• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan Dengan Ita Mode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan Dengan Ita Mode"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA TERHADAP USAHA KECIL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH : STUDI KEMITRAAN PT. TELKOM CDSA MEDAN DENGAN “ITA MODE”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH : DILA AFIFAH NIM : 090200159

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH : STUDI KEMITRAAN PT. TELKOM CDSA MEDAN DENGAN “ITA MODE”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH : DILA AFIFAH NIM : 090200159

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen

Windha, SH., M.Hum NIP. 197501122005012002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum Ramli Siregar, SH., M.Hum

NIP. 195905111986011001 NIP. 195303121983031002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAKSI

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum * Ramli Siregar, SH., M.Hum **

Dila Afifah ***

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan terhadap masalah Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalah adalah bagaimana pelaksanaan Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil, bagaimana peran Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan terhadap pemberdayaan usaha kecil Ita Mode menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan apa saja hambatan dalam pelaksanaan Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan dengan Usaha Kecil sebagai Mitra Binaannya.

Metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah Metode Penelitian Hukum Normatif Deskriptif dimana pada tahap awal Penulis melakukan penelitian terhadap data sekunder yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait untuk dan selanjutnya Penulis melakukan penelitian melalui teknik wawancara dan mengumpulkan bahan dari narasumber yaitu pada PT. Telkom CDSA Medan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Kemitraan pada PT. Telkom CDSA Medan terhadap Mitra Binaannya yaitu usaha kecil Ita Mode.

Peranan Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan terhadap Ita Mode sebagai Mitra Binaannya adalah dengan memberikan bantuan berupa dana pinjaman lunak yang terdiri atas beberapa periode peminjaman, dimana bantuan dana pinjaman ini digunakan untuk pengembangan bidang usaha Ita Mode yang bergerak di bidang jahit dan modifikasi kebaya. Dalam Kemitraannya terhadap Usaha Kecil, PT. Telkom CDSA Medan tidak hanya memberikan bantuan berupa dana pinjaman lunak, namun juga memberikan pelatihan serta promosi dagang usaha kecil Ita Mode yang menjadi Mitra Binannya. Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan memberikan peranan yang sangat besar terhadap usaha kecil Ita Mode. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan usaha kecil Ita Mode yang semakin meningkat baik dari segi pendapatan maupun manajemen usaha. Jika dihubungkan dengan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dalam kemitraan ini antara PT. Telkom CDSA Medan dengan usaha kecil Ita Mode, maka PT. Telkom CDSA sebagai BUMN telah mengimplementasikan kemitraannya dengan baik terhadap usaha kecil Ita Mode.

Kata Kunci : Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan, UU No. 20 Tahun 2008, Ita Mode

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan segenap kerendahan dan keikhlasan hati Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan ridha-Nya yang begitu besar kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Begitu pula shalawat beriring salam Penulis panjatkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW (Allahumma sholli ala sayydina Muhammad, wa ala alihi sayyidina Muhammad) semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuat suatu karya ilmiah dalam menyelesaikan masa kuliahnya. Untuk menyelesaikan masa kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum maka Penulis mempersembahkan sebuah skripsi yang berjudul “Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan Dengan Ita Mode”.

(5)

Telepas dari semua kekurangan yang ada pada skripsi ini, Penulis mempersembahkan serta memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

Kedua orang tua tercinta Penulis H. Sarhari dan Hj. Armiyati. Bapak, Ibuk, terima kasih atas semua yang telah kalian korbankan demi hidupnya seorang Dila, atas kasih sayang serta doa yang tidak pernah putus yang kalian berikan kepada Penulis, atas segenap dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga yang telah diberikan kepada Penulis. Terima kasih kepada abang-abang Penulis, Dipa Hidayat, Tjun-Tjun Darmadji, Boyke Sitorus Pane, juga kepada kakak-kakak Penulis Fitri Sartika dan Dina Wahyuni yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Kepada keponakan kecil Penulis yang telah memberikan semangat dan menghibur Penulis, M. Rifki Fahrezi, Rasydan Adriano Atalla, Kamila Putri. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Yahya Zailani Nasution atas segala pengorbanan, dukungan, kasih sayang, cinta yang telah dicurahkan kepada Penulis dan setia menemani Penulis sampai sekarang dan InshaAllah selama hidup Penulis, amin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Bapak Muhammad Husni, SH., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha, SH., M.Hum., selaku ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Edi Murya, SH selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. 10.Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendidik Penulis dari awal hingga akhir masa perkuliahan.

11.Seluruf Pegawai, Staf, Jajaran Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.

(7)

13.Kepada seluruh keluarga besar Repala-Semeru SMAN 3 Medan yang telah memberikan titik awal pembelajaran hidup dan pengalaman sehingga Penulis dapat berdiri seperti sekarang. Aku bukan apa-apa jika aku tak kenal Repala-Semeru.

14.Kepada seluruh keluarga besar KOMPAS-USU atas segala pembelajaran dan pengalaman. Terima kasih kepada kak Netty, kak Kunti atas keikhlasan dan ketulusannya menerima segala curahan hati Penulis. Kepada Johan, Fauzi, Ganda, Manda, Desti, Mawan, Akmal, bang Tanjung, bang Wanol, bang Yudha, Akang, dan saudara-saudara KOMPAS-USU lainnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Mauliate Godang untuk semua ilmu, pengalaman hidup, canda tawa,

suka duka yang telah kalian torehkan di lembar cerita hidup Penulis. 15.Kepada sahabat Penulis Fanny Arizka Andini yang telah menemani

Penulis selama 7 tahun lebih. I can’t say anything, just thank’s for everything.

16.Kepada teman Penulis Wika Tridiningtias yang telah bersama-sama melewati masa-masa perkuliahan dari awal hingga akhir, terima kasih atas kesetiaan dan ketulusan hati menemani dan membantu Penulis dalam menempuh masa-masa perkuliahan.

(8)

semua pengorbanan yang telah diberikan kepada Penulis, terima kasih untuk setiap “jalan-jalan” kita ya bos.

18.Kepada teman-teman Penulis lainnya, Surya, Ivan, Ara, Rebeca, Yunita, Yona, Monica, dan semua teman-teman stambuk 2009 Fakultas Hukum USU.

19.Kepada dinginnya hutan, derasnya arus, gelapnya liang bumi, cadasnya dinding tebing, indahnya bike-track, dan segenap keindahan dan keagungan semesta yang telah memberikan beribu rekaman momori perjalanan, beribu ilmu, pengalaman, suka duka, dan arti hidup kepada Penulis.

Medan, April 2013 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ...11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...12

D. Keaslian Penulisan ...13

E. Tinjauan Kepustakaan ... 13

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ...20

BAB II : PELAKSANAAN KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PT. TELKOM CDSA MEDAN TERHADAP USAHA KECIL SEBAGAI MITRA BINAAN A. Pengertian Mengenai Kemitraan, Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Kecil 1. Kemitraan ...22

2. Badan Usaha Milik Negara ...27

3. Usaha Kecil ...31

(10)

C. Syarat-Syarat Permohonan Pengajuan Pinjaman ...46 D. Jaminan Dalam Program Kemitraan ...52 1. Fungsi Jaminan Dalam Program Kemitraan ...53 2. Keterkaitan Antara Besar Nilai Pinjaman Dengan Besar Nilai Jaminan ...57

BAB III : PERAN KEMITRAAN PT.TELKOM CDSA MEDAN TERHADAP “ITA MODE”

A. Visi Dan Misi Program Kemitraan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk ...60 B. Tujuan Pemberian Pinjaman Oleh PT. Telkom CDSA Medan, Tbk Terhadap Usaha Kecil ...62 C. Peran Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan Terhadapa Usaha Kecil

Ita Mode Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah ...69

BAB IV : HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. TELKOM CDSA MEDAN DENGAN MITRANYA

A. Hambatan Pemberian Pinjaman Oleh PT. Telkom CDSA Medan Terhadap Mitranya ...80 B. Penyelesaian Pembayaran Pinjaman Oleh Mitra Yang Bermasalah ...84

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

B. Saran ...91

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

ABSTRAKSI

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum * Ramli Siregar, SH., M.Hum **

Dila Afifah ***

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan terhadap masalah Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalah adalah bagaimana pelaksanaan Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil, bagaimana peran Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan terhadap pemberdayaan usaha kecil Ita Mode menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dan apa saja hambatan dalam pelaksanaan Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan dengan Usaha Kecil sebagai Mitra Binaannya.

Metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh data guna mendukung penulisan skripsi ini adalah Metode Penelitian Hukum Normatif Deskriptif dimana pada tahap awal Penulis melakukan penelitian terhadap data sekunder yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait untuk dan selanjutnya Penulis melakukan penelitian melalui teknik wawancara dan mengumpulkan bahan dari narasumber yaitu pada PT. Telkom CDSA Medan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Kemitraan pada PT. Telkom CDSA Medan terhadap Mitra Binaannya yaitu usaha kecil Ita Mode.

Peranan Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan terhadap Ita Mode sebagai Mitra Binaannya adalah dengan memberikan bantuan berupa dana pinjaman lunak yang terdiri atas beberapa periode peminjaman, dimana bantuan dana pinjaman ini digunakan untuk pengembangan bidang usaha Ita Mode yang bergerak di bidang jahit dan modifikasi kebaya. Dalam Kemitraannya terhadap Usaha Kecil, PT. Telkom CDSA Medan tidak hanya memberikan bantuan berupa dana pinjaman lunak, namun juga memberikan pelatihan serta promosi dagang usaha kecil Ita Mode yang menjadi Mitra Binannya. Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan memberikan peranan yang sangat besar terhadap usaha kecil Ita Mode. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan usaha kecil Ita Mode yang semakin meningkat baik dari segi pendapatan maupun manajemen usaha. Jika dihubungkan dengan UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM, dalam kemitraan ini antara PT. Telkom CDSA Medan dengan usaha kecil Ita Mode, maka PT. Telkom CDSA sebagai BUMN telah mengimplementasikan kemitraannya dengan baik terhadap usaha kecil Ita Mode.

Kata Kunci : Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan, UU No. 20 Tahun 2008, Ita Mode

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Seperti kita ketahui, pembangunan di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun terakhir ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang ditunjukkan oleh kemajuan fisik yang sangat menakjubkan. Namun pertanyaan yang masih sering muncul di benak kita adalah mengapa masih terjadi ketimpangan dan gejolak sosial di masyarakat di tengah-tengah maraknya pembangunan saat ini di segala bidang. Jika dicermati lebih mendalam kita dihadapkan pada kenyataan dimana pembangunan yang dilaksanakan selama tiga dekade terkahir terkesan hanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dan kurang terfokus pada pemertaan hasil pembangunan tersebut.1

Khusus ketimpangan ekonomi faktor utama penyebabnya adalah pemusatan kekuatan ekonomi atau penguasaan asset nasional pada sekelompok anggota masyarakat tertentu dalam berbagai bentuk monopoli dan oligopoli.

1

(15)

Ketimpangan penguasaan aset terutama yang produktif pada gilirannya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. 2

Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha antara yang besar dan yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah. Melalui kemitraan diharapkan dapat secara bersimbiose mutualistik sehingga kekurangan dan keterbatasan usaha kecil dapat teratasi. Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah, ketimpangan kota dengan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling mengutungkan, dan saling memperkuat dengan fungsi dan taanngung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut.3

Dalam perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Di negara maju, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar., seperti halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga di banyak negara kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan

2

Ibid.

3

(16)

penduduk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar.4

Tidak dapat dipungkiri bahwa Usaha Kecil memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu Negara. Demikian halnya dengan Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi.5

Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas usaha kecil menengah (UKM) maupun industri kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional, yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa dan memperkokoh struktur ekonomi nasional.6 Ada tiga alasan utama kenapa suatu Negara harus mendorong usaha kecil yang ada untuk terus berkembang. Alasan yang pertama adalah karena pada umumya cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kemudian untuk alasan yang kedua seringkali mencapai peningkatan

produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan bagian dari dinamika usahanya yang terus meyesuaikan perkembangan jaman.

4

Tulus T. H. Tambunan, UMKM Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 1 5

Pasal 1, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 6

(17)

Untuk alasan yang terkahir, usaha kecil ternyata memilki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan perusahaan besar.

Permasalahan, peluang, dan pengembangan usaha kecil dalam ekonomi nasional maupun global menunjukkan hal-hal apa yang perlu diperkuat dalam percaturan bisnis (mampu atau tidak bertahan) dan usaha-usaha bagaimana yang perlu dikembangkan di masa-masa mendatang, dalam rangka mencapai prespektif usaha kecil yang potensional dan dinamis. Hal tersebut, permasalahannya terutama dikelompokkan atas 3 kategori berikut :

a. Permasalahan klasik dan mendasar, misalnya keterbatasan modal, SDM, pengembangan produk, dan akses pemasaran.

b.Permasalahan pada umumnya, misalnya peran dan fungsi instansi terkait dalam menyelesaikan masalah dasar yang berhubungan dengan masalah lanjutan, seperti prosedur perizinan, perpajakan, agunan, dan hukum.

c.Permasalah lanjutan, misalnya pengenalan dan penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalaha hukum yang menyangkut perizinan, hak paten dan prosedur kontrak.7

Di Indonesia, usaha kecil yang ada memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Perkembangan suatu usaha dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk faktor eksternal sendiri ada satu permasalahan umum yang biasa dihadapi oleh para

7

(18)

pelaku usaha yaitu permodalan. Kesulitan memperoleh modal untuk investasi maupun untuk operasional usaha merupakan masalah klasik yang masih mengahantui di Indonesia selama ini.

Sebenarnya permasalahan ini bisa diselesaikan dengan catatan bahwa masing-masing pelaku usaha menerapkan konsep manajemen yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan oleh lembaga keuangan yang ada. Selama ini kenyataan di lapangan ternyata masih banyak para pelaku usaha yang belum menerapkan konsep manajemen seperti ini dalam operasional mereka sehari-hari. Selain itu tingginya bunga kredit dan berbelitnya prosedur pengajuan menyebabkan sebagian besar usaha kecil tidak mengajukan kredit kepada lembaga keuangan bank maupun nonbank seperti pasar modal dan pembiayaan.

Dari uraian tersebut maka pemerintah sangat fokus dalam membina dan mengembangkan usaha kecil dengan memberikan kredit lunak untuk meningkatkan permodalan bahkan dapat merangsang tumbuhnya usaha kecil lainnya. Selain dari segi finansial pemerintah juga membantu pelaku usaha kecil dalam hal bimbingan cara mengelola atau memanajemen perusahaan yang baik karena dapat dikatakan para pelaku usaha kecil berangkat dari bakat dan kemauan untuk maju yang tidak memilik dasar pengetahuan manajemen perusahaan. Sangat penting bagi pemerintah untuk dapat memberikan pengetahuan tersebut agar usaha kecil dapat lebih tertata rapi dan berkembang maju serta meningkatkan perekonomian nasional pada umumya.

(19)

melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.8

Sebagai salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi, tentunya BUMN akan berperilaku pula sebagai layaknya perusahaan pada umumnya yang juga berorientasi pada pencapaian keuntungan atau laba. BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata-kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Sebagai korporasi, BUMN memiliki tuntutan peran sedemikian. Namun pada sisi lain BUMN pun dituntut memberikan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitarnya. Pasal 88 UU RI No. 19 Tahun 2003 menyebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil / koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

8

(20)

sebagai biaya perseroan yang biaya pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, sebagai lembaga pemerintah yang menaungi dan mengayomi institusi BUMN, turut menindaklanjuti Pasal 88 UU No. 19 Tahun 2003 tersebut dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat ‘PKBL’). Dengan peraturan tersebut, Kementerian Negara BUMN menjabarkan peran dan

partisipasi BUMN kedalam 2 program, yakni : Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Pasal 2 ayat (1) Permen BUMN tersebut menegaskan bahwa Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini. Berdasarkan Pasal 1 Angka 5 Permen BUMN tersebut, yang dimaksud dengan Program Kemitraan dengan usaha kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Pelaksana daripada program tersebut adalah unit organisasi khusus yang merupakan bagian dari organisasi BUMN yang berada dibawah pengawasan seorang direksi (Angka 16 Pasal 1 jo. Pasal 5

(21)

deposito dan/atau jasa giro dari dana (sisa) program tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, atau pelimpahan dana program dari BUMN lain (vide Pasal 9).

Program Kemitraan yang dilakukan oleh BUMN, sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Permen.BUMN tersebut, diberikan dalam bentuk : pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan, dan pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.9

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang akrab dikenal dengan PT. TELKOM Tbk sebagai salah satu BUMN di Indonesia yang bergerak di bidang Informasi dan Komunikasi yang menyediakan jasa jaringan komunikasi secara lengkap di Indonesia. Telkom juga merupakan salah satu BUMN yang kegiatan usahanya menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentunya perusahaan ini bersentuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyrakat umum. Selain berorientasi pada keuntungan, seperti layaknya perusahaan BUMN lainnya, Telkom Tbk juga menjalankan kewajiban tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Dalam prakteknya Telkom aktif terlibat dalam berbagai program pengembangan terutama di bidang pendidikan, sosial maupun pengembangan

9

PKBL BUMN, CSR-kah? Tinjauan Dalam Prespektif Hukum Positif,

(22)

dunia usaha. Berkaitan dengan pengembangan dunia usaha, Telkom memiliki organisasi yang menaungi masalah pengembangan usaha sebagai bentuk CSR perusahannya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik

Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (disingkat PKBL)

yang telah mulai diberlakukan untuk tahun buku 2007 dan ditetapkan pada

tanggal 27 April 2007. Organ pelaksana program-program sosial Telkom adalah

CDC (Community Development Centre), yaitu sebuah unit khusus yang dibentuk

oleh Telkom yang berfungsi sebagai unit PKBL sebagaimana BUMN lain

merespon Keputusan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003. Dengan begitu,

keberadaan Telkom CDC, disamping sebagai implementasi kebijakan sosial

Telkom juga sekaligus merupakan wujud kepatuhan Telkom terhadap pemilik

(pemegang saham mayoritas) yaitu pemerintah.10 Untuk wilayah Sumatera Utara

khususnya Medan, unit PKBL ditangani oleh CDSA (Community Development

Sub Area) Medan. CDSA merupakan sub dari CD Area Sumatera Utara, yang

cakupan wilayahnya meliputi Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten

Langkat dan sebagian wilayah Serdang Bedagai.

Telkom CDSA Medan yang berada di Kandatel Medan (Kantor Daerah

Telkom Medan) sebagai unit pelaksana PKBL Telkom memiliki cakupan wilayah

kerja yang mencakup Kota Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang

dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai. Telkom CDSA Medan merupakan sub

dari pada CD Area Sumatera Utara. Sebenarnya tidak ada bagian dari CDSA

10

(23)

Medan di dalam stuktur keorganisasian organisasi CDC. Pembentukan CDSA

Medan ini merupakan kebijakan yang diambil oleh CD Area Sumatera Utara yang

dikarenakan luasnya cakupan wilayah kerja yang meliputi seluruh wilayah

Sumatera Utara. Maka dibentuklah sub-sub dari CD Area Sumatera Utara dan

terbentuklah CDSA Medan in.

Dapat dikatakan bahwa PKBL ini adalah unit yang menjalankan CSR perusahaan. Dalam PKBL terdapat dua program yaitu Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Dalam Program Kemitraan, Telkom sebagai BUMN memberikan pinjaman lunak khususnya kepada Usaha Kecil guna menopang dan

menunjang kemajuan Usaha Kecil tersebut. Selanjutnya Usaha Kecil yang telah terikat dengan Telkom dalam Program Kemitraan disebut sebagai Mitra Binaan. Selain memberikan bantuan berupan pinjaman lunak, Telkom juga memberikan pembinaan kepada mitra-mitra binaanya guna memberikan pengetahuan manajeman usaha yang baik kepada Usaha Kecil.

(24)

Melihat besarnya peranan Kemitraan dalam membangun perekonomian nasional khususnya dalam penyaluran pinjaman lunak dalam Program Kemitraan BUMN kepada masyarakat khususnya kalangan pengusaha kecil, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. TELKOM CDSA Medan Dengan Ita Mode”, sebagai penulisan skripsi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan menjadi perumusan masalah di dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan Kemitraan Badan Usaha Milik Negara terhadap Usaha Kecil.

2. Bagaimana peranan PT. Telkom CDSA Medan sebagai Badan Usaha Milik Negara dalam pengembangan Usaha Kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(25)

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini selain dari pada untuk memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana, tujuan lainnya adalah :

1.Untuk mengetahui pelaksanaan program kemitraan BUMN terhadap usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2.Untuk mengetahui peran PT. Telkom CDSA Medan sebagai BUMN dalam pengimplementasian kemitraan terhadap usaha kecil.

3.Untuk mengetahui hambatan pelaksanaan kemitraan PT. Telkom CDSA Medan sebagai BUMN dengan Ita Mode sebagai mitra binaan

Skripisi ini juga diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1.Secara Teoritis

Menambah wawasan dalam kegiatan pelaksanaan kemitraan, khususnya peran kemitraan BUMN terhadap usaha kecil, dimana hal ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dan pemerintah dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

2.Secara Praktis

(26)

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripisi ini adalah merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini didasarkan atas ide, gagasan, pemikiran dan yang utama adalah pada ketertarikan penulis terhadap fenomena kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil.

Adapun skripsi ini berjudul “Peran Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Studi Kemitraan PT. Telkom CDSA Medan Dengan Ita Mode”, belum pernah diangkat sebelumnya oleh oang lain dan skripsi ini bukanlah hasil ciptaan atau penggandaan dari hasil karya orang lain. Apabila ternyata ada yang sudah menulis tentang ini, penulis yakin substansi pembahasannya berbeda. Oleh karena itu, keaslian penulisan ini terjamin adanya. Dan apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap perusahaan dibebankan tanggung jawab dalam bentuk komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan.11

11

(27)

Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.12

Khusus bagi BUMN, terdapat suatu program yang merupakan pelaksanaan dari CSR perusahaan, dan program inilah yang disebut dengan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.13

Program ini merupakan kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh seluruh BUMN dengan maksud agar BUMN disamping menjalankan operasional bisnisnya, juga melaksanakan tugas sosial (CSR=Corporate Social Responsibility) sebagai Pembina usaha kecil-koperasi berupa akses permodalan dan pendampingan, sehingga pada akhirnya, usaha kecil-koperasi bisa mandiri dan mendapat akses pembiayaan komersial/perbankan. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebesar 1 s/d 3 persen.14

Di dalam Program Kemitraan inilah BUMN mengadakan suatu hubungan kemitraan khususnya dengan Usaha Kecil dalam memberikan pinjaman lunak dan juga memberikan pembinaan kepada Usaha Kecil yang menjadi mitra binaannya.

12

Pasal 1, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 13

Pasal 1, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

14

(28)

Kemitraan usaha antara pelaku ekonomi yaitu antara besar dan menengah dengan usaha kecil akan mewujudkan demokrasi ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi. Karena usaha kecil dan koperasi merupakan bagian terbesar dari pelaku perekonomian nasional maka seyogiannya usaha kecil diberikan peluang dan peran yang lebih besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi nasional.15 Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan dapat mengurangi masalah ketimpangan yang dihadapi oleh sebagian lapisan masyarakat. Kemitraan dijadikan solusi karena baik keberadaan maupun fungsi dan perannya diperlukan untuk memberdayakan semua lapisan masyarakat, khususnya pelaku usaha kecil yang keberadaannya sebagai pelaku ekonomi terbesar sekaligus pilar penopang utama dari perekonomian nasional.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang selanjutnya disebut dengan UMKM tidak saja berbeda dengan usaha besar, tetapi di dalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara Usaha Mikro dengan Usaha Kecil dan Usaha Menengah dalam sejumlah aspek yang dapat dilihat sehari-hari di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Aspek-aspek itu termasuk orientasi pasar, profil dan pemilik usaha, sifat dan kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang ditetapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan-bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat dari keterlibatan wanita sebagai pengusaha. 16

15

Mohammad Jafar Hafsah, Op.Cit., hlm. 15 16

(29)

Selain itu, menurut suatu laporan dari BPS (2006), ada perbedaan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah dalam latar belakang atau motivasi pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya harus dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara UMKM dan usaha besar, maupun antara subkategori di dalam kelompok UMKM itu sendiri. Menurut laporan tersebut, sebagian besar pengusaha mikro di Indonesia mempunyai latar belakang ekonomi, yakni alasan utama untuk melakukan kegiatan tersebut adalah ingin memperoleh perbaikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Disamping itu, latar belakang menjadi pengusaha mikro karena faktor keturunan, yaitu meneruskan usaha keluarga. Terlihat banyak faktor keluarga masih dominan di masa jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya juga menjadi nelayan dan seterusnya. Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah karena tidak ada kesempatan untuk berkarier di bidang lain. 17

Latar belakang pengusaha kecil lebih beragam dari usaha mikro, walaupun latar belakang ekonomi merupakan alasan yang utama. Tetapi sebagian lain mempunyai latar belakang lebih realistis dengan melihat prospek usaha ke depan dengan kendala modal yang terbatas. Sebagian besar pengusaha kecil di Indonesia mempunyai alasan berusaha karena adanya peluang bisnis dan pangsa pasar yang aman dan besar. Ada juga sejumlah pengusaha kecil berusaha dengan alasan utamanya karena faktor keturunan/warisan, dibekali keahlian dan membuka lapangan kerja baru bagi warga setempat. Walaupun masih ada

17

(30)

sejumlah pengusaha yang beralasan karena tidak ada kesempatan di bidang lain dengan berbagai macam alasan, misalnya pendidikan formal yang rendah atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha kecil mempunyai alasan yang lebih baik daripada usaha mikro. 18

Sedangkan latar belakang pengusaha menengah di Indonesia sebagian besar sama, seperti motivasi dari pengusaha kecil, yakni melihat prospek usaha ke depan, adanya peluang dan pangsa pasar yang aman dan besar. Ada sebagian pengusaha dari kelompok ini yang melakukan usaha karena faktor keturunan/warisan, mempunyai keahlian, atau lainnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi dari pengusaha UKM lebih berorientasi bisnis dibandingakn pengusaha Usaha Mikro.19

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usahan yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah dan usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.20 Usaha Kecil memiliki peranan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah melalui Menteri UKM sangat mendukung Usaha Kecil karena melalui perusahaan kecil pemerintah dapat mengatasi masalah pengangguran, kemiskinan dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional secara umumnya. Usaha Kecil dapat dikatakan urat nadi perekonomian nasional sebab Usaha Kecil biasanya menyerap tenaga kerja lokal

18

Ibid.

19

Ibid.

20

(31)

sekitar perusahaan dan secara otomatis masyarakat disekitar akan memiliki pendapatan yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai sasaran utama pembangunan harus dilandasi dengan komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah, pebisnis dan lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan strategi agresif yang berbasis pada ekonomi jaringan (kemitraan). Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah secara keseluruhan dilakukan dengan cara memberi dukungan posistif dan nyata terhadap pengembangan sumber daya manusia (pelatihan kewirausahaan), teknologi, informasi, akses pendanaan serta pemasaran. Perluasan pasar ekspor merupakan indikator keberhasilan membangun iklim usaha yang berbasis kerakyatan. 21

F. Metode Penelitian 1.Jenis Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis menggunakan metode penelitian Hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian dengan mengolah sumber data-data sekunder. Sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut juga dilakukan dengan mengadakan survey ke lapangan untuk mendaapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang telah ada.

21

Abdullah Abidin, “Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Kekuatan

Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah”,

(32)

2.Sumber Data a.Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari PT. Telkom CDSA Medan dan pelaku usaha kecil Ita Mode.

b.Data Sekunder

Data-data sekunder tersebut meliputi :

1)Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mencakup ketentuan yang menyangkut dan berhubungan dengan pearaturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ada dan terkait.

2)Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman akan paraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ditemukan dalam bahan hukum primer.

3)Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus (hukum), ensiklopedia.

3.Metode Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini mengunakan metode sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

(33)

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu melakukan penelitian secara langsung ke lapangan, dalam hal ini penelitian dilakukan di PT. Telkom CDSA (Community Development Sub Area) Medan dan usaha kecil Ita Mode.

4.Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan. Sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik di dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Setelah data-data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(34)

BAB III : Bab ini akan membahas tentang peranan kemitraan Telkom CDSA Mesan terhadap usaha kecil “Ita Mode” sebagai mitra binaan, yang memuat tentang visi misi Program Kemitraan PT. Telkom, tujuan pemberian pinjaman kepada usaha kecil dan peran kemitraan Telkom CDSA Medan terhadap usaha kecil Ita Mode.

BAB IV : Bab ini akan membahas hambatan-hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan Program Kemitraan Telkom CDSA Medan dengan mitra binaannya yang memuat tentang hambatan pemberian pinjaman oleh Telkom CDSA kepada Ita Mode sebagai usaha kecil yang menjadi mitra binaannya dan tata cara penyelesaian pembayaran pada mitra yang bermasalah.

(35)

BAB II

PELAKSANAAN KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PT. TELKOM CDSA MEDAN TERHADAP USAHA KECIL SEBAGAI MITRA

BINAAN

A. Pengertian Mengenai Kemitraan, Badan Usaha Milik Negara dan Usaha Kecil

1.Kemitraan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , arti kata mitra adalah teman,

kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya, perihal hubungan atau

jalinan kerjasama sebagai mitra. Sedangkan menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah ,

kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih

dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip

saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi

bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan

diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dua pendapat tersebut

apabila dipadukan akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa

kemitraan merupakan jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan

antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling

memperbesar, dan saling menguntungkan. Pada dasarnya kemitraan

(36)

bentuk kerja sama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya.22

Henry R. Cheeseman memberikan istilah Kemitraan sebagai berikut :

“Voluntary Association of two or more person for carrying on a busineesas co-owner for profit. The formation of a partnership creates certain right and duties among partners and with third parties. These right and duties are estabilished in the partnership agreement and by law”.

(Kemitraan atau yang dikenal dengan istilah persekutuan adalah asosiasi secara sukarela dari dua atau lebih orang untuk bersama-sama dalam kegiatan usaha dan menjadi mitra untuk memperoleh keuntungan. Bentuk-bentuk Kemitraan menimbulkan adanya hak dan kewajiban diantara keduanya. Hak dan kewajiban para pihak dinyatakan dalam perjanjian Kemitraan ataupun ditentukan oleh Undang-undang.).23

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Hal ini erat kaitannya dengan peletakan dasar-dasar moral berbisnis bagi pelaku-pelaku kemitraan. Pemahaman etika bisnis sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi dalam mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Tersirat dalam uraian ini bahwa peletakan dan pemahaman etika bisnis bagi pelaku

kemitraan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipahami sebagai

22

http://andrianjati.blogspot.com/2011/01/kemitraan-usaha.html, diakses pada tanggal 07 Januari

2013. 23

(37)

fondasi untuk meletakkan pilar-pilar kemitraan yang melekat di atasnya dan sangat berperan strategis dalam memacu keberhasilan kemitraan.24

Sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka sangat tepat bila upaya-upaya yang dilakukan dalam kaitannya dengan memasyarakatkan kemitraan sebagai alternatif pemerataan dalam mengahadapi era globalisasi ini adalah dengan cara memasyarakatkan etika bisnis bagi pelaku bisnis. Karena pada dasarnya semakin kuat pemahaman serta penerapan etika bisnis bagi pelaku kemitraan maka semakin kokoh fondasi kemitraan yang dibangunnya dan pada gilirannya akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri. Disamping itu dengan adanya fondasi yang kuat tersebut, maka akan memudahkan mengahadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam pelaksanaan kemitraan.

Kemitraan selain memberikan keuntungan bersama, dalam pengertian yang lebih luas, keberadaan kemitraan akan selalu memberikan nilai tambah bagi pihak yang bermitra dari berbagai aspek seperti ; manajemen, pemasaran, teknologi, permodalan, dan keuntungan. Besaran nilai tambah akan tergantung sejauh mana kemampuan untuk menyiasati strategi yang disusun secara bersama dan target sasaran yang ingin dicapai.25

Dengan demikian kemitraan adalah suatu proses. Proses yang dimulai dengan perencanaan, kemudian rencana itu diimplementasikan dan selanjutnya dimonitor serta dievaluasi terus menerus oleh pihak yang bermitra. Dengan demikian terjadi alur tahapan pekerjaan yang jelas dan teratur sesuai dengan

24

Mohammad Jafar Hafsah, Op.Cit., hlm. 43 25

(38)

sasaran yang ingin dicapai. Karena kemitraan merupakan suatu proses maka keberhasilannya secara optimal tentu tidak selalu dapat dicapai dengan pencapaian nilai tambah yang didapat oleh pihak yang bermitra baik dari segi material maupun non-material. Nilai tambah ini akan berkembang terus sesuai dengan meningkatnya tuntutan untuk mengadaptasi berbagai perubahan yang terjadi. Singkatnya, nilai tambah yang didapat merupakan fungsi dari kebutuhan yang ingin dicapai.26

Kemitraan berlangsung antara semua pelaku dalam perekonomian baik

dalam arti asal usul atau kepemilikannya, yang meliputi BUMN, badan usaha

swasta, dan koperasi; maupun dalam arti ukuran usaha yang meliputi usaha besar,

usaha menengah, dan usaha kecil. Selain aspek pelaku, dalam aspek objeknya,

kemitraan bersifat terbuka dan menjangkau segala sektor kegiatan ekonomi. Konsep

kemitraan usaha dalam pembangunan UKM di Indonesia setidaknya mulai

dicanangkan oleh pemerintah setelah berlakunya UU No. 9 Tahun 1995 tentang

Usaha Kecil dan Inpres No. 10 Tahun 1998 tentang Usaha Menengah. Kemitraan

usaha dalam lingkungan pelaku UKM sudah tidak asing lagi. Kemitraan usaha

dianggap menjadi salah satu alternatif upaya untuk mengatasi berbagai problem

internal yang dihadapi. Kemitraan usaha dimaknai sebagai bentuk hubungan

bisnis antara usaha kecil dan menengah dengan usaha besar dengan

tetap memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling

menguntungkan. Secara ideal, kemitraan usaha diorintasikan untuk menghindari

kesenjangan (gap) antara usaha kecil menengah dengan usaha besar guna

26

(39)

membangun keseimbangan dunia usaha (ekonomi), terciptanya ketahanan

usaha yang berkelanjutan bagi UKM dan usaha besar dalam menghadapi

persaingan bisnis global, terwujudnya solidaritas dan saling melindungi sesama

dalam kerangka penguatan basis ekonomi nasional, lebih dari itu kemitraan

usaha menjadi alat perekat kemandirian ekonomi bangsa guna mewujudkan

keadilan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.27

Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “Win-Win Solution Partnership”. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal-balik bukan sebagai buruh-majikan atau atasan-bawahan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan yang proporsional, di sinilah kekuatan dan karakter kemitraan usaha.28

Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan berkiprahnya pengusaha kecil dalam percaturan perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengurangi kesenjangan sosial. Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Defenisi kemitraan tersebut mengandung makna sebagai tanggung jawab moral. Pengusaha

27

http://andrianjati.blogspot.com/2011/01/kemitraan-usaha.html, diakses pada tanggal 07 Januari 2013.

28

(40)

menengah/besar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. Ini berarti masing-masing pihak yang bermitra harus menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan, masing-masing memiliki keterbatasan, baik di bidang manajemen, pengusasaan iptek maupun penguasaan sumber daya, mereka harus mempu saling mengisi dan melengkapi kekurangan masing-masing.29

2.Badan Usaha Milik Negara

Sesuai dengan namanya yaitu Badan Usaha Milik Negara, dapat diketahui bahwa pemilik badan usaha atau perusahaan itu kepunyaan negara atau pemerintah. Negara dapat melakukan usaha, dasar hukumnya adalah Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945, “Semua cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”

Untuk mencapai tujuan kemakmuran rakyat ini, negara melakukan usaha tetapi tidak dengan cara melaksanakan pemerintahan, melainkan dengan cara mendirikan perusahaan (BUMN). Modal BUMN baik seluruhnya atau sebagian berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, mempunyai kewajiban untuk melayani kepentingan umum, dan

mengejar keuntungan.

29

(41)

Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, terdapat tiga bentuk perusahaan milik negara yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan) yang tunduk pada ketentuan Indonesische Bedrijvenwet (Stb. 1927:419), Perusahaan Umum (Perum) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-Undang No. 19 Prp, Tahun 1960, dan Perusahaan Perseroan (Persero) yang tunduk pada ketentuan KUHD (Stb. 1847:43) khususnya tentang PT yang sekarang berlaku ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Ketiga bentuk perusahaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang.

Secara umum suatu perusahaan itu didirikan adalah tidak lebih suatu wadah untuk menjalankan suatu usaha. Sedangkan tujuan mendirikan perusahaan, pada prinsipnya yaitu untuk mencari keuntungan. Dengan mendapat keuntungan, maka perusahaan dapat menghidupi dirinya sendiri. Untuk BUMN pada prinsipnya sama, hanya bedanya terletak pada hubungannya dengan kepentingan negara yang hendak memberikan kemakmuran kepada rakyatnya.30 Dalam Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN telah ditentukan maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah sebagai berikut :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

b. Mengejar keuntungan. 30

(42)

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.31

Dari maksud dan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak hanya semata-mata mencari keuntungan, tetapi keberadaannya dimaksudkan untuk berperan dalam mengembangkan perekonomian nasional, dan merintis usaha baru yang belum terjangkau oleh pihak swasta walaupun tidak mendapatkan keuntungan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara jo. Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 1983, adapun sifat BUMN di Indonesia terbagi atas :32

a. Perusahaan Jawatan (Perjan), berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa bagi masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat.

b. Perusahaan Umum (Perum), berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan keuntungan.

c. Persero, bertujuan untuk memupuk keuntungan dan berusaha di bidang-bidang yang mendorong perkembangan sektor swasta dan koperasi di luar bidang usaha Perjan dan Perum.

31

Pasal 2, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 32

(43)

Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tetang Badan Usaha Milik Negara, bentuk BUMN terbagi atas 2, yaitu :33

a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan mengahasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi, BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden, dan hasil privatisasi.34

33

Pasal 1 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 34

(44)

Selain sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, BUMN selaku badan usaha memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitarnya, seperti yang tercantum di dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yang berbunyi : “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”.35 Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa BUMN mempunyai kewajiban untuk meyisihkan laba usahanya dalam rangka pengimplementasi CSR perusahaan. Pada BUMN terdapat sebuah program khusus dalam pengimplementasian CSR perusahaan yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disingkat dengan PKBL. Pada Program PKBL inilah perusahaan yang khusus berbentuk BUMN menyalurkan laba usahanya untuk menjalankan CSR perusahaannya.

Khusus di dalam Program Kemitraan, BUMN melakukan hubungan kemitraan dengan usaha kecil dalam rangka meningkatkan usaha kecil agar mandiri dan tanggung melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

3. Usaha Kecil

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam dan manusia

perlu memanfaatkan potensi yang ada dengan sebaik-baiknya. Tanpa pengelolaan

35

(45)

yang efektif dan efisien, potensi yang ada hanya akan menjadi sia-sia. Potensi

tersebut bisa membawa kita kepada kemakmuran bersama jika kita bisa

mengolahnya dengan benar. Untuk mencapai kemakmuran bersama, maka

dibutuhkan ketahanan ekonomi yang kuat di negara Indonesia. Ketahanan

ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi yang berkesinambungan. Dengan itu semua, kita mampu mencapai

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bersama. Salah satu usaha

menciptakan ketahanan ekonomi adalah dengan mengembangkan Usaha Kecil

Menengah (UKM) di kalangan masyarakat luas. Dengan adanya UKM ini

diharapkan masyarakat mampu mengembangkan usahanya agar tercipta lapangan

kerja yang mampu menekan tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.36

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah : “Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”.37

36

http://fearlessmey.wordpress.com/2012/01/02/pengembangan-ukm-dalam-menciptakan-ketahanan-ekonomi-di-indonesia/,diakses pada tanggal 07 Januari 2013. 37

(46)

Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dapat dikelompokkan atas pengertian.38

a.Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain ; b.Usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri ; c. Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara tetap.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang menjadi kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :39

a.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Pada umumnya, Usaha kecil dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu :40

a.Sektor Informal

Sektor informal adalah usaha kecil yang tidak memiliki tempat operasi atau kegiatan secara permanen (menetap). Misalnya, penjual makanan keliling, penjual barang dagangan atau jasa tertentu yang berpindah tempat dan hanya pada waktu tertentu saja dalam sehari. Usaha kecil semacam ini biasanya hanya dijalankan atau dioperasikan oleh seseorang

38

Musa Hubeis, Op.Cit., hlm. 18 39

Pasal 6, Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 40

(47)

secara individual. Usaha kecil dalam sektor informal biasanya juga tidak memiliki badan hukum.

b.Usaha Marginal

Usaha marginal adalah usaha yang bersifat individual yang tidak mengaharapkan tumbuh menjadi usaha besar. Misalnya, usaha cuci pakaian (laundry shops), penjahit, usaha jasa potong rambut, salon kecantikan, rental komputer, toko obat tradisional, dan sebagainya. Walaupun usaha-usaha tersebut memberikan layanan yang sangat penting bagi masyarakat.

c.Usaha Profesional

Usaha atau bisnis yang beroperasi secara perorangan seperti dokter, dokter gigi, pijat saraf, penasehat hukum, konsultan manajemen, akuntan, arsitek dan sebagainya.

d. Usaha Potensi Tumbuh

Perusahaan kecil yang memiliki potensi untuk tumbuh, seperti usaha bidang teknologi tinggi atau bisnis pengembangan software computer. Usaha kecil berbeda dengan jenis-jenis usaha lainnya. Usaha kecil memilik beberapa karakteristik, yaitu :

a. Dikelola oleh Pemilik

(48)

yang umumnya sangat formal. Bahkan sering terjadi, pemilik perusahaan kecil dan karyawannya makan dan bekerja bersama-sama. Pemilik perusahaan atau majikan harus memainkan peran tambahan sebagai seeorang teman, sebagai konsultan keluarga/perkawinan, dan terkadang menjadi penengah. Bahkan dalam beberapa usaha kecil, pemilik-manajer dan para pekerjanya saling mengenal satu dengan lainnya dengan baik seperti layaknya seorang teman, dan bukannya layaknya hubungan majikan dan pekerja.

b.Modal Terbatas

Usaha kecil dibiayai atau dimodali baik oleh tabungan individu maupun pinjaman dari sanak keluarga atau teman-temannya. Sulit bagi usaha-usaha kecil untuk memperoleh sumber dana dari bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, karena mereka tidak memiliki jaminan yang cukup. Kebanyakan para pengusaha kecil mengklaim bahwa sumber pembiayaan atau permodalan merupakan masalah utama dalam menjalankan usahanya. Pada saat memulai suatu usaha, salah satu pelajaran yang diperoleh adalah sulitnya memperoleh modal. Namun, apabila perusahaan sudah berjalan baik dan lancar, pinjaman akan lebih mudah diperoleh.

c.Jumlah Tenaga Kerja Terbatas

(49)

keluarga dari pemilik yang sekaligus sebagai manajer perusahaan. Diektur pelaksana suatu perusahaan kecil biasanya memainkan peran sebagai manajer produksi/operasi , manajer personalia, manajer pemasaran, bagian pembelian, dan manajer keuangan.

d.Barbasis Rumah Tangga

Usaha-usaha kecil seperti toko roti, klinik, tokok eceran biasanya melayani para tetangga disekitarnya. Usaha-usaha kecil tersebut pada umumnya memiliki hubungan pertemanan dan sangat erat dengan para pelanggannya.

e.Lemah Dalam Pembukuan

Kebanyak usaha atau perusahana kecil tidak melakukan pembukuan dengan tepat atas transaksi yang dilakukan. Misalnya, jika anda menanyakan kepada pengusaha kecil berapa keuntungan yang diperoleh dalam sehari, maka ia akan menjawab kepada anda uang kas ia kumpulkan dalam sehari tanpa memperhitungkan unsur-unsur penggunaan fasilitas, sewa atas peralatan yang digunakan, dan upahnya. Pengusaha kecil tersebut memahami bahwa ia telah mampu memenuhi kebutuhan makannya, pakaiannya, dan pengeluaran-pengeluaran lainnya, tetapi mungkin ia tidak mampu mengatakan berapa keuntungan riil yang ia peroleh dari usahanya.

f. Diperlukan Manajemen Pemilik

(50)

Apabila ia tidak berpikir, tidak ada yang dapat dilakukan. Semua kontak bisnis dan transaksi-transaksi ada di kepalanya. Apabila ia jatuh sakit atau pergi ke suatu daerah atau luar negri, usahanya akan mengalami kemunduran atau hanya berjalan di tempat. Bukan hal yang biasa kita menemukan perusahaan kecil berpindah keemilikan kepada orang lain. Dalam dunia bisnis secara universal kompetisi bisnis adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Dalam prakteknya, kompetisi bisnis tersebut akan diwarnai dengan perubahan kompleks dari berbagai aspek, seperti faktor politik, ekonomi, teknologi, sosial dan budaya, disamping pengaruh dari pelaku bisnis bersangkutan. Jika hal tersebut terjadi, usaha kecil akan sulit memposisikan dirinya dengan pesaing lain yang berbasis usaha yang lebih besar dalam rangka memperebutkan konsumen. Maka dari itu harus dilakukan upaya-upaya seperti identifikasi masalah atau klasifikasi pengenalan (apa usahanya, bagaimana membangunnya, dan kemana arahnya).

Perusahaan-perusahaan usaha kecil dapat bertahan hidup ataupun berkembang apabila mengusahakan produk-produk unggulan yang memenuhi keseluruhan ataupun sebagian faktor berikut ini :41

a.Produk dengan permintaan terbatas atau bersifat khusus, permintaan terbatas, variasi produk tinggi (sesuai keinginan konsumen atau trend mode).

41

(51)

b. Produk dengan karakteristik bahan yang khusus. Bahan sulit diperoleh kerena adanya keterbatasan tertentu (pasokan, lokasi, dan ongkos) atau perlu proses tambahan sebelum diproses lebih lanjut.

c.Produk/jasa dengan struktur ongkos tertentu. Ongkos produk/unit yang tetap dan rendah (karena sifat proses atau bahan).

d.Produk/jasa dengan ambang teknologi cukup tinggi. Produk/jasa memerlukan tingkat teknologi yang cukup tinggi sehingga tidak ditiru oleh masyarakat awam.

e.Produk/jasa yang menuntut hubungan erat aspek manusia dengan produk. Produk/jasa memerlukan keistimewaan keterampilan, ketelitian, dan desain inovasi, yang memberikan nilai tambah pada produk.

(52)

tradisional yang dominan. Dengan kata lain, dalam jangka panjang dapat dijadikan basis pencapaian kemandirian pembangunan ekonomi karena kandungan impor bahan bakunya rendah, disamping relevansinya dengan proses otonomi daerah yang mengintegrasikannya dengan sektor ekonomi yang lain dalam menciptakan pola dan akselerasi pertumbuhan ekonomi.42

B. Kemitraan PT.Telkom CDSA Medan Terhadap Usaha Kecil

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional disamping swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Disamping menghasilkan barang dan jasa untuk memakmurkan masyarakat, BUMN dipandang memilik peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi. Oleh karena itu, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 1983 telah mengamanatkan BUMN untuk turut serta membantu pengembangan usaha kecil. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan kebijakan turunan sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil, yaitu Keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN Nomor 199/M-PBUN/1997. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat yang sangat dinamis, pedoman yan telah diterbitkan tersebut belum dapat memenuhi harapan masayarakat pelaku usaha kecil dan kebutuhan pelaksanaan dan pengelolaan program. Atas dasar

42

(53)

pertimbangan tersebut maka Kementrian BUMN memandang perlu menerbitkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) yang salah satu aspek utamanya mengatur oprasionalisasi program kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang lebih komprehensif sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat. Program kemitraan BUMN adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Merupakan perusahaan negara yang beregerak dalam bidang penyediaan dan pelayanan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (Infokom) dan merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2005, Pemerintah Republik Indonesia melakukan swastanisasi PT. Telkom dengan membuka kepemilikan saham perusahaan kepada masyarakat dengan menetapkan kepemilikan mayoritas bagi negara sebesar 51%. Telkom memiliki komitmen bisnis untuk melakukan praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.43

Sebagai perusahaan nasional berskala besar, PT. Telkom menjalankan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan tema “Telkom Peduli” sebagai kegiatan mendorong pertumubuhan ekonomi untuk menciptakan pemerataan pembangunan dengan perluasan tenaga kerja dan kesempatan berusaha melalui

43

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Iklim Organisasi dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior ditinjau dari Jenis Kelamin guru di Yayasan Pendidikan Warga

Tujuan akhir dilaksanakannya hukum pidana Islam adalah keadilan yang bermakna hakiki. Maksudnya keadilan yang benar-benar adil. Keadilan yang diciptakan oleh manusia

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.. berat sekaligus sebagai pelindung isi produk, dengan membentuk pola dan dipilih pemotong menggunakan pisau pond karena lebih efisien dan cepat

Cikal bakal Sistem Jaminan Sosial (SJS) atau di Jerman dikenal sebagai Kesejahteraan Sosial (social welfare) dan jaminan sosial (social security) yang dimulai

Menganalisis variasi menu makanan dengan tingkat kepuasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006) di bebe- rapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan oleh

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan lebih efektif clan lebih memberikan hasil yang

[r]