1 PENGARUH UKURAN LEGISLATIF, KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH
DAN TEMUAN AUDIT BPK TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT
Rima Novianti, Dwi Fitri Puspa, Daniati Puttri
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email: [email protected]
Abstract
This research aims to analyze the effect of economic listed in wichmandatory disclosure compliance of financial statement. Local government characteristics used in this research are size, the number of Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), type of local governance. This research also used control variable such as the total nimber of Parliament members. The population in this research is Kabupaten / Kota in Sumatera Barat for priod 2010-2013. The total sample as many as 19 distric / city. Data of obtained from Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) and the official website of each region for priode 2011-2014.
Hypothesis tasted by a multiple regressions models. Regressions anylise was done using SPSS 16.0 and EVIUS 7.0. the result showed that a variabelsize, the number of Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), type of local governance, and parlement members of signifikan effect the mandatory disclosure complience of financial statement.
Keywords: mandatory disclosure, local gevernance characteristics
Pendahuluan
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, melimpahkan kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan azas otonomi. Sebagai implikasinya, peran pemerintah daerah dalam penyediaan layanan publik dan mencapai tujuan pembangunan nasional menjadi semakin besar. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya. Oleh karena itu pengukuran kinerja pemerintah daerah merupakan suatu proses penilaian kemajuan atas pekerjaan pemerintah daerah terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Mahsun, 2006).
Kinerja pemerintah daerah yang baik tentunya juga diiringi dengan tata kelola pemerintahan daerah yang baik pula, untuk menunjang kinerja pemerintahan yang baik tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja pemerintah daerah.
2 Dalam penelitian ini ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemerintah daerah yaitu ukuran legislatif, karakteristik pemerintah daerah dan temuan audit BPK.
LANDASAN TEORI DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Landasan Teori
Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program maupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam stategic planning suatu organisasi.
Ukuran Legislatif
Ukuran Legislatif adalah banyaknya jumlah anggota legislatif yang bertugas mengawasi pemerintah daerah agar pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran yang ada untuk dapat digunakan dengan baik. Kedudukan DPR sebagai lembaga negara mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan (Wasistiono, 2009).
Karakteristik Pemerintah Daerah
Pengukuran kinerja harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Suatu pengukuran kinerja yang
didasarkan atas karakteristik operasional ini bermanfaat untuk mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas kinerja pemerintah daerah. Tiap-tiap pemerintah daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, demikian pula dengan pengukuran kinerja juga harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi (Mahsun,2006). .
Organisasi dengan karakteristik operasional yang berbeda membutuhkan ukuran kinerja yang berbeda pula. Suatu pengukuran kinerja yang didasarkan atas karakteristik operasional bermanfaat untuk mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas suatu pelaksanaan kegiatan. pemerintah daerah yang digunakan sebagai berikut:
1. Ukuran Daerah
Ukuran daerah adalah prediktor signifikan untuk kepatuhan akuntansi (Patrick,2007). Ukuran daerah dapat diukur dengan total pendapatan, total aset, dan tingkat produktifitas. Semakin besar total pendapatan, total aset dan tingkat produktifitas maka semakin besar pula ukuran suatu daerah (Sumardjo,2010).
2. Tingkat Kekayaan Daerah
Tingkat kekayaan daerah merupakan ukuran kekayaan yang dimiliki
3 oleh suatu daerah yang diukur dengan total
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Tingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat
Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat adalah ukuran besar atau kecilnya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.Tingkat ketergantungan diihat dari besarnya penerimaan DAU dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah (Widjaja, 2002). Undang-undang 32 Tahun 2004 pasal 176 ayat 1 menyatakan bahwa belanja daerah digunakan untuk melindungi dan menigkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan urusan wajib dan pelayanan dalam bidangpendidikan, kesehatan, penyediaan fasilitas sosial, fasilitas umum, dan pengembangan sistem jaminan sosial. Semakin meningkatnya kualiatas hidup masyarakat, maka akan berdampak terhadap kinerja pemerintah daerah.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Ukuran Legislatif terhadap Kinerja Pemerintah daerah Kabupaten/kota.
Semakin tinggi tingkat pengawasan maka semakin tinggi pula tingkat tanggung jawab dan tingkat kemauan bekerja seseorang terhadap pekerjaannya. Tingkat kemauan dalam bekerja inilah yang akan mempengaruhi perolehan hasil yang menunjukan kinerja pemerintah daerah (Widjaja,2007).
H1: Ukuran Legislatif berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pengaruh Ukuran Daerah terhadap Kinerja Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Semakin besar ukuran daerah yang ditandai dengan besarnya jumlah aset pemerintah daerah, maka semakin tinggi kinerja pemerintah daerah tersebut (Mustikarini dan Fitrisari, 2012). Dengan demikian pemerintah daerah yang memiliki ukuran yang besar akan dituntut untuk memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan pemerintah daerah yang kecil ukurannya.
H2 : Ukuran daerah berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.
4 Pengaruh Tingkat Kekayaan Daerah
terhadap Kinerja Pemerintah daerah kabupaten/kota.
Tingkat kekayaan daerah adalah ukuran kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah. Kekayaan daerah dapat diukur dari sumber pendapatan asli daerah. Jumlah dan kenaikan kontribusi PAD akan sangat berperan dalam kemandirian pemerintah daerah yang dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan penelitian Mustikarini dan Fitrisari (2012) yang dari hasil penelitiannya membuktikan bahwa tingkat kekayaan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Penelitian Sudarsana (2013) juga menunjukan bahwa tingkat kekayaan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota di Indonesia.
H3 : Tingkat kekayaan daerah
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota. Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat terhadap Kinerja Pemerintah daerah Kabupaten/kota.
Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat adalah ukuran ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dilihat dari besarnya penerimaan Dana Alokasi Umum
(Huda, 2009). semakin tinggi DAU yang diterima maka pengawasan dari pemerintah pusat akan semakin ketat sehingga pemerintah daerah akan lebih berhati-hati dalam penggunaannya dan diharapkan semakin baik pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakatnya sehingga kinerja pemerintah daerah juga semakin meningkat.
Hal ini sejalan dengan penelitian Mustikarini dan Fitrisari (2012), Marfiana dan Kurniasih (2013) serta Sumarjo (2010) yang hasil penelitiannya membuktikan bahwa tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Dari uraian diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H4: Tingkat ketergantungan
pada pemerintah pusat berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pengaruh Belanja Daerah terhadap Kinerja Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah (Widjaja, 2002). Penelitian Mustikarini dan Fitrisari (2012) menemukan bahwa terdapat pengaruh negatif belanja daerah terhadap kinerja
5 pemerintah daerah. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marfiana dan Kurniasih (2013) hasil penelitiannya menemukan belanja daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
H5: Belanja daerah berpengaruh
terhadap kinerja Pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Pengaruh Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah daerah Kabupaten/kota.
Temuan audit merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan-ketentuan tertentu.
Penelitian Mustikarini dan Fitrisari (2012), yang hasil penelitiannya membuktikan bahwa temuan audit berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian Marfiana dan Kurniasih (2013) juga membuktikan bahwa temuan audit berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.
H6: Temuan audit berpengaruh
terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode judgment sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 19 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat.
Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data untuk variabel temuan audit BPK didapatkan dari laporan hasil pemeriksaan BPK RI tahun anggaran 2011-2014 pada kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Sumatera Barat. Metode pengumpulan data adalah data sekunder
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio efisiensi realisasi biaya per realisasi pendapatan.
6 Variabel Independen
1. Ukuran Legislatif
Ukuran legislatif merupakan banyaknya jumlah anggota DPRD yang ada pada suatu Pemerintah daerah variabel ini diukur degan menggunakan jumlah total anggota DPRD.
2. Ukuran Daerah
Ukuran (size) daerah adalah besar atau kecilnya sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah yang dapat dilihat dari jumlah total aset yang dimiliki daerah.Penelitian ini menggunakan Logaritma natural (Ln) dari total aset.
3. Tingkat Kekayaan Daerah
Tingkat kekayaan daerah merupakan ukuran kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah yang diukur dengan total Pendapatan Asli Daerah. Dalam penelitian Mustikarini dan Fitrisari (2012) menggunakan PAD dibandingkan dengan total pendapatan sebagai proksi pengukuran tingkat kekayaan daerah.
4. Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat
Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat adalah ukuran besar atau kecilnya penerimaan DAU oleh pemerintah daerah dari pemerintah pusat.
5. Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakan kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diukur dengan belanja modal dibandingkan dengan total belanja.
6. Temuan Audit
Temuan audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah temuan pemeriksaan atas kepatuhan pemerintah daerah terhadap peraturan perundang-undangan tahun anggaran 2011-2014. Temuan audit BPK diukur dengan jumlah temuan audit (dalam rupiah) dibandingkan dengan total anggaran belanja.
Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolonearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi ), uji Dterminasi (R2), uji Simultan (Uji F), dan uji Persial (uji t).Dalam pengujian hipotesis penulis menggunakan analisis regresi linier berganda.
Setelah melakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dapat disimpulkan tidak terdapat masalah asumsi klasik
7 dalam penelitian ini. Dari hasil uji statistik
F diperoleh – Prob sebesar 0,00000, hasil uji statistik F dengan nilai probability lebih kecil dari alpha 0,05 dengan ini dapat dijelaskan bahwa keseluruhan model regresi sudah layak atau fit untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap dependen.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan untuk koefisisen determinasi (R2), dapat dilihat bahwa nilai R2 sebesar 0.740427 atau 74,4% yang menunjukan bahwa 74,4 % kinerja keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh variabel ukuran legislatif, ukuran daerah, tingkat kekayaaan daerah, tingkat ketergantungan daerah, belanja daerah dan temuan audit BPK. Sedangkan 25,6% kinerja keuagan dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang bukan variabel-variabel dalam penelitian ini.
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 1
Hasil pengujian Hipotesis Variabel Independen Koef. Regresi Prob Kesimpul an DPRD 0.0023 0,0005 Signifikan TA 0.0133 0,0034 Signifikan PAD -0.0018 0,0045 Signifikan DAU 1.2715 0.0000 Signifikan BD 0.0669 0.3301 Signifikan TEMUAN 0.0073 0,0191 Signifikan R2 0,7404 F-Prob 0,000
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis variabel ukuran legislatif memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.002305 dan nilai signifikan 0,0005 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0005 < 0,05) maka hipotesis pertama diterima yaitu ukuran legislatif berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota. Lembaga legislatif dalam pemerintahan mempunyai fungsi pengawasan terhadap pemerintah daerah terutama pengawasan keuangan, pemerintah daerah berkewajiban memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LKPD) kepada DPRD (Bratakusumah dan Solihin, 20040). Maka dari itu banyaknya jumlah anggota legislatif diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap pemerintah daerah sehingga berdampak dengan adanya peningkatan kinerja pemerintah daerah (Sumarjo 2010).
Berdasarkan pengujian hipotesis variabel ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset (TA) memiliki nilai
8 koefisien 0,013364 dan nilai signifikan
0,0034 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0034 < 0,05) maka hipotesis kedua diterima yaitu ukuran daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Ukuran daerah yang besar ditandai dengan besarnya total aset akan dituntut untuk lebih memiliki kinerja yang baik pula dibandingkan pemerintah daerah yang kecil ukurannya (Mustikarini dan Fitrisari, 2012).
variabel tingkat kekayaan daerah memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,001896 dan nilai signifikan sebesar 0,0045 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0045 < 0,05) maka hipotesis ketiga diterima yaitu tingkat kekayaan daerah berpengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.
Pemerintah daerah dengan PAD yang besar seharusnya mampu memberikan pengaruh positif terhadap kinerjanya, karena pemerintah daerah dengan aset dan kekayaan yang besar pasti memiliki tekanan yang besar pula dari masyarakat untuk lebih baik dalam mengelola segala sumber daya yang dimilikinya guna perbaikan kinerja (Marfiana dan kurniasih,2014). Berbeda dengan hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa PAD memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah, hal ini dapat diterima
karena mengingat besarnya porsi ketergantungan pemerintah daerah di Indonesia terhadap transfer dana dari pemerintah pusat (Hadi, et.al., 2009)
variabel tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1.271558 dan nilai signifikan sebesar 0,0000 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0000 < 0,05) untuk itu hipotesis keempat diterima yaitu tingkat ketergantungan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Tingkat ketergantungan daerah yang diproksikan dengan menggunakan besaran jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima dari pemerintah pusat. Semakin besar jumlah DAU yang diterima oleh suatu pemerintah daerah maka tingkat pengawasan dari pemerintah pusat akan semakin ketat, semakin ketat tingkat pengawasan dari pemerintah pusat maka pemerintah daerah akan semakin berhati-hati dalam membelanjakan DAU tersebut, maka akan berdampak dalam meningkatkan kinerja pemerintah daerah (Widjaja,2002).
variabel belanja daerah memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,066966 dan nilai signifikan sebesar 0,3301 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,3301 > 0,05) maka hipotesis kelima ditolak yaitu belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini
9 disebabkan oleh rasio belanja modal
terhadap total belanja daerah belum mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk membiayaai peningkatan pelayanan masyarakat. dalam kata lain porsi belanja modal pemerintah daerah masih kecil dibandingan dengan total belanja daerah.
Temuan audit BPK memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,07319 dan nilai signifikan sebesar 0,0191 dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau (0,0191 < 0,05) maka hipotesis keenam diterima yaitu temuan audit BPK berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh ukuran legislatif, karakteristik pemerintah daerah, dan temuan audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera barat. Berdasarkan pengujian statistik deskriptif nilai minimum dari variabel kinerja pemerintah daerah yaitu sebesar 0,85553 atau 85,55% yang berarti kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota di provinsi Sumatera Barat nilai terendahnya 85,55% yang dapat dikatakan kinerjanya kurang efisien.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi tentang:
1. Implikasi Teori
Penelitian ini memberikan implikasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang sektor publik, terutama mengenai bagaimana ukuran legislatif, ukuran daerah, tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan pada pemeritah pusat, belanja daerah da temuan audit BPK dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.
2. Implikasi Praktek
Bagi pemerintah dapat dijadikan acuan dalam melakukan perbaikan kinerja pemerintah daerah agar lebih efisien mungkin dalam menggunakan anggaran belanja daerah agar berdapak pada peningkatan kinerja pemerintah daerah kedepannya.
Keterbatasan dan Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki sejumlah kekurangan atau kelemahan, kondisi tersebut karena adanya sejumlah keterbatasan yang peneliti miliki. Secara umum keterbatasan tersebut adalah :
1. Penelitian ini hanya menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di provinsi Sumatera Barat sebagai objek penelitian sehingga penelitian ini hanya menilai kinerja pemerintah di provinsi sumatera barat saja. 2. Penelitian ini hanya menggunakan
empat tahun periode LKPD yaitu 2011-2014 sehingga hasil
10
menggambarkan kinerja
pemerintah daerah selama empat tahun saja.
3. Penelitian ini hanya mengunakan variabel independen ukuran legislatif, karakteristik pemerintah daerah dan temuan audit BPK sehingga hanya sebagian kecil variabel yang mempengaruhi kinerja pemerintah daerah. maka disarankan untuk penelitain
selanjutnya menemukan
karakteristik baru atau menggunakan karakteristik pemerintah daerah yang lebih variatif.
Daftar Pustaka
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Bisnis Multivariate dengan program IBM SPSS 11119, edisi 7. Semarang ; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Mahsun, Mohamad. 2006 Pengukuran Kinerja Sektor Publik ; BPFE Yogyakarta. Mahmudi,. 2015. Manajemen Kinerja
Sektor Publik Edisi ketiga ; UPP STIM YKPN
Mustikarini, Widya Astuti., Fitrisari, Debby. 2012 Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. Simposium Nasional Akuntansi XV ; Banjarmasin. Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik. ; BPFE-UGM Yogyakarta.
Nugroho, Renas Adi 2014. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (studi pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah pada periode 2009-2011).
Sumarjo, Hendro. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sekaran, Uma. 2010. Reaserch Methods for Business. Jakarta : Salemba Empat.
Widjaja, Haw. 2007 Otonomi Daerah dan Daerah Otonom ; Raja Grafindo
Wasistiono, Sadu. Wiyoso, Yonatan. 2009 Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ; Fokus Media