• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.

Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Keberhasilan pembangunan Sumber Daya Manusia suatu bangsa dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Ada 3 (tiga) faktor utama penentu IPM yang dikembangkan oleh UNDP, yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat (Arum Atmawikarta, 2004). Pada tahun 2012 IPM Indonesia menempati ranking 121 dari 187 negara. IPM Indonesia naik 3 peringkat pada tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya yang menempati posisi 124 dari 187 negara di dunia.

Kurang Energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus hidup, dimulai sejak janin hingga menjadi bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Kasus Kurang

(2)

Energi Protein (KEP) berat atau kasus gizi buruk dewasa ini marak terjadi dimana-mana hampir diseluruh wilayah Indonesia. Masalah gizi kurang secara tidak langsung dapat menjadi penyebab kematian balita. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh cara pemberian makan (asupan gizi/intake) yang kurang baik kualitas maupun kuantitasnya, terutama pada masa awal pertumbuhan anak meliputi pemberian ASI Eksklusif kurang dari 6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) terlalu dini, asupan makanan kurang memenuhi syarat kesehatan, serta kemungkinan adanya penyakit infeksi dan penyakit penyerta. Disamping itu terdapat faktor lain sebagai penyebab tidak langsung yaitu pola asuh anak tidak memadai, tidak cukup persediaan pangan, serta sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. Sebagai akar penyebab masalah gizi adalah krisis ekonomi, politik dan sosial.

Kejadian Luar Biasa (KLB)/kasus gizi buruk (KEP berat, marasmus/ kwasiorkhor) di Kabupaten Sidoarjo mengalami penurunan dan tingkat kesembuhan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah kasus gizi buruk KLB sebanyak 32 kasus, setelah mendapat penanganan/diintervensi yang sembuh 21 kasus (65,6%), yang meninggal 1 kasus (3,1%), DO 1 kasus (3,1%), sedangkan sisanya masih penanganan 9 kasus (28,1%) dan semuanya masih dalam penanganan. Adapun kondisi tahun 2013 kasus KLB gizi buruk sebanyak 26 kasus, hasil tindakan 9 (34,61%) sembuh, masih penanganan 8 (30,76%) kasus dan 7 (26,92%) kasus meninggal karena penyakit penyerta (Broncitis & TBC) . KLB gizi buruk sebagian besar diperberat oleh penyakit penyerta/infeksi TBC/TB Paru, TB Kelenjar dan Broncopnemonia serta disebabkan cacat bawaan

(3)

Di Kabupaten Sidoarjo berdasarkan hasil Penimbangan masih banyaknya Balita Bawah Garis Merah (BGM) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan tahun 2012 sebanyak 1.295 anak (1,24%) naik pada tahun 2013 sebanyak 1.168 anak (1,3%). Sedangkan gizi kurang tahun 2012 sebanyak 5.984 anak (5,74%) dan jumlahnya naik pada tahun 2013 sebanyak 4.959 anak (6,9%). Penyebab balita menjadi BGM & gizi kurang sangat kompleks bisa karena kurangnya pengetahuan, asupan pangan, pola asuh serta penyakit penyerta yang memperparah kondisi.

Mengingat kompleksnya penyebab masalah gizi kurang termasuk BGM & Gizi Buruk, maka perlu dicarikan pendekatan alternative untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah gizi kurang memerlukan program kegiatan yang direncanakan secara tepat. Pendekatan top down dalam perencanaan dan pelaksanaan program dirasakan kurang tepat, mengingat perbedaan potensi sumber daya alam dan SDM serta masalah yang dialami. Sebaiknya perencanaan dan pelaksanaan program dilakukan dengan pendekatan bottom up, dimana masyarakat setempat diharapkan mampu merumuskan permasalahan yang dihadapi kemudian merancang pendekatan yaitu mencari pemecahan masalah berdasarkan dari masalah dan potensi yang dimilikinya, sehingga masyarakat itu sendiri yang menjadi aktor pembangunan dan pemerintah bertindak sebagai fasilitator atau dinamisator.

Salah satu pendekatan bottom up yang dikembangkan di Indonesia adalah pendekatan penyimpangan positif (Positive Deviance) dalam mengatasi masalah gizi balita solusinya ada di depan mata/masyarakat itu sendiri, yaitu dengan mengadop perilaku ibu balita dari keluarga sederhana (kurang mampu) yang

(4)

status gizi anaknya baik. Pendekatan Positive Deviance ini dapat digunakan secara lokal sesuai situasi dan kondisi setempat untuk membantu mengatasi masalah balita gizi kurang yang berdampak dapat mempercepat penurunan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk, serta dapat juga meningkatkan partisipasi masyarakat yang tergambarkan pada cakupan D/S(balita yang datang dibanding dengan jumlah balita yang ada).

Pos Gizi melalui pendekatan Positive Deviance (PD) di Kabupaten Sidoarjo mulai tahun 2007 – 2012 dilaksanakan melalui anggaran dinas kesehatan Kabupaten Sidoarjo yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Sidoarjo pada program perbaikan gizi masyarakat. Penanggulangan masalah gizi kurang dilakukan melalui pendekatan Positive Deviance yang penerapan dan pengembangannya dilakukan di 23 desa pelaku pos gizi.

Pelaksanaan Pos Gizi di Kecamatan Porong dengan pertimbangan prevalensi gizi kurangnya sebesar 9% diatas angka prevalensi gizi kurang Kabupaten Sidoarjo 6,9 % dan pertimbangan lain bahwa potensi masyarakat Kecamatan Porong sangat mendukung sebagai Implementasi Pos Gizi melalui Pendekatan Positive Deviance (PD)

1.2 Kajian Masalah

Masalah gizi kurang di Kabupaten Sidoarjo masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, untuk hasil kegiatan penimbangan di Posyandu menunjukkan bahwa balita gizi kurang (berat badan dibawah pita kuning KMS) sebesar 6,9 % (Profil Kes.Kab.Sidoarjo 2013).

Tahun 2013 Kecamatan Porong prevalensi gizi kurang 9 %, sedangkan kelurahan Porong prevalensi gizi kurang (berat badan dibawah pita kuning KMS)

(5)

termasuk tertinggi di wilayah Kecamatan Porong sebesar 13 %. Untuk menanggulangi masalah gizi kurang tersebut perlu dilaksanakannya Pos Gizi melalui pendekatan Positive Deviance (PD).

Kegiatan Pos Gizi melalui pendekatan Positive Deviance mulai tahun 2007 – 2012 yang dilaksanakan 23 desa pelaku pos gizi sudah dilakukan evaluasi, tetapi masih banyak sekali kendala dan hambatan yang terjadi di lapangan, salah satu kendala yaitu kepatuhan/kedatangan ibu ke pos gizi kurang.

Melihat kenyataan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh pola asuh ibu balita di pos gizi dan non pos gizi terhadap status gizi balita (melalui pendekatan Positive Deviance) di Kelurahan Porong Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pola asuh ibu balita di pos gizi dan non pos gizi terhadap status gizi balita (melalui pendekatan Positive Deviance) di Kelurahan Porong Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh pola asuh ibu balita di pos gizi dan non pos gizi terhadap status gizi balita (melalui pendekatan Positive Deviance) di Kelurahan Porong Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis karakteristik balita meliputi usia dan jenis kelamin.

2. Menganalisis karakteristik keluarga meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan orang tua dan jumlah anggota keluarga tertanggung.

(6)

3. Menganalisis tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan sesudah dilaksanakannya Pos Gizi melalui Positive Deviance.

4. Menganalisis tingkat perubahan perilaku ibu dalam merawat anak sebelum dan sesudah dilaksanakannya Pos Gizi melalui Positive

Deviance.

5. Menganalisis pola asuh ibu balita sebelum dan sesudah dilaksanakannya Pos Gizi melalui Positive Deviance.

6. Menganalisis status gizi balita sebelum dan sesudah dilaksanakannya Pos Gizi melalui Positive Deviance.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti

Mengetahui dan memahami tentang Pos Gizi melalui pendekatan

Positive Deviance terhadap status gizi balita di Kelurahan Porong

Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.

1.5.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Digunakan sebagai wacana dan informasi bagi masyarakat akan pentingnya menanggulangi masalah balita gizi kurang dengan Pos Gizi melalui Positive Deviance.

1.5.3 Manfaat Bagi Penentu Kebijakan

Memberikan informasi apa yang diperlukan masyarakat tentang Pos Gizi melalui Positive Deviance, sehingga dapat direplikasikan ke seluruh desa yang ada di Kabupaten Sidoarjo.

(7)

1.5.4 Manfaat bagi responden

Responden mengetahui dan memahami tentang pentingnya Pos Gizi dalam menanggulangi masalah balita gizi kurang, sehingga responden bisa mempraktekkan kegiatan yang ada di Pos Gizi di rumah.

Referensi

Dokumen terkait

penyuluh untuk melakukan per- temuan sesama penyuluh di Kantor UPTD Perkebunan, beri- kut ini penjabaran tentang penyuluhan pertanian di Keca- matan Gunung Toar:

Penilaian tokoh masyarakat terhadap peran polisi beragam mengenai peranannya sebagai pelindung antara lain dengan menghalau warga yang bertikai, melakukan penjagaan

Besides being known in organic waste management, Kitakyushu is known for its Kitakyushu Eco- Town center; environmental learning center established in June 2001

Adapun dalam artikel ini penulis akan mencoba memanfaatkan salah satu bagian yang terdapat dalam aplikasi Qt-Octave untuk membantu penyelesaian masalah penetapan

Perbedaan penelitian yang telah diteliti oleh penulis dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini berjudul “Himpunan Majelis Taklim Sabilul Muttaqin (HIMMATA)

Peningkatan kecepatan fluida ini diharapkan dapat meningkatkan daya putar fluida terhadap turbin saat menabrak sudu-sudu, karenanya jika diharapkan untuk lebih menekan rugi head

3.4 Jika posisi pemasangan kran saluran air panas lebih tinggi dari pada posisi pemanas, maka air tidak akan bisa benar- benar mengalir ke luar, maka harus

Dengan adanya website di Biro Perjalanan dan Wisata Dita Tours maka penyampaian informasi mengenai tujuan wisata dan paket wisata dapat dilihat dan diakses oleh masyarakat