• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH. Intan Lusia. Priyo Hari Adi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH. Intan Lusia. Priyo Hari Adi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN DANA ALOKASI

UMUM TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH

(Studi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah)

Intan Lusia

Priyo Hari Adi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Abstract

The purpose of this research is to examine the effects of local taxes on the performance of local

governments, local retributions on the performance of local governments, and general

allocation funds on the performance of local goverments. The analysis used is multiple

regression analysis and data used in this research are Financial Statistic

Regency/Municipality Government and Human Develpoment Index in Central Java Province

2010-2015, 29 districts and 6 cities. The results showed local taxes have a significant positive

effect on the performance of the local governments while local retributions and general

allocation funds have a negative impact on the performance.

Keywords : Local Taxes, Local Retributions, General Allocation Funds, and Performance of

Local Government

1. Pendahuluan

Kemampuan suatu daerah dalam mengelola daerahnya dapat ditunjukkan dari kinerja keuangan maupun kinerja non keuangannya. Ciri suatu daerah telah memenuhi tujuan otonomi daerah dapat dilihat dari aspek keuangannya (Halim 2012), namun lebih dari itu. peningkatan kesejahteraan masyarakat masing-masing daerah merupakan tanggungjawab yang harus dipikul pemerintah daerah sejak berlakunya sistem desentralisasi (Suparmoko 2002). Oleh karena itu, kinerja pemerintah daerah yang sesungguhnya tidak hanya dicerminkan melalui kinerja keuangan namun harus juga melalui kinerja non keuangan yang terefleksi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakatnya.

Menurut Bastian (2006) kinerja mengambarkan tercapainya suatu tujuan, visi serta misi organisasi. Terwujudnya pembangunan daerah dalam rangka desentralisasi merupakan bentuk kinerja yang hendak dicapai setiap pemerintah daerah dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera. Upaya pembangunan daerah yang dapat dilakukan adalah dengan mengenali sumber daya ekonomi daerah

(2)

2 berupapendapatan asli daerah yang utama yaitu pajak daerah dan retribusi daerah yang akan berdampak pada pengurangan subsidi pemerintah pusat dan pengurang beban bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ APBN (Suparmoko 2002). Pendapatan Asli Daerah (PAD) terlebih dahulu digunakan oleh pemerintah daerah dalam membiayai berbagai kegiatannya sehingga ketergantungan pembiayaan dari pemerintah pusat dapat seminimum mungkin (Masdiantini dan Erawati 2016).

Pajak dan retribusi daerah merupakan elemen penentu bagi kekuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disamping dana perimbangan (Suparmoko 2002). Pajak daerah dan retribusi daerah dapat diperoleh melalui berbagai aspek yang telahdiatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berpedoman pada Undang-Undang tersebut pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam menerapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan PAD, melalui pemungutan pajak dan retribusi daerah. Kewenangan tersebut harus disertai dengan pertimbangan bahwa pungutan pajak maupun retribusi tidak menjadikan beban bagi masyarakat.

Dana perimbangan memiliki peran penting dalam mendanai kegiatan pemerintah daerah,Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu komponen dari dana perimbanganyang pada umumnya memiliki jumlah nilai nomimal yang dominan dalam pendapatan pemerintah daerah, dengan demikian diharapkan transfer pusat berupa DAU berperan besar dalam meningkatkan kinerja pemerintah daerah. DAU diharapkan dapat digunakan untuk menutupi kesenjangan fiskal dan berfungsi sebagai perata kemampuan fiskal antar daerah, mendorong kemandirian pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya melayani masyarakat.

Penelitian Salman (2015) tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat) menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan pemerintah, sementara dana perimbangan memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Rukmana (2013) tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riauyang menunjukkan pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah,retribusi daerah tidak signifikan dalam mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah, dan dana alokasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan Wenny (2012) tentang Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatra Selatanmenyatakan secara parsial pajak dan retribusi daerah tidak mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.Muhayanah(2016) melakukan sebuah penelitian tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

(3)

3 Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2013. Pendapatan asli daerah mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah dan dana perimbangan tidak mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah, namun penelitian serupa yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2016) menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dan dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Pada penelitian ini, peneliti tertarik melihat melalui sisi non keuangan bagaimana kinerja pemerintah daerah tersebut diukur. Pengukuran kinerja pemerintah daerah dari aspek non keuangan merupakan hal yang sangat relevan, dikarenakan hal ini terkait dengan tujuan utama pelaksanaan desentralisasi, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat (Hasthoro 2016). Penelitian ini akan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengambarkan beberapa kriteria dari apa yang dimaksud dengan masyarakat yang sejahtera. Indeks tersebut berangkat melalui gagasan bahwa pembangunan harus difokuskan kepada manusia sehingga berdampak pada kondisi di mana masyarakat dapat menikmati umur yang panjang, kesehatan terjamin, dan mampu untuk hidup secara produktif (Badan Pusat Statistik; 2014).

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, peneliti ingin memperdalam penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah)” difokuskan pada kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia. Peneliti mengambil objek Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010-2015.Jawa Tengah merupakan salah satu daerah dengan beberapa sektor unggulan berupa pertanian yang menunjang ketersediaan pangan nasional, sektor perkebunan, sektor perikanan, sektor perindustrian termasuk di dalamnya adalah daerah pengembang industri kreatif. Dengan berbagai sektor unggulan yang berada di Jawa Tengah maka diharapkan sumber daya ekonomi berupa pajak dan retribusi dapat benar-benar diandalkan sebagai penunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah, apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah, dan apakah dana alokasi umum berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umum terhadap veriabel dependen yaitu kinerja pemerintah daerah. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan seperti: Pemerintah Daerah, penelitian ini menjadi gambaran berkenaan dengan pengaruh yang ditimbulkan dari pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umumdalammempengaruhi kinerja pemerintah daerah danbagi akademisi penelitian inidapat bermanfaat bagi penulis yang meneliti variabel-variabel serupa yaitu kinerja pemerintah daerah.

(4)

4

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Definisi dan Pengertian Variabel-Variabel Penelitian

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah konstribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 2 poin (1) dan (2) membahas jenis pajak daerah yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak provinsi meliputi: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. Sementara pajak kabupaten/kota terdiri atas: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Sedangkan retribusi menurut regulasi yang sama adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi yang dapat dipungut oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dibagi menjadi tiga, yaitu : retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

Variabel lain yaitu Dana Alokasi Umum didefinisikan sebagai dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah, digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014)

Kinerja mencerminkan tercapainya suatu kegiatan sesuai tujuan organisasi(Bastian 2006). Dalam konteks pemerintah daerah kinerja merupakan tercapainya pelaksanaan suatu kegiatan pemerintah daerah dalam rangkamelaksanakan otonomi daerah.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintah Daerah merupakan pedoman bagi penyelengaraan otonomi daerah dalam rangka membantu pembangunan nasional, sesuai pasal 31 ayat 2b maka pemerintah daerah harus mampu mempercepat peningkatankesejahteraan masyarakatyaitu peningkatan indeks pembangunan manusia ditandai dengan peningkatan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat.

Masyarakat yang sejahtera harus mampu ditunjukkan dari kualitas kehidupan manusia, seperti masyarakat yang sehat dapat dilihat dari angka harapan hidup sehingga memungkinkan masyarakat menikmati kehidupannyayang produktif. Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia yang mengenyam bangku pendidikan, memungkinkan semakin banyak masyarakat melek

(5)

5 huruf dan perekonomian suatu daerah akan semakin membaik didukung dengan masyarakat yang hidup secara layak tercermin melaluipendapatan per kapita masyarakat.

Kinerja pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera dalam rangka desentralisasi tercapai apabila ketiga komponen pokok dari indeks pembangunan manusia terpenuhi. Aspek kesehatan dan pendidikan menjadi hal yang mendasar untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan komponen ketiga yaitu pendapatan perkapita masyarakat menjadi komponen penting lain pendukung terwujudnyamasyarakat yang sejahtera (Badan Pusat Statistik; 2014).

Masyarakat yang sejahtera dapat diukur dengan mengunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), United Nations Development Programme (UNDP) mengaitkan IPM dengan tiga indikator yaitu pendidikan, kesehatan, dan hidup secara layak tercermin dari pendapatan per kapita masyarakt. IPM digunakan diberbagai negara dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengindikasikan peta pembangunan dalammengategorikan kesejahteraan masyarakat. Kategorisasi dari nilai Indeks Pembangunan Manusia dapat dikelompokan sebagai berikut : IPM < 50 kesejahteraan masyarakat rendah, IPM > 50 dan < 80 kesejahteraan masyarakat sedang, dan IPM > 80 kesejahteraan masyarakat tinggi (Badan Pusat Statistik; 2014).

Indeks Pembangunan Manusia menjadi ukuran kinerja pembangunan pemerintah daerah secara menyeluruh. IPM dapat menjadi ukuran kinerja pemerintah daerah yang relevan karena mampu menunjukkan peta pembangunan daerah sehingga memungkinkan pembangunan daerah lebih terarah sehingga hal ini dimungkinkan mampu bersinergi dengan berbagai ukuran keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja pemerintah daerah (Badan Pusat Statistik; 2014).

2.2. Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa pajak daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang penting guna membiayai kegiatan pemerintah daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 memuat berbagai jenis pajak daerah yang dibagai dalam pajak provinsi dan pajak kabupeten/kota, peraturan tersebut menjadi pedomam pemerintah daerah dalam membentuk peraturan daerah berkaitan dengan pajak daerah.

Menurut Suparmoko (2002) pajak daerah memiliki fungsi sebagai pendukung kegiatan ekonomi suatu daerah berupa penerimaan pajak yang dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan kegiatan pemerintah daerah. Pajak daerah pada umumnya memiliki proporsi paling besar dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), PAD dapat menjadi indikator dalam menilai kinerja suatu pemerintah daerah karena dapat digunakan sebagai alat utama dalam membiayai berbagai kegiatan

(6)

6 pemerintah daerah. Penerimaan pajak daerah yang tinggi dapat digunakan dalam membiayai pengadaan fasilitas publik seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan. Penerimaan pajak yang tinggi juga mengindikasikan bahwa masyarakat lebih produktif, pendapatan per kapita masyarakat dan daya beli masyarakat meningkat, sebaliknya jika penerimaan pajak daerah yang tidak optimalnya akan mengakibatkan berkurangannya pembiayaan untuk fasilitas publik yang pada gilirannya akan mengganggu kinerja pemerintah daerah.

Rukmana (2013) meneliti tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan hasil bahwa pajak daerah secara parsial berpengaruh signifikanterhadap kinerja keuangan pemerintah provinsi Kepulauan Riau. Penelitian Rukmana(2013) menggunakan analisis data dengan melakukan pengujian pengaruh menggunakan regresi berganda. Ukuran kinerja keuangan yang digunakan adalah rasio keuangan berupa desentralisasi fiskal.

Salman (2015) dengan penelitian tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah memberikan bukti empirik terdapat pengaruh signifikan pajak daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian Salman (2015) menggunakan analisis regresi berganda dengan penggunaan rasio keuangan pemerintah daerah sebagai ukuran kinerja keuangan pemerintah daerah. Dari latar belakang tersebut maka diusulkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Pajak Daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Retribusi daerah dikenakan atas berbagai jasa dan perizinan yang dikhususkan pemerintah daerah bagi kepentingan orang pribadi ataupun badan. Prinsip dari pungutan retribusi adalah siapapun pihak yang memperoleh manfaat dari jasa maupun izin tertentu maka pihak tersebut yang akan membayar retribusi. Penerimaan retribusi daerah ini merupakan pendukung kegiatan perekonomian suatu daerah karena dirancang sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.Retribusi daerah yang dipungut dari orang pribadi ataupun badan secara otomatis menjadikan pihak tersebut dapat menikmati berbagai jenis jasa yang memberikan manfaat langsung dan bentuk-bentuk perizinan tertentu sebagai sarana pendukung kegaitan bisnis masyarakat maupun manfaat tertentu yang dapat dirasakan.

Potensi penerimaan retribusi daerah tergantung pada masing-masing potensi daerah (Suparmoko 2002). Sebagai salah satu sumber daya ekonomi daerah, retribusi daerah dapat digunakan dalam menunjang berbagai kegiatan pemerintah daerahdalam rangka melayani masyarakat. Melalui retribusi daerah masyarakat dapat menikmati berbagai manfaat secara langsung berupa fasilitas dalam bidang kesehatan, pendidikan, pasar dan fasilitas penunjang lainnya (Novalistia 2016).

(7)

7 Penelitian tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat) yang dilakukan oleh Salman (2015)menyatakan bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil ini serupa ditunjukan oleh penelitian Florida(2006)berkaitan dengan Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa komponen PAD berupa pajak daerah dan retribusi daerah paling dominan mempengaruhi kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut menggunakan rasio keuangan yaitu tingkat kemampuan pembiayaan sebagai indikator bagi kinerja keuangan pemerintah daerah dan didukung dengan analisis regresi berganda. Hipotesis yang bisa dikembangkan dari pemaparan tersebut adalah:

H2: Retribusi Daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana transfer dari pemerintah pusat bagi pemerintah daerah yang bertujuan mengatasi kesenjangan fiskal masing-masing daerah serta membantu kemandirian daerah dalam menjalankan tugasnya yaitu melayani masyarakat. Penerimaan DAU bagi setiap daerah sudah disesuaikan sesuai kebutuhan dan potensi ekonomi tiap-tiap daerah (Suparmoko 2002).

Penerimaan DAU dari pemerintah pusat diukur dengan jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. DAU diberikan sebagai alat untuk menolong setiap pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatannya setelah Pendapatan Asli Daerah digunakan. DAU pada umumnya secara nominal merupakan kompenen terbesar dalam pendapatan daerah, dengan nominal yang mendominasi pendapatan maka DAU dapat dialokasikan untuk membiayai berbagai jenis kegiatan pemerintah daerah.

Terselenggaranya berbagai kegiatan pemerintah daerah dipastikan mendukung meningkatkankesejahterakan masyarakat. Dapat disimpulkan jika dihubungkan dengan kinerja pemerintah daerah maka semakin tinggi penerimaan DAU kinerja pemerintah daerah semakin meningkat. Penelitian tentang Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi kepulauan Riau yang dilakukan oleh Rukmana (2013) menunjukkan secara parsial maupun simultan dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah provinsi Kepulauan Riau. Dari uraian di atas maka diusulkan sebuah hipotesis :

(8)

8

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

3. Metode Penelitian

3.1. Jenis, Sumber Data dan Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder berupa Laporan Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 29 Kabupeten dan 6 Kotadan Indeks Pembangunan Manusia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Data yang digunakan adalah cross sectional dan time seriesdari tahun 2010 sampai 2015. Periode pengamatan selama enam tahun diharapkan mampu memenuhi tujuan dari penelitian yaitu menguji pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umum terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja pemerintah daerah yaitu kinerja non keuangan berupa kesejahteraan masyarakat yang diukur menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara variabel independen yang digunakan adalah pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umum.

3.2. Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi (Sunyoto 2012).Sebelum melakukan analisis regresi terdapat pengujian-pengujian yang harus dilakukan untuk memastikan data yang digunakan mampu memenuhi tujuan penelitian yaitu dengan melakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas.

3.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini karena terdapat lebih dari satu variabel independen dan analisis ini digunakan untuk teknik pengujian pengaruh variabel independen

PAJAK

DANA

(9)

9 terhadap variabel dependen (Riduwan dan Sunarto 2009). Dalam hal ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umummempengaruhi kinerja pemerintah daerah. Model penelitian ini fokusterhadap pengaruh yang ditumbulkan variabel independen terhadap variabel dependen pada tahun yang sama, sehingga hasil analisis regresi berganda akan menunjukan pengaruh yang ditimbulkan oleh pajak daerah pada tahun t, retribusi daerah tahun t, dan dana alokasi umum tahun t terhadap kinerja pemerintah daerah pada tahun t yang sama.

Pengujian hipotesis ini juga menggunakan data lag (t-1) untuk variabel independennya. Data lag digunakan untuk mendukung pengujian pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umum terhadap kinerja pemerintah daerah dikarenakan terdapak kemungkinan pengaruh yang ditimbulkan dari pajak daerah, retribusi daerah, dan dana aloksi umum bukan pada tahun yang sama, namun pada tahun berikutnya :

Analisis regresi linier berganda tanpa data lag Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Analisis regresi linier berganda dengan data lag Y t = a + β1X1(t-1) + β2X2(t-1) + β3X3(t1) + e Keterangan :

Y : Kinerja Pemerintah Daerah (variabel dependen) A : Konstanta

T : Tahun

X1 : Pajak Daerah (variabel independen) X2 : Retribusi Daerah (variabel independen) X3 : Dana Alokasi Umum (variabel independen) ℯ : Tingkat Kesalahan

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Analisis Deskriptif Statistik

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010-2015 sebesar 68,3782 dengan standar deviasi sebesar 4,7916. Rerata ini menunjukkan capaian sedang kinerja pemerintah daerah yang diukur dengan indikator ini.

(10)

10 Nilai minimim sebesar 58,64 adalah nilai kinerja dari pemerintah kabupaten Pemalang tahun 2010, dari nilai tersebut masyarakat kabupeten Pemalang pada tahun 2010 dalam keadaan kesejahteraan yang sedang namun jika dibandingan dengan rata-rata daerah masih berada cukup jauh di bawah rata-rata. Nilai maksimum 80,96 merupakan pencapaian kinerja yang dicapai pemerintah kota Salatiga tahun 2015 dari nilai ini maka kesejahteraan masyarakat Kota Salatiga pada tahun 2015 tinggi. Gambaran lengkap diskriprif variabel penelitian ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini

Tabel 1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Variabel Min Max Mean Std. Deviation

Kinerja Pemerintah Daerah

(IPM) 58,64 80,96 68,3782 4,79163

Pajak Daerah (Rp) 6.717.893.000 7,92E+11 58.484.503.710 1,04295E+11

Retribusi Daerah (Rp) 4.618.858.000 1,21E+11 27.156.747.886 17.801.104.740

Dana Alokasi Umum (Rp) 2,38E+11 1,33E+12 7,2856E+11 2.34149E+11

Sumber: data sekunder (diolah)

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010-2015 sebesar 68,3782 dengan standar deviasi sebesar 4,7916. nilai minimim sebesar 58,64 adalah nilai kinerja dari pemerintah Kabupaten Pemalang tahun 2010, dari nilai tersebut masyarakat Kabupeten Pemalang pada tahun 2010 dalam keadaan kesejahteraan yang sedang namun jika dibandingan dengan rata-rata daerah masih berada cukup jauh di bawah rata-rata. Nilai maksimum 80,96 merupakan pencapaian kinerja yang dicapai pemerintah Kota Salatiga tahun 2015.

Rata-rata penerimaan pajak daerah tahun 2010-2015 adalah Rp. 58.484.503.710,00 dengan standar deviasi yang cukup besar yaitu Rp 104.295.220.760, nilai minimum penerimaan pajak yang dicapai pemerintah daerah Rp. 6.717.893.000,00 dan nilai maksimum Rp 791.509.586.000,00. Gambaran ini menunjukkan adanya disparitas yang tinggi terkait dengan kemampuan daerah dalam mengoptimalkan pendapataan dari sektor ini. Beberapa pemerintah daerah sangat ekspansif dalam upaya peningkatan pajak daerah, namun disisi lain masih terdapat beberapa daerah yang belum menunjukkan pencapaian yang optimal untuk memperoleh pendapatan dari sumber ini.

Rata-rata penerimaan retribusi pemerintah daerah pada tahun 2010-2015 adalah Rp. 27.156.747.886,00 dan standar deviasi Rp. 17.801.104.740,00, nilai minimum yang dicapai Rp. 4.618.858.000,00 masih berada jauh dibawah rata-rata retribusi daerah. Gambaran awal ini juga menunjukkan adanya kesenjangan penerimaan retribusi yang sangat tinggi antar pemerintah daerah

Dana alokasi umum memiliki nilai mean sebesar Rp. 728.564.959.781,00 dengan standar deviasi sebesar Rp.234.148.793.925,00. Nilai minimum Rp. 238.069.009.000,00 dan nilai maksimum Rp. 1.332.536.848.000,00. Tingginya disparitas penerimaan DAU ini bisa jadi merupakan ekses dari

(11)

11 penerimaan pajak daerah maupun retribusi daerah yang menunjukkan kesenjangan yang tinggi. Sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah yang mempunyai kapasitas fiskal rendah (yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk menggali pajak/retribusi daerah) akan mendapat alokasi DAU yang besar, sebaliknya tidak demikian dengan daerah yang mampu mengoptimalkan pendapatan asli daerahnya.

4.2. Pengujian Hipotesis (Analisis Regresi Linier Berganda)

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik (lampiran 1, 2, dan 3), kemudian dilakukan pengujian regresi linier berganda untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Alokasi Umum terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Hasil analisis regresi linier berganda ditunjukan sebagai berikut :

Tabel 2 Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Tanpa data lag Dengan data lag

Koefisien T Sig. Koefisien T Sig.

(Constant) 94,830 202,530

Pajak Daerah 4,356 12,525 0,000* 4,962 15,087 0,000*

Retribusi Daerah -2,815 -5,627 0,000* -2,186 -4,739 0,000* Dana Alokasi Umum -2,387 -5,446 0,000* -7,402 -9,756 0,000*

R2 0,434 0,593

Adjusted R2 0,426 0,586

F 52,708 82,989

Sumber : Data sekunder (diolah) * (signifikan pada taraf signifikansi 5%)

Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai konstanta model regresi tanpa data lag sebesar 94,83 dan dengan data lag sebesar 202,530 bermakna kinerja pemerintah daerah tidak dipengaruhi oleh pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umum akan tetap bernilai sebesar 94,83 (tanpa data lag) dan 202,530 (dengan data lag). Nilai koefisien regresi variabel Pajak Daerah sebesar 4,356 (tanpa data lag) dan 4,962 (dengan data lag) menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan satu satuan pajak daerah akan mengakibatkan peningkatan kinerja pemerintah daerah sebesar 4,356 (tanpa data lag) dan 4,962 (dengan data lag).

Nilai koefisien regresi variabel Retribusi Daerah sebesar – 2,815 (tanpa data lag) dan – 2,186 (dengan data lag) menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan satu satuan retribusi daerah akan mengakibatkan penurunan kinerja pemerintah daerah sebesar 2,815(tanpa data lag) dan 2,186 (dengan data lag). Nilai koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum sebesar – 2,397 (tanpa data lag) dan – 7,402 (dengan data lag)menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan satu satuan dana alokasi umum akan mengakibatkan penurunan kinerja pemerintah daerah sebesar 2,397 (tanpa data lag) dan 7,402 (dengan data lag).

(12)

12 Nilai uji F 52,708 (dengan data lag) dan 82,989 (dengan data lag) dengan nilai signifikan dari keduanya sebesar 0,000 dengan nilai alfa 0,05, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama pajak daerah, retribusi daerah, dan dana alokasi umum memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel kinerja pemerintah daerah (IPM). Nilai Adjusted RSquaretanpa data lag sebesar 0,426maka variabel dependen dalam model penelitian ini dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 42,6% sementara 57,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sementara Nilai Adjusted RSquaredengan data lag sebesar 0,586 maka variabel dependen dalam model penelitian ini dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 58,6% sementara sisanya 41,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hipotesis pertama penelitian ini adalah pajak daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil pengujian hipotesis tanpa data lag dan dengan datalag memiliki nilai sig 0,000 kurang dari 0,05 dengan nilai t positif masing-masing sebesar 12,525 dan 15,087 dengan demikian H1 diterima, variabel pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Hipotesis kedua penelitian ini adalah retribusi daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil pengujian hipotesis tanpa data lag dan dengan datalag memiliki nilai sig 0,000 kurang dari 0,05 dengan nilai t negatif masing-masing adalah 5,627 dan negatif 4,739, hal tersebut menunjukkan bahwa H2 ditolak. Retribusi daerah berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.

Hipotesis ketiga penelitian ini adalah dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil pengujian hipotesis tanpa data lag dan dengan data lag memiliki nilai sig 0,000 kurang dari 0,05 dengan nilai t negatif masing-masing sebesar 5,446dan negatif 9,756, dari hasil tersebut maka H3 ditolak. Dana alokasi umum berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pemerintah daerah.

4.3. Interpretasi Hasil Penelitian

Pengaruh Pajak Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil penelitian membuktikan pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dengan tingkat singnifikansi 0,000 < 0,05 (alfa) sehingga hipotesis pertama diterima (H1 diterima dan H0 ditolak). Pajak daerah merupakan salah satu komponen pendapatan daerah yang memiliki peran penting dalam penentu kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat(Suparmoko 2002).

Bagi pemerintah daerah sendiri penerimaan pajak daerah merupakan salah satu bentuk upaya penggalian sumber daya ekonomi daerah. Peningkatan penerimaan pajak daerah dapat digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan seperti halnya penyediaan fasilitas publik. Penerimaan pajak daerah menigkat maka akan semakin banyak kegiatan yang dapat dibiayai oleh pajak daerah, dengan demikian

(13)

13 berdampak positif bagi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah yang tujuan utamanya adalah mensejahterakan masyarakat.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Salman(2015) yang menyatakan pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dan penelitian Rukmana(2013)yang menunjukkan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

Pengaruh Retribusi Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Retribusi daerah terbukti berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah ditunjukan dari hasil penelitian tingkat singnifikansi sebesar 0,000 < 0,05 (alfa) disertai nilai t hitung sebesar – 5,627 (tanpa data lag) dan – 4,739 (dengan data lag) sehingga hipotesis kedua ditolak (H1 ditolak dan H0 diterima). Retribusi daerah merupakan bagian dari PAD yang bersumber dari penerimaan yang berkaitan langsung dengan jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

Penerimaan retribusi yang semakin meningkat memungkinkan untuk membiayai kegiatan umum pemerintah daerah dalam menyediakan berbagai fasilitas yang manfaatnya secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, berupa fasilitas kebersihan lingkungan, pasar, kesehatan, dan fasilitas penunjang lainnya. Peningkatan penerimaan retribusi daerah berdampak pada kinerja pemerintah daerah dalam membiayai kegiatannya dalam rangka mensejahterakan masyarakat.

Dalam penelitian ini retribusi daerah menunjukan pengaruh negatif terhadap kinerja pemerintah daerah, hal ini memberikan indikasi bahwa biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam melaksanakan pemungutan retribusi daerah yang seharusnya dapat ditutup oleh penerimaan retribusi daerah tidak terpenuhi, biaya pemungutan retribusi yang dikeluarkan pemerintah daerah tidak efisien (Suparmoko 2002). Jika secara terus-menerus penerimaan retribusi tidak optimal maka upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan retribusi tidak tercapai. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Derah dan Retribusi Daerah menyebutkan bahwa dalam kenyataannya retribusi tidak dapat diharapkan berdampak besar dalam membiayai pengeluaran daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika dikaitkan dengan kinerja pemerintah daerah maka peningkatan retribusi mengakibatkan penurunan kinerja pemerintah daerah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan retribusi daerah berdampak signifikan namun menghasilkan penurunan bagi kinerja pemerintah daerah dalam upayanya mensejahterakan masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rukmana(2013) yang menyatakan bahwa retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah provinsi Kepulauan Riau dan penelitian Wenny(2012) yang menyatakan secara parsial retribusi daerah tidak dominan dalam

(14)

14 mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah pada pemerintah kabupeten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan.

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Hasil penelitian membuktikan bahwa dana alokasi umum berpengaruh terhadap pemerintah daerah dengan tingkat singnifikansi 0,000 < 0,05 (alfa) dan t hitung sebesar – 5,446 (tanpa data lag) dan – 9,756 (dengan data data) sehingga hipotesis ketiga ditolak (H1 ditolak dan H0 diterima). Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan transfer dari pemerintah pusat untuk membantu pemerintah daerah melakukan tugasnya yaitu melayani masyarakat. Pemerintah daerah dapat menggunakan DAU untuk membiayai berbagai kegiatannya sehingga DAU sangat menentukan besarnya alokasi belanja pemerintah daerah, hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dalam rangka mensejahterakan masyarakat.

Semakin tingginya belanja daerah dan kegiatan pemerintah daerah yang tidak mampu dibiayai dengan pendapatan asli daerah akan membuat pemerintah daerah memanfaatkan salah satu komponen dana perimbagan yaitu DAU. Jika upaya pemerintah daerah dalam menggali potensi sumber daya ekonomi semakin tidak optimal maka menimbulkan ketergantungan pada transfer pemerintah pusat dalam hal ini adalah DAU. Semakin tingginya ketergantungan pemerintah daerah akan dana alokasi umum justru akan memicu turunnya kinerja pemerintah daerah dalam mengupayakan kesejahteraan masyarakkat, ketergantungan terhadap pemerintah pusat secara terus-menerus menjadi beban bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rukmana (2013), Salman (2015) dan Wahyuningsih (2016) yang menunjukkan pengaruh negatif dana perimbangan terhadap kinerja pemerintah daerah. Tidak produktifnya dana perimbangan ini bisa jadi memberikan indikasi kecederungan pemerintah daerah untuk mengalokasikan pertambahan dana transfer pada belanja yang kurang produktif (misalnya meningkatkan belanja-belanja rutin), akibatnya kinerja pemerintah daerah tidak mengalami peningkatan yang berarti.

5. Simpulan, Keterbatasan dan Penelitian mendatang

Menurut hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwadengan menggunakan data lag maupun tidak pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah daerah sehingga hipotesis pertama diterima, retribusi daerah berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pemerintah daerah sehingga hipotesis kedua ditolak, dan dana alokasi umum berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pemerintah daerah sehingga hipotesis ketiga ditolak. Penerimaan pajak daerah sudah dikelola dan digunakan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat, retribusi daerah meningkat justru menyebabkan kesejahteraan masyarakat turun, dan penerimaan dana alokasi umum masih

(15)

15 menimbulkan ketergantungan terhadap pemerintah pusat dalam membiayai dan mengelola daerah sehingga menimbulkan turunnya kinerja pemerintah daerah.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih terdapat data pemerintah daerah yang tidak lengkap, sehingga tidak dapat diolah lebih lanjut. Akibatnya bisa jadi hasil penelitian tidak merefleksikan kondisi yang sebenarnya.

Dari pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh maka saran bagi pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah adalah lebih mengawasi penelolaan dan pemungutan pajak dan retribusi daerah sehingga keduanya dapat digunakan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Serta berbagai keterbatasan yang terdapat dalam penelitian kali ini, maka bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat terlebih dahulu memastikan kelengkapan sumber data serta keseragaman metode dari data yang digunakan.

6. Daftar Pustaka

Badan pusat statistik;. 2014. Http://www.bps.go.id (diakses juli 21, 2017).

Bastian, Indra. Akuntansi Sektor Publik : Suatu pengantar. Jakarta: Erlangga, 2006.

Florida, Asha. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara .” 2006.

Halim, Abdul. Akuntansi Keuangan Daerah. Jogjakarta: Salemba Empat, 2012.

Hasthoro, Handoko A. “Tata Kelola Publik Dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2016: 53-68.

Masdiantini, Putu Riesty, dan Ni Made Adi Erawati. “Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Kemakmuran, Intergovermental Revenue, Temuan dan Opini Audit BPK pada Kinerja Keuangan.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2016: 1157.

Muhayanah, Fisa Aprilian. “Pengatuh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupeten dan Kota di Provinsi Jawa Tenggah Tahun 2012-2013.” 2016.

Novalistia, Rizka Lutfita. “Pengaruh Pajak Derah, Retribusi Daerah, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dan Bagi Hasil Pajak Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa Tengah.” Journal of Accounting, 2016. Pemerintah Ripublik Indonesia. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Perimbangan Daerah.

(16)

16 Pemerintah Ripublik Indonesia;. Undang-Undang No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

Jakarta: Sekretariat Negara, 2008.

—. Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara, 2009.

Riduwan, dan H Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfa Bandung, 2009.

Rudiyanto, Muhamad. “Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Melaksanakan Otonomi Daerah.” 2015.

Rukmana, Wan Vidi. “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.” 2013.

Salman Alfarisi. “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Dearah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat).” 2015. Sunyoto, Danang. Prosedur Uji Hipotesis untuk Riset Ekonomi. Bandung: Alfa Bandung, 2012. Suparmoko, M. Ekonomi Publik. Yogyakarta: C. V Andi Offset, 2002.

Wahyuningsih, Yoshita Endah. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.” 2016.

Wenny, Cherrya Dhia. “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan.” 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Selain menghasilkan enzim urat oksidase, organel yang tak dikenal ini juga menghasilkan enzim D-asam amino oksidasre, katalase serta enzim-enzim lainnya, dimana fungsi utama

Hasil monitoring kadar CO pagi hari pada titik di jalan A.P Pettarani depan Telokm dalam wilayah Kota Makassar menunjukkan bahwa konsentrasi CO masih memenuhi syarat

Cornellia Sella Prasiska. HOROK-HOROK MAKANAN PENGGANTI NASI MASYARAKAT JEPARA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG. Program Studi S1 Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan

Kep., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan tugas akhir ini. Diyah Yulistika Handayani, S.Kep., M.Kep.,

Perencanaan SDM merupakan fungsi utama yang harus dilaksanakan dalam organisasi, guna menjamin tersedianya tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai posisi, jabatan, dan

Guru menjelaskan materi tentang pengertian, jenis, fungsi dan simbol estetika karya seni musik dengan Prezi Desktop yang didalamnya terdapat slide presentasi materi

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Probolinggo sebagai lembaga Institusi yang bertugas membantu Bupati Probolinggo dalam menentukan kebijakan di bidang Pengelolaan

- Model data merupakan konsep yang dapat digunakan untuk menjelaskan struktur dari basis data (tipe data, relasi dan constraint).. - Model data meliputi sejumlah operasi-operasi