• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING

FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK

Hizky Putra Prasetya NRP 2107.030.012

Ir. Arino Anzip,M.Eng,Sc

Dosen Pembimbing : Disusun oleh :

(2)

Latar Belakang

• Fan merupakan peralatan yang sangat banyak digunakan dalam dunia industri, seperti industri penyedia listrik PT PJB.

• Dengan perawatan secara prediktif pada fan dengan

menggunakan alat yang cukup mutakhir bisa diketahui gejala kerusakan apa saja yang terjadi pada fan tanpa harus melepas fan.

• Berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi pada fan, salah satunya adalah dengan menganalisa

getaran yang terjadi pada fan atau motor fan tersebut. Dengan ditunjang dengan alat yang dinamakan computational system incorporated (CSI) dan software RBM getaran yang dihasilkan motor dan fan tadi dapat segera diolah dan dideteksi dengan menampilkan amplitude getaran sebagai fungsi frekuensi

(3)

Permasalahan

Memprediksi kerusakan pada suatu fan

dengan analisa vibrasi menggunakan

metode Fast Fourier Transform (FFT)

yang diukur dengan Computional

(4)

Batasan Masalah

• Jenis mesin yang dianalisa adalah Ignitor

Cooling Fan

• Putaran rotor pada saat pengujian dianggap

konstan yaitu 2850rpm

(5)

Tujuan Penelitian

• Memprediksi terjadinya permasalahan

pada ignitor cooling fan yakni

terjadinya unbalance pada fan dengan

menggunakan alat Computational

(6)

Perawatan Prediktif

Perawatan

prediktif

merupakan

jenis

perawatan yang menggunakan alat monitor

atau monitoring tools untuk mendapatkan

keadaan sesungguhnya dari kondisi mesin

tanpa mengganggu jalanya operasi mesin

tersebut. Perawatan jenis ini termasuk jenis

“condition-based

maintenance”

dimana

perubahan kondisi mesin dapat dideteksi

sehingga tindakan yang bersifat proaktif

dapat segera dilakukan sebelum terjadinya

kerusakan mesin.

(7)

PERAWATAN PREDIKTIF

1. Analisa Vibrasi

2. Metode Thermography

3. Proses Parameter

4. Metode Ultrasonik

5. Metode Visual inspection

6. Tribologi

(8)

Prosedur predictive maintenance pada mesin

rotasi

(9)
(10)

Obyek Pengukuran Vibrasi

Nama mesin

: Ignitor Cool Fan (ICF)

Berat

: 120 kg

Kelas

: 1

Daya

: 7.45 KW

Volt

: 380/460 V

Arus

: 14,5 Ampere

Frekuensi

: 50 Hz

Rpm

: 3000

Massa total

: 505,5 kg/m

3

Tipe

: Karbon Steel

Standart Ukuran

: 7,32 kg/m

(11)

Ignitor Cooling Fan

Keterangan:

Fan

Motor

(12)

Peralatan Ukur Getaran (vibrasi)

(13)

Langkah –langkah dalam pemilihan sensor getaran

adalah sebagai berikut :

1.

Tentukan objek yang ukur yang diinginkan Bila objek ukur

adalah berupa celah (clearance) atau gerak relatif,maka

sensor yang digunakan adalah sensor simpangan .

2.

Pertimbangan impedensi mekanik Bila getaran yang terjadi

tidak diteruskan ke rumah mesin dengan baik ,misalnya

pada kasus bantalan luncur.

3.

Pertimbangan frekuensi (General purpose)Dalam kasus ini

pemilihan sensor atas dasr pertimbangan

frekuensi,keterangannya sebagai berikut :

Penggunaan displacement : frekuensi antara 0 – 10 Hz

Pengggunaan Velocity : frekuensi antara 10 – 100 Hz

Penggunaan Acceleration: frekuensi antara 100 – 1000Hz

(14)
(15)

SET UP PENGUKURAN

(16)

DATA HASIL PENGUKURAN

MEASUREMENT POINT OVERALL LEVEL BATASAN ALARM EQUIPMENT ICF#2A - IGNITOR COOLING FAN #2A (18-Juli-07)

OVERALL LEVEL UNDEFINED

MOH 1.654 mm/Sec ALARM : 1.8 mm/Sec 2850,0 RPM MOV 10,04 mm/Sec BAD : 4.5 mm/Sec

MIH 2.446 mm/Sec MIV 19,38 mm/Sec MIA 50,20 mm/Sec

(17)
(18)

Perhitungan

Crest Factor

=

(19)

Contoh Perhitungan

Pada motor inboard axial

RMS =50,20 mm/s = 1,9 in/s

Crest factor = 2,39

(20)

Class I Individual parts of engines and machines

integrally connected with a complete machine in its

normal operating condition (production electrical

motors of up to 15 KW are typical examples of

machines in this category).

Class II Medium-sized machines (typically electrical

motors with 15–75 KW output) without special

foundations, rigidly mounted engines or machines

(up to 300 KW) on special foundations

Class III Large prime movers and other large

machines with rotating masses mounted on rigid

and heavy foundations, which are relatively stiff in

the direction of vibration.

Class IV Large prime movers and other large

machines with rotating masses mounted on

foundations, which are relatively soft in the

direction of vibration measurement (for example –

turbogenerator sets, especially those with

(21)
(22)

DATA ICF 2A PADA MOTOR INBOARD AXIAL

TU-2 - IGNITOR COOL. FAN #2A ICF #2A -MIA Motor Inboard Axial

Label: Indikasi Unbalance

Waveform Display 18-Jul-07 08:39:39 RMS = 1.77 LOAD = 100.0 RPM = 2965. RPS = 49.41 PK(+) = 4.23 PK(-) = 3.20 CRESTF= 2.39 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 -4 -2 0 2 4 6 Time in mSecs A c c e le ra tio n in G -s Time: Ampl: 2.197 .367

(23)

UNBALANCE

Apakah unbalance itu?

Penyebab Unbalance.

Ciri – ciri unbalance.

(24)

UNBALANCE

Apakah unbalance itu ?

Unbalance (ketidak keseimbangan)

dimana pusat massa tidak sesumbu pada

sumbu rotasi

(25)

PENYEBAB UNBALANCE

 Kesalahan dalam proses permesinan

atau assembly.

 Eksentrisitas komponen.

 Adanya kotoran dalam proses

pengecoran.

 Korosi dan keausan.

 Penumpukan material, misalnya debu

pada fan, kompressor atau blower.

(26)

Analisis Spectrum :

Amplitudo yang tinggi di 1 x rpm

Rasio amplitudo antara pengukuran arah

horizontal & vertical besar kecuali pada

kasus khusus yang memiliki kekakuan

yang tidak simetris.

(27)

CIRI – CIRI UNBALANCE

Analisis Spectrum :

Amplitudo yang rendah di 1 x rpm

diarah Axial (kecuali untuk kasus mesin

overhung).

(28)

Analisi waveform:

Sangat sinusoidal, bentuk waveform

simetrik setiap 1 x putaran poros

(29)

MACAM – MACAM UNBALANCE

Force / Static Unbalance

Force Unbalance berada pada phase & amplitudo yang steady.

Amplitudo yang dihasilkan unbalance akan bertambah oleh hasil kali dari kecepatan. (3x pertambahan

kecepatan = 9x vibrasi yang lebih tinggi).

1 x rpm selalu lebih tinggi dan umumnya mendominasi spectrum.

Dapat dikoreksi dengan menambah 1 penempatan pemberat bidang yang unbalance dari rotor / fan.

(30)

MACAM – MACAM UNBALANCE

Couple Unbalance.

Couple Unbalance cenderung mendekati 180° Out-of-phase pada poros yang sama. 1x selalu terjadi dan umumnya mendominasi spectrum.

Amplitude bervariasi dengan hasil kali dari bertambahnya kecepatan.

Mungkin dapat terjadi vibrasi aksial yang tinggi seperti pada radial. Koreksi membutuhkan penempatan berat pembalance pada paling sedikit 2

bidang. Catatan bahwa mendekati perbedaan phase 180° seharusnya ada antara Outboard dan Inboard horizontal seperti Outboard dan Inboard

(31)

MACAM – MACAM UNBALANCE

Overhung rotor Unbalance

Overhung Rotor Unbalance menyebabkan vibrasi tinggi

pada kedua aksialnya maupun radialnya. Pembacaan

aksial mungkin tidak steady. Overhung rotor sering

mempunyai kedua force maupun couple unbalance,

masing-masing dari hal tersebut membutuhkan koreksi.

(32)

Balancing 1 Plane dengan sudut phase adalah pekerjaan

balancing yang menggunakan beberapa peralatan antara lain ;

 Data Loger Balancing (CSI 2120/2130, IRD 880/885, VibExpert/Vibrocord, dll)

 Infra merah / strobe light sebagai pembaca sudut phase dan rpm

 Diagram polar.

Dalam data loger biasanya sudah dilengkapi dengan software Balancing, jika tidak bisa dilakukan dengan seperti berikut;

Teknik Balancing menggunakan 1

plane dengan sudut phase

(33)

Balancing 1 plane dengan sudut phase

 Buatlah diagram polar, dan tulis 0° sampai 350°  Marking bidang yang akan di balancing (0°~ 350°)

 Putar mesin sampai putaran nominal dan ambil data vibrasi dan sudut phasenya sebagai data Original (O) misal : 100 micron sudut phase 70° (catat)

 Matikan mesin, letakkan TW disembarang tempat, misal 0° sebesar 100 gram.

 Jalankan mesin sampai putaran nominal, ambil data

vibrasinya dan sudut phasenya, misal : 140 micron sudut phase 150°.

 Matikan mesin dan Correction Weight (CW) CW = O/T x TW

Dimana : O = data Original T = data Resultan dari O+T TW = Trial Weight dalam gram

(34)

Abbreviated Last Measurement Summary Database: PLTUGRESIK.rbm

Area: PLTU UNIT 2

Report Date: 04-Oct-07 12:55

MOH

MOV

MIH

MIV

MIA

0,279 mm/s

0,25 mm/s

0,246 mm/s

0,28 mm/s

0,41 mm/s

Undefined

Alarm

: 1,8 mm/s

Bad

: 4,5 mm/s

Speed

: 2850 RPM

Setelah perbaikan :

(35)

1.

Dengan menganalisa hasil pengukuran vibrasi didapatkan

harga RMS (Root Mean Square) pada arah :

MIH (motor inboard horizontal) :

2,44 mm/s

MOV (motor outbord vertical) : 10,04 mm/s

MIV (motor inboard vertikal)

:

19,38 mm/s

MIA (motor inboard axial)

:

50,20 mm/s

Apabila ke tiga RMS dimasukkan pada

VIBRATION

CRITERION CHART

termasuk dalam Unstatisfactory

dan Unacceptable.

2.

Kemudian dengan melihat domain frekuensi didapatkan

terjadinya amplitudo tinggi 1*RPM pada MIA (motor

inboard axial) sebesar 50,20 mm/s.

Dari hasil analisa diatas

diprediksi bahwa mesin tersebut mengalami static

(36)

3.

Setelah dilakukan proses perbaikan dalam hal ini

adalah proses alignment didapatakan RMS (Root

Mean Square) pada MIA (motor inboard axial)

menurun menjadi sebesar 0.7 mm/s, jika

dimasukkan pada VIBRATION CRITERION CHART

masuk kedalam kategori Good

4.

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa setelah

dilakukan proses perbaikan (Balancing) mesin

tersebut sudah tidak mengalami gangguan atau

masalah lagi.

Gambar

Gambar Ignitor Cooling Fan 2A

Referensi

Dokumen terkait

Morfologi permukaan zirkaloy-2 dan zirkaloy-4, yang telah mengalami proses korosi dengan metode potensiodinamik pada kisaran potensial ± 1000 mV terhadap E corr

[r]

Sistem rekam medis manual ini berdampak pada ketidakmampuan Puskesmas Plupuh Sragen dalam memberikan pelayanan yang cepat, mengingat banyak pasien yang harus dilayani

Persepsi guru terhadap pelaksanaan ujian semester berbasis android pada mata pelajaran sejarah adalah sudah positif, hal ini ditunjukan guru melihat bahwa ujian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana menganalisis perbandingan kepuasan konsumen terhadap

Nasional lebih besar dari Bank Persero, akan tetapi pada Bank Swasta Nasional tidak lebih besar dari NPL UMKM Mikro Bank BPD, dimana Bank Pembangunan Daerah memiliki

Adapun hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan metode Yanbu‟a dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-Qur’an di SMP Negeri 3 Salatiga

Namun terhadap putusan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap, hanya ada dua upaya hukum luar biasa yang dapat dilakukan yaitu, Kasasi demi kepentingan hukum