• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword: society behavioral, household, economic value, garbage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keyword: society behavioral, household, economic value, garbage"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MANIFESTASI PERILAKU MASYARAKAT RUMAH TANGGA DILIHAT DARI MANEJEMEN PEMBUANGAN SAMPAH

(PENGAMATAN PADA POTENSI NILAI EKONOMIS PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA DEPOK)

Teddy Oswari1, Doddy Ari Suryanto2, Diana Susilowati3 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta

E-mail: 1 toswari@staff.gunadarma.ac.id

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, Jakarta E-mail: 2doddy_cyber@yahoo.com

3dianasusilowati@yahoo.com

ABSTRACT

Research concerning behavioral household society seen from management dismissal of garbage was research of continuation. Perception with device of causal comparability entangle household responders some district regions in Depok City, like behavior throwaway garbage not at his place, letting garbage beside house scatter and others. Lack of knowledge society concerning economic potency and garbage consisting in it, causing the increasing of yielded midden and cause place of exile whereas or arise to become more and full. Many benefits able to be yielded from garbage, like yielding recycle paper, other creativity form and handicrafts.

Survey was done to ten household in each district with random method to seen the way of dismissal garbage, is there any weighing-machine and dissociation of garbage pursuant to organic garbage, ad for and poisonous dangerous materials. Research result show in general behavioral of household society is lowering. Lowest behaviors there are at household society in marginal region of city. The seen from each parameter of behavioral at household society in Depok City have very low behavioral behavioral concerning dissociation of household garbage, like; throwing away garbage without seeing his composition, garbage thrown at place whereas (arising at wasteland, etc), without seeing usefulness and benefit to be yielded by garbage and garbage thrown some days once Through program " 4R" covering " Reduce" or lessen, " Reuse" or re-using Recycle" recycling or destruction of household garbage and Replace" changing accurately goods which we wear everydayly, the society can create economic value of dissociation of existing garbage. While very high behavioral shown in the case of ready household ash can, mutual assistance clean garbage retribution and garbage.

Keyword: society behavioral, household, economic value, garbage

PENDAHULUAN

Masalah sampah memerlukan manajemen pembuangan dan pengelolaan sampah yang sungguh-sungguh agar tidak berdampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Penanganan sampah dengan jumlah sangat besar masih terkesan asal-asalan. Hal ini terlihat dari penentuan lokasi pembuangan sampah yang tidak memperhatikan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dipikirkan strategi untuk menangani dan mendaur ulang sampah yang ada (Kusuma, UNDP). Sampah masih dianggap sebagai benda tidak berguna, bau, menjijikkan, dan harus dibuang tanpa langkah lain yang dapat dilakukan. Manfaat pengumpulan sampah selain pembersihan

(2)

lingkungan dan kota juga bisa untuk padat karya. Sampah disarankan agar tidak dibakar karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan.

Kerjasama pemerintah dan perusahaan swasta berupa penyuluhan dan pengumpulan sampah yang melibatkan masyarakat perlu diadakan. Dalam pengembangannya nanti kegiatan tersebut dapat membuka lapangan kerja baru. Depok yang merupakan kota yang sedang berkembang juga tidak luput dari masalah sampah, yang timbul akibat kurang sadarnya masyarakat terhadap keberadaan sampah hingga permasalahan lahan TPA yang semakin mahal, dan semakin kritisnya sikap masyarakat terhadap keberadaan TPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku masyarakat rumah tangga terhadap pembuangan sampah dan nilai ekonomis dari komposisi sampah

TINJAUAN PUSTAKA

Penggolongan Sampah Perkotaan di Indonesia

Sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dapat dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, pada umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, termasuk kegiatan industri (Azwar, 1990). Sementara Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, sedangkan bila ditinjau dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestariannya.

Tabel 1. Sampah menurut Jenis, Sifat, dan Sumbernya

No Jenis Sifat Sumber

1 Sampah basah  Sampah dari penyiapan makanan  Sampah pasar

Rumah tangga, rumah makan, institusi, toko dan pasar

2 Sampah kering  Mudah terbakar (kertas, karton, dsb)  Tidak mudah terbakar (logam,

kaleng, kawat, gelas, dsb)

Rumah tangga, rumah makan, institusi, toko dan pasar

3 Abu / debu Residu pembakaran dari proses pemasakan dan proses insinerasi

Rumah tangga, restoran, institusi, toko, pasar 4 Buangan dari

jalan raya

Debu, daun-daunan Jalan raya, trotoar

5 Bangkai

binatang

Kucing, anjing, kerbau, dll Jalan raya, permukiman, RPH

6 Sampah

industri

Buangan dari pengolahan makanan, scrap, metal scrap, dll

Pabrik dan pembangkit listrik

7 Buangan sisa konstruksi

Sisa-sisa pipa dan material konstruksi bangunan

Pembangunan dan perbaikan gedung

8 Buangan

khusus

Buangan B3 (padat, cair, debu, gas) yang bersifat mudah meledak, patogen, radioaktif, dll.

Rumah tangga, hotel, RS, toko dan industri 9 Residu

pengo-lahan limbah

Residu dari screening dan grid camber (penangkap pasir), lumpur septic tank

Instalasi pengolahan air limbah dan septic tank Nilai Ekonomis Dari Produk Daur Ulang Sampah

Perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah untuk menghasilkan nilai tambah, merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk mengurangi jumlah sampah,

(3)

salah satunya adalah dengan daur ulang. Saat ini pengurangan sampah hanya dilakukan melalui kegiatan pengumpulan sampah oleh pemulung. Program daur ulang di Indonesia yang telah dilaksanakan sejak tahun 1986 baru dapat mencapai 1,8%. Kondisi ini belum cukup mengurangi laju pertumbuhan jumlah sampah yang meningkat lima kalinya pada tahun 2020. Para pemulung melaksanakan kegiatan pemungutan sampah hampir di seluruh subsistem pengelolaan sampah. Berdasarkan penelitian BPPT tahun 1990, komponen sampah yang mempunyai nilai tinggi untuk dimanfaatkan kembali adalah sampah kertas, logam dan gelas.

Tabel 2. Prosentase pengambilan sampah oleh pemulung No Komponen Sampah Prosentase

1 Kertas 71,20

2 Plastik 67,05

3 Logam 96,09

4 Gelas 85,05

Sumber: Koperasi Pemulung

Beberapa pemanfaatan sampah kering yang dapat dihasilkan dari pengolahan sampah untuk daur ulang dan mempunyai nilai ekonomis antara lain:

1. Sampah kertas. Sumber sampah kertas antara lain kegiatan administrasi perkantoran, pembungkus, media cetak dan sebagainya. Volume sampah kertas di beberapa kota besar berkisar 5-10% dari total volume sampah per hari. Sampah kertas dapat diolah kembali menjadi produk daur ulang yang dapat dilihat pada Tabel 3.

2. Sampah plastik. Sampah plastik seperti ember, bak tali plastik, dapat diolah kembali menjadi pembungkus, pot tanaman, tempat bumbu, dan sebagai bahan industri daur ulang seperti pellet, biji plastik.

3. Logam. Sampah logam berupa kaleng susu dapat dijadikan produk baru (tutup botol kecap, mainan), atau sebagai bahan tambahan atau bahan baku industri logam.

4. Bahan lain. Bahan lain seperti gelas, karet mempunyai prosentase yang cukup kecil dalam komponen sampah, kecuali pada kasus tertentu. Oleh karena itu dalam skala kecil tidak ekonomis untuk diolah.

Tabel 3. Jenis kertas bekas dan produk daur ulang yang dihasilkan

No Jenis kertas bekas Sumber Produk daur ulang

1 Kertas komputer dan kertas tulis

Perkantoran, percetakan dan sekolah

Kertas komputer, kertas tulis dan art paper

2 Kantong kraft Pabrik, pasar, pertokoan Kertas kraft, art paper 3 Karton dan box Pabrik, pasar, pertokoan Karton, art paper 4 Koran, majalah, buku Perkantoran, pasar dan

rumah tangga

Kertas Koran dan art paper 5 Kertas bekas campuran Perkantoran, TPS/TPA,

pertokoan dan rumah tangga

Kertas tisu, kertas tulis kualitas rendah dan art paper 6 Kertas pembungkus

makanan

Perkantoran, pertokoan dan rumah tangga

Tidak dapat didaur ulang 7 Kertas tisu Perkantoran, restoran,

pertokoan dan rumah tangga

Kertas tisu (tetapi sangat jarang yang dapat didaur ulang)

(4)

Pola Daur Ulang Di Negara Maju Dan Berkembang Pola Daur Ulang Di Canada

Terbatasnya lahan landfill dan tidak diperbolehkannya incineration, membuat pemerintah membuat program lain untuk mengatasi masalah sampah, yaitu dengan program Blue Box. Program ini memulai usaha daur ulang dengan menyediakan kotak sampah biru untuk pembuangan koran dan botol kaca, yang bertujuan untuk mengurangi sampah 50% pada tahun 2000. Program ini dikategorikan sukses dengan partisipasi 80% rumah tangga. Program ini juga berencana untuk mendaur ulang semua jenis sampah termasuk plastik, kardus, dan memperluas daerah pelayanan ke daerah yang sulit dijangkau.

Pola Daur Ulang Di Canberra

Di Australia terdapat tiga program yang dilakukan pemerintah dengan melibatkan masyarakat dalam mengelola sampahnya, yaitu daur ulang sampah

pekarangan, Resource Exchange Network, dan REVOLVE. Pada program daur ulang

sampah pekarangan, sampah bersih dan yang terkontaminasi dapat dikirim ke tiga lokasi tanpa dipungut biaya. Sampah tersebut akan diolah menjadi pupuk, yang kemudian akan dijual kembali.

Pemerintah Canberra juga membentuk jaringan yang disebut Canberra Resource

Exchange Network (CERN) untuk pertukaran material sampah. Kegiatan ini

mewujudkan terbentuknya 'pasar' dari sumber sampah dan mendukung implementasi biaya efektif yang bertanggung jawab pada pelaksanaan pengelolaan sampah. Kegiatan ini dilengkapi dengan sistem/fasilitas database dan formulir pendaftaran elektronik. Fasilitas data base berisi daftar sumber sampah yang dapat diperdagangkan dan formulir pendaftaran untuk sumber sampah baru yang ingin mendaftar. Jadi, jika klien ingin membuang sampahnya, 'perusahaan pertukaran' dapat menyediakan alternatif dengan meletakkan sampahnya di tong sampah untuk dijemput, atau diangkut ke landfill yang ditetapkan. Sebaliknya, klien yang membutuhkan materi sampah dapat mencarinya dari data base yang disediakan CERN, lengkap dengan data suppliernya. Klien yang tidak memperoleh sampah sesuai dengan yang diinginkan dapat mendaftar gratis sebagai pencari sampah.

Pada program ketiga, pemerintah Canberra melibatkan masyarakat dalam program daur ulang yang dikelola oleh organisasi masyarakat non-profit REVOLVE yang bekerja dengan mengumpulkan materi yang diperoleh dari komersial, industri dan masyarakat. Sebagian barang tersebut dijual kembali. Keuntungannya digunakan untuk menggaji tenaga kerja agar program tersebut terus berlanjut.

Laporan Organisasi untuk Pengembangan dan Kerjasama Ekonomi (OECD) tahun 1999 tentang peningkatan pencapaian kualitas lingkungan oleh pemerintah, menemukan bahwa Pemerintah di sejumlah negara OECD seperti Australia Austria, Jerman, Perancis, Kanada, dan Amerika Serikat telah mempunyai program manajemen sampah sejak awal tahun 1990. Di dalam kelompok ini, beberapa negara telah mengambil langkah menentukan target pengurangan sampah nasional. Sebagai contoh, Kanada menetapkan suatu target nasional dalam mengurangi volume sampah yang dibuang ke landfill sebanyak 50% pada tahun 1998-2000. Target ini selanjutnya diadopsi oleh departemen pemerintahan. Laporan OECD tersebut juga menjelaskan 5 program pemerintah dalam manajemen sampah:

1. Pengurangan penggunaan kertas 2. Mendaur ulang kertas

(5)

3. Pengurangan dan pendauran ulang produk kantor

4. Pendauran ulang sampah konstruksi dan bekas perobohan bangunan 5. Pupuk kompos barang sisa organik.

Laporan OECD menekankan pula pentingnya mata rantai manajemen sampah dan strategi pengadaan barang. Sebagai contoh pemanfaatan kertas fotokopi bolak-balik akan memberikan dampak besar pada jumlah barang sisa padat yang dihasilkan oleh operasional pemerintah (Suprihatin, 1996).

Pola Daur Ulang Di Indonesia

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk material bekas pakai. Di Indonesia barang-barang yang bisa didaur ulang ternyata bukan hanya kertas saja, melainkan juga aluminium, kaleng, aki bekas, dll. Material yang dapat didaur ulang secara umum adalah :

1. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, dll, yang berwarna putih bening dan yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal

2. Kertas, terutama kertas bekas kantor, koran, majalah, kardus, kecuali kertas yang berlapis minyak

3. Aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, dll 4. Besi bekas rangka meja, besi rangka beton, dll

5. Plastik bekas wadah shampo, air mineral, jerigen, ember, dll 6. Sampah basah dapat diolah menjadi kompos

METODA PENELITIAN

Gambar 1. Bagan Alir Proses Penelitian

Data Primer: Penelitian Pendahuluan Penelitian lapangan: Wawancara Dokumentasi Survey lapangan START Research Questions Informasi yang sudah dikumpulkan Informasi dan data yang dibutuhkan

Research Design

Menentukan metode yang dibutuhkan

Research Question Terjawab

Research Analysis Keakuratan data Pengolahan data

Pengolahan Data Secara: Kuantitatif menjadi Kualitatif

Strategi Yang Cocok

Kesimpulan

Data sekunder: DKP Kota Depok Tata Kota Depok Bappeda

(6)

Pengamatan Pendahuluan

Penelitian dilakukan di Kota Depok dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar potensi sampah dilihat dari sisi ekonomisnya dan pengaruh 4R terhadap reduksi sampah yang dibebankan pada TPA Cipayung. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan metode survei yang dilakukan pada 10 keluarga secara acak yang dapat mewakili setiap kecamatan yang ada, kemudian mengambil sampah yang ada dan ditimbang berapa jumlah dan komposisi sampah tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantiatif yang diubah menjadi kualitatif berdasarkan data yang didapat dengan memberikan masukan berupa strategi yang dapat dilaksanakan pada kondisi lapangan saat ini.

Daerah Pengamatan dan Perilaku Masyarakat

Daerah penelitian yang dipilih adalah Kota Depok. Namun dibatasi tidak seluruh daerah diteliti, hanya diambil beberapa tempat saja yang dianggap bisa mewakili. Untuk tingkat Rumah Tangga diambil dari 6 Kecamatan di Kota Depok, sedangkan untuk tingkat petugas sampah, pemulung dan lapak diambil masing-masing dari kecamatan yang ada di Kota Depok. Namun untuk tingkat bandar, disesuaikan dengan kondisi di lapangan karena jumlah bandar sampah di Kota Depok sangat sedikit jumlahnya.

Perilaku masyarakat terhadap pembuangan sampah berdasarkan pengamatan penulis, adalah; membuang sampah tanpa melihat komposisinya, sampah dibuang pada tempat sementara (timbulan pada tanah kosong, dst), tanpa melihat manfaat dan kegunaan yang akan dihasilkan oleh sampah dan sampah dibuang beberapa hari sekali.

NO_KOMPO 5 8.3 8.3 8.3 39 65.0 65.0 73.3 16 26.7 26.7 100.0 60 100.0 100.0 melihat tidak melihat tidak tahu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent TIMBULAN 10 16.7 16.7 16.7 15 25.0 25.0 41.7 35 58.3 58.3 100.0 60 100.0 100.0 tidak pernah jarang sering Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent NO_MANFA 10 16.7 16.7 16.7 29 48.3 48.3 65.0 21 35.0 35.0 100.0 60 100.0 100.0 melihat tidak melihat tidak tahu Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Tabel 4. Membuang Sampah dan Komposisi Tabel 5. Membuang Sampah pada Timbulan Tabel 6. Manfaat Sampah

(7)

BUANG_SP 4 6.7 6.7 6.7 8 13.3 13.3 20.0 19 31.7 31.7 51.7 22 36.7 36.7 88.3 7 11.7 11.7 100.0 60 100.0 100.0 1 2 3 4 5 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Penerapan Produksi Bersih dan Prinsip 4R

Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan mencari cara pengurangan produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk dan limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga dapat diterapkan dalam keseharian melalui Prinsip 4R yaitu:  Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi material yang

digunakan. Semakin banyak material digunakan, semakin banyak sampah dihasilkan.  Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai

kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.  Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna

lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang

barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidka bisa didegradasi secara alami. PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

Beberapa gambaran data yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa potensi penerapan 4R apabila dilakukan di Kota Depok adalah data-data sebagai berikut.

1. Volume dan Kawasan Sampah

Volume sampah di Kota Depok tahun 1999 sekitar 1776 m3/hari dan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, serta pola konsumsi masyarakat akibat dari peningkatan kesejahteraan.

Tabel 8. Volume dan Kawasan sampah pada bulan Februari 2004

No Sumber Timbulan (m3/hari) Prosentase (%) 1 2 3 4 Pemukiman Pasar Pertokoan, jalur

Fasilitas Umum & Kawasan Industri

406,8 141,2 57,16 36,2 63,43 % 22,01 % 8,91 % 5,64 % Jumlah 641,36 100,00 % Tabel 7. Lama Membuang Sampah

(8)

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok, 2004

Dari Tabel 4 diketahui bahwa volume sampah terbesar berasal dari daerah pemukiman yaitu sebesar 63,43%. Pertumbuhan volume sampah ini semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Tabel 4.3 - 4.7 memperlihatkan pertambahan volume sampah dari tahun 1999-2003 di tiap-tiap Kecamatan di Kota Depok.

Tabel 9. Perkembangan timbulan sampah pada Kecamatan Cimanggis

No Tahun Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 1999 2000 2001 2002 2003 477 499 536 824 881 171.720 179.640 192.190 296.640 317.160 242.626 269.265 331.778 343.399 363.545 Sumber: DKP Kota Depok, 2003

Tabel 10. Perkembangan timbulan sampah pada Kecamatan Sukmajaya

No Tahun Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 1999 2000 2001 2002 2003 458 471 504 685 724 164.880 169.560 181.440 246.600 260.640 230.502 232.906 278.080 285.928 297.098 Sumber: DKP Kota Depok, 2003

Tabel 11. Perkembangan timbulan sampah pada Kecamatan Pancoran Mas

No Tahun Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 1999 2000 2001 2002 2003 337 346 377 547 578 121.320 124.560 135.720 196.920 208.080 181.027 184.407 219.312 226.405 252.814 Sumber: DKP Kota Depok, 2003

Tabel 12. Perkembangan timbulan sampah pada Kecamatan Limo

No Tahun Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 1999 2000 2001 2002 2003 158 157 173 307 330 56.880 56.520 62.280 110.520 118.800 77.492 86.288 123.078 127.828 135.769 Sumber: DKP Kota Depok, 2003

Tabel 13. Perkembangan timbulan sampah pada Kecamatan Sawangan

No Tahun Volume (m3/hari) Volume (m3/thn) Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 1999 2000 2001 2002 2003 199 217 245 344 367 71.640 78.120 88.200 123.840 132.120 140.920 112.853 136.864 143.211 157.324 Sumber: DKP Kota Depok, 2003

(9)

Tabel 14. Tingkat Pelayanan tahun 1999-2003

No Sumber Sampah Tingkat Pelayanan

1999 2000 2001 2002 2003 1. Luas Daerah Pelayanan 7.664,54 ha 2. Penduduk terlayani 318.000 382.000 422.000 473.949 545.949 3. Penduduk terlayani terhadap jumlah penduduk Depok 35 % 38 % 39 % 38 % 41 %

Sumber: DKP Kota Depok, 2003

Tabel 15. Proyeksi Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Kota Depok

Uraian Satuan

Tahun Pentahapan

I II III

Th. 2000 Th. 2006 Th. 2010

Jumlah Penduduk Jiwa 1.300.000 1.500.000 1.800.00

0 Tingkat Pelayanan di

Depok

% 26 35 36

Penduduk terlayani Jiwa 330.000 600.000 1.000.00

0 KK terlayani KK 67.000 120.000 200.000 Timbulan sampah terlayani m3/hari 900 1.700 3.400 Kebutuhan Unit 37 72 140 Produksi sampah individu Liter/har i 2,4 3,0

-Sumber: Pemerintah Kota Depok, 2001

2. Komposisi Rata-rata Sampah Kota Depok

Pertimbangan yang dilakukan dalam pengambilan komposisi sampah ini adalah dengan memisahkan antara sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik) kemudian melakukan pemisahan berdasarkan golongannya. Dibawah ini adalah analisa hasil survey.

Tabel 16. Hasil Survey Sampah Organik Kecamatan Cimanggis. No Makanan/Sayuran ORGANIK (gram)Kayu Dedaunan Daging/kulit

1. 120 - 55 -2. 180 - 35 -3. 125 - 45 -4. 110 - 60 -5. 430 - 65 -6. 330 - 53 -7. 310 - 70 -8. 280 - 50 -9. 350 - 45 -10. 190 - 45 -Jml. 2425 0 523 0

(10)

Total rata-rata komposisi sampah Kecamatan Cimanggis tiap rumah adalah. - Rata-rata makanan/sayuran = (Jumlah total) / (Jumlah rumah)

= 2524 / 10 = 242,5 gram.

- Rata-rata Dedaunan = (Jumlah total) / (Jumlah rumah) = 523 / 10

= 52,3 gram.

Dari hasil perhitungan 6 kecamatan yang ada di Kota Depok didapat rata-rata komposisi sampah organik dibawah ini.

Tabel 17. Hasil Perhitungan Komposisi rata-rata sampah organik Kota Depok No Kecamatan Makanan/sayuranSampah organik (dalam gram)Kayu Dedaunan Daging

1 Cimanggis 242,5 0 52,3 0 2 Sukmajaya 159 0 30,3 0 3 Pan Mas 496 0 112,3 0 4 Beji 148 9 34,3 0 5 Limo 271,5 10 70 0 6 Sawangan 348,5 0 69,9 0 Jumlah 1665,5 19 396,1 0

Sedangkan untuk perhitungan rata-rata komposisi sampah organik untuk Kota Depok adalah:

- Rata-rata makanan/sayuran = (Jumlah total) / (Jumlah kecamatan) = 1665,5 / 6

= 277,6 gram.

Tabel 18. Hasil Survei Sampah Anorganik Kecamatan Cimanggis

No

Berat sampah anorganik gram)

Kaca Plastik Aluminium Kertas Besi Kardus

Lain-lain 1. - 320 - 95 - 80 270 2. - 270 - 110 - - 230 3. - 215 - - - - 180 4. - 160 - 45 - 35 215 5. - 280 - 80 - - 180 6. 250 180 - 65 - - 160 7. - 270 - 180 - - 370 8. - 230 - 165 - - 280 9. - 270 - 145 - - 210 10. - 270 - 78 - 55 190 Jml 250 2465 0 963 0 170 2285

- Rata-rata Kaca = (Jumlah total) / (Jumlah rumah) = 250 / 10

= 25 gram

- Rata-rata Plastik = (Jumlah total) / (Jumlah rumah) = 2465 / 10

(11)

- Rata-rata Kertas = (Jumlah total) / (Jumlah rumah) = 963 / 10

= 96,3 gram

- Rata-rata Kardus = (Jumlah total) / (Jumlah rumah) = 170 / 10

= 17 gram

- Rata-rata Lain-lain = (Jumlah total) / (Jumlah rumah) = 2285 / 10

= 228,5 gram

Tabel 19. Hasil perhitungan komposisi rata-rata sampah anorganik Kota Depok No Kecamatan

Sampah anorganik (dalam gram)

Kaca Plastik Aluminium Kertas Besi Kardus Lain-lain 1 Cimanggis 25 2465 0 96,3 0 17 228,5 2 Sukmajaya 17,5 154 0 82,5 0 24 174 3 Pan Mas 85,5 241 0 128 0 53 245 4 Beji 76,5 301 0 108,3 0 45,5 161 5 Limo 85 340 0 152,5 0 18 86,5 6 Sawangan 199 367 8 159 17 116,8 265,5 Jumlah 488,5 1649,5 8 726,6 17 274,3 1160, 5 Sedangkan untuk perhitungan komposisi rata-rata sampah anorganik Kota Depok - Rata-rata kaca = (Jumlah total) / (Jumlah kecamatan)

= 488,5 / 6 = 81,42 gram.

Dari perhitungan keseluruhan jenis sampah anorganik Kota Depok didapat hasil pada sebagai berikut:

Tabel 20. Total Komposisi Sampah Kota Depok

No Jenis sampah Jumlah total

sampah (gram)

Jumlah rata-rata (gram/kk)

1 Sampah sayur mayor 1666,5 277,6

2 Sampah kayu 19 3,2 3 Sampah dedaunan 396,1 66 4 Sampah kaca 488,5 81,42 5 Sampah plastik 16495 275 6 Sampah Almunium 8 1,3 7 Sampah kertas 726,6 121,1 8 Sampah besi 17 2,83 9 Sampah kerdus 274,3 45,72 10 Sampah lain-lain 1160,5 193,5 Jumlah 6405 1067,5

Sumber: Hasil Survey perorangan, 2005

Untuk perhitungan persentase sampah di Kota Depok adalah:

- Persentase sampah sayur mayur = (Total sampah sayur x 100%) / (Jumlah total) = (1666,5 x 100 %) / 6405 = 26 %

(12)

Tabel 21. Persentase sampah Kota Depok

No Jenis sampah Persentase (%)

1 Sampah sayur mayor 26

2 Sampah kayu 0,3 3 Sampah dedaunan 6,18 4 Sampah kaca 7,63 5 Sampah plastic 25,75 6 Sampah Almunium 0,13 7 Sampah kertas 11,34 8 Sampah besi 0,27 9 Sampah kerdus 4,28 10 Sampah lain-lain 18,12 Jumlah 100

Potensi Nilai Ekonomis Sampah

Dilihat dari jumlah sampah yang dihasilkan seperti pada Tabel 15, dan dengan asumsi semua sampah dimanfaatkan, baik untuk daur ulang untuk sampah anorganik maupun kompos untuk sampah organik dengan perkiraan residu 5% dari total sampah serta perkiraan jumlah kk sesuai dengan Tabel 11 sebesar 200.000 kk pada tahun 2010 dapat dihitung nilai ekonomis sampah di bawah ini.

Tabel 22. Nilai ekonomis sampah Kota Depok

No Jenis sampah Jumlah

rata-rata (gram/kk) Total Sampah (kg) Perkiraan Harga (Rp)/kg Nilai Ekonomis (Rp) 1 Sampah sayurmayur 277,6 55.520 600 33.312.000 2 Sampah kayu 3,2 640 600 384.000 3 Sampah dedaunan 66 13.200 600 7.920.000 4 Sampah kaca 81,42 16.284 600 9.770.400 5 Sampah plastik 275 55.000 1.500 82.500.000 6 Sampah Almunium 1,3 260 16.000 4.160.000 7 Sampah kertas 121,1 24.220 1.000 24.220.000 8 Sampah besi 2,83 566 1.500 849.000 9 Sampah kerdus 45,72 9.144 600 5.486.400 10 Sampah lain-lain 193,5 38.700 500 19.350.000 Jumlah 1067,5 213.534 187.951.800

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Secara umum manifestasi perilaku masyarakat rumah tangga adalah rendah. Manifestasi paling rendah terdapat pada masyarakat rumah tangga di wilayah pinggiran kota, terutama tentang pemisahan sampah rumah tangga, seperti; membuang sampah tanpa melihat komposisinya, sampah dibuang pada tempat sementara (timbulan pada tanah kosong, dst), tanpa melihat manfaat dan kegunaan yang akan dihasilkan oleh

(13)

sampah dan sampah dibuang beberapa hari sekali. Dengan melalui program “4R” yang meliputi “Reduce” atau mengurangi, “Reuse” atau menggunakan kembali, “Recycle” mendaur ulang atau pemusnahan sampah rumah tangga dan “Replace” mengganti dengan teliti barang yang kita pakai sehari-hari, masyarakat dapat menciptakan nilai ekonomi dari pemisahan sampah yang ada. Sedangkan manifestasi perilaku yang sangat tinggi ditunjukkan dalam hal penyediaan tempat sampah rumah tangga, gotong royong membersihkan sampah timbulan, rutinitas pembuangan sampah dan retribusi sampah.

Potensi sampah di Kota Depok sangat besar berjumlah 69.344,8 kg sampah organik dan 144.155,2 kg sampah anorganik dalam sehari. Nilai ekonomis sampah dengan perkiraan harga yang didapatkan dari lapak adalah Rp.187.951.800 setiap hari.

Kerjasama pemerintah daerah dan swasta sangat diharapkan untuk melaksanakan program alternatif pengelolaan sampah, seperti; Program Insinerator. Insinerator adalah perangkat pembakaran sampah yang efisien dan bisa mengurangi polusi udara. Insinerator yang baik memiliki sistem penangkal pencemar udara di cerobongnya (walaupun tetap menyebabkan pencemaran udara), dan sanggup mengurangi volume sampah sampai 80%-nya setelah dibakar.

DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Y., Studi Pengangkutan Sampah dari TPS hingga TPA di Kota Depok, 2005, Fakultas Teknik Sipil Universitas Gunadarma, Jakarta

Damanhuri, E., et al, Diktat Kuliah TL-3150 Pengelolaan Sampah, ITB Edisi Semester I 2004/2005, Bandung Jawa Barat, 2004.

Doddy Ari S, Diana S, Kajian Potensi Ekonomis Dengan Penerapan 3R (Reduce, Reuse Dan Recycle) Pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kota Depok, Prosiding Seminar Ilmiah PESAT Universita Gunadarma, Depok, 2005

Faisal, S., Format-format Penelitian Sosial, 2003, Rajawali Press, Jakarta.

Satori, M., Rancangan Sistem Industri Kecil Daur Ulang (IKDU) dalam mewujudkan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu, 2004, Jakarta.

Srinukoon, C., Usaha Mengurangi Jumlah Sampah di Kota Metropolitan Bangkok, Laporan Penelitian 2003.

Sudarso, Pembuangan Sampah, Pendidikan Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta, 1985

Ulfah, Maria., Gambaran Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung Kota Depok, 2004, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta

Tim Penyusun, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok Tahun 2000-2010, Laporan Draft Rencana, 2000

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Proses PenelitianData Primer:Penelitian PendahuluanPenelitian lapangan:WawancaraDokumentasiSurvey lapanganSTARTResearch QuestionsInformasi yang sudah dikumpulkanInformasi dan data yang dibutuhkan
Tabel 8. Volume dan Kawasan sampah pada bulan Februari 2004

Referensi

Dokumen terkait

googlepun sekarang ini bisa langsung mendapat akun email google jika mendaftar di PlayStore sebagai pengguna baru. Kelebihan memiliki integrasi akun PlayStore yang ada di akun

In order to get the slab quality produced fulfilled Standard Indonesian Rubber, research must be done using ammonium chloride at doses of 0%, 0.15%, 0.30% and 0.45%

pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa peran Agama dalam Antropologi sebagai panduan untuk membimbing manusia untuk memiliki moral dan perilaku sesuai dengan

Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dari terdiri 4 orang untuk mendiskusikan mengenai peristiwa alam yang terjadi di Indonesia.. Two Stay

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (7) dan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Dalam menghadapi persaingan yang ketat, merek yang kuat merupakan suatu pembeda yang jelas dan menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dan sangat membantu dalam

Memenuhi  Penerimaan  kayu  selain  kayu  bulat  dari  hutan  negara  dilengkapi  dengan  bukti  serah  terima  kayu 

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik