• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

MODUL BEST PRACTICE

AKHMAD HARRY LESMANA

MAROLOAN J. BARINGBING

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN

DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

Teknis Substantif

(2)

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN

DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

(3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1

(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN

DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

Teknis Substantif Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

AKHMAD HARRY LESMANA MAROLOAN J. BARINGBING

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

2020

(5)

MODUL BEST PRACTICE

PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN

DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

Teknis Substantif Bidang Lalu Lintas Keimigrasian

AKHMAD HARRY LESMANA MAROLOAN J. BARINGBING

BPSDM KUMHAM Press

Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere – Depok 16512

Telepon (021) 7540077, 754124 Faksimili (021) 7543709, 7546120 Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan ke-1 : November 2020 Perancang Sampul : Panjibudi Penata Letak : Panjibudi xii + 106 hlm.; 18 × 25 cm ISBN: 978-623-6869-74-1

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip dan mempublikasikan

sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin dari Penerbit Dicetak oleh:

PERCETAKAN POHON CAHAYA

(6)

KATA SAMBUTAN

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya Modul Best Practice berjudul ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi” telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Modul Best Practice merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan tacit yang masih tersembunyi dan tersebar di banyak pihak, untuk menjadi bagian dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber- sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindah tempatkan atau replikasi guna peningkatan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan Modul Best Practice dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan pengembangan karir.

Modul Best Practice pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 jam pelajaran (JP) bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas

(7)

publikasi ini. Semoga modul ini dapat berkontribusi positif bagi para pembacanya dan para pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM.

Selamat Membaca… Salam Pembelajar… Jakarta, Agustus 2020

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak dan perkenan-Nya masih diberikan kesempatan dan kesehatan dalam rangka penyusunan Modul Best Practice berjudul ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi”.

Modul Best Practice ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi” sebagai sumber pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan terhadap keberagaman bidang tugas dan fungsi serta kinerja organisasi Kemenkumham. Selain itu upaya untuk memperkuat dan mengoptimalkan kegiatan pengabadian aset intelektual dari pengetahuan tacit individu menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan tacit yang berhasil didokumentasikan, akan sangat membantu sebuah organisasi dalam merumuskan rencana strategis pengembangan kompetensi baik melalui pelatihan maupun belajar mandiri, serta implementasi Kemenkumham Corporate University (CorpU).

Demikian Modul Best Practice ”Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi” disusun, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi bagi pembaca khususnya pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Depok, 26 Oktober 2020 Kepala Pusat Pengembangan Diklat Teknis dan Kepemimpinan,

Hantor Situmorang

(9)
(10)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ...v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Deskripsi Singkat ... 1 C. Tujuan Pembelajaran ... 2 D. Materi Pokok ... 2 E. Petunjuk Belajar ... 2

BAB II TUGAS DAN FUNGSI IMIGRASI DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI ... 3

A. Tugas dan Fungsi Imigrasi di TPI ... 3

B. Definisi di Bidang TPI ... 4

C. Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) ... 7

D. Area Imigrasi ... 19

E. Kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut ... 21

BAB III PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN ... 27

A. Prinsip Dasar Pemeriksaan Keimigrasian ... 27

B. Prosedur Pemeriksaan Keimigrasian ... 29

C. Teknik Wawancara ... 43

D. Cap Keimigrasian ... 46

E. Perangkat BCM Mobile Unit dan Aplikasi Perlintasan Keimigrasian dalam Border Control Management (BCM) ... 58

(11)

BAB IV PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN KHUSUS ... 79 A. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat yang Bukan TPI ... 79 B. Pemeriksaan Keimigrasian di Atas Alat Angkut Dalam

Perjalanan Menuju Wilayah Indonesia ... 81 C. Pemeriksaan Keimigrasian Terhadap Awak Kapal Militer

atau Kapal Perang dan Kapal Pemerintah Asing ... 86 D. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap awak kapal Wisata (Yacht)

Asing ... 89 E. Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Lain Yang Difungsikan

sebagai Tempat Pemeriksaan Keimigrasian ... 94 F. Pemeriksaan Keimigrasian bagi Orang Asing yang Masuk

dengan Visa Tinggal Terbatas Dalam Rangka Bekerja

(Tenaga Kerja Asing) ... 98 BAB V PENUTUP ... 103 DAFTAR PUSTAKA ... 105

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. 90 Pelabuhan Laut ... 8

Tabel 2.2. 37 Bandar Udara ... 12

Tabel 2.3. 11 Pos Lintas Batas Internasional ... 13

Tabel 2.4. 44 Pos Lintas Batas Tradisional ... 14

Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas ... 70

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyusunan modul Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dilatarbelakangi oleh adanya pemenuhan learning paper di bidang teknis keimigrasian melalui “Kumham Corporate University”, sebuah manajemen strategis pengembangan SDM yang fokus pada program strategis kementerian, dengan mengelola individu pegawai dalam ekosistem organisasi pembelajar, serta pengelolaan pengetahuan untuk mencapai karakter unggul di bidang keimigrasian. Pemeriksaan keimigrasian merupakan salah satu tugas dan fungsi Imigrasi khususnya dalam mengatur lalu lintas orang yang masuk atau keluar WIlayah Indonesia di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Untuk itu, seorang Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan harus memahami ketentuan yang berlaku di bidang pemeriksaan keimigrasian itu sendiri serta mengetahui hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas di lapangan.

B. Deskripsi Singkat

Modul Pemeriksaan Keimigrasian di TPI ini memuat substansi dasar pemeriksaan keimigrasian terhadap orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia meliputi pengenalan tugas dan fungsi Imigrasi di TPI, definisi di bidang TPI, penjabaran tentang TPI, kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut, serta prinsip dan prosedur pemeriksaan keimigrasian baik yang bersifat umum dan bersifat khusus.

(15)

C. Tujuan Pembelajaran

1. Hasil Belajar

Setelah mempelajari modul ini, para pembelajar diharapkan dapat menjelaskan mengenai pemeriksaan keimigrasian di TPI.

2. Indikator Hasil Belajar

Setelah mempelajari materi ini, para pembelajar diharapkan dapat: a. Menyebutkan tugas dan fungsi Imigrasi di TPI;

b. Menyebutkan tata cara pemeriksaan keimigrasian; c. Menyebutkan pemeriksaan keimigrasian khusus.

D. Materi Pokok

Materi Pokok yang dibahas dalam modul ini adalah: 1. Tugas dan fungsi Imigrasi di TPI;

2. Tata cara pemeriksaan keimigrasian; 3. Pemeriksaan keimigrasian khusus.

E. Petunjuk Belajar

Agar proses pembelajaran maupun internalisasi pemahaman terkait pemeriksaan keimigrasian di TPI dapat berjalan lebih lancar, dan indikator hasil belajar tercapai secara baik, Kami sarankan untuk mempelajari secara urut, menambah referensi lain yang terkait, serta berdiskusi dengan beberapa pihak untuk mendapatkan gambaran pemahaman lain sekaligus penguatan tentang pemeriksaan keimigrasian di TPI.

(16)

BAB II

TUGAS DAN FUNGSI IMIGRASI

DI TEMPAT PEMERIKSAAN IMIGRASI

A. Tugas dan Fungsi Imigrasi di TPI

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Fungsi Keimigrasian merupakan bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Adapun definisi Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang selanjutnya disingkat sebagai TPI, berpedoman pada:

1. Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian; dan

2. Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,

Yaitu tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas batas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar Wilayah Indonesia.

Selanjutnya dalam Pasal 3 angka 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 disebutkan Tugas dan Fungsi Imigrasi di TPI di sepanjang garis perbatasan Wilayah Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang meliputi Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan pos lintas batas, dalam hal ini sesuai dengan tugasnya sebagai Penjaga Pintu Gerbang Negara, bukan sebagai penjaga garis batas negara.

Kebijakan keimigrasian Indonesia dalam hal lalu lintas orang yang masuk dan keluar Wilayah Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 sebagaimana dimaksud dalam:

(17)

1) Pasal 9 Angka 1, Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui tempat pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

2) Pasal 17 Angka 1, Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya wajib melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Dari beberapa ketentuan diatas, semakin dapat dipahami bahwa makna Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Kedaulatan Negara yang berarti kekuasaan tertinggi yang menjadi sifat atau ciri hakiki suatu negara, mempunyai batas-batas yang dibatasi oleh batas-batas Wilayah Negara, yang artinya bahwa suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertingi di dalam batas-batas wilayahnya baik wilayah darat, udara dan laut. Kedaulatan mempunyai arti bahwa negara mempunyai hak kekuasaan penuh untuk melaksanakan hak teritorialnya dalam batas- batas wilayah Negara yang bersangkutan. Prinsip kedaulatan di dalam piagam PBB merupakan salah satu prinsip dasar yang paling penting dan dihormati terutama di dalam kesamaan posisi hak antar Negara di dunia. Sejalan dengan prinsip kedaulatan, kebijakan keimigrasian Indonesia adalah salah satu manifestasi dari hak ekslusif sebuah negara yang berdaulat dan memiliki kekuasaan, yaitu:

1. Kekuasaan mengendalikan persoalan domestik;

2. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing;

3. Hak istimewa untuk membuka perwakilan diplomatiknya di negara lain; 4. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan di wilayahnya.

B. Definisi di Bidang TPI

Untuk memudahkan dalam mempelajar modul ini, terdapat beberapa definisi berkaitan dengan pemeriksaan keimigrasian yang perlu dicermati dan dipahami sebagai berikut:

(18)

1. Wilayah Negara Republik Indonesia yang disebut sebagai Wilayah Indonesia, adalah seluruh wilayah Indonesia serta zona tertentu yang ditetapkan berdasarkan undang-undang;

2. Pejabat Imigrasi adalah pegawai yang telah melalui pendidikan khusus Keimigrasian dan memiliki keahlian teknis Keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

3. Petugas Pemeriksa Pendaratan adalah pegawai imigrasi yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Imigrasi untuk melakukan pemeriksaan terhadap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia;

4. Area Imigrasi adalah area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh penumpang atau awak Alat Angkut yang akan keluar atau masuk Wilayah Indonesia atau pejabat dan petugas yang berwenang;

5. Konter Imigrasi adalah tempat dilakukan tahapan pemeriksaan keimigrasian di area imigrasi;

6. Kartu Elektronik Sistem Perlintasan Keimigrasian adalah kartu yang memuat data elektronik yang berisikan jati diri dan data biometrik pemegangnya yang dapat digunakan sebagai verifikasi dalam proses pemeriksaan keimigrasian;

7. Autogate adalah pintu perlintasan elektronik bagi warga negara Indonesia atau Orang Asing tertentu dalam pemeriksaan keluar atau masuk wilayah Indonesia;

8. Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi lain yang lazim digunakan, baik untuk mengangkut orang maupun barang. Penanggung Jawab Alat Angkut adalah pemilik, pengurus, agen, nakhoda, kapten kapal, kapten pilot, atau pengemudi alat angkut yang bersangkutan;

9. Penumpang adalah setiap orang yang berada di atas alat angkut, kecuali awak alat angkut;

10. Visa Republik Indonesia, yang disebut sebagai Visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah

(19)

Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian izin tinggal;

11. Paspor Kebangsaan adalah dokumen yang dikeluarkan oleh negara asing kepada warga negaranya untuk melakukan perjalanan antar negara yang berlaku selama jangka waktu tertentu;

12. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara, Perserikatan Bangsa- Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk melakukan perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya;

13. Pas Lintas Batas adalah berupa kartu atau buku yang berfungsi sebagai bukti identitas diri penduduk daerah perbatasan sebagai Dokumen Perjalanan pengganti Paspor dan Visa untuk melakukan lintas batas tradisional pada daerah perbatasan antara Negara Republik Indonesia dengan negara tetangga;

14. Penduduk Daerah Perbatasan adalah warga negara Indonesia yang karena kelahiran, perkawinan, atau pindah dari daerah lain yang bertempat tinggal secara sah di daerah perbatasan;

15. Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian adalah sistem teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi guna mendukung operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan Fungsi Keimigrasian;

16. Orang Asing adalah orang yang bukan warga negara Indonesia; 17. Izin Masuk Kembali adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pejabat

Imigrasi kepada Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas dan Izin Tinggal Tetap untuk masuk kembali ke Wilayah Indonesia;

18. Supernunery adalah suami, isteri, atau anak yang merupakan keluarga dari nakhoda atau perwira Alat Angkut laut yang ikut bersama dalam alat angkutnya yang diperlakukan sebagai penumpang;

(20)

19. Supercargo adalah pemilik muatan atau kargo dalam Alat Angkut yang bukan merupakan nakhoda atau awak Alat angkut yang diperlakukan sebagai penumpang;

20. Superintendent adalah Pengawas Alat Angkut laut yang bukan merupakan nakhoda atau awak alat angkut yang diperlakukan sebagai penumpang;

21. Tanda Menolak Masuk adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan atau Paspor Kebangsaan yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda penolakan masuk ke Wilayah Indonesia;

22. Surat Keterangan Penolakan Masuk adalah surat yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang memuat tentang alasan penolakan masuk ke Wilayah Indonesia;

23. Data Biometrik adalah data yang memuat identitas wajah dan sidik jari pemegang Dokumen Perjalanan;

24. Surat Tanda Penerimaan adalah surat yang dikeluarkan Pejabat imigrasi kepada Orang Asing atau warga negara Indonesia sebagai bukti penarikan Dokumen Keimigrasian atau Dokumen Perjalanan; 25. Pencegahan adalah larangan sementara terhadap orang untuk keluar

dari Wilayah Indonesia berdasarkan alasan Keimigrasian atau alasan lain yang ditentukan oleh Undang-Undang;

26. Penangkalan adalah larangan terhadap Orang Asing untuk masuk Wilayah Indonesia berdasarkan alasan Keimigrasian.

C. Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI)

TPI adalah tempat pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos lintas batas, atau tempat lain sebagai tempat masuk dan keluar Wilayah Indonesia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH- 02.GR.02.02 Tahun 2020 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi telah menetapkan daftar TPI yang terdiri dari:

(21)

1. 90 TPI Pelabuhan Laut; 2. 37 TPI Bandar Udara;

3. 11 TPI Pos Lintas Batas Internasional; dan 4. 44 TPI Pos Lintas Batas Tradisional

Sehingga jumlah keseluruhan TPI saat ini berjumlah 182 (seratus delapan puluh dua) TPI.

Tabel 2.1. 90 Pelabuhan Laut

NO

TEMPAT PEMERIKSAAN

IMIGRASI KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH KODE TPI

1. Malahayati Banda Aceh Aceh MHI

2. Sabang Sabang Aceh SBA

3. Kuala Langsa Langsa Aceh KUA

4. Lhokseumawe Lhokseumawe Aceh LSW

5. Belawan Belawan Sumatera Utara BLW 6. Sibolga Sibolga Sumatera Utara SLG 7. Gunung Sitoli Sibolga Sumatera Utara GNS 8. Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara NBG 9. Kuala Tanjung Tanjung Balai Asahan Sumatera Utara KTJ 10. Teluk Bayur Padang Sumatera Barat TBR

11. Dumai Dumai Riau DUM

12. Bagan Siapi-Api Bagan Siapi-Api Riau BII 13. Bandar Sri Setia Raja Bengkalis Riau BFA 14. Tanjung Harapan Selat Panjang Riau TJH

15. Tembilahan Tembilahan Riau TLN

16. Sungai Guntung Tembilahan Riau SUQ

17. Kuala Enok Tembilahan Riau ENO

(22)

NO

TEMPAT PEMERIKSAAN

IMIGRASI KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH KODE TPI

19. Nongsa Terminal Bahari Batam Kepulauan Riau NNA

20. Kabil Batam Kepulauan Riau KAB

21. Marina Teluk Senimba Batam Kepulauan Riau SNB 22. Batam Centre Batam Kepulauan Riau BTC 23. Citra Tri Tunas Batam Kepulauan Riau CTT 24. Batu Ampar Batam Kepulauan Riau BUR 25. Sekupang Batam Kepulauan Riau SKP 26. Sri Bintan Pura Tanjung Pinang Kepulauan Riau SBP 27. Sri Bayintan Tanjung Pinang Kepulauan Riau KIJ 28. Tanjung Uban Tanjung Uban Kepulauan Riau TAN 29. Bandar Bentan Telani Lagoi Tanjung Uban Kepulauan Riau LAI 30. Bandar Seri Udana Lobam Tanjung Uban Kepulauan Riau LBM 31. Tanjung Balai Karimun Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau TJB 32. Belakang Padang Belakang Padang Kepulauan Riau BPD 33. Selat Lampa Ranai Kepulauan Riau STA 34. Tarempa Tarempa Kepulauan Riau TER 35. Pangkal Balam Pangkal Pinang Bangka Belitung PGX 36. Tanjung Kalian Pangkal Pinang Bangka Belitung TGN 37. Tanjung Gudang Pangkal Pinang Bangka Belitung BLN 38. Tanjung Pandan Tanjung Pandan Bangka Belitung TJA

39. Jambi Jambi Jambi DJB

40. Kuala Tungkal Kuala Tungkal Jambi KTK 41. Muara Sabak Kuala Tungkal Jambi MSB 42. Pulau Baai Bengkulu Bengkulu BAI 43. Boom Baru Palembang Sumatera Selatan PLO

(23)

NO

TEMPAT PEMERIKSAAN

IMIGRASI KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH KODE TPI

44. Panjang Bandar Lampung Lampung PNJ

45. Ciwandan Cilegon Banten CIW

46. Tanjung Priok Tanjung Priok DKI Jakarta TPP 47. Sunda Kelapa Jakarta Utara DKI Jakarta SKE 48. Marina Ancol Jakarta Utara DKI Jakarta ACL

49. Cirebon Cirebon Jawa Barat CRB

50. Tanjung Emas Semarang Jawa Tengah TES 51. Tanjung Intan Cilacap Jawa Tengah TNN 52. Tanjung Perak Tanjung Perak Jawa Timur TJP

53. Pasuruan Malang Jawa Timur PAZ

54. Probolinggo Malang Jawa Timur PRO

55. Panarukan Jember Jawa Timur PRN

56. Tanjung Wangi Jember Jawa Timur TWA 57. Dwi Kora Pontianak Kalimantan Barat PTK 58. Sintete Sambas Kalimantan Barat SNE 59. Sampit Sampit Kalimantan Tengah SMQ 60. Kumai Sampit Kalimantan Tengah KUM 61. Tri Sakti Banjarmasin Kalimantan Selatan TRI 62. Kota Baru Batulicin Kalimantan Selatan KBU 63. Semayang Balikpapan Kalimantan Timur BPP 64. Samarinda Samarinda Kalimantan Timur SRI 65. Malundung Tarakan Kalimantan Timur MLD 66. Soekarno-Hatta Makassar Sulawesi Selatan SOT 67. Nusantara Pare-Pare Pare-Pare Sulawesi Selatan PAP 68. Kendari Kendari Sulawesi Tenggara KDI 69. Pantoloan Palu Sulawesi Tengah PTL 70. Manado Manado Sulawesi Utara MDO

(24)

NO

TEMPAT PEMERIKSAAN

IMIGRASI KANTOR IMIGRASI KANTOR WILAYAH KODE TPI

71. Nusantara Tahuna Sulawesi Utara THN 72. Samudera Bitung Sulawesi Utara BTG

73. Anggrek Gorontalo Gorontalo AGK

74. Benoa Denpasar Bali BOA

75. Celukan Bawang Singaraja Bali CEB

76. Padang Bai Singaraja Bali PBI

77. Lembar Mataram Nusa Tenggara Barat LMR 78. Benete Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat BEN 79. Tenau Kupang Nusa Tenggara Timur TEN 80. Lauren Say Maumere Nusa Tenggara Timur LSM 81. Labuan Bajo Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur LBJ 82. Achmad Yani Ternate Maluku Utara TNT

83. Yos Sudarso Ambon Maluku AMB

84. Tual Tual Maluku TUA

85. Saumlaki Tual Maluku SXK

86. Jayapura Jayapura Papua DJY

87. Biak Biak Papua BIA

88. Merauke Merauke Papua MKE

89. Amamapare Tembagapura Papua AMA

(25)

Tabel 2.2. 37 Bandar Udara

NO PEMERIKSAANTEMPAT IMIGRASI

KANTOR

IMIGRASI KANTOR WILAYAH KODE TPI

1. Sultan Iskandar Muda Banda Aceh D.I Aceh BTJ

2. Maimun Saleh Sabang D.I Aceh SBG

3. Kualanamu Medan Sumatera Utara KNO 4. Soewondo Polonia Sumatera Utara MES 5. Binaka Sibolga Sumatera Utara FLZ 6. Silangit / Sisingamaraja XII Pematang Siantar Sumatera Utara DTB 7. Minangkabau Padang Sumatera Barat PDG 8. Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau PKU 9. Hang Nadim Batam Kepulauan Riau BTH 10. Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang Kepulauan Riau TNJ 11. Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Sumatera Selatan PLM 12. H.A.S. Hanandjoeddin Tanjung Pandan Bangka Belitung TJQ 13. Radin Inten II Bandar Lampung Lampung TKG 14. Soekarno-Hatta Soekarno Hatta DKI Jakarta CGK 15. Halim Perdanakusuma Jakarta Timur DKI Jakarta HLP 16. Husein Sastranegara Bandung Jawa Barat BDO 17. Kertajati Cirebon Jawa Barat KJT 18. Ahmad Yani Semarang Jawa Tengah SRG 19. Adi Soemarmo Surakarta Jawa Tengah SOC 20. Adi Sucipto Yogyakarta Yogyakarta JOG 21. Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta YIA

22. Juanda Surabaya Jawa Timur SUB

23. Banyuwangi Jember Jawa Timur BWX 24. Supadio Pontianak Kalimantan Barat PNK

(26)

NO PEMERIKSAANTEMPAT IMIGRASI

KANTOR

IMIGRASI KANTOR WILAYAH KODE TPI

25. S.A.M.S Sepinggan Balikpapan Kalimantan Timur BPN 26. Juwata Tarakan Kalimantan Timur TRQ 27. Syamsudin Noor Banjarmasin Kalimantan Selatan BDJ 28. Sam Ratulangi Manado Sulawesi Utara MDC 29. Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan UPG 30. I Gusti Ngurah Rai Ngurah Rai Bali DPS 31. Zainuddin Abdul Majid Mataram Nusa Tenggara Barat LOP 32. El Tari Kupang Nusa Tenggara Timur KOE

33. Pattimura Ambon Maluku AMQ

34. Sentani Jayapura Papua DJJ

35. Frans Kaisiepo Biak Papua BIK

36 Mopah Merauke Papua MKQ

37 Mozes Kilangin Tembaga Pura Papua TIM

Tabel 2.3.

11 Pos Lintas Batas Internasional

NO POS LINTAS BATAS IMIGRASIKANTOR KANTOR WILAYAH KODE TPI RANGAN

KETE-1. Aruk Sambas Kalimantan Barat ARUK Darat 2. Entikong Entikong Kalimantan Barat ETKG Darat 3. Nanga Badau Putussibau Kalimantan Barat NGBD Darat 4. Tunon Taka Nunukan Kalimantan Timur DBJ Perairan 5. Mota’ain Atambua Nusa Tenggara Timur MTIN Darat 6. Motamasin Atambua Nusa Tenggara Timur MTSN Darat 7. Napan Atambua Nusa Tenggara Timur NPAN Darat 8. Wini Atambua Nusa Tenggara Timur WINI Darat 9. Miangas Tahuna Sulawesi Utara MGS Perairan 10. Marore Tahuna Sulawesi Utara MRE Perairan

(27)

NO POS LINTAS BATAS IMIGRASIKANTOR KANTOR WILAYAH KODE TPI RANGAN

KETE-11. Skouw Jayapura Papua SKOW Darat

Tabel 2.4.

44 Pos Lintas Batas Tradisional

NO POS LINTAS BATAS IMIGRASIKANTOR WILAYAHKANTOR KODE TPI RANGAN

KETE-1. Serasan Ranai Kepulauan Riau SRSN Perairan 2. Merakai Panjang Putussibau Kalimantan Barat MRPJ Darat 3. Langau Putussibau Kalimantan Barat LNGU Darat 4. Sei Kelik Sanggau Kalimantan Barat SKLK Darat 5. Semareh Sanggau Kalimantan Barat SMRH Darat 6. Nanga Bayan Sanggau Kalimantan Barat NGBY Darat 7. Siding Singkawang Kalimantan Barat SDNG Darat 8. Saparan Singkawang Kalimantan Barat SPRN Darat 9. Jagoi Babang Singkawang Kalimantan Barat JGBB Darat 10. Bantan Entikong Kalimantan Barat BNTN Darat 11. Segumon Entikong Kalimantan Barat SGMN Darat 12. Paloh/Liku Sambas Kalimantan Barat PALH Darat 13. Temajuk Sambas Kalimantan Barat TMJK Darat 14. Long Nawang Tarakan Kalimantan Timur LGNW Darat 15. Long Midang Nunukan Kalimantan Timur LGMD Darat 16. Lumbis Nunukan Kalimantan Timur LMBS Darat 17. Sei Manggaris Nunukan Kalimantan Timur MGRS Darat 18. Sei Nyamuk Nunukan Kalimantan Timur NYMK Perairan 19. Liem Hie Djung Nunukan Kalimantan Timur LHDJ Perairan 20. Labang Nunukan Kalimantan Timur LBNG Perairan 21. Yurrup Jayapura Papua YRRP Darat 22. Batom Jayapura Papua BATM Darat

(28)

NO POS LINTAS BATAS IMIGRASIKANTOR WILAYAHKANTOR KODE TPI RANGAN

KETE-23. Okyop Jayapura Papua OKYP Darat 24. Iwur Jayapura Papua IWUR Darat 25. Ubrup Jayapura Papua UBRP Darat 26. Wembi Jayapura Papua WMBI Darat 27. Senggi Jayapura Papua SNGI Darat 28. Kwirok Jayapura Papua KWRK Darat 29. Waris Jayapura Papua WRIS Darat 30. Yetti Jayapura Papua YTTI Darat 31. Hamadi Jayapura Papua HMDI Perairan

32. Sota Merauke Papua SOTA Darat

33. Erambu Merauke Papua ERMB Darat 34. Bupul Merauke Papua BPUL Darat 35. Mindiptana Merauke Papua MPTN Darat 36. Waropko Merauke Papua WRPK Darat 37. Kondo Merauke Papua KNDO Darat 38. Yetetkun Merauke Papua YTKN Darat 39. Oepoli Kupang Nusa Tenggara

Timur OPLI Darat

40. Haumeniana Atambua Nusa Tenggara

Timur HMNA Darat

41. Builalo Atambua Nusa Tenggara

Timur BLLO Darat

42. Laktutus Atambua Nusa Tenggara

Timur LKTS Darat

43. Lakmares Atambua Nusa Tenggara

Timur LKRS Darat

44. Turiskain /

Haekesak Atambua Nusa Tenggara Timur TRHK Darat

Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02 Tahun 2020 yang diterbitkan pada tangal 03 Februari 2020 merupakan hasil

(29)

evaluasi Direktorat Jenderal Imigrasi dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan dinamika yang berkembang. Hal yang mendasar pada penetapan TPI melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02 Tahun 2020 adalah pencantuman daftar tabel Pos Lintas Batas Internasional (PLBI) dan Pos Lintas Batas Tradisional (PLBT), dengan tujuan untuk memperjelas kedudukan PLBI yang merupakan tempat pemeriksaan bagi pemegang Pas Lintas Batas dan Paspor, sementara PLBT hanya dapat dilalui oleh pemegang Pas Lintas Batas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015 diatur mengenai prosedur dan mekanisme pembentukan TPI berdasarkan usulan Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah yang selanjutnya sampai kepada Menteri Hukum dan HAM untuk ditetapkan, tentunya dengan melampirkan hasil kajian oleh Direktur Jenderal Imigrasi terkait pertimbangan legalitas, potensi dan kerawanan keimigrasian dan pertimbangan politik, ekonomi, sosial budaya, demografi dan letak geografis suatu pelabuhan atau bandara yang akan ditetapkan sebagai TPI.

Khusus untuk Pos Lintas Batas, penetapan suatu tempat sebagai Pos Lintas Batas oleh Menteri dilakukan setelah tempat tersebut ditetapkan dalam perjanjian lintas batas antara Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah negara tetangga atau lebih dikenal dengan Border Crossing Agreement.

Menteri Hukum dan HAM juga dapat mencabut penetapan TPI dalam hal:

a. tempat tersebut dicabut statusnya sebagai perlintasan keluar masuk Wilayah Indonesia oleh instansi terkait;

b. tidak memenuhi persyaratan sebagai TPI; dan

c. tidak terdapat perlintasan orang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terakhir.

Selain adanya usulan dari Kepala Kantor Imigrasi atau Pemerintah Daerah untuk menetapkan suatu tempat sebagai TPI, Menteri Hukum dan HAM juga dapat menetapkan status TPI berdasarkan peraturan yang dibuat oleh Kementerian/Lembaga lainnya misalnya, penetapan beberapa

(30)

pelabuhan sebagai tempat masuk kapal wisata (Yacht) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia. Beberapa pelabuhan yang sebelumnya belum berstatus TPI kemudian ditetapkan sebagai TPI untuk mendukung Peraturan Presiden dimaksud.

Selain penetapan TPI oleh Menteri Hukum dan HAM, berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015 Direktur Jenderal Imigrasi dapat menetapkan suatu “Tempat Lain” yang difungsikan sebagai tempat pemeriksaan keimigrasian (TPK) yang juga merupakan TPI yang bersifat khusus dan sementara.

Pada prinsipnya TPI yang telah ditetapkan oleh Menteri Hukum dan HAM sebagai TPI merupakan pintu masuk yang bersifat umum atau melayani kepentingan umum dan bersifat permanen, sebelum dicabut statusnya berdasarkan hasil evaluasi oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Sementara untuk TPK yang ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Imigrasi adalah pintu masuk yang bersifat khusus (hanya melayani kepentingan tertentu) untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan atau rencana kegiatan ekspor-impor pengelola pelabuhan atau menyesuaikan dengan izin operasional terminal khusus dari Kementerian Perhubungan.

Dalam perkembangannya, TPI Pelabuhan Laut dapat dibagi atas 2 kategori yaitu:

1. TPI Pelabuhan laut penumpang; dan 2. TPI Pelabuhan barang (cargo).

Dengan adanya 2 kategori TPI pada pelabuhan laut, kita dapat membedakan mana TPI laut yang memiliki konter dan yang tidak memiliki konter. Idealnya sebuah TPI wajib memiliki area imigrasi baik di Area Kedatangan maupun di Area Keberangkatan, namun mengingat kondisi pelabuhan di Indonesia saat ini tentunya masih memerlukan penyesuaian dalam proses pemeriksaan keimigrasian oleh petugas. Dalam prakteknya, TPI pelabuhan laut penumpang juga melayani awak kapal barang yang masuk melalui pelabuhan tersebut. Demikian juga sebaliknya, dalam keadaan tertentu TPI pelabuhan barang dapat melayani penumpang namun

(31)

tentunya dengan memperhatikan kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada.

Berikut daftar TPI pelabuhan laut penumpang yang ada saat ini: 1. Batam Centre di Batam;

2. Citra Tri Tunas (Harbourbay) di Batam; 3. Sekupang di Batam;

4. Marina Teluk Senimba di Batam; 5. Nongsa Terminal Bahari di Batam; 6. Bandar Bentan Telani di Tanjung Uban; 7. Bandar Seri Udana Lobam di Tanjung Uban; 8. Sri Bintan Pura di Tanjungpinang;

9. Tanjung Balai Karimun di Tanjung Balai Karimun; 10. Dumai di Dumai;

11. Bandar Sri Setia Raja di Bengkalis; 12. Teluk Nibung di Tanjung Balai Asahan; 13. Tanjung Harapan di Selat Panjang; 14. Tunon Taka di Nunukan;

15. Malundung di Tarakan.

Khusus untuk pelabuhan Tunon Taka di Nunukan, pada Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.GR.02.02 Tahun 2020 masuk ke dalam tabel Pos Lintas Batas Internasional karena termasuk dalam Exit-Entry Points Border Crossing Agreement antara pemerintah Indonesia dan Malaysia.

Berbeda dengan TPI pelabuhan laut, sebanyak 37 bandar udara (bandara) yang telah ditetapkan sebagai TPI Bandar Udara secara mendasar telah memiliki status bandara internasional dari kementerian Perhubungan, namun terdapat status bandara internasional yang bersifat sementara atau memiliki jangka waktu tertentu. Dikarenakan seringnya dijadikan pintu masuk oleh charter flight maka diputuskan untuk ditetapkan sebagai TPI. Pertimbangan utamanya adalah untuk mendukung sektor pariwisata di beberapa daerah.

(32)

D. Area Imigrasi

Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 diatur mengenai Area Imigrasi, suatu area tertentu untuk melakukan pemeriksaan keimigrasian yang merupakan area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh penumpang atau awak alat angkut yang akan keluar atau masuk Wilayah Indonesia, atau pejabat dan petugas yang berwenang.

Area imigrasi merupakan cerminan dari standar kualitas pelayanan keimigrasian di suatu negara. Bagi orang asing yang datang ke suatu negara, maka area yang pertama kali ditemui adalah area imigrasi. Sehingga tidak berlebihan apabila area imigrasi merupakan wujud kewibawaan dari suatu negara.

Sebagai area internasional yang ditandai oleh garis kuning (yellow line), area imigrasi memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan kedaulatan suatu negara. Walaupun hanya sebatas garis imajiner, area imigrasi memiliki representasi kewibawaan dari negara tersebut dan karenanya harus diatur serta ditetapkan bersama dengan penyelenggara Bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas. Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 menyatakan bahwa: “Kepala Kantor Imigrasi bersama-sama dengan penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas menetapkan area imigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).”

Area Imigrasi meliputi Area Keberangkatan dan Area Kedatangan yang terdapat pada terminal penumpang pada suatu TPI yang dilengkapi dengan perangkat teknologi informasi pendukung Sistem Informasi Keimigrasian (SIMKIM). Selain itu pada Area Imigrasi juga dilengkapi dengan konter dan beberapa ruang diantaranya ruang Antrian, ruang Utama dan ruang pendukung yang telah memiliki standardisasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015.

Dalam hal tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung sebagai TPI, Kepala Kantor Imigrasi mengusulkan kepada pengelola bandar udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat untuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan standard TPI. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak usul sebagaimana dimaksud standar Area

(33)

Imigrasi tidak dapat dipenuhi, Kepala Kantor Imigrasi menyampaikan usulan Pencabutan Status TPI.

Pemenuhan fasilitas pada Area Imigrasi merupakan tanggung jawab dan wajib disediakan oleh oleh pengelola Bandar udara, pelabuhan laut atau Pos Lintas Batas sebagaimana diatur dalam Pasal 135 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 44 Tahun 2015.

Dalam peraturan di bidang kepelabuhanan, pemenuhan fasiltas bagi unsur Custom, Immigration And Quarantine (CIQ) diatur dalam Pasal 110 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 146 Tahun 2016 yang mengatur bahwa dalam proses penetapan pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, Penyelenggara pelabuhan laut disyaratkan untuk melampirkan rekomendasi dari unsur CIQ dan wajib menyediakan fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi instansi pemegang fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, instansi bea cukai, imigrasi dan karantina. Selain ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2015, pemenuhan fasilitas bagi instansi CIQ wajib disediakan oleh pengelola terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri dalam hal ditetapkan oleh kementerian perhubungan sebagai terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri.

Pemenuhan fasilitas keimigrasian di TPI. Pada Bandar udara juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 61 Tahun 2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 106 Tahun 2018. Peraturan tersebut merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang mengatur mengenai kegiatan pemerintahan di Bandar udara internasional yang meliputi pembinaan kegiatan penerbangan, kepabeanan, keimigrasian dan kekarantinaan.

FAL Udara merupakan rangkaian kegiatan di bidang penerbangan sipil internasional untuk mendukung kelancaran pergerakan pesawat udara,

(34)

awak pesawat, penumpang dan barang, kargo, pos dan barang perbekalan pesawat serta dokumen di Bandar udara internasional, berdasarkan Standard dan Rekomendasi dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ICAO).

Dalam Bab XIII lampiran I Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 61 Tahun 2015 mengatur bahwa Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Penyelenggara Angkutan Udara, dan Badan Usaha lain terkait penyelenggaraan Fasiltasi (FAL) bertanggungjawab terhadap pembiayaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan prosedur, sumber daya manusia, dan fasiltas yang memadai serta kebutuhan lain di bidang Fasilitasi (FAL).

E. Kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian di TPI sangat erat kaitannya dengan Penangung jawab alat angkut, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 38 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 disebutkan bahwa Penangung jawab alat angkut adalah pemilik, pengurus, agen, nakhoda, kapten kapal, kapten pilot, atau pengemudi alat angkut yang bersangkutan. Untuk itu setiap Penangung jawab alat angkut yang akan masuk dan keluar wilayah Indonesia wajib memahami dan mamatuhi kewajibannya berdasarkan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 mengatur ketentuan mengenai kewajiban Penangung jawab alat angkut dalam Bab Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia yang terdiri dari beberapa Pasal yaitu:

• Pasal 17 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

(1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan alat angkutnya wajib melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

(2) Penanggung Jawab Alat Angkut yang membawa penumpang yang akan masuk atau keluar Wilayah Indonesia hanya dapat menurunkan atau menaikkan penumpang di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

(35)

(3) Nakhoda kapal laut wajib melarang Orang Asing yang tidak memenuhi persyaratan untuk meninggalkan alat angkutnya selama alat angkut tersebut berada di Wilayah Indonesia.

Pelanggaran atas ketentuan Pasal 17 tersebut dapat dikategori-kan sebagai tindak pidana keimigrasian sebagaimana diatur dalam Pasal 114 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 sebagai berikut: (1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang masuk atau keluar Wilayah

Indonesia dengan alat angkutnya yang tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Penanggung Jawab Alat Angkut yang sengaja menurunkan atau menaikkan penumpang yang tidak melalui pemeriksaan Pejabat Imigrasi atau petugas pemeriksa pendaratan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

• Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

(1) Penanggung Jawab Alat Angkut yang datang dari luar Wilayah Indonesia atau akan berangkat keluar Wilayah Indonesia diwajibkan untuk:

a. sebelum kedatangan atau keberangkatan memberitahukan rencana kedatangan atau rencana keberangkatan secara tertulis atau elektronik kepada Pejabat Imigrasi;

b. menyampaikan daftar penumpang dan daftar awak alat angkut yang ditandatanganinya kepada Pejabat Imigrasi;

(36)

c. memberikan tanda atau mengibarkan bendera isyarat bagi kapal laut yang datang dari luar Wilayah Indonesia dengan membawa penumpang;

d. melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut tanpa izin Pejabat Imigrasi sebelum dan selama dilakukan pemeriksaan Keimigrasian;

e. melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut yang telah mendapat penyelesaian Keimigrasian selama menunggu keberangkatan;

f. membawa kembali keluar Wilayah Indonesia pada kesempatan pertama setiap Orang Asing yang tidak memenuhi persyaratan yang datang dengan alat angkutnya;

g. menjamin bahwa Orang Asing yang diduga atau dicurigai akan masuk ke Wilayah Indonesia secara tidak sah untuk tidak turun dari alat angkutnya; dan

h. menanggung segala biaya yang timbul sebagai akibat pemulangan setiap penumpang dan/atau awak alat angkutnya.

(2) Penanggung Jawab Alat Angkut reguler wajib menggunakan sistem informasi pemrosesan pendahuluan data penumpang dan melakukan kerja sama dalam rangka pemberitahuan data penumpang melalui Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian.

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013, menjelaskan mengenai ketentuan Pasal 18 ayat (1) huruf a yakni kewajiban Penanggung Jawab Alat Angkut untuk menyampaikan pemberitahuan rencana kedatangan atau rencana keberangkatan kepada Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi TPI dengan ketentuan:

a. paling lambat 6 (enam) jam sebelum Alat Angkut reguler tiba; dan

b. paling lambat 48 (empat puluh delapan) jam sebelum Alat Angkut nonreguler tiba.

(37)

• Pasal 19 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

(1) Penanggung Jawab Alat Angkut wajib memeriksa Dokumen Perjalanan dan/atau Visa setiap penumpang yang akan melakukan perjalanan masuk Wilayah Indonesia.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum penumpang naik ke alat angkutnya yang akan menuju Wilayah Indonesia.

(3) Penanggung Jawab Alat Angkut sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib menolak untuk mengangkut setiap penumpang yang tidak memiliki Dokumen Perjalanan, Visa, dan/atau Dokumen

Keimigrasian yang sah dan masih berlaku.

(4) Jika dalam pemeriksaan Keimigrasian oleh Pejabat Imigrasi ditemukan ada penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penanggung Jawab Alat Angkut dikenai sanksi berupa biaya beban dan wajib membawa kembali penumpang tersebut keluar Wilayah Indonesia. Pelanggaran atas Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (4) Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2011 berakibat pengenaan biaya beban kepada penanggung jawab alat angkut. Biaya beban dimaksud merupakan salah satu Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan HAM (PNBP Kemenkumham) diatur besaran biaya beban dikenakan sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Untuk memberikan pedoman kepada Pejabat Imigrasi/Petugas Imigrasi dalam pengenaan sanksi berupa biaya beban terhadap penanggung jawab alat angkut atas pelanggaran Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (4), Direktur Jenderal Imigrasi telah menerbitkan Standar Operasional Prosedur (SOP) berdasarkan SOP Nomor IMI-UM.01.01-3143 tanggal 23 Agustus 2018 tentang Pengenaan Biaya Beban Terhadap Penanggung Jawab Alat Angkut

(38)

yang Membawa Penumpang yang Tidak Memiliki Dokumen Perjalanan, Visa dan/atau Dokumen Keimigrasian yang Sah dan Berlaku.

Perlu menjadi catatan bahwa terdapat dua cara dalam penyelesaian pengenaan biaya beban terhadap Penanggung Jawab Alat Angkut yang tidak membayar biaya beban dalam waktu 90 hari setelah dikeluarkannya Keputusan Pengenaan Biaya Beban, yaitu Kepala Kantor Imigrasi melimpahkan tagihan piutang PNBP ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat, atau memproses sesuai dengan ketentuan pidana keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 Undang Nomor 6 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa ” Setiap Penanggung Jawab Alat Angkut yang tidak membayar biaya beban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) dan Pasal 79 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

(39)
(40)

BAB III

PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN KEIMIGRASIAN

A. Prinsip Dasar Pemeriksaan Keimigrasian

Prinsip dasar setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia berdasarkan pada:

1. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011;

2. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013,

“Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.”

Memperhatikan kewajiban berlalu lintas di wilayah Indonesia harus melalui TPI, menjadikan pertimbangan pembentukan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 yang mengatur pelanggaran ketentuan ini kemudian sebagai pelanggaran pidana dalam Pasal 113 Undan-Undang yang berbunyi:

“Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar Wilayah Indonesia yang tidak melalui pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”

Sebuah tantangan yang tidak mudah tentunya bagi aparatur Keimigrasian mengingat kondisi geografis Indonesia dan banyaknya pintu masuk dan keluar negara, selain aspek sumber daya manusia (SDM) dimana belum terdapat Pejabat Imigrasi pada semua TPI, meski secara pelaksanaan tugas pemeriksaan ini tetap dapat dilakukan oleh Petugas Pemeriksa Pendaratan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Imigrasi. Petugas Pemeriksa Pendaratan menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan kewenangan yang

(41)

dimiliki oleh Pejabat Imigrasi sepanjang menyangkut pemeriksaan orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia.

Pemeriksaan Keimigrasian adalah serangkaian proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi atau Petugas Pemeriksa Pendaratan terhadap setiap orang yang masuk atau keluar melalui TPI untuk memeriksa dan mendapatkan keterangan mengenai orang yang akan melintas baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebelum dilakukan pemeriksaan secara langsung dengan memeriksa dokumen perjalanan atau visa. Petugas dapat menggali informasi berdasarkan kesisteman yang dimiliki. Melakukan pengecekan latar belakang (background checking), profilling, pengecekan data Cekal dan pengecekan informasi lainnya yang dianggap perlu untuk mendapatkan informasi awal mengenai orang yang akan masuk melalui TPI. Tentunya hal ini sangat bergantung pada SIMKIM yang dimiliki serta kemampuan masing-masing petugas.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara tidak langsung tersebut, selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara langsung atau pemeriksaan fisik. Setiap petugas memiliki cara pendekatan yang berbeda dalam melakukan pemeriksaan, namun pemeriksaan dilakukan secara berurutan dan sistematis mulai dari memeriksa paspor, memeriksa visa, memeriksa keabsahan, mencocokkan data, wawancara singkat terkait maksud dan tujuan kedatangan, memindai, mengambil data biometrik, memeriksa cekal dan selanjutnya memberikan Tanda Masuk atau Tanda Keluar.

Pemeriksaan spesifik lainnya juga bisa dilakukan bila ada kecurigaan terkait hal tertentu, misalnya seorang pemegang paspor RI yang tidak bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan baik. Hal ini diperlukan adanya pemeriksaan lanjutan dalam ruang tersendiri dan apabila diperlukan Pejabat Imigrasi dapat melakukan penggeledahan dalam hal terdapat keraguan atas keabsahan dokumen perjalanan atau identitas diri seseorang. Penggeledahan dapat dilakukan terhadap badan dan barang bawaan, dimana hasil penggeledahan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan dan patut diawasi mengingat penggeledahan dilaksanakan dengan beberapa kondisi tertentu seperti wajib disaksikan oleh dua orang

(42)

petugas, dilakukan oleh petugas dengan jenis kelamin yang sama dengan orang yang akan digeledah, dilakukan di ruang pemeriksaan lanjutan di Area Imigrasi, memiliki penerangan yang cukup, terdapat CCTV, perekam suara, dan dimuat dalam Berita Acara Penggeledahan yang selanjutnya dilaporkan untuk mendapatkan keputusan terhadap hasil penggeledahan.

B. Prosedur Pemeriksaan Keimigrasian

Terdapat 2 (dua) komponen pokok dari kegiatan pemeriksaan dan pemberian Tanda Masuk dan Tanda Keluar, yaitu kegiatan pemeriksaan keimigrasian di satu sisi, dan sisi lainnya adalah tindak lanjut dari hasil pemeriksaan keimigrasian yang outputnya adalah pemberian Tanda Masuk dan Tanda Keluar.

Pengertian Tanda Masuk sesuai Pasal 1 angka 19 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Pasal 1 angka 8 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian:

“Tanda Masuk adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan masuk Wilayah Indonesia.”

Tanda Keluar dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, adalah

“Tanda Keluar adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan keluar Wilayah Indonesia.”

(43)

Pemeriksaan Keimigrasian di TPI dilakukan terhadap: 1) Penumpang; dan

2) Awak alat angkut.

Baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing

1. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Penumpang.

a. Penumpang warga negara asing yang masuk ke wilayah Indonesia:

Prinsip dasar Pemeriksaan Keimigrasian terhadap

warga negara asing, yaitu “bahwa setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(2) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku paling singkat 6 (enam) bulan; dan

(3) Tidak termasuk dalam daftar Penangkalan.

Selain harus memenuhi persyaratan dimaksud, secara khusus bagi Orang Asing yang dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa juga harus memiliki tiket kembali (return ticket) atau tiket terusan (onward ticket) ke negara lain.

Orang Asing yang dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa untuk masuk ke wilayah Indonesia sesuai Pasal 43 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, harus ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden.

1) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Orang Asing yang masuk wilayah Indonesia dilakukan dengan tahapan:

(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan; (2) Melakukan wawancara;

(44)

(4) Memindai Dokumen Perjalanan; (5) Mengambil Data Biometrik; dan

(6) Memeriksa dalam daftar Penangkalan.

2) Khusus bagi Orang Asing pemegang BVK tahapan pemeriksaan keimigrasian:

(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan; (2) Melakukan wawancara;

(3) Memindai Dokumen Perjalanan; (4) Mengambil Data Biometrik; dan (5) Memeriksa dalam daftar Penangkalan

3) Khusus bagi Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas atau Izin Tinggal Tetap tahapan pemeriksaan keimigrasian:

(1) Melakukan wawancara;

(2) Memindai Dokumen Perjalanan; (3) Memeriksa dalam daftar Penangkalan

(4) Memeriksa Izin Tinggal Terbatas atau Izin Tinggal Tetap yang dimiliki; dan

(5) Pemeriksaan Izin Masuk Kembali

Sangat penting untuk memahami lingkup dan tujuan Pemeriksaan:

(1) Pemeriksaan Dokumen Perjalanan, yang meliputi

pemeriksaan:

a) Fitur pengaman;

b) Keabsahan dan masa berlaku Dokumen Perjalanan; c) Foto serta identitas yang tertera pada Dokumen

Perjalanan sesuai dengan pemegangnya

d) Wawancara sebagaimana dilakukan dengan tujuan untuk memastikan kesesuaian identitas pemegang dengan data yang tertera pada Dokumen Perjalanan.

(45)

(2) Pemeriksaan Visa:

a) Visa yang diterbitkan di luar negeri, meliputi pemeriksaan:

(1) Klasifikasi indeks Visa; (2) Fitur pengaman Visa;

(3) Identitas pemegang Visa dengan data pemegang yang tercantum dalam Dokumen Perjalanan; dan

(4) Masa berlaku Visa.

b) Visa yang diterbitkan di TPI pada saat kedatangan, meliputi pemeriksaan:

(1) Bukti pembayaran Visa;

(2) Bukti pembayaran, indeks Visa dan Dokumen Perjalanan dalam Simkim; dan

(3) Rekomendasi dari Direktur Jenderal, dalam hal pemberian Visa saat kedatangan diterbitkan berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal.

(3) Pemindaian Dokumen Perjalanan dilakukan untuk:

a) Membaca dan merekam data identitas pemegang; b) Merekam data perlintasan;

c) Memverifikasi data pemegang dalam basis data Keimigrasian; dan

d) Memverifikasi data pemegang dalam daftar Penangkalan.

(4) Pengambilan Data Biometrik dilakukan dengan

mengambil dan merekam foto wajah serta sidik jari, sepanjang Data Biometrik yang bersangkutan (ket : penumpang WNA) belum terekam.

(5) Pemeriksaan dalam daftar Penangkalan, dilakukan

untuk memastikan Orang Asing tidak tercantum dalam daftar Penangkalan.

(46)

b. Penumpang warga negara asing yang keluar dari ke wilayah Indonesia

1) Persyaratan Orang Asing yang keluar Wilayah Indonesia

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku;

(2) Memiliki Izin Masuk Kembali ke Wilayah Indonesia bagi Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas atau Izin Tinggal Tetap;

(3) Memiliki izin keluar bagi Orang Asing yang dikenai tindakan administratif Keimigrasian;

(4) Memiliki izin kunjungan yang masih berlaku; (5) Memiliki tanda bukti pengembalian dokumen; (6) Tidak termasuk dalam daftar Penangkalan

2) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Orang Asing yang keluar wilayah Indonesia dilakukan dengan tahapan:

(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan; (2) Melakukan wawancara;

(3) Memeriksa izin keluar atau Izin Masuk Kembali; (4) Memindai Dokumen Perjalanan;

(5) Mengambil Data Biometrik;

(6) Memeriksa dalam daftar Penangkalan.

c. Pemeriksaan Keimigrasian WNI yang masuk atau keluar wilayah Indonesia

1) Warga Negara Indonesia yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku;

(47)

(3) Tercantum dalam daftar penumpang atau awak Alat Angkut Secara khusus persyaratan WNI yang masuk atau keluar wilayah Indonesia untuk tercantum dalam daftar penumpang atau awak Alat Angkut dikecualikan bagi kendaraan pribadi dan kendaraan muatan barang di kawasan perbatasan melalui Pos Lintas Batas.

2) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Warga Negara Indonesia dilakukan dengan tahapan:

(1) Memeriksa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia; (2) Melakukan wawancara;

(3) Memindai Dokumen Perjalanan Republik Indonesia; dan

(4) Memeriksa dalam daftar Pencegahan.

3) Pemeriksaan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia dilakukan dengan:

(1) Memastikan keabsahan dan masa berlaku DPRI; dan

(2) Mencocokkan foto dan identitas yang tertera ada DPRI dengan pemegangnya.

(3) Wawancara dilakukan apabila diperlukan untuk memperoleh keyakinan terhadap pemegang DPRI.

4) Pemindaian dilakukan untuk:

(1) Membaca dan merekam data identitas pemegang DPRI;

(2) Merekam data perlintasan pemegang DPRI; dan (3) Memverifikasi data pemegang DPRI dalam

(48)

Petugas Pemeriksa memberikan persetujuan masuk atau keluar dengan menerakan Tanda Masuk atau Tanda Keluar pada DPRI, apabila tidak menemukan permasalahan dalam pemeriksaan Keimigrasian. Persetujuan untuk pemberian Tanda Masuk atau Keluar dilakukan juga secara kesisteman dalam sistem perlintasan dengan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (Simkim), kecuali melalui TPI yang belum dilengkapi dengan Simkim.

d. Pemeriksaan Keimigrasian Bagi Pemegang Surat Perjalanan Lintas Batas atau Pas Lintas Batas

Pemeriksaan keimigrasian di Pos Lintas Batas dilakukan terhadap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dan merupakan pendudukan setempat di daerah yang berbatasan dengan negara tetangga. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia yang dipergunakan dapat berupa Buku atau Kartu Pas Lintas Batas yang disesuaikan dengan Perjanjian (agreement) yang berlaku antara Indonesia dan negara tetangga.

1) Pemeriksaan Keimigrasian terhadap setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia melalui pos lintas batas dilakukan dengan mekanisme:

(1) Memeriksa surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas;

(2) Memindai surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas;

(3) Memeriksa dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan.

Dalam hal pemeriksaan daftar Pencegahan atau Penangkalan sebagaimana dimaksud tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan Simkim, pemeriksaan Pencegahan atau Penangkalan dilakukan secara manual.

(49)

2) Pemeriksaan surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas dilakukan untuk:

(1) Memastikan keabsahan dan masa berlaku surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas; dan (2) Mencocokkan foto dan identitas yang tertera pada

surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas dengan pemegangnya.

3) Pemindaian dilakukan untuk:

(1) Membaca dan merekam data identitas pemegang; (2) Merekam data perlintasan; dan

(3) Memverifikasi data pemegang dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan.

Pemeriksaan dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan dilakukan untuk memastikan tidak tercantum dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan.

Dalam hal tidak terdapat permasalahan dalam pemeriksaan Keimigrasian, Petugas Pemeriksa mem be-rikan persetujuan masuk atau keluar dengan menerakan Tanda Masuk atau Tanda Keluar pada surat perjalanan lintas batas atau Pas Lintas Batas.

e. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Anak Berkewarga-negaraan Ganda

1) Anak berkewarganegaraan ganda yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku;

(2) Tidak termasuk dalam daftar Pencegahan atau daftar Penangkalan; dan

(50)

(3) Memiliki fasilitas Keimigrasian jika menggunakan Paspor Kebangsaan.

2) Kebijakan prinsipiil dalam lalu lintas keimigrasian Anak Berkewarganegaraan Ganda:

(1) Anak berkewarganegaraan ganda yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia harus menggunakan Paspor yang sama;

(2) Anak berkewarganegaraan ganda yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan menggunakan Paspor Kebangsaan lain non Indonesia diperlakukan sebagai warga negara Indonesia sepanjang memiliki fasilitas Keimigrasian bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda;

(3) Dengan memiliki fasilitas Keimigrasian bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda, Anak berkewarga-negaraan ganda yang masuk Wilayah Indonesia dengan menggunakan Paspor Kebangsaan dibe-baskan dari kewajiban memiliki Visa, Izin Tinggal, dan Izin Masuk Kembali.

3) Pemeriksaan Keimigrasian bagi anak berkewarga-negaraan ganda yang masuk ke Wilayah Indonesia dilakukan dengan ketentuan:

(1) Bagi anak berkewarganegaraan ganda yang memiliki Paspor Kebangsaan serta fasilitas Keimigrasian, dilakukan dengan tahapan dan tata cara yang sama dengan pemeriksaan terhadap warga negara Indonesia:

a) Memeriksa Paspor Kebangsaan yang dimiliki, apakah Paspor RI ataukah Paspor asing; b) Melakukan wawancara;

(51)

c) Apabila dalam proses pada huruf a) dan huruf b) yang bersangkutan memiliki dan menggunakan Paspor RI maka dilakukan pemeriksaan keimigrasian sebagai warga negara Indonesia, dan apabila di sisi lain apabila diketahui yang bersangkutan memiliki dan menggunakan paspor kebangsaan asing namun memiliki Fasilitas Keimigrasian bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda maka dilakukan pula pemeriksaan keimigrasian sebagai warga negara Indonesia.

Sebagai catatan normatif bahwa sesuai Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 22 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda dan Permohonan Fasilitas Keimigrasian, Anak Berkewarganegaraan Ganda yang memiliki Fasilitas Keimigrasian dalam tahapan/ prosedurnya telah memenuhi ketentuan pendaftaran terlebih dahulu sebagai Anak Berkewarganegaraan Ganda.

d) Memindai Paspor Republik Indonesia atau Paspor kebangsaan asing yang dimiliki dengan klausul khusus bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda yang menggunakan Paspor kebangsaan asing tersebut diharuskan menunjukkan Fasilitas Keimigrasian Anak Berkewarganegaraan Ganda-nya;dan

e) Memeriksa dalam daftar Pencegahan.

(2) Bagi anak berkewarganegaraan ganda yang memiliki Paspor Kebangsaan dan tidak memiliki fasilitas Keimigrasian, dilakukan dengan tahapan dan tata

(52)

cara yang sama dengan pemeriksaan terhadap Orang Asing.

(3) Anak Berkewarganegaraan Ganda yang hanya memiliki Paspor kebangsaan asing dan tidak memiliki Fasilitas Keimigrasian artinya tidak pernah melakukan pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 22 Tahun 2012 dan untuknya belum dapat diakui berkewarganegeraan gandanya sebagai warga negara Indonesia selain kewarganegaraan asing yang dimilikinya.

2. Pemeriksaan Keimigrasian terhadap Awak Alat Angkut

Secara normatif dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 dan hingga Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 44 Tahun 2015 tidak didefinisikan secara eksplisit apa yang dimaksud dengan Awak Alat Angkut. Definisi yang mendekati dapat dirujuk dari Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 44 Tahun 2015 yang menjabarkan Alat Angkut sebagai kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi yang lazim digunakan baik untuk mengangkut orang maupun barang.

Atas hal ini dapat dimaknai bahwa Awak Alat Angkut adalah awak dari kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi yang lazim digunakan baik untuk mengangkut orang maupun barang.

Hal mendasar tentang Pemeriksaan Keimigrasian terhadap awak Alat Angkut:

(1) Dilakukan terhadap awak alat angkut yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dilakukan di Area Imigrasi;

(2) Khusus terhadap penumpang dan awak Alat Angkut yang transit atau singgah, tidak dilakukan pemeriksaan Keimigrasian;

(53)

(3) Pada saat transit, penumpang dan awak Alat Angkut dapat turun dan berada di ruang transit atau tetap berada di dalam Alat Angkut.

1) Awak Alat Angkut laut yang masuk ke Wilayah Indonesia dengan Alat Angkutnya harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut yang sah dan masih berlaku;

(2) Terdaftar dalam daftar awak kapal; dan

(3) Tidak masuk dalam daftar Pencegahan atau d a f t a r Penangkalan.

2) Awak Alat Angkut transportasi lainnya yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia dengan Alat Angkutnya harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku; (2) Terdaftar dalam daftar awak Alat Angkut, kecuali bagi

kendaraan pribadi dan kendaraan muatan barang; dan (3) Tidak masuk dalam daftar Pencegahan atau daftar

Penangkalan.

3) Awak Alat Angkut laut dapat menggunakan buku pelaut sebagai pengganti Dokumen Perjalanan. Buku pelaut dimaksud dapat dianggap sebagai Dokumen Perjalanan jika:

(1) Negara yang mengeluarkan mengakui sebagai Dokumen Perjalanan; atau

(2) Negara yang mengeluarkan telah mengadakan perjanjian bilateral dengan Pemerintah Indonesia

(54)

4) Pemeriksaan Keimigrasian bagi awak Alat Angkut dilakukan dengan mekanisme:

(1) Memeriksa

a) Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut untuk awak Alat Angkut laut;

b) Dokumen Perjalanan dan/atau crew member certificate untuk awak Alat Angkut udara; atau

c) Dokumen Perjalanan untuk awak Alat Angkut lainnya. (2) Memeriksa daftar awak Alat Angkut kecuali Alat Angkut

darat;

(3) Memindai Dokumen Perjalanan; (4) Mengambil Data Biometrik; dan (5) Memeriksa dalam daftar Penangkalan

5) Pemeriksaan Dokumen Perjalanan awak Alat Angkut, dilakukan dengan tujuan:

(1) Memastikan keabsahan dan masa berlaku Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut untuk awak Alat Angkut laut yang masa berlakunya paling singkat 6 (enam) bulan; dan

(2) Mencocokkan foto dan identitas yang tertera pada Dokumen Perjalanan dengan pemegangnya.

Dalam hal terdapat keraguan dalam pemeriksaan dimaksud Pejabat Imigrasi dapat meminta crew member certificate.

6) Pemeriksaan daftar awak Alat Angkut dilakukan dengan tujuan:

(1) Mencocokkan data yang terdapat dalam daftar awak Alat Angkut dengan Dokumen Perjalanan awak Alat Angkut. (2) Apakah Daftar awak Alat Angkut telah ditandatangani oleh

Penanggung Jawab Alat Angkut.

Pengambilan Data Biometrik terhadap awak alat angkut dilakukan dengan untuk mengambil dan merekam foto wajah serta sidik

(55)

jari yang dimaksudkan untuk perekaman Data Biometrik yang bersangkutan dalam Simkim.

7) Pemindaian Dokumen Perjalanan awak alat angkut dilakukan untuk:

(1) Membaca dan merekam data identitas pemegang; (2) Merekam data perlintasan;

(3) Memverifikasi data pemegang dalam basis data; dan (4) Memverifikasi data pemegang dalam daftar Penangkalan Pemeriksaan dalam daftar Penangkalan dilakukan untuk memastikan awak Alat Angkut tidak tercantum dalam daftar Penangkalan.

Dalam hal tidak terdapat permasalahan dalam pemeriksaan terhadap awak Alat Angkut, Pejabat Pemeriksa menerakan Tanda Masuk atau Tanda Keluar secara manual dan/atau elektronik pada Dokumen Perjalanan.

Khusus Nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut atau alat apung, yang datang langsung dengan Alat Angkutnya untuk beroperasi di perairan Nusantara, laut teritorial, landas kontinen, dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia harus memenuhi persyaratan:

(1) Memiliki Dokumen Perjalanan dan/atau buku pelaut yang sah dan masih berlaku;

(2) Terdaftar dalam daftar awak kapal; dan (3) Tidak masuk dalam daftar Penangkalan.

Nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut atau alat apung, yang datang langsung dengan Alat Angkutnya dan telah memenuhi persyaratan dimaksud dapat masuk Wilayah Indonesia setelah mendapatkan Tanda Masuk dari Petugas Pemeriksa di TPI.

Gambar

Tabel 2.2.   37 Bandar Udara NO TEMPAT  PEMERIKSAAN IMIGRASI KANTOR
Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses  petugas
Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas
Tabel status warna hasil pemeriksaan pelintas dengan hak akses petugas

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Pasal 7 ayat (5), dan Pasal 13 ayat (5) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Keimigrasian merupakan hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta

Dengan adanya keputusan penangkalan terhadap orang asing dan/atau WNI tertentu tersebut, maka menurut Pasal 101 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian,

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian yang terdapat pada pasal 8 ayat

Dalam hal ini telah disebutkan mengenai alat bukti pemeriksaan tindak pidana Keimigrasian dalam Pasal 108 huruf (b) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

- Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 49 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112

Upaya preventif yang telah dilakukan oleh Seksi Laboratorium Forensik Keimigrasian sebagaimana yang telah disebutkan pada Pasal 89 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun

Sesuai ketentuan Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Pasal 22 ayat (1) serta Pasal 24 Peraturan