• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Perkembangan pelayanan publik memang selalu aktual untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Perkembangan pelayanan publik memang selalu aktual untuk"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan di Indonesia.Perkembangan pelayanan publik memang selalu aktual untuk diperbincangkan. Pada dasarnya memang manusia membutuhkan pelayanan, konsep pelayanan ini akan selalu berada pada kehidupan setiap manusia. Posisi masyarakat yang berubah menjadi warga negara membuat para penyedia pelayanan publik tidak hanya memposisikan masyarakat sebagai konsumen, melainkan lebih jauh, masyarakat juga dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan.

Peran serta masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan ini memungkinkan bagi penyedia layanan publik untuk lebih responsif.Hal utama yang menjadi indikator bahwa penyedia layanan publik telah responsif terhadap masyarakat adalah munculnya inovasi pelayanan.Inovasi adalah penciptaan produk yang lebih baik atau lebih efektif, proses, layanan, teknologi, atau gagasan yang diterima oleh pasar, pemerintah, dan masyarakat.Konsep inovasi, belum berkembang secara maksimal pada sektor publik.Hal ini, dikarenakan kebanyakan organisasi sektor publik kurang tertantang, karena berada dalam iklim yang non kompetitif, dan bahkan tidak merasa bermasalah dalam hal kelangsungan hidupnya.Maka, wajar jika konsep inovasi kurang berkembang dalam sektor publik. Namun demikian, perubahan yang terjadi dalam proses administrasi publik menuntut banyak hal lain turut berubah. Pelayanan yang berkualitas dan

(2)

bermutu tinggi menjadi perhatian utama dari organisasi publik.Keterbukaan informasi, jika dikaitkan dengan aktivitas pelayanan, ikut mendorong masyarakat kian sadar tentang hak dan kewajibannya.Dalam sektor publik, inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan suatu pelayanan publik. Inovasi hadir sebagai sebuah produk yang baru dan sifatnya menggantikan cara yang lama. Ini artinya bahwa setiap pelayanan publik, secara isi pada prinsipnya harus memuat sebuah inovasi baru.Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 221 dijelaskan bahwa Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat desa / kelurahan.

Seiring dengan tuntutan profesionalisme maka penyelenggaraan pelayanan publik diharapkan berfokus pada keinginan masyarakat untuk terciptanya kepuasan masyarakat, yakni pelayanan yang cepat, dan mudah.Dalam rangka memenuhi tuntutan, keinginan dan kebutuhan masyarakat, terlebih lagi penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan yang banyak berkaitan langsung dengan pemberian pelayanan publik. Kualitas pelayanan di Kecamatan diharapkan akan menjadi lebih baik setelah menjadi perangkat daerah. Sebab tujuan pemberian otonomi daerah dan keberadaan daerah adalah untuk mensejahterakan masyarakat melalui pemberdayaan dan penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien, ekonomis dan demokratis. Apabila pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat maka diharapkan kualitas pelayanan akan menjadi lebih baik.

Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Kecamatan Binjai berusaha untuk melakukan inovasi dalam pemberian pelayanan publik yang mudah, cepat

(3)

dan efisien. Penilaian terhadap penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan Binjai tentunya akan selalu dilakukan oleh masyarakat penerima layanan. Sehingga positif atau negatifnya penilaian masyarakat dapat dijadikan barometer keberhasilan Kecamatan dalam melaksanakan tugas.Maka untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik diperlukan inovasi kebijakan pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.

Dengan mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Langkat, telah merumuskan visi yang salah satu rumusan misinya adalah Mewujudkan pelayanan publik yang profesional, berbasis teknologi informasi. Kecamatan Binjai harus melakukan inovasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju maka sangat memungkinkan pelayanan publik dengan memanfaatkan perkembangan teknologi adalah salah satu upaya untuk memberikan pelayanan yang diinginkan masyarakat yaitu pelayanan yang mudah, cepat dan efisien. Hal inilah yang memberikan peluang kepada pemerintah Kecamatan Binjai untuk mengembangkan media jaringan internet yang sudah ada menjadi salah satu media dalam pemberian pelayanan publik, khususnya pelayanan administrasi surat menyurat.

Banyaknya kegiatan yang mengharuskan Camat untuk menghadiri menyebabkan waktu dikantor menjadi lebih sedikit. Sehingga pelayanan surat menyurat sering lambat mengakibatkan keluhan masyarakat terhadap pelayanan di kecamatan khususnya Kecamatan Binjai. Pelayanan yang berbasis elektronik yang cepat dan mudah menjadi salah satu jawaban terhadap keluhan masyarakat

(4)

akanpelayanan yang diberikan. Melalui pelayanan yang berbasis elektronik diharapkan tidak ada lagi surat menyurat yang terkendala, karena dimanapun dapat diakses dimanapun pejabat yang berwenang berada.

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah keberbagai sektor termasuk administrasi dalam surat menyurat. Meskipun bidang administrasi surat menyurat merupakan hal yang penting, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, dari berbagai Kantor Camat di Indonesia belum seluruhnya mengadopsi sistem E-Surat. Masih banyak Kantor Camat di tanah air yang masih menyelesaikan proses surat menyurat secara manual. LaunchingE-Surat dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Juni 2016 di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dan ingin membahas lebih dalam lagi mengenai “Implementasi UU No.23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah ( Studi tentang Penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)”.

1.2. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arah yang jelas tentang pembahasan atau analisa yang dilakukan dalam proposal penelitian ini, maka penulis mengemukakan rumusan masalah “ Bagaimana Implementasi Penerapan E-Surat di Kantor Camat

(5)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

“Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat”.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara ilmiah

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan menuliskan karya ilmiah dilapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat secara akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya khasanah keputusan sehingga dapat menjadi sumbangan ilmiah, menambah bahan kajian akademik, referensi dan tambahan informasi bagi para peneliti selanjutnya mengenai Implementasi Penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.

3. Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi dari kajian kriteria – kriteria implementasi yang dijadikan sebagai indikator dalam menentukan terlaksananya penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai dalam

(6)

memberikan pelayanan yang sesuai untuk meningkatkan peran pemerintah terhadap pelayanan kepada masyarakat.

1.4.Kerangka Teori

Teori adalah unsur informasi ilmiah yang paling umum dan paling luas bidang cakupannya.1 Sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian yang logis dari satu proposisi atau lebih. Teori merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi pengertian–pengertian maupun hubungan – hubungan pada proposisi.2

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori – teori sebagai pedoman kerangka berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih.Sugiyono menyebutkan kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba -coba.3

1

Masri Singarimbun & Sosian Effendi.Metode Penelitian Survei.(Jakarta: LP3ES, 2012) hal. 14.

2

Ibid, hal.19.

3

Sugiyono Prof, Dr. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung: CV. Alfa Beta, 2007) hal. 55.

(7)

1.5.1. Kebijakan Publik

1.5.1.1. Pengertian Kebijakan Publik

Secara etimologis, istilah kebijakan publik atau policy beraal dari bahsa Yunani “polis” berarti Negara kota yang kemudian masuk ke dalam bahasa Latin menjadi “politia” yang berarti Negara.

Akhirnya masuk ke dalam bahasa Inggris “policie” yang artinya berkenaan dengan pengendalian masalah–massalah atau administrasi pemerintahan.4

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.5Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk keperluan pembicaraan – pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Oleh karena itu, kita memerlukan batasan atau konsep kebijakan yang lebih tepat.

Untuk keperluananalisis ada beberapa batasan kebijakan publik yang dapat digunakan, salah satunya menurut Robert Eyestone, ia mengatakan bahwa “secara luas” kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.6Batasan lain diberikan oleh Thomas R. Dyeyang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh

4

Dunn, William N. Pengantar Analisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000), hal. 22-25

5

Winarno, Budi. Teori dan Proses Kebijakan Publik.( Yogyakarta: Media Pressindo, 2002), hal. 14

6

(8)

pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.7Konsep kebijakan publik dari Thomas R. Dye ini mengandung makna bahwa kebijakan publik tersebut dibuat oleh pemerintah, bukan swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah.8

Carl Friedrich memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.9Dan dalam pandangan Harrold dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik tersebut hendaknya berisi tujuan, nilai – nilai dan praktika – praktika sosial yang ada dalam masyarakat.10Ini berarti kebijakan publik tidak bioleh bertentangan dengan nilai – nilai dan praktik – praktik sosial yang ada dalam masyarakat.

Batasan lain juga disebutkan oleh James Anderson. Ia mengatakan bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini kemudian mempunyai beberapa implikasi.yakni :Pertama, titik perhatian kita dalam membicarakan kebijakan publik berorientasipada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan. Kedua,kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat–

7

Subarsono, AG.Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hal. 2

8

(9)

9

Winarno, Budi.Ibid.,hal. 16

10

Subarsono, AG. Ibid., hal. 3

pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan – keputusan yang tersendiri.Ketiga, kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif.Secara positif, kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Secara negatif, kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat – pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.11

Dari beberapa uraian diatas dan sejalan dengan pendapat dari Charles O. Jones, bahwa kebijakan publik terdiri dari komponen – komponen:

1. Goals atau tujuan yang diinginkan.

2. Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.

3. Progams, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan. 4. Decision atau keputusan, yaitu tindakan–tindakan untuk

menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi progam.

5. Efek, yaitu alibat – akibat dari progam (baik disengaja atau tidak, primer atau sekunder).12

11

Winarno, Budi. Ibid., hal. 16-18

12

Tangkilisan, Hessel Nogi S. Kebijakan Publik yang Membumi.(Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI, 2003), hal. 2-3

(10)

Meskipun terdapat berbagai definisi kebijakan publik yang telah dikemukakan diatas, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan dan berorientasi pada tujuan dan kepentingan masyarakat.

1.5.1.2. Tahapan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses – proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahapan. Seperti tahapan – tahapan kebijakan yang dikemukakan oleh William N. Dunn berikut ini:13

1. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.Ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

(11)

13 Dunn, William N. Aanalisa Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1998), hal.

24-25

2. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif kebijakan.Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih selagi kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

Gambar 1.1. : Tahapan Kebijakan Publik

Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)

Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)

Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)

Sumber : Subarsono, 2005

(12)

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada hakikatnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan

Suatu pogam kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika pengirim tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, progam kebijakan yang diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

5. Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.Dalam hai ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat.

1.5.2. Implementasi Kebijakan Publik

(13)

Menurut James P. Lester dan Joseph Stewart, implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang sangat luas, merupakan alat administrasi hukum di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih atau tujuan yang diinginkan.14Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses keluaran (output) maupun sebagai hasil.15

Batasan lain mengenai implementasi kebijakan publik yang disebutkan oleh Van Meter dan Van Horn. Mereka membatasi bahwa implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Dari beberapa definisi implementasi kebijakan publik yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa implementasi kebijakan publik adalah pelaksanaan kebijakan oleh mesin-mesin administrasi Negara dalam mengatasi masalah.

1.5.2.2. Model-model Implementasi Kebijakan Publik

Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makersImplementasi dari suatu progam melibatkan upaya-upaya policy makers untuk implementasinya. Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik yang bersifat individu maupun kelompok atau

(14)

14

Winarno, Budi. Ibid., hal. 101

15

Ibid., hal. 102

mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur kelompok sasaran.

Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Untuk memperkaya pemahaman kita tentang berbagai variabel yang terlibat didalamnya, maka kita akan melihat beberapa teori implementasi kebijakan sebagai berikut:

1. Teori George C. Edwards III (1980)

Menurut George Edward III terdapat 4 faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan antara lain yaitu faktor (a) komunikasi, (b) sumberdaya, (c) disposisi dan (d) struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.16

Gambar 1.2

Faktor Penentu Implementasi menurut Edwards III

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

(15)

16

Subarsono, AG. Ibid., hal. 90-92

a. Komunikasi

Keberhasilan komunikasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

b. Sumber Daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujudsumber daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya finansial.Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.Tanpa sember daya, kebijakan hanya di kertas menjadi dokumen saja.

c. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan juga menjadi tidak efektif.

(16)

d. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap implementasi kebijakan.Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP) SOP menjadi pedoman bagi setiap kelompok implementor dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan danmenimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

2. Teori Donalds S. Van Meter dan Van Horn (1975)

Menurut Meter dan Horn ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi kinerja implementasi, yakni (a) standar dan sasaran kebijakan, (b) sumber daya, (c) hubungan antar organisasi, (d) karakteristik agen pelaksana, (e) disposisi implementor, dan (f) kondisi sosial, ekonomi dan politik.17Seperti yang terlihat pada gambar.

17

(17)

Gambar 1.3

Model Implementasi Kebijakan Menurut Donalds S. Van Meter dan VanHorn

Sumber : Subarsono, 2005.

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumberdaya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-manusia (non-human resources).

Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksana Saran dan tujuan

kebijakan Karakteristik badan pelaksana Disposisi pelaksana Kinerja implementasi Sumberdaya Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

(18)

c. Hubungan antar Organisasi

Dalam banyak progam, implementasi sebuah progam perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu progam.

d. Karakteristik agen pelaksana

Yang dimaksud dengan karekteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu progam.

e. Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang pening, yakni : (1) respon implementor terhadap kebijakan yang akan memperoleh kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (2) kognisi, yakni pelaksanaannya terhadap kebijakan dan (3) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

f. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberi dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

(19)

3. Teori Marilee S. Grindle (1980)

Keberhasilan implementasi menurut Marilee S. Grindle (1989) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).18Seperti terlihat pada gambar.

Gambar 1.4

Implementasi sebagai proses Politik dan Administrasi

Sumber : Subarsono, 2005.

18

Subarsono, AG. Ibid., hal. 93

Implementasi Kebijakan dipengaruhi oleh : 1. Isu Kebijakan

a. Kepentingan kelompok sasaran. b. Tipe manfaat.

c. Derajat perubahan yang diinginkan d. Letak penganbilan keputusan e. Pelaksanaan progam

f. Sumberdaya progam 2. Lingkungan Implementasi

a. Kekuasaan, kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga dan penguasa

c. Kepatuhan dan daya tanggap Tujuan kebijakan Tujuan yang dicapai ? Progam khusus dan proyek individu yang di desain dan di danai Progam yang dilaksanakan sesuai rencana Hasil Kebijakan : a. Dampak pada masyarakat, individu dan kelompok b. Perubahan dan penerimaan masyarakat Mengukur keberhasilan

(20)

Variabel isi kebijakan mencakup : (a) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, (b) jenis manfaat yang diterima oleh target groups, (c) sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, (d) apakah letak sebuah progam sudah tepat, (e) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci dan (f) apakah sebuah progam didukung oleh sumberdaya yang memadai.

Sedangkan variabel lingkungan mencakup : (a) seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, (b) karakteristik institusi dan rejim yang sedang berkuasa dan (c) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)

Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : (a) karakteristik dari masalah (tractability of the problems), (b) karakteristik kebijakan/Undang-undang (ability of statute to stracture implementation) dan (c) variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation).19Seperti terlihat pada gambar.

(21)

19

Subarsono, AG. Ibid., hal. 94

Gambar 1.5

Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Proses Implementasi

Sumber : Subarsono, 2005.

Sumber : Subarsono, 2005

1.5.3. E-Surat

1.5.3.1. Gambaran Sistem E-Surat

E-surat adalah aplikasi berbasis teknologi untuk mentransformasi semua surat (kepaniteraan dan kesekretariatan) dalam bentuk digital, baik surat yang masuk maupun yang keluar sehingga pengarsipan dokumen persuratan tertata

Mudah / Tidaknya Masalah dikendalikan: 1. Kesulitan teknis

2. Keragaman perilaku kelompok sasaran

3. Presentase kelompok sasaran disbanding jumlah populasi

4. Ruang lingkup perubahan perilaku

Kemampuan Kebijaksanaan Untuk Menstrukturkan Proses Implementasi

1. Kejelasan dan konsistensi tujuan 2. Digunakan teori kasual yang memadai 3. Ketetapan alokasi sumberdaya 4. Keterpaduan hierarki dalam dan

diantaralembaga pelaksana

5. Aturan-aturan keputusandari badan pelaksana 6. Rekrutmen pejabat pelaksana

7. Akses pihak luar

Variabel diluar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi 1. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi 2. Dukungan politik

3. Sikap dan sumber-sumber yangdimiliki kelompok pemilih

4. Dukungan dari pejabat atasan

5. Komitmen dan keterampilan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana

Tahap-tahap dalam Proses Implementasi (Variabel Tergantung) Output kebijakan dari badan-badan pelaksana Kepatuhan kelompok sasaran terhadap output kebijakan Dampak nyata output kebijakan Dampak output kebijakan sebagaimana dipersepsi Perbaikan mendasar dalam Undang-undang

(22)

dengan baik. Adanya sistem E-Surat memudahkan dalam surat menyurat. E-surat bisa mempercepat waktu dalam merespon informasi yang masuk.Sehingga seorang pejabat bisa memberikan respon yang cepat.E-surat juga bisa menekan penggunaan kertas sehingga paperless. Yang tidak kalah penting adalah pengarsipan dokumen akan menjadi lebih tertata karena database tersimpan dalam sistem IT. Sistem E-surat dibuat karena telah terjadi beberapa masalah, misalnya E-surat dibuat berawal dari penemuan dokumen palsu, oleh karena itu penyusunan E-surat juga ditujukan untuk menekan pemalsuan dokumen lainnya.

1.5.3.2. Tujuan dan Manfaat E-Surat

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan proyek perubahan ini adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Jangka Pendek

Terlaksananya pelayanan administrasi yang mudah, cepat dan efisien di Lingkungan Kantor Camat Binjai melalui sistem e-surat.

b. Tujuan Jangka Menengah

Terlaksananya pelayanan administrasi yang mudah, cepat dan efisien di seluruh Desa / Kelurahan se Kecamatan Binjai melalui sistem e-surat. c. Tujuan Jangka Panjang

Terlaksananya penerapan sistem e-surat di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem e-surat antara lain sebagai berikut:

(23)

a. Terciptanya Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil Negara yang melek terhadap teknologi.

b. Proses pelayanan administrasi akan menjadi lebih cepat dan lebih mudah.

c. Penghematan anggaran operasional dengan terjadinya paperless akibat penerapan sistem e-surat.

1.5.3.3. Keunggulan Aplikasi E-Surat

a. Dapat diakses melalui komputerm handphone, iPad, dan gadget lainnya dengan koneksi internet.

b. Penyapaian disposisi menjadi lebih cepat sehigga mempercepat penanganan masalah.

c. Proses pencairan surat (searching) dilakukan lebih mudah, cepat dan dapat decetak pada saat dibutuhkan.

d. Informasi adanya surat masuk dapat deketahui dengan cepat melalui SMS (Short Message System).

e. Pejabat pemberi disposisi ridak harus berada di kantor, tetap dapat memberikan disposisi dan memantau perkembangan maupun laporannya via internet.

f. Penghematan waktu karena berbasis surat elektronik. g. Penghematan kertas karena paperless.

(24)

1.6.Definisi Konsep

Dengan konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik, kejadian keadaan kelompok atau individu tertentu. Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mengidentifikasi istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tidak terjadi kesalapahaman pengertian dan perbedaan persepsi yang dapat menghaburkan penelitian ini. Adapun definisi konsep dala penelitian ini adalah:

1. Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

2. Implementasi kebijakan adalah.tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

3. Implementasi E-surat adalah aplikasi berbasis teknologi untuk mentransformasi semua surat (kepaniteraan dan kesekretariatan) dalam bentuk digital, baik surat yang masuk maupun yang keluar sehingga pengarsipan dokumen persuratan tertata dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang pemberian makan yang baik pada bayi untuk

Setiap dokter tamu berhak untuk memilih tetapi tidak memiliki hak untuk dipilih pada berbagai jabatan staf medis, memiliki hak bicara pada pertemuan staf medis, berpartisipasi aktif

Kisaran ukuran alel masing-masing mikrosatelit yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan genetic analyzer diuji pada tiga varietas padi (varietas introduksi H27 dan ARC10550,

Pada persamaan (25),

Pandangan peneliti potensi sumber daya alam Sumenep yang begitu melimpah ruah baik dari sektor laut, minyak dan gas bumi (migas) atau sumber daya alam lain

Sistem Informasi Manajemen Desa (SIMADE) adalah suatu sistem informasi yang dapat terhubungkan sebagian besar administrasi yang tersedia di Kantor Kecamatan Kota Batu mulai dari

dilakukan secara objektif dan sistematis. Menurut Freire, bahwa hubungan manusia dengan dunianya dijembatani oleh kemampuan pikiran-bahasa. Berfikir dan mengetahui tidak lepas

Antusiasnya anggota kelompok atau petani menunjukkan keinginan mereka terkait sesuatu hal yang dapat membuat lebih baik, sehingga petani bila terdapat suatu informasi baru