• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA GADIS CABE-CABEAN DAN BALAP LIAR : STUDI TENTANG LATAR BELAKANG MUNCULNYA DAN PERAN GADIS CABE-CABEAN DALAM AJANG BALAP LIAR DI JALAN TOL DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FENOMENA GADIS CABE-CABEAN DAN BALAP LIAR : STUDI TENTANG LATAR BELAKANG MUNCULNYA DAN PERAN GADIS CABE-CABEAN DALAM AJANG BALAP LIAR DI JALAN TOL DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA GADIS CABE-CABEAN DAN BALAP LIAR

( Studi Tentang Latar Belakang Munculnya dan Peran Gadis Cabe-cabean

Dalam Ajang Balap Liar di Jalan Tol Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

ULIL ALBAB

NIM. B05211067

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ulil Albab, 2015, Fenomena Gadis Cabe-cabean dan Balap Liar Studi Tentang

Latar Belakang Munculnya dan Peran Gadis Cabe-cabean dalam ajang Balap Liar ( di Jalan Tol Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UINSunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Fenomena, Cabe-cabean dan Balap Liar

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini hanya lah satu yakni

bagaimana fenomena cabe-cabean yang terjadi di arena balap liar di daerah sekitar

jalan tol segunung Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.

Namun dari satu rumusan masalah tersebut terdapat sebuah sub pembahasan

didalamnya, antara lain pembahasan mengenai latar belakang dan peran gadis

cabe-cabean di arena balap liar tersebut.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik

pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan

dalam melihat fenomena yang terjadi pada maraknya gadis cabe-cabean, serta

munculnya aksi balap liar di kawasan tersebut. ini adalah teori Fenomenologi

Edmund Husserl dan Alfred Schutz .

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) latar belakang munculnya gadis

cabe-cabean dan balap liar di karenakan pergaulan, pengaruh dari daerah pertama

munculnya istilah cabe-cabean di Jakarta pusat dan lemahnya pengawasan dari

orang tua, serta pihak berwajib yang kurang adanya pembinaan. (2) peran dari

gadis cabe-cabean yang melekat pada aksi balap liar tersebut. Peran-peran tersebut

akibat pengaruh dan kesepakatan yang terbentuk dengan sendirinya di dalam

lingkungan balap liar yang disepakati oleh kedua pihak, yakni gadis cabe-cabean

(6)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI .. vi

ABSTRAK ... vii

E. Definisi Konseptual ... 14

F. Telaah Pustaka ... 8

G. Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 19

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 19

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data ... 23

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 25

H. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : TEORI FENOMENOLOGY EDMUND HUSSERL ... 30

A. Asal Usul Teori Fenomenologi ... 30

B.Fenomenologi ... 36

C. Pendekatan Fenomenologi Husserl ... 40

D. Subkultur Pemuda ... 45

BAB III : LATAR BELAKANG MUNCULNYA DAN PERAN GADIS CABE-CABEAN DALAM AJANG BALAP LIAR A.Karakteristik Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang ... 47

1. Letak Geografis Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang ... 47

a. Struktur Pemerintahan Desa Blimbing ... 47

b. Luas Wilayah Desa Blimbing ... 49

(7)

d. Orbitasi Desa Blimbing ... 52

e. Kondisi Topografi ... 53

f. Kondisi Klimatologi ... 53

g. Kondisi Hidrologi ... 53

h. Geologi ... 54

i.Karakteristik Jalan ... 54

2. Sejarah Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Jombang... 55

3. Karakteristik Arena Balap ... 58

4. Kajian Sosial Terhadap Pembangunan Jalan Tol ... 58

B. Latar Belakang Munculnya dan Peran Gadis Cabe-cabean dalam Ajang Balap Liar ... 59

1. Latar Belakang Munculnya Gadis Cabe-cabean di Jalan Tol Non Aktif Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Jombang ... 59

2. Ciri-ciri Gadis Cabe-cabean di Arena Balap Liar ... 67

3. Peran Gadis Cabe-cabean dalam Ajang Balap Liar... 72

4. Potret Perlakuan Gadis Cabe-cabean di Arena Balap Liar ... 77

5. Proses Balap Liar ... 78

6. Upaya yang Dilakukan Oleh Pihak Berwajib ... 79

C. Fenomena Gadis Cabe-cabean dalam Ajang Balap Liar Analisis Teori Fenomenologi Edmund Husserl ... 83

1. Identitas dan Temporalitas ... 85

2. Simbolis dan Intuitif ... 87

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kehidupan yang berada pada setiap tatanan masyarakat tentunya akan

mengalami suatu perubahan. Perubahan itu sendiri bertujuan untuk

memberikan nilai-nilai baru dan mengubah kehidupan serta tatanan

masyarakat. Menurut Ginsberg, “perubahan sosial itu sendiri sebagai suatu

perubahan penting dalam struktur sosial, pola perilaku, dan sistem interaksi

sosial, termasuk didalamnya perubahan norma, nilai, dan kultur budaya”.1

Sangatlah alamiah bahwa di setiap daerah akan mengalami proses perubahan

sosial. Karena proses perubahan sosial itu sendiri bisa terjadi kapan saja.

Proses perubahan sosial ada yang bersifat dinamis (Cepat) dan statis (Lambat).

Perubahan sosial bisa meliputi perubahan didalam bidang perekonomian,

pendidikan, budaya, pembangunan, pola pikir masyarakat.

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan

sesamanya. dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau

mencukupi kebutuhan sendiri. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,

berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan

bahwa sejak lahir, manusia sudah disebut dengan makhluk sosial, di dalam

kehidupannya manusia tidak dapat hidup dalam kesendirian. salah satu kodrat

manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain yang tentunya

dengan cara berkomunikasi.

1

(9)

2

Sebutan Cabe-cabean tidak asing lagi di kalangan masyarakat,

Cabe-cabean ini dapat pula disebut profesi yang terbentuk karena pergaulan bebas

khususnya perempuan di bawah umur yang bisa dikatakan telah mengenal

bisnis prostitusi khususnya di tempat balap liar. Tak terelakan fenomena

cabe-cabean ini merupakan dampak dari tidak berfungsinya atau penyimpangan

fungsi (disfungsi) oleh agen-agen sosialisasi yang berperan sebagai agen untuk

proses sosialisasi. Malinowski memandang bahwa di setiap aspek dalam

kehidupan masyarakat itu,satu sama lain saling berhubungan dan menjadi

penggerak bagi perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, dalam rangka

berbagai pemenuhan kebutuhan kelompok dan individu yang ada di

mayarakat.2

Pergantian tahun 2013 menuju 2014 remaja Indonesia kedatangan istilah

baru. Setelah istilah “alay” dan “lebay” telah mulai surut kini istilah “cabe

-cabean” yang mulai ramai diperbincangkan tidak hanya di kalangan ABG atau

remaja tetapi juga di kalangan seluruh masyarakat. Istilah cabe-cabean ini

sangat cepat dikenal oleh masyarakat luas karena dianggap mencerminkan

perilaku sejumlah remaja zaman sekarang.

Alay atau "anak layangan" atau "anak lebay" adalah sebuah istilah yang

menggambarkan suatu fenomena perilaku remaja di Indonesia yang

menggambarkan anak-anak ABG atau remaja yang terlihat dengan dandanan

yang berlebihan dan mencolok. Selain itu alay merujuk pada gaya yang

dianggap berlebihan dan selalu berusaha memaksa untuk menarik perhatian

orang lain. Sedangkan “cabe-cabean” semula digambarkan untuk anak-anak

2

(10)

3

ABG yang tergabung dalam kelompok balapan liar dan pemenang balapan bisa

mengencani si gadis “cabe-cabean”, Kini arti “cabe-cabean” sudah semakin

meluas mencakup perilaku remaja perempuan yang masih duduk di bangku

SMP ataupun SMA bisa saja dijadikan "mainan".

Pada era globalisasi dan modern sekarang ini, gaya hidup atau life style

merupakan hal yang sangat penting dan kerap menjadi ajang untuk

menunjukkan identitas diri. Modernisasi secara signifikan membawa begitu

banyak perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. apalagi pembangunan

perkotaan merupakan upaya mempercepat proses kemajuan yang semakin

pesat, antara lain ditandai dengan semakin canggihnya teknologi informasi dan

transformasi sebagaimana ditunjukkan dalam perkembangan dan kemajuan di

daerah mojokerto dan jombang

Di Kota Jombang dan Mojokerto sekarang ini semakin banyak

masyarakat yang menggunakan sepeda motor dalam melakukan aktifitas

sehari-hari. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena

harganya yang relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan

penggunaan bahan bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah.

Setiap sudut kota dipadati oleh kendaraan ini dari pagi hingga malam hari.

Pertumbuhan kepemilikan warga kota terhadap kendaraan roda dua sangat

tinggi, baik kalangan muda dan dewasa.

Sebuah organisasi, kelompok, atau komunitas – komunitas terbentuk

karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta

(11)

4

terhadap masyarakat. Berawal dari kesamaan aktivitas dan kecintaan terhadap

gaya hidup glamour mendorong munculnya komunitas-komunitas yang

mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok-kelompok gadis cabe-cabean dan

kelompok balap liar.

Fenomena “cabe-cabean” yang berkembang saat ini sudah banyak menyita

perhatian masyarakat luas terutama masyarakat kota Jombang dan Mojokerto.

Karena selain Jakarta, kota Mojokerto menjadi kota yang termasuk cepat atau

“up to date”dalam menanggapi maupun menerima hal-hal yang baru termasuk

istilah dan fenomena “cabe-cabean” ini terutama bagi kalangan remaja. Remaja

yang umumnya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berusia 13-19 tahun. Pada usia-usia

tersebut setiap manusia sedang mengalami masa-masa mencari jati diri yang

jika tidak diarahkan maka hidupnya bisa terjerumus ke dalam hal yang tidak

baik.

Balapan liar adalah kegiatan beradu cepat kendaraan, baik sepeda motor

maupun mobil, yang dilakukan di atas lintasan umum. Artinya kegiatan ini

sama sekali tidak digelar di lintasan balap resmi, melainkan di jalan raya.

Biasanya kegiatan ini dilakukan pada tengah malam sampai menjelang pagi

saat suasana jalan raya sudah mulai lenggang. Lomba balap sepeda motor tidak

hanya bisa kita saksikan melalui siaran televisi, tetapi aktivitas sejenis juga

banyak digemari remaja di daerah perkotaan. Salah satu di antaranya adalah

aktivitas balap liar yang terdapat di beberapa tempat di Kota Mojokerto,

Jombang dan sekitarnya. Tulisan ini akan mengulas seputar balapan liar yang

(12)

5

timur khususnya di Mojokerto - Jombang. Di sebut balap liar karena kegiatan

tersebut tidak memiliki izin dari aparat yang berwenang. Meskipun tergolong

masih sangat amatiran dibanding perlombaan balap motor yang kita tonton di

TV, namun jika dilihat lebih dekat lagi, mungkin kita akan terkesima, karena

ternyata banyak kesamaan antara balap yang berlabel “Moto GP“ dengan yang

berlabel “Balap Liar“. Mungkin kalau ditanya mengenai perbedaan, pasti

kebanyakan kita sudah tahu, karena yang ditayangkan di TV adalah pembalap

profesional, bergaji, dikontrak dan lain sebagainya, sedangkan pembalap liar

tentu kebalikannya. namun siring berjalanya waktu, balap liar kini pun dihiasi

oleh wajah-wajah cantik para gadis- gadis malam yang liar seperti balab liar

yaitu cabe-cabean .

Balap liar kali ini pun semakin ramai dan seru dengan adanya gadis

cabe-cabean. Cabe-cabean memiliki makna konotasi negatif. Ia dikenal sebagai

remaja perempuan yang sering keluar malam dan ikut atau sekedar lihat acara

balapan liar dengan mengenakan pakaian ketat dan minim. Terkadang mereka

digoda dan diajak berbuat sebagai taruhan seks oleh para pria atau

pemuda-pemuda pengemar balap liar.3

Kebiasaan lain yang sering dilakukan cabe-cabean adalah bonceng tiga,

keluar malam, ikut menyaksikan bahkan menjadi taruhan pada acara balapan.

Dengan menggunakan celana pendek dan mengeakan kaos yang menggoda

pria dan remaja yang melihatnya. Selain itu, cabe-cabean juga sering diartikan

sebagai Anak Baru Gede (ABG) yang labil dan masih belum mempunyai

pendirian, yang masih terpengaruh oleh teman-temanya.Gadis cabe-cabean

3

(13)

6

sering menjadi bahan taruhan dalam balapan liar atau hanya menjadi pemanis

di dalam acara balap liar tersebut, terkadang menjadi penyemangat joki balap

sehingga menjadi bersemangat untuk memenangkan balapan tersebut.

Berbagai konotasi negatif ini membuat sebagian dari mereka enggan

mengaku sebagai cabe-cabean karena biasanya mereka menyembunyikan

identitasnya sebagai gadis cabe-cabean. Dari berbagai ciri cabe-cabean yang

ditulis, saya melihat dua ciri utama yang menjadi sorot akan hadirnya

fenomena ini. Yakni menjadi bahan taruhan dan sering ikut serta dalam acara

balap liar tersebut. Bahkan hal lain yang baru baru ini muncul joki balap liar

wanita yang gaya balapannya tidak kalah dengan para remaja laki-laki.

Adapun dasar hukum dari aksi tersebut hanya diatur secara umum pada

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

jalan, yakni pada pasal 115 huruf b yang menyatakan: 4

“Pengemudi Kendaraan Bermotor di Jalan dilarang berbalapan dengan Kendaraan Bermotor Lain.”

Pengertian Jalan pada pasal 115 di atas, diatur pada pasal 1 ayat (12) yang

menyatakan:

“Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.”

4

(14)

7

Selanjutnya dipertegas lagi dengan adanya ancaman pidana bagi yang

melanggar pasal 115 huruf b, yakni pada pasal 297 undang-undang tersebut,

yang menyebutkan:

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor berbalapan di Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).”

Balap liar dan Cabe-cabean memang 2 hal yang tidak dapat dari

dipisahkan dari anak-anak racing atau pemuda pemuda yang menyukai balap

liar tersebut. Dasar hukum dari pihak berwajib sudah sangat tegas untuk

mengatasi balap liar dan gadis cabe-cabean tersebut. Namun berbagai macam

aturan dan tindakan tegas dari pihak berwajib tersebut tidak membuat jera

remaja-remaja itu untuk meninggalkan atau membuat jera untuk tidak

melakukan balapan liar .

B.Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari fokus berbagai macam fakta dan masalah agar

nantinya lebih terarah dalam hal penulisan maka penulis mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang melatarbelakangi munculnya Gadis cabe-cabean dalam ajang

balap liar di jalan tol segunung Desa Blimbing Kecamatan Kesamben

Jombang?

(15)

8

C.Tujuan penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini yang terkait dengan

Fenomena Gadis Cabe-cabean dan Balap Liar Studi Tentang Latar Belakang

Munculnya dan Peran Gadis Cabe-cabean dalam Ajang Balap Liar di Jalan

Tol Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.” peneliti

mempunyai beberapa tujuan yang berhubungan dengan diadakannya penelitian

ini diantaranya.

1. Untuk mengetahui peran dan latar belakang munculnya fenomena balab

liar dan gadis cabe-cabean di jalan tol non aktif desa blimbing yang

seringkali mebuat para remaja menjadi tak terkontrol,melawan hukum

dan keluarga.

2 . Untuk mempelajari dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh pihak

Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan yang

dilakukan oleh remaja.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian yang berjudul “Fenomena Gadis

Cabe-cabean dan Balap Liar Studi Tentang Latar Belakang Munculnya dan

Peran Gadis Cabe-cabean dalam Ajang Balap Liar di Jalan Tol Desa

Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”. Peneliti juga memiliki

manfaat dari penelitian yang telah dilakukan. Sebagaimana peneliti berharap

bahwa hasil dari penelitian tersebut dapat menjadikan masukan dan dapat

(16)

9

Adapun kegunaan penelitian dari penelitian yang dilakukan ini

dimaksudkan sebagai berikut :

1. Secara Teoritik :

Diharapkan agar dapat menjadi salah satu bahan referensi dan

kepustakaan bagi rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik dan kalangan yang berminat mengkaji lebih lanjut, khusunya

menambah khasanah perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Secara praktis

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memahami fenomena sosial yang telah terjadi di

dalam masyarakat dan dapat meningkatkan kewaspadaan di dalam

kontrol terhadap pemuda.

b. Bagi Masyarakat

Dapat mengetahui akan fenomena yang telah terjadi sebagaimana

fenomena sosial yang berada di arena balap liar dan berkumpulnya

gadis cabe-cabean yang mana dapat memberikan kewaspadaan bagi

masyarakat sekitar untuk menjadi lebih berkembang.

c. Bagi Pemerintah

Dapat meningkatkan kontrol terhadap munculnya gadis

cabe-cabean dan balap liar yang telah terjadi di arena balap jalan tol non aktif

(17)

10

d. Bagi Program Studi Sosiologi

Dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan

khusunya dalam fenomena sosial yang berada di dalam tatanan

masyarakat.

E. Definisi konseptual

Dalam definisi konseptual yang mana merupakan penjelasan dari setiap

kata dalam judul penelitian yang membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih

lanjut. Definisi konsep itu sendiri berguna untuk menjelaskan kepada setiap

pembaca. Yang mana tujuannya adalah menghindari kesalahpahaman dalam

mengartikan maksud dari judul penelitian tersebut.

Untuk menghindari adanya kesalahan pengertian dalam memahami

judul. Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang telah terdapat dalam judul

penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu peneliti akan memberikan definisi yang

ada di dalam setiap kata yang digunakan dalam judul tersebut. Dan agar

diketahui makna nya. Dengan judul “Fenomena Gadis Cabe-cabean dan

Balap Liar Studi Tentang Latar Belakang Munculnya dan Peran Gadis

Cabe-cabean dalam Ajang Balap Liar di Jalan Tol Desa Blimbing Kecamatan

Kesamben Kabupaten Jombang”. Adapun definisi konseptualnya adalah

sebagai berikut.

1. Fenomena

merupakan hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan

dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah seperti fenomena alam, sosial

dan budaya Fenomena adalah rangkaian peristiwa serta bentuk keadaan

(18)

11

ilmu tertentu. Fenomena juga bisa disebut hal yang luar biasa dalam

kehidupan di dunia dan dapat terjadi dengan tidak terduga dan tampak

mustahil dalam pandangan manusia.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai

hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah.5

Fenomena juga diartikan sebagai berikut :

a) Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan

pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah

(seperti fenomena alam) atau gejala. Contoh : Gerhana adalah

salah satu ilmu pengetahuan.

b) Fenomena diartikan sebagai sesuatu yg luar biasa atau keajaiban.

Contoh : Sementara masyarakat tidak percaya akan adanya

pemimpin yang berwibawa, yakni tokoh itu tersendiri.

c) Fenomena diartikan sebagai fakta dan kenyataan. Contoh :

Peristiwa itu merupakan sejarah yg tidak dapat diabaikan. Kata

Fenomena juga diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya dari

suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang

berhubungan dengan seseorang atau suatu hal, soal atau perkara.

2. Gadis

Gadis cabe-cabean merupakan anak perempuan yang sudah akil

balig dan anak perempuan yang belum kawin, perawan. Nama Gadis

artinya adalah anak dara yang diberikan untuk seorang anak

Perempuan. Nama Gadis berasal dari Indonesia, dengan huruf awal G dan

5

(19)

12

terdiri atas 5 huruf. Kata Gadis memiliki pengertian, definisi, maksud atau

makna anak dara, bisa digunakan untuk nama bayi (nama anak), nama

perusahaan, nama merek produk, nama tempat, dan lain sebagainya. Kata

Gadis yang bermakna anak dara serta berasal dari Indonesia ini boleh anda

gunakan selama arti Gadis tidak berkonotasi negatif di lingkungan anda.6

3. Cabean-cabean

Sendiri merujuk pada remaja perempuan yang kebanyakan masih

duduk di bangku SMP dan SMA, yang memang senang keluar malam dan

tak memiliki tujuan yang jelas. Cabe-cabean identik dengan sexualitas,

gaya hidup glamour, kebahagiaan duniawi. 7

4. Balap liar

Balap liar adalah kegiatan adu kecepatan motor atau sepeda motor yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mencoba kecepatan

dan memperoleh keuntungan.yang dilakukan dengan sembarang tanpa ada

aturan resmi atau melanggar aturan yang sudah di tetapkan. Balap Liar

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara tidak terorganisasi dalam

melakukan peraduan sepeda motor berdasarkan jenis, kecepatan, dan kapasitas

mesin. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai ajang adu gengsi antara

pemilik motor atau bengkel yang memiliki motor balap. Balap motor liar

dilakukan di area yang sepi biasanya bertempat di jalan di tengah

perkampungan atau jalan tol yang belumb dioperasikan. Balap liar ini di

6

Retna Dewi, ABG Perspektif Gender, (Yogyakarta: Kanisius), 2012, h. 143

7

(20)

13

laksanakan antara 2 bela pihak yang sudah mempunyai kesepakatan waktu,

tempat dan jumlah taruhanya. 8

Balap motor liar merupakan suatu ajang peraduan balap motor dimana

balap motor ini dilakukan tanpa izin resmi dan diselenggarakan di jalan raya

yang termasuk fasilitas umum yang tentunya juga banyak dilalui oleh

kendaraan umum lainnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan tanpa menggunakan

standar keamanan yang diperlukan dan kebanyakan menggunakan motor

pretelan yang tentunya sangat membahayakan, baik nyawa pelaku maupun

nyawa penonton ataupun pengguna jalan lainnya. Ajang balap motor ini

kebanyakan dilakukan oleh remaja usia sekolah dikarenakan oleh beberapa

faktor seperti rasa gengsi yang masih tinggi, ingin menarik perhatian lawan

jenis atau bahkan tergiur oleh besarnya uang taruhan yang didapatkan.

Memang dunia balap motor tidak dapat dipisahkan oleh taruhan atau perjudian.

Taruhan itu dilakukan oleh pelaku maupun penonton.

F. Telaah pustaka

Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang berhubungan

dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “Fenomena Gadis Cabe-cabean

dan Balap Liar Studi Tentang Peran dan Latar Belakang Munculnya

Cabe-cabean di Jalan Tol Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten

Jombang. Sebagaimana gambaran umum di dalam tema penelitian tersebut

adalah yang berhubungan dengan fenomena sosial dan gadis cabe-cabean.

Fenomena sosial ini dapat dilihat secara nyata di dalam masyarakat.

8

(21)

14

gadis cabe-cabean ini dianggap sebagai fenomena yang banyak membawa hal

negatif di masyarakat, karena mereka di dalam berinteraksi dengan

masyarakat seringkali tidak menceriminkan sebagai wajarnya wanita atau

gadis di masyarakat. Berbusana minim dan berperilaku layaknya turis luar

negeri yang bebas tanpa aturan. Fenomenna sosial menghendaki ilmu

pengetahuan secara sadar mengarahkan untuk memperhatikan contoh tertentu

tanpa prasangka teoritis lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dan

bukan lewat koleksi data yang besar untuk suatu teori umum di luar substansi

sesungguhnya. hal ini dipahami sebagai cara pada umumnya individu

berpartsipasi dalam kehidupan sosial, menggunakan pengetahuan yang

diterima apa adanya (taken for granted), mengasumsikan objektivitasnya, dan

melakukan tindakan yang sebelumnya telah ditentukan (direncanakan).

Bahasa, budaya, dan common sense yang muncul dalam sikap alamiah

merupakan ciri objektif dari dunia eksternal yang dipelajari aktor dalam proses

kehidupannya 9

Sebagaimana fenomena sosial dan gadis cabe-cabean yang dikaji oleh

peneliti, peneliti juga mengkaji akan pola interaksi yang terjadi di antara satu

dengan yang lainnya, sebagaimana diketahui bahwa kemunculan gadis

cabe-cabean di masyarakat merupakan awal dari kemunculan permasalahan sosial

yang baru. Pola interaksi yang menjadi salah satu ranah kajian peneliti

memiliki pengaruh bagi perubahan sosial yang terjadi di jalan tol non aktif

Desa Blimbing Kesamben Jombang , sebagaimana peneliti melihat ketika

9

(22)

15

sudah menjadi kawasan yang mulai dikenal sebagai arena balap liar yang

terdapat banyak gadis cabe-cabean . Dapat dilihat didalam penelitian terdahulu

yang mana bisa dijadikan sebagai acuan untuk menunjukkan orisinalitas

penelitian dan dianggap cukup relevan.

1. Dalam skripsi yang penulis temukan, yang membahas tentang

fenomena cabe-cabean penulis menemukan skripsi yang berjudul

PERILAKU KOMUNIKASI CABE-CABEAN DALAM LINGKUNGAN

PERGAULANYA ( Study Deskriptif Mengenai perilaku komunikasi

Cabe-cabean di Lingkungan Balapan Liar Kota Bandung ) ( Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik , Ananda Safitri Wibowo, 2014). 10Dimana dalam

skripsi ini memfokuskan permasalahan perilaku komunikasi Gadis

Cabe-canean di dalam acara balap liar, hanya bagaimanakah perilaku dan gaya

komunikasi cabe-cabean di lingkungan balap liar Bandung , sementara

yang penulis bahas di sini menfokuskan semua aspek gadis cabe-cabean di

dalam lingkungan balap liar meliputi :

a. Latar belakang munculnya cabe-cabean

b. Proses perekrutan

c. Perilaku gadis cabe-cabean

d. Interaksi gadis cabe-cabean di lingkungan balap liar.

2. Sementara judul skripsi yang membahas tentang Balap Liar disini judul

skripsi yang penulis temukan berjudul POLA KOMUNIKASI ORANG

TUA DENGAN ANAK PADA KASUS BALAPAN LIAR (Studi

10

(23)

16

Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada

Kasus Balapan Liar di Surabaya) ( Fisip : Ilmu Komunikasi, Angga Setyo

Hadrianto, 2013 ).11 skripsi ini membahas permasalahan balapan liar di

Surabaya tersebut nampaknya disebabkan kurangnya empati antara orang

tua dan remaja, hal ini yang kemudian menimbulkan jarak antara remaja

dan orang tua, orang tua dianggap kurang mampu memahami jiwa remaja

sedangkan remaja dianggap oleh orang tua kurang mengerti keadaan orang

tua. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan menciptakan komunikasi yang

efektif antara remaja dan orang tua. Komunikasi disini bukan sekedar

menyangkut kuantitas dari komunikasi yang dilakukan remaja dan orang

tua namun lebih dititikberatkan pada pemahaman yang dilandasi sikap

keterbukaan, empati dan sikap positif. sementara yang mana penulis bahas

menfokuskan tentang perilaku dan hubungan balap liar dengan gadis

Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta dengan menggunakan metode

kualitatif. bedasarkan hasil penelelitian oleh Alexander Sarwo Edi

ditemukan bahwa dalam aksi balap liar jika terus berlanjut maka

11Angga Setyo Hadriyanto, “POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK PADA

KASUS BALAPAN LIAR (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Yang Bekerja Dengan Anak Pada Kasus Balapan Liar di Surabaya” ( Skripsi, Unesa Surabaya, 2013).

12

(24)

17

anak akan mencari pelarian yang lainnya, misalnya narkoba dan yang

lainnya yang akan membuat anak semakin jauh menyimpang dari

kehidupan yang lebih baik bagi masa depannya, padahal aksi balapan liar

tersebut terbilang sangat nekat karena belum tentu joki yang sudah terlatih

dalam bidang otomotif apa lagi banyak dari joki tidak memakai helm dan

pakaian yang khusus diperuntukan untuk balapan mereka hanya memakai

celana panjang dan kaos, betapa nekatnya mereka semua belum lagi polusi

suara yang ditimbulkan karena rata-rata dari para oknum pembalap liar

memakai knalpot yang menimbulkan suara yang sangat berisik dan

menganggu warga yang memiliki rumah di daerah sekitar sangat

menganggu para pengguna jalan, ternyata dari pengalaman mereka bahwa

balapan liar tersebut sudah sengaja diadakan yang dikoordinir oleh pemilik

bengkel agar mereka mau dibujuk untuk memodifikasi mesin motor

mereka sekalipun motor mereka masih belum lunas. Pihak berwajib

khususnya polresta sleman pun masih kerepotan mengatasi aksi balap liar

di daerah Sleman Yogyakarta tersebut. Tetapi dengan berberapa tindakan

dan sangsi untuk para pembalap liar berangsur-angsur membuat jera

mereka.

Sebagaimana dapat dilihat akan letak perbedaan kajian yang peneliti

angkat dari penelitian terdahulu. Peneliti menggunakan penelitian

terdahulu dengan tujuan untuk membandingkan antara kajian yang peneliti

ambil dengan kajian yang terdapat pada penelitian terdahulu. Di dalam

penelitian yang peneliti kaji tentang perubahan sosial itu sendiri juga

(25)

18

dengan fenomena sosial yang berada di lokasi penelitian, sehingga dapat

diketahui perbedaan dari penelitian tersebut.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh

peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian. Menurut Dedy Mulyanna

metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah

suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.13

1. pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, dengan metode

deskriptif, yakni metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran

tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu, dengan jalan

mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan

unit yang sedang diteliti.14 Sedangkan pendekatan yang digunakan pada

penelitian ini adalah, studi kasus yang langsung dilakukan di lapangan

(Field Research), yaitu terjun langsung ke objek penelitian untuk

memperoleh data primer.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2015 sampai bulan Juni

2015. Penulis melakukan observasi partisipatoris dan wawancara

13

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Sosial

lainnya (Bandung: PT remaja Rosdakarya,2008) ,145.

14

(26)

19

mendalam kepada para remaja pembalap liar dan gadis cabe-cabean

.Adapun tempat penelitian yaitu di jalan tol Desa Blimbing Kecamatan

Kesamben Jombang .

3. Pemilihan subyek penelitian

Subjek penelitian adalah merujuk kepada individu atau kelompok

yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.15 Dalam penelitian

ini, subjek penelitian adalah remaja yang melakukan aksi balap liar dan

gadis yang biasa dipanggil secara langsung maupun tidak sebagai

cabean. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan para pebalab dan

cabe-cabean akan tetapi contoh yang diambil, Meliputi :

a. Remaja pelaku balap liar

b. Gadis-gadis remaja

c. Bengkel dan Mekanik motor balap

d. Masyarakat dan perangkat desa

e. Pihak berwajib ( polisi )

4. Tahap-tahap penelitian

Dari beberapa pendapat tersebut, maka penulis mencoba untuk

membahas tahap-tahap penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah

sebagai berikut;

a. Menyusun rancangan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari

permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus

15

(27)

20

berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada

saat berlangsungnya penelitian.

b. Memilih lapangan

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai

sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian

kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh dari pada

konteks. Juga dengan alas-aanlasan pemilihan yang ditetapkan

dan rekomendasi dari pihak yang berhubungan langsung dengan

lapangan .

c. Mengurus perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran

kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang

digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang

bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan

mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang

yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang

dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan

atas kehadiran kita sebagai peneliti.

d. Menjajagi dan menilai keadaan

Saat administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi kegiatan

kita, maka hal yang sangat perlu dilakuan dalam proses

penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena

(28)

21

menentukan apakah lapangan merasa terganggu sehingga banyak

data yang tidak dapat digali tersembunyikan disembunyikan, atau

sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari

anggota mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka

tidak merasa terganggu.

e. Memilih dan memanfaatkan informan

Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di

lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu

menentukan patner kerja sebagai “mata kedua” kita yang dapat

memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan.

Informan yang dipilih harus benar-benar orang yang independen

dari orang lain dan kita, juga independen secara kepentingan

penelitian atau kepentingan karier .

5. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

lapangan ini adalah :

a. Observasi (pengamatan)

Yaitu pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti.16

Observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung yang

memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut

pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Dengan

teknik ini, peneliti akan dapat melihat sendiri kenyataan di lapangan, baik

16

(29)

22

langsung maupun dari sudut pandang nara sumber atau responden yang

mungkin tidak didapati dari wawancara.

Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung

terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses atau perilaku. Pengumpulan

data dengan menggunakan alat indera dan diikuti dengan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala-gejala/fenomena yang diteliti.17

Observasi dilakukan bila belum banyak keterangan yang dimiliki

tentang masalah yang diselidiki. Dari hasil observasi, dapat diperoleh

gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin

petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkan.18

Penggunaan metode observasi dalam penelitian ini, antara lain:

pertama, untuk mengamati fenomena sosial sebagai peristiwa aktual yang

memungkinkan peneliti memandang fenomena tersebut sebagai proses

kedua, untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomena

sosial-keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajiannya dan ketiga, untuk

melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena itu terjadi.

Sementara Cholid Narbuko ( 1997: 70 )mengemukakan bahwa teknik

observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa

peristiwa, tempat, lokasi dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat

dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi

langsung dapat mengambil peran maupun tidak berperan. Penulis akan

menjelaskan bahwa peran peneliti dalam metode observasi dapat dibagi

17

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Cet. 1 (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 70

18

(30)

23

menjadi: (1). Tak berperan sama sekali, (2). Berperan aktif, (3). Berperan

pasif, dan (4). Berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi

warga atau anggota kelompok yang sedang diamati.

b. Wawancara

Yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui pertanyaan–

pertanyaan lisan secara terstruktural dan sistematis. Cara menghimpun

bahan–bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya

jawab secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah satu tujuan yang

telah ditentukan.19 Di sini penulis juga menggunakan tehnik wawancara

secara mendalam kepada para responden untuk mendapatkan kevalidan

data yang ada pada penelitian ini.

c. Dokumentasi

Dengan penambahan bahan informasi dan berbagai sumber maka

perolehannya dengan studi kepustakaan, yaitu dengan memperoleh

informasi dari berbagai sumber, seperti buku–buku, jurnal dan Internet

yang berkenaan dengan penulisan skripsi ini.

6. Teknik analisis data

Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses

mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

19

M. Hariwijaya, Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, untuk ilmu-ilmu

(31)

24

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, analisis data

adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,

akademik dan ilmiah.20

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal

yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah

berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan

memribkaen gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan

juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai

tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diper lukan.21

b. Penyajian Data

Penyajian data peneliti kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

c. Verifikasi atau Penyimpulan Data

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila ditemukan bukti yang kuat yang mendukung

dan menguatkan pada tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan di awal, dan didukung oleh berberapa bukti yang

valid dan kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

20

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. 2002), 192

21

(32)

25

data, maka kesimpulan yang ada di dekukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Dalam melakukan penelitian kualitatif, instrumen penelitian utamanya

adalah manusia, karena itu yang diteliti dan diperiksa adalah keabsahan

datanya. Untuk menguji kredibilitas data penelitian peneliti menggunakan

beberapa teknik-teknik diantaranya :

Pertama : teknik triangulasi adalah menjaring data dengan berbagai

metode dan cara dengan menyilangkan informasi yang diperoleh agar data

yang didapatkan lebih lengkap dan sesuai dengjan yang diharapkan.

Setelah mendapatkan data yang jenuh yaitu keterangan yang didapatkan

dari sumber-sumber data telah sama maka data yang didapatkan lebih

kredibel.

Model penelitian triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam

mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda.

Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih teruji keabsahanya apabila

digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Oleh karena itu triangulasi

data sering disebut juga triangulasi sumber.22

Adapun untuk meberikan kepercayaan itu , maka di tempuh langkah

sebagai berikut :

a. Membandingkan data hasil penelitian dengan data hasil

wawancara.

22

(33)

26

b. Membandingkan apa yang dikatakan oleh orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan oleh perorangan secara pribadi.

c. Membandingkan apa kata yang dikatakan oleh oarang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan hasil penelitian atau wawancara suatu dokumen

yang berkaitan.

Jadi setelah penulis melakukan penelitian dengan mengunakan

metode wawancara,observasi dan dokumentasi kemudian data hasil dari

penelitian itu di gabungkan sehingga saling melengkapi.

Kedua : ketekunan pengamatan, teknik ini dikemukakan untuk

memahami pola perilaku, situasi, kondisi, dan proses tertentu sebagai

pokok penelitian hal tersebut berarti peneliti secara mendalam serta tekun

dalam mengamati bebagai faktor dan aktivitas tertentu. Ketekunan

pengamatan ini dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi

yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di cari dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, atau dengan

kata lainpeneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan

rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menojol

sehingga pada tahap pemeriksaan awal tampak salah satu faktor yang

sudah di telaah sudah bisa dipahami dengan cara biasa.

F. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan di dalam pembahasan

(34)

27

tersebut segala bentuk laporan didalam penelitian dapat tersusun dengan

terarah dan mempermudah didalam penulisan laporan penelitian.

BAB I

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan

penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat

gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau

sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut,

menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang

akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana

berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang

diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai

pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti.

Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode

penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam

melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap

pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data.

BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan

di dalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema

yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direleavansikan

(35)

28

BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan

Analisis Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti

menjelaskan tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana

dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data

yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif,

dengan mendeskripsikan hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis

dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai. Penyajian data

tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan

dengan profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana

mendukung konteks penelitian.

1. Gambaran tentang fenomena balab liar dan cabe-cabean di Tol Desa

Blimbing Kesamben Jombang, meliputi :

a. Karakteristik sirkuit tol segunung di desa blimbing kcamatan

kesamben jombang.

b. Latar belakang munculnya balap liar dan gadis Cabe-cabean

c. Proses balapan liar.

d. Proses perekrutan dan perlakuan terhadap para pembalap liar dan

gadis Cabe-cabean .

e. Upaya yang dilakukan oleh pihak berwajib untuk mengatasi acara

balap liar dan gadis Cabe-cabean tersebut .

f. Peran dari pelaku balap liar di setiap bagian-bagian dalam aktifitas

(36)

29

BAB IV

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari

hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena

berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa

ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan

(37)

BAB II

TEORI FENOMENOLOGY

EDMUND HUSSERL

A. Asal usul teori fenomenology

Fenomenologi berasal dari kata Yunani, phainomenon yang merujuk

pada arti “yang menampak”. Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk

ke dalam pemahaman manusia. Sehingga, suatu objek ada dalam relasi

kesadaran. Dewasa ini, fenomenologi dikenal sebagai aliran filsafat sekaligus

metode berpikir yang mempelajari fenomena manusiawi (human phenomena)

tanpa mempertanyakan penyebab dari fenomena tersebut serta realitas objektif

dan penampakannya. Fenomenologi sebagai salah satu cabang filsafat

pertama kali dikembangkan di universitas-universitas Jerman sebelum Perang

Dunia I, khususnya oleh Edmund Husserl, yang kemudian dilanjutkan oleh

Martin Heidegger dan yang lainnya, seperti Jean Paul Sartre. Selanjutnya

Sartre memasukkan ide-ide dasar fenomenologi dalam pandangan

eksistensialisme. Adapun yang menjadi fokus eksistensialisme adalah

eksplorasi kehidupan dunia mahluk sadar atau jalan kehidupan subjek-subjek

sadar. 23

Menurut Hegel, fenomena yang kita alami dan tampak pada kita

merupakan hasil kegiatan yang bermacam-macam dan runtutan konsep

kesadaran manusia serta bersifat relatif terhadap budaya dan sejarah. Husserl

menolak pandangan Hegel mengenai relativisme fenomena budaya dan sejarah,

23

(38)

31

namun dia menerima konsep formal fenomenologi Hegel serta menjadikannya

prinsip dasar untuk perkembangan semua tipe fenomenologi: fenomenologi

pengalaman adalah apa yang dihasilkan oleh kegiatan dan susunan kesadaran

kita.

Menurut Husserl, fenomena adalah realitas sendiri yang tampak, tidak

ada selubung atau tirai yang memisahkan subyek dengan realitas, karena

realitas itu sendiri yang tampak bagi subyek. Dengan pandangan seperti ini,

Husserl mencoba mengadakan semacam revolusi dalam filsafat Barat. Hal

demikian dikarenakan sejak Descartes, kesadaran selalu dipahami sebagai

kesadaran tertutup, artinya kesadaran mengenal diri sendiri dan hanya melalui

jalan itu dapat mengenal realitas. Sebaliknya Husserl berpendapat bahwa

kesadaran terarah pada realitas, dimana kesadaran bersifat intensional, yakni

realitas yang menampakkan diri.

Sebagai seorang ahli fenomenologi, Husserl mencoba menunjukkan

bahwa melalui metode fenomenologi mengenai pengarungan pengalaman biasa

menuju pengalaman murni, kita bisa mengetahui kepastian absolut dengan

susunan penting aksi-aksi sadar kita, seperti berpikir dan mengingat, dan pada

sisi lain, susunan penting obyek-obyek merupakan tujuan aksi-aksi tersebut.

Dengan demikian filsafat akan menjadi sebuah ilmu setepat-tepatnya dan pada

akhirnya kepastian akan diraih.

Lebih jauh lagi Husserl berpendapat bahwa ada kebenaran untuk

semua orang dan manusia dapat mencapainya. Dan untuk menemukan

(39)

32

slogan, Husserl menyatakan kembali kepada benda-benda itu sendiri,

merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas

menurut apa adanya. Setiap obyek memiliki hakekat, dan hakekat itu berbicara

kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima.

Kalau kita mengambil jarak dari obyek itu, melepaskan obyek itu dari

pengaruh pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita cermati, maka

obyek itu berbicara sendiri mengenai hakekatnya, dan kita memahaminya

berkat intuisi dalam diri kita.

Namun demikian, yang perlu dipahami adalah bahwa benda, realitas,

ataupun obyek tidaklah secara langsung memperlihatkan hakekatnya sendiri.

Apa yang kita temui pada benda-benda itu dalam pemikiran biasa bukanlah

hakekat. Hakekat benda itu ada dibalik yang kelihatan itu. Karena pemikiran

pertama (first look) tidak membuka tabir yang menutupi hakekat, maka

diperlukan pemikiran kedua (second look). Alat yang digunakan untuk

menemukan pada pemikiran kedua ini adalah intuisi dalam menemukan

hakekat, yang disebut dengan wesenchau, yakni melihat (secara intuitif)

hakekat gejala-gejala.

Dalam melihat hakekat dengan intuisi ini, Husserl memperkenalkan

pendekatan reduksi, yakni penundaan segala pengetahuan yang ada tentang

obyek sebelum pengamatan itu dilakukan 24. Reduksi ini juga dapat diartikan

sebagai penyaringan atau pengecilan. Reduksi ini merupakan salah satu prinsip

dasar sikap fenomenologis, dimana untuk mengetahui sesuatu, seorang

fenomenolog bersikap netral dengan tidak menggunakan teori-teori atau

24

(40)

33

pengertian-pengertian yang telah ada sehingga obyek diberi kesempatan untuk

berbicara tentang dirinya sendiri.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa fenomena dipandang dari dua sudut.

Pertama, fenomena selalu menunjuk ke luar atau berhubungan dengan realitas

di luar pikiran. Kedua, fenomena dari sudut kesadaran Kita, karena selalu

berada dalam kesadaran Kita. Maka dalam memandang fenomena harus

terlebih dahulu melihat penyaringan (ratio), sehingga mendapatkan kesadaran

yang murni. Fenomenologi menghendaki ilmu pengetahuan secara sadar

mengarahkan untuk memperhatikan contoh tertentu tanpa prasangka teoritis

lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dan bukan lewat koleksi data

yang besar untuk suatu teori umum di luar substansi sesungguhnya.25

Fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi

ideal dari obyek-obyek sebagai korelasi kesadaran, Pertanyaannya adalah

bagaimana caranya agar esensi-esensi tersebut tetap pada kemurniannya,

karena sesungguhmya Fenomenologi menghendaki ilmu pengetahuan secara

sadar mengarahkan untuk memperhatikan contoh tertentu tanpa prasangka

teoritis lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dan bukan lewat koleksi

data yang besar untuk suatu teori umum di luar substansi sesungguhnya, dan

tanpa terkontaminasi kecenderungan psikologisme dan naturalisme. Husserl

mengajukan satu prosedur yang dinamakan epoche atau (penundaan semua

asumsi tentang kenyataan demi memunculkan esensi). Tanpa penundaan

25

(41)

34

asumsi naturalisme dan psikolgisme, Kita akan terjebak pada dikotomi

(subyek-obyek yang menyesatkan atau bertentangan satu sama lain).

Contohnya, saat mengambil gelas, Kita tidak memikirkan secara teoritis

(tinggi, berat, dan lebar) melainkan menghayatinya sebagai wadah penampung

air untuk diminum. Ini yang hilang dari pengalaman kita, menganut asumsi

naturalisme. Dan ini yang kembali dimunculkan oleh Husserl. Akar filosofis

fenomenologi Husserl ialah dari pemikiran gurunya, Franz Brentano. Dari

Brentano-lah Husserl mengambil konsep filsafat sebagai ilmu yang rigoris

(sikap pikiran di mana dalam pertentangan pendapat mengenai boleh tidaknya

suatu tindakan atau bersikeras mempertahankan pandangan yang sempit dan

ketat). Sebagaimana juga bahwa filsafat terdiri atas deskripsi dan bukan

penjelasan kausal. Karena baginya fenomenologi bukan hanya sebagai filsafat

tetapi juga sebagai metode, karena dalam fenomenologi Kita memperoleh

langkah-langkah dalam menuju suatu fenomena yang murni.

Memahami fenomena sebagaimana adanya merupakan usaha kembali

kepada sebagaimana penampilannya dalam kesadaran. Usaha kembali pada

fenomena tersebut memerlukan pedoman metodik. Tidak mungkin untuk

melukiskan fenomena-fenomena sampai pada hal-hal yang khusus satu demi

satu. Yang pokok adalah menangkap hakekat fenomena-fenomena. Oleh

karena itu metode tersebut harus dapat menyisihkan hal-hal yang tidak hakiki,

agar hakekat ini dapat menungkap diri sendiri. Bukan suatu abstraksi

(42)

35

Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai

metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Sesuai dengan

asumsi ontologis yang ada dalam paradigma konstruktivisme, peneliti yang

menggunakan metode ini akan memperlakukan realitas sebagai konstruksi

sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif,

yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para actor sosial.

Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti.

Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika,

dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan

fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam

rangka merekonstruksi realitas sosial.

Pemikiran filsafat terbagi ke dalam dua kelompok besar yang saling

bertolak belakang, yakni aliran empirisme dan aliran rasionalisme. Pada masa

pertentangan aliran tersebut, muncullah filsuf Immanuel Kant yang mencoba

untuk menjembatani perbedaan tersebut.Immanuel Kant berpendapat bahwa

pengetahuan merupakan apa yang tampak pada diri kita, atau dikenal dengan

istilah fenomena. Fenomena diartikan sebagai sesuatu yang terlihat atau

muncul dengan sendirinya. Auguste Comte menjelaskan bahwa fenomena

adalah fakta atau keadaan yang harus diterima dan dapat dijelaskan oleh ilmu

pengetahuan.26 Fenomenologi semakin berkembang ketika Hegel

menggunakannya untuk menjelaskan pengertian tesis dan anthesis yang

26

(43)

36

kemudian melahirkan sintesis . Pada dasarnya, akar fenomenologi adalah

pandangan-pandangan filsafat mengenai sebuah fenomena.

Fenomenologi merupakan filosofi dan sekaligus suatu pendekatan

metodologi dalam penelitian yang bersifat kualitatif. Hakekatnya,

fenomenologi berkenaan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian,

dunia intersubyektif (dunia kehidupan) atau juga disebut lebenswelt.

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani dengan asal suku kata phanamenon

yang berarti fenomena atau sesuatu yang tampak dan terlihat. Dalam bahasa

Indonesia, biasa dipakai istilah gejala. Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh

Johann Heinrick Lambert, sedangkan tokoh pelopor fenomenologi adalah

Edmund Husserl (1859-1938).27

Metodologi kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi

merupakan riset terhadap dunia kehidupan orang-orang, pengalaman subjektif

mereka terhadap kehidupan pribadi sehari-hari. Periset secara konsisten akan

melakukan bracketing atau mengurung asumsi-asumsi pribadi peneliti sehingga

peneliti mampu melihat fenomena dari sudut pandang responden.

Fenomenologi berusaha mendekati objek kajian secara konstrukvis serta

pengamatan yang cermat, dengan tidak menyertakan prasangka oleh

konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya.

B. Fenomenologi

Menurut Husserl, fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau

pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif

27

(44)

37

pokok dari seseorang. Fenomenologi memiliki riwayat cukup panjang dalam

penelitian sosial, termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial.

Fenomenologi adalah pandangan berpikir yang menekankan pada fokus

interprestasi dunia. Dalam hal ini, para peneliti fenomenologi ingin memahami

bagaimana dunia muncul kepada orang lain.

Fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang berhubungan

dengan pertanyaan, seperti bagaimana pembagian antara subjek dan objek

muncul dan bagaimana suatu hal didunia ini diklasifikasikan. Para

fenomenolog juga berasumsi bahwa kesadaran bukan dibentuk karena

kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu yang lainnya dirinya sendiri. Ada tiga

yang memengaruhi pandangan fenomenologi, yaitu Edmund Husserl, Alfred

Schultz, dan Weber. Weber memberi tekanan verstehen, yaitu pengertian dari

interpretatif terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi dengan demikian

merupakan salah satu teori yang menentang paradigma yang menjadi

mainstream dalam sosiologi, yakni struktural fungsional. Filsuf Edmund

Husserl (1859-1938) yang dikenal sebagai founding father fenomenologi

mengembangkan ide tentang dunia kehidupan (lifeworld). Ia menggunakan

filsafat fenomenologi untuk mengetahui bagaimana sebenarnya struktur

pengalaman yang merupakan cara manusia mengorganisasi realitasnya

sehingga menjadi terintegrasi dan autentik. Bagi Husserl, dunia kehidupan

menyediakan dasar-dasar harmoni kultural dan aturan-aturan yang menentukan

kepercayaan-kepercayaan yang diterima apa adanya (taken forgranted) dalam

(45)

38

Fenomenologi secara esensial merupakan perspektif modern tentang

manusia dan dunianya. Gerakan filsafat sangat dekat berhubungan dengan abad

20. Perspektif ini seperti semua gerakan-gerakan filsafat lainnya dapat

ditelusuri dari naskah-naskah kuno dan yang lebih penting lagi berakar dari

filsafat skolastik abad pertengahan. Meskipun demikian, para teori

fenomenologi, ada umumnya berkiblat pada karya-karya Edmund Husserl

sebagai titik pijakan (point of departure), dan Husserl mengulangi apa yang

menjaadi perhatian Rene Descrates dan filsafat sebelumnya sebagai permulaan

perspektif fenomenologi secara meyakinkan.

Fenomenologi memfokuskan studinya pada masyarakat berbasis makna

yang dilekatkan oleh anggota. Apabila filsafat Edmund Husserl yang

memfokuskan pada pemahaman fenomena dunia, fenomenologi yang

diterapkan dalam sosiologi, khususnya Alfred schutz (1962) yang bekerja sama

dengan teori yang memegang teguh pragmatisme Mead, dan menjelaskan

mengenai sosiologi kehidupan sehari-hari. Schutz dan Mead, keduanya

memfokuskan pada proses sosialisasi yang menjadi “cadangan pengetahuan

umum” (common stock of knowledge) dari anggota masyarakat, kemampuan

mereka berinteraksi (perspektif resiprositas), dan relevansi pemahaman makna

yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Fenomenologi merupakan perspektif sosiologi yang concern pada

kehidupan sehari-hari selain interaksionisme simbolik, dramaturgi, teori

labeling, ethnometodologi, sosiologi eksistensial, dan sosiologi postmodern. Di

antara persepektif-perspektif teoritis tersebut terdapat ide yang sama, yakni

(46)

39

waktu dengan anggota masyarakat yang ditelitinya untuk memperoleh sebuah

pemahaman tentang bagaimana pandangan kelompok dan menjelaskan

kehidupan sosial tempat anggota masyarakat menjalani kehidupan sehari-hari

mereka. Peneliti tidak boleh menyertakan asumsi teoritis dalam studinya akan

tetapi menderivikasikan ide-ide yang berasal dari anggota masyarakat. Jadi,

seluruh sosiologi kehidupan sehari-hari menggunakan observasi partisipan,

wawancara mendalam, atau keduanya dan juga penalaran induktif untuk

memperoleh pemahaman yang lebih baik dan meminimalkan distorsi dari

fenomena yang ditelitinya.

Tugas utama fenomenologi sosial adalah mendemonstrasikan interaksi

resiprokal di antara proses-proses tindakan manusia, penstrukturan situasional,

dan konstruksi realitas. Tidak seperti kaum positivis yang melihat setiap aspek

sebagai suatu faktor kasual, fenomenolog melihat bahwa semua dimensi

sebagai pembentuk realitas. Biasanya, para fenomenolog menggunakan

istilahrefleksivitas untuk menandai cara ketika dimensi-dimensi unsur pokok

berfungsi, baik sebagai fondasi maupun konsekuensi dari seluruh aspek

kehidupan manusia. Tugas fenomenologi kemudian adalah untuk

mengungkapkan (menjadikan sebagai suatu yang manifes) refleksivitas

tindakan, situasi, dan realitas dalam berbagai modal dari “ sesuatu yang ada di

dunia” (being in the world). Fenomenolog memulai dengan suatu analisis sikap

alamiah (natural attitude), hal ini dipahami sebagai cara pada umumnya

individu berpartsipasi dalam kehidupan sosial, menggunakan pengetahuan

yang diterima apa adanya (taken for granted), mengasumsikan objektivitasnya,

(47)

40

Bahasa, budaya, dan common sense yang muncul dalam sikap alamiah

merupakan ciri objektif dari dunia eksternal yang dipelajari aktor dalam proses

kehidupannya.

Fenomenologi merupakan teori sosiologi yang mempunyai pengaruh

yang luas. Dalam sosiologi kontemporer, pengaruhnya dapat dilihat dari

meningkatnya humanisasi, baik dalam kerangka teori, metodologi riset, serta

prosedur penilaian, dan model-model instruksional dalam pendidikan.

Pemikiran fenomenologi juga mempunyai pengaruh terhadap teori postmodern,

poststrukturalisme, situasinalisme, dan revleksivitas, yang menjadi core

fenomenologi juga dikena dalam teori-teori di atas.

Pendekatan Fenomenologi adalah metode yang biasa diterapkan dalam

kajian sosiologi untuk memahami dan menerangkan sebuah fenomena sosial.

Ditegaskan bahwa tugas utama sosiologi, adalah berupaya memahami dan

menjelaskan tetapi bukannya menghakimi aspek baik dan buruk maupun benar

atau salah.

C. Pendekatan Fenomenologi Husserl

Husserl adalah pendiri dan tokoh utama dan aliran filsafat

fenomenologi. Seperti telah disebutkan sebelumnya dalam sejarah

fenomenologi, pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Franz Brentano,

terutama pemikirannya tentang “kesengajaan”. Bagi Husserl fenomenologi

adalah ilmu yang fundamental dalam berfilsafat. Fenomenologi adalah ilmu

tentang hakikat dan bersifat apriori. Dengan demikian, makna fenomena

(48)

41

Jika Kant mengatakan bahwa subjek hanya mengenal fenomena bukan

noumena, maka bagi Husserl fenomena mencakup noumena (pengembangan

dan pemikiran Kant).28 Bila dibandingkan dengan konsep kesadaran dari

Descartes yang bersifat tertutup, kesadaran menurut Husserl lebih bersifat

terbuka. Husserl juga menolak pandangan Hegel mengenai relativisme

fenomena budaya dari sejarah. Namun dia menerima konsep formal

fenomenologi Hegel, serta menjadikannya sebagai dasar perkembangan semua

tipe fenomenologi. Fenomena pengalaman adalah apa yang dihasilkan oleh

kegiatan dan susunan kesadaran manusia.

Dalam Logical investigations (1900), Husserl menggarisbawahi sebuah

sistem yang kompleks dari filsafat. Sistem tersebut bergerak dari logika ke

filsafat bahasa baru kemudian ke ranah ontologi. Pembahasannya tidak

berhenti sampai di sini, dari ontologi bergerak ke “kesengajaan” dan berakhir

di fenomenologi pengetahuan. Barulah di Ideas I (1913), Husserl

mengkhususkan pembahasannya pada fenomenologi, yang definisikannya

sebagai ilmu mengenai pokok-pokok kesadaran (the science of the essence of

consciousness). Selain mengemukakan definisi fenomenologi, Husserl banyak

membahas mengenai ciri-ciri kesadaran dari orang pertama.

Sampai saat ini, kita dapat mengartikan fenomenologi sebagai studi

tentang kesadaran dari beragam pengalaman yang ada di dalamnya. Menurut

Husserl, dengan fenomenologi kita dapat mempelajari bentuk-bentuk

pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung,

28

Gambar

Tabel Daftar Nama Kepala Desa Blimbing
tabel berikut:
 Tabel 3.2 Tabel Tata Guna Lahan
Tabel  3.3 Tabel Kepemilikan Lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jangan pernah menjanjikan bahwa dengan bantuan kita klien pasti sembuh dari masalah yang mereka alami.Janji seperti itu sangat berbahaya.Cara yang tepat untuk membangun

Telkom Indonesia Witel Jatim Selatan Malang memiliki iklim organisasi yang baik serta komitmen organisasional dan kepuasan kerja yang tinggi, pihak instansi masih perlu untuk

merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepuasan, sedangkan Y merupakan rata-rata dari rata-rata tingkat kepentingan. Rata-rata nilai X dan Y dihitung dengan

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga makhluk sosial. Ketika menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan

A fegyveres erők működésének kereteit a katonai jog és a hadijog szabályrendszere adja, amely tágabb értelemben magában foglalja valamennyi olyan jogterület szabályait, amely

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kausalitas yaitu untuk menganalisis hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana

Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa pemberian program diklat bagi seluruh karyawan untuk periode tertentu disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, sehingga

Menurut Hamalik (1994) media adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan atau pikiran yang bentuknya