BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Discovery, berupa data aktivitas belajar siswa serta data hasil belajar siswa yang berupa nilai pre-test dan pos-test. Hasil dari penelitian tersebut akan diuraikan satu persatu sebagai berikut.
4.1.1. Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa yang diamati berupa aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa tersebut meliputi: aktivitas mengamati objek biologi, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan.
Data hasil pengamatan menunjukan adanya perbedaan tingkat aktivitas belajar antara siswa kelas eksprimen dan kelas kontrol selama proses pembelajaran. Hasil aktivitas belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.1 dan Gambar 4.1
Tabel 4.1 Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Aktivitas Presentase % Kelas Eksperimen Presentase % Kelas Kontrol SB B C K SB B C K Mengamati 43.3 16.6 40 0 3.33 20 73.3 10 Mengidentifikasi 10 26.6 63.3 0 6.67 16.6 60 23.3 Mengklasifikasi 46.6 23.3 30 0 13.3 43.3 66.6 3.33 Mengkomunikasi 13.3 33.3 53.3 0 13.3 13.3 70 13.3
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dikeahui bahwa semua kategori pencapaian aktivitas belajar siswa terwakili oleh kelas eksperimen dan control dengan tingkatan kategori yang bervariasi, penecapaian kelas eksperimen pada aktivitas belajar siswa menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan tersebut ditunjukkkan dengan histogram seperti berikut. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 SB B C K
Aktivitas Mengamati
eksperimen kontrol 0 10 20 30 40 50 60 70 80 SB B C KAktivitas
Mengidentifikasi
eksperime n kontrol 0 10 20 30 40 50 60 70 80 SB B C KAktivitas
Mengklasifikasikan
eksperimen kontrol 0 10 20 30 40 50 60 70 80 SB B C KAktivitas
Mengkomunikasikan
eksperime n kontrol4.1.2. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa berupa nilai pre-test dan pos-test yang digunakan untuk mengetahui sebaran nilai pre-test dan pos-test. Data tersebut disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi nilai pre-testdan pos-test kelas eksperimen
dan kelas kontrol
INTERVAL KELAS
NILAI PRETEST NILAI POSTEST
EKSPERIMEN KONTROL EKSPERIMEN KONTROL
91 - 100 0 0 0 0 81 - 90 2 0 2 1 71 - 80 7 0 4 5 61 - 70 14 13 19 10 51 - 60 6 15 5 13 41 - 50 1 2 0 1
Gambar 4.2 Grafik distribusi frekuensi nilai pre-test dan pos-test kelas
0 5 10 15 20 91 -100 81 -90 71 -80 61 -70 51 -60 41 -50
NILAI PRETEST KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN KONTROL EKSPERIME N 0 5 10 15 20 91 -100 81 -90 71 -80 61 -70 51 -60 41 -50
NILAI POSTEST KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN
KONTROL EKSPERIME N
Berdasarkan perbandingan data distribusi frekuensi nilai pre-test dan pos-test diperoleh perbandingan rata-rata nilai pre-test dan pos-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.3 dan
Gambar 4.3.
Tabel 4.3 Perbandingan nilai rata-rata hasil pre-test dan pos-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
KELAS PRETEST POSTEST
EKSPERIMEN 67,67 67,67
KONTROL 60,11 64,12
Gambar 4.3 Grafik perbandingan nilai rata–rata pre-test dan
pos-tes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
56 58 60 62 64 66 68 1 2 KET: 1 : PRETEST 2 : POSTTEST
RATA - RATA NILAI PRETEST POSTTEST
EKSPERIME N
Hasil perbandingan rata-rata nilai pre-test dan pos-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa rata–rata hasil belajar pada siswa kelas eksperimen jauh lebih baik dibanding dengan siswa kelas kontrol.
4.1.3. Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat terhadap nilai pre-test dan pos-test yang bertujuan untuk mengetahui data yang dianalisis terdistribusi secara normal dan homogen, yaitu melalui uji normalitas dan uji homogenitas.
a) Uji Normalitas
Hasil perhitungan uji normalitas data kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan SPSS 16 dengan taraf kepercayaan 5% seperti yang tercantum pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4. Penentuan data signifikan atau tingkat normalitas menggunakan kriteria sebagai berikut (Riduwan, 2011):
Jika sig ≥ 0.05, maka data signifikan atau bersifat normal.
Tabel 4.4 Distribusi hasil uji normalitas pada kelas eksperimen dan
kontrol
Gambar 4.4 Grafik distribusi hasil uji normalitas pada kelas eksperimen dan kontrol.
Nilai Kelas Probabilitas Signifikansi Tingkat Hubungan
Pre test Eksperimen 0,284
>0,050
Normal
Kontrol 0,203 Normal
Post test Eksperimen 0,218 Normal
Hasil uji normalitas pada taraf signifikasi 0.050 atau 5% menunjukkan adanya hubungan yang signifikan baik antara nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol serta nilai pos-test baik kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.
b) Uji Homogenitas
Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan SPSS 16 dengan taraf kepercayaan 5% menunjukkan bahwa data pos-test kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi secara homogen seperti yang tercantum pada tabel Tabel 4.5. Penentuan data signifikan atau tingkat homogenitas menggunakan kriteria sebagai berikut (Riduwan, 2011):
Jika sig ≥ 0.05, maka data signifikan atau bersifat homogen.
Jika sig ≤ 0.05, maka data tidak signifikan atau bersifat tidak homogen.
Tabel 4.5 Uji Homogenitas
Nilai Kelas Probabilitas Signifikansi Tingkaat Hubungan
Pre test Eksperimen 0,283
>0,050 Homogen Kontrol 0,210 Homogen Post test Eksperimen 0,066 Homogen Kontrol 0,120 Homogen
Dari hasil Tabel 4.5 Hasil uji taraf signifikasi menunjukkan bahwa data pre-test serta pos-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data nilai pre-test dan pos-pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing
terdistribusi secara normal dan homogen.
1.1.4 Uji Hipotesis
Data nilai post-test yang terdistribusi secara normal dan homogen, kemudian dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi (rxy)
dan uji t sederhana dengan menggunakan program SPSS 16.0 (Riduwan, 2011). Pengujian hipotesis yang dilakukan antara lain:
a. Uji Kolerasi Model Pembelajaran terhadap Akivitas Belajar Siswa Uji kolerasi yang dilakukan yaitu uji kolerasi model pembelajaran Discovery terhadap aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional terhadap aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol. Aktivitas belajar siswa tersebut meliputi aktivitas mengamati, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan.
Data hasil korelasi disajikan pada Tabel 4.6. Penentuan data signifikan atau tingkat korelasi menggunakan kriteria sebagai berikut (Riduwan, 2011):
Jika Sig < 0.050, maka data signifikan. Jika Sig > 0.050, maka data tidak signifikan.
Kriteria interpretasi korelasi data adalah sebagai berikut: (Riduwan, 2011) :
Interval koefisien Tingkat hubungan 0.80 – 1.000 Sangat kuat 0.60 – 0.799 Kuat 0.40 – 0.599 Cukup 0.20 – 0.399 Rendah 0.00 – 0.199 Sangat rendah
Tabel 4.6 Hasil uji kolerasi model pembelajaran Discovery (kelas
eksperimen) dan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol) terhadap aktivitas belajar siswa.
1. Eksperimen No Aktivitas yang diamati Kelas Eksperimen rxy Tingkat
Hubungan Probabilitas Signifikansi
1 Mengamati 0,386 Rendah 0,035 Signifikan
2 Mengidentifikasi 0,374 Rendah 0,042 Signifikan
3 Mengklasifikasi 0,400 Cukup 0,029 Signifikan
5 Mengkomunikasikan 0,402 Cukup 0,028 Signifikan
2. Kontrol No Aktivitas yang diamati Kelas Kontrol rxy Tingkat
Hubungan Probabilitas Signifikansi
1 Mengamati 0,294 Rendah 0,114 Tidak
Signifikan 2 Mengidentifikasi 0,154 Sangat
Rendah 0,415
Tidak Signifikan
3 Mengklasifikasi 0,341 Rendah 0,065 Tidak
Signifikan
5 Mengkomunikasikan 0,293 Rendah 0,116 Tidak
Hasil uji korelasi (rxy) menunjukkan adanya hubungan yang
bersifat korelasi antara aktivitas belajar siswa dengan hasil atau nilai belajar yang signifikan untuk siswa kelas eksperimen dan tidak signifikan untuk siswa kelas kontrol.
1. Uji Komparasi
Uji komparasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan pada uji komparasi yaitu data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kaidah – kaidah dalam uji komparasi ( Ghozali, 2011) sebagai berikut:
- Jika nilai α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Sig.(2-sided), maka Ho diterima dan Ha ditolak atau menunjukkan ada perbedaan.
- Jika nilai α = 0,05 lebih besar dengan nilai Sig.(2-sided), maka Ha diterima dan Ho ditolak atau menunjukkan tidak ada perbedaan. - Jika nilai Sig.(2-sided), maka Ho diterima dan Ha ditolak atau
menunjukan ada perbedaan.
Tabel 4.7 Hasil uji komparasi terhadap aktivitas belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
No Aktivitas
Belajar Siswa N Mean
Sig(2-tailed) Hasil
1 Eksperimen 30 2,43 0,013 Signifikan
2 Kontrol 30 2,28 0,014 Signifikan
Tabel 4.8 hasil uji komparasi diatas dapat dikatakan bahwa nilai
post-test kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dengan ditunjukkan hasil signifikansinya yaitu kurang dari 0,05.
4.2 Pembahasan
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya perbedaan data aktivitas antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol (Tabel 4.6). Perbedaan tersebut yaitu pada kelas eksperimen hasilnya signifikan, sedangkan pada kelas kontrol hasilnya tidak signifikan. Perbedaan tersebut terjadi karena pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Discovery, dimana siswa berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan belajarnya, siswa diarahkan sehingga dapat memahami suatu konsep. Selain itu,siswa juga dipandu dengan materi ajar dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi langkah-langkah dan permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa. LKS yang dapat melibatkan peran siswa secara aktif untuk melatih dan membiasakan diri dalam meningkatkan aktivitas belajar sehingga siswa memperoleh pemahaman terhadap materi dan hasil belajar yang meningkat.
Aktivitas belajar siswa yang pertama yaitu kemampuan mengamati objek biologi. Kemampuan mengamati dapat merangsang pikiran siswa dalam menganalisis materi. Kemampuan mengamati merupakan kemampuan utama siswa untuk mengumpulkan informasi. Siswa diharapkan memperhatikan objek dengan seksama sehingga mampu mendapatkan informasi (Djamarah, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswakelas eksperimen berada pada persentase yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol (Tabel 4.1). Suastra (2013), berpendapat bahwa aktivitas mengamati menjadi keterampilan fundamental yang menjadi dasar utama dari pertumbuhan sains. selain itu, aktivitas mengamati merupakan dasar dari pengembangan aktivitas belajar siswa yang lain, sehingga informasi yang diperoleh dari hasil mengamati akan menuntun siswa ke jenjang aktivitas belajar siswa dasar yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa yang melakukan pengamatan akan menggunakan seluruh alat inderanya untuk mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, sehingga dapat mencari persamaan dan perbedaan dari objek yang sedang diamati. Selain itu, model pembelajaran Discovery yang diterapkan di kelas eksperimen memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan secara lebih detail dan rinci. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya belajar dengan cara menghafal tetapi siswa lebih diarahkan untuk membangun dan memahami konsep itu sendiri. Didukung dengan LKS yang mengarah pada kegiatan mengamati objek biologi dapat membantu siswa untuk mengamati, menyebutkan, menjelaskan dan menyampaikan data yang diperoleh kepada
siswa lain. Berbeda dengan pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas kontrol, LKS yang diberikan hanya dikerjakan siswa hanya sebatas untuk mematuhi perintah guru sehingga aktivitas kemampuan mengamati objek biologi tidak dapat berkembang.
Kemampuan yang kedua yaitu kemampuan siswa dalam mengidentifikasi hasil dari pengamatan. Kegiatan mengidentifikasi merupakan kegiatan menarik kesimpulan sementara dari data yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak di identifikasi. Oleh karena itu, setelah mengamati objek biologi secara langsung, kegiatan berikutnya yaitu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya siswa membuat kesimpulan. Kemampuan mengidentifikasi hasil pengamatan pada kelas eksperimen berada pada persentase yang lebih baik daripada kelas kontrol (Tabel 4.1). Hal ini dikarenakan pemberian LKS dengan menggunakan model pembelajaran Discovery memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan pembelajaran searah yaitu metode ceramah, tanya jawab dan eksperimen. Siswa hanya cenderung mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru tanpa melibatkan siswa secara keseluruhan sehingga aktivitas belajar siswa secara keseluruhan belum berkembang. Pernyataan Ningsihdkk, (2012) yang menyatakan bahwa aktivitas mendeskripsikan yang diawali dengan mengamati suatu permasalahan yang telah disedikaan oleh guru dalam bentuk
LKS dapat meningkatkan siswa lebih aktif dalam menemukan konsep biologi tersebut.
Kemampuan yang ketiga yaitu kemampuan siswa dalam mengklasifikasi. Aktivitas mengklasifikasi pada (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan ditunjukkan sebaran kategori pencapaian aktivitas mengklasifikasi pada kelas eksperimen berkisaran pada SB, B, dan C, sedangkan kelas kontrol pencapaiannya pada kategori B, C, dan K. Aktivitas mengklasifikasi ini dapat melatih siswa dalam menemukan kosep biologi dan melatih siswa berpikir kritis dalam Ningsih dkk, (2012). Aktivitas ini juga dapat melatih siswa dalam mengklasifikasi suatu permasalahan yang ada didalam LKS dan dapat memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Kemampuan yang terakhir adalah mengkomunikasikan hasil pengamatan. Kemampuan mengkomunikasikan hasil pada kelas eksperimen berada pada presentase yang lebih baik daripada kelas kontrol (Tabel 4.1). Hal ini dikarenakan pada penggunaan model pembelajaran Discovery siswa dilatih untuk tidak ketergantungan pada guru melainkan dapat bertukar fikiran dengan sesama anggota kelompoknya untuk menggali atau menemukan konsep berdasarkan hasil pengamatan. Selain itu, dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa pada kelas ekperimen akan menciptakan suasana yang kondusif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model Discovery memberikan siswa permasalahan yang disajikan dalam LKS. Permasalahan yang disajikan berupa permasalahan
kontekstual berkaitan dengan materi pembelajaran. Permasalahan yang telah dipecahkan tersebut kemudian dipresentasikan dengan siswa lain, sehingga terjadi komunikasi antar siswa menyebabkan kemampuan mengkomunikasikan pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol hanya menggunakan pembelajaran searah melalui metode ceramah sehingga yang lebih aktif guru. Siswa hanya cenderung mendengarkan penjelasan guru tanpa didorong untuk mengemukakan pendapat.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran discovery selain berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa juga berpengaruh dalam hasil belajar siswa.Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar yang tersaji dalam tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena pada kelas eksperimen yang menggunakkan model pembelajaran discovery yang menekankan siswa untuk aktif dalam memecahkan masalah sampai menemukan konsep dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam memecahkan masalah dapat menyebabkan siswa lebih paham dan berkesan dibandingkan materi yang diberikan secara langsung oleh guru. Kurangnya guru dalam melibatkan siswa dalam memecahkan masalah atau dalam meteri yang sedang dibahas dalam proses pembelajaran berdampak terhadap hasil belajar yang kurang optimal. Proses pembelajaran konvensional yang hanya guru memberi materi kesiswa mengakibatkan siswa sering tidak paham akan materi yang disampaiakan oleh guru dan pembelajaran
yang berlangsung kurang memebekas dan siswa mudah lupa, sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal pada kelas kontrol.
Data hasil uji normalitas dan homogentitas terhadap nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen yang tersaji pada tabel 4.5. Hal ini terlihat dari probabilitas pada kelas eskperimen dan kontrol yang menunjukkan >0,050 yang berarti data pre-test dan post-test normal. Dalam data uji normalitas data sebaran ditunjukkan dari bentuk kurva yang menyerupai bentuk seperti lonceng. Artinya sebaran tersebut merupakan sebaran yang berada disekitar rata-rata nilai kelas yang memiliki frekuensi tinggi. Uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai pre-test dan post-test yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa data tersebut homogen. Hal ini ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa memiliki sebaran yang merata dari interval nilai terendah sampai nilai tertinggi yang diperoleh siswa.
Secara garis besar kelas eksperimen menunjukkan hasil belajar yang lebih baik daripada kelas kontrol sesuai dengan hasil perhitungan. Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh pemahaman konsep yang baik. Pada kegiatan pembelajaran, siswa secara aktif dilibatkan secara langsung sehingga siswa yang pasif di dalam kelas berusaha aktif sehingga mampu mengembangkan aktivitas belajar siswa. Dengan berkembangnya aktivitas belajar siswa, pembelajaran menjadi aktif dan terjadi interaksi antara guru dan siswa. Kurang berkembangnya aktivitas belajar siswa dikelas kontrol, salah
satunya diakibatkan karena kurangnya setting atau pengaturan dalam kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam mengasah berbagai macam aktivitas belajar siswa. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Hasil belajar ditunjukkan dengan perbedaan nilai rata-rata pos-test kelas eksperimen sebesar 67.67 sedangkan pada kelas kontrol 64.12 (Tabel 4.3).
Berdasarkan analisis seluruh hasil penelitian yang diperoleh melalui beberapa metode yaitu observasi, angket, wawancara, dan tes menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery pada mata pelajaran IPA materi biologi berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 1 Sumbang.