• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYIYAH SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYIYAH SURABAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYIYAH SURABAYA

The Relation Of Parent’s Way Of Care

With Degree Of Toilet Training Success For Pre-School Children At Tk Aisyiyah Surabaya

Ari Damayanti W ailzadamayanti@gmail.com

Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Widyagama Husada

ABSTRACT

In preliminary study the incidence of enuresis was 10% from 60% child. Therefore parent building for independence of children is needed that was realized by toilet training. This research was aimed to know the relation between parent’s way of care with degree of toilet training success for children at pre-school age in TK Aisyah Surabaya. From the result of research it was got that the respondent using the way of democratize care was 30%, the way of authoritative care was 52,5%, the way of permissive care was 12,5%, the way of neglect care was 5%. Whereas by degree success to success was 25%, enough success was 67,5%, less success was 7,5%. After analyzed using correlation of spearman rank it was got positive correlation 0,789 with pvalue=0,000 (p < 0,05). It can be concluded that there was significance relation between the parent’s way of care and degree of toilet training success for children in pre–school age. The more democratic care the application of toilet training the more success while the more neglect care the application of toilet training the less success. Based on this result, it was suggested that when conducting a same research number of question’s of every dimensions of parent’s behaviour in way of care should be same.

(2)

ABSTRAK

Pada studi pendahuluan di TK Aisyiyah diketahui kejadian enuresis sebanyak 10% dari 60 anak. Untuk itu perlu pembinaan orang tua pada anak untuk kemandirian yang diwujudkan melalui toilet training. Kegagalan toilet training mengakibatkan anak tidak percaya diri, rendah diri, malu berhubungan sosial dengan temannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah di TK Aisyiyah Surabaya. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan study cross sectional. Sampel diambil menggunakan teknik purposif sampling berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 40 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan korelasi spearman rank. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan pola asuh demokratis sebanyak 30%, pola asuh otoriter sebanyak 52,5%, pola asuh permisif sebanyak 12,5%, pola asuh penelantar sebanyak 5%. Sedangkan untuk tingkat keberhasilan yang berhasil sebanyak 25%, cukup berhasil sebanyak 67,5%, kurang berhasil sebanyak 7,5%. Setelah dianalisis dengan korelasi spearman rank diperoleh hasil nilai korelasi positif 0,789 dengan pvalue=0.000 (p<0.05). Kesimpulan Ho di tolak dan terdapat korelasi signifikan antara pola asuh orang ditolak tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Surabaya. Semakin ke arah pola asuh demokratis penerapan toilet training akan berhasil sedangkan semakin ke arah pola asuh penelantar penerapan toilet training kurang berhasil. Berdasarkan hasil penelitian idisarankan dalam melakukan penelitian sejenis hendaknya dibuat jumlah pertanyaan yang sama pada tiap dimensi prilaku orang tua dalam pola asuh disamping itu dilakukan pelatihan toilet training dengan melakukan kerja sama antara institusi kesehatan dan sekolah.

Kata kunci: Pola asuh, Toilet training, Pra sekolah

PENDAHULUAN

Orang tua memiliki peran sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak, dimana keluarga merupakan lingkungan primer dan pengenalan norma-norma dalam keluarga untuk dijadikan bagian dari pribadinya melalui proses pengasuhan (Hawari, 2007).

Anak mencapai kontrol buang air kecil atau kontrol buang air besar lebih awal pada usia 18 bulan sampai 1 tahun dimana toilet training harus dimulai saat anak telah memperlihatkan kesiapan buang besar maupun buang air kecil. Pelatihan buang air besar dilakukan pada anak umur 2 sampai 3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dapat dilakukan pada usia 3 sampai 4 tahun (Ayah bunda, 2001).

Prevalensi enuresis di Indonesia sekitar 30% anak berusia 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% pada anak berumur 12 tahun sedangkan di Eropa dan Amerika Utara didapatkan enuresis 15% pada anak berusia 5 tahun, 7% pada anak berusia 10 tahun, 1-2% pada anak berusia 15 tahun (Ayah bunda, 2001).

Hasil studi pendahuluan penulis di tempat penelitian kejadian enuresis 10% dari 60 anak yang seharusnya mampu mengontrol buang air kecil secara mandiri tetapi mengalami permasalahan dengan toilet trainingnya.

Dampak kegagalan toilet training

berpengaruh pada anak sehingga anak tidak percaya diri, rendah diri, malu, hubungan sosial dengan teman-temannya terganggu.

Penelitian ini bertujuan mengetahui

hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia pra-sekolah.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian dalam penelitian ini

adalah observational analitik yaitu

mengkaji hubungan antara variabel

penelitian dengan pendekatan study cross sectional menggunakan teknik purposive sampling, penetapan sampel berdasarkan kriteria inklusi (Alimul, 2007).

Penelitian dilaksanakan pada anak

(3)

dilaksanakan pada tanggal 12-24 Januari 2015.

Pengumpulan data dilakukan

menggunakan angket berisi pertanyaan

tertutup (Closed Ended Question)

menggunakan skala Likert dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan terdiri dari 10 pertanyaan untuk pola asuh di kategorikan 4=sangat setuju (SS), 3=setuju (S), 2=tidak setuju (TS), 1=Sangat tidak setuju (STS) kemudian dikategorikan dalam rentang tinggi atau rendah perilaku orang tua dalam pola asuh kemudian dicocokan dengan tabel pola asuh orang tua menurut D. Baumrind. 10 pertanyaan

tingkat keberhasilan toilet training

dikategorikan berdasarkan prosentase skor sebagai berikut :76-100% berhasil, 50-75% cukup berhasil, 40-49% kurang berhasil, < 40% tidak berhasil

Hasil penyajian kuesioner dijelaskan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi berupa tabel yang

dikonfirmasikan kedalam bentuk

prosentase dan narasi.

HASIL PENELITIAN

Gambar 1. Pola asuh orang tua

Berdasarkan gambar 1 diperoleh data frekwensi responden berdasarkan jenis pola asuh diperoleh frekwensi tertinggi pada jenis pola asuh otoriter sebanyak 52,5% dan frekwensi terendah pada jenis pola asuh penelantar sebanyak 5%.

Gambar 2. Karakteristik orang tua

berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan gambar 2 tingkat pendidikan orang tua diperoleh frekwensi tertinggi pada pendidikan SLTA sebanyak 50% dan

frekwensi terendah pada pendidikan SLTP sebanyak 5%.

Gambar 3. Karakteristik orang tua

berdasarkan tingkat penghasilan

Berdasarkan gambar 3 tingkat penghasilan

diperoleh frekwensi tertinggi pada

penghasilan > 1.500.000 sebanyak 40% dan frekwensi terendah pada penghasilan < 1000.000 sebanyak 25%.

Gambar 4. Karakteristik orang tua

berdasarkan jumlah anak

Berdasarkan gambar 4 jumlah anak frekwensi tertinggi pada jumlah anak dua sebanyak 45% dan frekwensi terendah pada jumlah anak lebih dari 3 sebanyak 10%. Gambar 5. Tingkat keberhasilan toilet traning

Berdasarkan gambar 5 diperoleh data

frekwensi responden berdasarkan

keberhasilan toilet training diperoleh frekwensi tertinggi pada kategori cukup berhasil sebanyak 67,5% dan frekwensi terendah pada kategori kurang berhasil sebanyak 7,5%.

Gambar 6. Urutan anak dalam keluarga

Berdasarkan gambar 6 urutan anak diperoleh frekwensi tertinggi pada urutan anak tengah sebanyak 40% dan frekwensi

5.0% 12.5% 52.5% 30.0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Penelantar Permisif Otoriter Demokratis

Pola asuh orang tua

P e rs e n ta s e ( % ) p o la a s u h 0 10 20 30 40 50 Persentase SLTP Diploma Tingkat Pendidikan Karakteristik Responden SLTP SLTA Diploma Sarjana 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Persentase < 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 -1 5 0 0 0 0 0 > 1 5 0 0 0 0 0 Penghasilan Perbulan T ingkat Penghasilan Persentase 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Persentase 1 2 3 >3 Jumlah Anak Karakteristik Orang Tua

1 2 3 >3 7.5% 67.5% 25.0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Kurang berhasil Cukup berhasil Berhasil

Tingkat keberhasilan toilet training

P e rs e n ta s e ( % ) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 persentase

Sulung Tengah Ragil

Urutan anak dalam keluarga Karakteristik anak

Sulung Tengah Ragil

(4)

terendah pada urutan anak ragil sebanyak 25%.

Gambar 7. Hubungan pola asuh dengan tingkat keberhasilan toilet training

Berdasarkan gambar 7 diperoleh data frekwensi responden berdasarkan jenis pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan

toilet training pada anak diperoleh

frekwensi tertinggi pada jenis pola asuh otoriter dalam penerapan toilet training cukup berhasil sebanyak 20 orang dan frekwensi terendah pada jenis pola asuh penelantar dalam penerapan toilet training sebanyak cukup berhasil dan kurang berhasil sebanyak 1 orang.

PEMBAHASAN Pola Asuh Orang Tua

Responden yang mempunyai jumlah anak mayoritas 2 orang anak (45%). Tingkat perekonomian yang semakin sulit sebagian besar orang tua memprogram 2 anak cukup, dengan harapan seluruh anaknya tidak terdapat masalah dalam proses tumbuh kembangnya. Orang tua beranggapan dengan penggunaan pola asuh otoriter dapat tercipta suasana disiplin, anak tersebut patuh terhadap semua perintah orang tua yang dapat terwujud dalam proses pola pengasuhan. Hal ini didukung oleh teori dari Watson (1970) orang tua yang mempunyai dua atau tiga anak cenderung menggunakan pola asuh otoriter, dengan digunakannya pola asuh ini orang tua beranggapan akan tercipta ketertiban rumah tangga (Prasetyo, 2003).

Berdasarkan gambar 3 tingkat penghasilan orang tua sebagian besar >1.500.000 (40%) dengan adanya tingkat sosial ekonomi yang tinggi orang tua dapat memfasilitasi semua kebutuhan anak. Menurut Hetherington dan Parke (2000) orang tua yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah ke atas lebih bersifat hangat dibandingkan orang

tua yang berasal dari sosial ekonomi rendah. menekankan pada perkembangan keingintahuan anak, kontrol dalam diri anak, lebih bersikap terbuka terhadap hal-hal baru (Nurwidianingtias, 2006).

Tingkat pendidikan orang tua sebagian besar SLTA (50%) hal ini mempengaruhi seseorang dalam penerapan pola asuh pada

kehidupan sehari-hari, salah satu

bertambahnya tingkat pengetahuan

seseorang berasal dari proses formal yang ditempuh melalui jenjang pendidikan. Menurut Hetherington dan Parke (2000) orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi dalam praktek pola asuhnya tampak sering membaca artikel ataupun mengikuti kemajuan mengenai perkembangan anak dalam mengasuh anak, menjadi lebih siap dalam memiliki latar belakang pengetahuan luas, sedangkan orang tua dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki

pengetahuan terbatas tentang

perkembangan anak.

Keberhasilan Toilet Training

Berdasarkan gambar 6 bahwa urutan anak dalam keluarga terbanyak urutan tengah

(40%) hal ini kemungkinan dilatar

belakangi oleh urutan anak dalam keluarga bahwa dengan mempunyai adik baru maka perhatian orang tua pada anak pertama berkurang sehingga mekanisme anak kurang tertarik dalam toilet training bertujuan menarik perhatian orang tua. Didukung oleh Harjaningrum bahwa enuresis dapat disebabkan ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan seperti

pelecehan seksual, kematian dalam

keluarga, kepindahan, mempunyai adik baru, perceraian orang tua. Menurut (Alimul, 2005:66) toilet training tergantung pada kesiapan pada diri anak maupun orang tua.

Hubungan Pola Asuh Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training

Lingkungan paling dekat dengan anak dan tempat dimana berinteraksi pertama kali adalah lingkungan keluarga. Faktor dalam

keluarga yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak, salah satunya adalah Pola asuh orang tua

Demokratis Otoriter Permisif Penelantar C o u n t 30 20 10 0 Tingkat keberhasilan Kurang berhasil Cukup berhasil Berhasil

(5)

pola asuh orang tua yang diterapkan pada anak.

Penerapan pola asuh tidak terlepas dari berbagai unsur antara lain kendali orang tua, aturan, reinforcement, dan kasih sayang. Dari analisis menggunakan korelasi spearman rank diperoleh hasil terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training. Penerapan pola asuh tipe otoriter berdasarkan atas pemberian aturan orang tua yang harus dilaksanakan oleh anak sehingga mekanisme kompensasi anak cukup berhasil dalam toilet training dikarenakan anak mengalami tekanan dengan diberikannya aturan, jika tidak melakukan sesuai aturan akan diberikan hukuman. Anak bukan miniatur orang dewasa melainkan individu yang nantinya menjadi dewasa. Anak perlu rasa nyaman, kasih sayang orang tua dalam proses pengasuhan dengan bersikap realistis terhadap kemampuan yang dimiliki anak, tidak berharap berlebihan dan melampaui batas kemampuan anak ditunjukkan dengan

memberi kebebasan memilih dan

mengendalikan mereka disertai melakukan pendekatan yang bersifat hangat sehingga anak tidak merasa dikekang, adanya kasih sayang dan perhatian dari orang tua akan meningkatkan motivasi serta kemandirian anak.

Teori Baumrind mendukung bahwa orang tua dengan pola asuh otoriter menetapkan kendali dan tuntutan tinggi pada anak sedangkan sikap demokrasi dan kasih sayangnya rendah, sedangkan pola asuh demokratis, orang tua menerapkan sikap demokratis, kasih sayang, adanya tuntutan serta mengendalikan anak.

Prilaku orang tua yang menggunakan pola asuh demokratis bilamana orang tua menunjukkan adanya kasih sayang, disertai aturan-aturan dengan menetapkan batas dan kontrol yang mendukung anak pada tindakan konstruktif sehingga tercipta kemandirian pada anak. Perilaku orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter bilamana orang tua menetapkan aturan yang harus dilaksanakan anak dalam proses pengasuhan tidak di sertai dengan kasih sayang orang tua pada anak. Perilaku orang

tua yang menggunakan pola asuh permisif bilamana orang tua sangat memanjakan anak ditandai adanya kasih sayang berlebihan tanpa aturan dalam proses pengasuhan. Perilaku orang tua yang

menggunakan pola asuh penelantar

bilamana orang tua tidak menetapkan aturan yang jelas, kasih sayang rendah pada anak, tidak adanya sikap demokratis, tuntutan berprestasi sehingga anak tidak terurusi dibiarkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemauan anak biasa terjadi pada orang tua yang sibuk mementingkan pekerjaan dan kurang pengetahuan orang tua tentang cara pengasuhan (Puji, 2004).

Penelitian ini mempunyai beberapa

keterbatasan antara lain: pertama

keterbatasan waktu, lokasi penelitian, menggunakan desain studi cross sectional maka pola asuh dan keberhasilan toilet training hanya diketahui pada saat ini saja, jumlah pertanyaan tidak sama pada masing-masing dimensi pola asuh sehingga

mempengaruhi hasil yang diperoleh,

variabel tingkat keberhasilan toilet training hendaknya memakai skala guttman dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak” untuk lebih mudah menginterpretasikan jawaban dari pertanyaan yang mewakili tingkat keberhasilan toilet training.

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar pemikiran dan pengembangan konsep keperawatan yang berhubungan dengan tahapan proses tumbuh kembang anak tentang toilet training.

KESIMPULAN

1. Sebanyak 21 responden meng- gunakan pola asuh otoriter (52,5%), 12 responden meng- gunakan pola asuh demokratis (30%), 5 responden meng- gunakan pola asuh permisif

(12,5%), 2 responden meng-

gunakan pola asuh penelantar (5%).

2. Sebanyak 27 responden me-

nyatakan cukup berhasil (67,5%), 10 responden menyatakan ber-hasil (25%), 3 responden menyatakan kurang berhasil (7,5%).

3. Setelah dilakukan analisis

menggunakan Korelasi spearman rank diperoleh hasil sebagai berikut

(6)

nilai korelasi positif sebesar 0,789 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) Zhitung (6.2449) > Ztabel (1.96). Semakin ke arah pola asuh demokratis maka penerapan toilet training akan berhasil sedangkan

semakin ke arah pola asuh

penelantar maka penerapan toilet training kurang berhasil, diperoleh kesimpulan “Ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Aisyiyah Surabaya”.

SARAN

1. Dalam melakukan penelitian sejenis

hendaknya dibuat jumlah

pertanyaan sama pada tiap dimensi perilaku orang tua dalam pola asuh. 2. Dapat dilakukan pelatihan toilet training bagi orang tua dengan

melakukan kerja sama antara

institusi kesehatan dan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika

Alimul, Hidayat Aziz. 2007. Riset

Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Ayahbunda.2001.Dari A Sampai Z Tentang Perkembangan Anak. Jakarta: PT Gaya Favorit Press.

Hawari, Dadang. 2007. Our Children Our Future Dimensi Psikoloreligi Pada

Tumbuh Kembang Anak Dan

Remaja. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Puji, Dian. 2004.Gambaran Toilet Training Pada Ibu Bekerja. Tugas Akhir Program Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang. Nurwidianingtyas,Wiwit.2006. Hubungan

Pola Asuh Orang Tua Dengan Prilaku Asertif Pada Remaja. Skripsi Sarjana

Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Prasetyo, Eko. 2003. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Dengan Anak Penyandang

Autisme Dan Anak Dengan

Kebutuhan Nutrisi Khusus Rumah Sakit Universitas Islam Malang. Skripsi Sarjana Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas

Gambar

Gambar  2.  Karakteristik  orang  tua  berdasarkan tingkat pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas audit, profitabilitas, dan likuiditas terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Kadar COD dalam air limbah pada karbon aktif mempunyai suatu gaya gabung dengan bahan organik, hal tersebut dapat digunakan untuk meremoval bahan kontaminan organik dari

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Hardcopy Record

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PELEPAS BEARING SEMI OTOMATIS.. (PROSES PEMBUATAN DAN

Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan naratif Vladimir Propp, yang berfokus pada menganalisis karakter cerita dan fungsi penceritaan

Proses belum selesai pada sebatas ijin, namun terdapat kegitan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12 (1) RUU tentang PPKIPT dan EBT , bahwa “Setelah mendapat izin

Maka hal itu menuntut perusahaan untuk mengingatkan penilaian prestasi kerja dan loyalitas karyawan sehingga karyawan akan mendapatkan atau berhak di promosikan pada jenjang

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan Statisik Kecelakaan Kerja pada data kecelakaan selama periode 2006-2009 dengan melihat tingkat kekerapan (FR) dan