• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR ( Studi Pada Pelaksanaan Kebijakan Minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR ( Studi Pada Pelaksanaan Kebijakan Minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

MINAPOLITAN PROGRAM IMPLEMENTATION POLICIES IN SUPPORTING WELFARE SOCIETY AROUND

(Study on Policy Implementation Minapolitan in Districts Pagelaran District Pringsewu)

In order to improve the quality of policy implementation minapolitan, the government established a policy based on issues and problems that occur rural development, development Minapolitan an alternative solution for regional development (rural) in the District Pringsewu. The purpose of this study is to describe the implementation of the program minapolitan and the reasons and values into consideration actions taken by the government or policy actors in the program minapolitan in the District Pringsewu, and to describe the stages of the process of drafting and actors involved in policy implementation Minapolitan in Pringsewu district.

The results showed that the implementation of the program in the District Pringsewu Minapolitan Policy has been performing well based on the steps undertaken by each party/institutions that play a role and in accordance with the guidelines for the implementation of the program Minapolitan set by the Department of Animal Husbandry and Fisheries.

There are obstacles that hinder the process of policy implementation, namely internal factors; a) reduction in the number of farmers b) limitations venture capital c) high production costs d) the lack of facilities and infrastructure to support e) not have processing units f) there is no alternative to adding value g) the quality of human resources and technological support h) the poor quality of seeds i) access to financial institutions, there are also external constraints, namely a) are still common misconception among people about fish farmers b) there are still jealousy among the community of fish farmers with the other communities. c) there is less intense approach of local authorities with community fish farmers. From these results it can be recommended advice as follows: a) financial institutions should be encouraged to support the fisheries sector b) the need to increase infrastructure development c) needs to set a clear indicator to the institutions / agencies.

(2)

MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR

( Studi Pada Pelaksanaan Kebijakan Minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu)

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan kebijakan minapolitan, pemerintah menetapkan kebijakan berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan) di Kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi program minapolitan serta alasan-alasan dan nilai-nilai yang menjadi pertimbangan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau aktor kebijakan dalam program minapolitan di Kabupaten Pringsewu, serta mendeskripsikan tahapan proses penyusunan dan aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program Kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu telah terlaksana dengan baik berdasarkan pada tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan Program Minapolitan yang ditetapkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan.

Terdapat kendala yang menghambat proses implementasi kebijakan yaitu faktor internal ; a) berkurangnya jumlah pembudidaya b) keterbatasan modal usaha c) tingginya biaya produksi d) kurangnya sarana dan prasarana pendukung e) belum memiliki unit pengolahan f) belum ada alternative peningkatan nilai tambah g) kualitas SDM dan dukungan teknologi h) rendahnya kualitas benih i) akses terhadap lembaga keuangan, terdapat juga kendala eksternal yaitu a) masih sering terjadi kesalahpahaman antar warga sekitar pembudidaya ikan b) masih terdapat kecemburuan antar masyarakat pembudidaya ikan dengan masyarakat yang lain. c) kurang ada pendekatan yang intens dari pemerintah daerah dengan masyarakat pembudidaya ikan. Dari hasil tersebut dapat direkomendasikan saran sebagai berikut : a) lembaga keuangan perlu didorong untuk mendukung sektor perikanan b) perlunya peningkatan pembangunan infrastruktur c) perlu ditetapkan indikator yang jelas kepada lembaga/instansi terkait.

(3)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi pada pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu)

Oleh

GIDEON B DAMANIK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi pada pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu)

Skripsi

Oleh

GIDEON B DAMANIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR BAGAN

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

(7)
(8)
(9)

MOTO

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab

Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa

kemenangan

(Alkitab-Yesaya 41 ayat 10)

Kesuksesan tidak pernah final, kegagalan tidak pernah fatal, tetapi

keberanian adalah yang utama

(Gideon B Damanik)

Kewajiban kita adalah melakukan hal yang benar. Selebihnya ada di

tangan Tuhan

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 29 April 1991, merupakan putra dari pasangan Bapak Binsen Damanik dan ibu Marsa Purba. Penulis merupakan anak ke empat dari 5 bersaudara, dengan kakak Sariahma Debora Damanik, Ruth Damayani Damanik, Nova Arisandy Damanik. dan adik Megaria Damanik

(11)
(12)

Salam Sejahtera (Syalom)

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan atas segala nikmat serta limpahan rahmat dan karunia-Nya hingga sampai saat ini penulis masih diberikan limpahan berkat kehidupan, bersamaan dengan itu, penulis bersyukur karena telah lancar dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR” (Studi pada pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu). Skripsi ini disusun dengan maksud sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengutarakan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tersayang

yang tidak kenal lelah dalam mendo’akan dan memberi dukungan moril serta materil demi kasih sayang dan harapannya kepada penulis.

(13)

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan sekaligus selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran serta arahannya kepada penulis dalam penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih banyak atas arahan dan dukungannya.

3. Bapak Simon Sumanjoyo Hutagalung, S.A.N., M.P.A., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos., M.A.P., selaku dosen pembimbing utama penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk arahan, bimbingan, serta sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Meiliyana, S.IP, M.A selaku pembimbing kedua penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih untuk dukungan, masukan dan arahannya selama proses bimbingan.

(14)

telah memberikan pelayanan dengan baik.

8. Segenap responden dalam penelitian ini yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupten Pringsewu dan semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, dukungan, serta keramahan yang diberikan kepada penulis.

9. Binsen Damanik S.sos dan Marsa Erta Marisi Purba orang tuaku tersayang, semoga ini menjadi awal yang indah bagi penulis untuk dapat membahagiakan dan membuat bangga Bapak dan Ibu di kemudian hari. Semoga dengan keimanan untuk terus berikhtiar, kerja keras untuk terus berupaya memberikan yang terbaik., serta doa dan dukungan dari ayah dan ibu menjadikan penulis mendapatkan kesuksesan dalam rencana hidupnya demi memberikan manfaat yang terbaik bagi negara, agama, dan keluarga. Aamiin

10. Untuk semua kakakku Sariahma Debora Damanik, Ruth Damayani Damanik, Nova Arisandy Damanik dan adikku Megaria Damanik yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan dorongan untuk terus semangat menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan selalu memberikan berkat dan kebahagiaan untuk keluarga kita.

(15)

sukses sejahtera dan berguna bagi nusa-bangsa, dan keluarga. Aamiin.

12. Senior HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) dan Alumni IKAGARA (Ikatan Alumni Mahasiswa Administrasi Negara), Khusus buat Abang dan Mbak 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000, dan 1999. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan dalam kehidupan berorganisasi.

13. Adik-adik HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara), Khusus buat ANTIMAPIA (Angkatan Tiga Belas Mahasiswa Public Administration), AMPERA (Angkatan Empat Belas Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara), ALAS MENARA (Angkatan Lima Belas Mahasiswa Imu Administrasi Negara). Terima kasih telah berkesan mewarnai dan melanjutkan roda kepengurusan HIMAGARA.

14. Beserta seluruh pihak yang terkait dan telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak bisa dituliskan satu per satu. Semoga kita sukses dengan apa yang kita cita-citakan. Serta siapapun yang nantinya membaca skripsi ini, semoga bermanfaat, boleh dibaca tapi jangan diambil dari ruang baca karena membuat skripsi ini tidak mudah. Terima Kasih.

Bandar lampung, 17 Desember 2015 Penulis,

(16)

PERSEMBAHAN

Salam Sejahtera

Kupersembahkan Karya sederhana ini untuk semua orang yang ku kasihi dan mengasihiku :

Kedua orang tua ku tersayang

Ayahku Tercinta Binsen Damanik Ibuku Tercinta Marsa Purba

Selalu menjadi sumber inspirasi di dalam kehidupanku selalu mendoakan dan mendukung segala aktifitasku hingga sekarang semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu

aku gantikan dengan apapun

Kakakku tersayang Sariahma Debora Damanik, Ruth Damayani Damanik, Nova Arisandy Damanik

Adikku tersayang Megaria Damanik Keluarga Besarku, sahabat, Himagara, Almamater dan seluruh dosen pengajar

(17)
(18)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik ... 9

1. Pengertian Kebijakan Publik ... 9

2. Tahap-tahap Kebijakan Publik ... 12

B. Implementasi Kebijakan Publik ... 14

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ... 14

2. Model Implementasi Kebijakan Publik ... 16

3. Implementasi Kebijakan Publik Dalam Perspektif Merilee S. Grindle ... 19

C. Program Kebijakan Minapolitan ... 25

D. Kerangka Pikir ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 33

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Fokus Penelitian ... 35

D. Sumber Data ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 41

(19)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ... 47

1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu ... 47

B. Profil Singkat Kecamatan Pagelaran ... 52

C. Gambaran Umum Tentang Program Minapolitan ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Program Kebijakan Minapolitan ... 57

1. Kepentingan kelompok sasaran... 57

1. Seberapa Besar Kekuasaan, Kepentingan, dan Strategi ... 82

2. Karakteristik lembaga ... 86

3. Tingkat Kepatuhan dan Responsivitas ... 88

B. Pembahasan ... 91

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Pringsewu sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) nomor 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih agraris, struktur perekonomian Kabupaten Pringsewu masih didominasi oleh sektor pertanian dengan komoditas yang utama adalah padi sawah dan padi ladang, padi organik, jagung dan juga komoditas sayur mayur serta ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah dan juga kacang hijau.

(21)

Namun demikian sektor pertanian ini belum mampu sepenuhnya mensejahterakan masyarakat Kabupaten Pringsewu. Data statistik menunjukkan bahwa dari setiap kecamatan di Kabupaten Pringsewu masih banyak masyarakat miskin, fenomena ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel: 1

Jumlah Penduduk miskin Kabupaten Pringsewu per Kecamatan Tahun 2011

( Sumber : RPJM Minapolitan Kabupaten Pringsewu, Tahun 2011 )

Sektor utama mata pencaharian masyarakat Pringsewu dalam sektor pertanian tersebut terbukti belum dapat mengentaskan kemiskinan dan belum dapat mensejahterakan masyarakat Pringsewu karena di setiap kecamatan tingkat kemiskinan masih cukup tinggi dan jika di total sekitar 30.500 KK. Oleh karena itu ada sektor lain yang perlu dilirik untuk mensejahterakan kehidupan mereka.

Sementara itu untuk lapangan pekerjaan yang dominan lainnya selain sektor pertanian adalah perdagangan, industri dan jasa, hal ini dapat dilihat dari distribusi terhadap PDRB lapangan usaha yang terbesar masih didominasi sektor pertanian sebesar 34,16 persen.(www.radarlampung.co.id) diakses tanggal 15 Juni 2014)

(22)

Saat ini pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu juga telah membuat kebijakan yang bertujuan untuk membantu mensejahterakan masyarakat Pringsewu serta menyediakan alternatif lapangan pekerjaan yaitu melalui kebijakan minapolitan. Pemerintah mengambil kebijakan Minapolitan karena potensi perikanan disana cukup potensial, selama ini masyarakat pringsewu khususnya kecamatan Pagelaran dan sekitarnya memang dikenal mempunyai mata pencaharian sebagai pembudidaya ikan air tawar. Hal ini ditunjang dengan data yang menunjukkan salah satu komoditas penting perikaan budidaya di Kabupaten Pringsewu adalah Ikan gurame, disamping komoditas lain seperti ikan lele, mas, nila, belut dan patin. Pada tahun 2011 pemanfaatan kolam untuk komoditas ikan Gurame adalah seluas 92,5 Ha dengan produksi sebesar 309,9 ton. Pemanfaatan kolam gurame tersebut menyebar di 4 (empat) kecamatan yakni, kecamatan Pagelaran, Pardasuka, Banyumas, dan Sukoharjo.(www.pringsewu.go.id) di akses 09 Juni 2014

Pengembangan komoditas ikan gurame di Kabupaten Pringsewu sangat menjanjikan hal ini disebabkan oleh karena selain kondisi daerah yang sangat mendukung juga disebabkan kegiatan budidaya ikan gurame memiliki nilai ekonomis yang tinggi disemua tahapan produksi. Hal ini tidak terlepas karena daerah pengembangan perikanan di Kabupaten Pringsewu di lintasi oleh sungai yang sangat membantu para pembudidaya untuk meningkatkan proses perawatan ikan tersebut.

(23)

Secara umum kegiatan ekonomi perikanan terutama di daerah pedesaan sulit berkembang karena keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu kualitas sumber daya manusia di pedesaan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia di daerah perkotaan.

Masih dalam sumber yang sama, dalam proses pengembangan pembangunan ekonomi perikanan, pemerintah Kabupaten Pringsewu mengembangkan konsep minapolitan yang diharapkan dapat membuat pembangunan sektor perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi.

(24)

1. Perikanan sebagai sektor ekonomi wilayah memiliki keterkaitan dengan tingkatan pembangunan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier, sehingga memiliki peranan penting dalam pembangunan masing-masing sektor ekonomi tersebut.

2. Sektor perikanan memiliki keterkaitan antar sektor, sehingga dapat menjadi pendorong bagi perkembangan sektor ekonomi lainnya.

3. Sektor perikanan dapat meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja, sehingga dapat meminimalisir laju pertumbuhan pengangguran.

4. Pengembangan usaha bidang perikanan merupakan pertimbangan strategis non ekonomi, yang berperan dalam pengembangan sektor ekonomi kerakyatan dan mendukung aspek kenegaraan lainnya seperti pertanahan dan keamanan nasional. (www.Minapolitan.go.id), diakses 10 Juni 2014

(25)

Akses terhadap lembaga keuangan masih rendah. (Sumber : Profil dan RPJM Minapolitan Pagelaran Pringsewu Lampung Tahun 2011)

Dari berbagai masalah yang timbul dan kaitannya dengan kondisi serta teori dalam implementasi program minapolitan pada masyarakat Pringsewu, merupakan bukti bahwa dalam pelaksanaan tersebut tidak terlepas dari permasalahan. Implementasi kebijakan merupakan hal yang krusial bagi kebijakan publik karena untuk mencapai keberhasilannya ada banyak variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks karena didalamnya terdapat faktor-faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan yang bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan.

Implementasi dapat berjalan dengan efektif apabila dalam pelaksanaannya sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan, mekanisme tersebut mencakup proses administratif, organisasi pelaksana, sampai pada pelaksanaan Program Minapolitan bagi masyarakat Pringsewu. Dalam mengkaji implementasi kebijakan dan mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan maka dapat diketahui bagaimana proses dari implementasi kebijakan.

(26)

serta sebagai upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan program minapolitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan kebijakan program minapolitan tersebut?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Memaparkan implementasi kebijakan dalam program minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

b) Memaparkan kendala-kendala yang terjadi dalam implementasi kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

2. Kegunaan Penelitian

(27)

b) Dilihat dari sudut pandang praktis, penelitian ini mampu menjadi acuan serta referensi bagi Pemerintah Kabupaten Pringsewu dan pihak terkait dalam menentukan langkah-langkah suatu kebijakan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan suatu ilmu multidisipliner karena melibatkan banyak disiplin ilmu seperti ilmu politik, sosial, ekonomi, dan psikologi. Studi kebijakan berkembang pada awal 1970-an terutama melalui tulisan Harold D. Laswell. Definisi dari kebijakan publik yang paling awal dikemukakan oleh Harold Laswell dalam Winarno (2002:2) yang mendefinisikan kebijakan publik/public policy

sebagai “suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan

praktik-praktik tertentu (aprojected of goals, values, and practices)”.

(29)

kata kunci“tujuan”, “nilai-nilai”, dan “praktik”, dan kebijakan publik selalu memiliki tujuan tertentu.

Menurut George C. Edwards III dan sharkansky dalam islamy (2003 : 18), bahwa“public policy is what governments say and do, or not do “ (kebijakan publik adalah apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak tidak oleh pemerintah). James Anderson dalam (Winarno, 2002 :16) kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang di tetapkan oleh seorang actor atau sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini di anggap tepat karena memusatkan perhatian pada kegiatan yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada kegiatan yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.

Kemudian terdapat defenisi yang di kemukakan oleh Friedrich, dalam Winarno (2002 : 16), ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

(30)

kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), program , keputusan (decisions), standar , proposal dan grand design. Sedangkan menurut Nugroho (2003:6) kebijakan sering kali diartikan sebagai tujuan , program, undang-undang, ketentuan-ketentuan atau rancangan-rancangan besar.

Theodore Lowi Winarno (2002:22) mengungkapkan juga bahwa jenis kebijakan publik yang dibuat akan membawa dampak tertentu terhadap macam kegiatan politik. Dengan demikian, apabila kebijakan publik dimaksud untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya, akan dapat merangsang munculnya perlawanan dari pihak-pihak yang kepentinganya terancam oleh kebijakan publik tersebut.

Dari berbagai defenisi tentang kebijakan di atas, terlihatlah bahwa banyak dari para ahli yang mendefenisikan kebijakan melalui penekanan pada adanya tindakan. Tindakan tersebut memiliki nilai-nilai yang memiliki tujuan tertentu. Dan kemudian tindakan tindakan dan nilai-nilai tersebut digunakan oleh pemerintah (institusi publik) untuk memecahkan masalah publik dengan memanfaatkan seluruh sumber daya (manusia dan selain manusia) yang dimiliki.

(31)

2. Tahap-tahap Kebijakan Publik

Tahap pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak nilai maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik tersebut dirumuskan oleh Dunn dalam Winarno (2002 : 28) :

a) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat dipilih dan diangkat menempatkan masalah dalam agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa maslah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

b) Tahap formulasi kebijakan

(32)

masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c) Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesus antara direktur lembaga dan keputusan peradilan.

d) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidal diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan dari para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e) Tahap Penilaian kebijakan

(33)

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

B. Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

(34)

publik dapat diwujudkan sebagai hasil dari aktivitas pemerintah. Hal ini mengingat kebijakan publik, pada umumnya hanya memuat pernyataan secara garis besar tentang tujuan/sasaran dan sarana-sarana pencapaiannya. Sehingga setiap kebijakan, perlu diterjemahkan ke dalam program atau rencana aksi tindak yang lebih spesifik, agar tujuan/sasaran yang tertuang dalam kebijakan tersebut dapat tercapai.”

Pendapat serupa dikemukakan oleh Pressman dan Widalsky dalam Wiyoto (2005 : 32) yang menyatakan; “policy implementation as a process of interaction between setting of goal and the action geagred to acvhieving them, a set of activities

directed toward putting a program into effect” ( implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai proses interaksi antara penentuan tujuan kebijakan dan tindakan-tindakan yang dilakukan demi tercapainya tujuan kebijakan itu sendiri. Serangkaian aktivitas yang ditujukan kearah mewujudkan sebuah program hingga dapat mencapai hasil tertentu).

Menurut Jones dalam Wiyoto (2005 : 32) menegaskan :“policy implementation is a process of getting additional resources so as to figure out what is

to be done.” (implementasi kebijakan atau program merupakan sebuah proses untuk meningkatkan ketersediaan dukungan sumberdaya sehingga dapat terwujud apa yang harus dilaksanakan).

(35)

mencapai tujuan/sasaran kebijakan itu sendiri, implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dimana berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerjasama untuk menghantarkan program tersebut kepada hasil yang ditetapkan.

2. Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam kebijakan publik telah banyak dikembangkan model-model atau teori yang digunakan untuk membahas implementasi kebijakan dalam (Nugroho, 2003 : 165). Model-model implementasi kebijakan tersebut diantaranya model implementasi Van Meter dan Van Horn, model implementasi Mazmanian dan Paul A. Sabatier Daniel, model implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn, Model implementasi Merilee S. Grindle dan model implementasi George C Edwards III.

Penggunaan model sangat berarti didalam melakukan analisis mengenai proses implementasi kebijakan publik. Menurut Nugroho (2003 : 70) semakin kompleks permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang dilakukan, maka semakin diperlukan teori atau model yang relatif lebih operasional yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel yang menjadi fokus analisis. Model-model tersebut relative abstrak dan ada yang relative operasional, dalam penggunaannya untuk penelitian akan tergantung kompleksitas permasalahan kebijakan yang dikaji.

(36)

lebih menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. (Nugroho. 2003 : 167). Kerangka yang dikemukakan tersebut menggunakan beberapa penjelasan parsial dan pada dasarnya kurang memadai dalam memberikan landasan bagi pemahaman yang lebih komperhensif mengenai proses implementasi.

Model implementasi Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier lebih menitikberatkan perhatian teori dan model implementasinya. Menurut pandangan mereka faktor-faktor lingkungan,social budaya, politik, ekonomi akan mempengaruhi setiap tahap implementasi yang pada akhirnya dapat menentukan berhasil atau gagalnya suatu kebijakan diimplementasikan.

Model implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn menjelaskan secara rinci bagaimana upaya pencapaian tujuan kebijakan dari aspek manejerial. Model ini mendasarkan kepada konsep manajemen strategis yang mengarah pada praktek manajemen yang sistematis tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pokok kebijakan publik, namun kelemahannya tidak secara tegas membedakan mana yang bersifat politis, strategis, dan teknis.

(37)

Model implementasi menurut George C. Edwards III mengemukakan bahwa implementasi kebijakan sebagai tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Menurut George C. Edwards III, terdapat faktor-faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan yang bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan publik lebih dipandang sebagai suatu proses administratif yang di dalamnya terdapat kecenderungan umum untuk mengambil focus lebih sempit pada karakteristik birokrasi pelaksana, Wiyoto (2005 : 41).

Berdasarkan hal yang telah tersebut di atas, maka model yang dipilih dan digunakan dalam penelititan ini adalah model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle, karena setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan dan setelah suatu kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi, maka tindakan implementasi belum tentu berlangsung lancar. Hal ini sangat tergantung pada implementability dari program tersebut,

(38)

implementasi program kebijakan Minapolitan bagi masyarakat di Pringsewu. Peneliti berharap model tersebut mampu membantu menjawab pertanyaan penelitian ini.

3. Implementasi Kebijakan Publik dalam Perspektif Merilee S. Grindle

Menurut Merilee S. Grindle, Implementasi kebijakan sesungguhnya tidaklah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Di sini Grindle telah meramalkan bahwa dalam setiap implementasi kebijakan pemerintah pasti dihadapkan pada banyak kendala, utamanya yang berasal dari lingkungan (konteks) di mana kebijakan itu akan diimplementasikan. Ide dasar Grindle ini adalah bahwa setelah suatu kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi, maka tindakan implementasi belum tentu berlangsung lancar. Hal ini sangat tergantung padaimplementabilitydari program tersebut.

(39)

diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan. Oleh karenanya tinggi-rendahnya intensitas keterlibatan berbagai pihak (politisi, pengusaha, masyarakat, kelompok sasaran dan sebagainya) dalam implementasi kebijakan akan berpengaruh terhadap efektifitas implementasi kebijakan. Adapun maksud dari dua variabel besar tersebut yaitu :

A. Isi Kebijakan :

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, maksudnya dalam kebijakan ini banyak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu dari suatu kelompok atau group dari sasaran yang akan melaksanakan kebijakan tersebut.

Mengenai batasan atau pengertian kelompok kepentingan, Euegene J. Kolb dalam bukunya yang berjudulA Framework for Political ANALYSIS menyatakan sebagai berikut:”a collectivity of individuals who either formally organize or informally cooperate to protect or promote some common, similar, identical, or shared interest

or goal.”

Sehubungan dengan perihal perbedaan tipe atau jenis kelompok kepentingan, maka Almond membedakannya menjadi empat macam tipe atau jenis sebagai berikut:

a). Kelompok Anomik, yang mengajukan kepentingan secara spontan dan berorientasi pada tindakan segera

(40)

c). Kelompok Instiusional, yakni suatu kelompok kepentingan yang muncul di dalam lembaga-lembaga politik dan pemerintahan yang fungsinya bukan mengartikulasikan kepentingan, seperti kelompok tertentu di dalam angkatan bersenjata, birokrasi dan partai politik.

d). Kelompok Assosional yang secara khusus berfungsi mengartikulasikan kepentingan kelompok

2. Tipe manfaat yang diterima oleh target group, maksudnya dalam suatu kebijakan harus memiliki tipe yang sesuai dengan keadaan sekitarnya agar kebijakan tersebut memiliki manfaat untuk target yang menjalankan kebijakan. Merilee S Grindle menyebutkan dampak / manfaat dari kebijakan mempunyai beberapa dimensi, yaitu; a) Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan melibatkan masyarakat. Lebih jauh lagi, kebijakan dapat mempunyai akibat yang diharapkan atau yang tidak diharapkan, atau bahkan keduanya.

b) Kebijakan dapat mempunyai dampak pada situasi dan kelompok lain; atau dapat disebut juga dengan eksternalitas atauspillover effect.

c) Kebijakan dapat mempunyai pengaruh dimasa mendatang seperti pengaruhnya pada kondisi yang ada saat ini.

(41)

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan, maksudnya dalam sebuah kebijakan harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat dirasakan oleh group perubahan setelah menjalankan sebuah kebijakan.

Demikian pula yang diungkapkan oleh Soekanto, bahwa setiap masyarakat pasti pernah mengalami perubahan, ini disebabkan tidak adanya masyarakat yang hidup secara terisolasi mutlak

4. Letak pengambilan keputusan, maksudnya dalam sebuah kebijakan segala bentuk keputusan sudah diatur sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Konsep Rasional Komprehensif merupakan teori yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak kalangan yang mempunyai beberapa unsur:

a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)

b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.

c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.

d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.

(42)

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan.

5. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, maksudnya dalam menjalankan sebuah kebijakan publik haruslah menjelaskan target secara detail agar dapat terlaksana dengan baik dan dipahami dengan baik.

ProgramLogic modelsdijalankan dengan 3 pemikiran dasar yaitu:

a). Penggolongan dan pembagian tugas kerja

b). Menguraikan sebab dan akibat dari adanya suatu hubungan

c). Membedakan antara program yang telah digariskan dengan apa yang terjadi di lingkungannya.

6. Sumber daya yang efektif dalam sebuah kebijakan, maksudnya dalam pelaksanaan suatu kebijakan harus menggunakan sumber daya yang sesuai kebutuhan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Konteks Implementasi :

(43)

Kekuasaan dilihat Laswell dan Kaplan sebagai hubungan (relationship) antara dua atau lebih kesatuan. Jadi kekuasaan dianggap mempunyai sifat relasional. Terdapat perbedaan istilah yaitu scope of power dan domain of power. Ruang lingkup kekuasaan (scope of power) menunjukkan pada kegiatan, tingkah laku, serta sikap dan keputusan-keputusan yang menjadi objek dari kekuasaan.

Pencapaian sasaran yang direncanakan (the planed objection)

a.Sarana-sarana yang tersedia/pendukung untuk sarana pendukung pelaksanaannya

(the means available for its realization)

b.Rencana pencapaian (program) yang didasarkan pada sarana yang tersedia(the plan according to wich the said means are used for its attainment)

2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa, maksudnya bagaimana sikap dan respon yang diperlihatkan dari para penguasa terhadap suatu kebijakan yang akan dilaksanakan.

(44)

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran, maksudnya seberapa besar respon kelompok sasaran yang melaksanakan suatu kebijakan untuk terus menjalankan kebijakan tersebut sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

Responsivitas merupakan kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan pengguna jasa.

C. Program Kebijakan Minapolitan

Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.

(45)

keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia. Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan minapolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang serasi, seimbang, dan terintegrasi dapat terwujud.

Kawasan minapolitan (berdasarkan turunan dari kawasan agropolitan) adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dari hierarki keruangan satuan sistem pemukiman dan sistem minabisis. Minapolitan/agropolitan menurut Friedman dan Douglass (1985) adalah aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah pedesaan denga jumlah penduduk antara 50.000 jiwa sampai dengan 150.000 jiwa.

(46)

Tahun ini pemerintah menganggarkan Rp. 4 Triliun untuk konsepan minapolitan, melihat anggaran yang tidak terlalu “besar” untuk sebuah mega proyek seperti ini maka sangat dibutuhkan sumber pendanaan di luar APBN. Tidak memungkiri bahwa para investor sudah lama melirik minapolitan sebagai salah satu tempat menanamkan modal yang cukup menjanjikan. Dan lagi-lagi kami mengingatkan bahwa jangan sampai pemerintah melakukan kesalahan fatal dalam perjanjian-perjanjian pendanaan, karena bisa jadi tujuan utamanya tidak tercapai yaitu mensejahterakan rakyat dan yang paling penting jangan sampai terjadi “kebocoran”

pendanaan dalam jumlah besar alias jangan sampai terjadi tindak pidana korupsi.

Setiap kebijakan publik diputuskan dan dibuat dengan tujuan-tujuan tertentu yang spesifik. Kebijakan-kebijakan dibuat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan publik yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan publik yang diputuskan atau dibuat oleh pemerintah harus bermanfaat untuk kelompok-kelompok sasaran yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut.

Beberapa tujuan yang dapat dicapai yaitu Menghasilkan Rencana Detail Kawasan Minapolitan yang merupakan kajian menyeluruh terhadap semua aspek utama pembangunan kelautan dan perikanan dengan data-data dasar yang meliputi:

a. Sumber daya alam di kawasan dan sekitarnya.

b. Keberadaan unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran di dalam kawasan.

(47)

d. Sarana dan prasarana pendukung pengembangan kawasan.

e. Menghasilkan proyeksi arah, skenario dan tahapan pengembangan kawasan minapolitan dalam jangka menengah (5 tahun).

Dan dengan ditetapkannya kawasan minapolitan tersebut baik pendapatan kota ataupun pendapatan daerah akan meningkat, serta akan menyebabkan lapangan pekerjaan yang banyak sehingga masyarakat setempat yang berada di kawasan tersebut akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang dimana dulunya mereka tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, sehingga ini akan berdampak pada ekonomi masyarakat setempat, dengan kata lain masyarakat yang berada di kawasan tersebut akan sejahtera. Namun hal yang secara umum yang terjadi di kalangan masayarakat tingkatan pendidikan masih menjadi hal yang paling utama menjadi hambatan.

Adapun yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan program keijakan minapolitan ini yaitu ; 1.Masyarakat setempat 2. Pendapatan ekonomi 3. Lapangan pekerjaan yang menjamin 4. Peningkatan pendapatan baik kota maupun daerah 5. Pengembangan kerja sama dengan swadaya-swadaya masyarakat 6. Pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah 7. Pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan di daerah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi local 8. Usaha perikanan dan kelautan 9. Terjaminnya armada-armada penangkapan 10. Pengembangan kawasan 11. Pusat perikanan.

(48)

1. Bupati Pringsewu yaitu sebagai pembina program pengembangan minapolitan Kabupaten Pringsewu.

2. Kepala Bappeda Kabupaten Pringsewu sebagai ketua program pengembangan minapolitan Kabupaten Pringsewu.

3. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu yang bertugas menyiapkan dan menentukan lokasi yang tepat untuk melaksanakan kebijakan program minapolitan tersebut.

4. Masyarakat sekitar yang berfungsi melaksanakan dan menjalankan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah tersebut.

D. Kerangka Pikir

(49)

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perlukan kebijakan untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi perikanan pada wilayah potensial di Kabupaten Pringsewu, maka diperlukan suatu nilai atau konsep pendekatan dan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota. Secara umum kegiatan ekonomi perikanan terutama di daerah pedesaan sulit berkembang karena keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu kualitas sumber daya manusia di pedesaan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia di daerah perkotaan.

Melalui model rasional komprehensif yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle dalam rumusan implementasi kebijakan publik yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Isi Kebijakan :

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan.

2. Tipe manfaat yang diterima oleh target group.

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan.

4. Letak pengambilan keputusan.

5. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan

(50)

b. Konteks Implementasi :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Langkah-langkah tersebut dapat dinilai rasional dalam memilih alat yang

(51)

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

Realitas masalah :

1. Berkurangnya jumlah pembudidaya 2. Keterbatasan modal usaha 3. Tingginya biaya produksi

4. Kurangnya Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

5. Belum memiliki unit produksi pengolahan

6. Belum ada alternatif peningkatan nilai tambah (added value)

7. Kurangnya Kualitas SDM dan dukungan teknologi 8. Rendahnya kualitas benih

9. Akses terhadap lembaga keuangan masih rendah

Rumusan masalah :

1. Bagaimana implementasi kebijakan program minapolitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi

dalam menerapkan kebijakan program

minapolitan tersebut?

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan.

2. Tipe manfaat yang diterima oleh target group.

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan. 4. Letak pengambilan keputusan.

5. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan 6. Sumber daya yang efektif dalam sebuah kebijakan. b. Konteks Implementasi :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Tujuan Penelitian :

a).Mendeskripsikan implementasi kebijakan dalam program minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati Bogdan dan Taylor dalam Maleong (2005 : 4) . Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2005:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk mentafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

(53)

menggunakan berbagai metode alamiah, Moleong (2005:6). Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan (deskripsi) fenomena social yang diteliti. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005:4) mendefenisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif berusaha untuk mengungkapkan fenomena secara menyeluruh dan sesuai dengan konteksnya (holistik-kontekstual), mendalam (in depth) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Metode deskriptif berusaha untuk menjelaskan apakah kebijakan dilaksanakan sesuai dengan pedoman teknis/pelaksanaan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini yang menjadi sasaran pendekatan penelitian ini adalah implementasi kebijakan program minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

B. Lokasi Penelitian

(54)

sebenarnya. Selain itu terdapat kompleksitas permasalahan dan faktor-faktor yang mewarnai implementasi Program Kebijakan Minapolitan pada masyarakat Pringsewu dan pada Dinas Peternakan dan Perikanan Pringsewu. Daya tarik dari lokasi ini dikarenakan daerah pringsewu tidak memiliki daerah kelautan akan tetapi pemenrintah Kabupaten Pringsewu mencoba mengembangkan perikanan di daerah tersebut.

C. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif pada sesuatu fokus. Adapun maksud dalam merumuskan masalah penelitian ini dengan jalan memanfaatkan fokus yaitu pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi ; kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan, Moleong (2005: 93–94). Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Program Kebijakan Minapolitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyrakat, menurut teori Merilee S Grindle ada 2 garis besar :

A. Isi Kebijakan :

a. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan.

b. Tipe manfaat yang diterima oleh target group.

c. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan.

(55)

e. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan

f. Sumber daya yang efektif dalam sebuah kebijakan.

B. Konteks Implementasi :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan minapolitan tersebut.

a. Faktor Internal, berdasarkan masalah-masalah yang ada di dalam intansi terkait. b. Faktor Eksternal, berdasarkan hubungan komunikasi antar masyarakat.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Moleong (2005:157) menyatakan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh melalui wawancara tatap muka antara peneliti dengan informan. Ketika peneliti memasuki lokasi penelitian terlebih dahulu mencari dan menentukan

(56)

informan secara sengaja yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu, (Sugiyono; 2005:54). Yaitu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses implementasi kebijakan di Kecamatan Pagelaran apa sudah sesuai dengan sistem yang sudah ditetapkan.

2. Data Sekunder

Menurut Moleong (2005:157) data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian terdahulu. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan-catatan, arsip-arsip dan dokumen-dokumen lain tentang pelaksanaan program kebijakan minapolitan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

(57)

pengumpulan data apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa daftar pertanyaan tertulis.

Selanjutnya wawancara semi terstruktur yang dapat dikategorikan sebagai wawancara mendalam (indepth interview), dimana dalam pelaksanaannya tidak terikat seperti pada wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah menggali informasi dan menemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi secara lebih terbuka karena peneliti mengarahkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan panduan wawancara yang kemudian berkembang selama proses wawancara.

(58)

Tabel. 2

Daftar Nama Informan

NO Informan Peran

1. Khariul Pala Kepala Bidang Bina Usaha Perikanan di Kabupaten Pringsewu

2. Bahrudin Sekretaris Kecamatan Pagelaran

3. Mahrom Warga/masyarakat yang terlibat dalam pelaksaan kebijakan minapolitan tersebut.

4 Tugiman Warga/masyarakat yang terlibat dalam pelaksaan kebijakan minapolitan tersebut

2. Observasi

Menurut Moleong (2005:86) Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ dengan tujuan empiris. Proses pengumpulan data dalam observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan melalui panca indera sehingga sehinnga peneliti memperoleh keyakinan atas data yang didapat melalui kenyataan yang ada.

Observasi digunakan untuk menyakinkan peneliti terhadap data-data primer yang berupa peristiwa atau situasi social tertentu, tempat atau gambar yang mendukung pada lokasi penelitian. Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi secara langsung di lokasi penelitian yaitu pada dinas terkait dan daerah minapolitan yaitu kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu

(59)

NO Topik Objek Observasi

1. Sosialisasi Perikanan Penyuluhan dengan pembudidaya ikan di Kecamatan Pringsewu

2. Bantuan Alat Berat Pembangunan sarana dan prasarana di Kecamatan Pagelaran

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumentasi lainnya, Moleong (2005:38). Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan penelitian. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif.

(60)

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Analisis data kualitatif, Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2005:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Kemudian dalam penelitian kualitatif, tahapan-tahapan analisis data antara lain :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh selama berada dalam proses penelitian jumlahnya cukup banyak dan data yang diperoleh masih bersifat “kasar”, untuk itu perlu dicatat secara

(61)

2. Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat (narasi). Foto dan gambar sejenisnya, akan tetapi yang lebih banyak digunakan adalah teks naratif.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

(62)

Bagian. 1 Analisis Model interaksi, Miles dan Huberman

Sumber : Sugiyono (2005:92)

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, dalam sugiyono (2005:121) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi yaitu :

1. Derajat Kepercayaan(Credibility)

Penetapan kriteria ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada

PENGUMPULAN DATA

REDUKSIDATA SAJIAN DATA

(63)

kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain :

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin dalam Maleong (2005:330) mengatakan triangulasi data berarti menggunakan data dari sumber, metode, dan teori. Peneliti menggunakan teknik keabsahan data triangulasi, karena triangulasi adalah cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi , peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber. Untuk memeriksa keabsahan data peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber yaitu dengan melakukan wawancara lebih dari satu pihak informan yang berasal dari pihak pelaksana/ lembaga yang berbeda namun masing-masing pihak memiliki peran/tugas yang berbeda pula dalam implementasi Program Kebijakan Minapolitan pada kabupaten Pringsewu dan sasaran program yaitu masyarakat kabupaten pringsewu khususnya kecamatan Pagelaran. Selain triangulasi dengan berbagai sumber informan, peneliti juga melakukan pendalaman dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi.

(64)

Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Untuk meningkatkan kepercayaan dalam penelitian ini , peneliti juga mendapatkan hasil foto pada lokasi penelitian pada saat proses pelaksanaan.

2. Keteralihan(Transferability)

Nilai transfer berkenaan dengan pernyataan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca dapat mengerti terhadap hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya mengapmpalikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Untuk melakukan keteralihan, peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama.

3. Ketergantungan(Dependability)

(65)

-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui, mengecek serta memastikan hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing, secara bertahap, mengenai konsep-konsep yang dihasilkan di lapangan. Setelah hasil penelitian dianggap benar, diadakan seminar hasil penelitian dengan mengundang teman sejawat, pembimbing dan dosen pembahas.

4. Kepastian(Confirmability)

Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan. Sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji kepastian

(66)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Pringsewu

1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu di Provinsi Lampung tanggal 26 November 2008. Secara geografis, Kabupaten Pringsewu dengan ibu kota Pringsewu terletak diantara 104045’25” – 10508’42” Bujur Timur (BT) dan 508’10” – 5034’27” Lintang Selatan (LS), dan terletak sekitar 35 km dari Bandar Lampung ibu kota Provinsi Lampung.

(67)

Pringsewu tahun 2010-2013 menunjukkan, bahwa Kabupaten Pringsewu terdiri dari delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Adiluwih, Banyumas, Gading Rejo, Pagelaran, Pardasuka, Pringsewu dan Kecamatan Sukoharjo, dengan wilayah seluas 625,1 km2 atau 62.510 hektar. Jika ditinjau dari aspek kondisi fisik wilayah, sebagian besar atau 64,88% wilayah Kabupaten Pringsewu berada pada ketinggian 100-200 meter dpl (dari permukaan laut) yang sebagian besar tersebar di Kecamatan Pagelaran. Kelas ketinggian lahan tertinggi mencapai > 400 meter dpl yang sebagian besar tersebar di wilayah Kecamatan Pardasuka dan Pagelaran.

Bentuk topografi wilayah Kabupaten Pringsewu berdasarkan kemiringan lahan cukup bervariasi. Meski demikian, secara umum kondisi lahan di daerah ini termasuk kategori cukup datar, kecuali sebagian kecil di bagian selatan Kecamatan Pardasuka, dan di daerah Barat Daya Kecamatan Pagelaran yang termasuk wilayah berbukit terjal.

(68)

Kondisi Kabupaten Pringsewu ditinjauan dari aspek hidrologi menunjukkan bahwa seluruh wilayah di daerah ini terletak dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sub DAS. Secara rinci tentang aliran sungai yang melintas di kawasan ini sebagai berikut.

1. Way Sekampung bagian tengah, sepanjang 24 km dengan daerah aliran sepanjang 600 kilometer persegi.

2. Way Gading, sepanjang tujuh kilometer dengan daerah aliran sepanjang 56 kilometer persegi.

3. Way Apus, sepanjang enam koma delapan kilometer dengan daerah aliran sepanjang 5.440 kilometer persegi.

4. Way Wonokoro, sepanjang delapan koma delapan kilometer dengan daerah aliran sepanjang 7.040 kilometer persegi.

5. Way Wayah, sepanjang 19 kilometer dengan daerah aliran sepanjang 380 kilometer persegi.

6. Way Sangsep, sepanjang 17 kilometer dengan daerah aliran sepanjang 225 kilometer persegi.

7. Way Marga Harjo, sepanjang dua koma lima kilometer dengan daerah aliran sepanjang 15 kilometer persegi.

(69)

seperti proses penimbunan, pengaliran, dan pelepasan air tanah yang dilakukan secara terpadu dalam pengembangan sumber daya air sebagai upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah Cekungan Air Tanah (CAT) dimaksud meliputi :

1. Cekungan Air Tanah Metro – Kotabumi yang berada di wilayah Kecamatan Adiluwih, Sukoharjo, Gadingrejo, Ambarawa, serta sebagian Kecamatan Pagelaran dan Pardasuka, dengan debit air relatif kecil < 5 ltr/detik.

2. Cekungan Air Tanah Talang Padang berada di sebagian wilayah Kecamatan Pagelaran.

Jika ditinjau dari aspek tutupan lahan, yaitu cerminan pola aktivitas masyarakat di wilayah Kabupaten Pringsewu didominasi oleh lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan (tegalan) yaitu sebesar 27,56%, diikuti oleh lahan sawah sebesar 19,51%, kebun 19,18% dan belukar sebesar1,47%. Berdasarkan kondisi tutupan lahan tersebut, maka secara umum Kabupaten Pringsewu merupakan kawasan potensial bagi pengembangan sektor pertanian dan perkebunan.

(70)

Kecamatan Pringsewu mencapai 1.427 jiwa/km , sementara di Kecamatan Pardasuka hanya mencapai 340 jiwa/km2. Disparitas kepadatan penduduk antar wilayah kecamatan tersebut, menjadi dasar bagi system perhitungan prediksi jumlah penduduk berdasarkan wilayah, sehingga padaa tahun 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Pringsewu diperkirakan akan mencapai 534.157 jiwa.

Jika ditinjau dari aspek social budaya dalam konteks tata ruang, kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Pringsewu tercermin dari kualitas komunikasi dan interaksi antar penduduk asli dan pendatang yang berlangsung cukup kondusif. Meski penduduk daerah ini cukup heterogen karena penduduk pendatang berasal dari berbagai wilayah di kawasan nusantara, namun budaya asli masyarakat dapat dijumpai di beberapa daerah, terutama di desa Margakaya Kecamatan Pringsewu dan desa Pardasuka Kecamatan Pardsuka.

(71)

bersinergi dalam menumbuhkembangkan pembangunan sektor perikanan, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat setempat. Salah satu komoditas penting perikaan budidaya di Kabupaten Pringsewu adalah Ikan gurame, disamping komoditas lain seperti ikan lele, mas, nila, belut dan patin. Pada tahun 2011 pemanfaatan kolam untuk komoditas ikan Gurame adalah seluas 92,5 Ha dengan produksi sebesar 309,9 ton. Pemanfaatan kolam gurame tersebut menyebar di 4 (empat) kecamatan yakni, kecamatan Pagelaran, Pardasuka, Banyumas, dan Sukoharjo.(www.pringsewu.com), 09 Juni 2014

B. Profil Singkat Kecamatan Pagelaran

Kecamatan pagelaran merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Pringsewu, yang terletak enam kilometer ke arah barat dari Pringsewu (ibukota Provinsi Lampung). Daerah ini merupakan sentra produksi ikan di kabupaten Pringsewu.

(72)

Secara administratif, Kecamatan Pagelaran terdiri dari 28 wilayah pemerintahan desa. Sebanyak 68% atau 19 desa diantaranya merupakan sentra produksi perikanan dan memiliki multiplier effect tinggi terhadap perekonomian masyarakat setempat. Selain itu, daerah ini juga mempunyai keanekaragaman kegiatan ekonomi, perdagangan, pendidikan, jasa pelayanan, kesehatan, dan sosial yang saling terkait. Ketersediaan saranan dan prasarana pendukung keanekaragaman aktivitas ekonomi, terutama di daerah sentra produksi ikan relatif cukup memadai sebagaimana layaknya sebuah kota kecil yang masih memerlukan penataan.

Seluruh desa sentra produksi tersebut berada dalam suatu kawasan yang saling terhubung antara satu dengan yang lainnya, dan terletak pada jarak maksimal tujuh kilometer dari pusat kecamatan. Ikan yang berasal dari sentra produksi ini sebagian besar mengalir ke Palembang dan Bandar Lampung yang merupakan pasar induk. Sebagian kecil didistribusikan untuk memenuhi pasar local, dan sebagian lainnya mengalir ke Pringsewu yang merupakan pasar local tingkat kabupaten.

(73)

Sebagian besar masyarakat khususnya sekitar daerah sentra produksi memperoleh pendapatan dari aktivitas perekonomian sektor perikanan dan aspek lain yang berkaitan dengan pasar dan pemasarannya. Meski demikian, aktivitas tersebut belum menyentuh pada industri pengolahan hasil budidaya ikan. Hubungan antar kota kecamatan dan kota kabupaten dengan daerah sentra produksi bersifat interdepedensi (timbal balik) yang harmonis, serta saling membutuhkan. Masyarakat sekitar mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm) seperti rumah makan dan lain-lain. Sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangya usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan, pakaan, akses modal, teknologi, dan informasi pemasaran hasil produksi perikanan. Selain itu, terdapat indikasi bahwa kehidupan masyarakat sekitar sentra produksi hampir mirip dengan suasana kota, karena ketersediaan sarana dan prasarana pendukung relative tidak jauh berbeda dengan di kota. Berdasarkan karakteristik sebagaimana diuraikan di atas, maka kecamatan Pagelaran memenuhi persyaratan untuk dikembangkan sebagai kawasan minapolitan.

C. Gambaran Umum Tentang Program Minapolitan

Gambar

Tabel: 1
Tabel. 2Daftar Nama Informan

Referensi

Dokumen terkait

tindakan pembedahan yang diberikan pada pasien pre operatif elektif di Ruang IIIA RSU Kota Tasikmalaya. Isi informasi yang diberikan adalah tentang penyakit dan

4.1.3 Solusi yang Ditempuh Oleh Pengelola Lembaga Bahasa Untuk Menghadapi Kendala-kendala dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Dosen ESP di Universitas

Analisis ragam gabungan berdasarkan Singh dan Chaudhary (1979). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a.) Setiap genotipe memiliki kandungan antosianin yang berbeda, namun

Karakter total jumlah anakan per rumpun, jumlah gabah berisi per malai, total jumlah gabah per malai, bobot 100 butir gabah dan kandungan antosianin beras

Setelah itu masing-masing dimasukkan ke dalam fungsi yang sama dengan proses enkripsi tapi memiliki putaran yang dibalik dan proses terakhir dari dekripsi pada

disebutkan. Dengan kata lain, penulis juga cenderung untuk mengkategorikan kitab tersebut sebagai sebuah kitab ~adith dalam bidang ilmu tasawuf. Berdasarkan catatan

Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) yang terdiri dari Lingkungan Kerja Fisik, Lingkungan Kerja Non Fisik, Kompetensi dan Pengalaman