• Tidak ada hasil yang ditemukan

18507 22555 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 18507 22555 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF

Apriska Yoga Arumaning Puspita

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: apriskapuspita @mhs.unesa.ac.id

Dr. Pradnyo Wijayanti, M.Pd.

Dosen Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: pradnyowijayanti @unesa.ac.id

Abstrak

Pemecahan masalah merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika karena dengan belajar memecahkan masalah akan mengembangkan kemampuan untuk membangun ide-ide dan dapat berlatih mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema, dan keterampilan yang dipelajari. Dalam aktifitas pemecahan masalah, terdapat factor-faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah gaya kognitif. Setiap siswa memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda. Salah satu dari gaya kognitif tersebut adalah gaya kognitif reflektif dan impulsif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil pemecahan masalah matematika siswa pada materi segiempat yang bergaya kognitif reflektif dan impulsif. Indikator pemecahan masalah yang digunakan pada penelitian ini menggunakan strategi pemecahan masalah Polya, yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang siswa kelas VII-C di SMP Negeri 36 Surabaya yang terdiri dari satu siswa dengan gaya kognitif reflektif dan satu siswa dengan gaya kognitif impulsif yang memiliki kemampuan matematika setara dan jenis kelamin sama. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes dengan memberikan The Matching Familiar Figures Test dan tes pemecahan masalah, dan metode wawancara. Data dianalisis berdasarkan aktifitas yang mungkin muncul di setiap langkah memecahkan masalah Polya.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa pada tahap memahami masalah, siswa dengan gaya kognitif reflektif membaca soal lebih dari dua kali untuk dapat menyebutkan apa yang ditanya dan diketahui dari soal meskipun tidak secara lengkap, serta menceritakan kembali maksud dari soal dengan benar menggunakan kata-katanya sendiri. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif impulsif membaca soal sampai empat kali untuk dapat menyebutkan apa yang ditanya dan diketahui dari soal meskipun melakukan kesalahan beberapa kesalahan, serta menceritakan kembali maksud dari soal menggunakan bahasa yang sama dengan soal. Pada tahap membuat rencana penyelesaian, siswa dengan gaya kognitif reflektif dan impulsif menjelaskan rencana penyelesaiannya dengan runtut dan menggunakan semua informasi yang didapat dari soal. Pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian, siswa dengan gaya kognitif reflektif menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang sistematis dan terurut sehingga mudah dipahami dan cenderung sedikit melakukan kesalahan. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif impulsif menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang terurut namun kurang sistematis sehingga sulit dipahami maksud dari langkah penyelesaiannya dan cenderung melakukan beberapa kesalahan. Pada tahap memeriksa kembali, siswa dengan gaya kognitif reflektif memeriksa kembalinya dengan cara menghitung ulang dan menjumlahkan ataupu mengalikan hasil yang diperoleh dengan yang diketahui, sedangkan siswa dengan gaya kognitif impulsif dengan cara menghitung ulang hasil yang diperoleh.

Kata kunci: Pemecahan Masalah, Gaya Kognitif, Gaya Kognitif Reflektif, Gaya Kognitif Impulsif.

Abstract

Problem solving is one of the important aspect in mathematics learning because learning to solve problems will develop ability to construct ideas and practice to integrating concepts, theorems, and a skill learned. There are some factors that influence problem solving activities, one of them is cognitive style. Cognitive style of each students is different. One of the cognitive style is reflective and impulsive cognitive style. This study aims to describe the profile of math problem solving style of students with cognitive reflective and impulsive cognitive style. Indicators of problem solving used in this study is Polya’s stages of problem solving including understanding the problem, making plans of solution, carrying out a plans, and looking back

(2)

problem solving.

The result of the research showed that at the stage of understanding a problem , the student with reflective cognitive style read about more than twice to be able to say what asked and known from the problem although it was not complete, and they can retell the given problem by using their own words. While students with the impulsive cognitive style read about to four times for to able to say what asked and known of the problem, although they made several mistakes, and they can retell the given problem by using the same language of the problem. At the stage of making plans of solution, the student with reflective and impulsive cognitive style explain their plans in order and use all the information from the problem. At the stage of carrying out the plan, the student with reflective cognitive style solves the problem using systematically and ordered steps so it’s easy to understand and only made a little mistake. While student with impulsif cognitive style solve the problem using ordered steps but less systematically so it’s difficult to understand the solution that she wrote and made several mistakes. At the stage of looking back, the student with reflective cognitive style examined by recalculate and sum or multiply the answers she got into a known information, while the student with impulsive cognitive style examined by recalculate the results she got.

(3)

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan memegang peranan penting sebagai penentu arah keberhasilan suatu negara. Melalui pendidikan akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika. Matematika merupakan ilmu universal, yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Selain itu matematika mampu memberikan keterampilan kepada siswa untuk dapat memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu lain. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Suatu fenomena menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak menyukai matematika. Hal ini sesuai dengan Turmudi (2008) yang mengungkapkan bahwa bertahun-tahun telah diupayakan agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik oleh ahli pendidikan dan ahli pendidikan matematika, namun hasilnya masih menunjukkan bahwa tidak banyak siswa

yang menyukai matematika dari setiap kelas. Selain itu menurut Abdurrahman (2010) dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa.

Geometri merupakan salah satu materi matematika yang sulit dipahami siswa. Abdussakir (2011) mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu dalam laporan hasil UN 2014 juga diungkapkan bahwa daya serap nasional untuk materi geometri tergolong rendah, seperti pada materi bangun datar daya serapnya masih 62,42%. Hal ini mungkin terjadi karena siswa cenderung untuk menghafal materi yang diajarkan oleh guru bukannya memahami konsep yang diberikan. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada permasalahan-permasalahan geometri dengan bentuk soal yang berbeda dari biasanya. Masih banyak siswa yang sulit memahami masalah geometri, khususnya materi segiempat.

(4)

merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasi keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya (Hudojo, 2005). Dari uraian di atas jelaslah bahwa pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal itu karena dengan belajar memecahkan masalah akan mengembangkan kemampuan untuk membangun ide-ide dan dapat berlatih mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema, dan keterampilan yang dipelajari.

Menurut Polya (1973) ada empat tahapan dalam memecahkan masalah, yakni memahami masalah (understanding the problem), membuat rencana penyelesaian (to make a plan), menyelesaikan masalah sesuai dengan yang direncanakan (carry out our plan), dan memeriksa kembali penyelesaian secara utuh (look back at the completed solution). Melalui tahapan tersebut, siswa akan memperoleh hasil dan manfaat optimal dari pemecahan masalah ketika mereka melalui langkah-langkah pemecahan yang terorganisir dengan baik.

Dalam aktivitas pemecahan masalah, setiap inividu memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada saat menyelesaikan masalah. Perbedaan-perbedaan yang menetap dalam cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman dikenal dengan gaya kognitif. Gaya kognitif yang telah ditemukan para ahli cukup banyak macamnya, salah satunya adalah gaya kognitif yang didasarkan atas perbedaan konseptual tempo yaitu perbedaan gaya kognitif berdasarkan atas waktu yang digunakan untuk merespon suatu stimulus. Gaya kognitif dalam klasifikasi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif.

Siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif cenderung mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam. Sebaliknya, siswa yang memiliki gaya kognitif reflektif cenderung mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah (Nasution, 2008:97). Sedangkan hasil penelitian dari Warli (2010) mengatakan bahwa

anak yang bergaya kognitif reflektif mempunyai kreativitas pemecahan masalah yang lebih baik daripada anak yang berdaya kognitif impulsif ini mengindikasikan bahwa akan berbeda pula proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak bergaya kognitif reflektif dan impulsif.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa gaya kognitif, khususnya gaya kognitif reflektif dan impulsif mempunyai konstribusi yang penting dalam pemecahan masalah. Hal ini memungkinkan anak yang mempunyai gaya kognitif berbeda akan mempunyai profil pemecahan masalah yang berbeda pula.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil pemecahan masalah matematika siswa pada materi segiempat ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif. Diharapkan melalui penelitian ini memberi tambahan informasi bagi guru dan peneliti lain.

Masalah Matematika

Dalam kehidupan, manusia tidak terlepas dari masalah yang menuntut untuk diselesaikan. Dengan adanya suatu masalah manusia dapat belajar mendewasakan diri dan dapat melakukan suatu perubahan yang konstruktif. Masalah adalah kesenjangan akibat terjadinya perbedaan antara harapan dan kenyataan atau terjadinya perbedaan antara teori dan praktek. Dalam KBBI (2008) masalah diartikan sebagai suatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal atau persoalan. Menurut Hudojo (2005) suatu masalah bisa muncul pada seorang individu atau kelompok ketika mereka tidak mempunyai aturan atau prosedur tertentu yang segera dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya.

(5)

memuat 2 hal yaitu: 1) soal tersebut menantang pikiran, dan 2) soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaianya. Sejalan dengan pernyataan Sumardono (2011), Hudojo (2005) menyatakan bahwa sesuatu yang merupakan masalah matematika jika memenuhi tiga syarat yaitu: (1) menantang untuk diselesaikan dan dapat dipahami siswa, (2) tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang telah dikuasai siswa, dan (3) melibatkan ide-ide matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan masalah matematika merupakan suatu suatu soal/ pertanyaan yang tidak dapat segera diselesaikan dengan cara atau prosedur rutin yang berkaitan dengan objek dan struktur matematika.

Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah merupakan suatu proses yang dilakukan seorang siswa dalam mengatasi atau memecahkan suatu halangan atau kendala ketika suatu jawaban belum tampak jelas (Siswono, 2008: 35). Polya (1973) mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu cara untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan sehingga dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang pencapaiannya tidak begitu mudah. Solso (2007: 434) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/ jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan pemecahan masalah merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dalam upaya menemukan jalan keluar atau solusi dari masalah menggunakan pengetahuan yang sudah diperoleh sebelumnya..

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (1973) terdiri dari 4 tahap yaitu: 1. Memahami masalah (understanding the problem)

Pada tahap ini pernyataan yang ada pada soal dari suatu masalah harus dipahami dengan benar. Memahami masalah dapat dilakukan

dengan cara membaca soal secara berulang-ulang atau membacanya secara perlahan agar mengerti apa maksud dari soal dan apa yang akan dipecahkan. Dalam memahami masalah siswa seharusnya mampu menyatakan bagian-bagian utama dari suatu masalah yang dinyatakan, data apa yang tersedia, dan syarat apa yang diperlukan dalam menyelesaikan Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Polya (1973:6) yaitu

The verbal statement of the problem must be understand. The teacher can check this, up to a certain extent; he ask the student to repeat the statement, and the student should be able to state the problem fluently. The student should also be able to point out the principal parts of the problem, the unkwon, the data condition. Hence, the teacher can seldom afford to miss the question: What is the unknown? What are the data? What is the condition?

2. Membuat rencana penyelesaian (to make a plan)

Pada tahap membuat rencana penyelesaian siswa harus mengetahui langkah-langkah yang penting serta menunjang agar dapat menentukan jalan keluar untuk permasalahan yang dihadapi. Dalam menyusun rencana pemasalahan masalah butuh waktu yang panjang. Ide dalam menyelesaikan masalah mungkin muncul secara berangsur-angsur atau setelah berkali-kali mencoba dan dalam keragu-raguan. Ide-ide tersebut muncul dikarenakan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Dalam langkah ini siswa diharapkan dapat membuat model matematika ketika merencanakan pemecahan masalah yang selanjutnya dapat diselesaikan menggunakan aturan matematika.

3. Menyelesaikan masalah sesuai dengan yang direncanakan (carry out our plan)

(6)

ini juga menggunakan keterampilan-keterampilan matematika. Dalam penelitian ini keterampilan matematika yang digunakan adalah keterampilan perhitungan, dan keterampilan geometri.

4. Memeriksa kembali penyelesaian secara utuh (look back at the completed solution)

Polya menjelaskan bahwa banyak yang akan didapat dari merefleksi dan memeriksa kembali apa yang sudah dilakukan baik yang berhasil maupun tidak berhasil. Dengan melakukan hal tersebut maka dapat membuat kita bisa memprediksi strategi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang akan ditemui.

Dalam penelitian ini pemecahan masalah matematika yang dimaksud adalah suatu proses yang dilakukan seseorang dalam upaya menemukan jalan keluar atau solusi dari masalah matematika menggunakan pengetahuan yang sudah diperoleh sebelumnya dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah Polya. Berikut merupakan indikator langkah pemecahan masalah Polya yang digunakan untuk mendeskripsikan langkah pemecahan masalah.

Tabel 2.1 Indikator Langkah Pemecahan Masalah Polya

1. Menjelaskan bagaimana cara yang dilakukan

diketahui dalam masalah tersebut.

Membuat rencana penyelesai

an

1. Menjelaskan rencana penyelesaian yang

1. Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana 2. Memeriksa kebenaran

dari pemecahan masalah yang telah dilakukan.

Gaya Kognitif

(7)

menerima, mengingat, memproses informasi serta memecahkan masalah yang bersifat konsisten dan berlangsung lama.

Menurut Desmita (2010:147), siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif memberikan respon yang cepat, tetapi cenderung melakukan kesalahan dalam proses tersebut. Sebaliknya siswa dengan gaya kognitif reflektif cenderung menggunakan lebih banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi jawaban, sehingga cenderung memberikan jawaban secara benar.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Negeri 36 Surabaya pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah satu siswa bergaya kognitif reflektif dan satu siswa bergaya kognitif impulsif yang mempunyai kemampuan matematika yang setara dan jenis kelamin sama. Pemilihan subjek dengan menggunakan The Matching Familiar Figures Test (MFFT) yang dikembangkan oleh Warli. Subjek bergaya kognitif reflektif merupakan siswa dengan catatan waktu lebih dari 12 menit dan jawaban benar lebih dari 7. Sedangkan siswa impulsif merupakan siswa dengan catatan waktu kurang dari atau samadengan 12 menit dan jawaban benar kurang dari atau sama dengan 7. Kemampuan setara dalam penelitian ini berdasarkan nilai ulangan harian matematika materi segiempat dengan selisih maksimal 5 poin. Kedua subjek yang terpilih diberi tes pemecahan masalah kemudian diwawancarai. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kegiatan yang mungkin muncul sesuai indikator pemecahan masalah Polya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

pemberian MFFT, Tes Pemecahan Masalah (TPM), dan wawancara. Data hasil MFFT yang telah dikerjakan oleh semua siswa dianalisis dengan cara menghitung banyak jawaban benar dan catatan waktu pengerjaan seluruh butir MFFT. Data tes pemecahan masalah yang telah diperoleh dianalisis menggunakan indikator langkah-langkah pemecahan masalah Polya dan dicocokkan dengan alternatif penyelesaian. Wawancara dianalisis dengan reduksi data, pemaparan data, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes gaya kognitif (MFFT) diberikan 33 siswa SMP Negeri 36 Surabaya kelas VII-C yang hasilnya terdapat 12 siswa bergaya kognitif reflektif, 13 siswa bergaya kognitif impulsif, 5 siswa termasuk lambat tidak akurat, dan 3 siswa termasuk cepat akurat. Berdasarkan hasil MFFT dan nilai ulangan matematika materi segiempat yang setara dengan beda 5 poin dan jenis kelamin yang sama didapatkan beberapa siswa yang memenuhi sebagai subjek penelitian. Dari beberapa siswa yang terpilih diambil dua siswa sebagai subjek penelitian berdasarkan pertimbangan dan masukan dari guru mitra maka terpilih 1 subjek bergaya kognitif reflektif dan 1 subjek bergaya kognitif impulsif.

Kedua subjek yang dipilih diberikan tes pemecahan masalah matematika dan dilakukan wawancara. Hasil wawancara menggunakan 2 huruf kapital dan 2 digit angka. Kode untuk dua huruf kapital yang pertama yaitu KR, PR, KI, dan PI. Selanjutnya KR/PR/KI/PI diikuti 2 digit angka. Dua digit angka tersebut menunjukkan urutan kegiatan wawancara. Kode P untuk peneliti.

(8)

1. Memahami Masalah

Siswa memahami masalah nomor 1 dengan membaca soal sebanyak dua kali. Siswa menceritakan maksud dari soal dengan benar dan menggunakan kata-katanya sendiri secara lengkap dan terurut. Siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan apa yang ditanyakan dari soal. Siswa juga dapat menyebutkan secara lengkap apa yang diketahui dari soal. Sehingga siswa memenuhi indikator langkah pemecahan masalah Polya tahap memahami masalah yaitu menjelaskan bagaimana cara yang digunakan untuk memahami masalah, menjelaskan apa yang ditanyakan dalam masalah tersebut dan menyebutkan apa yang diketahui dalam masalah tersebut.

2. Menyusun Rencana Penyelesaian

Siswa dapat menjelaskan rencana penyelesaian yang digunakan yaitu mengurangkan luas tanah keseluruhan dengan luas tanah yang akan dibangun rumah dan luas kolam renang untuk mendapatkan luas tanah yang akan ditanami rumput. Siswa menggunakan semua informasi yang didapat dari soal untuk menjawab pertanyaan.

3. Melaksanakan Rencana Penyelesaian

Siswa menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Siswa menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang sistematis dan terurut. Dalam keterampilan perhitungan masih menyertakan satuan meter ataupun rupiah dalam operasi hitung.

4. Memeriksa Kembali

Menjelaskan hasil yang diperoleh sudah menjawab pertanyaan. Menghitung ulang dan menjumlahkan hasil yang diperoleh dengan yang diketahui.

Analisis Pemecahan Masalah Matematika Ssiwa dengan Gaya Kognitif Reflektif pada Soal Nomor 2. 1. Memahami Masalah

Siswa memahami masalah nomor dua yaitu memahami masalah dengan cara

membaca masalah sebanyak tiga kali. Siswa menceritakan kembali maksud dari soal dengan benar dan menggunakan kata-katanya sendiri secara lengkap dan terurut, menjelaskan apa yang ditanya dari soal dengan benar, dan tidak menyebutkan secara lengkap informasi apa saja yang didapat dari soal.

2. Menyusun Rencana Penyelesaian

Siswa dapat menjelaskan rencana penyelesaian yang digunakan yaitu mencari banyak keramik satu, banyak keramik dua, harga keramik satu, harga keramik dua, upah pekerja untuk memasang keramik satu, total biaya pembelian dan pemasangan keramik satu, upah pekerja untuk memasang keramik dua, dan total biaya pembelian dan pemasangan keramik dua. Siswa menggunakan semua informasi yang didapat dari soal untuk menjawab pertanyaan. 3. Melaksanakan Rencana Penyelesaian

KR menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang sistematis dan terurut serta dapat menjelaskan alasan setiap langkah yang ia gunakan. Namun dalam keterampilan perhitungan terlihat bahwa KR menyertakan satuan meter, hari, ataupun rupiah dalam operasi hitung yang dilakukan yang seharusnya tidak perlu disertakan.

4. Memeriksa Kembali

Siswa menjelaskan hasil yang diperoleh sudah menjawab pertanyaan. Siswa menghitung ulang dan mengalikakan hasil yang diperoleh dengan yang diketahui.

Analisis Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Gaya Kognitif Impulsif pada Soal Nomor 1

1. Memamahi Masalah

(9)

jawabannya. Siswa juga dapat menyebutkan secara lengkap apa yang diketahui dari soal. 2. Menyusun Rencana Penyelesaian

Siswa menjelaskan rencana penyelesaian yang digunakan yaitu mengurangkan luas tanah keseluruhan dengan luas tanah yang akan dibangun rumah dan luas kolam renang untuk mendapatkan luas tanah yang akan ditanami rumput dengan cara. Siswa

menggunakan semua informasi yang didapat dari soal untuk menjawab pertanyaan. 3. Melaksanakan Rencana Penyelesaian

Siswa menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang terurut namun kurang sistematis karena tidak menuliskan keterangan dari hasil penghitungan yang dilakukan. Siswa dapat menjelaskan alasan setiap langkah yang ia gunakan dengan benar. Namun dalam keterampilan perhitungan terlihat bahwa siswa menyertakan satuan centimeter dalam operasi hitung yang dilakukan yang seharusnya tidak perlu disertakan.

4. Memeriksa Kembali

Siswa dapat menjelaskan hasil yang diperoleh sudah menjawab pertanyaan. Siswa memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan menghitung ulang setiap hasil yang diperoleh.

Analisis Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Gaya Kognitif Impulsif pada Soal Nomor 2

1. Memahami Masalah

Siswa memahami masalah dengan membaca soal sebanyak empat kali untuk memahami masalah tersebut. Siswa menceritakan kembali maksud dari soal dengan benar dan menggunakan bahasa yang sama dengan soal. Siswa menjelaskan apa yang ditanyakan dari soal namun tidak menuliskannya pada lembar jawaban. Siswa melakukan kesalahan dalam menyebutkan informasi yang diperoleh dari soal.

2. Menyusun Rencana Penyelesaian

Siswa menjelaskan rencana penyelesaian yang digunakan yaitu mencari luas lantai dengan mengubah satuan panjang dan lebar ke centimeter, banyak kardus keramik satu yang akan dibeli, dan menghitung banyak kardus keramik dua yang akan dibeli. Kemudian mencari berapa hari pekerja harus bekerja. Setelah menjumlahkan biaya pembelian keramik dan pemasangan keramik. Siswa menggunakan semua informasi yang didapat dari soal untuk menjawab pertanyaan.

3. Melaksanakan Rencana Penyelesaian

Siswa menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang terurut namun kurang sistematis karena tidak menuliskan keterangan dari hasil penghitungan yang dilakukan. Siswa dapat menjelaskan alasan setiap langkah yang ia gunakan dengan benar. Namun dalam keterampilan perhitungan terlihat bahwa siswa menyertakan satuan centimeter dalam operasi hitung yang dilakukan yang seharusnya tidak perlu disertakan.

4. Memeriksa Kembali

Siswa dapat menjelaskan hasil yang diperoleh sudah menjawab pertanyaan. Siswa memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan menghitung ulang setiap hasil yang diperoleh.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa siswa dengan gaya kognitif reflektif mampu menyelesaikan kedua soal materi segiempat yang diberikan saat tes pemecahan masalah dengan benar. Siswa bergaya kognitif reflektif dapat menyelesaikan dengan benar dan mampu mencapai setiap tahap pemecahan masalah Polya.

(10)

meyakininya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuwono (2010:38) bahwa pada tahap memahami masalah, masalah harus diyakini benar dengan cara dibaca berulang-ulang. Siswa bergaya kognitif reflektif menceritakan kembali maksud dari kedua soal dengan benar dan menggunakan kata-katanya sendiri secara lengkap dan terurut. Selain itu, siswa bergaya kognitif reflektif juga menjelaskan apa yang ditanyakan dari kedua soal dengan benar.

Pada tahap kedua pemecahan masalah Polya yaitu membuat rencana penyelesaian, siswa bergaya kognitif reflektif menyebutkan bahwa ia menggunakan semua informasi yang didapat dari soal untuk menjawab pertanyaan dari soal satu maupun soal dua. Selain itu siswa bergaya kognitif reflektif dapat menjelaskan rencana penyelesaian secara runtut, baik, dan jelas. Pada tahap ketiga pemecahan masalah Polya yaitu melaksanakan rencana penyelesaian, siswa bergaya kognitif reflektif menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang ia buat. Dalam menyelesaikan masalah siswa bergaya kognitif reflektif menyelesaikannya dengan langkah-langkah yang sistematis dan terurut. Namun dalam proses penghitungannya siswa bergaya kognitif reflektif masih menyertakan satuan (meter) yang seharusnya tidak perlu disertakan.

Tahap terakhir pemecahan masalah Polya yaitu memeriksa kembali, siswa bergaya kognitif reflektif memeriksa kembali tiap langkah penyelesaian dan hasil yang diperoleh dengan cara melakukan penghitungan ulang dan menjumlahkan ataupun mengalikan hasil yang diperoleh dengan yang diketahui.

Sementara itu siswa bergaya kognitif impulsif mampu menyelesaikan satu soal dari dua soal yang diberikan dengan benar. iswa bergaya kognitif impulsif dapat menyelesaikan soal pertama

dengan benar dan mampu mencapai tiap tahap pemecahan masalah Polya. Pada tahap pertama pemecahan masalah Polya yaitu memahami masalah, iswa bergaya kognitif impulsif membaca lebih dari dua kali untuk dapat memahami kedua soal tersebut sampai ia benar-benar yakin. Siswa bergaya kognitif impulsif menceritakan kembali maksud dari soal dengan benar dan menggunakan bahasa yang sama dengan soal untuk kedua soal yang diberikan. Siswa bergaya kognitif impulsif menjelaskan apa yang ditanyakan dari kedua soal dengan benar meskipun tidak menuliskan pada lembar jawaban. Selain itu siswa bergaya kognitif impulsif juga menyebutkan apa yang diketahui dari kedua soal secara lengkap meskipun tidak menuliskannya pada lembar jawaban dan terdapat kesalahan dalam penyebutan informasi yang diketahui.

(11)

satuan (centimeter) yang seharusnya tidak perlu disertakan dan satuan luas yang digunakan belum tepat.

Tahap terakhir pemecahan masalah Polya yaitu memeriksa kembali, secara keseluruhan siswa bergaya kognitif impulsif telah memeriksa kembali hasil yang diperoleh dari jawaban kedua masalah. siswa bergaya kognitif impulsif memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan cara menghitung ulang pada setiap hasil yang diperoleh.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. Siswa dengan gaya kognitif reflektif dalam memecahkan masalah matematika materi segiempat melaksanakan setiap tahap pemecahan masalah dengan benar. Pada tahap memahami masalah, siswa dengan gaya kognitif reflektif memahami masalah dengan membaca soal lebih dari dua kali untuk dapat menyebutkan apa yang ditanya dari soal, apa yang diketahui dari soal meskipun tidak secara lengkap, dan menceritakan kembali maksud dari soal dengan benar menggunakan kata-katanya sendiri. Pada tahap membuat rencana penyelesaian, siswa dengan gaya kognitif reflektif menjelaskan rencana penyelesaiannya dengan runtut dan menggunakan semua informasi yang didapat dari soal. Pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian, siswa dengan gaya kognitif reflektif menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya, menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang sistematis dan terurut sehingga mudah dipahami dan cenderung sedikit melakukan kesalahan. Pada tahap memeriksa kembali, siswa memeriksa kembali setiap langkah penyelesaian dan hasil yang didapat dengan cara menghitung

ulang dan menjumlahkan ataupu mengalikan hasil yang diperoleh dengan yang diketahui.

2.

Siswa dengan gaya kognitif impulsif dalam memecahkan masalah matematika materi segiempat melaksakan setiap tahap pemecahan masalah dengan baik. Pada tahap memahami masalah, siswa dengan gaya kognitif impulsif untuk memahami masalah membutuhkan waktu yanglebih lama dengan membaca soal sampai empat kali untuk dapat menyebutkan apa yang ditanya dari soal, menyebutkan apa yang diketahui dari soal meskipun melakukan kesalahan dalam menyebutkannya, dan menceritakan kembali maksud dari soal menggunakan bahasa yang sama dengan soal. Pada tahap membuat rencana penyelesaian, siswa dengan gaya kognitif impulsif menjelaskan rencana penyelesaiannya dengan runtut dan menggunakan semua informasi yang didapat dari soal. Pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian masalah, siswa dengan gaya kognitif impulsif dalam menyelesaikan masalah tidak sesuai dengan rencana penyelesaian yang dipikirkan sebelumnya, menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah yang terurut namun kurang sistematis sehingga sulit dipahami maksud dari langkah penyelesaiannya dan cenderung melakukan beberapa kesalahan. Pada tahap memeriksa kembali, siswa memeriksa kembali setiap langkah penyelesaian dan hasil yang didapat dengan cara menghitung ulang pada setiap hasil yang diperoleh.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

(12)

tata cara mengerjakan soal supaya hasil yang didapat lebih optimal.

2. Pertanyaan yang diajukan peneliti terhadap subjek kurang mendalam. Sehingga diharapkan peneliti selanjutnya pada saat wawancara dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam lagi agar mendapatkan hasil yang lebih detail tentang pemecahan masalah siswa.

3. Pada penelitian ini, untuk menguji keabsahan data hanya menggunakan bantuan wawancara. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan triangulasi agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2011. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. Jurnal Kependidikan dan Keagamaan. Vol. VII. No.2

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sumardyono. 2011. Pengertian Dasar Problem Solving.

https://erlisilitonga.files.wordpress.com/20 11/12/pengertiandasarproblemsolving_smd .pdf. Diakses, 4 Desember 2015. Pukul; 19.00 WIB.

Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press

Solso, Robert L., dkk. 2008. Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. (Alih Bahasa: Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji, S. Psi, M.A.) Jakarta: Penerbit Erlangga.

Turmudi. 2008. Landasan Filasafat dan Teori Pembelajaran Matematika: Paradigma Eksploratif dan Investigasi. Bandung: Leuser Cipta Pustaka.

(13)

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Langkah Pemecahan Masalah

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

selaku Koordinator Magang dan Tugas Akhir Program Studi D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.. selaku Manager Departemen Operasi

Pada penelitian ini geotextile yang digunakan diganti dengan penggunaan terpal dan grid bambu yang diharapkan dapat menjadi alternatif material perkuatan untuk meningkatkan

Disiplin Kerja dan Motivasi Kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja karyawan, sedangkan pengembangan karir tidak berpengaruh

Dilihat dari hasil analisa tersebut nilai pH yang didapat telah sesuai dengan baku mutu limbah cair rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 6 – 9..

Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah rumah sakit yang mengandung fosfat tinggi yang melebihi baku mutu yang akan menyebabkan masalah lingkungan hidup sehingga

Strategi konservasi berdasarkan analisis SWOT dan wawancara yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa hutan mangrove di Desa Sungaitohor dalam kawasan yang dilarang

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi yaitu terletak pada kemampuan keuangan daerah.Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi kolonisasi kulit oleh bakteri potensial patogen penyebab IDO serta menganalisis apakah jenis kelamin,