HASIL PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DAERAH PANAS BUMI BITTUANG
KABUPATEN TANA TORAJA-PROPINSI SULAWESI SELATAN
ALANDA IDRAL DAN EDDI SUMARDI
Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan
Pusat Sumberdaya Geologi
SARI
Secara administratif daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah kecamatan Bittuang,
kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun maksud penyelidikan
geomagnetik didaerah adalah untuk melokalisir penyebaran anomali geomagnetik secara
lateral dan vertikal dengan tujuan untuk mengetahui struktur geologi bawah permukaan seperti
sesar dan sumber panas.
Mata air panas Bittuang berlokasi pada zona depresi, sedangkan kenampakan mata air panas
tersebut kepermukaan dikontrol oleh struktur sesar yang berarah baratlaut-tenggara dan
timurlaut-baratdaya.
ABSTRACT
Administratively the survey area is part of Bittuang district, Regency of Tana Toraja-South Sulawesi Province.
The purpose and the aim of the geomagnetic investigation is to localize the distribution of geomagnetic anomalous laterally and vertically in order to delineate the subsurface geological structures such as faults and the heatsource.
The Bittuang hot waters lie in the depression zone, whilst the surface manifestation of hot waters are controlled by NW-SE and NE-SW fault structures
PENDAHULUAN
Bachri dkk (1975) melaporkan daerah
panas bumi Bittuang memiliki manifestasi
panas bumi berupa mata air panas dan
fumarol dengan temperatur berkisar antara
37o – 95oC. Berdasarkan data tersebut
diatas maka Kelompok Program Penelitian
Bawah Permukaan pada tahun anggaran
2009 telah melakukan penyelidikan
geomagnet di daerah panas bumi Bittuang,
Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana
Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan.
Penyelidikan ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pengembangan daerah di
sektor energi, sehingga mampu
mempercepat peningkatan ekonomi
Kabupaten Tana Toraja khusunya dan
Propinsi Sulawesi selatan umumnya.
Adapun maksud penyelidikan geomagnetik
adalah untuk melokalisir penyebaran
anomali geomagnetik secara lateral dan
vertikal dengan tujuan untuk mengetahui
struktur geologi bawah permukaan seperti
sesar dan sumber panas.
Daerah panas bumi Bittuang terletak 360
km. di utara kota Makassar, dan secara
administratif termasuk dalam wilayah
Kecamatan Bittuang, Kabupaten
TanaToraja, Propinsi Sulawesi Selatan.
Terletak pada koordinat UTM antara
791.000 – 807.000 mT dan 9.683.000 –
9.668.000 mS, dengan luas (15 x 15) km2
(gambar 1). Lokasi daerah penyelidikan
dapat dicapai dengan pesawat terbang dari
Jakarta sampai ke Makassar +/- 2 jam,
kemudian dilanjutkan dengan kendaraan
roda empat sampai ke Bittuang selama 7
jam
GEOLOGI RINGKAS DAERAH
PENYELIDIKAN
Secara ringkas geologi daerah penyelidikan
dapat dikelompokkan menjadi 5 satuan
geologi yang berumur Tersier sampai
Kuarter, terdiri dari (muda ke tua), (gambar
2) :
• piroklastik,
• lava,
• batuan intrusi,
• batu pasir dan
• batuan malihan,
METODA GEOMAGNETIK
Dalam eksplorasi panas bumi, salah satu
hal yang penting adalah mencari informasi
yang mengarah pada diketahuinya
struktur-struktur yang mengkonstruksi sistem panas
bumi itu sendiri. Metode geomagnet
merupakan salah satu metode geofisika
yang dapat digunakan untuk mencari baik
struktur dalam maupun dangkal. Data
magnetik didasarkan pada sifat
kemagnetan (kerentanan magnet batuan),
yaitu kandungan magnetitnya sehingga
efektifitas metode ini bergantung kepada
kontras magnetik di bawah permukaan. Di
daerah panas bumi, larutan hidrotermal
dapat menimbulkan perubahan yang masif
terhadap sifat kimia dan fisika geologi
bawah permukaan. Perubahan lainnya yaitu
sifat kemagnetan batuan akan menjadi
turun atau hilang akibat panas yang
alterasi hidrotermal, maka tujuan lainnya
dari survei magnetik pada daerah panas
bumi adalah untuk melokalisir daerah
anomali magnetik rendah (low magnetic
anomaly) yang diduga berkaitan erat dengan manifestasi panas bumi.
Cara Kerja Lapangan
Dalam penyelidikan geomagnet umumnya
data lapangan diperoleh dengan
menggunakan dua unit alat magnet di
mana satu unit alat digunakan untuk
pengukuran di lapangan, sedangkan yang
lainnya digunakan untuk mengukur variasi
kemagnetan yang terjadi setiap saat
(variasi harian) di “Base Station” (BS) yang
pembacaannya dapat dilakukan secara
otomatis/manual dan dapat diatur untuk
setiap interval waktu yang dikehendaki.
Hasil pengukuran di lapangan selanjutnya
akan dikoreksi terhadap hasil pengukuran
di BS sesuai dengan waktu
pengukurannya.
Harga intensitas total (IRGF) dihitung
dengan Program Mag- Pick, yaitu dengan
memasukan harga latitude dan longitude
dari titik Base Station daerah penyelidikan
yaitu LS = 02,970 dan BT = 119,670 dengan
ketinggian 1267 meter. Maka dari Program
ini diperoleh harga intensitas magnet total
(IGRF) = 42270,04 nT, harga inklinasi =
-23,11 dan harga deklinasinya = 1,40.
Pengukuran di BS dilakukan sebelum
pelaksanaan pengukuran di lintasan ukur.
Pengambilan data geomagnit di lakukan
dengan sistim kisaran tertutup (A, B, A ),
yakni pengukuran selalu diawali dan
diakhiri pada titik tetap yang sama.
Pelaksanaan pengukuran magnet di
lapangan dilakukan dengan sistem kisi-kisi
dengan interval 250 meter dan acak
dengan jarak250-500m. Tiap posisi diukur
minimal 3 kali bacaan atau diambil data
baca yang sama.
Selain itu juga di lakukan pengamatan
batuan seperti jenis, tipe dan ubahan yang
terdapat pada setiap lintasan, serta
pengambilan contoh batuan di setiap lokasi
yang mempunyai litologi batuan yang
berbeda dengan tujuan untuk mengetahui
kerentanan magnetik batuan (K).
Peralatan
Peralatan yang di gunakan pada
penyelidikan ini terdiri dari:
- 2 set proton magnetometer tipe G.856
AX dengan ketelitian alat 0.1 nT;
kompas, GPS, susceptibility meter dan
lain-lain.
HASIL PENYELIDIKAN GEOMAGNIT
Titik amat geomagnit berjumlah 246 titik,
yang tersebar pada 7 lintasan ukur A-G,
dan lintasan random (acak) (Gambar 3).
Total panjang lintasan ukur kisi +/- 40 km,
dengan panjang setiap lintasan berkisar
antara 5-6 km. Jarak antar titik amat kisi
dan random (dilakukan pada jalan setapak
dan raya) 250 m dan jarak antar lintasan
bervariasi antara 500 m-1000 m.
Hasil penyelidikan magnit ditampilkan
berupa kerentanan magnit batuan,
penampang anomali magnit dan peta
Kerentanan Magnetik Batuan
Pengukuran suseptibilitas (kerentanan, K)
magnetik batuan pada 10 contoh batuan
yang representatif, berkisar antara 0.01
sampai 0.79 x 10-3 cgs. Nilai terendah
terdapat pada batuan tufa dasitik,
sedangkan nilai tertinggi terdapat pada
komponen batuan tufa breksi (andesit)
dengan nilai 0.56 – 0.79 x 10-3 cgs. Batuan
didaerah penyelidikan yang memberikan
nilai kerentanan magnet 0.0 – 0.1 x 10-6 cgs
menandakan batuan tsb bersifat non
magnetik sedangkan batuan yang
mempunyai nilai K, antara 0,2 – 1 x 10-3
cgs mengindikasikan batuan tsb relatif
bersifat magnetis dari batuan lain yang
ada didaerah penyelidikan.
Peta Anomali Sisa Magnet Total
Pada penyelidikan geomagnetik untuk
panas bumi target anomali magnit yang
diharapkan adalah anomali rendah karena
anomali rendah tsb berkaitan dengan
demagnitisasi batuan akibat panas yang
dilepaskan dari suatu lapangan panas
bumi, sedangkan anomali sedang ataupun
tinggi tidak merupakan sasaran dalam
penelitian panas bumi, akan tetapi tetap
dipertimbangkan dalam penafsiran panas
bumi. Dengan demikan aspek anomali
rendah lebih diutamakan dalam
pembahasan berikut ini.
Anomali sisa magnet total (gambar 4 ),
didaerah penyelidikan dikelompokkan
menjadi 3 kelompok anomali, yakni :
• Kelompok anomali magnet rendah
(negatif) dengan besaran 0 s/d
-1200 nT. Anomali magnet total
rendah ini mencakup +/- 25%
dibagian selatan penyelidikan, 2%
dibagian tengah dan 2% dibagian
utara dari seluruh daerah
penyelidikan.
• Kelompok anomali magnet sedang
(positif) dengan besaran berkisar
antara 0 sampai 300 nT, anomaly
ini menduduki +/- 60% dari
seluruh daerah penyelidikan, yakni
di bagian tengah, barat, timur dan
utara daerah penyelidikan
• Kelompok anomali magnet tinggi
(positif) dengan besaran berkisar
antara 300 sampai 650 nT terlihat
menutupi lebih kurang 15% dari
daerah penyelidikan, yakni di
bagian barat, timur dan sebagian
kecil dibagian tengah daerah
penyelidikan.
Penampang Anomali Magnet
Secara umum penampang anomaly
geomagnit lintasan A sampai G (gambar 5)
memperlihatkan rentang anomaly positif
didaerah ini berkisar antara 3 s/d 460 nT,
sedangkan rentang anomaly negatif
bervariasi antara – 1 s/d – 1044 nT.
Kontras anomali positf dan negatif yang
terjadi pada beberapa titik amat di daerah
ini berkisar antara > 300 - >1300 nT, hal ini
mengindikasikan disekitar titik amat tsb
terdapat struktur geologi seperti kontak
geologi ataupun sesar.
PEMBAHASAN
Anomali Sisa Magnit Total
Anomali magnet total rendah (negatif) 0 s/d
− 1200 nT, seperti terlihat pada gambar 4,
permukaan yang bersifat non magnetik
seperti batuan sedimen vulkanik
(piroklastik), atau dasit terlapukkan dan
atau batuan terubahkan yang tidak
tersingkap dipermukaan. Anomali magnet
negatif tersebut tampak membentuk pola
anomali yang membuka kearah selatan,
dan pola kontur yang menutup di bagian
tengah serta utara terutama disekitar
manifestasi panas bumi A.P. Balla 1, 2, dan
3, serta A.P. Cepeng 1 dan 2. Apabila
batuan ubahan yang tidak tersingkap
kepermukaan tsb ada maka diperkirakan
ubahan tsb erat kaitannya dengan larutan
panas hidrotermal yang keluar dari
rekahan-rekahan atau struktur sesar yang
ada didaerah manifestasi air panas Balla
dan Cepeng, sehingga menyebabkan
terjadinya demagnetisasi batuan (ubahan),
apabila tidak ada batuan ubahan maka
anomali negatif tsb diperkirakan berkaitan
dengan batuan piroklastik yang ada
didaerah tsb.
Selanjutnya, anomali magnet total sedang
(0 s/d 300 nT) yang menutupi hampir
semua bagian utara, barat, timur dan
tengah daerah penyelidikan ditafsirkan
sebagai batuan bawah permukaan terdiri
dari tufa, piroklastik dan dasit.
Kemudian Anomali magnet total tinggi
positif (300 s/d 650 nT) yang menutupi
daerah bagian barat, timur dan sebagian
kecil dibagian tengah ditafsirkan berkaitan
dengan susunan batuan bawah permukaan
yang terdiri dari batuan lava andesit, dasit
yang segar seperti tampak dari beberapa
singkapan batuan didaerah penyelidikan..
Seperti halnya anomali magnet total
rendah, demikian pula anomali magnet total
positif tinggi juga membentuk pola anomali
yang menutup dan ditafsirkan sebagai
batuan vulkanik seperti andesit, dasit dan
tufa breksi.
Muncunya manifestasii air panas Cepeng 1
dan 2, disekitar titik E.4000 yakni pada
batas perpotongan antara kelompok
anomali magnet total sedang (positif) dan
kelompok anomali magnet total rendah
(negatif), mengindikasikan adanya daerah
lemah, diperkirakan sesar, disekitar
manifestasi tersebut.
Secara umum anomali magnet total
memperlihatkan pola kelurusan yang tidak
beraturan yang mengindikasikan adanya
struktur yang komplek didaerah Bittuang.
Pengkutuban anomali negatif terutama
terjadi didaerah disekitar manifestasi air
panas Balla 1, 2 dan 3 dan lokasi fumarol.
Selain dari pada itu mata air panas (A.P.
Cepeng 1,2) muncul pada perpotongan
anomali negatif dan positif sedang, yaitu
disekitar titik E.4000. Selain pengkutuban
negatif terdapat juga pengutuban anomali
magnet tinggi (positif) terutama muncul
didaerah batuan yang masih segar (dasit,
granodiorit dan tufa breksi). Disamping itu
pola anomali juga memperlihatkan pola
pembelokan dan kerapatan kontur yang
tajam terutama dibagian tengah dan selatan
daerah penyelidikan. Kondisi demikian juga
mengindikasikan adanya struktur
sesar/kontak litologi dari batuan yang
berbeda disekitar pola-pola anomali seperti
telah disebutkan diatas, sehingga
menyebabkan struktur didaerah
Penampang Anomali Sisa Magnit Total
Pada umumnya profil magnet total
memperlihatkan pola anomali yang
bergerigi tajam dengan perselingan anomali
positif dan negatif dibagian tengah lintasan,
sedangkan pada ujung selatan lintasan
cenderung memberikan nilai magnet total
negatif, sedangkan dari tengah lintasan
keujung utara lintasan umumnya bernilai
positif, hanya pada ujung lintasan D dan
bagian tengah lintasan F bernilai negatif.
Nilai kemagnetan negatif didaerah
penyelidikan mengindikasikan batuan
dibawah permukaan disusun oleh batuan
yang bersifat non magnetik seperti batuan
ubahan batuan dasit, tufa breksi, tufa yang
terlapukan ataupun batuan piroklastik. Nilai
kemagnetan positif sedang didaerah
penyelidikan memrefleksikan adanya
batuan yang bersifat agak magnetik
dibawah permukaan seperti batuan lava
andesit, dasit, tufa dan piroklastis yang
mondominasi susunan batuan didaerah
manifestasi panas bumi Bittuang.
Penampang magnet total pada ke tujuh
lintasan A-G memperlihatkan kontras nilai
magnet positif dan negatif rata-rata sekitar
685 nT. Kontras nilai kemagnetan yang
relatif besar tsb diperkirakan erat kaitannya
dengan struktur sesar seperti terlihat pada
gambar 5.
Model Anomali Magnet 2.5 D
Analisa model dari anomali magnet total
menggunakan Program GeoModel
(Cooper, 2004).
Dari model yang dibuat pada Lintasan A’ –
B’ dibagian utara daerah penyelidikan yang
lintasannya berarah hampir
baratlaut-tenggara (Gambar 6) diperkirakan terdapat
5 tubuh batuan yang mempunyai kontras
susceptibilitas (Δķ) berurutan dari
baratdaya sampai tenggara yaitu: tubuh
batuan 1 dan 2 mempunyai Δķ = 0,00;
tubuh batuan 3, 4 dan 5 kontras
susceptibilitasnya (Δķ = 0,03). Tubuh
batuan 1 dan 2 ditafsirkan sebagai batuan
gunungapi (andesit, dasit, piroklastik) yang
telah mengalami ubahan, sedangkan tubuh
batuan 3, 4 dan 5 diprkirakan sebagai
batuan yang masih segar berupa tufa dan
batuan gunungapi (andesit , dasit dan
Tufa). Kontras susceptibilitas ini
dibandingkan dengan batuan dasar
didaerah penyelidikan yaitu batuan sabak
yang nilai sucseptibilitas sebesar 0.005
c.g.s (Telford, W.M., Dkk., 1981) adalah
0.025 c.g.s.
Secara umum kurva anomali magnit
disekitar M.A.P. Balla 1,2 dan 3 cenderung
memperlihatkan anomali yang rendah,
semangkin kearah tenggara anomali magnit
semakin tinggi. Beberapa sesar terlihat
antara tubuh batuan 1 dan 2, 2 dan 3,
kemudian antara tubuh batuan 4 dengan 5.
Tetapi sesar utama yang mungkin
penyebab dari munculnya M.A.P. Balla 1,2
dan 3 serata M.A.P. Cepeng ! dan 2 terlihat
pada perpotongan tubuh batuan 1 dan 2
(Sesar F9) dan lebih jelas lagi terlihat pada
Gambar 4.
Analisa Struktur
Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
sesar/kontak litologi dari batuan yang
berbeda didaerah penyelidikan dicirikan
oleh adanya, kontras anomali negatif dan
positif yang besar, kelurusan-kelurusan
pola anomali, kerapatan kontur dan
pembelokan anomali yang tajam, serta
pengkutuban anomali positf dan negatif.
Secara geologi kondisi tsb diatas
mencerminkan keberadaan struktur lokal
yang cukup komplek didaerah penyelidikan.
Struktur sesar/kelurusan dari Profil anomali
magnet total Lintasan A-G (Gambar. 5)
sebanyak lima (5) buah sesar yaitu sesar
F1 sampai F5 dan penarikan struktur
sesar/kelurusan dan dari Peta anomali
magnet total (Gambar. 4). Yang
teridentifikasi dari profil magnet total
maupun peta anomali sisa adalah sbb:
- Sesar yang berarah hampir barat –
timur teridentifikasi sebanyak 2
(dua) sesar, yaitu sesar F1 dan F4.
- Sesar yang berarah hampir
baratdaya – timurlaut teridentifikasi
sebanyak 3 (tiga) sesar, yaitu sesar
F2, F3, F7.
- Sesar yang berarah tenggara –
baratlaut teridentifikasi 4 (empat)
sesar, yaitu sesar F5, F6, F8 dan
F9. Sesar F2 dan F9 berpotongan
sekitar mata air panas Cepeng, dan
diperkirakan ikut mengontrol
munculnya manifestasi air panas
Cepeng 1 dan2 disekitar E.4000
dan mata air panas Balla 1, 2 dan 3
disekitar titik amat D.6500.
Diantara sesar-sesar tsb yang terpenting
dan diperkirakan mengontrol kenampakan
manifestasi panas bumi M.A.P. Cepeng 1,
dan 2 serta M.A.P. Balla 1,2, dan 3
kepermukaan adalah sesar F2 dan F9,
karena perpotongan kedua sesar tsb
kemungkinan yang menyebabkan
munculnya mata air panas Cepeng dan
Balla kepermukaan.
KESIMPULAN
Data geomagnet mengindikasikan adanya
struktur depresi (graben kecil) didaerah
mata air panas Cepeng 1 dan 2 yang juga
terletak pada perpotongan dua sesar utama
F2 dan F9, sedangkan mata air panas Balla
1,2 dan 3 berada pada jalur sesar F9.
Kedua kelompok mata air panas tersebut
juga berada dalam zona depresi ini.
Mata air panas Cepeng 1 dan 2 berlokasi
pada daerah transisi antara anomali
magnet rendah dan sedang, hal tsb
mengindikasikan telah terjadi proses
demagnetisasi (ubahan?) akibat proses
hidrotermal dibawah permukaan atau pun
disebabkan oleh batuan piroklastik.
Struktur sesar yang mengontrol
kenampakan manifestasi air panas
Cepeng adalah sesar F2 (berarah
baratdaya – timurlaut), sedangkan
manifestasi air panas Balla 1, 2, dan 3
dikontrol oleh sesar F9 yang berarah
baratlaut – tenggara.
Dari program modeling GeoMod 2,5 D
didapatkan 5 buah tubuh batuan yang
mempunyai nilai susceptibilitas antara 0,02
sampai 0,05 cgs. Tubuh batuan 1 dan 2
yang berlokasi disekitar M.A.P. Balla 1, 2
dan 3 ditafsirkan sebagai batuan yang
batuan 3, 4 dan 5 ditafsirkan sebagai
batuan andesit, dasit (Δķ = 0,03 cgs).
Batuan dasar (Basement) untuk daerah
Bittuang adalah batuan sabak (slate)
dengan nilai susceptibilitas sebesar 0,05
cgs).
Ucapan Terimakasih
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Pusat Sumber Daya
Geologi dan Rekan-rekan para Ahli
Geologi/Geofisika yang telah memberikan
batuan dan kontribusi yang berharga
kepada penulis dalam memberikan
masukan saat penulisan makalah ini.
Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman surveyor
yang telah memberikan bantuan dalam
penggambaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aquila. L.G.,1977: Magnetic and Gravity
surveys Suriagao Geothermal Field, The
Comvol letter, v.IV, No 5 & 6
Bachri, Sjaiful & Alzwar, Muzil, 1975.
“Laporan Inventarisasi Kenampakan
Gejala Panasbumi Daerah Sulawesi
Selatan”, Dinas Vulkanologi, Bagian
Proyek Survei Energi Geotermal,
Bandung.
Bemmelen, van R.W., 1949. “The
Geology of Indonesia”. Vol. I A. The Hague. Netherlands.
Hamilton W.,1979. “Tectonic of Indonesia
Region”,
Geol.Surv.Prof.Papers,U.S.Govt.Print
Off.,Washington.
Hermawan, D. dan Sutoyo, 2009.
“Penyelidikan Geologi di Daerah Panas
Bumi Bittuang, Kabupaten Tanah Toraja,
Provinsi Sulawesi Selatan, PMG.
Hochstein, MP;1982: Introduction to
Geothermal Prospecting, Geothermal
Institute, University of Auckland, New
Zealand.
Idral, A; dkk., 2004:Penyelidikan Terpadu
Geologi Geokimia dan Geofisika Daerah
Panas Bumi Parangtritis, DI.Yogyakarta,
Jateng; Kumpulan Makalah Hasil
Kegiatan lapangan DIM.
Idral, A; dkk., 2005:Penyelidikan Terpadu
Geologi Geokimia dan Geofisika Daerah
Panas Bumi Bkt.Kili-Solok, Sumbar.
Potensi, Pemanfaatan dan Kendalanya;
Kumpulan Makalah Hasil Kegiatan
lapangan DIM; hal.40-1 – 40-9.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
Laughin,A.W; (1982): Exploration for
Geothermal Energy, in Hand book of
Geothermal Energy, Editor Edward,L.M.
et all; p.218-242
Manual Land Geomagnetometer Model
G-656 1986: Geomagnetometer, Austin
Parasnis, D.S., 1979: Principles of
Applied Geophysics, Chapman and Hall,
p. 59- 96
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University Press.
Peta Indeks
Gambar 3: Peta Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 4: Peta Anomali Magnet Total Daerah Bittuang
Gambar 3.3 Peta Anomali Magnet Total Daerah Bittuang Sulsel
792000 794000 796000 798000 800000 802000 804000 9668000 Sungai Mangngala
S. Maulu
A500
R47R48R49 R50R51
BASE
R22R23 R24 R45R46
R47 R55R56
R57
G. Lissu G. Patongloan
G. Tombilangi G. Pondan G. Rattekarua
G. Karua
G. Sarangsarang G. Biang
G. Tandung
G. Panusuk G. Barereng
G. Puang
G. Tododok G. Pio G. Ruppu
G. Berang G. Tombonantoban
G. Rano G. Appolo
G. Uma
G. Malibu G. Sarambusikore
F2
0 2000 4000
PETA ANOMALI MAGNET TOTAL DAERAH PANAS BUMI BITTUANG KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN
KETERANGAN
-1200 -1000 -800 -600 -400 -200 0 200 400 600
Titik ukur magnet Mata air panas (manifestasi) Jalan
Sungai Sawah
Gambar 5: Peta Anomali Magnet Total Daerah Bittuang
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 Jarak (m)
Profil Lintasan B
-400 -200 0 nT
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 Jarak ( m )
Profil Lintasan A
-200 0 200 400
nT
2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000
Jarak (m)
Profil Lintasan C
-200 0 200
nT
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000
Jarak (m)
Profil Lintasan D
0 200
nT
2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 Jarak (m)
Profil Lintasan E
-1000 -500 0
nT
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Jarak (m)
Profil Lintasan F
-200 0 200 400
nT
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Jarak (m)
Profil Lintasan G
0
nT
S U
S
S S
S S
S
U U U
U U U F1
F2
F3