• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN BUKAN

PEGAWAI Studi Kasus di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh:

Paulina Evita Oktavia NIM : 152114135

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN BUKAN

PEGAWAI Studi Kasus di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh:

Paulina Evita Oktavia NIM : 152114135

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.”

-Efesus 3:20-

Kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, berkat, dan kasih setia-Nya.

Orang tua dan keluarga besar dari penulis yang selalu mendukung dalam doa dan perbuatan selama studi.

Keluarga besar Akuntansi angkatan 2015 yang selalu berjuang dan berproses bersama.

Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali ilmu selama studi ini.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN BUKAN PEGAWAI Studi Kasus di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

dan dimajukan untuk diuji pada Tanggal 12 Juni 2019 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Paulina Evita Oktavia NIM : 152114135

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN BUKAN

PEGAWAI Studi Kasus di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

Beserta perangkat yang diberikan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tapa perlu memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Yogyakarta, 31 Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas anugerah, berkat dan kasih setia-Nya.

2. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. M. Trisnawati Rahayu, SE., M.Si., Ak., QIA., CA selaku Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Keluarga penulis yang banyak memberikan dukungan doa, motivasi dan

materi dalam menyelesaikan studi ini.

5. Edward Aria Jalu Taufan Putera, S.Pd yang selalu memberikan semangat dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Yoshinta Nuraviyanti dan Anastasia Hillaria selaku sahabat saya yang selalu memberikan motivasi, semangat dan berproses bersama.

(9)

viii

7. Teman-teman kelas MPAT yang telah membantu dalam memberikan saran dan dorongan dalam penulisan tugas akhir ini.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Juli 2019

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI…. ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAK ....….. ... xvi

ABSTRACT ....….. ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Pajak… ... 6

B. Penghasilan ... 6

C. Pajak Penghasilan ... 6

1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 6

2. Subjek Pajak. ... 7

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak. ... 10

(11)

x

5. Tidak Termasuk Objek Pajak ... 13

D. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) ... 17

1. Dasar Hukum PPh Pasal 21. ... 17

2. Pengertian PPh Pasal 21. ... 18

3. Pemotong PPh Pasal 21. ... 18

4. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21. ... 20

5. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21…... 22

6. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21. ... 23

7. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21. ... 24

8. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21. ... 25

9. Penghitungan PPh Pasal 21. ... 26

E. Pegawai ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36

1. Subjek Penelitian ... 36

2. Objek Penelitian ... 37

D. Data Penelitian ... 37

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Wawancara ... 38

2. Dokumentasi ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 39

1. Tahap penghitungan kembali PPh Pasal 21. ... 39

2. Tahap perbandingan penghitungan PPh Pasal 21 Bendahara Dinas Sosial DIY dengan penghitungan peneliti sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 ... 41

3. Tahap Kesimpulan. ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS SOSIAL DIY ... 51

(12)

xi

B. Profil Dinas Sosial DIY ... 51

C. Visi dan Misi Dinas Sosial DIY ... 51

D. Bagan Struktur Organisasi ... 52

E. Struktur Organisasi ... 50

F. Hubungan Dinas Sosial DIY dengan Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kota Yogyakarta ... 50

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54 B. Analisis Data ... 63 C. Pembahasan ... 83 BAB VI PENUTUP ... 86 A. Kesimpulan ... 86 B. Keterbatasan Penelitian ... 86 C. Saran…... 87 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN……… ... 90

(13)

xii

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 1. Besar PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) ... 28 Tabel 2. Tarif PPh Pasal 21 dan Tarif Pemotongan ... 30 Tabel 3. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 atas PKP ... 31 Tabel 4. Ketentuan Yang Berlaku Pada Pegawai Tidak Tetap Atau

Karyawan Lepas Harian/Borongan ... 31 Tabel 5. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap PNS... 32 Tabel 6. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Bagi Pegawai Tidak Tetap... 33 Tabel 7. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Bukan

Pegawai... 33 Tabel 8. Data Diri Pegawai di Dinas Sosial DIY ... 55 Tabel 9. Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap oleh Dinas Sosial DIY .... 57 Tabel 10. Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap oleh Dinas Sosial

DIY.. ... 59 Tabel 11. Penghitungan PPh Pasal 21 Bukan Pegawai oleh Dinas Sosial DIY .. 60 Tabel 12. Data Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap Menurut

Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 ... 61 Tabel 13. Data Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai Tidak Tetap

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 ... 62 Tabel 14. Data Hasil Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 ... 66 Tabel 15. Perbandingan Penghitungan Penghasilan Bruto Bagi Pegawai Tetap 70 Tabel 16. Perbandingan Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Pegawai Tetap .. 71 Tabel 17. Perbandingan Penghitungan PTKP Bagi Pegawai Tetap ... 72

(14)

xiii

Tabel 18. Perbandingan Penghitungan PKP Bagi Pegawai Tetap ... 73 Tabel 19. Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 Setahun Bagi Pegawai

Tetap ... 73 Tabel 20. Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 Sebulan Bagi Pegawai

Tetap ... 74 Tabel 21. Perbandingan Penghitungan Jumlah Upah Bagi Pegawai

Tidak Tetap ... 75

Tabel 22. Perbandingan Penghitungan Dasar Pemotongan Bagi Pegawai Tidak Tetap ... 76

Tabel 23. Perbandingan Penghitungan PKP Bagi Pegawai Tidak Tetap ... 76 Tabel 24. Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Pegawai

Tidak Tetap ... 77 Tabel 25. Perbandingan Penghitungan Jumlah Imbalan Bagi Bukan Pegawai ... 78 Tabel 26. Perbandingan Penghitungan Dasar Pemotongan Bagi

Bukan Pegawai ... 79 Tabel 27. Perbandingan Penghitungan PKP Bukan Pegawai ... 79 Tabel 28. Perbandingan Penghitungan PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai... 80

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Gambar I. Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial DIY ... 49

(16)

xv ABSTRAK

EVALUASI PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP, PEGAWAI TIDAK TETAP DAN BUKAN

PEGAWAI Studi Kasus di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian apakah hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji yang diterima oleh pegawai tetap, pegawai tidak tetap dan bukan pegawai di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam satu tahun pajak 2018 telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan cara membandingkan penghitungan Bendahara dengan penghitungan peneliti dan melihat kesesuaian penghitungan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh Bendahara dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah penghitungan PPh Pasal 21 yang dihitung oleh Bendahara untuk 2 (dua) pegawai tetap tidak sesuai dengan penghitungan PPh Pasal 21 yang dihitung berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016.

Kata Kunci: Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap, Pegawai Tidak Tetap dan Bukan Pegawai.

(17)

xvi ABSTRACT

EVALUATION OF CALCULATING OF INCOME TAX-ARTICLE 21 FOR WAGES PERMANENT EMPLOYEES, NON-PERMANENT

EMPOLOYEES AND NON-EMPLOYEES A Case Study at Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta

This study aimed to provide an assessment whether the amount of calculation of Income Tax Article 21 on the salary received by permanent employees, non-permanent employees and non-employees at Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta in a tax year of 2018 has been in accordance with the Regulation of the Director General of Tax No/ PER-16/PJ/2016.

Type of research conducted was case study. Data obtained by interviews and documentation. Data analysis technique in this study were done by comparing the calculated of the Treasure with the calculated of the researcher and saw the approprianteness of calculation of Article 21 Income Tax carried out by the Treasurer with Regulation of the Director General of Tax No/ PER-16/PJ/2016.

The conclusion of this study indicates that the calculated amount of Article 21 income tax calculated by the Treasurer for 2 (two) permanent employees was not in accordance with the calculation of Article 21 tax payable calculated based on Regulation of the Director General of Tax No. PER-16/PJ/2016.

Keywords: Calculation of Income Tax Article 21 Permanent Employees, non-permanent employees and non-employees.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang membutuhkan sumber pendanaan, salah satunya adalah pajak. Menurut Undang-Undang (UU) Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 1 ayat (1), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Pengenaan pajak atas subjek pajak penghasilan telah diatur dalam beberapa pasal pajak penghasilan, salah satunya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang telah diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016. Dalam PER-16/PJ/2016, Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lain yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

(19)

Salah satu Wajib Pajak yang berjalan dalam bidang sosial adalah Dinas Sosial DIY yang mempekerjakan pegawai dalam meningkatkan kualitasnya. Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Jalan Janti, Banguntapan, Kota Yogyakarta merupakan organisasi yang melakukan kegiatan sosial dan kewenangan serta tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah. Pegawai yang bekerja di Dinas Sosial Yogyakarta adalah 81 (delapan puluh satu) pegawai tetap, 2 (dua) pegawai tidak tetap dan 2 (dua) bukan pegawai. Setiap jasa atau pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dan bukan pegawai di Dinas Sosial Yogyakarta diberi imbalan berupa gaji, upah, dan tunjangan lain. Imbalan yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) harus dipotong PPh Pasal 21 yang menjadi tanggungan pemerintah sebagai sumber dana pembangunan.

Dinas Sosial DIY dalam melakukan penghitungan PPh Pasal 21 terutang bagi pegawai dan bukan pegawai dituntut mempunyai keahlian dan pengetahuan dalam melakukukan kewajiban perpajakannya. Berlakunya PER-16/PJ/2016 menjadi pedoman penting dalam menghitung PPh Pasal 21 atas pegawai yang bekerja agar dalam melakukan kewajiban perpajakannya tidak menimbulkan kesalahan dalam penghitungan yang nantinya dapat merugikan negara atas pajak terutang yang akan menjadi sumber pendapatan negara.

(20)

B. Rumusan Masalah

Runusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh pegawai tetap, pegawai tidak tetap dan bukan pegawai di Dinas Sosial DIY dalam satu tahun pajak 2018 telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka peneliti memfokuskan penghitungan untuk 2 (dua) pegawai tetap berdasarkan jenis penghasilan yang bersifat teratur. Sedangkan untuk pegawai tidak tetap, peneliti memfokuskan untuk penghitungan jenis penghasilan yang dibayarkan secara bulanan dan untuk bukan pegawai, peneliti memfokuskan untuk penghitungan berdasarkan jenis penghasilan berupa imbalan jasa yang bersifat berkesinambungan.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh pegawai tetap, pegawai tidak tetap dan bukan pegawai di Dinas Sosial DIY dalam satu tahun pajak 2018 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016.

(21)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan menambah kepustakaan dalam bidang penelitian perpajakan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Dinas Sosial DIY

Penelitian ini diharapkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat memberikan evaluasi mengenai penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai dan bukan pegawai.

3. Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam bidang penelitian dan wawasan dalam bidang perpajakan.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini akan dilaporkan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

(22)

Bab II Kajian Pustaka

Bab II membahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk mendukung proses penelitian. Teori-teori yang relevan, ditulis dan dibahas pada bab ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab III menguraikan dengan jelas mengenai jenis penelitian, waktu dan tempat, subjek dan objek penelitian, jenis data penelitian, cara pengumpulan data, dan teknik analisis.

Bab IV Gambaran Umum Dinas Sosial DIY

Bab IV membahas mengenai informasi dari Dinas Sosial DIY secara umum mulai dari gambaran umum, profil, visi, misi, bagan struktur organisasi dan penjelasan struktur organisasi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab V membahas mengenai deskripsi data, analisis data dan pembahasan.

Bab VI Penutup

Bab VI berisi kesimpulan dari hasil analisis data, keterbatasan penelitian, dan saran dari penulis

(23)

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pajak

Menurut Diana dan Setiawati (2014:1), “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

B. Penghasilan

Menurut TmBooks (2015:2), “Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

C. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

a. Pengertian Pajak Penghasilan menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-16/PJ/2016 Pasal 1 ayat 2-3:

Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan

(24)

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

b. Pengertian Pajak Penghasilan menurut TmBooks (2015:2), “PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu pajak”.

2. Subjek Pajak

Subjek pajak menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1) sampai (4) adalah:

a. Orang Pribadi.

Orang pribadi sebagai pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun luar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Warisan yang belum terbagi satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

(25)

c. Badan.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuann baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

d. Bentuk Usaha Tetap.

Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakaannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.

e. Subjek Pajak Dalam Negeri.

Subjek pajak dalam negeri adalah:

1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,

(26)

lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

3) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a) Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Penapatan dan Belanja Daerah.

c) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

d) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

e) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

f) Subjek Pajak Luar Negeri. Subjek pajak luar negeri adalah:

1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

(27)

12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3. Tidak Termasuk Subjek Pajak

Yang tidak termasuk subjek pajak menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 3 adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing.

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

(28)

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat: 1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

4. Objek Pajak.

Objek pajak menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) adalah:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk:

1) Keuntungan karena penglihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

(29)

2) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.

3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.

4) Keuntungan karena pengalihan harta beruba hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjuut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

5) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak. f. Bunga termasuk premium diskonto, dan imbalan karena

(30)

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. Keuntungan karena

pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

k. Keuntungan selisih kurs mata uang asing. l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. m. Premi asuransi.

n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggota yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

o. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

p. Penghasilan dari usaha berbasis syariah. q. Imbalan bunga.

r. Surplus Bank Indonesia. 5. Tidak Termasuk Objek Pajak

Tidak termasuk dalam objek pajak menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) adalah:

(31)

1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

b. Warisan.

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti penyertaan modal.

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara

(32)

final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.

2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

(33)

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau instansi yang membidanginya yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

(34)

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

D. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) 1. Dasar Hukum PPh Pasal 21

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007.

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peratuuran Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2008 Tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

e. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

(35)

PER-57/PJ/2009 Tentang Pedoman Tekknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.

f. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. 2. Pengertian PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi pada pasal 1 ayat (2) adalah:

“PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan”.

3. Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 2 adalah:

(36)

a. Pemberi kerja yang terdiri dari: 1) Orang pribadi.

2) Badan.

3) Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, atau unit tersebut.

b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar:

1) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang

(37)

melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

2) Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri; 3. honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan pelatihan, serta pegawai magang.

e. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.

4. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 3 adalah orang pribadi yang merupakan:

a. Pegawai.

b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya. c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan

(38)

1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

3) Olahragawan.

4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. 5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

7) Agen iklan.

8) Pengawas atau pengelola proyek.

9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

10) Petugas penjaja barang dagangan. 11) Petugas dinas luar asuransi.

12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

d. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

(39)

e. Mantan pegawai.

f. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:

1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

2) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja. 3) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu. 4) Peserta pendidikan dan pelatihan. 5) Peserta kegiatan lainnya.

5. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

Tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 4 adalah:

a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

(40)

b. Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

6. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21.

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 5 adalah:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

c. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewatijangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja.

d. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.

e. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.

f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan

(41)

nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

g. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

h. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

i. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

7. Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21.

Tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 8 adalah:

a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah.

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara

(42)

tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

8. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21.

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 9 adalah:

a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi: 1) Pegawai Tetap.

2) Penerima pensiun berkala.

3) Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah).

(43)

4) Bukan Pegawai yang bersifat berkesinambungan.

b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah).

9. Penghitungan PPh Pasal 21.

Penghasilan PPh Pasal 21 merupakan proses yang dilakukan oleh wajib pajak yang memiliki kewajiban melakukan pemotongan pajak penghasilan untuk menentukan berapa jumlah pajak terutang atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri. Dalam melakukan penghitungan PPh Pasal 21 terdapat komponen-komponen penghitungan yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Penghasilan Bruto

Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER 16/PJ/2016 Pasal 10 ayat (1). Jumlah penghasilan bruto diperoleh dari seluruh jumlah penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam satu periode atau pada saat dibayarkan.

b. Pengurang Penghasilan Bruto

Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER 16/PJ/2016 Pasal 10 ayat (3). Pengurangan penghasilan bruto adalah:

(44)

1) Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun.

2) Iuran Pensiun, iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.02/2008 pada pasal 1 ayat (5), besarnya iuran pensiun bagi PNS adalah sebesar 4,75% dari jumlah gaji dan tunjangan keluarga.

c. Penghasilan Neto

Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER 16/PJ/2016 Pasal 10 ayat (4), Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.

(45)

d. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 101/PMK.010/2016

Tabel 1. Besar PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) No

.

Keterangan Besarnya

1 Untuk diri wajib pajak orang pribadi. Rp 54.000.000 2 Tambahan untuk wajib pajak yang

kawin.

Rp 4.500.000 3 Tambahan untuk seorang istri yang

digabung dengan penghasilan suami.

Rp 54.000.000 4 Tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah dan keluarga lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Rp 4.500.000

PTKP Untuk Laki-laki Tidak Kawin dan Wanita Kawin/tidak kawin

1 Tidak Kawin tanpa ada tanggungan. Rp 54.000.000 2 Tidak Kawin dengan 1 tanggungan. Rp 58.500.000 3 Tidak Kawin dengan 2 tanggungan. Rp 63.000.000 4 Tidak Kawin dengan 3 tanggungan. Rp 63.500.000

PTKP Untuk Laki-laki Kawin Isteri Tidak Bekerja 1 Kawin tanpa ada tanggungan. Rp 58.500.000 2 Kawin dengan 1 tanggungan. Rp 63.000.000 3 Kawin dengan 2 tanggungan. Rp 67.500.000 4 Kawin dengan 3 tanggungan. Rp 72.000.000

PTKP Untuk Laki-laki Kawin Isteri Bekerja

1 Kawin isteri bekerja tanpa tanggungan. Rp 112.500.000 2 Kawin isteri bekerja dengan 1

tanggungan.

Rp 117.000.000 3 Kawin isteri bekerja dengan 2

tanggungan.

Rp 112.500.000 4 Kawin isteri bekerja dengan 3

tanggungan.

Rp 126.00.000 Sumber: Data diolah dari PMK Nomor 101/PMK.010/2016

(46)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi karyawati diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Pasal 11:

1) Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri. 2) Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri

ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

e. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016 Pasal 10 ayat (2a). Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari penghasilan neto dikurangi PTKP. Berdasarkan Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: PER-16/PJ//2016 Pasal 14 ayat (8). Jumlah PKP sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh.

f. PPh Pasal 21 Terutang

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ//2016 Pasal 21.

1) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

2) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa Pajak.

(47)

3) Saat terutang untuk setiap Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

g. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif pajak sebagai dasar menghitung PPh Pasal 21, diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 1 huruf a. Tarif pemotongan pajak yang berlaku diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 pada pasal 14. Besarnya tarif PPh Pasal 21 dan Tarif Pemotongan PPh Pasal atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2. Tarif PPh Pasal 21 dan Tarif daftar Pemotongan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah)

5% (lima persen) Di atas Rp 50.000.0000 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

Di atas Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

25% (dua puluh lima

persen) Di atas Rp Rp 500.000.000 (lima ratus juta

rupiah)

30% (tiga puluh lima

persen) Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016

(48)

Tabel 3. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 atas PKP

No. Rumus Pemotongan PPh Pasal 21 atas PKP

1 Pegawai Tetap Penghasilan Bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua (JHT), dan dikurangi PTKP.

2 Bukan Pegawai 2.1 Bukan Pegawai Berkesinambunngan Memperoleh PTKP

50% dikali Penghasilan Bruto dikurangi dengan PTKP sebulan kemudian dikalikan tarif Pasal 17 dihitung secara kumulatif.

2.2 Bukan Pegawai Berkesinambungan Tidak Memperoleh PTKP

50% dikali Penghasilan Bruto kemudian dikalikan tarif Pasal 17 dihitung secara kumulatif.

3 Pegawai Tidak Tetap

Penghasilan Bruto dikurangi dengan PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.

Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Tabel 4. Ketentuan Yang Berlaku Pada Pegawai Tidak Tetap Atau Karyawan Lepas Harian/Borongan

Jenis Penghasilan Tarif Dasar Pengenaan Pajak Upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah

borongan, uang saku harian tidak

dibayarkan secara bulanan

5% Tidak dipotong pajak, jika upah sehari tidak melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif sebulan tidak melebihi Rp4.500.000. Upah sehari – Rp450.000 jika upah sehari melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif sebulan tidak melebihi Rp4.500.000. Upah sehari – PTKP yang sebenarnya sehari, jika jumlah upah kumulatif sebulan telah melebihi Rp4.500.000 dan tidak melebihi Rp10.200.000. Upah dibayarkan secara bulanan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

PKP Setahun = penghasilan bruto disetahunkan – PTKP setahun

(49)

h. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Tabel 5. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai Tetap PNS Keterangan Jumlah Penghasilan Bruto Gaji Setahun XXX Tunjangan Isteri/suami XXX Tunjangan Anak XXX

Jumlah Gaji dan Tunjangan XXX

Tunjangan Perbaikan Penghasilan XXX

Tunjangan Beras XXX

Tunjangan Fungsional/struktural XXX

Tunjangan Khusus XXX

Tunjangan Lain-lain XXX

Jumlah Penghasilan Bruto XXXX

Pengurangan

Biaya jabatan/biaya pensiunan atas penghasilan bruto (XXX) Iuran pensiun atau iuran THT/JHT (XXX)

Jumlah pengurang (XXX)

Jumlah penghasilan Neto XXX

Jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 (setahun/disetahunkan)

XXX Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Sesuai Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016

(XXX)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) XX

PPh Pasal 21 Terutang Setahun XX

5% x PKP XX

15% x PKP XX

25% x PKP XX

30% x PKP XX

Jumlah PPh Pasal 21 Terutang Setahun XX Sumber: Formulir Bukti Potong 1721-A2

(50)

Tabel 6. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tidak Tetap

Keterangan Jumlah

Upah diterima XXX

Jumlah Pengurang sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016

(XXX)

Penghasilan Kena Pajak XX

PPh Pasal 21 Terutang sesuai dengan tarif pasal 17 XX Sumber: Resmi (2016:186)

Tabel 7. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Bukan Pegawai

Keterangan Jumlah

Menerima Penghasilan Bersifat Berkesinambungan PPh 21 = ((50% x Penghasilan Bruto)-PTKP Sebulan) x Tarif Pasal 17.

XXX

Menerima Penghasilan Bersifat Berkesinambungan Tidak Mendapatkan PTKP

PPh 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17 XXX Menerima Penghasilan Tidak Berifat Berkesinambungan PPh 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17 XXX Sumber: Resmi (2016:187)

E. Pegawai

Pengertian pegawai diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Pasal 1, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain

(51)

yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri.

a. Pegawai Tetap

Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

b. Pegawai Tidak Tetap

Pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

c. Bukan Pegawai orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan. Contoh bukan pegawai adalah:

1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

(52)

peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

3) Olahragawan.

4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. 5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

7) Agen iklan.

8) Pengawas atau pengelola proyek.

9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

10) Petugas penjaja barang dagangan. 11) Petugas dinas luar asuransi; dan/atau

12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

(53)

36 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisasi dengan baik (Sumarni, 2006:49).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamat di Jalan Janti, Kecamatan Banguntapan, Modalan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55198.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan April 2019.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Pegawai Tetap, Pegawai Tidak Tetap, dan Bukan Pegawai penerima penghasilan berkesinambungan di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta.

(54)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah daftar pegawai, daftar gaji pegawai, bukti potong Form 1721-A2 dan bukti potong PPh Pasal 21 oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta selama tahun 2018.

D. Data Penelitian

1. Gambaran umum Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

2. Data diri pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai di tahun 2018.

3. Daftar gaji pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai selama tahun 2018.

4. Data hasil penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun pajak 2018.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Sampling Purposive. Menurut Sugiyono (2017:144) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jumlah pegawai di Dinas Sosial DIY terdapat 85 (delapan puluh lima) orang yang terdiri dari 81 (delapan puluh satu) pegawai tetap, 2 (dua) pegawai tidak tetap dan 2 (dua) bukan pegawai. Dalam penentuan sampel ini berlaku untuk pegawai tetap yang dipilih 2 (dua) pegawai berdasarkan strata atau kedudukan yang paling tinggi dan dipilih berdasarkan jenis kelamin di beberapa bidang yang ada yaitu Drs. Pramujaya Hadi Prianto dengan

(55)

jabatan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Gatot Yulianto, S.H dengan jabatan Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial. Sedangkan untuk pegawai tidak tetap dan bukan pegawai tidak dilakukan penerapan sampel karena jumlah pegawai sudah mewakili untuk dijadikan subjek penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:410). Dalam penelitian ini, pihak yang diwawancarai adalah ketua dan bendahara di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menganalisis dokumen-dokumen terkait daftar pegawai, daftar gaji, data hasil penghitungan dan bukti potong PPh Pasal 21 di Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan teknik deskriptif komparatif. Menurut Sugiyono (2012:29), “Deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya”. Menurut Sugiyono (2012:36), “Komparatif adalah membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”.

(56)

Teknik analisis data yang akan dilakukan oleh penulis meliputi 3 (tiga) tahap yaitu:

1. Tahap penghitungan kembali PPh Pasal 21.

Melakukan penghitungan kembali Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap, pegawai tidak tetap dan bukan pegawai Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016.

a. Formula penghitungan kembali PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 sebagai berikut: Keterangan Jumlah Penghasilan Bruto Gaji Setahun XXX Tunjangan Isteri/suami XXX Tunjangan Anak XXX

Jumlah Gaji dan Tunjangan XXX

Tunjangan Perbaikan Penghasilan XXX

Tunjangan Beras XXX

Tunjangan Fungsional/struktural XXX

Tunjangan Khusus XXX

Tunjangan Lain-lain XXX

Jumlah Penghasilan Bruto XXXX

Pengurangan

Biaya jabatan/biaya pensiunan atas penghasilan bruto

(XXX) Iuran pensiun atau iuran THT/JHT (XXX)

Jumlah pengurang (XXX)

Jumlah penghasilan Neto XXX

Jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 (setahun/disetahunkan)

XXX Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Sesuai

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016

(57)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) XX

PPh Pasal 21 Terutang Setahun XX

5% x PKP XX

15% x PKP XX

25% x PKP XX

30% x PKP XX

Jumlah PPh Pasal 21 Terutang Setahun XX

b. Formula penghitungan kembali PPh Pasal 21 bagi pegawai tidak tetap sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 sebagai berikut:

Jenis Penghasilan Tarif Dasar Pengenaan Pajak Upah harian, upah

mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian tidak dibayarkan secara bulanan

5% Tidak dipotong pajak, jika upah sehari tidak melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif sebulan tidak melebihi Rp4.500.000. Upah sehari – Rp450.000 jika upah sehari melebihi Rp450.000 dan jumlah kumulatif sebulan tidak melebihi Rp4.500.000. Upah sehari – PTKP yang sebenarnya sehari, jika jumlah upah kumulatif sebulan telah melebihi Rp4.500.000 dan tidak melebihi Rp10.200.000. Upah dibayarkan secara

bulanan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh PKP Setahun = penghasilan bruto disetahunkan – PTKP setahun

(58)

c. Formula penghitungan kembali PPh Pasal 21 bagi bukan pegawai sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 sebagai berikut:

Penghasilan Bruto xxx

Dasar Pemotongan PPh Pasal 21

(50% x penghasilan bruto) xxx Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) __xxx – Penghasilan Kena Pajak (PKP) xxx PPh Pasal 21

(Penerapan tarif pasal 17) xxx

2. Tahap perbandingan penghitungan PPh Pasal 21 Bendahara Dinas Sosial DIY dengan penghitungan peneliti sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 sebagai berikut:

a. Membandingkan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap

Dari hasil penghitungan kembali yang telah dilakukan, peneliti akan melakukan langkah evaluasi untuk masing-masing komponen sebagai berikut:

1) Cara Penghitungan Penghasilan Bruto.

2) Cara Penghitungan Penghasilan Neto.

(59)

4) Cara Penghitungan PKP.

5) Cara Penghitungan PPh Pasal 21.

b. Membandingkan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tidak Tetap

Dari hasil penghitungan kembali yang telah dilakukan, peneliti akan melakukan langkah evaluasi untuk masing-masing komponen sebagai berikut:

1) Cara Penghitungan Jumlah Upah Diterima.

2) Cara Penghitungan Dasar Pemotongan.

3) Cara Penghitungan PKP.

4) Cara Penghitungan PPh Pasal 21.

c. Membandingkan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai

Dari hasil penghitungan kembali yang telah dilakukan, peneliti akan melakukan langkah evaluasi untuk masing-masing komponen sebagai berikut:

1) Cara Penghitungan Jumlah Imbalan.

2) Cara Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak.

3) Cara Penghitungan PKP.

(60)

3. Tahap Kesimpulan

Menarik kesimpulan berdasarkan hasil perbandingan komponen-komponen penghitungan pajak penghasilan pasal 21. Kesimpulan yang diambil oleh penulis dilihat dari kesesuaian atau ketidaksesuaian untuk masing-masing komponen penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pegawai Tetap

1) Penghitungan Penghasilan Bruto dikatakan sesuai bila pada jumlah gaji pokok setahun mencerminkan seluruh gaji yang diterima selama satu tahun, ditambah tunjangan istri 10% dari gaji pokok, ditambah tunjangan anak 2% dari gaji pokok dan ditambah jumlah tunjangan-tunjangan yang diterima masing-masing pegawai.

2) Penghitungan Penghasilan Neto dikatakan sesuai bila didapat dari penghasilan bruto dikurangi dengan pengurang penghasilan bruto.

(61)

3) Penghitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dikatakan sesuai jika penentuan dan penghitungan besaran PTKP berdasarkan status PTKP pegawai per 1 Januari 2016.

4) Penghitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) dikatakan sesuai bila Penghasilan Neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

5) Penghitungan PPh Pasal 21 dikatakan sesuai jika tarif Undang-Undang PPh Pasal 17 ayat 4 dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) dibulatkan penuh kebawah.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak Sampai dengan Rp50.000.000

(lima puluh juta rupiah)

5% (lima persen) Di atas Rp50.000.0000 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15% (lima belas

persen)

Di atas Rp250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

25% (dua puluh lima

persen) Di atas Rp Rp500.000.000 (lima

ratus juta rupiah)

30% (tiga puluh lima

Gambar

Tabel 18. Perbandingan Penghitungan PKP Bagi Pegawai Tetap ...................... 73  Tabel 19
Tabel 1. Besar PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)  No
Tabel 3. Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 atas PKP
Tabel 5. Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pegawai  Tetap PNS   Keterangan  Jumlah  Penghasilan Bruto  Gaji Setahun  XXX  Tunjangan Isteri/suami  XXX  Tunjangan Anak  XXX
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kami beritahukan bahwa kiriman barang dari saudara berupa 250 sak semen Gersik sudah kami terima dengan baik.Setelah kami timbang, kami merasa terkejut karena berat rata-rata

Karakteristik komunitas Muslim di Sitiarjo dapat dipilah menjadi dua ranah lapisan masyarakat yakni masyarakat Muslim awam dan kalangan elit yang meliputi para tokoh agama maupun

Dari deskripsi hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat keterampilan teknik dasar bermain futsal siswa pada tim futsal putra dan tim futsal putri di

Halaman ini menampilkan informasi tarif pengiriman produk sesuai dengan kota tujuan pengiriman dan berat produk, admin yang terdaftar dapat memperbaharui, menambah

Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5

temperatur sintering dapat meningkatkan kekuatan tekan komposit kanvas rem pada tekanan kompaksi awal 508 MPa pada temperatur sintering 150 dan 160 o C. 4) Tekanan

Bagian tubuh yang paling sering mengalami sakit pada penggunaan meja sortasi sebelum perancangan ulang adalah area punggung.. Pekerja melakukan sortasi biji kopi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah ini yang berjudul: Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Penegakan Hukum Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Di Wilayah Negara Republik