7 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi Antar Pribadi
2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
DeVito (2011) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah proses selektif, sistemik, unik, dan interaksi berkelanjutan antar orang-orang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama.
Komunikasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama mengenai suatu masalah yang penting bagi semua pihak yang terlibat Cherry (dalam Suprapto dan Fahrianoor, 2004). Sedangkan menurut Wood (dalam Enjang, 2009) komunikasi merupakan suatu proses sistematis dalam interaksi antar individu, dengan menggunakan berbagai simbol dalam rangka menciptakan dan menginterpretasi makna atau arti.
2.1.2 Ciri-Ciri Komunikasi Antar pribadi
Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers (dalam
Wiryanto, 2004) adalah sebagai berikut : 1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya dua arah.
3. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi
8 2.1.3 Aspek-aspek Komunikasi Antar pribadi
Aspek-aspek komunikasi antar pribadi DeVito (2011) antara lain
adalah:
1. Keterbukaan (Openness)
Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksai atau tanggapan kita terhadap situasi
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masalalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini.
2. Empati (Empathy)
Komunikasi antar pribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada
komunikan (penerima pesan). Empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang
dirasakan orang lain. 3. Dukungan (Supportiveness)
Dalam komunikasi antar pribadi diprelukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian
dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi, sehingga dengan adanya dukungan
9 4. Rasa positif (Positivenes)
Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain,
pada kebiasaan sosial yang diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa
merasa bersalah. 5. Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai
manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap
orang lain terhadapnya.
2.1.4 Faktor-Faktor Komunikasi Antar pribadi
Faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi antar pribadi menurut Rahmat (2001) mengemukakan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan komunikasi antar pribadi terdiri dari : 1. Persepsi antar pribadi
10 untuk membedakan bahwa manusia bukan benda tapi sebagai objek persepsi.
2. Konsep diri
Brooks (dalam Rahmat, 2001) menyatakan bahwa konsep diri
adalah suatu pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Jika individu dapat diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, individu cenderung akan bersikap menghormati
dan menerima dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, individu
cenderung akan bersikap tidak akan menyenangi dirinya. 3. Atraksi antar pribadi
Barlund (dalam Rahmat, 2001) berpandangan atraksi antar pribadi
diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus
komunikasi antar pribadi yang akan terjadi. Misalnya semakin tertarik individu kepada seseorang, semakin besar kecenderungan
individu berkomunikasinya. Kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut atraksi antar pribadi.
4. Hubungan antar pribadi
Menurut Goldstein (dalam Rahmat, 2001) antar pribadi ada 3 yaitu :
11 b) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin
cenderung individu meneliti perasaannya secara mendalam
beserta penolongnya (Psikolog).
c) Semakin baik hubungan antar pribadi seseorang maka semakin
cenderung individu mendengarkan dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasehat penolongnya.
2.2 Role Play
2.2.1 Pengertian Role Play
Menurut Bennet (Romlah 2001) Role play adalah permainan peranan yang menggambarkan ketrampilan-ketrampilan dan
pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam
kehidupan yang sebenarnya.
Wahab, (2009) mengemukakan dalam bukunya bahwa “Bermain peran (rolepalying) adalah berakting sesuai dengan peran yang telah
ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan
kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang. Husain Ahmad dalam (Hidayati, 2004) role playing adalah salah satu bentuk permainan
12 individu siswa dalam memerankan suatu tokoh pada drama yang bersangkutan. Dengan metode role playing siswa diharapkan bapat
memerankan berbagai fitur dan menghayati dalam berbagai situasi, jika metode role playing direncanakan dengan baik dapat menambahkan
kemampuan bertanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain danmengambil keputusan dalam kerja kelompok.
Dari pendapat tersebut mengenai metode bermain peran (roleplaying), maka dapat disimpulkan bahwa metode role play
merupakan salah satu metode yang dapat menyajikan bahan pelajaran dengan cara memainkan peranan dan mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, dengan harapan agar peserta
didik dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang dilingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Disamping itu ,metode ini digunakan pula untuk membentuk para
siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Dalam metode ini para siswa
dibimbing untuk memecahkan berbagai konflik, belajar mengambil peranan orang lain dan mengamati perilaku sosial. Dengan berbagai
13 2.2.2 Tahap-tahap Role Play
Menurut Wahab (2007) bermain peran ada 3 tahap :
a) Tahap persiapan 1. Memilih pemain
a) Pilih secara suka rela tidak ada unsur paksaan
b) Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat mengenali peran
yang akan dibawakannya. Hindari pemain yang ditunjuk sendiri oleh siswa
c) Pilih beberapa pemain agar seorang tidak memainkan dua peran sekaligus
d) Setiap kelompok paling banyak 5 orang
e) Hindari siswa membawakan peran dengan kehidupan sebenarnya
2. Mempersiapkan penonton
a) Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui keadaan dari tujuan
bermain peran
b) Arahkan mereka bagaimana seharusnya berprilaku 3. Persiapan para pemain
a) Biarkan siswa agar mempersiapkannya dengan sedikit mungkin campur tangan guru
14 b) Tahap pelaksanaan
1. Upayakan agar singkat, bagi pemula 5 menit sudah cukup dan
bermain sampai habis, jangan di interuksi
2. Biarkan agar spontanitas menjadi kunci utamanya
3. Jangan menilai aktingnya, bahasanya dan lain-lain 4. Biarkan siswa bermain bebas dan tingkatan
5. Jika terjadi kemacetan hal yang dapat dilakukan misalnya:
a) Dibimbing dengan pertanyaan
b) Mencari orang lain untuk peran tersebut
c) Menghentikan dan melangkah ke tindak lanjut 6. Jika pemain tersesat lakukan :
a) Rumuskan kembali keadaan dan masalah
b) Simpulkan apa apa yang sudah dilakukan c) Hentikan dan arahkan kembali
d) Mulai kembali dengan penjelasan singkat c) Tahap tindak lanjut
1. Diskusi
a) Diskusi tindak lanjut dapat memberi pengaruh yang besar terhadap sikap dan pengetahuan siswa
b) Diskusi juga dapat menganalisis, menafsirkan, menberi jalan keluar atau merekreasi
15 d) Melakukan bermain peran kembali
e) Kadang-kadang memainkan kembalidapat memberi
pemahaman yang lebih baik
2.2.3 Tujuan dan manfaat Role play
Menurut Mukminan (dalam Hidayat, 2004) tujuan dan manfaat metode role play adalah sebagai berikut :
a) Agar siswa menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya,
dalam realita hidup
b) Agar siswa memahami apa yang menjadi sebab dari suatu serta
bagaimana sebabnya
c) Mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu
d) Sebagai penyalur atau pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan
e) sebagai alat pendiaknosa keadaan kemampuan siswa
f) Pembentukan konsep diri suatu peran tertentu secara mandiri
g) Menggali peranan peranan dan fitur seseorang dalam suatu kehidupan kejadian atau kegiatan
h) Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berfikir krisis analisis, berkomunikasi dan hidup dalam kelompok
i) Melatih kemampuan siswa dalam mengendalikan dan
meperbaharui perasaan, cara berfikir, dan perbuatannya
2.2.4 Kekurangan dan kelebihan metode Role play
16 a) Kelebihan metode role play
1. Siswa akan lebih tertarik perhatiaanya pada pelajaran, karena
masalah-masalah sosial sangat berarti untuk siswa
2. Siswa lebih mudah memahami materi ataupun masalah-masalah
sosial itu karena siswa bermai peran sendiri
3. Menumbuhkan sikap saling pengertian tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama karena siswa berperan seprti
orang lain, maka siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, dapat merasakan perasaan orang lain dan dapat
mengakui pendapat orang lain
4. Menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sediri permasalahannya
5. Siswa yang tidak bermain peran atau penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik
b) Kekurangan metode role play
1. Jika guru tidak menguasai tujuan intruksional penggunaan
teknik ini untuk sesuatu unit pelajaran, maka role play tidak akan berhasil
2. Dengan role play jangan menjadi kesempatan untuk
menumbuhkan sifat perasangka yang buruk, ras diskriminasi,balas dendam dan sebagainya sehingga
17 3. Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan
norma-norma kaidah sosial, adat istiadat, kebiasaan dan keyakinan
seseorang jangan sampai ditinggalkan, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain
4. Jika guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,sehingga akan mengacaukan berlangsungnya role play, karena yang memegang peran atau penonton tidak tau
bersama-sama
2.3 Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Galih Wicaksono (2013) dengan
judul “Penerapan Teknik Bermain Peran Dalam Bimbingan Kelompok
Untuk Meningkatkan Kemampuan komunikasi Antar pribadi Siswa kelas
XI Multimedia SMK UNESA” menunjukkan bahwa tehnik bermain peran dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi
siswa kelas XI Multimedia SMK UNESA dengan N=7 dan XI=0 diperoleh
ρ=0,008. dalam ketetapan α sebesar 5% adalah 0,05 maka harga 0,008 <
0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Huda (2013) mengenai
“Metode Pembelajaran Role Playing Dan Minat Belajar Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Penelitian ini untuk menguji
metode pembelajaran role play dan minat belajar baik secara bersama-sama maupun per variabel terhadapprestasi belajar siswa. Metode statistik
18 signifikan metode pembelajaran role play terhadap minat belajar, ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran role play terhadap prestasi
belajar, ada pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap prestasi belajar, dan tidak ada pengaruh metode pembelajaran role play terhadap
prestasi belajar melalui minat belajar siswa kelas VIII SMPN 12 Palembang.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan
sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H0= Tidak terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan
metode Role play.
Ha= Terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi antar pribadi
siswa kelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga yang menggunakan metode Role play.
Dengan kriteria p<0,05 maka Ha diterima atau terdapat peningkatan
komunikasi antar pribadi dengan menggunakan metode role play, sebaliknya apabila p> 0,05 maka H0 ditolak atau tidak terdapat