• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari - hari sistem pengendalian sosial (social control) terhadap berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat sering kali diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparaturnya saja. Memang ada benarnya bahwa di era globalisasi sekarang ini kontrol sosial oleh pemerintah yang memiliki sanksi - sanksi tegas terhadap anggota suatu masyarakat yang melanggar norma - norma yang berlaku lebih banyak dipakai dalam mengontrol dan mengawasi berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat. Tetapi sesungguhnya kontrol sosial masyarakat itu tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Reucek dalam Soekanto (1987 : 1 - 2) mengatakan bahwa, arti sesungguhnya dari kontrol sosial jauh lebih luas, karena dalam pengertian tersebut tercangkup segala proses baik yang direncanakan maupun tidak, bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga - warga masyarakat agar mematuhi kaidah - kaidah dan nilai sosial yang berlaku, baik yang dilakukan oleh pribadi terhadap pribadi, kelompok terhadap kelompok, kelompok terhadap anggotanya. Sejalan dengan Reucek, Soekanto (1990 : 205) mengatakan, pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya, atau oleh suatu kelompok terhadap individu. Itu semua merupakan suatu proses pengendalian sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat walaupun sering kali tidak disadari. Dengan demikian maka pengendalian sosial terutama

(2)

bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan - perubahan yang terjadi di masyarakat.

Konsep kontrol sosial yang saat ini diberlakukan di beberapa wilayah Negara Indonesia oleh para pemegang otoritas yang turut berperan serta untuk mengawasi segala perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat, dinilai masih kurang efektif dalam mengatasi berbagai macam gejala perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh warga masyarakatnya. Banyaknya kasus tawuran, perampokan, pemerkosaan, penggunaan obat - obat terlarang oleh para remaja maupun orang dewasa menjadi salah satu bukti bahwa sistem kontrol sosial yang ada saat ini masih belum efektif dalam mengendalikan berbagai perilaku yang menyimpang dimasyarakat khususnya dikalangan remaja. Ditambah lagi sekarang ini perilaku - perilaku menyimpang, seperti; kasus tawuran, perampokan, pemerkosaan, penggunaan narkoba tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, anak - anak remaja yang seharusnya belajar untuk menuntut masa depannya yang cerah bahkan ikut merajalela melakukan tindakan perilaku menyimpang. Dalam jurnal Pewarta Dinamika, Eading in Character Education, Edisi 10/2012, dikatakan bahwa seorang pelajar yang bernama Alawy Yusianto Putra Meninggal pada tanggal 24 September 2012 karena kekerasan yang dilakukan oleh pelajar lainnya yang terlibat dalam aksi tawuran antara SMA 70 dan sekolah Alwi sendiri yaitu SMA 6 Jakarata Selatan. Dalam jurnal ini juga dikatakan bahwa tawuran dikalangan pelajar juga merupakan sebuah budaya baru di sejumlah kota di Indonesia.

(3)

Berger dalam Bagong (2010) mendefenisikan bahwa, pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang. Sementara itu menurut Reucek dalam Soekanto (1987 : 83) menyatakan bahwa, pengendalian sosial adalah proses yang direncanakan maupun tidak. Melalui proses tersebut warga masyarakat dididik, diajak, atau dipaksa untuk menganut kebiasaan kelompok. Dilain pihak, Menurut Horton dan Hunt (1996 : 176), pengendalian sosial atau kontrol sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat itu.

Salah satu faktor yang mempertimbangkan mengapa warga masyarakat perlu dikontrol atau diberi rambu - rambu didalam berperilaku dalam kehidupan sehari - hari ada kaitannya dengan efektif tidaknya proses sosialisasi, proses sosialisasi secara normatif tidak hanya mendatangkan manfaat bagi masyarakat, dalam arti mewujudkan tertib sosial. Disisi lain, peroses sosialisasi juga mendatangkan manfaat bagi warga masyarakat secara individual, sehingga dengan adanya sosialisasi maka masyarakat akan mengerti tentang bagaimana seharusnya hidup menjadi anggota masyarakat yang memiliki perilaku yang jauh dari penyimpangan norma - norma dan nilai masyarakat yang dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi setiap individu dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari - hari.

Dengan adanya kontrol sosial yang dilakukan melalui proses sosialisasi tersebut seharusnya dapat mengingatkan kapada masyarakat tentang tindakan -

(4)

tindakan yang selama ini mereka lakukan secara tidak sadar merupakan tindakan yang termasuk dalam kategori yang menyimpang. Namun karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat, serta adanya kebudayaan lokal yang membenarkan tindakan terntentu, maka bisa saja seseorang secara tidak sadar telah melakukan tindakan penyimpangan, tetapi tidak merasa bahwa dirinya telah melakukan tindakan yang menyimpang atas perilakunya.

Kontrol sosial yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi oleh berbagai pihak kepada masyarakat, selain dapat memberikan pedoman kepada individu tentang bagaimana seharusnya berperilaku dalam kehidupan masyarakat dan bagaimana seharusnya sikap yang harus diambil oleh masyarakat agar tidak terpengaruh oleh sekelompok orang tertentu, juga kontrol sosial yang dilakukan tersebut seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang sangat menguntungkan masyarakat khususnya individu. Bagong (2010) menyatakan bahwa karena kontrol sosial yang berupa sosialisasi bersifat menguntungkan atau rewarding, maka seharusnya seluruh masyarakat itu bersedia untuk menerima norma - norma dari sosialisasi itu sendiri dan kemudian menginternalisasikannya dalam dikehidupan bermasyarakat yang kongkrit dan aktual tanpa paksaan dari pihak manapun. Namun realitas sekarang ini, peneliti melihat bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa proses sosialisasi norma - norma sosial sering sekali dianggap masyarakat sebagai hal yang merugikan dan membuang - buang waktu saja. Adanya pandangan seperti ini mungkin disebabkan oleh adanya anggapan masyarakat bahwa proses sosialisasi justru secara tidak langsung menuntut mereka untuk mengikuti semua nilai - nilai yang disosialisasikan,

(5)

sedangkan para penguasa birokarasi yang membuat kontrol sosial itu sendiri juga kerap kali melanggar nilai - nilai dan norma yang disosialisasikan ke masyarakat itu sendiri. Efek dari itu maka tidak heran kalau perilaku - perilaku menyimpang dalam masyarakat baik itu yang dilakukan oleh individu secara tunggal maupun individu secara berkelompok terus bertambah jumlahnya.

Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat menyimpang dari norma yang berlaku seperti yang dikemukakan, Soekanto (1990 : 214 - 226) ; (1) karena kaidah - kaidah nilai - nilai sosial budaya yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidak memenuhi kebutuhan dasarnya; (2) karena kaidah - kaidah nilai - nilai sosial tidak dirasakan manfaatnya olah masyarakat; (3) karena terjadi ketidakserasian antara aspirasi dengan saluran -saluran yang tujuannya untuk mencapai cita - cita tersebut; (4) berpudarnya pegangan masyarakat pada kaidah - kaidah nilai sosial, sehingga menimbulkan keadaan yang tidak stabil.

Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang adalah; (1) tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai - nilai atau norma - norma yang ada; (2) tindakan yang antisosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasan masyarakat atau kepentingan umum (tindakan kriminal), yaitu tindakan yang nyata - nyata telah melanggar aturan - aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain (Soekanto, 1990 : 205). Tindakan yang seperti ini sering kita temui misalanya: pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan berbagai bentuk tindak kejahatan lainnya, itu

(6)

semua merupakan sebagian contoh dari perilaku menyimpang yang secara nyata bahwa semua itu telah mengancam ketentraman masyarakat.

Di era globalisasi sekarang, perilaku menyimpang rentan terjadi di masyarakat perkotaan (urban community) dan masyarakat pinggiran kota (sub

urban) daripada masyarakat pedesaan (rural commuity), hal ini dikarenakan di

masyarakat yang tinggal di perkotaan (urban community) atau di daerah pingiran kota (sub urban) memiliki karakteristik lebih terbuka terhadap hal - hal baru termasuk hal yang bersifat idieologi. Keadaan ini berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan, masyarakat pedesaan biasanya lebih tertutup, tidak dengan mudah menerima hal - hal yang bersifat baru, sehingga masyarakat tersebut tidak dengan mudah masuk ke dalam sebuah wacana yang bersifat menyimpang. Bagong (2010) mengatakan bahwa, semakin besar suatu kelompok masyarakat maka semakin sukarlah orang saling menginditifikasi dan saling mengenali sesama warga kelompoknya. Dengan demikian anomie social menjadi hal yang tidak dapat dihindari (keadaan tanpa norma), sehingga semakin bebaslah individu - individu untuk berbuat “semaunya”, dan kontrol sosial pun akan lumpuh tanpa daya. Hal yang demikian itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat tradisional (primitif) yang kecil - kecil, dimana segala interaksi bersifat langsung dan face to face dengan demikian masyarakat tradisonal (primitif) cenderung jarang terjadi berbagai pelanggaran norma - norma sosial atau perilaku menyimpang. Dalam masyarakat tradisional (primitif) kontrol - kontrol sosial yang berlaku bersifat tradisional (informal), biasanya hanya berbentuk ejek - ejekan dan sindiran, namun karena semua anggota masyarakat

(7)

dari kelompok tradisional ini saling mengenal maka ejek - ejekan dan sindiran yang dilakukan sebagai kontrol sosial cukup efektif dalam mengendalikan perilaku - perilaku meyimpang yang dilakukan oleh kelompoknya.

Terlepas dari itu tidak heran jika kontrol sosial yang diberlakukan di daerah - daerah yang berada di kawasan pinggiran kota terlihat melemah dalam mengatasi dan mengendalikan berbagai gejala perilaku menyimpang di masyarakat. Hal ini dikarenakan daerah pinggiran kota (sub urban) juga memiliki karakteristik masyarakat yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Perubahan sosial, ekonomi, politik, teknologi telah merubah daerah pinggiran kota menjadi daerah tak kalah maju dengan perkotaan. Tidak jarang, terlihat banyak sekali daerah pinggiran kota telah berubah menjadi daerah kawasan elit perumahan. Perubahan yang semacam ini juga tidak hanya terlihat dalam karakteristik fisiknya saja, tetapi hal ini juga diikuti oleh perilaku masyarakat yang tinggal di daerah itu. Masyarakat yang materialis, individualistik juga menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri akibat adanya perubahan ini, sehingga individu yang tidak mempunyai kemampuan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sering sekali menghalalkan segala cara untuk memenuhinya. Hal - hal yang demikian akhirnya menjadi pemicu timbulnya masalah perilaku menyimpang di masyarakat, seperti misalnya masalah perilaku menyimpang yang dilakukan secara berkelompok yaitu Geng Motor.

Geng Motor merupakan salah satu contoh dari kelompok sosial yang pada dasarnya kelompok tersebut diikat oleh persamaan tujuan, hobi atau dengan kata lain kelompok yang tergabung dari orang - orang yang memiliki kecintaan

(8)

terhadap motor, kemudian seiring dengan perkembangan waktu kelompok tersebut berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan orang. Untuk menunjukan identitas mereka kepada masyarakat kemudian kelompok - kelompok tersebut melakukan aktivitas - aktivitas yang meresahkan masyarakat sekitarnya, seperti: kebut - kebutan di jalan, tawuran sampai merampok pengguna jalan di sekitar mereka, dan lain - lain.

Dalam Web Blog yang ditulis Sigit (2011) menyatakan bahwa, Geng Motor adalah sebuah kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis. Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya keyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective belief). Keyakinan bersama itu bisa berbentuk, katakanlah, siapa yang cenderung dipersepsi sebagai maling (dan oleh karenanya diyakini “pantas” untuk dipukuli); atau situasi apa yang mengindikasikan adanya kejahatan (yang lalu diyakini pula untuk ditindaklanjuti dengan tindakan untuk, katakanlah, melawan).

Terkait dengan keberadaan Geng Motor, dalam skripsi Hutabarat (2011), menyatakan bahwa “ keberadaan Geng Motor itu sendiri sebenarnya sudah ada dari tahun 1978, yang dulu namanya melegenda adalah Geng Motor Moonraker. Kota tempat tumbuh dan berkembangnya geng - geng motor adalah kota Bandung. Namun seiring dengan berkembangnya zaman kini mereka mulai menjalar ke daerah - daerah seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon, Subang, Medan dan sejumlah kota besar lainya”. Namun belakangan ini

(9)

geng motor tidak hanya banyak ditemukan dan melakukan aksi - aksi anarkis mereka di kota - kota besar saja, di sekitar daerah pinggiran kota seperti Desa Bandar Khalipah keberadaan Geng Motor juga telah ditemukan di sekitar daearah yang tak jauh dari Desa Bandar Khalipah bahkan istilah Geng Motor bukan lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian masyarakatnya.

Berdasarkan observasi awal saya terkait keberadaan Geng Motor di Desa Bandar Khalipah bahwa, Geng Motor sudah ada sejak 3 tahun terahir ini, tapi Geng Motor itu sendiri bukan berasal dari Desa Bandar Khalipah. Mereka biasanya datang dari Kota Medan dan melakukan Konvoi dari jalan Desa Lau Dendang (10 km dari Desa Bandar Khalipah) sampai akhirnya berhenti di sekitar Pasar 12 (dulu kebun sawit sekarang tanah garapan). Aksi - aksi mereka bervariasi mulai dari tawuran dengan pemuda - pemuda setempat yang tidak mau gabung dengan geng mereka, menghancurkan ruko - ruko para pedagang Baju Monja (bekas) di pasar 12, tidak membayar uang saat mengisi bensin di SPBU dan lain sebagainya.

Desa Bandar Khalipah merupakan suatu kawasan pinggiran kota (Sub

Urban) dan Seiring dengan perkembangan dan kemajuannya Desa Bandar

Khalipah tersebut juga telah mengalami berbagai perubahan sosial yang lebih maju baik secara sosial, ekonomi, politik dan lain - lain. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya tingkat heterogenitas dari kelompok masyarakatnya dan juga ditandai dengan lengkapnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat, seperti misalnya rumah sakit, swalayan, sekolah, sehingga seiring dengan

(10)

kemajuannya tersebut tingkat perilaku menyimpang yang mengarah pada kriminalitas juga ikut meningkat sesuai dengan perkembangan desa tersebut.

Melihat keadaan seperti itu maka penulis tertarik menjadikan Desa Bandar Khalipah untuk sebagai lokasi penelitan skripsi yaitu tentang “Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Geng Motor”. Studi di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Penelitian tentang Geng Motor itu sendiri sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun dalam penelitian ini penulis tidak akan membahas dan meneliti secara mendalam tentang bagaimana keberadaan Geng Motor dalam melakukan aksi - aksi brutalnya atau faktor - faktor pemicu banyaknya Geng Motor sekarang ini, namun dalam penelitian ini peneliti lebih mendalami tentang bagaimana peran dari para penguasa birokrasi, keluarga, aparat keamanan, juga kontrol sosial masyarakat yang lainnya dalam melakukan pengawasan terhadap anak - anak remaja sehingga tidak terjerumus dan bergabung dalam sebuah kelompok sosial yang menyimpang dan meresahkan masyarakat seperti Geng Motor. Selain itu, peneliti juga akan meneliti tentang makna tindakan/perilaku Geng Motor berkenaan dengan banyaknya reaksi dari masyarakat yang telah memberikan caap (lebeling) yang negatif terhadap Geng Motor, dan juga bagaimana respon dari anggota Geng Motor terhadap kontrol sosial sosial.

(11)

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk kontrol sosial Pemerintah Desa Bandar Khalipah terhadap perilaku Geng Motor?

2. Bagaiamana kontrol sosial masyarakat terhadap Geng Motor di Desa Bandar Khalipah?

3. Bagaimana makna dan respon dari perilaku anggota Geng Motor terhadap kontrol sosial?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan penelitian yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kontrol sosial Pemerintah Desa Bandar Khalipah terhadap perilaku Geng Motor.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kontrol sosial masyarakat terhadap Geng Motor di Desa Bandar Khalipah.

3. Untuk mengetahui bagaimana makna dan respon dari perilaku Geng Motor terhadap kontrol sosial.

(12)

1. 4. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian mampu memberikan manfaat, baik itu untuk diri sendiri, orang lain maupun ilmu pengetahuan. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kajian referensi dalam dunia pendidikan khususnya dalam ilmu sosiologi yang mengkaji berbagai fenomena - fenomena masyarakat yang berkaitan dengan pengawasan sosial, perilaku menyimpang dan juga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat dan pemerintah dalam mengambil berbagai kebijakan sosial yang efektif demi terciptanya ketertiban sosial di masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah khususnya yang berhubungan dengan upaya dalam mengendalikan atau mengawasi banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja seperti Geng Motor. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada agen kontrol sosial dalam mengambil kebijakan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini nantinya juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak agen kontrol sosial dalam mengatasi banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja dan juga menjadi salah satu kajian refrensi bagi pihak - pihak yang mempunyai peran dalam mengambil kebijakan sosial untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mengganggu ketertiban masyarakat atau bahkan meresahakan masyarakat, seperti misalnya perilaku Geng Motor.

(13)

1.5. Defenisi Konsep

Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kontrol Sosial Pemerintah

Kontrol sosial adalah pengawasan dari kelompok terhadap kelompok atau individu lain untuk mengarahkan peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar tercipta situasi kemasyarakatan yang sesuai dengan harapan sosial yaitu kehidupan sosial yang konformis (Kolip, 2010). Dari pengertian tersebut, maka kontrol sosial pemerintah dalam hal ini adalah peran atau upaya yang dilakukan oleh lembaga – lembaga yang berada dibawah sistem pemerintahan, seperti Pemerintah Desa Bandar Khalipah, lembaga kepolisian, lembaga pendidikan yaitu dengan tujuan untuk mengendalikan atau mengkontrol banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti perilaku Geng Motor. 2. Kontrol Sosial Masyarakat (Society)

Yaitu pengendalian sosial yang dilakukan oleh seluruh lapisan atau anggota masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Bandar Khalipah dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, baik itu kontrol yang dilakukan oleh kepala keluarga, tokoh yang dituakan, tokoh agama.

3. Pengendalian Sosial Secara Preventif

Merupakan salah satu tahap yang utama yang dilakukan oleh lembaga agen sosiolisasi atau kontrol sosial sebagai upaya dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, baik

(14)

yang dilakukan dengan cara - cara, seperti : sosialisasi, himbauan, mengarahkan, mengawasi.

4. Pengendalian Sosial Secara Persuasif

Merupakan salah cara yang dilakukan oleh lembaga agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor yaitu dengan cara - cara seperti : membujuk dan mengajak secara lebih inten, merayu, memberikan imbalan.

5. Pengendalian Sosial Secara Represive

Adalah salah satu cara yang dilakukan oleh agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, yaitu dengan cara memberikan hukaman yang berupa sanksi sosial, sanksi administrasi, dan sanksi hukum.

6. Pengendalian Sosial Secara Coersive

Merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh agen kontrol sosial dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang, yaitu dengan cara memberlakukan tindakan kekerasan fisik dan tindakan yang berupa ancaman, seperti memukul, menampar, mengeroyok.

7. Perilaku Menyimpang (Deviance)

Yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai - nilai dan norma - norma yang berlaku di masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan terhadap kaidah dan nilai - nilai yang berlaku di masyarakat, seperti misalnya tawuran, penggunaan obat terlarang, mencuri, bergabung dengan kelompok yang menyimpang seperti Geng Motor.

(15)

8. Geng Motor

Merupakan suatu kelompok sosial yang pada dasarnya kelompok tersebut diikat oleh persamaan tujuan, hobbi atau dengan kata lain kelompok yang tergabung dari orang - orang yang memiliki kecintaan terhadap motor, kemudian seiring dengan perkembangan waktu kelompok tersebut berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan orang. Untuk menunjukkan idendititas mereka kepada masyarakat kemudian kelompok - kelompok tersebut melakukan aktivitas - aktivitas yang meresahkan masyarakat sekitarnya, seperti: kebut-kebutan, merampok pengguna jalan raya, membuat keributan, dan lain - lain. Itu semua terjadi karena adanya perasaan/keyakinan yang sama terhadap suatu hal tertentu sehingga mereka cenderung untuk melakukan tindakan yang disepakati oleh kelompok, meskipun seringkali tindakan itu adalah tindakan yang menyimpang

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa tanaman galur 4D dan 5D padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 pada pengujian salinitas 25 mM NaCl menunjukkan respon pertumbuhan yang lebih baik

Namun satu yang menjadi kunci dari peranan public relations dalam organisasi nirlaba ini adalah mengedukasi publik terkait dengan situasi yang saat ini sedang dihadapi, serta

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis gastropoda dan mengetahui kepadatan populasi, kepadatan relative populasi, keanekaragaman spesies, dominasi dan

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rauf (2014), bahwa semakin tinggi nilai kuat tarik tegak lurus, maka kualitas papan partikel semakin baik karena

Indikasi dilakukan splenektomi antara lain kebutuhan transfusi darah yang meningkat, yakni melebihi 250 mL/kgBB/tahun (hipersplenisme dini), adanya pansitopenia pada pemeriksaan

metode analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui analisis skala likert (kriteria penilaian sangat efektif= 4, efektif=3, kurang efektif=2, dan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Café X bersaing pada atribut kesegaran bahan-bahan minuman, minuman yang ditawarkan di dalam menu selalu tersedia, rasa makanan

Dari 39 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Analisis Real dengan metode inkuiri dapat diketahui nilai kemampuan berpikir kritis matematis yang di atas 65 diraih oleh 8