• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latatar Belakang

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun, disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali susunan saraf pusat, Diagnosa ditegakkan dengan mencari kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan saraf tepi dan kelainan-kelainan yang tampak pada kulit (Depkes, 2005). Kusta disebabkan oleh (Mycobacterium leprae), suatu bakteri tahan asam yang belum dibiakkan dimedia buatan (Chandrasoma, 2005). Cara penularan penyakit kusta sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti namun beberapa ahli mengatakan bahwa penyakit kusta menular melalui saluran pernafasan dan kulit (Chin, 2006).

(Susanto, 2006), menyatakan bahwa penyakit kusta tidak hanya ditularkan oleh manusia tetapi juga ditularkan oleh binatang seperti armadillo,monyet dan mangabey. Mycobacterium leprae hidup pada suhu rendah. Bagian tubuh manusia yang memiliki suhu lebih rendah yaitu mata, saluran pernafasan bagian atas, otot, tulang, testis, saraf perifer dan kulit (Burn, 2010). Penyakit kusta yang telah menular akan menimbulkan tanda dan gejala pada penderita kusta. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan keluarga sebagai salah satu bagian dari perilaku dengan proses penularan dan penyembuhan pada penderita kusta (Siregar, 2015). Orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kusta tentunya akan berusaha menjauhkan dirinya dari factor-faktor yang dapat menjadi sumber penularan penyakit ini (Mukhlis, 2010). Selain itu, pengetahuan tentang penyakit juga harus sejalan dengan perilaku hygiene seseorang

(2)

dalam kesehariannya. Berdasarkan penilitian, diketahui bahwa perilaku hygiene memiliki hubungan bermakna pada penularan penyakit kusta (Idris,2008).

Menurut WHO jumlah kasus baru di dunia pada tahun 2012 adalah sekitar 232.857 kasus dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) 4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan laporan WHO Expert Committee On Leprosy dari beberapa negara tercatat bahwa rata-rata setelah selesai pengobatan kusta terdapat 75% penderita kusta dengan kecacatan, sedangkan 25% penderita kusta tidak mengalami kecacatan.

Pada tahun 2013 di indonesia jumlah kasus baru kusta 13.146 kasus,dengan jumlah kecacatan tingkat 2 sebesar 1.372 penderita. Di Indonesia proporsi cacat penderita kusta sebesar 10,44%. Provinsi Papua termasuk dalam daerah dengan beban Kusta tinggi (high endemic) karena angka penemuan kasus baru Newly Case Detection Rate (NCDR) 10 per 100.000 penduduk.

Pada tahun 2012 jumlah kasus baru penderita Kusta di provinsi Papua sebanyak 1141 kasus dengan Cacat tingkat I 34 penderita dan Cacat tingkat II sebanyak 62 penderita, tahun 2013 meningkat menjadi 1180 kasus dengan tingkat cacat I 35 penderita dan cacat tingkat II sebanyak 89 penderita, sedangkan tahun 2014 menurun menjadi 757 kasus dengan cacat tingkat I 39 penderita dan cacat tingkat II sebanyak 40 penderita (Dinkes Provinsi Papua,2015).

Kota Jayapura pada tahun 2014 jumlah kasus baru penderita kusta sebanyak 155 kasus dengan cacat tingkat I 6 penderita dan cacat tingkat II sebanyak 4 penderita. Data 2014 dari 12 Puskesmas yang ada di kota Jayapura, 5 besar Puskesmas dengan jumlah kasus baru tertinggi yaitu Puskesmas Hamadi 39 penderita, Puskesmas Jayapura Utara 33 penderita, Puskesmas Elly Uyo 29 penderita, Puskesmas Jayapura Utara 15 penderita, Puskesmas Kotaraja 14 penderita (Dinkes Kota Jayapura, 2015).

(3)

Menurut data Puskesmas Elly Uyo, tahun 2012 jumlah kasus baru penderita Kusta sebanyak 88 penderita, pada tahun 2013 menurun menjadi 55 penderita dan tahun 2014 jumlah kasus baru penderita Kusta sebanyak 74 penderita, berdasarkan dari informasi petugas kesehatan, Puskesmas Elly Uyo mempunyai kelompok perawatan diri (KPD) dengan peserta penderita kusta yang berobat di Puskesmas Elly Uyo namun kelompok perawatan diri sekarang sudah tidak aktif. Sekelompok ini merupakan wadah yang baik Karen kelompok perawatan diri dapat mencegah kecacatan pada penderita Kusta (Puskesmas Elly Uyo 2015).

Berdasarkan survei awal di pasien kusta yang berobat di Puskesmas Elly Uyo Distrik Jayapura Selatan, dari 53 penderita yang di wawancarai oleh peneliti terdapat 33 penderita yang mengalami penyakit kusta dan melakukan pengobatan rutin. Penderita penyakit kusta tersebut lebih dominan berdomisili di wilayah Polimak, sehingga wilayah tersebut di kategorikan sebagai daerah endemis (Data Puskesmas, 2017). Berdasarkan fenomena, yang ada pada keluarga penderita ternyata ada beberapa keluarga yang tertular oleh penyakit kusta dari penderita sebelumnya dan penderita sebelumnya ternyata sudah sembuh. Setelah wawancara dengan keluarga penderita tersebut, mereka mengatakan tidak mengetahui bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, disamping itu juga anggota keluarga belum mengetahui tata cara dalam melakukan upaya pencegahan yang mengakibatkan penularan kepada orang yang disekitarnya.

Penularan penyakit kusta juga dapat disebabkan kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga sehingga peran dari keluarga dalam melakukan pencegahan kurang baik. Rendahnya derajat pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta tersebut dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui bagimana cara-cara penularan penyakit kusta. Dengan mengetahui penularan penyakit kusta, masyarakat seharusnya tidak lagi takut dengan penyakit

(4)

kusta yang selama ini dianggap sebagai penyakit yang menyeramkan. Penyakit kusta memang menular melalui udara, demikian pula dengan air dan melakukan hubungan intens dengan penderita kusta itu sendiri, namun masyarakat banyak yang tidak mengetahui bagaimana cara-cara penularan penyakit kusta tersebut.

Hal inilah yang kemudian menyebabkan adanya salah pemahaman tentang penyakit kusta yang sampai saat ini masi dipegang oleh masyarakat. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melakukan penginderaan sehingga semakin tahu seseorang terhadap pencegahan penyakit kusta maka akan semakin baik juga dalam melakukan pencegahan, namun jika pengetahuannya kurang maka akan menyebabkan penularan penyakit kusta pada anggota keluarga yang lain karena ketidak tahuannya dalam melakukan pencegahan penularan penyakit kusta (Setiadi, 2008).

Perilaku individu atau keluarga terhadap suatu penyakit tergantung dari pengetahuan, sikap, dan tindakan individu tersebut, apabila pengetahuan individu terhadap suatu penyakit tidak atau belum diketahui, maka sikap dan tindakan dalam upaya pencegahan kecacatan pun terkadang terabaikan (Notoatmodjo, 2011).

Menurut Blum lingkungan merupakan faktor penyumbang terbesar kejadian penyakit, kemudian perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Lingkungan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bakteri, termasuk bakteri kusta (Azwar,1995).

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian kusta antara lain kondisi fisik rumah yang buruk, tingginya riwayat kontak dengan penderita kusta, serta tingkat pendidikan yang rendah (Norlatifah dkk, 2010).

Menurut hasil penelitian Yudied dkk (2008) tentang kajian pengendalian potensial faktor risiko penularan penyakit kusta dan intervensinya di Puskesmas Pragaan Kabupaten Sumenep,

(5)

faktor risiko lingkungan yang berpengaruh yaitu kondisi sanitasi kurang baik meliputi kebersihan rumah, kelembaban dan juga kebiasaan tidur bersama-sama, pakai pakaian dan handuk mandi bergantian serta buang air besar di kebun.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan yaitu pencegahan pada keluarga sehat yang belum terkena penyakit kusta dan memiliki risiko tertular karena berada di sekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang di berikan petugas kesehatan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah keluarga penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2005).

Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler/ Mycobacterium Basah (MB), karena tipe tersebut merupakan sumber kuman menularkan kepada orang lain.

Maka dari itu peniliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Perilaku Keluarga Dan Pasien Dengan Penularan Penyakit Kusta”.

1.2 Rumusan Masalah

(6)

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat Hubungan Antara Keluarga Dan Pasien Terhadap Penularan Penyakit Kusta Di Puskesmas Elly Uyo Ardi Pura III Distrik Jayapura Selatan?

1.3 Tujuan Penilitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Perilaku Keluarga Dan Pasien Dengan Penularan Penyakit Kusta Di Puskesmas Elly Uyo Ardipura III Distrik Jayapura Selatan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi Hubungan Perilaku Keluarga Dan Pasien Dengan Penularan Penyakit Kusta Di Puskesmas Elly Uyo Ardipura III Distrik Jayapura Selatan

2. Mengidentifikasai terjadinya penularan penyakit kusta di Puskesmas Elly Uyo Ardipura III Distrik Jayapura Selatan

3. Menganalisis Hubungan Perilaku Keluarga Dan Pasien Dengan Penularan Penyakit Kusta Di Puskesmas Elly Uyo Ardipura III Distrik Jayapura Selatan

1.4 Manfaat Penilitian

1.4.1 Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat memberikan tambahan data tentang gambaran perilaku keluarga dan pasien dalam upaya pencegahan penularan penyakit kusta sehingga dapat mengembangkan ilmu keperawatan.

(7)

Dapat menjadi bahan informasi tentang penanganan penyakit kusta. Selain itu juga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penyuluhan tentang kusta kepada masyarakat. Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian dan menambah pengetahuan secara menerapkan ilmu yang di dapat selama kuliah, serta dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.

1.4.3. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program keperawatan khususnya tentang penularan penyakit kusta dan dapat dijadikan sebagai bahan dan data serta acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.4. Bagi Profesi

Penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi perawat tentang pentingnya memberikan pendidikan kesehatan pada penderita kusta.

1.4.5. Bagi masyarakat / klien

Menambah pengetahuan dan informasi keluarga dan penderita tentang penyakit kusta. Sebagai motivasi penderita kusta untuk berobat ke puskesmas sehingga jika ada anggota keluarga yang menderita kusta dapat terdeteksi dengan cepat dan segera mendapat pengobatan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan. Serta dapat mengiformasikan kepada keluarga tentang faktor yang berhubungan dengan penularan kusta di masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Independen pada penelitian ini adalah LnTA ( Size Bank ), KreditTA (Kredit dalam Total Aset), DPKTA (Dana Pihak Ketiga dalam Total Aset), TETA (Total Ekuitas dalam Total Aset), IEPO

dilakukan uji Efek mandiri Uji lanjut menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% yang disajikan pada Tabel 3. Uji mandiri Kultivar Rajabasa, Mutiara 1, Argomulyo,

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka untuk mendalami mengenai metode pengajaran dalam rangka kerygma dan didache di Sekolah Minggu, penulis menggunakan tiga teori

Perusahaan Pelayaran Nusa Tenggara, tarif tambang per mil untuk kapal kamandalu yang dihitung dengan menggunakan metode variabel costing adalah Rp 847.126,36.. 2.3.1 Metode

Tidak adanya dukungan dari manajemen puncak terhadap sistem informasi manajemen yang ada, maka dapat dipastikan sistem informasi dalam organisasi tersebut tidak

  Jawaban : catu daya merupakan suatu rangkaian yang berfungsi memberikan daya dan tegangan kepada rangkaian televisi agar televisi tersebut dapat bekerja dengan

Kerusakan infrastruktur yang berada di Sungai Senowo dan Pabelan bagian hilir adalah dampak dari banjir lahar dingin yang disebabkan curah hujan yang tinggi di

Hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan laba perusahaan pada PTPindad (Persero) Bandung tergolong kurang tinggi.Kurang tingginya laba yang diperoleh PT Pindad