel

(

irir1… i2i1

)

:

(

i1i2…ir1ir

)

−1

=

(

irir1…i2i1

)

. (ii) Jika γ∈Sn dan γ1β2… βk1βk , maka

γ−1 =β−1

−1k−1… β−12β−11 .44 Bukti:

(i) Jika α∈Sn , kita tunjukkan bahwa komposisi dari keduanya sama dengan e .

(

i1i2…ir

) (

irir1…i1

)

=e . (ii) Untuk k=2 , berlaku

(

β1β2

)

(

β−12β−11)=β1

(

β2β−12)β−11=β1β−11=e .

(

β−1

2β−11)

(

β1β2

)

=β−12

(

β−11β1

)

β2=β−12β2=e .

Misalkan δ1β2…βk , sehingga β1β2… βkβk+1=δ βk+1 . Maka

(60)

(

β1β2… βkβk+1

)

−1

¿

(

δ βk+1

)

−1

¿β−1

k+1δ−1 ¿β−1

k+1

(

β1β2… βk

)

−1

¿β−1

(61)

Definisi 5.4 Misalkan σ=

(

a1a2… ak

)

dan τ=

(

b1b2…bm

)

adalah sikel pada Sym(S) , untuk himpunan S . σ dan τ dikatakan

saling lepas jika ai≠ bj untuk semua i dan j .45

Proposisi 5.3 Diberikan sebarang himpunan S . Jika σ dan τ adalah sikel yang saling lepas di Sym(S) , maka στ=τσ .46

Bukti:

Misalkan σ=

(

a1a2…ak

)

dan τ=

(

b1b2… bm

)

. Jika

x∉

{

a1, a2,… , ak

}

dan x∉

{

b1, b2,… , bm

}

, maka kedua permutasi

σ dan τ sama-sama tidak mengubah x , jadi σ(x)=x dan τ(x)=x . Sehingga

στ(x)=σ

(

τ(x)

)

=σ(x)=x=τ(x)=τ

(

σ(x)

)

=τσ(x) .

Selanjutnya, andaikan x∈

{

a1, a2,… , ak

}

maka σ

(

ai

)

=a(i mod k)+1 ;

jadi

a1↦a2 a2↦a3

ak1↦ak

ak↦a1.

Sedangkan τ

(

ai

)

=ai karena σ dan τ saling lepas. Untuk itu
(62)

στ

(

ai

)

¿σ

(

τ

(

ai

)

)

¿σ

(

ai

)

¿a(imod k)+1 ¿τ

(

a(i mod k)+1

)

¿τ

(

σ

(

ai

)

)

¿τσ

(

ai

)

.

Demikian pula jika x∈

{

b1, b2,… , bm

}

, sehingga στ=τσ .

Teorema 5.1 Setiap permutasi di Sn dapat ditulis sebagai perkalian sikel-sikel yang saling lepas.47

Bukti:

Asumsikan X={1,2,… , n} . Misalkan σ∈Sn , definisikan himpunan X1=

{

σ(1)2(1), σ3(1), …

}

. Himpunan X1 berhingga karena X berhingga. Misalkan i adalah bilangan bulat pertama yang tidak terdapat pada X1 , definisikan X2=

{

σ(i), σ2(i), σ3(i),…

}

. X2 juga merupakan himpunan berhingga. Dengan cara seperti ini dapat didefinisikan himpunan berhingga yang saling lepas

X3, X4, … . Karena X adalah himpunan berhingga, dapat dijamin bahwa proses ini akan berakhir dan hanya ada sejumlah bilangan

(63)

terbatas dari himpunan-himpunan ini, katakanlah r . Jika σ1

adalah sikel yang didefinisikan dengan

σi(x)=

{

σ(x),∧x∈Xi x ,∧x∉Xi,

maka σ=σ1σ2…σr . Karena himpunan X1, X2,… , Xr saling lepas, sikel σ1, σ2, … ,σr juga pasti saling lepas.

Contoh:

Misalkan σ=

(

1 2 3

6 4 3

4 5 6

1 5 2

)

dan τ=

(

1 2 3 3 2 1

4 5 6

5 6 4

)

.

Dengan menggunakan notasi siklik dapat dituliskan

σ ¿(1624)

τ ¿(13) (456)

στ ¿(136) (245) τσ ¿(143)(256).

Definisi 5.5 Sikel

(

a1a2

)

dengan panjang 2 disebut transposisi.48

Proposisi 5.4 Sebarang permutasi pada Sn , dimana n ≥2 , dapat ditulis sebagai perkalian transposisi.49

Bukti:

Menurut Teorema 5.1 setiap permutasi di Sn dapat ditulis sebagai perkalian sikel-sikel, jadi kita hanya perlu menunjukkan bahwa sebarang

(64)

sikel dapat dinyatakan sebagai perkalian transposisi. Identitas (1)

dapat dinyatakan sebagai (12)(12) . Untuk permutasi yang lain, pembuktian terpenuhi dengan perhitungan secara eksplisit:

(

a1a2… ar−1ar

)

=

(

a1a2

) (

a2a3

)

(

ar−2ar−1

) (

ar−1ar

)

.

Tidak ada cara tunggal dalam menyatakan sebuah permutasi ke

dalam bentuk perkalian transposisi. Contohnya, identitas (1) selain dapat dinyatakan sebagai (12)(12) dapat juga dinyatakan sebagai

(13) (24) (13)(24) dan banyak cara lain.

Lebih lanjut, tidak ada permutasi yang dapat dinyatakan sebagai

sejumlah genap sikel sekaligus sebagai sejumlah ganjil sikel. Contohnya

(16) dapat dinyatakan sebagai (23) (16) (23) dan juga sebagai

(35) (16)(13)(16) (13) (35)(56) , tetapi (16) selalu merupakan hasil perkalian dari sejumlah ganjil transposisi.

Proposisi 5.5 Jika permutasi identitas id ditulis sebagai perkalian sejumlah r transposisi,

id=τ1τ2… τr

maka r adalah bilangan genap.50 Bukti:

Akan digunakan induksi pada r . Sebuah transposisi tidak

dapat menjadi identitas; oleh karena itu, r>1 . Jika r=2 , maka

(65)

id=τ1τ2 dan persamaan tersebut benar. Andaikan r>2 , pada kasus ini perkalian dari dua transposisi terakhir, τr1τr , pasti memenuhi salah satu kondisi berikut:

(ab) (ab) ¿id (bc)(ab) ¿(ac)(bc) (cd) (ab) ¿(ab) (cd) (ac)(ab) ¿(ab) (bc) , dimana a , b , c dan d berbeda.

Persamaan pertama menunjukkan bahwa sebuah transposisi

adalah invers dari dirinya sendiri. Jika kondisi ini terjadi, hapus

τr1τr dari perkalian untuk memperoleh id=τ1τ2… τr3τr

Gambar

Gambar 2.3.
Gambar 2.5 Irisan Himpunan ( A ∩B=∅ )
Gambar 2.10 Fungsi dan Bukan Fungsi
Gambar 2.11 Komposisi Fungsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Split polygon tool berfungsi untuk membuat suatu garis dari satu titik ke titik yang lainnya, atau untuk membagi sebuah face menjadi beberapa face yang lebih kecil ukurannya.

Application Framework adalah layer untuk melakukan pengembangan pembuatan aplikasi yang akan dijalankan di sistem operasi Android, karena pada layer inilah aplikasi dapat

Penelitian ini menggabungkan algoritma pemilihan fitur information gain dengan algoritma klasifikasi KNN untuk dapat meningkatkan akurasi dalam mem- prediksi

Kelemahan dari algoritma genetik yaitu dikarenakan semua komponen algoritma genetik bersifat random atau acak yang mengakibatkan solusi yang dihasilkan berbeda – beda

2012 Wawan Setiawan Aplikasi Algoritma Spasial dan Temporal Clustering pada Data Curah Hujan Data curah hujan Penelitian yang dilakukan untuk mendapatka n algoritma

Kombinasi algoritma merkle hellman knpsack dan algoritma RSA akan dilakukan pada proses pembgangkitan kunci dengan cara membangkitkan dua kunci publik dan dua kunci

Dari hasil penelitian ini penggunaan algoritma naïve bayes dalam menganalisa sentiment beberapa aplikasi kesehatan yang ada di Indonesia, algoritma naïve bayes

Institut Teknologi Nasional | 21 Gambar 2.9.Arsitektur Backpropagation Dengan keterangan : 𝑥1 s/d 𝑥𝑛 : input layer 𝑧1 s/d 𝑧𝑝 : hidden layer 𝑦1 s/d 𝑦𝑚 : output layer Jaringan saraf