• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PELAKSANAAN KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK

2. Badan Usaha Milik Negara

Sesuai dengan namanya yaitu Badan Usaha Milik Negara, dapat diketahui bahwa pemilik badan usaha atau perusahaan itu kepunyaan negara atau pemerintah. Negara dapat melakukan usaha, dasar hukumnya adalah Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945, “Semua cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”

Untuk mencapai tujuan kemakmuran rakyat ini, negara melakukan usaha tetapi tidak dengan cara melaksanakan pemerintahan, melainkan dengan cara mendirikan perusahaan (BUMN). Modal BUMN baik seluruhnya atau sebagian berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, mempunyai kewajiban untuk melayani kepentingan umum, dan mengejar keuntungan.

29

Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, terdapat tiga bentuk perusahaan milik negara yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan) yang tunduk pada ketentuan Indonesische Bedrijvenwet (Stb. 1927:419), Perusahaan Umum (Perum) yang sepenuhnya tunduk pada ketentuan Undang-Undang No. 19 Prp, Tahun 1960, dan Perusahaan Perseroan (Persero) yang tunduk pada ketentuan KUHD (Stb. 1847:43) khususnya tentang PT yang sekarang berlaku ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Ketiga bentuk perusahaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang.

Secara umum suatu perusahaan itu didirikan adalah tidak lebih suatu wadah untuk menjalankan suatu usaha. Sedangkan tujuan mendirikan perusahaan, pada prinsipnya yaitu untuk mencari keuntungan. Dengan mendapat keuntungan, maka perusahaan dapat menghidupi dirinya sendiri. Untuk BUMN pada prinsipnya sama, hanya bedanya terletak pada hubungannya dengan kepentingan negara yang hendak memberikan kemakmuran kepada rakyatnya.30 Dalam Pasal 2 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN telah ditentukan maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah sebagai berikut :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

b. Mengejar keuntungan. 30

Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, (PT. Rineka Cipta : Jakarta, 2007), hlm. 84-85

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.31

Dari maksud dan tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak hanya semata- mata mencari keuntungan, tetapi keberadaannya dimaksudkan untuk berperan dalam mengembangkan perekonomian nasional, dan merintis usaha baru yang belum terjangkau oleh pihak swasta walaupun tidak mendapatkan keuntungan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Usaha Negara jo. Peraturan Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 1983, adapun sifat BUMN di Indonesia terbagi atas :32

a. Perusahaan Jawatan (Perjan), berusaha di bidang penyediaan jasa-jasa bagi masyarakat termasuk pelayanan kepada masyarakat.

b. Perusahaan Umum (Perum), berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping mendapatkan keuntungan.

c. Persero, bertujuan untuk memupuk keuntungan dan berusaha di bidang- bidang yang mendorong perkembangan sektor swasta dan koperasi di luar bidang usaha Perjan dan Perum.

31

Pasal 2, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 32

Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia : Teori dan Implementasi, (Empat Salemba : Jakarta, 2002), hlm. 15

Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tetang Badan Usaha Milik Negara, bentuk BUMN terbagi atas 2, yaitu :33

a. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

b. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan mengahasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi, BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden, dan hasil privatisasi.34

33

Pasal 1 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 34

Ibrahim, BUMN dan Kepentingan Umum, (PT. Citra Karya Aditya Bakti : Jakarta, 1997), hlm. 135

Selain sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, BUMN selaku badan usaha memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitarnya, seperti yang tercantum di dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 yang berbunyi : “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”.35 Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa BUMN mempunyai kewajiban untuk meyisihkan laba usahanya dalam rangka pengimplementasi CSR perusahaan. Pada BUMN terdapat sebuah program khusus dalam pengimplementasian CSR perusahaan yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disingkat dengan PKBL. Pada Program PKBL inilah perusahaan yang khusus berbentuk BUMN menyalurkan laba usahanya untuk menjalankan CSR perusahaannya.

Khusus di dalam Program Kemitraan, BUMN melakukan hubungan kemitraan dengan usaha kecil dalam rangka meningkatkan usaha kecil agar mandiri dan tanggung melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

Dokumen terkait