• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescent L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG KOTORAN KAMBING PADA TANAH ULTISOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescent L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG KOTORAN KAMBING PADA TANAH ULTISOL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN CABE RAWIT (Capsicum frutescent L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

KANDANG KOTORAN KAMBING PADA TANAH ULTISOL

RESPONSE OF PLANT GROWTH AND PRODUCTION FROM CAYYENE

PEPER(Capsicum frutescensL.)ON GOAT DUNG MANURE GIVING ON THE ULTISOL LAND Mega Silvia1, Gt. M. Sugian Noor2, dan M. Ermayn Erhaka2

1

Alumni Program Sarjana Fakultas Pertanian UNLAM

2

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNLAM Jl. Jend. A. Yani Km.36 PO Box 1028 Banjarbaru 70714

ABSTRACT

The average production of the 2009 National cayenne is 5,89 tha-1whilein South Kalimantan in 2009 is 4,4 tha-1. South Kalimantan with a total area of 3,689,555 hectares, hasan area of 1,256,648 ha of dry land. Dry landis dominated by mineral soil sincluding podzolic soil. Inorganic farming many farmersuse manure. One of the considerable potential of livestockas a source oforganic fertilizeris agoat. This study aims to (i) To assess the effect of goat manure on growth and yield of chilli plants, (ii) Finding dose goat manure that can provide growth and good yield. Researce chili was conducted atthe Faculty of Agriculture Green house owned UNLAM Banjarbaru, held in April 2012 until August 2012. This research husing randomized block design. The treatment in this study consisted of 8 fertilizer level, is(k1) 2,5 tha-1 (k2) 5,0 tha-1, (k3) 7,5 tha-1, (k4) 10,0 tha-1, (k5) 12,5 tha-1, (k6) 15,0 tha-1 (k7) 17,5 tha-1, (k8) 20,0 tha-1. Eachtreatment was repeated with 3 (three) replications and eachexperimental unit consists of 2 (two) polybag, so getas many as 48 experimental units. Dosing goat dung manure 10 tha-1 produces the best value on plant height, stem diameter, number of branches, plant age at harvest first, planting fruit number and weight offresh fruit crop. However, to the best plant dry weight produce dingoat dung manure 15 t ha-1.

Keywords: chilli pepper, goat dung manure, Ultisol ABSTRAK

Rata-rata produksi cabai rawit Nasional tahun 2009 yakni 5,89 t ha-1 sedangkan di Kalimantan Selatan pada tahun 2009 yakni 4,4 t ha-1.Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 3.689.555 ha, memiliki lahan kering seluas 1.256.648 ha.Lahan kering ini didominasi oleh tanah mineral diantaranya tanah ultisol.Dalam kegiatan pertanian organik kebanyakan petani menggunakan pupuk kandang.Salah satu ternak yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing. Penelitian ini bertujuan untuk (i) Mengetahui pengaruh pupuk kotoran kambing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabe rawit, (ii) Mengetahui tingkat tarakaran pupuk kotoran kambing yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman cabe rawit terbaik.Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca milik Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru di Jl. Unlam II Banjarbaru, dilaksanakan bulan April 2012 sampai Agustus 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 8 taraf takaran pupuk, yaitu (k1) 2,5 t ha-1 (k2) 5,0 t ha -1 , (k3) 7,5 t ha -1 , (k4) 10,0 t ha -1 , (k5) 12,5 t ha -1 , (k6) 15,0 t ha -1 (k7) 17,5 t ha -1 , (k8) 20 t ha -1 . Masing-masing perlakuan diulang dengan 3 (tiga) kali ulangan dan setiap satuan percobaan terdiri atas 2 (dua) polybag, sehingga didapat sebanyak 48 satuan percobaan. Pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing 10 t ha-1 menghasilkan nilai terbaik pada tinggi tanaman, diameter batang, jumlah buku cabang, umur tanaman saat panen pertama, jumlah buah pertanaman, dan berat buah segar pertanaman. Namun untuk berat kering tanaman terbaik dihasilkan pada pemberian pupuk kandang kotoran kambing 15 t- ha-1.

Kata kunci : Cabe rawit, Pupuk kandang kotoran kambing, ultisol. PENDAHULUAN

Rata-rata produksi cabai rawit Nasional tahun 2009 yakni 5,89 t ha-1 sedangkan di Kalimantan Selatan pada tahun 2009 yakni 4,4 t ha-1. Hal ini disebabkan tidak menentunya musim, juga penanganan cara budidaya tanaman cabai rawit kurang maksimal, misalnya soal pengairan yang masih mengandalkan hujan, dan penggunaan benih

yang kurang terseleksi, serta pemberian pupuk yang belum optimal.

Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 3.689.555 ha, memiliki lahan kering seluas 1.256.648 ha. Lahan kering ini didominasi oleh tanah mineral asam diantaranya tanah ultisol seluas 838.312 ha atau sekitar 66,71 % dari seluas lahan kering yang ada. Tanah ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, namun ada

(2)

beberapa kendala yang harus diatasi (Syamsuriah, 2001 dalam Muchyar, 2005).Kendalanya adalah tanah ultisol mempunyai horison argilik dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35%. Terdapat timbunan oksida besi bebas, pH rendah (masam) berkisar antara 4,5-5,3 menyebabkan pelarutan Al, Fe, Mn tingggi, fiksasi P dan aktivitas mikroba rendah; kandungan bahan organik (K, Ca, Mg, dan Cu) rendah, bahan organik mudah tererosi, flora dan fauna yang menguntungkan tidak aktif (Soesimun, 1989 dalam Muchyar, 2005).

Dalam kegiatan pertanian organik kebanyakan petani menggunakan pupuk kandang.Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan seperti sapi, kambing, ayam, dan kotoran kelelawar.Salah satu ternak yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing. Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran yang agak sukar pecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya masih di antara 20-25. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N kurang dari 20, sehingga pupuk kandang kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Kadar hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kerbau, namun lebih rendah dibandingkan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, babi, dan kuda.Kandungan unsur hara dari beberapa sumber pupuk kandang padat dapat dilihat pada Lampiran 4. Sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan dengan pupuk kandang lainnya (Hartatik dan Widowati, 2007).

Pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing memiliki beberapa keunggulan, yaitu memiliki kadar K yang lebih tinggi dari pada kadungan K pada pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kerbau, namun lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, babi, dan kuda. Unsur K sendiri sangat berperan penting dalam hal metabolisme pada bagian tubuh tanaman serta berperan penting dalam pembentukan buah bagi tanaman.Dengan pemberian pupuk kandang juga dapat berperan dalam hal memperbaiki struktur tanah, memperbaiki porositas tanah, sebagai pengikat unsurlogam di dalam tanah (kelat) dan dapat membantu mengikat air di dalam tanah untuk menjaga kelembaban tanah.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui pengaruh pupuk kotoran kambing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabe rawit, dan (2) Mengetahui tingkat tarakaran pupuk kotoran kambing yang mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman cabe rawit terbaik.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca

Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru.Penelitian dilaksanakan dari bulan Apri - Agustus 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalahmedia tanam (tanah ultisol), benih (Cabe rawit F1 Bhaskara), pupuk kandang kotoran kambing, pestisida (Bio Cun), kain, dan polybag (ukuran 20x30 cm).Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, ayakan (2 mm), timbangan, gembor, bambu, meteran, dan alat tulis.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang dilgunakan di rumah kaca adalah rancangan perlakuan faktor tunggal, sedangkan rancangan lingkungan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktor Tunggal. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri atas 8 (delapan) taraf takaran pupuk kandang kotoran kambing, yaitu : k1= 2,5 t ha -1 (75 g tanaman-1) k2= 5,0 t ha -1 (150 g tanaman-1) k3 = 7,5 t ha -1 (225 g tanaman-1) k4 = 10 t ha -1 (300 g tanaman-1) k5 = 12,5 t ha -1 (375 g tanaman-1) k6 = 15,0 t ha -1 (450 g tanaman-1) k7 = 17,5 t ha -1 (525 g tanaman-1) k8 = 20,0 t ha -1 (600 g tanaman-1)

Masing-masing perlakuan diulang dengan 3 (tiga) kali ulangan, pengelompokkan dibagi berdasarkan jumlah daun pada tanaman, yaitu dibagi menjadi (dua) 2 kelompok dan setiap satuan percobaan terdiri atas 2 (dua) tanaman, sehingga didapat sebanyak 48 satuan percobaan.

Pengamatan

Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman,diameter batang, jumlah buku cabang, jumlah buah pertanaman, berat buah segar pertanaman, dan berat kering tanaman.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah uji F dengan taraf nyata 1% dan 5%, sedangkan untuk uji beda nilai tengah menggunakan DMRT dengan taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil analisis ragam takaran pupuk kandang kotoran kambing terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 14 dan 21 hari sangat berpengaruh nyata, sedangkan pada tanaman umur 28, 35, dan 42 hst berbeda sangat nyata. Hasil uji nilai tengah pupuk kandang kotoran kambing terhadap rata-rata tinggi tanaman cabe rawit pada umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (hst) dapat dilihat pada tabel 1.

(3)

Pada usia 14 hst, 21 hst, dan 28 hst terlihat ukuran tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada beberapa takaran pupuk kandang, namun pada usia 35 hst dan 42 hst ukuran tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada pemberian takaran pupuk kotoran kambing yang sama, yaitu pada takaran 15 t ha-1. Ini dikarenakan pada usia 14 hst, 21 hst, dan 28 hst tanaman sedang mengalami masa pertumbuhan vegetatif dan memasuki fase pertumbuhan cepat, dimana usur hara yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman sangat besar, sedangkan pada usia 35 hst dan 42 hst tanaman mulai memasuki fase pertumbuhan lambat karena menjelang masa pertumbuhan generatif sehingga ketika unsur hara yang diserap telah terpenuhi maka tanaman tidak akan menyerap unsur hara yang besar lagi, namun akan menyerap unsur hara sesuai dengan kebutuhan pada masa pertumbuhan generatif saja. Hal ini sejalan dengan pernyataan Arga (2010), pada fase muda umumnya terjadi laju tumbuh yang terbesar (tumbuh secara exponensial). Merupakan fase yang peka terhadap persaingan. Pertumbuhan secara exponensial dimaksudkan untuk memenangkan persaingan dan menunjang perkembangan tanaman selanjutnya (apabila fase vegetatif kurus, maka akan berpengaruh terhadap produksi), selanjutnya akan memasuki fase masak dan menua.

Diameter Batang

Berdasarkan hasil analisis ragam takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata diameter batang tanaman umur 14 hst dan 35 hst. Pada tanaman umur 28 hst tidak berbeda nyata. Pada umur 21 dan 42 hst takaran pupuk kotoran kambing berbeda sangat nyata. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata ukuran diameter batang tanaman cabe rawit pada umur 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam (hst) dapat dilihat pada tabel 2.

Peningkatan diameter batang dalam merespon pemberian pupuk kandang dimulai dari pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan takaran 10 t ha-1 walau diperoleh beberapa takaran terbaik setiap minggunya dalam memperoleh ukuran diameter batang terbesar. Ini dikarenakan pemberian dengan takaran pupuk kandang 10 t ha-1 jika dibandingkan dengan takaran yang lebih banyak, seperti 12,5 t ha-1 15 t ha-1, 17,5 t ha-1, dan 20 t ha-1 tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perubahan ukuran diameter batang, sehingga dalam efisiensi penggunaaan pupuk kandang kotoran kambing diperoleh yang terbaik adalah dengan takaran 10 t ha-1.

Tabel 1. Hasil uji ntpemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing terhadap rata-rata tinggi tanaman

Table 1.The test results mean dosing goat dung manureon the average plant height

Perlakuan Tinggi Tanaman (Centimeter) Umur

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst

k1 = 2,5 t ha -1 16,25a 21,67a 34,83a 46,67a 50,83a

k2 = 5,0 t ha -1 17,58ab 22,92ab 38,33a 51,00a 54,17ab

k3 = 7,5 t ha -1 17,92ab 24,42abc 44,58b 57,92b 59,17bc k4 = 10,0 t ha-1 19,33b 25,67bc 46,17b 60,67b 67,00cd k5 = 12,5 t ha-1 17,75ab 26,67c 47,83b 62,17b 67,50cd k6 = 15,0 t ha-1 18,83b 26,67c 44,17b 64,42b 71,50d k7 = 17,5 t ha-1 18,67b 26,25bc 45,08b 61,67b 65,17cd k8 = 20,0 t ha -1 18,83b 26,92c 45,58b 61,17b 70,50d

Ket. : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 2. Hasil uji nt pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata ukuran diameter batang

Table 2.The test results mean dosing goat dung manure with an average stem diameter Perlakuan Diameter batang (milimeter) umur

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst k1 = 2,5 t ha

-1

2,88a 4,15a 5,42 5,18a 5,95a

k2 = 5,0 t ha -1

3,18abcd 4,62ab 5,32 6,13ab 6,48ab k3 = 7,5 t ha -1 3,37bcd 4,70bc 5,50 6,85b 6,56ab k4 = 10,0 t ha -1 3,63d 5,18cd 5,70 6,40b 6,38ab k5 = 12,5 t ha -1 3,43cd 4,82bcd 5,75 6,63b 6,55ab k6 = 15 t ha -1 3,05ab 5,10bcd 5,98 6,48b 6,58ab k7 = 17,5 t ha -1 2,95ab 5,08bcd 6,20 6,95b 7,02bc k8 = 20,0 t ha -1 3,15abc 5,37d 6,27 6,48b 7,70c

Ket. : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

(4)

Mutaqin (2010) pola peningkatan diameter batang dalam merespon pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing, diameter batang tertinggi justru dicapai pada pemberian pupuk kandang kotoran kambing dengan takaran 15 t ha-1.Hal ini menjelaskan bahwa kelebihan nutrisi yang diberikan pupuk kandang kotoran kambing pada takaran 15 t ha-1 yang tidak lagi digunakan untuk meningkatkan tinggi tanaman ternyata digunakan untuk menambah diameter batang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh, dimana tinggi tanaman tidak berubah secara signifikan pada takaran yang lebih besar dari pada 15 t ha-1, namun terlihat signifikan pada peningkatan diameter batang, dimana takaran yang diberikan adalah 15 t ha-1 hingga takaran 25 t ha-1.

Jumlah Buku Cabang

Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan jumlah buku cabang pertanaman menunjukkan hasil berbeda nyata. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan jumlah buku cabang pertanaman dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata jumlah buku cabang pertanaman.

Table3.The test results mean different dosing goat dung manure with the average number of book scropping branches.

Ket. : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada hasil uji beda nilai tengah jumlah buku cabang terbanyak terdapat pada pemberian takaran pupuk 20 t ha-1 dimana jumlah buku cabang yang dihasilkan sebanyak 105,77 buku, namun jika dibandingkan dengan takaran pupuk kotoran kambing 10 t ha-1 tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Jumlah buku cabang sebenarnya berkaitan dengan tinggi tanaman.semakin tinggi tanaman, maka jumlah buku cabang produktif yang menghasilkan bunga akan semakin banyak. Namun jumlah buku cabang pada tanaman tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah buah yang

dihasilkan, karena tidak semua bunga yang muncul akan berubah menjadi buah, hal ini dikarenakan faktor lingkungan dan faktor serangan hama penyakit.

Jumlah buku memiliki arti yang penting dalam menentukan produksi tanaman. Sebagaimana diketahui bahwa pada bagian buku terdapat meristem lateral sebagai tempat inisiasi bunga yang akan menjadi buah pada fase generatif jika tanaman mendapatkan suplai unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang cukup. Hal ini terbukti dengan adanya hubungan yang positif antara jumlah buku dengan jumlah buah. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharno (2006) dimana jumlah cabang akan mempengaruhi jumlah polong pada tanaman kacang, karena cabang yang banyak akan menunjukkan jumlah buku-buku yang banyak, masing-masing buku akan keluar bunga yang pada akhirnya akan menjadi polong.

Umur Tanaman Saat Panen Pertama

Dari hasil pengamatan berbeda tingkat takaran pupuk kotoran kambing dengan umur tanaman saat panen pertama pada Tabel 6.Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian takaran pupuk kotoran kambing dengan umur tanaman saat panen pertama tidak berbeda nyata pada semua perlakuan.Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan umur panen tanaman saat panen pertama pertanaman dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata jumlah umur tanaman saat panen pertama. Table4. Results dosing goat dung manure with an

average number of the first age of the plant at harvest.

Perlakuan Rerata umur tanaman saat panen pertama (hst) k1 = 2,5 t ha -1 69,17 k2 = 5,0 t ha -1 69,83 k3 = 7,5 t ha -1 68,67 k4 = 10,0 t ha -1 69,50 k5 = 12,5 t ha -1 69,33 k6 = 15,0 t ha -1 70,00 k7 = 17,5 t ha -1 69,00 k8 = 20,0 t ha -1 68,67

Selain dikarenakan serangan penyakit busuk pada buah sebelum matang pada panen pertama juga dikarenakan ketersediaan air bagi tanaman. Walau dilakukan penyiraman secara rutin pada pagi dan sore hari, namun karena kondisi suhu udara di rumah kaca yang sangat tinggi mengakibatkan perkembangan buah terutama proses pematangan buah menjadi lambat.

Ketersediaan air bagi tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam hal pematangan buah, ini

Perlakuan Rerata jumlah buku cabang pertanaman (buku) k1 = 2,5 t ha -1 44,33a k2 = 5,0 t ha -1 57,33ab k3 = 7,5 t ha -1 59,67abc k4 = 10,0 t ha -1 67,67 abcd k5 = 12,5 t ha -1 103,17d k6 = 15,0 t ha -1 93,50cd k7 = 17,5 t ha -1 89,00bcd k8 = 20,0 t ha -1 105,00d

(5)

dikarenakan dalam proses pematangan buah diperlukan air yang cukup untuk memicu hormon ethylen yang dapat memacu kerja enzim agar dapat bekerja dalam proses mempercepat pelunakan pada buah. Menurut Diaha (2010), bahwa secara teoritis dari segi fisiologis tanaman disebutkan bahwa pada tingkat sel, ethylen menambah permeabilitas membran sel maupun membran-membran bagian sub seluler sehingga membuat substrat lebih mudah dapat dicapai oleh enzim-enzim yang bersangkutan karena ethylen mudah larut dalam air dan lemak, maka dengan mudahnya enzim mencapai substrat menyebabkanterjadinya percepatan proses respirasi di dalam buah dan mempercepat proses perubahan karbohidrat menjadi gula pada proses pemasakan tersebut.

Jumlah Buah Pertanaman

Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian takaran pupuk kotoran kambing dengan jumlah buah pertanaman berbeda nyata pada semua perlakuan.Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan jumlah buku cabang pertanaman dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata jumlah buah pertanaman. Table 5.The test results mean different dosing goat dung manure with an average number of fruit crops.

Perlakuan Rerata jumlah buah per tanaman (biji) k1 = 2,5 t ha -1 9,17a k2 = 5,0 t ha -1 12,50ab k3 = 7,5 t ha -1 14,83 ab k4 = 10,0 t ha -1 20,00 abc k5 = 12,5 t ha -1 19,33 abc k6 = 15,0 t ha -1 24,67bc k7 = 17,5 t ha -1 32,50c k8 = 20,0 t ha -1 22,50bc

Ket. : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Jumlah buah per tanaman memberikan hasil yang berbeda nyata, rerata jumlah buah per tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing 17,5 t ha-1 namun tidak berbeda dengan 10 t ha-1, maka untuk efisiensi digunakan 10 t ha-1. Dari hasil uji beda nilai tengah pemberian takaran pupuk kotoran kambing 17,5 t ha-1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan 10 t ha-1, 15 t ha-1, dan 20 t ha-1. Ini menunjukkan bahwa respon hasil jumlah buah pertanaman dengan pemberian pupuk kotoran kambing dapat direspon dengan baik oleh tanaman cabe rawit pada dosis 10 t ha-1.

Jumlah buah per tanaman memberikan hasil yang berbeda nyata, rerata jumlah buah per tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing 17,5 t ha-1 namun tidak berbeda dengan 10 t ha-1, maka untuk efisiensi digunakan 10 t ha-1. Dari hasil uji beda nilai tengah pemberian takaran pupuk kotoran kambing 17,5 t ha-1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan 10 t ha-1, 15 t ha-1, dan 20 t ha-1. Ini menunjukkan bahwa respon hasil jumlah buah pertanaman dengan pemberian pupuk kotoran kambing dapat direspon dengan baik oleh tanaman cabe rawit pada dosis 10 t ha-1.

Pada penelitian ini ada beberapa tanaman yang terserang hama penyakit, sehingga membuat bakal bunga menjadi layu. Namun dikarenakan serangan penyakit muncul pada saat buah telah terbentuk maka bunga yang ada sebelumnya telah berhasil membentuk buah dan tidak rusak diserang hama. Ini sejalan dengan pernyataan Suharno (2006), bahwa serangan hama akan berpengaruh terhadap hasil, yang serangannya tinggi akan menurunkan hasil, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Faktor lingkungan yang paling berpengaruh dalam pembentukan buah adalah air. Pernyataan tersebut didukung oleh Sunaryo, 2003 dalam Sopyan (2010) yang menyatakan bahwa, apabila pada waktu berbunga tanaman kekurangan air mengakibatkan banyak bunga yang gugur, sehingga tidak mampu menjadi buah.

Berat Buah Segar Pertanaman

Dari hasil pengamatan berbeda tingkat takaran pupuk kotoran kambing dengan berat buah segar pertanaman pada Tabel 8. Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian takaran pupuk kotoran kambing dengan berat buah segar per tanaman berbeda nyata pada semua perlakuan. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rerata jumlah berat buah segar pertanaman dapat dilihat pada tabel 6.

Berat buah segar per tanaman tertinggi pada perlakuan dengan takaran 17,5 t ha-1 sedangkan jumlah buah terbanyak pada perlakuan 17,5 t ha-1, hal ini menunjukkan bahwa berat buah segar per tanaman dipengaruhi leh jumlah buah per tanaman.

Pupuk organik dapat menyediakan bahan organik tanah yang sangat bermanfaat dalam mengembalikan kesuburan fisika, kimia dan biologi tanah, karena berguna sebagai pengikat partikel-partikel tanah melalui proses agregasi tanah. Di samping itu, bahan organik mampu menyerap dan menahan air yang pada akhirnya berpengaruh terhadap akumulasi zat-zat makanan dan hasil metabolisme yang tersimpan dalam buah dan biji (Juanda et al. 2003 dalam Suharja dan Sutarno, 2009).

(6)

Tabel 6. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata berat buah segar pertanaman

Table 6. The test results mean different dosing goat dung manure with an average weight offresh fruit crop

Ket. : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

Berat Kering Tanaman

Dari hasil pengamatan berbeda tingkat takaran pupuk kotoran kambing dengan berat kering tanaman pada Tabel 9.Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian takaran pupuk kotoran kambing dengan berat kering tanaman berbeda sangat nyata pada semua perlakuan. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan berat kering tanaman dapat dilihat pada tabel 7

Tabel 7. Hasil uji nilai tengah berbeda pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing dengan rata-rata berat kering tanaman Table 7. The test results mean different dosing goat

dung manure with an average dry weight of plants

Perlakuan Rerata berat kering tanaman (g tanaman-1) k1 = 2,5 t ha-1 7,98a k2 = 5,0 t ha-1 9,88ab k3 = 7,5 t ha-1 16,85bc k4 = 10,0 t ha-1 17,30c k5 = 12,5 t ha-1 17,65c k6 = 15,0 t ha-1 25,38d k7 = 17,5 t ha-1 21,88cd k8 = 20,0 t ha-1 25,93d

Ket. : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Dalam penelitian ini berat kering tanaman sangat berpengaruh terhadap jumlah pemberian takaran pupuk, semakin tinggi takaran pupuk yang diberikan maka semakin tinggi pula berat kering tanaman yang diperoleh, yaitu berkisar antara 15 t ha-1. Ini

berbeda dengan hasil yang ditunjukkan oleh beberapa pengamatan terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah buku cabang, umur tanaman saat panen pertama, jumlah buah per tanaman, dan berat segar buah pertanaman yang kebutuhan takaran pupuk kandang kotoran kambingnya sudah dapat terpenuhi dengan pemberian 10 t ha-1. Ini diduga karena pengukuran berat kering tanaman dilakukan pada akhir penelitian sehingga bagian tanaman seperti daun tanaman banyak yang telah jatuh dan layu yang tidak dikumpulkan sehingga mengurangi bobot kering tanaman karena setiap bagian tanaman sangat mempengaruhi bobot kering tanaman.

Sitompul, 1995 dalam Mutadayyinah (2009), bahwa bagian-bagian tanaman khususnya daun akan meningkatkan bobot segar dan bobot kering tanaman itu sendiri. Selain itu hal yang mempengaruhi berat kering tanaman adalah waktu pengambilan tanaman sampel untuk ditibang berat keringnya, pengukuran berat kering tanaman yang ideal adalah pada saat awal pembungaan atau akhir dari masa pertumbuhan vegetatif dimana pada saat itu terjadi puncak pertumbuhan.

.

SIMPULAN

1. Pemberian pupuk kandang kotoran kambing berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter batang (14 hst, 21 hst, 35 hst, dan 42 hst), jumlah buku cabang, jumlah buah, berat buah segar, dan berat kering.

2. Pemberian takaran pupuk kandang kotoran kambing 10 t-ha-1 atau setara dengan 300 g tanaman-1 menghasilkan nilai terbaik pada tinggi tanaman (67,00 cm), diameter batang (6,38 mm), jumlah buku cabang (67,67 buku), umur tanaman saat panen pertama (69,50 hst), jumlah buah (20,00 biji), dan berat buah segar (37,88 g tanaman-1).

SARAN

1. Perlu pencegahan serangan hama dan penyakit sejak fase pertumbuhan awal untuk menghindari rusaknya tanaman penelitian akibat hama dan penyakit.

2. Agar dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai cara pemberian pupuk kandang dan pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap hama penyakit.

3. Untuk penggunaan pupuk kotoran kambing pada tanaman cabe rawit, dianjurkan menggunakan takaran 10 t ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Arga, Anggi. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Diakses dari http://www.blogspot.com.Pada tanggal 15 Desember 2012.

Perlakuan Rerata berat buah segar pertanaman (g tanaman-1) k1 = 2,5 t ha-1 17,45a k2 = 5,0 t ha -1 19,67ab k3 = 7,5 t ha-1 24,89abc k4 = 10,0 t ha -1 33,37abcd k5 = 12,5 t ha-1 37,88bcd k6 = 15,0 t ha -1 44,12cd k7 = 17,5 t ha-1 48,22d k8 = 20,0 t ha -1 39,95bcd

(7)

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia . 2011. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai, 2009-2010. www.bps.go.id.Diakses pada tanggal 2 Januari 2012.

Diaha, A. 2012.Proses Pematangan Buah.Diakses dari http://www.multiply.com.Pada tanggal 2 Agustus 2012.

Hartatik W, dan Widowati, L. R. .2009. Pupuk Kandang. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 2 Januari 2012.

Muchyar. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit (Capsicum frutescents) Pada Pemberian Beberapa Dosis Dalam Jenis Bokashi Gulma Air Di Tanah Ultisol. Tesis Program Studi Agronomi Pascasarjana Agronomi, Unlam, Banjarbaru. Hlm. 2

Muttaqin, S. 2010. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.) Terhadap Dosis Pupuk Organik Kotoran Kambing. Skripsi. Fakultas Pertanian Univ. Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Hlm. 22-23; 30-33

Mutadayiyinah, W. 2009. Pengaruh Beberapa Dosis Akar Eceng Gondok Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Univ. Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Hlm. 37

Suharno. 2006. Kajian Pertumbuhan dan Produksi Pada 8 Varietas Kedelai (Glycine max L.) Merril Di Lahan Sawah Tadah Hujan. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian. 2(1). Hlm. 69 & 71

Referensi

Dokumen terkait

H0 = Tidak terdapat aktivitas hepatoprotektif dari pemberian ekstrak kurma ruthab ( Phoenix dactylifera ) terhadap sayatan histologi hepar mencit ( Mus musculus )

Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Pelaksanaan nya

Terus terang, Al-Furqan Tafsir Qur’an adalah referensi utama dalam pemikiran keislaman bagi anggota organisasi Persatuan Islam khususnya dan juga disebarluaskan secara

Penyelesaian masalah menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) untuk menjabarkan bobot-bobot yang sesuai dengan kriteria yang pantas kenaikan Jabatan

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai karakter yang ditemukan dalam dongeng. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia yang diberikan-Nya serta Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

penting dalam meningkatkan kemampuan profesionalisme guru. supervisi yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten. Kepala madrasah harus memiliki kemampuan

Solusi yang ditawarkan adalah dengan melakukan modifikasi pada kulkas sehingga pengguna dapat mengecek isi kulkas melalui handphone dengan mengirim pesan singkat (SMS)