• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled Document

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Untitled Document"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Karya Ilmiah

Bank Syariah sebagai Alternatif Pembiayaan UKM

di Indonesia

Oleh:

Hanna Meilani Damanik, SE. M.M

(

Dosen Tetap Fakultas Ekonomi – Universitas HKBP Nommensen

)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

PENDAHULUAN ... 1

PEMBAHASAN ... 3

Prinsip, Potensi dan Perkembangan Bank Syariah ... 3

Permasalahan Bank Syariah ... 5

Potensi Bank Syariah Untuk Mendukung UKM ... 6

KESIMPULAN DAN SARAN ... 10

Kesimpulan ... 10

Saran ... 11

(3)

PENDAHULUAN

Babak baru dalam dunia perbankan Syariah Indonesia dimulai sejak Mei 1992 dimana sejak saat itu Bank Syariah eksis di Indonesia, tepatnya dengan mulai beroperasinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang didukung oleh sekelompok pengusaha dan cendekiawan

muslim. Walaupun jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, kehadiran bank syariah di Indonesia relatif lambat. Hal ini disebabkan karena masih ada perbedaan pendapat diantara umatIslam sendiri tentang konsep bunga yang merentang dari anggapan haram (dilarang), subhat( meragukan) hingga halal (dibolehkan). Sementara itu dari sisi aspek hukum pun pada saat itu masih kurang menunjang karena peraturan perbankan yang ada tidak memuat tentang bank syariah.

Permasalahan tersebut akhirnya terpecahkan dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Kedua Undang-Undang tersebut akhirnya menjadi dasar hukum dual banking system di Indonesia, yakni terselenggaranya dua system perbankan menggunakan konsep konvensional dan syariah secara berdampingan yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

Bank Indonesia sebagai Pembina perbankan Indonesia juga memberikan dukungan atas perkembangan bank syariah di Indonesia selama ini. Sebagai

pelaksanaan UU No. 10 Tahun 1998, pada 2 Mei 1998 secara bersamaan Bank Indonesia menerbitkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia yang

(4)

Mei 2001.Selama beberapa waktu lamanya kehadiran BMI telah diikuti dengan lahirnya BPRS, bank syariah lain dan bank umum konvensional yang membuka cabang syariah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa saat ini bank syariah juga termasuk sebagai salah satu alternatif pembiayan bagi perekonomian Indonesia. Sekalipun pangsa pasarnya masih sangat rendah, pembiayaannya fokus pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diatas, perlu adanya kajian tentang peranan bank syariah dalam mendukung pengembangan UKM sebagai bagian dari pengembangan pembiayaan alternatif. Dengan mengacu pada kinerja bank syariah selama ini serta peluangnya di masa depan kajian ini mengajukan sejumlah rekomendasi untuk mendukung pengembangan UKM di masa mendatang. Dengan demikian, diharapkan di masa depan akan semakin banyak UKM yang memperoleh pembiayaan dari perbankan syariah.

(5)

PEMBAHASAN

Prinsip, Potensi dan Perkembangan Bank Syariah

Dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah mempunyai keunikan yang secara prinsip dapat mendukung UKM antara lain : lebih luwes dalam

penyediaan agunan; lebih luwes dalam penetapan imbalan; dan lebih luas dalam menyediakan fasilitas meliputi bidang perbankan dan lembaga pembiayaan seperti anjak piutang, modal ventura, sewa beli, dan pegadaian.

Sejak 1992, bank syariah merupakan alternatif pembiayaan bagi UKM di Indonesia. Hingga September 2001, jaringannya masih sangat terbatas, yakni : 2 bank umum syariah (dengan 32 kantor cabang), 3 bank konvensional ( dengan 12 kantor cabang syariah) serta 81 BPRS. Secara finansial pun, pangsa pasar bank syariah terhadap perbankan nasinal sangat kecil. Pada Agustus 2001, asset (dibanding seluruh bank) mencapai Rp. 2,37 triliun (0,23%); dana pihak ketiga Rp. 1,53 triliun (0,21%) dan pembiayaan Rp. 1.87 triliun (0,55%). Jika dibandingkan dengan Malaysia, pangsa pasar Indonesia hanya sepersepuluhnya.

Kualitas Pembiayaan bank syariah relatif baik.Sampai dengan akhir Agustus 2001, kredit bermasalahnya lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Bahkan dalam tiga tahun terakhir, PT BMI dapat menurunkan kredit bermasalahnya secara signifikan tanpa rekapilitasi dari pemerintah, Selain itu bank syariah mendukung UKM karena sekitar 85% pembiayaannya tarsalur utuk sektor UKM

(dengan plafon hingga Rp. 2 miliar).

(6)

tiga kali lipat dalam waktu dekat.Hal ini dikarenakan 45% masyarakat menganggap system bunga bertentangan dengan ajaran agama. Banyak diantaranya yang belum menjadi nasabah bank syariah, sekalipun mereka tinggal di sekitar kantor bank syariah. Sangat mungkin selama ini mereka menyimpan kekayaannya “di bawah kasur” atau menginvestasikannya dalam bentuk asset yang tidak bergerak.

Berdasarkan penelitian Bank Indonesia di pulau Jawa bank syariah berpotensi untuk berkembang di Indonesia antara lain karena didukung oleh banyaknya jumlah penduduk yang beragama Islam dan bank syariah berpotensi untuk dikembangkan pada delapan belas wilayah dengan potensi ekonomi tinggi dan basis keislaman yang kuat. Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan jaringan bank syariah yang ada saat ini, masih banyak daerah potensial yang belum ada jaringan bank syariahnya.

Selain penambahan jumlah kantor jaringan bank syariah bisa dilakukan dengan kerjasama antar bank syariah antara lain dengan memanfaatkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) atau lembaga lain yang menjalankan syariah Islam misalnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) sebagai penyalur pembiayaan bank umum syariah/ koperasi syariah. Dengan berkembangnya bank syariah yang sehat dan memberikan pelayanan yang kompetitif akan mendorong aliran modal dari investor internasional khususnya dari lembaga atau pihak-pihak yang dalam penyaluran dananya menyaratkan transaksi dengan prinsip syariah misalnya

(7)

Permasalahan Bank Syariah

Dengan masih kurangnya perangkat perundang-undangan , maka perbankan syariah terpaksa menyesuaikan produk-produknya dengan hukum perbankan konvensional. Akibatnya ciri-ciri syariah yang melekat adanya menjadi tersamar dan perbankan syariah tampil seperti perbankan konvensional. Mengingat adanya

keunikan bank syariah, upaya menyesuaikan prinsip syariah ke dalam ketentuan perbankan konvensional tidak dapat diakomodasi sepenuhnya sehingga kemampuan untuk membiayai UKM menjadi terbatas.

Terkait masalah permodalan, kalangan perbankan syariah menyarankan agar Bank Indonesia (BI) membedakan peraturan tentang kecukupan modal bank (Capital Adequacy Ratio/ CAR) karena adanya perbedaan perhitungan mengenai hak dan kewajiban bank dan nasabah antara bank syariah dan bank konvensional Perkembangan kerjasama antarbank syariah terhambat karena masih sedikitnya jumlah bank syariah serta masih sangat kecilnya asset dan portofolio pembiayaan syariah dalam perbankan nasional. Apalagi sejauh ini belum berkembang instrument pasar uang dengan prinsip syariah, di luar yang sudah disiapkan Bank Indonesia. Akibatnya alokasi dana untuk pembiayaan UKM menjadi tidak optimal.

Sampai saat ini sumberdaya manusia yang terdidik dan berpengalaman di bidang perbankan syariah relatif masih sedikit, baik untuk bank pelaksana maupun bank sentral. Lembaga akademik dan pelatihan di bidang ini pun masih

terbatas.Sebagian besar masyarakat masih belum memahami bank syariah, padahal pengetahuan tentang bank syariah merupakan kunci keberhasilan

pengembangan bank syariah. Oleh karena itu baik insan perbankan syariah (secara internal)maupun pemerintah perlu lebih meningkatkan pndidikan dan pelatihan bank syariah, baik bekerjasama dengan lembaga di dalam negeri

(8)

Potensi Bank Syariah untuk Mendukung UKM

Pada periode Januari 2008 hingga Januari 2009 terdapat3 Bank Umum Syariah (BUS) , 25 Unit /Divisi Usaha Syariah(UUS/DUS) dan 115 BPRS yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah untuk sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tercatat sebesar Rp.

18,38 Triliun (67,82% dari total pembiayaan) sedangkan pembiayaan untuk sektok non-UKM sebesar Rp. 8,72 Triliun (32,18% dari total pembiayaan). Hal ini menunjukkan peranan bank syariah dalam memberdayakan UMKM khususnya dalam hal pembiayaan sudah cukup tinggi meski pangsa pasar masih sangat kecil 2,79 % dari total kredit perbankan nasional.

Terbatasnya alternatif penempatan dana bagi bank syariah telah memaksa BMI untuk menyalurkan fasilitas pembiayaan baru, dimana mayoritas diberikan dalam bentuk mudharabah. Distribusi pembiayaan terkonsentrasi pada tiga sektor yaitu bisnis jasa, perkebunan dan konstruksi yang mencakup 60% dari total pembiayaan, sedangkan sektor ekonomi lainnya kurang dari 10% . Jangka waktu pembiayaan sebagian besar (50%) kurang dari tiga tahun, sedangkan yang lebih dari lima tahun mencapai 3% dan jangka waktu tiga hingga lima tahun mencapai 18%. Tampaknya paduan system perbankan syariah dengan kegiatan UKM merupakan sinergi. Contohnya Bank Syariah Mandiri (BSM) yang memposisikan diri sebagai pendukung pembiayaan usaha kecil-menengah dan koperasi (UKMK) membuktikannya dengan penyaluran pembiayaan yang sebagian besar (90%) teralokasi untuk UKM yang sebagian besarnya dalam bentuk murabahah (jual-beli) serta sebagian kecil dalam bentuk musyarakah (kerjasama bagi hasil/modal ventura) dan mudharabah (investasi).

(9)

tidak mempunyai asset melainkan karena nilai asset yang dimiliki tidak bankable. Mereka yang tidak dapat dilayani oleh bank konvensional inilah sesungguhnya yang merupakan calon nasabah yang potensial bagi bank syariah.Dengan demikian jika ingin mendukung keuangan UKM salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mendukung perkembangan bank syariah. Dengan kata lain penguatan dan perluasan jaringan bank syariah kiranya akan dapat

meningkatkan akses UKM terhadap pembiayaan.

Dalam tahun-tahun terakhir ini, dana yang terkumpul di bank konvensional banyak yang menganggur (idle) sedangkan sektor riil tidak banyak menerima kucuran dana antara lain karena perbankan konvensional yang saat ini masih mendominasi perbankan nasional lebih menyukai penanaman dana dalam bentuk SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Sementara itu fasilitas yang mirip dengan ituyaitu SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) kurang dimanfaatkan oleh perbankan syariah karena lebih berorientasi pada pembiayaan investasi di sektor riil sebagai salah satu prinsip untuk menghindari praktik kegiatan yang bersifat spekulatif. Selain itu transaksi keuangan yang tak didasarkan pada usaha riil akan melahirkan pertumbuhan semu dan menambah tekanan inflasi.

Berbeda dengan kondisi tersebut, pada bank syariah walaupun dana yang dapat dihimpun masih relatif sedikit kalau hanya dilihat dari rasio ini saja tampaklah bahwa penyauran dana dari bank syariah hampir tiga kali lipat bank konvensional. Dengan kecenderungan ini maka dapat diharapkan apabila semakin banyak bank syariah dana akan semakin termobilisasi dan akhirnya tersalur untuk pembiayaan

sektor riil, suatu aspek yang sangat dinantikan oleh dunia usaha untuk menggerakkan roda perekonomian yang mandek selama beberapa tahun

(10)

Dengan bervariasinya produk syariah, masyarakat diberi kesempatan untuk memilih produk yang diminatinya sesuai kebutuhan.

Dengan berkembangnya bank-bank syariah yang sehat dan memberikan pelayanan yang kompetitif, kiranya akan dapat mendorong peningkatan aliran modal masuk dari investor internasional khususnya dari lembaga atau pihak –

pihak yang dalam penyaluran dananya menyaratkan pola transaksi dengan prinsip syariah , misalnya IDB atau negara lain yang bank syariahnya sudah berhasil. Untuk itu dapat dilakukan berbagai cara antara lain (a) pembiayaan dengan syarat lunak, (b) peningkatan sumber dana (modal atau kredit), misalnya kerjasama dengan Malaysia dan Brunai Darussalam dikaitkan dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), antara lain dengan promosi bank syariah dan pendirian cabang di luar negeri, (c) mengupayakan sumberdana dari lembaga donor yang menyaratkan prinsip syariah dalam penyalurannya terutama IDB.

Secara umum IDB dapat membiayai proyek berupa loan financing, leasing,

installment, sale, equity, Istishna’a, profit sharing, dan technical assistance. Di antara proyek-proyek tersebut mungkin ada yang bisa langsung berhubungan dengan UKM ( sebagai nasabah bank syariah) ataupun UKM sekedar sebagai sub kontraktor dalam penarikan dananya. Oleh karena itupemerintah kiranya dalam mempertimbangkan perizinan bank Islam negara lain untuk membuka cabangnya di Indonesia atau bekerjasama dengan perbankan syariah Indonesia.

Demikian pula masuknya bank asing juga kiranya akan mempercepat proses

pembentukan peraturan yang lebih mendekati pelaksanaan syariah. Keterbatasan pengalaman, sumberdaya manusia, modal serta kemampuan manajerial

(11)

Untuk mencapai tujuan pengembangan perbankan syariah, perlu strategi pengembangan yang diarahkan untuk meningkatkan kompetensi usaha yang sejajar dengan system perbankan konvensional dan dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada analisis kekuatan dan kelemahan perbankan syariah saat ini. Dengan pijakan tersebut Bank Indonesia telah menyusun strategi pengembangan perbankan syariah yang pada dasarnya mengacu pada empat

langkah utama, yakni : (1) penyusunan dan penyempurnaan landasan hukum dan ketentuan operasional bank syariah yang mengacu pada standar internasional, (2) perizinan yang mendukung upaya perluasan jaringan kantor bank syariah dan pengawasan yang berorientasi kehatihatian; (3) pengembangan instrument moneter dan pasar keuangan syariah, (4) meningkatkan pemahaman masyarakat dan pengembangan SDM perbankan syariah.

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dalam kajian ini dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Dibandingkan dengan bank konvensional bank syariah mempunyai keunikan yang secara prinsip dapat mendukung UKM antara lain : lebih

luwes dalam penyediaan agunan dan penetapan imbalan, dan lebih luas menyediakan fasilitas meliputi bidang perbankan dan pembiayaan seperti anjang piutang, modal ventura, sewa-beli dan pegadaian

2. Kualitas Pembiayaan bank syariah relatif baik. Sampai dengan akhir Agustus 2001, kredit bermasalahnya lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Bahkan dalam tiga tahun terakhir, PT BMI dapat menurunkan kredit bermasalahnya secara signifikan tanpa rekapilitasi dari pemerintah, Selain itu bank syariah mendukung UKM karena sekitar 85% pembiayaannya tarsalur utuk sektor UKM (dengan plafon hingga Rp. 2 miliar).

3. Dengan masih kurangnya perangkat perundang-undangan , maka perbankan syariah terpaksa menyesuaikan produk-produknya dengan hukum perbankan konvensional. Akibatnya ciri-ciri syariah yang melekat adanya menjadi tersamar dan perbankan syariah tampil seperti perbankan konvensional. Mengingat adanya keunikan bank syariah, upaya menyesuaikan prinsip syariah ke dalam ketentuan perbankan konvensional tidak dapat diakomodasi sepenuhnya sehingga kemampuan untuk

membiayai UKM menjadi terbatas.

4. Perkembangan kerjasama antarbank syariah terhambat karena masih

(13)

5. Tenaga terdidik dan berpengalaman di bidang perbankan syariah relatif masih sedikit, baik untuk bank pelaksana maupun bank sentral. Lembaga akademik dan pelatihan di bidang ini pun masih terbatas. Sebagian besar masyarakat masih belum memahami bank syariah, padahal pengetahuan tentang bank syariah merupakan kunci keberhasilan pengembangan bank syariah.

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut :

1. Perlu ada Undang-Undang Pembiayaan Syariah yang sesuai dengan prinsip syariah sehingga peluang pembiayaan (termask UKM) akan menjadi lebih besar meskipun dengan modal yang ada saat ini, karena hak dan kewajiban bank dengan nasabah dalam bank syariah berbeda dengan hak dan kewajiban bank dan nasabah pada bank konvensional.

2. Pemerintah dan BI perlu memfasilitas pola kerjasama BUS dan BPRS dan lembaga keuangan syariah lainnya utnuk mengatas masalah likuiditas dan memperluas jaringan bank syariah.

3. Pemerintah perlu mengupayakan sumberdana dari lembaga donor yang menyaratkan prinsip syariah sperti IDB. Selain itu pemerintah perlu mengundang bank syariah negara lain untuk membuka cabang ataupun melakukan kerjasama dengan Malaysia dan Brunai Darussalam dikaitkn dengan Tenaga Kerja Indonesia.

4. Bank Indonesia perlu menerbitkan contoh-contoh perjanjian baku yang dipakai bank syariah dalam bertransaksi dengan para nasabahnya secara

transparan dan jelas sehingga dapat meningkatkan rasa aman dan kepercayaan diri baik bagi nasabah maupun bank syariah.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 1999. „ MencegahBangkrutnya Bank Syariah‟ Republik. 16

Februari.

Abraham L. U Udovitchdalam Thomas A. Timberg .Islamic Banking in

Indonesia. Jakarta, tanpatahun

Agus Wahid. 2000. „ Saatnya Indonesia Menggandeng IDB‟. Republika. 25 Juli

Bank Indonesia.RingkasanPokok-PokokHasilPenelitian“ Potensi,

PreferensidanPerilakuMasyarakatterhadap Bank Syariah di PulauJawa”.

Desember 2000

Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 2000.Annual Report 2000/

Mulya E. Siregar. 2001.‟ Bank Syariah :SolusiPerbankanNasional?”

MajalahPengembanganPerbankan. No. 89/2001. Mei-Juni

Sutan Remy. 1999. PerbankanIslam danKedudukannyadalam Tata

HukumPerbankan Indonesia. Jakarta : PT PustakaUtamaGrafiti.

Undang-Undang No. 7 tahun 1992, 25 Maret 1992 tentangPerbankan. UU

Undang-UndangPerbankan No. 1 Tahun 1998, 10 November 1998,

tentangPerubahanUndang-Undang No. 7 tahun 1992 tentangPerbankan

Undang-Undang No. 23/1999, 17 Mei 1999 tentang Bank Indonesia

YoyokWidoyoko. 2001.” PotensiKemitraan Bank Syariahdengan UKM.”Bisnis

Indonesia. 29 Oktober

ZainulArifin. 2002. Dasar-DasarManajemen Bank Syariah, PerebitAlvabet,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab 4, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : Intensitas perdagangan intra-industri tekstil

Masalah ini dianggap sangat menarik bagi penulis untuk mengetahui bagaimana sistem dan prosedur verifikasi dokumen pembayaran dalam pengadaan barang dan jasa

Ketiga, Pendidikan Umum yang Bernafaskan Islam, yaltu pendidikan Islam yang dliakukan dengan cara mengembangkan suasana pendidikan yang bernafaskan Islam di lembaga- lembaga

(1) Pemegang lzln yang tldak menempatl tempat., dasarannya atau meninggalkan tempat dagarannya eelama'2 (dda) bulan berturut- turut tanpa keterangan yang Jelas,

Hasil penghambatan pertumbuhan yang bervariasi ini dapat diakibatkan oleh kemampuan isolat tipe mutasian dalam memberikan efek pertumbuhan terhadap isolat tipe liar,