• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORDA - Jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FORDA - Jurnal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

45

(Performance of GN-RHL Teak Wood in Samin Sub Watershed Within Perspective of

Watershed Management)*)

Oleh/By:

Heru Dwi Riyanto1 dan/and Paimin2 Balai Penelitian Kehutanan Solo

Jl. A. Yani, PO.Box 295 Pabelan, Kartasura, Solo 57102. Telp : (0271) 716709 Fax (0271) 716959 e-mail: [email protected]; 1[email protected]; 2[email protected]

*)Diterima : 02 Agustus 2010; Disetujui : 9 Mei 2011

ABSTRACT

The increase of critical land is indicated by the increase of critical watershed, respectively 22 watershed in 1984, 39 and 69 in 1992 and 1998, and predicted 284 watershed in 2004. The efforts to control the critical land have been done intensively since 1976, through the Inpres (President Instruction of Reforestation and Regreening) and have been driven through Forest and Land Rehabilitation National Movement (Gerhan/GN-RHL), started in 2003. This worse condition is because of the parameter used to evaluation is life percentage only which is insulates to be need to evaluation the casement. This paper will give the information about the study of teak stand performance that was planted by the farmers in Gerhan/GN-RHL activity in Samin Sub-Watershed

Keywords: Teak, land cover, carbon sequestration

ABSTRAK

Perkembangan luas lahan kritis dicerminkan oleh semakin besarnya jumlah daerah aliran sungai (DAS) dalam kondisi kritis yakni 22 DAS pada tahun 1984 menjadi berturut-turut sebesar 39 dan 62 DAS pada tahun 1992 dan 1998, serta pada tahun 2004 diperkirakan sekitar 282 DAS. Padahal upaya pengendalian lahan kritis telah digaungkan secara intensif sejak tahun 1976 melalui program Inpres (Instruksi Presiden) Reboisasi dan Penghijauan dan mulai tahun 2003 telah didorong melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan/GN-RHL). Kondisi tersebut terjadi karena aspek monitoring dan evaluasi keberhasilan Gerhan/GN-RHL dititikberatkan kepada persen tumbuh, tolok ukur keberhasilan kegiatan

tanam-menanam yang hanya pada persen tumbuh terutama pada jenis pohon lambat tumbuh (slow growth),

seperti jati adalah sangat riskan untuk dijadikan acuan dalam penilaian yang dikaitkan dengan aspek perlindungan, baik cakupan secara lokal erosi dan sedimentasi maupun cakupan secara luas, suatu daerah aliran sungai. Tulisan ini akan mengkaji keragaan jati yang ditanam oleh masyarakat dalam kegiatan Gerhan/GN-RHL pada Sub DAS Samin.

Kata kunci: Jati, penutupan lahan, karbon rosot

I. PENDAHULUAN

Luas lahan kritis di Indonesia terus berkembang dan telah mencapai 77,8 juta hektar (Departemen Kehutanan, 2007) yang tersebar di dalam kawasan hutan se-kitar 51 juta ha dan di luar kawasan hutan kurang lebih seluas 26,8 juta ha. Padahal pada tahun 2000, lahan kritis di Indonesia diperkirakan 23.242.881 ha yang berada di dalam kawasan hutan 8.136.646 ha (35%) dan di luar kawasan 15.106.234 ha (65%). Perkembangan luas lahan kritis dicerminkan juga semakin besarnya

(2)

(Gerhan/GN-46

RHL). Gerakan ini ditetapkan sebagai sa-lah satu kebijakan prioritas pemerintah untuk: a) menangani akar permasalahan timbulnya bencana, baik banjir maupun kekeringan dan b) terpulihkannya dan ter-peliharanya hutan dan lahan dengan baik, khususnya terhadap perlindungan tanah dan air.

Kondisi tersebut terjadi karena aspek monitoring dan evaluasi keberhasilan Gerhan/GN-RHL dititikberatkan kepada persen tumbuh, tolok ukur keberhasilan kegiatan tanam-menanam yang hanya pa-da persen tumbuh terutama papa-da jenis po-hon lambat tumbuh (slow growth) seperti jati adalah sangat riskan untuk dijadikan acuan dalam penilaian yang dikaitkan de-ngan aspek perlindude-ngan, baik cakupan secara lokal erosi dan sedimentasi mau-pun cakupan secara luas, suatu daerah aliran sungai. Tulisan ini memberikan in-formasi hasil kajian keragaan jati yang ditanam oleh masyarakat dalam kegiatan Gerhan/GN-RHL pada beberapa sub-sub DAS.

Pada dasarnya monitoring dan evalu-asi hevalu-asil kegiatan pembangunan hutan ta-naman (man made forest) disesuaikan de-ngan maksud dan tujuan pembangunan-nya. Pembangunan hutan tanaman dalam rangka pembangunan hutan rakyat de-ngan tujuan produksi, maka monitoring dan evaluasinya harus meliputi aspek per-tumbuhan tanaman, baik tinggi dan dia-meternya, sedangkan untuk rehabilitasi dan reboisasi lahan terdegradasi maka monitoring dan evaluasi bukan hanya pa-da aspek pertumbuhannya saja tetapi juga pada perkembangan tajuk, dimana per-kembangan tajuk yang baik diharapkan akan menghasilkan serasah yang dapat menutup permukaan tanah.

II. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengukuran dan pengamatan dilaku-kan pada tahun 2009 dengan mengambil lokasi di Sub DAS Samin, DAS Solo. Se-cara administrasi pemerintahan Sub DAS

Samin termasuk Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. Wilayah Ka-bupaten Karanganyar meliputi Kecamat-an JumKecamat-antono, KecamatKecamat-an Jumapolo, Ke-camatan Matesi, KeKe-camatan Tawangma-ngu, dan Kecamatan Jatiyoso. Wilayah Sub DAS Samin yang termasuk Kabupa-ten Sukoharjo adalah Kecamatan Polo-karto.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan terdiri dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000 dan buku/blanko catatan lapang-an. Peralatan yang yang digunakan ada-lah GPS, meteran, alat ukur diameter dan tinggi pohon.

C. Metode Penelitian

Pengukuran dan pengamatan dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan metode peng-amatan langsung di lapangan (data pri-mer) dan himpunan data dari instansi ter-kait (data sekunder) maupun hasil pene-litian lain terkait. Lokasi penepene-litian de-ngan menggunakan pendekatan daerah tangkapan air (catchment area) dari satu-an sub DAS. Observasi dilakuksatu-an melalui pengamatan lapangan, wawancara dan te-laah dokumen yang tersedia pada instansi terkait RHL. Populasi kegiatan GN-RHL, dalam sebaran ruang dan waktu, di-ambil dari data pada Balai Pengelolaan DAS Solo dan dinas terkait di Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Metode penelitian dengan menggu-nakan pendekatan sampel acak bertingkat (stratified ramdom sampling). Pengamat-an diambil pada lokasi yPengamat-ang sesuai untuk tanaman jati berdasarkan ketinggian tem-pat (elevasi) yakni pada elevasi 0-600 meter di atas permukaan laut (Choong, 1981). Wilayah Sub DAS Samin yang terletak pada zona elevasi tersebut dido-minasi oleh wilayah Kecamatan Jumanto-no, Kecamatan Jumapolo, dan Kecamat-an Polokarto. KegiatKecamat-an penKecamat-anamKecamat-an ta-naman jati di tiga kecamatan pada setiap desa seperti pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

(3)

47

Tabel (Table) 1. Luas dan jenis tanaman GN-RHL Kecamatan Jumantono (Area and plant species on

GN-RHL at Jumantono Sub District)

No Desa (Villages) 2003 Luas tiap tahun tanam (2004 Yearly planted area2005 ) (Ha) 2007

1 Kebak 50(J)+(P) 50(J)(M)+(P) 25(J)+(P) 25(S)

2 Ngunut 25(J)+(P) - 25(J)+(P) -

3 Sukosari - 25(J)+(P) 25(J)+(P) -

4 Sringin - 25(J)+(P) 25(J)+(P) -

5 Blorong 25(J)+(P) 25(J)+(P) 25(J)+(P) -

6 Gemantar - 25(J)+(P) 25(J)+(P) 25(S)

7 Sambirejo - 25(J)+(P) 25(J)+(P) -

8 Tugu - 25(J)+(P) 50(J)+(P) -

9 Sedayu - 25(J)+(P) 50(J)+(P) -

10 Tunggulrejo - - 25(J)+(P) 25(S)

11 Genengan - - - 25(S)

Keterangan (Remarks): J = Jati (Teak); M = Mahoni (Mahogany); P = Tanaman serba guna (Multipurpose

tree); S = Sengon (Sengon)

Sumber (Source) : RTT RHL Wilayah Kerja BPDAS Solo (2003, 2004, 2005, 2006, 2007)

Tabel (Table) 2. Luas dan jenis tanaman GN-RHL Kecamatan Jumapolo (Area and plant species on

GN-RHL at Jumapolo Sub District)

No Desa (Villages) 2003 Luas tiap tahun tanam (2004 Yearly planted area2005 ) (Ha) 2006

1 Jumapolo 25(J)+(P) 25(J)+(P) 25(J)+(P) -

2 Jumantoro 25(J)+(P) 25(J)+(P) 50(J)+(P) 25(S)

3 Bakalan 25(J)+(P) 25(J)+(P) 25(J)+(P) -

4 Paseban - 25(J)+(P) - -

5 Lemahbang - 25(J)+(P) - -

6 Ploso - 25(J)+(P) - 25(S)

7 Kadipiro - - 25(J)+(P) 25(S)

8 Giriwondo - - 25(J)+(P) -

9 Jatirejo - - 25(J)+(P) -

10 Kwangsan 25(J)+(P) - 25(J)+(P) -

Keterangan (Remarks): J = Jati (Teak); M = Mahoni (Mahogany); P = Tanaman serba guna (Multipurpose

tree); S = Sengon (Sengon)

Sumber (Source) : RTT RHL Wilayah Kerja BPDAS Solo (2003, 2004, 2005, 2006, 2007)

Tabel (Table) 3. Luas dan jenis tanaman GN-RHL Kecamatan Polokarto (Area and plant species on

GN-RHL at Polokarto Sub District)

No Desa (Villages) 2004 Luas tiap tahun tanam (Yearly planted area2005 ) (Ha) 2007

1 Polokarto 175(J)(M)+(P) 30(J)+(P) 25(J)+(P)

2 Rejosari 160(J)(M)+(P) 50(J)+(P)

3 Bulu 200(J)(M)+(P) 25(J)+(P) 50(J)+(P)

4 Mranggen 50(J)(M)+(P) - -

5 Tepisari 125(J)(M)+(P) - 25(J)+(P)

6 Genengsari 125(J)(M)+(P) - 25(J)+(P)

7 Kayuapak 35(J)(M)+(P) - -

8 Kenokerojo 35(J)(M)+(P) - -

Keterangan (Remarks): J = Jati (Teak); M = Mahoni (Mahogany); P = Tanaman serba guna (Multipurpose

tree)

[image:3.595.84.524.107.281.2]
(4)

48

Gambar (Figure) 1. Peta Sub DAS Samin dan desa pewakil (Map of Samin Sub Watershed and

re-presentative of villages)

Pertimbangan luas kegiatan dan se-baran waktu atau tahun tanamnya, maka dipilih desa pewakil tiap kecamatan. Desa Kebak sebagai desa sampel untuk Kecamatan Jumantono, Desa Jumantoro sebagai pewakil Kecamatan Jumantono dan Desa Bulu mewakili Kecamatan Po-lokarto. Sebaran desa pewakil atau sam-pel di Sub DAS Samin seperti pada Gam-bar 1.

Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran diameter dan tinggi pada ta-naman jati rakyat program Gerhan/GN-RHL yang dikelompokkan dalam sistem tanam yang ada yaitu sistem tanam jalur dan sistem tanam kelompok. Pada sistem tanam kelompok dibuat plot ukuran 10 m x 10 m. Analisis data dilakukan dengan deskriptif statistik yang selanjutnya dita-bulasikan berikut pengikhtisarannya ter-hadap keragaan pertumbuhannya dan po-tensinya sebagai rosot karbon.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan pengamatan lapangan sistem tanam yang diterapkan dalam GN-RHL beragam dan secara umum berlaku untuk tiga lokasi, yang bisa dipilah men-jadi sistem tanam kelompok, sistem jalur,

dan sistem tersebar. Sistem tanam terse-bar sulit untuk diukur karena tidak ada satuan pengukuran yang jelas, berbeda dengan sistem kelompok yang bisa meng-gunakan satuan luas dan sistem jalur de-ngan menggunakan satuan panjang. Ilus-trasi kondisi sistem tanam kelompok dan sistem tanam jalur seperti pada Gambar 2.

Sistem tanam jalur adalah sistem ta-nam pohon-pohonan yang diterapkan ma-syarakat dengan kepemilikan lahan olah yang sangat sempit dan merupakan tum-puan mata pencaharian utamanya. Pohon jati ditanam pada tepi jalan atau diguna-kan sebagai batas kepemilidiguna-kan lahan. La-han olaLa-han umumnya dimanfaatkan un-tuk penanaman tanaman semusim. Sistem tanam kelompok adalah sistem tanam da-lam bidang olah, baik secara monokultur ataupun campuran, secara tumpangsari ataupun tidak.

[image:4.595.85.479.63.276.2]
(5)

49

Gambar (Figure) 2. Ilustrasi tanaman jati sistem jalur dan sistem kelompok di Desa Bulu (Illustration of

teak plantation systems of cluster and row at Bulu Village)

Tabel (Table) 4. Diameter (D) rata-rata dan tinggi (T) rata-rata tanaman jati pada berbagai tahun tanam dan

sistem tanam pada tiga desa sampel di Sub DAS Samin (Diameter (D) and average height

(T) of teak plantation in various years of planting and planting systems in three sample villages in Samin Sub Watershed)

No Tahun tanam (Desa (VillagesYear )/

of planting)

Sistem tanam jalur

(Row planting system) (Sistem tanam kelompok Cluster planting system) D (cm)

Rata-rata (Average)

T (m) Rata-rata (Average)

Lbds (m2)

(10 m x 10 m)

D (cm) Rata-rata (Average)

T (m) Rata-rata (Average)

Lbds (m2)

(10 m x 10 m)

Desa Kebak (Kebak Village)

1 2003 14 9 0,02 8 7 0,16

2 2004 9 6 0,01 - - -

Desa Jumantoro (Jumantoro Village)

3 2003 13 9 0,01 - - -

4 2004 - - - 7 6 0,004

Desa Bulu (Bulu Village)

5 2004 13 9 0,01 - - -

6 2005 - - - 7 8 0,004

Sistem tanam jalur berjarak tanam dua meter, sedangkan sistem tanam kelompok berjarak tanam 2 m x 3 m. Kondisi fisik lahan secara umum mem-punyai kesamaan yaitu: jenis tanah medi-teran, ketebalan solum > 90 cm, dan kele-rengan datar. Sistem tanam kelompok umumnya dilakukan secara tumpangsari, di Desa Kebak tumpangsari dengan ka-cang tanah + ketela pohon, di Desa Jumantoro tumpangsari jagung + ketela pohon, di Desa Bulu tumpangsari jagung + ketela pohon. Luasan lahan untuk sistem tanam kelompok ± 1.500 m2, dengan jumlah pohon bervariasi per plotnya antara 15 pohon sampai 28

pohon. Dari Tabel 4 tersebut terlihat bah-wa penutupan lahan berdasarkan luas bi-dang dasar tanaman dari areal tanam se-luas ± 1.500 m2 hanya tertutupi seluas ± 0,06 m2-2,4 m2 (jati umur enam tahun) dan 0,06 m2 (jati umur empat tahun). De-ngan kata lain penutupan lahan berdasar-kan luas bidang dasar tanaman jati umur enam tahun ± 0,01%, dibanding dengan tanaman sengon pada umur yang sama adalah ± 5% (Riyanto 2009).

B. Penutupan Tajuk

[image:5.595.92.519.69.262.2] [image:5.595.80.527.352.519.2]
(6)

tanam-50

an jati Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blora, rata-rata penutupan tajuk tanaman jati umur lima tahun dengan dia-meter antara 10 cm-15 cm adalah ± 4,7 m2, maka apabila penutupan tajuk ta-naman jati di atas dikondisikan tidak ber-beda dengan yang ada di KPH Blora, ma-ka penutupan tajuknya untuk ma-kawasan hutan seluas 1.500 m2 adalah ± 1.400 m2 atau ± 93%. Gambar 2 terlihat penutupan tajuk jati yang cukup rapat, sehingga di-asumsikan jumlah serasah yang dihasil-kan mampu melindungi permukaan tanah untuk mengurangi energi kinetik curah hujan dan dapat mengendalikan daya ru-saknya. Dari apa yang telah diuraikan, keragaan tajuk pohon dapat digunakan untuk penilaian keberhasilan kegiatan GN-RHL.

C. Karbon Rosot

Menurut hasil penelitian Basuki et al.

(2008) persamaan allometrik untuk jati adalah: Y = 0,231 X 1,0388, sehingga kar-bon rosot jati di atas dengan diameter ra-ta-rata 7 cm untuk sistem tanam kelom-pok adalah 4.146,66 kg/1.500 m2 atau 27.644,4 kg/ha, dengan kata lain membe-rikan konstribusi pengurangan karbon udara sebesar 15.204,4 kg/1.500 m2 atau 101.362,8 kg/ha.

Apa yang telah diutarakan di atas, to-lok ukur keberhasilan kegiatan Gerhan/ GN-RHL tidak dapat dititikberatkan ha-nya pada keragaan mengenai keberhasil-an tumbuh (persen hidup) suatu tkeberhasil-anamkeberhasil-an, terlebih apabila yang dinilai adalah ta-naman/pohon lambat tumbuh (slow growth) seperti jati, tetapi juga harus memperhatikan keragaan yang lain yaitu pertumbuhan tanaman sendiri, pertum-buhan yang baik dari suatu pohon akan sangat ditentukan dari kualitas benih, bi-bit, serta kualitas tempat tumbuhnya.

Pertumbuhan pohon yang baik akan dicirikan dengan perkembangan tajuk po-honnya sebagai tempat terjadinya foto-sintesa. Fotosintesa sendiri adalah suatu proses yang sangat kompleks yang terdiri dari serangkaian reaksi yang

menghasil-kan bahan organik dari zat-zat anorganik (Daniel et al., 1987). Bahan organik ter-sebut dipergunakan oleh pohon untuk tumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan yang baik dengan per-kembangan tajuk yang baik akan mem-berikan kontribusi yang baik terhadap pe-nutupan tanah. Hal ini yang diharapkan dari kegiatan Gerhan/GN-RHL, yaitu op-timalnya fungsi hutan dan lahan dalam suatu DAS, sehingga akan menjamin ke-tersediaan sumberdaya air dan mengen-dalikan daya rusak air, yang akhirnya akan dapat memperbesar infiltrasi dan perkolasi, mengurangi over land flow/run off, mempertahankan dan meningkatkan unsur hara, produktivitas lahan dan daya simpan air serta mengurangi deposisi se-dimen pada bangunan vital (Balai Pe-ngelolaan Daerah Aliran Sungai Solo, 2003).

Tetapi apapun hasil suatu kegiatan Gerhan/GN-RHL, tetap akan memberi-kan konstribusi terhadap perbaimemberi-kan ling-kungan, apabila dikaitkan dengan isu per-ubahan iklim global, kegiatan tanam-me-nanam Gerhan/GN-RHL memberikan kontribusi terhadap pengurangan karbon udara.

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Keragaan dalam hal pertumbuhan ta-naman yang berkaitan dengan tajuk pohon adalah hal yang penting untuk dipergunakan dalam penilaian keber-hasilan kegiatan Gerhan/GN-RHL. 2. Keberhasilan kegiatan

Gerhan/GN-RHL selain berguna bagi penyehatan DAS juga dapat memberikan kontri-busi bagi pengurangan karbon udara.

B. Saran

(7)

51 DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo. 2003. Rencana rehabilitasi hutan dan lahan satuan wilayah pengelolaan DAS Solo Tahun 2003-2007. Buku I, Kegiatan Pengem-bangan RHL dan Pengelolaan DAS Solo, Surakarta, Desember 2003. Basuki, T.M., H.D. Riyanto, dan

Su-kresno. 2008. Kajian kuantifikasi kandungan karbon pada hutan ta-naman jati. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam V (1).

Choong, L.P. 1981. Land evaluation re-lative to forestry. AGOF/INS/78/ 006. Technical Note No. 13. CSR. Bogor. MOA/UNDP/FAO.

Daniel, T.W., A.H. John, S.B. Frederick.

1987. Prinsip-prinsip silvikultur. Gadjah Mada University Press.

Departemen Kehutanan. 2007. Eksekutif data strategis kehutanan. Badan Planologi Kehutanan. Jakarta. Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005

ten-tang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, tanggal 19 Januari 2005. Riyanto, H.D. 2009. Teknik inventarisasi

dan model pertumbuhan. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Solo. Tidak diterbitkan. Wahyuningrum, N. 2008. Teknik

(8)

52

Lampiran (Appendix) 1. Data pengamatan pertumbuhan tanaman jati setiap desa dan tahun tanam (Data of

plant growth observatioan of teak for each village and planting year)

No

Tahun tanam (Planting

year)

Jenis dan sistem tanam, deskripsi tapak (Species and planning

system, site description)

Keliling pohon (Tree periphery)

(cm)

Tinggi pohon (Tree height)

(m)

Volume (Volume)

(m3)

Riap tumbuh (Increament)

(m3/th)

Desa (Village) Kebak

1 2003 Jati ditanam dalam

Jalur. Jenis tanah

mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng datar. Umumnya tanaman hanya ditanam pada batas milik atau turus jalan

50 10 0,051 0,008

53 9,5 0,054 0,009

25 6 0,008 0,001

38 10 0,029 0,005

33 7 0,015 0,003

46 10 0,043 0,007

46 9,5 0,041 0,007

52 10,5 0,058 0,010

54 8,5 0,050 0,008

Rata-rata (Average) 44,11 9,00 0,039 0,006

2 2003 Jati ditanam secara

monokultur dalam

Kelompok. Jarak

tanam 2 m x 3 m. Luas

1.500 m2.

Jati ditanam tumpangsari kacang tanah + ketela pohon, pada teras bangku. Seresah dikumpul dalam bentuk jalur. Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng 8-15%

28 8 0,013 0,002

29 8,5 0,015 0,002

25 7,5 0,010 0,002

27 8 0,012 0,002

42 9 0,032 0,005

31 8 0,016 0,003

25 8 0,010 0,002

25 8 0,010 0,002

23 7 0,008 0,001

31 8 0,016 0,003

32 8 0,017 0,003

29 7,5 0,013 0,002

33 9 0,020 0,003

15 5 0,002 0,000

28 7 0,011 0,002

29 7,5 0,013 0,002

26 7 0,010 0,002

19 5 0,004 0,001

32 8,5 0,018 0,003

29 7 0,012 0,002

28 7 0,011 0,002

26 6,5 0,009 0,001

27 7 0,010 0,002

16 5 0,003 0,000

14 5 0,002 0,000

10 4 0,001 0,000

20 5,5 0,004 0,001

23 6 0,006 0,001

Rata-rata (Average) 25,79 7,05 0,011 0,002

3 2004 Jati ditanam secara

Jalur pada batas milik.

Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng datar

24 6,5 0,008 0,001

36 6,5 0,017 0,003

30 6,5 0,012 0,002

28 6 0,010 0,002

29 6 0,010 0,002

34 7 0,016 0,003

19 3,5 0,003 0,000

(9)

53

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)

No

Tahun tanam (Planting

year)

Jenis dan sistem tanam, deskripsi tapak (Species and planning

system, site description)

Keliling pohon (Tree periphery)

(cm)

Tinggi pohon (Tree height)

(m)

Volume (Volume)

(m3)

Riap tumbuh (Increament)

(m3/th)

Desa (Village) Jumantoro

1 2003 Jati ditanam dalam

Jalur.

Umumnya tanaman hanya ditanam pada batas milik atau turus jalan dengan jarak tanan 2 m. Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng datar

11 9 0,022 0,004

15 9,5 0,041 0,007

12 9 0,025 0,004

13 9 0,032 0,005

8 4 0,005 0,001

13 9 0,029 0,005

16 10 0,049 0,008

Rata-rata (Average) 12 8,50 0,029 0,005

2 2004 Jati ditanam secara

monokultur dalam

Kelompok. Jarak

tanam 2 m x 3m. Petak ukur 10 m x 10 m.

Luas 1.500 m2

Jati ditanamam tumpangsari jagung + ketela pohon, pada teras bangku. Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng 8-15%

10 8 0,02 0,003

5 4 0,00 0,000

10 7 0,01 0,003

7 6 0,01 0,001

5 5 0,00 0,001

6 5 0,00 0,001

5 5 0,00 0,000

4 4 0,00 0,000

8 6,5 0,01 0,002

7 6 0,01 0,001

6 6 0,00 0,001

4 5 0,00 0,000

9 7,5 0,01 0,002

11 8,5 0,02 0,004

7 6 0,01 0,001

Rata-rata (Average) 7 5,97 0,01 0,001

3 2007 Monokultur sengon

ditanam secara

Kelompok. Jarak

tanam 4 m x 2 m, luas

1.000 m2 (petak ukur

10 m x10 m)

Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng datar

6 8 0,01 0,003

13 15 0,05 0,026

16 15 0,07 0,037

6 7 0,00 0,002

6 9 0,01 0,004

7 9,5 0,01 0,004

11 12 0,03 0,016

8 9,5 0,01 0,006

6 7 0,00 0,002

7 9 0,01 0,004

8 9 0,01 0,006

9 10 0,01 0,007

7 11 0,01 0,005

7 9 0,01 0,004

Rata-rata (Average) 8 10,00 0,02 0,009

Desa (Village) Bulu

1 2003 Jati ditanam dalam

Jalur pada batas milik

atau turus jalan dengan jarak tanan 2 m. Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng datar

33 8 0,018 0,004

35 7,5 0,019 0,004

43 9,5 0,036 0,007

50 9,5 0,048 0,010

43 9 0,034 0,007

44 9 0,035 0,007

(10)

54

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)

No

Tahun tanam (Planting

year)

Jenis dan sistem tanam, deskripsi tapak (Species and planning

system, site description)

Keliling pohon (Tree periphery)

(cm)

Tinggi pohon (Tree height)

(m)

Volume (Volume)

(m3)

Riap tumbuh (Increament)

(m3/th)

2 2004 Jati ditanam secara

monokultur dalam

Kelompok. Jarak

tanam 2 m x 3 m. Petak ukur 10 m x 10 m.

Luas 1.500 m2

Jati ditanamam tumpangsari jagung + ketela pohon, pada teras bangku. Jenis tanah mediteran, solum tebal (> 90 cm), lereng datar

23 4,5 0,005 0,001

19 3,5 0,003 0,001

17 3 0,002 0,000

8 2 0,000 0,000

34 8 0,019 0,005

27 7 0,010 0,003

20 6,5 0,005 0,001

20 6,5 0,005 0,001

20 6,5 0,005 0,001

28 7,5 0,012 0,003

18 3 0,002 0,000

10 4 0,001 0,000

24 6,5 0,008 0,002

26 6,5 0,009 0,002

19 3,5 0,003 0,001

15 3 0,001 0,000

34 8 0,019 0,005

9 3 0,000 0,000

27 7 0,010 0,003

15 3 0,001 0,000

34 8 0,019 0,005

Gambar

Tabel (Table) 1. Luas dan jenis tanaman GN-RHL Kecamatan Jumantono (Area and plant species on GN-RHL at Jumantono Sub District)
Gambar (Figure) 1.
Gambar (Figure) 2.  Ilustrasi tanaman jati sistem jalur dan sistem kelompok di Desa  Bulu (Illustration of  teak plantation systems of cluster and row at Bulu Village)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

lnteraksi bahan stck dan dosis zat pengatur tumbuh Rootone-l: berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur persentase stek hidup 2 sampai 10 Minggu Setelah Tanam (MST)

Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan penting dalam pelaksanaan pembangunan karena salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu

Sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang pengajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dapat

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Rancangan Evaluasi No Kriteria Indikator Tolok ukur keberhasilan 1 Rancangan alat peraga dari bahan bekas Alat peraga sesuai kompetensi dasar dan indikatornya Guru mampu dan bisa