• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal KBP Volume 3- No. 1, Juli 2015 ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal KBP Volume 3- No. 1, Juli 2015 ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

61 Jurnal KBP

Volume 3- No. 1, Juli 2015

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

Fadilla Quratul Akyun., S.E Antoni., S.E., M.E., Ph.D*

Elva Dona., S.E., M.E**

* Dosen tetap Fak Ekonomi Univeristas Bung Hatta Padang ** Dosen Tetap STIE-KBP Padang

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat bernilai positif dan negatif. Hal ini pernah terjadi pada negara Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai pertengahan tahun 1998 yang menggambarkan keadaan perkembangan ekonomi Indonesia menurun. Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi dalam negeri, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder 21 tahun (1993-2013), dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Variabel Dependen yang digunakan yaitu Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan variabel Independen yang digunakan Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Tenaga Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi, PMA, PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap Persamaan Pertumbuhan Ekonomi, Kecuali Inflasi dan PMA.

Kata Kunci : PDB, Inflasi, PMA, PMDN dan Tenaga Kerja

Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Di setiap periode sesuatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa.Investasi masa lalu yang

akan menambah barang-barangmodal dan kapasitas memproduksi masa kini.Disamping itu investasi biasanya diikuti oleh perkembangan teknologi teknologi alat-alat produksi dan mempercepat kemampuan memproduksi. Berbagai negara tidak selalu

(2)

62

dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan perkembangan kemampuan memproduksi yang dimiliki oleh faktor-faktor produksi yang semakin meningkat (Sukirno, 2005).

Pertumbuhan ekonomi di suatu negaradapat melihat bagaimana peningkatan dan perkembangan ekonomi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara itu dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif.Jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan yang positif, menandakan kegiatan ekonomi di negara tersebut mengalami peningkatan.Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan yang negatif, menandakan bahwa kegiatan ekonomi di negara tersebut mengalami penurunan.

Hal tersebut pernah terjadi pada negara Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai pertengahan tahun 1998 yang menggambarkan keadaan perkembangan ekonomi Indonesia menurun, hal tersebut yang membuat penurunan perkembangan ekonomi Indonesia juga disebabkan karena tabungan domestik rendah yang menyebabkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) menurunyang akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Walaupun satu atau dua tahun setelah krisis ekonomi 1997-1998, ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand, atau masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang

pernah dicapai oleh pemerintahan Orde Baru (ORBA).

Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi dalam negeri, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).Padahal era ORBA mengalami penurunan dari sebesar 8,45 persen menjadi dengan sebesar (19,85) persen. Selanjutnya keadaan inflasi pada tahun 1999 kembali meningkat setelah mengalami krisis moneter pada tahun sebelumnya sebesar 27,64 persen. Padatahun 2000 nilai inflasi kembali mengalami penurunan sebesar 3,69 persen dan nilai membuktikan bahwa investasi, khususnya PMA, merupakan faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.Terutama melihat kenyataan bahwa sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural, dan pertumbuhan ekspor di Indonesia selama ORBA sebagian besar karena kehadiran PMA di Indonesia (Tambunan, 2006).

Untuklebihjelasnya perkembangan GDP, Inflasi, PMA, PMDN, dan Tenaga Kerja yang terjadi di Indonesia selama kurun waktu 1993-2013 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini : Perkembangan GDP Indonesia dari tahun 1993 sampai 1997 mengalami peningkatan dari sebesar Rp. 1.151.490,15 miliar menjadi sebesar Rp. 1.512.780,45 miliar namun pada tahun 1998 terjadi penurunan GDP Indonesia menjadi Rp. 1.313.073,04 miliar hal ini disebabkan oleh krisismenjadi Rp. 1.313.073,04 miliar hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi tahun 1998 yang berdampak pada GDP Indonesia. Pada tahun berikutnya dari tahun 1999 sampai 2009 GDP Indonesia

(3)

63 mengalami peningkatan dari tahun 1999 Rp.

1.325.315,41 miliar menjadi Rp. 2.178.850,40 miliar namun pada tahun 2010 GDP Indonesia mengalami penurunan dengan total GDP Indonesia mencapai Rp. 2.134.458,80 miliar. Sampai akhir tahun 2013 GDP Indonesia mencapai Rp. 2.770.345,10miliar.

Sedangkan perkembangan inflasi dari tahun 1993 sampai 2013 mengalami fluktuasi, hal ini terlihat dari nilai inflasipada tahun 1993 sebesar 9,75 persen. Pada inflasi kembali meningkat pada tahun 2001 sampai 2002 sebesar 11,50 persen menjadi sebesar 11,88 persen. Beberapa tahun berikutnya nilai inflasi mengalami fluktuasi, hingga akhir 2013 nilai inflasi Indonesia mencapai 6,98 persen.Selanjutnya perkembangan investasi PMA dari dari tahun 1993 sampai 2000

tahun 1994 sampai 1998 nilai inflasi mengalami mengalami keadaan berfluktuasi dari sebesar 5.653,10 juta dollar pada tahun 1993 menurun menjadi 4.628,20 juta dollar pada tahun 1996 dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2000 dengan nilai sebesar 9.877,40 juta dollar. Dan sampai akhir tahun 2013 investasi PMA yang direalisasikan di Indonesia mencapai 28.617,50 juta dollar.

Sedangkan perkembangan realisasi investasi PMDN di Indonesia dari tahun 1993 sampai 1997 mengalami peningkatan dari sebesar Rp. 8.286,00 miliar menjadi Rp. 18.628,80 miliar, namun pada tahun 1998 realisasi PMDN di Indonesia mengalami penurunan menjadi Rp. 16.512,50 miliar. Hingga akhir tahun 2013 realisasi investasi PMDN di Indonesia mencapai Rp. 34.038,00 miliar.Proporsi penanaman modal

dalam negeri di dalam PDB dan pesatnya pertumbuhan investasi tidak berarti pembangun ekonomi berjalan dengan baik dan sebaliknya, karena penting bukan besarnya investasi dalam nilai uang tetapi bagaimana pemanfaatan dari investasi tersebut.

Sedangkan perkembangan tenaga kerja Indonesia terlihat bahwa dari tahun 1993 sampai 2013 mengalami peningkatan, pada tahun 1993 tenaga kerja Indonesiasebesar 79.200.000 orang, dan terus meningkat pada tahun 1994 sampai 2007 tenaga kerja Indonesia sebesar 82.039.000 orang menjadi sebesar 99.930.217 orang. tahun 2008 tenaga kerja Indonesia sebesar 102.334.245 orang.Di tahun berikutnya peningkatan tenaga kerja Indonesia terus mengalami peningkatan sampai akhir tahun 2013 tenaga kerja Indonesiamenjadisebesar 114.021.189 orang. Tinjauan Pustaka

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.Pertumbuhan ekonomi lebih menunjukan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data Gross Domestic Product (GDP) atau pendapatan perkapita.

GDP adalah total nilai pasar dari barang akhir dan jasa (final good and service) yang dihasilkan di dalam negeri di suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Konsep lain yang berkaitan dengan GDP adalah Gross National Product (GNP) yaitu total nilai pasar dari barang akhir dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara selama kurun waktu tertentu.

(4)

64

Perbedaan antara GDP dan GNP adalah GDP mengukur dari faktor-faktor produksi di dalam batas teritori negara (nation’s territory boundaries), tanpa mempersoalkan siapa yang menerima pendapatan tersebut, sedangkan GNP mengukur pendapatan dari penduduk suatu negara atau perekonomian, tanpa mempersoalkan apakah pendapatan itu dihasilkan oleh produksi di dalam negeri ataukah produksi di luar negeri (Nanga, 2005).

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik (Adam Smith) berpendapat bahwa sistem mekanisme pasar akan mewujudkan kegiatan ekonomi yang efisien dan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Smith merasa pemerintah tidak perlu melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa.Fungsi pemerintah perlu dibatasi dalam penyediaan fasilitas yang mendukung perkembangan kegiatan pihak swasta. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar (Roy Harrod dan Evsey Domar) berpendapat untuk mewujudkan hubungan diantara analisis Keynes dengan teori Harrod-Domar terlebih dahulu akan diperhatikan kembali teori keseimbangan kegiatan ekonomi yang dikemukakan oleh teori Keynes. Teori Keynes pada hakikatnya menerangkan bahwa pada hakikatnya menerangkan perbelanjaan agregat akan menentukan tingkat kegiatan perekonomian.

Dalam perekonomian dua sektor pertambahan perbelanjaan agregat terutama harus terwujud dari kenaikan investasi. Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang teguh, investasi harus terus-menerus mengalami pertambahan dari tahun ke tahun Keadaan ini tidak berlaku, pertumbuhan

ekonomi akan mengalami perlambatan atau penurunan (Sukirno, 2005).

Teori pertumbuhan Neo-Klasik pertama kali dikembangkan oleh Solow, Teori Neo-Klasik dipandang sebagai teori yang lebih cepat dan lebih sempurna menerangkan fenomena pertumbuhan ekonomi jangka panjang dibandingkan dengan teori klasik.Teori ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan dalam teori klasik yang diperhatikan hanyalah hubungan antara pertambahan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi.Bukan hanya memperhatikan peran tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi menganalisis sumbangan dari perkembangan stok modal dan teknologi dalam melakukan penyelidikan empiris mengenai peranan relatif dari modal, teknologi dan tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2005). Menurut (Samuelson, 1995) salah satu gejala ekonomi makro adalah inflasi. Inflasi adalah sebuah kecenderungan yang ditandai dengan naiknya harga komoditi kebutuhan pokok yang disebabkan oleh mata uang lokal mengalami penurunan nilai yang disebabkan karena jumlah uang beredar terlalu banyak.

Inflasi menimbulkan gejolak dalam ekonomi dan cenderung mempengaruhi terjadinya resesi. Salah satu dampak buruk dari inflasi adalah angka investasi yang semakin menurun, dan menurunnya volume penjualan perusahaan yang terjadi akibat harga produk industri relatif meningkat sedangkan jika diasumsikan pendapatan konstan atau tetap tentu daya beli

(5)

65 masyarakat terhadap produk industri akan

semakin berkurang.

Inflasi didefinisikan sebagai peningkatan harga berbagai komoditi yang disebabkan karena melemahnya nilai tukar mata uang lokal yang disebabkan karena jumlah mata uang lokal yang beredar terlalu banyak. Inflasi akan mendorong terjadi penurunan kinerja ekonomi, yang disebabkan sektor riil yang memiliki performance yang menurun. Oleh sebab itu untuk mengantisipati terjadinya peningkatan inflasi maka diperlukan peranan Bank Sentral untuk mengatur sirkulasi peredaran uang yang beredar (Sukirno, 2005).

Kenaikan harga menyebabkan barang yang diproduksikan di negara tidak dapat bersaing dengan barang yang sama dipasaran luar negeri. Oleh sebab itu ekspor negara tersebut akan turun dan tidak berkembang. Sebaliknya kenaikan harga-hargadalam negeri menyebabkan barang-barang dari negara lain menjadi relatif lebihmurah dan percepatan pertambahan impor. Salvatore (1997) menyatakan bahwa penanaman modal asing langsung meliputi investasi ke dalam asset-asset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya.

Penanaman modal asing tidak langsung disebut penanaman modal jangka pendek.Investasi jenis ini berbentuk portofolio (Portofolio Investment). Mishkin (1999) mengemukakan teori pilihan portofolio (Theory of Portofolio Choice) yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli

asset, yaitu: (1) kekayaan (wealth), jika kekayaan seseorang semakin meningkat maka ia akan memiliki sumber yang lebih banyak untuk membeli aset-aset, (2) hasil yang diharapkan (expected return), yaitu hasil yang mungkin didapatkan dengan memegang asset tersebut, (3) risiko (risk), yaitu derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu asset relatif terhadap aset-aset lainnya, dan (4) likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu asset diubah dalam bentuk uang tunai (cash).

Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yangmelakukan penanamanmodal di wilayah negara republik Indonesia. PMDNdilaksanakan berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2005 tentang penanamanmodal.

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,sedang mencari pekerjaandan melakukankegiatan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut BPS penduduk berumur 15 tahun ke atas terbagi sebagai angkatan kerja (AK) dan bukan angkatan kerja.Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dan lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di Indonesia (Simanjuntak, 2007).

Fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu (q) = f (K,L) dimana K merupakan modal, dan L adalah tenaga kerja yang memperhatikan jumlah maksimal suatu

(6)

66

barang atau jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L, maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi(Tambunan, 2006).

Tinjauan Empiris

Beberapa hasil penelitian mengenai Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Tenaga Kerja yang pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia maupun yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian Engla Desnim Silvia, (2013) membuktikan Inflasi tidak berpengaruh signifikan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Hal ini disebabkan antara inflasi dengan investasi yang artinya kenaikan inflasi akan menurunkaninvestasi menyebabkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi,karena mengganggu investasi masuk ke dalam negeri negeri. Dengan hasil penelitian tingkat inflasi sebesar 2,160 dan t-tabeldengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df=17 diperoleh 2,268. Terlihat hitung lebih kecil dari t-tabel (2,160<2,268), maka dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Penelitian Tri Handayani (2011) membuktikan Penanaman Modal Asing (PMA) tidak berpengaruh signifikan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Hal ini disebabkan tingkat kepercayaan investor asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia berkurang. Sejak krisis 1997 hingga sekarang pertumbuhan arus masuk

PMA ke Indonesia relatif lambat, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang juga mengalami krisis yang sama seperti : Thailand, dan Korea Selatan. Penurunan arus masuk PMA ke Indonesia menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Penelitian Iskandar Ben Hasan (2013) membuktikan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh signifikan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Hal ini disebabkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia yang bersumber dari tabungan masyarakat Indonesia tersebut meningkat.Pendapatan masyarakat sepenuhnya tidak hanya digunakan untuk konsumsi saja, melainkan dipergunakan untuk berinvestasi di dalam negeri.Tentu hal ini meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Penelitian Totok Yunianto (2011) membuktikan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Indonesia. Hal ini disebabkan oleh makin tingginya produktifitas sumberdaya manusia yang mengalokasikan pada sumber-sumber pendapatan yang dapat meningkattingginya produktivitas sumberdaya manusia yang mengalokasikan pada sumber-sumber pendapatan yang dapat meningkatkan barang-barang ekspor yaitu sektor yang memiliki keunggulan komparatif serta adanya efek langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui jumlah tenaga kerja.

Metode Penelitian Model Analisis

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, penanaman Modal Asing

(7)

67 (PMA), penanaman modal dalam negeri

(PMDN), da Tenaga Kerja sebagai variabel independen yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai variabel dependen dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, X4)………….…(1) Dengan metode statistik ekonometrika, selanjutnya fungsi di atas secara linier dapat dibentuk kepersamaan regresi, sehingga fungsi di atas dapat dituliskan persamaannya sebagai berikut : (J. Supranto,2001).

Y =

b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+µ……(2) dimana :

Y = Pertumbuhan Ekonomi (Persen) X1 = Inflasi (Persen)

X2 = Penanaman Modal Asing (PMA) (Juta Dollar)

X3 = Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) (Miliar Rupiah)

X4 = Tenaga Kerja (Orang) b0= koefisien konstanta

b1= koefisien regresi Inflasi

b2= koefisien regresi Penanaman Modal

Asing (PMA)

b3= koefisien Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) b4= koefisien Tenaga Kerja

µ= disturbance terms

Sedangkan untuk mengukur elastisitas dari variabel terikat terhadap

variabel bebas yaitu untuk menunjukkan persentase perubahan pada variabel bebas maka dibentuk logaritma, dari persamaan (2) ditransformasikan dalam bentuk persamaan (3) yang berbentuk logaritma sebagai berikut :

Log Y = b0 + b1 logX1+ b2 logX2 + b3 logX3 + b4 logX4 + µ………….(3)

dimana :

Log Y = elastisitas Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

b0 = konstanta

b1 = nilai elastisitas Inflasi X1 = Inflasi

b2 = nilai elastisitas PMA X2 = Penanaman Modal Asing b3 = nilai elastisitas PMDN

X3 = Penanaman Modal Dalam Negeri b4 = nilai elastisitas Tenaga Kerja X4 = tingkatTenaga Kerja

µ = disturbance terms

Hasil Penelitian Uji Asumsi Klasik

1. Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji keadaan dimana variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain terjadi ketidaksamaan (beragam). Terjadinya gejala ini sebagai akibat adanya ketidaksamaan data yang diteliti. Data time

(8)

68

series jarang mengandung unsur heteroskedastisitas, karena di dalam data time series residualnya diduga akan saling berhubungan antara satu observasi dengan observasi lainnya. Jika nilai probabilitas Chi-Square pada hasil uji White tanpa cross terms lebih besar dari α = 5% maka dapat dikatakan bahwa model persamaan regresi tersebut tidak ada heteroskedastisitas.

Pada perhitungan tabel 2 di bawah ini dapat diketahui bahwa analisis data untuk heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan program Eviews 6. Menurut Winarno (2009) untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas pada hasil penelitian apabila :

1. Nilai probability dari Obs*R-squared lebih kecil dari α = 0,05 berarti ada heteroskedastisitas.

2. Nilai probability dari Obs*R-squared lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak ada heteroskedastisitas.

Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai probability dari Obs*R-squared lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak ada heteroskedastisitas dan nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketetapan nilai probability, pertumbuhan ekonomi svariabel dependen lebih dari 0,05. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.952900 Prob. F(4,16) 0.1506

Obs*R-squared 6.889232 Prob. Chi-Square(4) 0.1419 Scaled explained SS 3.075982 Prob. Chi-Square(4) 0.5452 Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014

2. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara residual (anggota) pada serangkaian observasi tertentu dalam suatu periode tertentu. Pada data cross section jarang ditemui adanya unsur autokorelasi. Pada data time series sering muncul masalahautokorelasi, karena pada data time series sering kali menunjukkan adanya trend yang sama yaitu adanya kesamaan pergerakan naik dan turun.

Ada berbagai metode yang digunakan untuk menguji tidaknya gejala autokorelasi.Dalam penelitian ini digunakan metode Uji Durbin Watson.

Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien Durbin Watson adalah antara0-4. Jika dilihat koefisien Durbin Watson sekitar 2 (dua), maka dapat dikatakan tidak ada korelasi, kalau besarnya mendekati 0, maka terdapat autokorelasi positif dan jika besarnya mendekati 4 (empat) maka terdapat autokorelasi negatif.

Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 pada tabel 3di bawah ini, terlihat bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,979044 berada di Durbin Watson mendekati 2, dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada persamaan tersebut

(9)

69 Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi

Model R Square Adjusted R

Square S.E. of Regresion

Durbin Watson

1 0.233252 -0.095354 0.029001 1.979044

Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014 Hasil Estimasi Data

Berdasrkan hasil analisis estimasi persamaan regresi yang diolah dengan menggunakan eviews 6 yang telah dilakukan di dapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : logYt = -6,611 – 0,002Inft + 0,077 logPMAt + 0,029logPMDNt + 1,558logTKt R-squared = 0,84169 Adjusted R-squared = 0,79947 Uji Hipotesis Uji F

Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0,05 dan derajat kebebasan sebesar (n-k-1). F-tabel dengan derajat kepercayaan sebesar 95% adalah F0,025,(4)(16) = 3,01. Sedangkan F-hitung sebesar 22,3381. Karena F-hitung lebihbesar dari F-tabel (22,3381>3,01). Ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Dari perhitungan nilai R-Squared adalah 0,8417 atau 84,17 persen. Artinya sumbangan variabel inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja adalah 84,17 persen. Sedangkan sisanya 15,83 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

Uji t

1.Pengaruh Inflasi (INFt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Yt) tahun 1993-2013

Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Inflasi sebesar -1,114 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung kecil dari t-tabel (-1,114<2,120), maka H0

diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antaraInflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

2. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMAt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 1993-2013

Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 0,903 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α =5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung kecil dari t-tabel (0,903<2,120), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruhyang signifikan antara Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

(10)

70

3. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDNt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 1993-2013

Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 2,352 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung besar dari t-tabel (2,352>2,120), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.

4. Pengaruh Tenaga Kerja (TKt) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 1993-2013

Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 diperoleh nilai t-hitung untuk Tenaga Kerja sebesar 2,642 dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung besar dari t-tabel (2,642>2,120), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Pembahasan

Beberapa pengujian telah dilakukan sebelumnya ternyata menunjukkan bahwa pada model regresi yang digunakan sudah baik, terbebas dari penyakit uji asumsi klasik.

Interprestasi ekonomi dari persamaan yang diperoleh adalah -6,611. Hal ini berarti apabila semua variabel independen yaitu Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) danTenaga Kerja dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka Pertumbuhan Ekonomi akan turun adalah sebesar 6,611 persen.

1. Nilai koefisien estimasi Inflasi estimasi sebesar -0,002. Hal ini berarti bahwa dengan kenaikan inflasi sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,002 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).

2. Nilai koefisien estimasi penanaman modal asing (PMA) yaitu sebesar 0,077. Artinya apabila terjadi kenaikan PMA 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,077 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).

3. Nilai koefisien estimasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yaitu sebesar 0,029. Artinya apabila terjadi kenaikan PMDN 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,029 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).

4. Nilai koefisien estimasi Tenaga Kerja 1,558. Artinya jika terjadi kenaikan tenaga kerja 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat 1,558 persen dengan asumsi

(11)

71 cateris paribus (variabel lain dianggap

tetap atau konstan).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penemuan empiris yang diperkuat oleh hasil perhitungan statistik, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Secara umum inflasi, penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ditandai dengan perkembangan PDB. Hasil ini diperkuat oleh (uji F), dimana F-hitung lebih besar dari F-tabel (22,338>3,01) pada tingkat kepercayaan 95% dan didukung dengan Nilai R-Squared dari persamaan pertumbuhan ekonomi adalah 0,8417 atau 84,17 persen. Artinya sumbangan variabel inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja adalah 84,17 persen. Sedangkan sisanya 15,83 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

Pada (Uji t) masing-masing variabel independen (Inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja) menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.Kecuali inflasi dan PMA menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap PDB Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.Berarti inflasi dan PMA tidak berpengaruh terhadap peningkatan PDB Indonesia.

Perkembangan inflasi di Indonesia selama kurun waktu penelitian mengalami keadaan yang fluktuatif.Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh inflasi

berpengaruh negatif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasiinflasi sebesar -0,002 berarti dengan kenaikan inflasi 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun sebesar 0,002 persen. Dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).

Perkembangan penanaman modal asing (PMA) di Indonesia selama kurun waktu penelitian mengalami keadaan yang fluktuatif.Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh PMA berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi PMA sebesar 0,077 berarti dengan kenaikan PMA 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,077 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).

Perkembangan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Indonesia selama kurun waktu penelitian menunjukkan keadaan yang fluktuatif.Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh PMDN berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi PMDN sebesar 0,029 berarti dengan kenaikan PMDN 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,029 persen, dengan asumsi cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan).

Perkembangan tenaga kerja di Indonesia mengalami peningkatan.Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi tenaga kerja sebesar1,558 berarti dengan kenaikan tenaga kerja 1 persen, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat 1,558 persen, dengan asumsi

(12)

72

cateris paribus (variabel lain dianggap tetap atau konstan). Saran

Pemerintah harus lebih meningkatkan kinerja variabel-variabel makro ekonomi sehingga dapat memperhatikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh secara berkelanjutan tanpa campur tangan asing yang mengendalikan variabel-varibel makro ekonomi yang dianggap mampu menumbuhkan perekonomian nasional yang maju dan berkembang dalam jangka pendek, sehingga untuk jangka panjang dengan kondusifnya investasi Indonesia sebagai kontribusi yang seimbang dalam perekonomian Indonesia dengan cara menekan laju inflasi untuk tetap stabil.

Pemerintah lebih fokus memikirkan ekonomi yang mandiri dan berbasis kerakyatan dengan menekan laju inflasi yang tinggi, untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar yang ada di tangan masyarakat, untuk dapat membantu masyarakat miskin untuk merasakan kehidupan sejahtera, salah satunya menekan harga-harga dan barang-barang pokok yang relatif terjangkau untuk kalangan masyarakat kelas bawah. Sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pertumbuhan ekonomi, terutama untuk masyarakat miskin di Indonesia yang ingin memenuhi kebutuhan dasarnya.

Pemerintah harus memperhatikan tenaga kerja Indonesia supaya tidak banyak yang bekerja di luar negeri untuk menyelamatkan devisa.Dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM), menggali dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam (SDA) yang tersedia untuk dapat dikelola dan menjalin

kerjasama internasional. Supaya tidak banyak jumlah tenaga kerja sebagai buruh dan pembantu.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar., Sanusi. 2004. Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga SBI terhadap Inflasi 2000-2002. Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Badan Pusat Statistik., Indikator Ekonomi Indonesia, Berbagai edisi, 1993-2013.

___________________., Statistik Ekonomi Indonesia, Berbagai edisi, 1993-2013.

Ben Hasan., Iskandar. 2013. Analisis Pengaruh Investasi domestik, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran

Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Pasca Sarjana. Universitas Darul Ulum Jombang. Boediono., 1983. Ekonomi Internasional.Penerbit BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Desnim Silvia., Engla. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi Nomor 2 Volume 1.

Ernita., Dewi, Syamsul Amar dan Efrizal Syofyan. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Konsumsi di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, 2013.

Gujarati., Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.

Handayani., Tri. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1999-2008. Yogyakarta, 2011.

(13)

73 Mishkin., F. S. 1999. The Economics of

Money, Banking, and Financial Market. Columbia University, Boson.

Nachrowi., Nachrowi D. 2006. Ekonometrika : Pendekatan Populer dan Praktis untuk Ekonomi dan Keuangan. Penerbit Lembaga. FE UI.

Nanga., Muana. 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan: Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Salvatore., D., 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [ Penerjemah ]. Erlangga : Jakarta. Samuelson., Paul A., dan Nordhaous,

William D. 1995. Macro Economics. 15thed. New York: McGraw Hill.

Simanjuntak., Payaman J. 2007. Sumber Daya Manusia dan Tenaga Kerja.LPFF.Universitas

Indonesia. Jakarta.

Sukirno., Sadono. 2005. Makro Ekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tambunan., Tulus. 2006. Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan Potensi: Kadin Indonesia, Jetra.

Timotius Depari., Meihendra. 2009. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Winarno., Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi Kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Yunianto., Totok. 2011. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Nganjuk. Tesis. Pasca Sarjana. Universitas Darul Ulum Jombang.

Http://www.bi.go.id, Laporan Tahunan Bank Indonesia. Http://www.jbs.co.id. Http://www.BKPM. co. id. http://www.jbs.co.id/penanaman- modal-dalam-negeri-pmdn-menuperijinan-96.html

Referensi

Dokumen terkait

8 Pengalaman yang saya dapat dimasa lalau akan membantu saya untuk berwirausaha. 9 Kemampuan yang saya miliki akan membantu saya untuk

Sebagai tambahan beberapa pin masukan analog memiliki fungsi khusus yaitu pin A4 (SDA) dan pin A5 (SCL) yang digunakan untuk komunikasi Two Wire Interface (TWI) atau

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas izinNya dan segala kemudahan serta limpahan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyeleseaikan Penulisan Hukum

Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran student teams achievement division (STAD) dan media monopoly games smart (MGS) pada materi Sistem Pernapasan Manusia

a. Setiap perawi dalam sanad suatu hadis haruslah seorang yang dikenal sebagai penghafal yang cerdas dan teliti dan benar-benar memahami apa yang didengarnya. Kemudian

Pemungutan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan” ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat menyelesaikan studi di Program.. Studi Diploma III

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Penelitian ... Identifikasi Masalah Penelitian ... Rumusan Masalah Penelitian ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Manfaat Teoritis