• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Kecil-Oktober 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Usaha Kecil-Oktober 2008"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI OKTOBER 2008

(2)

saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

D a f t a r I si

Perajin sarung Samarinda terseok-seok --- 1

Bank swasta akan dilibatkan salurkan KUR --- 2

BPOM batal musnahkan produk bermelamin --- 3

Implikasi konsumen bermemori jangka pendek--- 4

Pemasok terlambat kirim barang--- 6

Dua Opsi Perkuat UKM --- 8

10% Rak di toko modern kosong --- 9

Dekopin dorong 12 produk koperasi masuk BBJ --- 10

Pasar tradisional sepi saat Lebaran --- 11

Pemerintah Agar Segera Beri Kemudahan Pinjaman Bagi UMKM --- 12

IKM Wajib Siasati Krisis --- 13

Menilik Bisnis Kerupuk Kemplang yang Laris --- 14

Dekopin ragukan efektivitas KUR --- 15

Depperin siapkan 3 skema penyelamatan IKM --- 16

Pengorbanan di balik negosiasi trading term --- 18

'Perubahan Makro tak pengaruhi omzet pemasok' --- 20

Lotte, pemain baru bisnis ritel di Indonesia --- 21

Peritel tolak denda kedaluwarsa --- 23

Sektor UKM Tak Terpengaruh Krisis Ekonomi --- 25

Dana UKM Untuk Jambi Rp. 20 Miliar Ditangguhkan --- 26

KUKM Harus Reposisi Pasar --- 27

IKM berpeluang di bisnis aromaterapi --- 28

Pemerintah survei kredit usaha rakyat --- 29

Peritel enggan jual barang bermerek sama dengan produk bermelamin --- 30

Dana UKM Jambi ditangguhkan --- 31

'Pemprov kurang dana pendirian lembaga penjamin kredit UKM' --- 32

Disprakop Bekasi bangun sentra UKM --- 33

Ormas diminta dorong pemanfaatan kredit mikro --- 34

Sultra fokus berdayakan UMKM --- 36

Momentum Berpaling Kembali ke UMKM --- 37

Baru 14 Persen KUKM Tersentuh Pembiayaan --- 40

(4)

Perajin Tembaga Alihkan Ekspor ke Timur Tengah --- 45

Pasar menengah-atas hadapi cobaan lagi --- 46

Peritel modern akan wajib bayar tunai pemasok kecil --- 48

"Warmasif" Memfasilitasi UKM --- 50

Kadin dorong pendirian bank UMKM --- 51

Peritel pangkas rencana ekspansi 50% --- 53

Perlu Dibentuk Bank UMKM --- 55

Mengembangkan Sektor UMKM --- 57

NTB genjot promosi produk kerajinan --- 58

UKM Sumbar benahi kemasan produk --- 59

Ajak Pengusaha Kembangkan LKM --- 60

Dekranas pacu UMKM Papua Barat --- 62

Pemasok kecil keluhkan harga beli hipermarket--- 63

UKM calon pewaralaba ditampilkan --- 65

'Usaha besar enggan bermitra dengan UKM' --- 66

Penjualan Alfamart Libatkan UKM --- 68

Dekranas dorong omzet UMKM Papua Barat --- 69

Kadin Dukung Pembentukan Bank Khusus UMKM --- 70

Peritel bergengsi berlomba kejar konsumen Indonesia yang suka pamer --- 71

Peritel siapkan langkah atasi pelemahan rupiah --- 73

Pengusaha Kecil Pulihkan Perekonomian --- 75

(5)

Bisnis I ndonesia Senin, 06 Oktober 2008

Pe r a j in sa r u n g Sa m a r in d a t e r se ok - se ok

SAMARINDA: Usaha perajin Sarung Samarinda terseok-seok karena menghadapi persaingan dagang yang ketat, akibat membanjirnya sarung sejenis dari luar daerah yang dibuat menggunakan mesin.

Usaha kerajinan sarung yang mengandalkan alat tenun bukan mesin selama ini hidup segan mati tak mau, saat ini justru disaingi sarung bermotif sama hasil produksi mesin atau pabrik.

"Berbeda dengan Lebaran beberapa tahun lalu, saat ini pasar sarung Samarinda sepi, mungkin karena banyak saingan hasil buatan pabrik," kata Ani, seorang penenun, baru - baru ini.

(6)

Ba n k sw a st a a k a n d ilib a t k a n sa lu r k a n KUR

JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM tetap meneruskan program kredit usaha rakyat (KUR) pada tahun depan dengan melibatkan bank swasta untuk memaksimalkan penyaluran dana tambahan sekitar Rp10 triliun.

Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan pada tahun pertama fokus penyaluran KUR hanya melalui bank pemerintah, dan mulai periode 2009 dirancang agar bank swasta disertakan.

"Bank swasta tersebut termasuk bank pembangunan daerah (BPD) yang beroperasi di seluruh Indonesia, " kata Suryadharma Ali pada acara Halalbihalal, kemarin.

Dengan penambahan dana KUR melalui pola penjaminan, aktivitas usaha mikro dan kecil dipastikan tidak akan tersendat karena faktor permodalan. Namun, dia tidak menjamin aktivitas pelaku usaha skala menengah.

Meski jumlah peminjam KUR saat ini mencapai 1,2 juta pengusaha kecil, Suryadharma belum puas atas pelayanan enam bank penyalur pada tahun ini, yakni BNI, BTN, BRI, Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri dan Bank Bukopin.

Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi dan UKM, realisasi kredit usaha rakyat per September senilai Rp10,065 triliun.

Menteri mengharapkan alokasi kredit yang belum tersalur sekitar Rp4 triliun dari total Rp14,5 triliun, bisa terserap seluruhnya hingga akhir tahun ini melalui peningkatan layanan perbankan.

Nilai kredit per debitor rata-rata Rp8,5 juta. Debitor terbanyak berhasil digaet Bank BRI, yakni 960.000 orang. Bank ini mampu menggaet debitor baru kredit usaha rakyat rata-rata 170.000 orang pengusaha per bulan.

Menurut Suryadharma, instansinya masih mengkaji besaran pinjaman rata-rata yang akan disalurkan melalui bank swasta.

Perluasan akses kredit bagi pengusaha kecil ini, lanjutnya, merupakan upaya mengantisipasi krisis keuangan yang saat ini menimpa Amerika Serikat.

"Karena itu sumber permodalan usaha mikro, kecil menengah (UMKM) harus diperkuat, meski krisis yang melanda AS tidak berdampak langsung terhadap UMKM."

Seperti halnya pinjaman bank berbasis penjaminan pemerintah, pembiayaan dari perusahaan modal ventura dinilai sebagai salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan permodalan sektor pengusaha kecil.

(7)

Bisnis I ndonesia Selasa, 07 Oktober 2008

BPOM b a t a l m u sn a h k a n p r od u k b e r m e la m in

JAKARTA: Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) batal memusnahkan produk mengandung susu melamin asal China kemarin, karena baru lima peritel modern yang melaporkan jumlah produk bermasalah yang ada di gudang toko mereka.

Sementara itu, PT Chi Indonesia, perusahaan MLM (multi level marketing) penjualan susu bubuk full cream Guozhen yang dinyatakan mengandung melamin juga belum mendapat pemberitahuan rencana pemusnahan tersebut.

"Baru sekitar lima peritel modern yang mengirimkan data ada tidaknya produk berbahan susu melamin di tokonya. Baru sedikit bukan karena enggan, melainkan kantor kebanyakan tutup. Karena itu kami akan menunggu satu atau dua hari lagi," kata Sekretaris Jenderal Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) Rudy Sumampouw kepada Bisnis, kemarin.

Aprindo saat ini beranggotakan 95 perusahaan ritel modern di Indonesia, dan lebih dari 70%-nya mengoperasikan format bisnis minimarket, supermarket, dan hipermarket yaitu toko yang menjual makanan dan minuman.

Sebelumnya Rudy memperkirakan data jumlah enam produk yang megandung susu melamin akan berasal lebih dari 20 merek toko modern (Bisnis, 30 Sept.).

Enam produk berbahan susu mengandung melamin yang dipublikasikan Departemen Kesehatan adalah Oreo stick wafer (ML), kembang gula M&M'S (ML), biskuit Snickers (ML), dan susu bubuk full cream Guozhen (ML).

Terkait dengan masalah pemasok produk berbahan susu melamin karena peritel yang akan menyerahkan barang untuk dimusnahkan kepada BPOM, Rudy mengatakan akan diselesaikan masing-masing peritel.

Hendro, Customer Service perusahaan penjualan langsung PT Chi Indonesia, mengatakan sudah tidak menjual produk susu Guozhen sejak dinyatakan BPOM mengandung melamin. "Kami sudah keep [menahan untuk tidak dijual] susu Guozhen, tapi kami sampai hari ini [6 Oktober] belum mendapat konfirmasi soal adanya pemusnahan."

Chi Indonesia merupakan anak perusahaan PT Guozhen asal China dengan mitra lokal. Perusahaan itu beroperasi di Indonesia sejak dua tahun lalu.

Seperti diketahui setelah rapat koordinasi dengan Aprindo, BPOM pada 29 Sept. menginstruksikan seluruh toko modern melalui Aprindo untuk mengumpulkan contoh produk berbahan susu melamin.

Seluruh toko modern melalui Aprindo harus melaporkan jumlah dari enam produk susu bermelamin kepada BPOM.

BPOM akan memusnahkan secara bersamaan seluruh produk yang terkontaminasi itu. Rencananya, pemusnahan produk bermelamin bertempat di PT Holcim Indonesia.

(8)

I m p lik a si k on su m e n b e r m e m or i j a n g k a p e n d e k

Dua kasus terkuak menjelang Lebaran, yaitu produk kedaluarsa di gerai modern dan terdeteksinya produk susu bermelamin pada biskuit dan kembang gula serta susu yang beredar di Indonesia. Ini membuat konsumen mau tidak mau menjadi waspada.

Apalagi dua kasus tersebut ditemukan pada pebisnis yang menyandang nama besar, baik gerai modern tempat ditemukannya produk kedaluarsa. Begitu juga merek produk bergengsi seperti Oreo, dan M&M'S yang mengandung susu bermelamin asal China.

Beberapa pemilik produk yang terkait dengan masalah tersebut berupaya keras meyakinkan konsumennya, bahwa tidak semua produk menjadi 'tertuduh'. Produk bersusu bermelamin cuma ada pada segelintir produk, misalnya.

Siapa tidak khawatir? Begitu kasus terkuak, langsung menimbulkan was-was bagi konsumen. Tanggal kedaluarsa di setiap produk menjadi bergitu penting untuk diperhatikan, sebelum membeli sesuatu.

Merek produk bersusu melamin yang cuma ditemukan pada segelintir produk juga menyebabkan konsumen menjadi ragu. Peritel sekalipun mengambil tindakan yang menurut mereka aman, yaitu tidak menjual semua produk dari merek yang terseret kasus susu bermelamin pada rak toko.

Jangka pendek

Namun Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Group meyakini semua kasus tersebut akan segera dilupakan konsumen. Ini karena konsumen di Indonesia mempunyai memori jangka pendek. Masalah kedaluarsa dan produk susu bermelamin akan segera terlupakan.

Tidak percaya? Lakukan saja uji memori atas kasus terkait dengan makanan yang menghebohkan selama ini. Mampukah memori mengungkap dengan cepat empat kasus terakhir?

Yang tercetus langsung, paling produk kedaluarsa dan susu bermelamin yang menghebohkan selama Ramadan 2008. Kasus formalin pada ikan yang diawetkan serta pada tahu juga masih bisa diingat. Tapi apa lagi kasus yang lain? Mampukah memori dengan cepat terbuka dan membeberkannya?

Setidaknya semua itu menguatkan kesimpulan Handi Irawan atas satu dari 10 karakter unik konsumen Indonesia, yaitu memiliki memori jangka pendek.

Sembilan lainnya konsumen Indonesia suka produk buatan luar negeri, rendah kesadaran terhadap lingkungan, tidak memiliki perencanaan, suka berkumpul, gagap teknologi, mengutamakan context bukan content, beragama dan suka supranatural, pamer dan gengsi, kekuatan sub-culture.

Tidak perlu mengulas kejadian heboh yang sudah lama terjadi, soal formalin yang menghebohkan sebelum ditemukannya susu bermelamin juga seakan terlupakan. Tidak ada lagi, misalnya, kekhawatiran untuk menyantap ikan asin atau tahu.

(9)

Bisnis I ndonesia Selasa, 07 Oktober 2008

"Dalam 3 bulan ke depan, bisnis akan pulih dengan kembali membangun image," kata Handi.

Ada empat penyebab konsumen Indonesia memiliki memori jangka pendek.

Pertama, proses pembelanjaran yang sederhana.

Kedua, pemerintah, media, dan regulasi.

Ketiga, tingkat edukasi.

Keempat, sistem reward dan punishment (penghargaan dan hukuman).

Memori jangka pendek berimplikasi strategis pada bisnis di Indonesia. Strategi bisnis yang cocok dengan karakter konsumen dengan memori jangka pendek adalah mengejar benefit (manfaat) jangka pendek, dan mengatasi problem.

Tapi haruskah memori pendek yang berdampak pada tingkat kewaspadaan konsumen yang 'hangat-hangat tahi ayam' itu dibiarkan terus seperti itu?

Tentu saja ini PR pemerintah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya makanan yang aman dan sehat. Jika kepedulian sudah terbentuk, produsen dan pebisnis pun otomatis menyesuaikannya.

Dengan demikian, konsumen Indonesia mendapat jaminan akan produk yang dibelinya adalah sehat. Bukan malah membiarkan mereka memburu produk yang termurah, tetapi akhirnya menjadi momok kesehatan pada kemudian hari.

Sudah saatnya prilaku konsumen di negara maju, yang peduli makanan sehat dan lingkungan juga ditularkan kepada masyarakat Indonesia. Jadi bukan cuma bicara soal liberalisasi dunia usaha. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(10)

Pe m a sok t e r la m b a t k ir im b a r a n g

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia Indonesia (AP3MI) meminta peritel modern membebaskan pemasok dari denda keterlambatan pengiriman barang (service level), mengingat sampai saat ini baru 40% distributor yang aktif memasok produk.

Ketua Umum AP3MI Susanto memperkirakan distributor yang jumlahnya di Indonesia mencapai lebih dari 6.000 perusahaan, baru seluruhnya akan menjalankan aktivitasnya pada 13 Oktober 2008.

"Aktivitas 6.000 distributor belum bisa pulih seluruhnya. Alasannya di samping ada yang kesulitan mengumpulkan bahan dan pekerja yang mendistribusikan barang [terutama sopir dan kenek] masih banyak yang libur," kata Susanto, kemarin.

Masih banyaknya pekerja yang belum masuk kerja mengingat libur sekolah (SD, SMP, dan SMA) baru akan berakhir pada 13 Oktober, begitu juga aktivitas perguruan tinggi.

Menurut Susanto, toko modern sudah kembali melakukan order barang kepada pemasok atau distributor untuk pengiriman pada tiga dan empat hari setelah Lebaran (5-6 Oktober).

"Distributor saat ini masih kesulitan memenuhi permintaan pengiriman barang ke toko modern, misalnya, seperti pemasok gula merah yang sulit mendapatkan produk karena selama ini dikumpulkan dari sejumlah petani pembuatnya," papar Susanto.

Kerepotan para pemasok atau distributor untuk segera memenuhi permintaan pasokan barang memang selalu terjadi tiap tahunnya sampai tujuh hari setelah Idulfitri.

Namun, untuk tahun masa pemulihan tersebut lebih panjang dari biasanya, karena diprediksi baru pulih pada 12 hari setelah Lebaran.

"Karena itu kami minta pemasok dan distributor untuk periode pemenuhan permintaan pasokan barang tahun ini pascaLebaran, tidak ada yang terkena service level ," kata Susanto.

AP3MI memperkirakan saat ini di Indonesia terdapat 6.000 distributor atau pemasok yang mengirimkan barangnya untuk dijual di jaringan toko modern.

Dari 6.000 distributor itu, 3.000-4.000 di antaranya memasok ke berbagai pulau di Indonesia, sisanya merupakan distributor untuk pasokan di daerah tertentu.

Meski pasokan barang ke toko modern belum pulih sampai 13 Oktober, Susanto meyakini tidak akan berdampak pada konsumen. Hal ini mengingat kebiasaan konsumen untuk segera menggantikan merek dari produk sejenis, jika barang yang dicari tidak ada di gerai.

Produk makanan

(11)

Bisnis I ndonesia Selasa, 07 Oktober 2008

Susanto meyakini toko modern tidak akan menaikkan harga barang, mengingat peritel mendapatkan harga dari pemasok sebelum ada kenaikan harga barang menjelang Lebaran.

Sebelumnya Gabungan Pengusaha Makanan & Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) mengimbau toko modern agar meningkatkan stok makanan dan minuman lima kali lipat dari biasanya, menyusul panjangnya masa libur industri dan distributor.

Ketua Umum Gapmmi Thomas Darmawan mengatakan toko modern biasanya melakukan stok untuk penjualan satu minggu.

Industri dan sebagian besar distributor sudah libur mulai 25 September sehingga toko modern harus menyetok untuk dua minggu, 25 September-6 Oktober.

"Dalam satu minggunya membutuhkan stok 2,5 kali lipat dari minggu biasanya," kata Thomas [25 September].

Berdasarkan penelitian Nielsen Indonesia, selama Ramadan produk yang banyak mengalami lonjakan penjualan adalah margarin, minyak goreng, susu kental manis, susu cair, keju, yoghurt, sirup, biskuit, obat maag, es krim, teh, permen, dan cokelat. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(12)

Ekonomi - Keuangan - Bisnis jakarta | Selasa, 07 Okt 2008

D u a Op si Pe r k u a t UKM

by : Luther Sembiring

MENGANTISIPASI imbas krisis ekonomi global terhadap sektor usaha kecil menengah, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) akan memperkuat kredit Usaha Rakyat (KUR) dan lembaga keuangan ventura.

Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan, pemerintah memperkuat kredit UKM dan menghidupkan lembaga keuangan ventura. “Jadi ada dua hal yang dilakukan pemerintah terkait ambruknya pasar uang di Amerika Serikat,” katanya, di Jakarta, Senin (6/10).

Mengantisipasi meluasnya dampak krisis di Indonesia, pemerintah menerapkan kredit bagi masyarakat yang tak memiliki pekerjaan.

Sistem keuangan AS ambruk menyusul krisis kredit perumahan (mortgage) yang berlangsung Agustus 2007. Kalangan pengamat memprediksi krisis ini akan memukul sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Realisasi KUR

Pemerintah telah menambah nilai KUR senilai Rp1 triliun untuk 2009. Tahun ini, pemerintah menyiapkan kredit KUR Rp1 triliun dengan giring rasio Rp14,5 triliun.

Awal September 2008, realisasi KUR mencapai Rp10,65 triliun dengan debitur mencapai 1,2 juta unit usaha. Nilai rata-rata kredit mencapai Rp8,4 juta per unit. ”Mudah-mudahan bisa terserap sampai akhir tahun ini Rp4,5 triliun,” kata dia.

Menurut Suryadharma, penyaluran KUR bagi UKM akan diperluas dengan melibatkan perbankan swasta dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Saat ini penyaluran KUR belum optimal. ”Kendala selama ini pada pelayanan bukan pendanaan.”

BRI, menyalurkan KUR kepada 120 ribu nasabah dalam tempo delapan bulan. Penyaluran kredit dinilai bukan pekerjaan ringan dan mudah. BRI melayani sedikitnya 5.000 calon debitur per hari.

Mengatasi keterbatasan SDM, katanya, BRI merekrut tenaga luar (outsourcing) guna mengoptimalkan pelayanan kredit. Meski demikian, di sejumlah perbankan penyaluran KUR tidak lagi menggunakan jaminan. ”Dalam praktiknya ada bank yang tidak memberikan jaminan, misalnya, BRI untuk kredit senilai Rp5 juta per unit.”

(13)

Bisnis I ndonesia Rabu, 08 Oktober 2008

1 0 % Ra k d i t ok o m od e r n k oson g

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan kapasitas rak di toko modern sampai kemarin baru terisi 90% karena keterlambatan pemasok mengirimkan barangnya.

Ketua Umum Aprindo Benjamin J Mailool memprediksikan isi gerai di minimarket, supermarket, dan hipermarket baru kembali pulih dan terisi penuh, pada Senin, 13 Oktober.

"Kekosongan rak di toko modern saat ini sekitar 5%-10%, dan diperkirakan kondisinya akan kembali pulih pada minggu depan," kata Benjamin kepada Bisnis, kemarin.

Meskipun ada produk yang biasanya dijual di toko saat ini tidak bisa diperoleh konsumen, Benjamin yakin tidak akan mengganggu kebutuhan masyarakat. Mengingat produk yang tidak belum ada pasokannya lagi ke toko hanya pada beberapa merek.

(14)

D e k op in d or on g 1 2 p r od u k k op e r a si m a su k BBJ

JAKARTA: Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) dan PT Bursa Berjangka Jakarta serta PT Harvestindo Asset Management sepakat memasukkan 12 komoditas ke Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) untuk menjamin kepastian pasar dan harga.

Kedua belas komoditas itu a.l. karet, singkong, beras, jagung, kedelai, tebu, batik, dan produk kerajinan tangan.

Herbeth Mindo Sitorus, Direktur Jaringan Usaha dan Pengembangan Bisnis Dekopin, mengatakan kerja sama ini akan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan pengusaha kecil, khususnya yang menggeluti komoditas pertanian dan kerajinan.

"Pada 14 Oktober, kami merencanakan menandatangani kontrak kerja sama dengan pihak Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT Harvestindo Asset Management. Realisasinya paling lambat pada awal 2009," kata Mindo kemarin.

Satu lembaga lain turut berpartipasi mewujudkan rencana itu adalah dua perusahaan asuransi yang akan menanggung risiko kegagalan pembayaran.

Dalam kerja sama ini Dekopin melalui Jaringan Usaha Koperasi (JUK) akan melaksanakan dan memanfaatkan hasil pendataan, inventarisasi dan klasifikasi koperasi yang sehat modal dan manajemen untuk disertakan dalam perdagangan komoditas.

"Pihak kedua bertugas mengajukan usulan bersama dalam formulasi kebijakan untuk menyertakan koperasi dalam perdagangan atau memfasilitasi dan berkontribusi meningkatkan peran UMKM dalam perdagangan komiditas fisik," papar Mindo.

Lima tahun

Kesepahaman tersebut berlaku untuk lima tahun serta bisa diperpanjang atas kesepakatan bersama sesuai tujuan program itu, yakni menjadi landasan mewujudkan kerja sama yang bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi kerakyatan.

Menurut Mindo, melalui kerja sama tersebut akan melahirkan solusi atas kesulitan pasar komoditas daerah karena UMKM tidak perlu lagi mencari pasar.

Kerja sama tersebut merupakan inovasi baru karena BBJ selama ini hanya berisi lembaran kertas.

Saat ini di Indonesia terdaftar sekitar 130.000 koperasi yang siap masuk BBJ melalui seleksi oleh Dekopin.

"Kami telah bekerja keras mempersiapkan kelembagaan koperasi-koperasi yang layak untuk bisa melakukan transaksi bisnis di Bursa Berjangka Jakarta. "

(15)

Bisnis I ndonesia Kamis, 09 Oktober 2008

Pa sa r t r a d ision a l se p i sa a t Le b a r a n

MATARAM: Pusat perbelanjaan khususnya pasar tradisional di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada hari Lebaran Ketupat kemarin, sepi pengunjung.

Masyarakat termasuk pedagang kios, bakulan, pedagang sayur dan buah hari ini libur untuk merayakan Lebaran Topat, seminggu setelah hari raya Idulfitri.

Di sejumlah pasar, seperti Pasar Dasan Agung, Kebon Roek, Ampenan dan Cakranegara, hampir semua gerobak dan kios tutup dan yang terlihat hanya penjaga pasar yang sedang mondar-mandir.

(16)

Ekonomi | Medan | Kamis, 09 Okt 2008 16:40:29 WIB

Pe m e r int a h Aga r Se ge r a Be r i Ke m u d a h a n Pin j a m a n

Ba gi UM KM

PEMERINTAH diharapkan segera memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan memberikan kemudahan pinjaman bagi "soko guru" perekonomian nasional itu. Sehingga, ancaman krisis ekonomi global seperti yang dialami Amerika Serikat (AS) tidak berpengaruh besar terhadap Indonesia.

"Jika program pemberdayaan UMKM itu dapat dilakukan, krisis ekonomi global sebesar apapun tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional," kata Direktur Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (Pinbuk) Sumut, Subhan Chair, di Medan, Kamis (9/10).

"Contohnya Jepang, meski negara itu diterpa `gonjang-ganjing` masalah politik dan ekonmi, tetapi dasar perekonomian nasionalnya tidak berpengaruh karena rakyatnya memiliki usaha yang mapan," katanya.

Menurut dia, Indonesia perlu meniru dan belajar kepada Jepang yang memberikan kesempatan dan akses seluas-luasnya terhadap usaha rakyatnya.

Dengan kesempatan dan akses yang begitu besar bagi rakyat dalam berusaha, perekonomian nasional "negeri Sakura" memiliki pondasi "resistensi" yang sangat kuat sehingga rakyatnya tidak khawatir sedikit pun terhadap "badai" moneter internasional.

Selaku subjek dan objek utama dalam perekonomian nasional, rakyat Indonesia harus memiliki ketahanan ekonomi agar tidak "sekarat" jika negara diterpa cobaan krisis ekonomi global seperti yang dialami AS.

Kondisi tersebut hanya akan didapatkan jika UMKM sebagai bentuk kegiatan dasar rakyat dalam memenuhi kebutuhannya dapat diberdayakan. Pemberdayaan tersebut dapat direalisasikan dengan kemudahan memperoleh pinjaman usaha dan tidak berbelit-belitnya birokrasi perizinan.

Sebenarnya, kata Subhan, pemerintah sudah mulai merealisasikan program itu, namun tidak tepat guna karena disalurkan melalui lembaga yang kurang berpihak kepada UMKM.

Ia mencontohkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR), tetapi penyaluran dananya dilakukan melalui bank yang menganut asas kapitalisme dan sangat birokratif dalam menyalurkan pinjaman.

Akibatnya, pelaku UMKM yang mayoritas kalangan miskin itu tidak dapat mempergunakan dana yang dipersiapkan pemerintah tersebut karena tidak memiliki tanah atau gedung untuk dijadikan jaminan.

Sebaiknya pemerintah lebih mempercayakan program pemberdayaan tersebut kepada lembaga yang langsung bersentuhan UMKM seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT) atau koperasi.

Subhan juga mencontohkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri yang sebenarnya sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan ekonomi rakyat.

(17)

Kompas Kamis, 09 Oktober 2008

I KM W a j ib Sia sa t i Kr isis

Implementasi Kebijakan Fiskal Dibutuhkan Masyarakat Kamis, 9 Oktober 2008 | 02:36 WIB

Jakarta, Kompas - Tanpa disuruh, industri kecil dan menengah atau IKM yang dipandang tahan uji akan mencari berbagai cara untuk bertahan di tengah badai kesulitan ekonomi. Walaupun krisis ekonomi global saat ini dipandang berbeda dengan krisis tahun 1998, pelaku IKM wajib menyiasatinya sejak dini.

Pakar Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, Rabu (8/10) di Jakarta, mengatakan, ”Cepat atau lambat dampak krisis ekonomi akan dirasakan oleh IKM. Apalagi, Bank Indonesia baru saja menaikkan BI Rate menjadi 9,5 persen,” ujar Rhenald.

Siasat atau strategi proaktif IKM sangat diperlukan. Paling tidak, ada tiga strategi IKM untuk bisa bertahan menghadapi gempuran krisis ini.

Pertama, IKM perlu memikirkan untuk mencari substitusi pengganti bahan baku agar dapat memperoleh harga yang lebih terjangkau. Namun, kualitas tetap harus dijaga agar nilai tambah produk tidak merosot.

Kedua adalah efisiensi. Strategi ini diingatkan lagi agar pengusaha mengevaluasi manajemen keuangan guna mengetahui pos-pos biaya operasional perusahaan yang bisa ditekan.

Strategi ketiga terkait dengan pemasaran. IKM harus mulai mengurangi ketergantungan pada pembelian dalam jumlah besar. ”Lebih baik IKM bermain di pasar ritel atau eceran yang lebih memiliki kepastian dalam pembayarannya,” kata Rhenald.

Revisi syarat perdagangan

Direktur Jenderal IKM Depperin Fauzi Azis mengatakan, syarat perdagangan (trading term) perlu direvisi agar terjadi hubungan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan. Di lain sisi, IKM juga perlu melakukan pengendalian produktivitas supaya terjadi efisiensi usaha. Daya beli juga menjadi faktor yang mesti dijadikan pertimbangan.

Ekonom Faisal Basri mengatakan, pemerintah harus segera mengimplementasikan berbagai kebijakan fiskal yang dibutuhkan masyarakat agar perekonomian riil tetap bergerak. Pemerintah harus mendorong industri hilir yang sangat berperan menciptakan nilai tambah.

Saat ini, ekspor bahan mentah sudah tidak menarik lagi. Pemerintah harus mengantisipasinya dengan terus mendorong pertumbuhan industri hilir.

”Kita tidak bisa lagi bertahan di sektor ekstraksi (penghasil bahan mentah). Segera dorong industri hilir pengolahan bahan mentah agar tercipta nilai tambah dengan efisiensi tinggi yang bisa merebut pangsa negara lain di pasar internasional,” papar Faisal.

(18)

M e n ilik Bisn is Ke r u p u k Ke m p la n g y a n g La r is

Kamis, 9 Oktober 2008 | 02:58 WIB

Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) makanan tradisional di Kota Palembang, Sumatera Selatan, saat ini bisa bernapas lega karena produk mereka laris manis diserbu konsumen dan pemudik selama Ramadhan hingga Lebaran. Kemplang, selain juga pempek Palembang, saat ini merupakan salah satu jenis oleh-oleh yang paling banyak dicari masyarakat.

Selain dibeli langsung oleh pemudik yang melintasi jalur lintas Sumatera, para pengusaha kemplang dari Kota Palembang bahkan bisa mengirimkan ratusan kuintal kerupuk untuk memenuhi permintaan konsumen dari luar Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan bahkan dari Singapura.

Di Kota Palembang, kerupuk kemplang sangat gampang dijumpai di berbagai jenis kedai makanan di pinggir jalan, pedagang pasar tradisional, bahkan di warung kelontong yang terletak di gang sempit sekalipun.

Hanya saja, mayoritas penggemar kemplang biasanya sudah memiliki pengusaha langganan masing-masing sesuai dengan jenis harga dan kualitas. Untuk kemplang kualitas satu dijual seharga Rp 45.000-Rp 50.000 per kilogram, kualitas dua Rp 30.000-Rp 42.000 per kilogram, dan kemplang kualitas tiga Rp 18.000-Rp 19.000 per kilogram.

Aden (55), pengusaha kemplang di Kelurahan 3 Ulu, Palembang, Kamis (25/7), merupakan salah satu produsen kemplang yang sudah menekuni bisnis ini selama 20 tahun. Pengusaha yang mendirikan perusahaan kerupuk kemplang merek Mang Den 362 ini mengaku omzetnya bisa lebih dari Rp 300 juta selama Ramadhan.

Menurut Aden, jenis kerupuk yang dibuat dari bahan dasar tepung sagu, ikan sungai-laut (belida, gabus, tenggiri), dan bumbu dapur ini merupakan jenis makanan yang memiliki nilai sejarah, sama halnya seperti pempek Palembang serta berbagai jenis makanan turunannya seperti lenggang, model, tekwan, dan lainnya.

”Dari cerita lisan turun temurun kakek nenek dan orangtua kepada saya, kemplang dikenalkan oleh masyarakat keturunan Tionghoa ratusan tahun silam. Selain kemplang, waktu itu juga dikenalkan pempek, model, tekwan, dan lainnya,” katanya.

Di Sumatera Selatan sendiri, kerupuk kemplang berkembang menjadi makanan khas dan favorit bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Musi dan sembilan anak sungainya. Ini berbeda halnya dengan pempek yang hanya terkenal dan banyak diproduksi di Kota Palembang sendiri.

”Mungkin karena sifatnya sebagai makanan pelengkap inilah yang membuat kerupuk kemplang kemudian dikenal luas di Sumsel, tidak hanya di Kota Palembang saja,” katanya.

Sangat kewalahan

Setiap tahun ketika Ramadhan sampai Lebaran tiba, Aden mengaku sangat kewalahan memenuhi permintaan pelanggan. Karena itu, Aden menggenjot produksi kemplang hingga tiga kali lipat dari produksi normal. Di hari biasa saja, produksinya mencapai 350 kuintal per hari.

Mangdin Asali (43), pengusaha kemplang asal Kelurahan Cinde, juga mengalami hal serupa.

(19)

Bisnis I ndonesia Jumat, 10 Oktober 2008

D e k op in r a g u k a n e fe k t iv it a s KUR

JAKARTA: Dekopin Adi Sasono meragukan efektivitas penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sesuai sasaran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), karena kredit itu masih dipergunakan untuk keperluan konsumtif.

Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Adi Sasono menduga ada penyimpangan dana KUR karena diberikan kepada debitor lama. Hal ini karena debitor KUR sudah menembus 1 juta orang.

Di sisi lain masih banyak koperasi dan UMKM mengeluh karena sangat sulit mengakses KUR di BNI, BRI, BTN, Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri. Indikasi lainnya, pertumbuhan ekonomi yang tidak berdampak pada pengurangan pengangguran dan kemiskinan.

(20)

D e ppe r in sia pk a n 3 sk e m a p e n y e la m a t a n I KM

JAKARTA: Pemerintah menyiapkan tiga skema pengamanan sektor industri kecil dan menengah (IKM) dalam menghadapi tekanan kenaikan bunga kredit, setelah BI Rate naik menjadi 9,5%.

Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Departemen Perindustrian Fauzi Azis mengatakan ketiga skema pengamanan tersebut adalah perluasan akses pinjaman di luar kredit usaha rakyat (KUR), pengamanan produk dalam negeri, dan perluasan jaringan pasar dunia.

Pemerintah, katanya, akan menghidupkan kembali kredit program sebagai alternatif penyaluran pinjaman ke sektor industri kecil menengah dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan KUR.

Menurut Fauzi, banyak pengusaha kecil yang mengalami masalah pendanaan sejak Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan.

Kesulitan itu paling banyak dirasakan oleh pengusaha kecil dengan skala modal Rp5 juta-Rp10 juta.

"Lantaran dana minim, bank mematok suku bunga pinjaman [KUR] 24%, sementara pengusaha kecil yang di atas Rp25 juta bisa mendapatkan 16%," katanya, kemarin.

Atas berbagai pertimbangan, pemerintah dan BI perlu merelaksasi kebijakan, seperti menurunkan suku bunga. Di negara-negara lain, katanya, suku bunga pinjaman justru cenderung diturunkan.

Skema berikutnya, adalah penggunaan produk dalam negeri. Untuk menyukseskan program tersebut Depperin akan bekerja sama dengan berbagai instansi menekan impor barang-barang konsumsi yang telah mampu diproduksi industri domestik serta mengawasi produk-produk selundupan.

Selain itu, pemerintah akan memperluas akses pemasaran. Fauzi mengungkapkan pada November nanti, diselenggarakan Trade Expo Indonesia 2008.

Ajang ini dijadikan kesempatan sektor IKM dan industri papan atas untuk menembus pasar-pasar baru dan memperluas jaringan.

Terkait dengan kredit program, Depperin mengusulkan bunganya tidak lebih dari 12%.

Dana kredit program dihimpun dari dana bergulir seluruh departemen, seperti Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Perindustrian, Departemen Keuangan, Kementerian Negara BUMN, Departemen Pertanian hingga Departemen Agama.

"Dana-dana bergulir itu nantinya dikelola Bank Indonesia, sementara penyalurannya melalui rekening pemerintah lewat sistem channeling [kemitraan]. Suku bunga yang ditetapkan sebaiknya bukan suku bunga komersial agar IKM bisa mengembalikan dana dan bisa diserap sebanyak-banyaknya," paparnya.

(21)

Bisnis I ndonesia Jumat, 10 Oktober 2008

Mengutip laporan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Abu Rizal Bakrie, Fauzi mengatakan, total pengumpulan dana kredit dari semua departemen mencapai Rp10 triliun.

Tahan krisis

Secara terpisah, Deputi Pembiayaan Kementerian Negara Koperasi dan UKM Agus Muharram mengatakan kondisi koperasi jasa keuangan sejauh ini tidak terkena dampak krisis keuangan di AS. Ini berbeda dengan sektor perbankan.

"Di tengah bank kurang likuiditas, dan suku bunga yang meninggi, saya sudah cek ke Koperasi Jasa Pekalongan, mereka justru surplus dana. Penyaluran kredit seperti biasa," ujar Agus.

Di sektor koperasi jasa keuangan mikro tidak ada perubahan kebijakan secara mendasar, termasuk suku bunga. Ini menunjukkan bahwa sektor usaha kecil dan menengah relatif tangguh.

"Bisnis keuangan di koperasi tidak ada kepanikan, dan berjalan seperti biasa. Koperasi simpan pinjam bertahan menghadapi dampak perekonomian global," ujar Agus.

Menurut dia, sektor koperasi jasa keuangan perlu terus diperkuat agar bisa menjadi solusi

bagi UKM yang menghadapi kesulitan modal. (Yusuf. waluyo@bisnis.

co.id/fatkhul.maskur@bisnis.co.id)

(22)

Pe n g or b a n a n d i b a lik n e g osia si t r a d in g t e r m

Pembahasan menentukan besaran biaya syarat perdagangan (trading term) tampaknya bukan hal mudah, terbukti sampai sekarang belum ada kesepakatan angka dari dua kubu yang berbeda kepentingan, yaitu pemasok dan peritel modern.

Meskipun batasan pada potongan harga tetap (fixed rebate) dan biaya administrasi pendaftaran barang (listing fee) telah dibuat dalam draf permendag, tapi otoritas tertinggi bidang perdagangan tersebut masih membuka kesempatan usulan.

Permendag adalah kelanjutan dari Perpres No. 112/2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, yang baru mengatur diperbolehkan peritel mengutip tujuh jenis syarat perdagangan, tanpa menentukan batasan besarnnya.

Tujuh syarat perdagangan yang direstui itu adalah potongan harga reguler (regular discount), potongan harga tetap (fixed rebate), potongan harga khusus (conditional rebate), potongan harga promosi (promotion discount), biaya promosi (promotion budget), biaya distribusi (distribution cost), dan biaya administrasi pendaftaran barang (listing fee).

Dalam petunjuk pelaksanaannya yang berbentuk permendag, batasan besaran untuk dua jenis syarat perdagangan kemudian ditetapkan, yaitu fixed rebate sebesar 1% dan untuk listing fee bervariasi bergantung pada besar kecilnya toko.

Listing fee untuk hipermarket Rp 500.000-Rp 5 juta per produk di seluruh gerai suatu merek ritel modern, supermarket Rp 350.000 dan minimarket Rp 10.000-Rp 1 juta.

Keseriusan pemerintah menerima masukan terlihat dari upaya untuk kembali mempertemukan pemasok dan peritel modern, meskipun rapat penetapan batasan selalu gagal mencapai kesepakatan (deadlock).

Sedianya pencapaian kesepakatan akan dibatasi hingga Sept. 2008, kenyataannya karena deadlock, Depdag kembali menjanjikan rapat untuk masing-masing menawarkan batasannya untuk disepakati. Dalam hal ini pemasok diwakili Aliansi 9 Asosiasi dan peritel oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).

Kompromi

Baik dari kubu pemasok maupun peritel modern, masing-masing pihak mengharapkan ada 'pengorbanan' untuk mendapatkan kesepakatan yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Karena itulah rapat bisa berjalan kembali, meskipun terkesan lambat.

Pemasok melunakkan sikapnya untuk besaran listing fee. Awalnya, pemasok tidak setuju biaya administrasi pendaftaran barang dikutip peritel modern dihitung berdasarkan jumlah gerai yang akan dimasuki pemasok untuk menjual produknya.

Pemasok menilai bukan listing fee namanya jika dikutip per gerai. Apalagi selama ini besaran listing fee dirasakan memberatkan para pemasok untuk bisa menerobos jaringan toko modern di berbagai wilayah Indonesia.

Pemasok menginginkan listing fee untuk hipermarket dibatasi Rp500.000 bagi satu jenis produk yang akan dijual di seluruh jaringan toko suatu merek, supermarket Rp350.000, dan minimarket Rp150.000-Rp 1 juta.

(23)

Bisnis I ndonesia Jumat, 10 Oktober 2008

Lompatan cukup besar tampak dari kubu Aprindo. Awalnya asosiasi itu menolak ada aturan yang membatasi besaran syarat perdagangan, apa pun jenisnya.

Melangkah ke jalur hukum pun pernah dikemukakan Aprindo, jika sampai aturan itu terbit.

Tapi rapat dengan pemasok, akhirnya mampu melunakkan para peritel modern. Aprindo kemudian menawarkan listing fee Rp500.000 per produk per gerai, dan fixed rebate 3%-5%.

Jika pengorbanan pemasok dan peritel itu adalah bentuk dari cinta, maka hubungan mereka dipastikan berlangsung lama, karena kedua belah pihak itu sejatinya membutuhkan satu sama lainnya. (linda.silitonga@ bisnis.co.id)

(24)

'Pe r u b a h a n M a k r o t a k p e n g a r u h i om z e t p e m a sok '

JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) menilai omzet pemasok tidak akan terpengaruh jika Lotte Group mengubah pusat perkulakan Makro menjadi hipermarket.

Ketua Umum AP3MI Susanto mengatakan umumnya pasokan ke hipermarket dan pusat perkulakan selama ini jumlahnya sama, meski pusat perkulakan menjual barang secara grosir kepada konsumen.

"Sama saja pasokan ke perkulakan dengan hipermarket, malah kalau di pusat perkulakan merepotkan kami karena harus mengikat sedikitnya dua barang menjadi satu [karena pusat perkulakan menjual sebagian besar barangnya harus berjumlah lebih dari satu]," kata Susanto kepada Bisnis, kemarin.

Sementara itu, harga pembelian barang di pusat perkulakan dan hipermarket tidak berbeda. Akibatnya justru ongkos pemasok umumnya lebih besar untuk memasok ke pusat perkulakan, karena kewajiban mengikat sedikitnya dua barang menjadi satu.

"Sering ongkos untuk mengikat barang itu lebih tinggi daripada [selisih harga yang diterima konsumen, karena dengan membeli barang secara grosir membayar] lebih murah," jelas Susanto.

Saat ini peritel di Indonesia yang mengoperasikan format pusat perkulakan adalah Makro dan Indo Grosir, sedangkan Goro sudah tutup.

Terkait dengan telah diketahuinya pembeli Makro, Su-santo mengharapkan ada pembicaraan dengan Makro untuk menjelaskan kepada pemasok sehingga situasi bisnis menjadi kondusif.

Seperti diketahui perusahaan asal Korsel Lotte Group akan membeli seluruh saham PT Makro Indonesia. Belum ada penjelasan lebih lanjut dari pihak Lotte, apakah perusahaan asal Korsel itu mempertahankan 19 gerai Makro sebagai pusat perkulakan atau menggantikannya dengan format yang lain.

Mengingat di Korsel Lotte Group memiliki perusahaan ritel multiformat di bawah bendera Lotte Shopping yang memiliki gerai hipermarket Lotte Mart, supermarket Lotte Super, dan department store Lotte.

Dari rilis Makro menjelaskan Lotte Group akan mengambil alih gedung, tanah, kontrak sewa, karyawan dan inventaris Makro Indonesia sebagai satu paket yang menyeluruh.

(25)

Bisnis I ndonesia Senin, 13 Oktober 2008

Lot t e , p e m a in b a r u b isn is r it e l d i I n d on e sia

Kehadiran Lotte Group asal Korsel masuk ke bisnis ritel eceran di Indonesia melalui akuisisi seluruh saham PT Makro Indonesia cukup mengejutkan.

Setelah masuknya asing melalui Delhaize di Lion Superindo, Dairy Farm pada Hero, dan Carrefour masuk dengan modal 100% asing ke Indonesia, beberapa nama pemain raksasa dunia lainnya segera menyusul.

Tesco, Walmart, Metro sering disebut-sebut sebagai pemain asing yang segera hadir di Indonesia. Namun, kenyataannya justru raksasa regional menyalip lebih dulu, dengan hadirnya Lotte Group.

Seperti dikutip dari Bloomberg Lotte mampu mengakuisisi Makro yang memiliki 19 toko pusat perkulakan Makro dengan nilai US$223 juta, atau sekitar Rp 2 triliun.

Bagaimana dengan kekuatan bisnisnya?

Meskipun Lotte Group melalui perusahaan ritelnya Lotte Shopping belum masuk dalam sepuluh besar perusahaan ritel peraih omzet terbesar di tingkat dunia, di tingkat regional perusahaan itu punya nama yang kuat.

Prestasi Lotte terlihat dari hasil pemeringkatan 500 toko modern peraih omzet terbesar oleh majalah Retail Asia pada 2007 di 14 negara, yaitu Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Vietnam.

Gerai Lotte mampu menerobos 50 besar peraih omzet terbesar di jajaran negara di Asia Pasifik. Department store Lotte masuk di peringkat 14 dengan total penjualan US$ 7.556 juta, dan hipermarket Lotte Mart di peringkat 37 dengan total penjualan US$ 3.471 juta. Sementara supermarketnya yang bermerek Lotte Super masuk di urutan 224 dengan penjualan US$ 425 juta.

Dari perolehan omzet di Korsel, untuk format hipermarket Lotte Mart berada di bawah rivalnya toko dengan merek E-Mart yang dinakhodai perusahaan Shinsegae Department Store dan Homeplus oleh Samsung Tesco.

Untuk format supermarket, di negaranya Lotte Super terkait omzet berada di bawah GS Supermarket milik GS Holdings Corp dan Top Mart yang dioperasikan Seowon Distribution. Untuk format department store, Lotte mengungguli rivalnya di Korsel.

Dengan kekuatan yang sudah terbukti tersebut, tentunya Lotte akan memiliki strategi sendiri untuk memenangi persaingan di Indonesia.

Dari pemeringkatan oleh majalah Retail Asia, sebanyak 16 toko modern di Indonesia masuk dalam 500 peraih omzet terbesar, antara lain hipermarket Carrefour peringkat 147 dengan omzet US$789 juta, department store Ramayana (195) dengan omzet US$530 juta, department store Matahari (209) US$472 juta, hipermarket Hypermart (233) US$ 385 juta, dan hipermarket Giant (240) US$ 357 juta.

Berbasis konsumen

(26)

"Dalam sejarahnya bisnis ritel Lotte berfokus pada konsumen melalui format toko diskon yang beraspirasi dan juga supermarket. Mereka sangat kuat membangun penawaran ritel berbasiskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui riset dan teknologi."

Analisis Yongky, jika Lotte mengimplementasikan bisnis ritel yang berfokus pada konsumen berarti akan ada pergeseran Makro yang ada saat ini dari bisnis grosir, dan bersaing dengan hipermarket serta supermarket yang sudah eksis di Indonesia seperti Carrefour, Hypermart dan Giant.

"Persaingan ritel akan lebih ketat. Yang jelas konsumen modern akan beruntung karena mendapat suasana baru yang menarik," jelas Yongky.

Dengan adanya pemain ritel baru, peritel yang sudah eksis makin dituntut untuk berevolusi dan berbenah. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(27)

Bisnis I ndonesia Senin, 13 Oktober 2008

Pe r it e l t ola k d e n d a k e d a lu w a r sa

JAKARTA:Sebagian peritel modern tidak bersedia menandatangani surat kesepakatan Aprindo yang menerapkan denda bagi peritel sebesar dua kali lipat harga barang kepada konsumen yang menemukan produk kedaluarsa di gerai modern.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy Sumampouw menegaskan Aprindo tidak akan memaksa semua peritel modern untuk menandatangani kesepakatan yang segera diluncurkan tersebut, karena asosiasi itu tidak mau mencampuri kebijakan di dalam toko.

"Kesepakatan denda atas temuan produk kedaluwarsa akan dibuat secara tertulis, dan diteken oleh peritel yang menyetujuinya. Kesepakatan ini tidak wajib, karena peritel punya policy masing-masing. Mungkin mereka punya kiat lain," kata Rudy kepada Bisnis, baru-baru ini.

Ketika ditanyakan berapa banyak peritel minimarket, supermarket dan hipermarket anggota Aprindo yang bersedia menandatangani kesepakatan, Rudy menolak untuk memberikan jawabannya.

Aprindo saat ini beranggotakan 95 perusahaan ritel modern di Indonesia, dan lebih dari 70%-nya mengoperasikan format bisnis minimarket, supermarket dan hipermarket yaitu toko yang menjual makanan dan minuman

Dia menjelaskan penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan dalam pertemuan antara Aprindo dengan instansi terkait, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Departemen Perdagangan.

"Kami mengharapkan semua anggota Aprindo [yang menjual makanan dan minuman] bersedia meneken kesepakatan denda, meski tidak wajib. Karena yang jelas peritel tidak boleh menjual produk kedaluwarsa," jelas Rudy.

Efektif

Aprindo memutuskan membuat kesepakatan tertulis mengenakan denda bagi peritel terkait dengan temuan produk kedaluwarsa di toko, karena menilai cara tersebut akan efektif untuk mencegah terulangnya kembali kecerobohan menjual barang tidak layak dikonsumsi.

Adanya garansi kepada konsumen juga akan mendorong masyarakat untuk memantau produk yang dijual toko modern.

"Ditemukannya produk kedaluwarsa di toko modern disebabkan human error. Jika sudah diteken kesepakatan pengenaan denda, konsumen bisa melaporkannya kepada peritel modern," kata Rudy.

Seperti diketahui, untuk mengatasi ditemukannya produk kedaluwarsa di toko modern, Aprindo melibatkan konsumen yang berbelanja di pasar modern sebagai pengawas.

Apabila konsumen menemukan produk makanan dan minuman kedaluwarsa sebelum pembayaran di kasir, bisa melaporkannya kepada petugas untuk mendapat ganti rugi dari peritel dua kali lipatnya.

(28)

Sebaliknya, mereka menolak jika peritel membebankan denda produk kedaluwarsa yang ditemukan oleh konsumen di toko modern, mengingat barang tersebut sudah menjadi milik peritel.

"Tak mungkin [pemasok] melakukan pengiriman barang yang sudah kedaluwarsa sebab perputarannya lebih cepat," ujar Direktur Nampa Haniwar Syarif, kemarin.

Dia mengungkapkan beberapa anggotanya bersedia dikenai denda membayar dua atau tiga kali lipat dari nilai pasokan, jika ditemukan produk kedaluwarsa saat pengiriman ke gerai.

Sikap pemasok tersebut karena ingin menempatkan porsi tanggung jawab secara benar. Jika pengecekan saat barang dikirim ada yang kedaluwarsa, pemasok harus bertanggung jawab atas kesalahannya.

Sebaliknya, jika konsumen yang menemukan produk kedaluwarsa di toko itu bukan lagi menjadi tanggung jawab pemasok karena barang sudah milik peritel. "Selama ini peritel membeli barang kepada kami [pemasok Nampa] dengan beli putus," ujar Haniwar. (linda.silitonga@bisnis.co.id)

(29)

Tempo I nteraktif Senin, 13 Oktober 2008

Se k t or UKM Ta k Te r p e n g a r u h Kr isis Ek on om i

Senin, 13 Oktober 2008 | 17:26 WIB

TEMPO Interaktif, Bandung:Dampak krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat, dinilai belum terasa terhadap sektor Usaha Kecil dan Menengah di Jawa Barat. Wakil Gubernur Jawa Barat Yusuf Macan Effendi menyatakan imbas krisis global, belum dirasakan secara signifikan. "Pemerintah sudah meminta Bank Jabar Banten untuk mengalokasikan 30 persen kriditnya untuk usaha kecil menengah," katanya.

Pemerintah pusat menjamin jika sektor riil tidak akan terganggu oleh badai krisis ekonomi global ini. Dia yakin, jika Sektor usaha kecil menengah tidak akan terlalu berpengaruh oleh krisis. Ini telah terbukti saat krisis ekonomi tahun 1998 lalu. "Krisis kali ini berbeda dengan krisis yang lalu," katanya.

Lelaki yang lebih dikenal dengan nama Dede Yusuf ini menambahkan, pemerintah akan mendorong Kredit Usaha Rakyat di bank swasta, agar dialokasikan pada UKM. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan berbagai kerjasama dengan Bank Indonesia kantor Bandung. "Kami juga meminta para pengusaha lebih peduli pada sektor UKM dengan mengalokasikan dana csrnya pada sektor ini," katanya.

(30)

Nusantara | Jambi | Selasa, 14 Okt 2008 23:15:00 WIB

D a n a UKM Un t u k Ja m b i Rp . 2 0 M ilia r D it a n g g u h k a n

BANTUAN dana APBN tahun 2008 untuk pengembangan koperasi/usaha kecil dan menengah (UKM) di Jambi senilai Rp20 miliar ditangguhkan.

Kepala Dinas Koperadi dan UKM Provinsi Jambi, Dadan Danuraswo di Jambi, Selasa (14/10), mengatakan penangguhan dana tersebut oleh Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, karena ketidakjelasan penggabungan status Dinas Koperasi dan UKM dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi.

Padahal penggabungan sejumlah dinas, kantor, badan, dan biro di lingkungan Pemprov Jambi termasuk kedua dinas tersebut, telah disahkan DPRD setempat mengacu PP No 41 tahun 2008.

Namun hasil penggabungan sejumlah instansi tersebut hingga kini belum ada keputusan dari Departemen Dalam Negeri.

"Makanya Kantor Kementerian dan UKM RI menangguhkan alokasi dana untuk UKM di Jambi. Saya juga tidak berani mengambil dana tersebut," kata Dadan.

Dana bantuan itu semula akan diprogramkan khusus untuk pengembangan koperasi wanita (Kopwan), pembangunan pabrik pakan ikan, dan pengembangan pembangunan pasar desa.

Dengan penangguhan itu, katanya, akan berdampak terhadap pengembangan Kopwan di Jambi yang telah dijanjikan pada 2008 ini akan mendapatkan bantuan tiap Kopwan masing-masing Rp100 juta.

Sementara itu, Ketua bidang advokasi Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Wilayah Jambi, Zulkifli Muchtar menyatakan, penangguhan itu otomatis akan mengganggu pembinaan dan target pengembangan koperasi berkualitas.

(31)

Seputar I ndonesia Selasa, 14 Oktober 2008

KUKM H a r u s Re p osisi Pa sa r

Tuesday, 14 October 2008

BANDUNG(SINDO) – Pelaku koperasi dan usaha kecil menengah (KUKM) disarankan melakukan reposisi pasar dari Amerika Serikat ke kawasan lainnya untuk mengurangi dampak krisis ekonomi global.

Deputi Menteri Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi I Wayan Dipta mengatakan, kendati dampaknya tidak terlalu besar, para pelaku KUKM tetap harus melakukan antisipasi. “Kami telah melakukan pembahasan dengan para pakar.

Untuk mewaspadai dampak ekonomi global, pelaku usaha kecil, menengah, dan koperasi harus melakukan reposisi pasar,”kata Wayan di sela Temu Karya KUKM Dalam Standardisasi Mutu dan Hak Cipta Angklung di Saung Angklung Mang Udjo, Jalan Padasuka No 118 Kota Bandung,kemarin.

Selama ini, lanjut dia, produk KUKM memberikan kontribusi 20–21% dari kegiatan ekspor nasional. Sektor KUKM menyumbang 53% produk domestik bruto (PDB) dan menyumbang 96,2% tenaga kerja di Indonesia. Berbagai produknya masuk ke sejumlah negara besar termasuk Amerika Serikat.

Wayan menyarankan agar target pasar mulai dikembangkan ke India, China, Amerika Latin, dan Eropa Timur. Pasalnya, tingkat permintaan produk KUKM Indonesia di kawasan tersebut tergolong tinggi namun belum mendapat respons baik dari kalangan pelaku KUKM dalam negeri. “Pasar tersebut sangat menyukai produk handicraft atau kerajinan tangan, furnitur, dan garmen dari Indonesia. Tapi karena tidak ada yang fokus ke daerah tersebut, penyediaan barang akhirnya disuplai dari daerah lain yang telah mengimpor produk Indonesia,”paparnya.

Dia menekankan,para pelaku KUKM juga harus kreatif menghadapi masa krisis seperti ini.Wayan yakin kondisi tersebut tidak akan berdampak signifikan. Selanjutnya, pemerintah berencana memberi insentif kepada pelaku KUKM yang membutuhkan bahan baku impor. “Memang ada beberapa sektor yang membutuhkan bahan baku atau bahan penolong produksi dari luar negeri. Pemerintah sedang membahas kemungkinan adanya insentif bea masuk melalui Departemen Perdagangan dan Departemen Keuangan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas KUKM Jabar Mustopa Djamaludin mengatakan, performance sekitar 7,2 juta pelaku KUKM di Jabar sudah terbukti kualitasnya karena telah berhasil menghadapi krisis pada 1997. Di tempat terpisah, peneliti ekonomi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Nury Effendi memandang krisis yang terjadi saat ini memiliki karakter berbeda dengan krisis pada 1997.

(32)

I KM b e r p e lu a n g d i b isn is a r om a t e r a p i

SURABAYA: Industri skala kecil aromaterapi berpeluang memperluas pemasaran ke kota-kota besar, menyusul meningkatnya kebutuhan perawatan tubuh di spa ataupun salon kecantikan.

Anita Trisusilowati, Pimpinan Cakrawala Persada - industri kecil aromaterapi , mengatakan lulur dan sabun kecantikan semakin dibutuhkan karena gaya hidup orang kota yang diliputi kesibukan perlu relaksasi.

"Pertumbuhan spa dan salon, memacu permintaan produk aromaterapi. Kami memasok produk relaksasi ke Jakarta dan sekitarnya," ujarnya kemarin.

(33)

Bisnis I ndonesia Rabu,15 Oktober 2008

Pe m e r in t a h su r v e i k r e d it u sa h a r a k y a t

JAKARTA: Pemerintah akan melakukan survei penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) untuk mengidentifikasi tingkat efektivitas pinjaman itu bagi pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pekan lalu mengatakan tugas tersebut akan diserahkan kepada Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UMKM bersama dengan lembaga survei nasional.

"Saat ini, KUR sudah melayani 1,2 juta debitor, tapi kami belum mendapat gambaran pasti seberapa besar dampaknya bagi penyerapan tenaga kerja. Jadi, survei perlu dilaksanakan," kata Suryadharma Ali.

Mengacu kepada data lama bahwa setiap UMKM mampu menyerap 1,6 orang. Dengan skema kredit yang tidak terlalu sulit melalui paket KUR, survei bisa diketahui apakah efektif sebagai sarana akselerasi menciptakan lapangan kerja.

Selain itu, juga diperlukan statistik untuk mengukur tingkat kesejahteraan pelaku KUMKM setelah mengakses sumber pendanaan dengan pola penjaminan dari pemerintah dan perbankan tersebut.

Tugas survei diharapkan dilaksanakan secara komprehensif supaya lebih akuntabel. Sebab dilaksanakan dengan tenaga bantuan dari lembaga survei yang memang memiliki kapabilitas untuk tugas tersebut.

Kridamaskop

Untuk sumber pendanaan khusus koperasi, di luar pendanaan KUR yang fokus kepada UMKM, pemerintah sudah mempersiapkan program kredit pemberdayaan masyarakat koperasi (Kridamaskop) sekitar Rp1 triliun.

Kridmaskop sudah disalurkan di Jawa Timur dan segera menyusul ke Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sumber pendanaannya APBN dan disalurkan melalui perbankan, sehingga besaran bunganya harus seizin Departemen Keuangan.

Sejauh ini tingkat bunga belum bisa disebutkan karena masih ada pembahasan lebih lanjut. "Pemerintah terus berupaya agar pengusaha bisa memperoleh kemudahan mengakses pendanaan. Kridamaskop disalurkan melalui perbankan ke koperasi dan selanjutnya disalurkan kepada anggotanya."

Suryadharma Ali menegaskan sebenarnya pemerintah pusat sudah menyetujui mengucurkan dana Kridamaskop sebesar Rp6 trilliun, namun pada tahap awal akan dicairkan sebesar Rp1 triliun.

(34)

Pe r it e l e ngga n j ua l ba r a ng be r m e r e k sa m a de nga n

pr oduk be r m e la m in

JAKARTA: Sebagian peritel modern sampai kini tetap menolak menjual merek produk yang mengandung susu bermelamin dari China, meskipun sudah dipastikan yang terindikasi hanya berkode ML (makanan dari luar negeri).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy Sumampouw mengatakan penolakan menjual merek yang terdeteksi bersusu melamin itu, juga dipicu kurangnya sosialisasi informasi dari produsen kepada konsumen dan peritel modern.

"Kami sesalkan kurangnya sosialisasi barang bersangkutan terhadap informasi yang jelas kepada konsumen termasuk kepada kami [peritel modern], sehingga peritel tidak mau mengambil risiko," kata Rudy kepada Bisnis, kemarin.

Aprindo sendiri terus meyakini peritel modern agar peritel kembali memajang produk yang terbebas dari kandungan susu bermelamin dari enam merek yang satu atau dua jenis produknya ada yang terdeteksi memiliki kandungan berbahaya bagi konsumen terutama untuk produk asal dalam negeri berkode MD (makanan dalam negeri).

Meski sudah ada penjelasan dari Aprindo dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa produk MD tidak bermasalah, peritel modern tetap menolak menjual merek itu.

"Peritel mungkin masih menjaga image yang berkembang di masyarakat, sehingga mereka tidak mau mengambil risiko. Kami rasa ini memerlukan waktu untuk mengembalikan kepercayaan," kata Rudy.

Enam produk

Seperti diketahui pada 27 September 2008 Menteri Kesehatan mengumumkan ada enam produk yang mengandung susu bermelamin, yaitu dua jenis stick wafer Oreo, dua jenis kembang gula M&M'S, biskuit Snicker, dan susu bubuk full cream Guozhen.

Sementara itu Rudy mengatakan peritel segera mengirimkan produk bersusu melamin ke tempat pemusnahan sesuai dengan yang diinstruksikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Pemusnahan dalam waktu dekat, kami menunggu jadwal. Sementara itu, produk bermelamin sudah disegel semua oleh masing-masing peritel, dan BPOM akan melakukan operasi [pemantauan] terus," kata Rudy.

Kalangan peritel sebenarnya mengharapkan pemusnahan produk dibebankan kepada produsen atau pemasok barang.

Namun, BPOM khawatir ada peluang mereka mengganti kemasannya dengan isi sama dan dijual kembali untuk menghindari kerugian.

(35)

Bisnis I ndonesia Kamis, 16 Oktober 2008

D a n a UKM Ja m b i d it a n g g u h k a n

JAMBI: Dana APBN 2008 untuk pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah (UKM) di Jambi senilai Rp20 miliar ditangguhkan, akibat ketidakjelasan penggabungan unsur Dinas Koperasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Penggabungan sejumlah dinas, kantor, badan, dan biro di lingkungan Pemprov Jambi telah disahkan DPRD setempat mengacu PP No. 41 tahun 2008. Namun, hasil penggabungan tersebut belum ada keputusan dari Departemen Dalam Negeri.

"Makanya Kementerian menangguhkan alokasi dana untuk UKM di Jambi. Saya juga tidak berani mengambil dana itu," kata Kepala Dinas Koperadi dan UKM Provinsi Jambi Dadan Danuraswo, Selasa.

(36)

'Pe m pr ov k ur a ng da na pe n d ir ia n le m b a g a p e n j a m in

k r e dit UKM '

JAKARTA: Kementerian Negara Koperasi dan UKM menilai pemerintah provinsi masih kesulitan mendirikan lembaga penjaminan daerah yang telah diamanatkan pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2008.

Choirul Djamhari, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Kementerian Negara Koperasi dan UKM, mengatakan kendala yang dialami pemerintah provinsi, a.l. terkait dengan kemampuan APBD.

Berdasarkan ketentuan pemerintah, pendirian lembaga penjaminan kredit usaha kecil dan mengah di daerah harus memenuhi syarat modal minimal Rp10 miliar.

"Beberapa pimpinan pemerintah provinsi berhasrat mendirikan lembaga penjaminan membantu akses permodalan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Tetapi kemampuan APBD mereka ternyata tidak mendukung," kata Choirul, kemarin.

Sebaliknya, beberapa pimpinan pemerintah provinsi lain belum berminat mengembangkan lembaga penjaminan meskipun dari sisi finansial APBD cukup memadai.

Sampai saat ini baru tercatat dua daerah yang sudah berhasrat mendirikan lembaga penjaminan, yakni Riau dan Jawa Timur. Padahal Perpres tentang pendiriannya dikeluarkan pada 26 Januari tahun ini.

Akhmad Djunaedi, Asisten Deputi Urusan Restrukturisasi Usaha Kementerian Negara Koperasi dan UKM, menambahkan sosialiasi ke daerah untuk mendirikan lembaga penjaminan dilakukan ke Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur.

Menurut dia, meski sudah ada lembaga penjaminan daerah dan beroperasi, tetapi izin resminya masih menunggu dari Departemen Keuangan. Selama lembaga itu tidak menyalahi hukum, operasionalnya dianggap resmi.

Izin prinsip operasional dari Departemen Keuangan terkait dengan ketetapan besaran modal lembaga penjaminan daerah maupun bunga pinjaman. Izin itu juga terkait dengan kompetensi lembaga itu untuk meyakinkan lembaga perbankan.

Menurut Akhmad Djunaedi, dalam operasionalnya lembaga penjaminan daerah akan bersinergi dengan bank. Kalau bank tidak percaya atas kredibilitas dan kompetensi lembaga penjaminan, mereka tidak akan disertakan dalam aktivitas.

Yang bisa mendirikan lembaga penjaminan daerah di samping pemerintah provinsi adalah perusahaan persero, perusahaan umum, badan usaha milik daerah (BUMD) dan lembaga koperasi.

Dalam program pengembangan lembaga sebagai sumber pendanaan UMKM tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Departemen Keuangan serta Bank Indonesia.

(37)

Bisnis I ndonesia Jumat, 17 Oktober 2008

D isp r a k op Be k a si b a n g u n se n t r a UKM

BEKASI: Dinas Perekonomian dan Koperasi (Disprakop) Kota Bekasi segera membangun sentra bisnis untuk usaha kecil menengah (UKM).

Kepala Disprakop Kota Bekasi Noviar Hermansyah mengatakan di pinggir ruas Jl KH Noer Alie, JL Kemakmuran dan Kampung Duaratus, akan dibangun kios permanen untuk usaha kecil menengah dengan sistem sewa.

Lokasi itu dipilih karena teduh dan ramai pengguna jalan, sehingga produk UKM akan mudah diketahui masyarakat dan cepat terjual.

(38)

Or m a s d im in t a d or on g p e m a n fa a t a n k r e d it m ik r o

JAKARTA: Wapres M. Jusuf Kalla meminta organisasi kemasyarakatan berperan aktif dalam pemberdayaan sektor riil dengan memanfaatkan fasilitas kredit mikro yang disediakan perbankan di tengah munculnya krisis keuangan global saat ini.

Permintaan itu disampaikan Wapres di depan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah yang diketuai Evi Sofia Inayati kemarin. Dalam pertemuan itu Nasyiatul Aisyiah meminta Wapres untuk membuka muktamar ormas tersebut yang akan berlangsung pada 18-21 November, di Makassar.

Menurut Wapres, pemberdayaan sektor riil terutama untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah, merupakan salah satu langkah untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan global yang ikut memengaruhi pasar keuangan dalam negeri.

"Perlu antisipasi, perlu pemberdayaan sektor riil kendati dampak krisis keuangan global tidak sebesar saat krisis ekonomi pada 1998," kata Wapres.

Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak khawatir dengan krisis yang berawal dari kebangkrutan perusahaan keuangan Lehman Brothers di AS. Di samping itu, Wapres optimistis bahwa spekulan pasar keuangan tidak akan bermain di dalam negeri sehingga tidak memperburuk keadaan.

Dalam keterangannya kepada wartawan seusai bertemu Wapres, Inayati mengatakan Nasyiatul Aisyiah akan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan berbagai fasilitas kredit yang disediakan pemerintah untuk masyarakat.

"Wapres menyatakan masyarakat bisa memanfaatkan BUMN dan fasilitas kredit perbankan untuk penguatan ekonomi masyarakat," katanya.

Pada bagian lain, Nasyiatul Aisyiah juga meminta pemerintah untuk terus memproteksi masyarakat dari dampak krisis keuangan global tersebut.

LPDP

Di Sumedang, Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Fadjar Sofyar mengatakan Kementerian Negara Koperasi dan UKM mulai menggulirkan dana Rp135,6 miliar melalui lembaga yang dipimpinnya.

LPDB ini dibentuk untuk membantu para pelaku usaha kecil dan menengah yang tidak bankable. Dana bergulir akan dipinjamkan kepada usaha kecil yang tidak memiliki akses ke perbankan.

Pada tahun ini, dana bergulir Kemenkop sebesar Rp429 miliar, tetapi baru terserap oleh UKM sebesar Rp47 miliar. Sisanya yaitu sebesar Rp382 miliar akan disalurkan melalui LPDB.

"Dana bergulir melalui LPDB sebesar Rp135,6 miliar ini akan disalurkan hingga akhir tahun ini, sejak disetujui oleh Menteri Keuangan pada bulan lalu, dan dilanjutkan pada tahun 2009," katanya.

(39)

Bisnis I ndonesia Jumat, 17 Oktober 2008

"Lembaga ini diberikan kemudahan-kemudahan untuk mengelola dananya, salah satunya melalui linkage dengan lembaga pembiayaan seperti pegadaian, sehingga dana ini sampai di titik-titik perdesaan," ujarnya. (k38)

Fadjar mengungkapkan, dana LPDB ini akan disalurkan melalui koperasi dengan besaran mencapai Rp500 juta per koperasi. Untuk KUKM di Jabar, LPDB sudah mengalokasikan dana tersebut sebesar Rp3 miliar.

Mustopa Djamaluddin, Kepala Dinas KUKM Jabar, mengatakan sudah menyusun database sebanyak 50.000 pelaku KUKM yang disiapkan untuk mendapatkan dana bergulir melalui LPDB.

"Diperlukan dana sebesar Rp25 triliun untuk mendongkrak sektor KUKM menjadi pelaku utama ekonomi di Jabar ini, namun baru tercukupi sebesar Rp7 triliun saja yaitu melalui kredit usaha rakyat," katanya.

Adapun sisanya akan diperoleh dinas melalui upaya-upaya konsolidasi pembiayaan yang memadukan antara pelaku KUKM dengan lembaga pembiayaan dan keuangan. "Dana melalui KUR sebesar Rp7 triliun ini hanya mampu menyentuh 14% dari total pelaku UKM yang mencapai 7,4 juta di Jabar ini," ujarnya. (k38)

(40)

Su lt r a fok u s b e r d a y a k a n UM KM

KENDARI: Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 2008 memfokuskan perhatian pada pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sultra Abdul Madjid mengatakan pemberdayaan berupa pemberian penguatan modal usaha dan pelatihan kewirausahaan.

"Kepada sekitar 14.000 UMKM yang terdaftar saat ini, kami terus membina dengan bantuan penguatan modal usaha dan pelatihan agar mampu mengoptimalkan pengembangan usaha dan bisa menyerap tenaga kerja," katanya, baru - baru ini.

(41)

Kompas Jumat, 17 Oktober 2008

Perbankan

M om e n t u m Be r p a lin g Ke m b a li k e UM KM

Jumat, 17 Oktober 2008 | 01:36 WIB

M Fajar Marta

Gejolak pasar keuangan yang terjadi saat ini sudah pasti akan mengingatkan benak semua pihak pada krisis ekonomi tahun 1997-1998. Kendati kecil kemungkinannya berulang, gejolak saat ini tetap harus diwaspadai dan dijadikan momentum untuk mengoreksi kesalahan yang ada dengan becermin pada krisis 1997.

Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari krisis 1997 ialah ketidakpedulian sektor perbankan pada kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) produktif.

Sebelum krisis 1997, kredit perbankan amat terkonsentrasi pada kredit korporasi dan juga konsumsi. Hanya segelintir kredit yang disalurkan bank ke sektor UMKM. Bank cenderung menganggap remeh sektor ini.

Maklum, sebagian besar bank saat itu dimiliki konglomerasi bisnis. Bank dimanfaatkan untuk menghimpun dana masyarakat lalu sebagian besar dananya disalurkan ke proyek-proyek milik perusahaan afiliasi di berbagai bidang seperti properti, infrastruktur, dan manufaktur.

Risiko semakin rawan karena korporasi afiliasi juga gemar meminjam utang valuta asing (valas) dari perbankan luar dan dalam negeri. Ketika akhirnya nilai tukar rupiah terdepresiasi amat dalam, bencana dahsyat datang.

Utang valas kepada perbankan domestik menjadi bermasalah sehingga bank terbebani kredit macet yang amat besar dan mengalami kelangkaan likuiditas. Nasabah pun kehilangan kepercayaan kepada bank dan mulai melakukan penarikan dana besar-besaran (rush).

Bank akhirnya kolaps dan berujung pada munculnya skema Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan rekapitalisasi yang dampaknya masih menyengsarakan hingga kini.

Setelah direkap sehingga permodalan kembali memadai, bank dituntut untuk kembali melakukan fungsi intermediasinya guna membangkitkan kembali perekonomian. Bank pun kebingungan mengingat sebagian besar nasabah korporasi masih sakit akibat krisis. Di saat inilah datang dewa penolong, yakni sektor UMKM.

UMKM nan lentur

Dampak krisis terhadap sektor UMKM relatif minim karena geraknya yang lentur dan keterkaitannya yang rendah dengan pasar keuangan. Sektor UMKM akhirnya mengisi peluang-peluang usaha yang ditinggalkan korporasi. Sektor ini menjadi lahan baru perbankan.

Setelah sempat menikmati masa bulan madu hingga 2006, perbankan nasional, yang sebagian besar sudah dijual ke asing, mulai kehilangan memori dan traumatis krisis 1997. Korporasi dan konglomerasi yang mulai bangkit telah memalingkan wajah perbankan dari mitra sejatinya, yakni sektor UMKM. Bank lalu mengendurkan ekspansinya ke sektor tersebut.

(42)

Kredit korporasi digolongkan sebagai kredit dengan plafon di atas Rp 5 miliar, sedangkan kredit UMKM memiliki plafon sampai dengan Rp 5 miliar. Kredit korporasi dan UMKM merupakan kredit produktif untuk modal kerja dan investasi. Adapun kredit konsumsi merupakan kredit untuk kegiatan konsumtif seperti beli rumah atau mobil.

Butuh pengorbanan

Penyaluran kredit UMKM memang butuh pengorbanan, waktu, serta usaha yang relatif lebih keras dan sulit. Bayangkan, seorang pegawai bank yang berdasi harus mendatangi para nelayan di pesisir pantai. Pegawai bank lalu menjelaskan pentingnya kredit kepada para nelayan sebagai upaya memperbesar modal usaha. Lalu sang nelayan setuju meminjam Rp 1 juta untuk menambah persediaan bahan bakar atau memperbaiki kapal.

”Penderitaan” bankir tak berhenti sampai di sini. Selanjutnya ia masih harus bolak-balik untuk menagih cicilan utang, mengajarkan cara mengatur keuangan kepada sang nelayan, dan bahkan ikut memasarkan ikan-ikan yang tidak laku.

Bayangkan pula, bankir sedang duduk-duduk di kantor lalu datang direktur korporasi yang memiliki reputasi bagus mengajukan kredit Rp 100 miliar untuk membangun pabrik otomotif. Kredit pun disetujui dengan bunga 12 persen/tahun.

Dengan membandingkan dua ilustrasi di atas, bisa ditebak, kondisi mana yang lebih dipilih bankir. Namun, di sinilah justru tantangan perbankan. Jika berhasil mengubah paradigma dan sukses menyalurkan kredit ke sektor UMKM, bank akan menuai banyak manfaat di kemudian hari. Selain keuntungan yang berlipat, bank akan mendapat manfaat utama, yakni kokohnya fundamental bank mengingat kredit UMKM tahan berbagai gejolak perekonomian sehingga tidak mudah macet.

Paradigma

Maka, untuk kemaslahatan bersama, perbankan nasional seharusnya kembali mengutamakan kredit UMKM. Perbankan harus menjadikan sektor ini sebagai pilar terpenting perekonomian negeri. Bank diharapkan tidak lagi hanya memburu perusahaan-perusahaan yang telah jadi, tetapi juga menjadi pelopor mengembangkan potensi perekonomian dengan menumbuhkan wirausahawan.

Perbankan harus meningkatkan kompetensinya dalam memberdayakan UMKM dengan memberikan solusi total, mulai dari menjaring wirausahawan baru potensial, membinanya hingga menumbuhkannya. Pemberian kredit hanyalah satu mata rantai dalam pengembangan UMKM secara utuh.

Faktor pembinaan sebenarnya jauh lebih menentukan gagal suksesnya wirausahawan ketimbang faktor pembiayaan. Terbukti selama puluhan tahun sudah banyak diciptakan kredit program atau subsidi, tetapi pengembangan UMKM Indonesia tetap kurang berhasil dibandingkan dengan negara lain.

Terkait pembinaan wirausahawan, Bank Mandiri, misalnya, menggulirkan program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang bertujuan memfasilitasi dan memotivasi generasi muda dalam kewirausahaannya.

Terkait pembinaan ini, bank- bank sebaiknya memiliki pusat pelatihan wirausaha. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), misalnya, berencana menyediakan ruang pelatihan di setiap kantor cabangnya.

(43)

Kompas Jumat, 17 Oktober 2008

Bank Negara Indonesia (BNI), misalnya, banyak menciptakan model cluster atau kelompok untuk menjangkau pengusaha mikro. Sebagai contoh, di kawasan Jawa Barat, banyak pedagang kelontong keliling yang menjual barangnya secara kredit. Karena modal cekak, barang yang dijual pun tak bisa banyak.

Lalu BNI mengumpulkan para pedagang yang beroperasi dalam satu area dan dibentuklah kelompok. Dari kelompok tersebut dipilih seorang bapak angkat yang tentu saja memiliki usaha paling besar. Selanjutnya bank menyalurkan kredit kepada bapak angkat yang lalu mendistri

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom CDSA Medan pada program kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada

hukum atau badan usaha berbadan hukum. 2) Menurut Depperindag (Departemen Perindustrian dan Perdagangan) tahun 1999, industri kecil merupakan kegiatan usaha industri yang memiliki

DAP INFORMASI KOPERASI DAN USAHA KECIL PADA SURAT KABAR MEDIA INDONESIA (Kasus Pada Karyawan Dinas Perindustrian dan Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil

Berdasarkan hasil analisis penelitian Pengaruh Program Sertiikasi Tanah UMK tahun 2008 di Kabupaten Kulon Progo terhadap akses permodalan bagi UMK sebagai berikut:

hukum atau badan usaha berbadan hukum. 2) Menurut Depperindag (Departemen Perindustrian dan Perdagangan) tahun 1999, industri kecil merupakan kegiatan usaha industri yang memiliki

Berdasarkan tabel di atas hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh jaringan UMKM terhadap akses keuangan pinjaman adalah diterima, ini dapat dibuktikan

Penyelarasan Rencana Strategis (Penyelarasan RENSTRA) Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Buleleng Tahun 2017-2022 disusun sebagai