• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PELAKSANAAN KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK

B. Kemitraan PT Telkom CDSA Medan Terhadap Usaha Kecil

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional disamping swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. Disamping menghasilkan barang dan jasa untuk memakmurkan masyarakat, BUMN dipandang memilik peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi. Oleh karena itu, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 1983 telah mengamanatkan BUMN untuk turut serta membantu pengembangan usaha kecil. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan kebijakan turunan sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil, yaitu Keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN Nomor 199/M-PBUN/1997. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat yang sangat dinamis, pedoman yan telah diterbitkan tersebut belum dapat memenuhi harapan masayarakat pelaku usaha kecil dan kebutuhan pelaksanaan dan pengelolaan program. Atas dasar

42

pertimbangan tersebut maka Kementrian BUMN memandang perlu menerbitkan Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) yang salah satu aspek utamanya mengatur oprasionalisasi program kemitraan BUMN dengan usaha kecil yang lebih komprehensif sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat. Program kemitraan BUMN adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Merupakan perusahaan negara yang beregerak dalam bidang penyediaan dan pelayanan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (Infokom) dan merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2005, Pemerintah Republik Indonesia melakukan swastanisasi PT. Telkom dengan membuka kepemilikan saham perusahaan kepada masyarakat dengan menetapkan kepemilikan mayoritas bagi negara sebesar 51%. Telkom memiliki komitmen bisnis untuk melakukan praktek- praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.43

Sebagai perusahaan nasional berskala besar, PT. Telkom menjalankan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan tema “Telkom Peduli” sebagai kegiatan mendorong pertumubuhan ekonomi untuk menciptakan pemerataan pembangunan dengan perluasan tenaga kerja dan kesempatan berusaha melalui

43

Dadang Tahyu, “Pengaruh Implementasi Program Kemitraan PT Telkom Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Di Kota Bandung”,Volume VIII No. 1, April 2011, hlm. 21

pengembangan usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh mandiri sehingga dapat menngkatkan taraf hidup masyarakat serta mendorong kemitraan antara perusahaan besar (BUMN) dengan usaha kecil dan koperasi diseluruh Indonesia.44

Untuk merealisasikan “Telkom Peduli”, PT. Telkom membentuk sebuah badan khusus yang disebut dengan Community Development Center (CDC) secara khusus untuk mengelola Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sesuai dengan Keputusan Meneteri Nomor 236/MBU/2003 tentang PKBL. Tujuan pembentukan Telkom CDC adalah untuk menyelenggarakan aktifitas pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan secara sistematis, efektif dan efisien di lingkungan Telkom melalui optimalisasi pembagian aktivitas,penetapan ukuran unit bisnis serta pendelegasian kewenangan, sehingga memberikan kualitas hubungan yang sinergik antara Telkom dengan usaha kecil serta masyarakat sekitar perusahaan dalam rangka penetapan Good Corporate Citizenship, memberikan transparansi proses pengalokasian dana serta memberikan multiplier effect bagi bisnis Telkom serta industri telekomunikasi pada umumnya. Dengan itu, pembentukan CDC Telkom dimaksudkan untuk memberikan kerangka pengorganisasian yang definitif bagi penyelenggaraan aktivitas pengelolaan.45

Khusus untuk wilayah medan, unit pelaksananya adalah CDSA Medan (Community Development Sub Area Medan) yang berkedudukan di Kandatel Medan. Wilayah cakupan Telkom CDSA Medan tidak hanya meliputi Kota Medan saja, namun juga mencakup Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai.

44

Ibid.

45

Tabel 2.1

Jumlah Mitra Binaan Dan Jumlah Dana Pinjaman Tahun 2008 - 2012

Tahun Jumlah Mitra Binaan Total Jumlah Dana Pinjaman 2008 217 Mitra Binaan Rp 3.939.038.000,-

2009 218 Mitra Binaan Rp 4.841.000.000,-

2010 248 Mitra Binaan Rp 6.830.248.000,-

2011 253 Mitra Binaan Rp 7.828.000.000,-

2012 276 Mitra Binaan Rp 8.205.919.000,-

Sumber : Telkom CDSA Medan, tahun 2013.

Dana Program Kemitraan dan dana Program Bina Lingkungan ini dibukukan secara terpisah dari pembukuan Perusahaan dan dipertanggungjawabkan oleh Telkom CDSA Medan kepada Direksi. Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :46

1)Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;

2)Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka

46

Pasal 11, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

pendek dalam rangka memenuhi peranan dari rekanan usaha Mitra Binaan;

3)Beban pembinaan :

a.Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan;

b.Beban pembinaan bersfat hibah dan besarnya maksimal 20% (dua puluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan;

c.Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.

Program Kemitraan Telkom CDC memiliki Standart Operational Procedure (SOP) yang detail mulai dari tingkat CDC pusat, wilayah; Divisi Regional sampai pada tingkat daerah; Kandatel Medan. Secara umum, SOP Program Kemitraan menginduk pada SOP PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi No.61/PS150/CTG- 10/2003 tentang Pembentukan Organisasi Pengelola PKBL dan Keputusan Direksi No.51/KU200/PUK-00/2003 tentang PKBL.47 Struktur birokrasi Program Kemitraan dibentuk struktur birokrasi yang ramping sehingga melahirkan lapisan birokrasi yang pendek. Struktur yang ramping pada CDSA Medan memiliki

47

Dadang Tahyu, “Pengaruh Implementasi Program Kemitraan PT Telkom Terhadap Pemberdayaan Usaha Kecil Di Kota Bandung”,Volume VIII No. 1, April 2011, hlm. 23

beberapa konsekwensi yaitu setiap staff dituntut untuk memiliki multiskill , dengan begitu setia staf dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan berbagai bidang pekerjaan yang berbeda, seperti staf adminsitrasi yang tanggung jawab formalnya hanya bertugas untuk melakukan input data (informasi), selain itu dituntut juga untuk dapat melakukan penilaian (evaluasi) calon mitra binaan dengan melakukan wawancara terhadap calon mitra binaannya. Begitu juga dengan staf-staf lainnya. Hal ini berkaitan dengan masih dirasakannya kekurangan staf khususnya pada saat kerjaan menumpuk.

Pelaksanaan Program Kemitraan Telkom CDSA Medan dalam satu tahun dibagi kedalam empat triwulan penyerahan dana pinjaman kepada Mitra Binaan. Dalam satu tahun dilaksanakan empat kali penyaluran dana kemitraan. Sebelum waktu penyaluran dana, Calon Mitra Binaan akan mengajukan permohonan pengajuan pinjaman kepada Telkom CDSA Medan. Kemudian oleh Telkom CDSA Medan dilakukan penyeleksian terhadap Calon Mitra Binaan dimulai dengan menyeleksi prospek dan jenis usaha dari data-data yang diberikan oleh Calon Mitra Binaan. Calon Mitra Binaan yang lulus seleksi berkas akan diseleksi lagi dengan melakukan survey langsung ke lokasi usaha masing-masing Calon Mitra Binaan. Survey dilakukan oleh staf Telkom CDSA Medan, namun tidak semua Calon Mitra Binaan disurvey secara langsung ke lokasi usahanya, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia Telkom CDSA Medan.

Selain survey, Telkom CDSA Medan juga melakukan koordinasi Koordinator BUMN Pembina. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina di dalam suatu

provinsi tertentu. Jadi Calon Mitra Binaan yang mengajukan permohonan menjadi mitra binaan Telkom, tidak dapat menjadi mitra binaan BUMN lain. Fungsi dari koordinasi yang dilakukan antara Telkom CDSA Medan dengan Koordinator BUMN Pembina wilayah Sumatera Utara adalah untuk menghindari duplikasi pemberian pinjaman dana Program Kemitraan. Jika diketahui Calon Mitra Binaan adalah mitra binaan BUMN lain, maka yang bersangkutan tidak berhak mengajukan permohonan pinjaman kepada pihak Telkom.

Di dalam pelaksanaan survey, akan dinilai objek usaha, prospek usaha dan kondisi ekonomi keluarga Calon Mitra Binaan. Kemudian Calon Mitra Binaan yang telah diseleksi melalui survey dan juga telah layak bina akan melaksanakan dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama antara Telkom CDSA Medan sebagai pihak pemberi pinjaman . Di dalam PKS (Perjanjian Kerja Sama) tersebut dimuat semua hal yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing- masing pihak dimana pihak pertama adalah Telkom CDSA Medan dan pihak kedua adalah Mitra Binaan. Mitra Binaan harus benar-benar memahami isi PKS tersebut, dan sebelum penandatangan, Telkom CDSA Medan juga telah melakukan sosialisasi PKS tersebut kepada seluruh Mitra Binaan.

Program Kemitraan ini berlangsung selama dua tahun. Artinya setiap Mitra Binaan diberikan batasan waktu selama dua tahun untuk mengembalikan pinjaman kepada Telkom CDSA Medan. Namun jika ada Mitra Binaan yang ingin meneruskan atau memperpanjang hubungan kemitraannya dengan Telkom CDSA Medan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan kembali permohonan pengajuan pinjaman kepada Telkom CDSA Medan.

Di dalam Program Kemitraan, Telkom CDSA Medan tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman kepada Mitra Binaannya saja. Tapi lebih dari itu juga melakukan pembinaan kepada masing-masing Mitra Binaan. Pembinaan yang dilakukan oleh Telkom CDSA Medan berupa pelatihan dan promosi usaha Mitra Binaan guna meningkatkan produktivitas Mitra Binaan.

Hubungan yang dibangun dalam Program Kemitraan antara Telkom CDSA Medan dengan para Mitra Binaannya tidak monoton hanya sebatas kreditur dan debitur. Tapi juga melahirkan hubungan emosional yang lebih bersifat kekeluargaan dan kebersamaan selayaknya antara Mitra Binaan dan Pembina. Pelayanan yang ramah dan profesional yang dilakukan oleh staf CDSA Medan dalam pelaksanaan Program Kemitraan menimbulkan kenyamanan bagi para pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaannnya sehingga menimbulkan semangat bangi Mitra Binaan untuk terus berusaha meningkatkan taraf kesuksesan usaha kecil yang dimilikinya. Dalam hal ini Telkom CDSA Medan telah melakukan pemberdayaan usaha kecil dengan memberikan pinjaman untuk meningkatkan produktivitas usaha-usaha kecil sehingga menjadi tangguh dan mandiri.

C. Syarat-Syarat Permohonan Pengajuan Pinjaman

Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar, menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari

bagian laba BUMN.48 Jadi, program ini adalah program yang khusus diperuntukkan bagi kalangan Usaha Kecil saja. Adapun di dalam program Kemitraan ini, Telkom selaku BUMN menyisihkan sebagian labanya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan Usaha Kecil. Kepentingan Usaha Kecil yang dimaksud adalah, Telkom memberikan pinjaman kepada Usaha Kecil yang menjadi mitra binaannya. Tapi program kemitraan ini tidak hanya terbatas dalam memeberikan pinjaman saja, Telkom melakukan pemantauan dan pembinaan kepada usaha-usaha kecil yang menjadi mitra binaannya.

Sesuai dengan yang dicantumkan dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.49 Sedangkan kriteria Usaha Kecil itu sendiri adalah sebagai berikut :50

a)Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lma puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

48

Pasal 1 , Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

49

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 50

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

b)Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Di dalam Program Kemitraan Telkom ini, Usaha Kecil yang ingin memperoleh pinjaman juga harus memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang ditetapkan Telkom. Adapun kriteria Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah :51

a)Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b)Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

c)Milik Warga Negara Indonesia.

d)Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;

e)Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

f)Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

51

Pasal 8 Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD.51/KU200/PUK-00/2003 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

Syarat Usaha Kecil yang pertama dan kedua yang ditetapkan Telkom melalui Keputusan Direksi PT. Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan berbeda dengan kriteria Usaha Kecil yang ditentukan di dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Pada ketentuan di UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, kekayaan bersih pada Usaha Kecil paling banyak adalah Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak adalah Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah), sedangkan pada Keputusan Direksi PT.Telkom, Tbk No:KD.51/KU200/PUK-00/2003 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan kekayan bersih yang dimilik Usaha Kecil paling banyak adalah Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Dapat disimpulkan bahwa syarat kriteria Usaha Kecil yang diterapkan Telkom dalam program kemitraannya lebih kecil dari pada yang ditentukan dalam UU No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

Syarat ketiga adalah milik warga negara Indonesia. Jadi, Usaha Kecil yang dimiliki atau bekerjasama dengan warga negara asng tidak dapat mengajukan permohonan pinjaman dalam Program Kemitraan ini. Syarat keempat adalah bahwa Usaha Kecil yang bersangkutan tidak dibenarkan memiliki kerjasama aau berafiliasi dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. Jadi, Usaha Kecil tersebut murni berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yg dimiliki, dikuasia, ataupun berafiliasi dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

Syarat kelima yaitu Usaha Kecil yang bersangkutan merupakan badan usaha perorangan baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, termasuk juga koperasi. Jadi Koperasi dapat mengajukan pinjaman pada Program Kemitraan ini. Syarat Usaha Kecil yang terakhir yaitu Usaha Kecil yang akan mengajukam permohonan pinjaman, harus telah melakukan usaha minimal 1 (satu) tahun serat mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan.

Calon Mitra Binaan yang telah terikat dengan Program Kemitraan BUMN lainnya tidak dibenarkan dan tidak dapat mengajukan permohonan untuk mengikuti Program Kemitraan BUMN yang lain, termasuk Program Kemitraan yang dijalankan oleh Telkom. Unit pengelola PKBL Telkom, dalam hal ini adalah CDSA (Community Development Sub Area) Medan wajib melakukan koordinasi dengan Koordinator BUMN Pembina di wilayahnya untuk menghindari duplikasi pemberian pinjaman. Koordinator BUMN Pembina adalah BUMN yang ditunjuk oleh Menteri untuk mengkoordinasikan BUMN Pembina di dalam suatu provinsi tertentu.52 Sedangkan yang dimaksud dengan BUMN Pembina adalah BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan53, dalam hal ini adalah Telkom. Jadi, CDSA Medan selaku unit PKBL Telkom diwajibkan melakukan koordinasi dengan Koordinator BUMN Pembina. Jika diketahui calon Mitra Binaan telah ikut dalam Program Kemitraan BUMN lainnya, maka ia tidak dapat mengajukan permohonan untuk menjadi mitra binaan Telkom.

52

Pasal 1, Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD.51/KU200/PUK-00/2003 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

53

Pasal 1, Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD.51/KU200/PUK-00/2003 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

Dalam mengajukan permohonan, calon Mitra Binaan diwajibkan menyampaikan rencana penggunaan dana pinjaman dengan memuat data-data sebagai berikut:54

a) Nama dan alamat unit usaha;

b)Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha;

c)Bukti identitas diri pemilik/pengurus;

d)Bidang usaha;

e)Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yag berwenang;

f)Perkembangan kinerja usaha (arus kas, pehitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan

g)Rencana usaha dan kebutuhan dana;

Dari data-data yang diberikan itulah pihak Telkom CDSA Medan akan mengadakan penyeleksiaan kepada masing-masing calon Mitra Binaan yang telah mengajukan permohonan. Calon Mitra Binaan yang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Telkom dan layak bina akan menyelesaikan proses administrasi selanjutnya.

Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan, proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit CDSA Medan. Tahap seleksi ini

54

Pasal 9 ayat (1), Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor : KD.51/KU200/PUK-00/2003 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.

merupakan evaluasi awal yang dilakukan oleh unit CDSA Medan kepada calon Mitra Binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi syarat maka unit CDSA Medan akan melakukan survey kepada calon Mitra Binaan. Survei yang dilakukan oleh unit CDSA Medan kepada calon Mitra Binaan aktif maupun pasif dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan.

Selain itu survey yang dilakukan oleh unit CDSA Medan juga dilakukan tanpa sepengetahuan calon Mitra Binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi kepada tetangga atau Kepala Lingkungan maupun kepada instansi terkait lainnya mengenai Calon Mitra binaan. Apabila calon Mitra Binaan ini memenuhi syarat setelah dilakukannya survey oleh unit CDSA Medan, maka langkah yang dilakukan oleh unit CDSA Medan adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh unit CDSA Medan dengan melihat kebenaran identitas dan status usaha, menilai kelayakan usaha, melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih lanjut mengenai 5 C yaitu,Character, Capability, Capacity, Condition of economy, dan Collateral.

D. Jaminan Dalam Program Kemitraan

Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 12 Tahun 1967, dipergunakan istilah “jaminan”, namun kemudian istilah “jaminan” telah diubah menjadi “Agunan”. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 : “Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, tidak membedakan pengertian

jaminan maupun agunan, yang sama-sama memilki arti yaitu "tanggungan". Namun dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 dan UU No. 10 Tahun 1998, membedakan pengertian dua istilah tersebut. Dimana dalam UU No. 14 Tahun 1967 lebih cenderung menggunakan istilah “jaminan” dari pada “agunan”.

Pada dasarnya, pemakaian istilah jaminan dan agunan adalah sama. Namun, dalam praktek perbankan istilah dibedakan. Istilah jaminan mengandung arti sebagai kepercayaan/keyakinan dari bank atas kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melaksanakan kewajibannya. Sedangkan agunan diartikan sebagai barang/benda yang dijadikan jaminan untuk melunasi utang nasabah debitur. Dalam hal Kemitraan Telkom CDSA Medan dengan para Mitra Binaanya juga tidak membedakan antara pemakaian istilah jaminan atau agunan. Namun yang sering digunakan adalah kata “agunan”.

Dalam tulisan ini agunan diserahkan bukan kepada bank namun pemberi pinjaman Program Kemitraan yaitu kepada Telkom CDSA Medan. Dalam Pasal 8 Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan berikut penjelasannya dapat disimpulkan bahwa pengertian jaminan pemberian kredit dapat diartikan sebagai keyakinan akan kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan pinjaman Telkom CDSA Medan harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur atau calon Mitra Binaan. Bila terhadap unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan calon Mitra Binaan mengembalikan utangnya, agunan

dapat berupa Sertifikat Hak Milik atau Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

1.Fungsi Jaminan Dalam Program Kemitraan

Menurut Siswanto Sutojo fungsi jaminan adalah sebagai sumber dana kedua pelunasan kredit, disamping keuntungan. Terhadap debitur yang mengalami kerugian, maka untuk mencegah bank menanggung kerugian total, setelah melalui prosedur hukum tertentu, bank dapat menjual lelang (mengeksekusi) harta jaminan dan hasilnya dipergunakan untuk membayar tunggakan kredit.55

Hasanuddin Rahman mengatakan bahwa mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur (bank) atas suatu pemberian kredit, tidak lain adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit.56

Fungsi agunan atau jaminan selain sebagai pengamanan apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya, juga dapat dipergunakan hasil penjualan untuk pelunasan hutangnya. Selain itu agunan juga berfungsi :57

a)Kreditur tidak akan kehilangan kekayaan, artinya uang/dana yang dipinjamkan dapat diperoleh kembali.

b)Memperkecil resiko, artinya kerugian kreditur berkurang karena sebagian pinjaman dapat dibayar dari hasil penjualan barang-barang jaminan.

55

Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit BankUmum-Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta:

Dokumen terkait