• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI. Process Manufacturing (OPM) area fungsional OPM Product Development

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI. Process Manufacturing (OPM) area fungsional OPM Product Development"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 4

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

4.1 Evaluasi

Berdasarkan hasil analisis terhadap sistem Oracle EBS modul Oracle Process Manufacturing (OPM) area fungsional OPM Product Development dan OPM Process Execution pada proses produksi Kertas Berharga Non Uang (TASGANU) produk pita cukai, paspor dan buku, web dan sheet pada PERUM PERURI, maka teridentifikasi adanya kebutuhan (requirement) sesuai dengan proses bisnis yang berjalan. Berdasarkan pada kebutuhan yang ditemukan pada area fungsional OPM Product Development dan OPM Process Execution maka akan dilakukan evaluasi dengan mengunakan Fit Gap Analysis. Kebutuhan ini teridentifikasi karena adanya kekurangan baik dari proses bisnis yang ada maupun proses sistem yang sedang berjalan. Sesuai dengan prosedur evaluasi yang dilakukan, akan ditemukan level prioritas serta fit maupun gap dari masing-masing requirement yang ditemukan. Dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu dilakukan customization dan konfigurasi pada proses bisnis maupun sistem yang ada agar kinerja perusahaan dapat meningkat.

4.1.1 Penentuan Requirement OPM Product Development dan OPM Process Execution

Pada [http 16] yaitu OPM Product Development User’s Guide dan [http 17] OPM Process Execution User’s Guide yang ada pada Oracle OPM telah dipaparkan requirement apa saja yang harus dimiliki oleh sistem Oracle EBS modul OPM area fungsional OPM

(2)

Product Development dan OPM Process Execution. Dari seluruh requirement yang ada pada user’s guide tersebut telah dilakukan wawancara terhadap key user OPM yang terkait dengan topik bahasan penulisan. Wawancara ini dilakukan untuk menentukan requirement apa saja yang dirasa penting bagi perusahaan dan key user agar dapat dilakukan proses evaluasi sehingga ditemukan akar masalah yang telah dijelaskan sebelumnya pada identifikasi masalah (Bab 3.10). Analisis tersebut menghasilkan level prioritas serta Fit dan Gap pada sistem yang menandakan perusahaan membutuhkan perbaikan baik untuk sistem maupun untuk proses bisnis yang sedang berjalan. Berikut merupakan daftar kebutuhan yang telah dirumuskan dalam proses sistem Oracle EBS modul OPM area fungsional OPM Product Development dan OPM Process Execution pada PERUM PERURI:

Tabel 3 Requirement berdasarkan best practice Oracle E-Business Suite

No Proses Sistem

Requirement (berdasarkan best practice)

OPM Product Development

1

Membuat Formula (SOPM 1.1)

Sistem dapat melakukan efisiensi proses approval formula

Sistem dapat membuat standard dan packaging formula

(3)

berdasarkan kebutuhan teknis dari komponen-komponennya

Laboratorium dapat melakukan pengaturan untuk beberapa lini produk dengan karakteristik teknis yang berbeda

Karakteristik dari produk dapat diprediksi dari komposisi ingredient Jumlah produk yang dihasilkan dapat dengan otomatis dikalkulasi di formula

Sistem dapat memaksimalkan kapasitas sumber daya yang digunakan dalam suatu produksi

2

Proses Routing (SOPM 1.2)

Sistem dapat mengategorikan proses yang gagal sebagai beban Sistem dapat menghitung jumlah step secara otomatis berdasarkan material yang masuk dan keluar Activity dan Routing dapat dikelola di manufacturing floor

Sistem dapat melakukan pemodelan ketika ingredient dikeluarkan dari inventory

(4)

3

Membuatan Recipe (SOPM 1.3)

Recipe dalam OPM Product Development mendukung requirement OPM Cost

Management dan OPM Process Execution

Sebuah produk dapat dibuat dengan cara berbeda berdasarkan lokasi pabrik atau waktu pembuatannya

OPM Process Execution

4

Membuat Firm Planned Order (SOPM 2.1)

Firm planned order dapat dilakukan penjadwalan ulang

Sebuah firm planned order dapat di-reroute

5

Membuat Batch (SOPM 2.2)

Sistem dapat mengizinkan penggunaan material yang telah mendekati waktu kadaluarsa

6

Me-release Batch (SOPM 2.6)

Ingredient untuk beberapa batch dapat diambil secara bersamaan Ingredient dapat digantikan dengan ingredient lain

7

Ingredient Picking Workbench*

Sistem dapat mengotomasi proses pembagian material pada saat kegiatan produksi

(5)

Sistem dapat mempertimbangkan proses pengambilan ingredient berdasarkan pemesanan

8

Menjalankan Batch (SOPM 3.0)

Sistem dapat menjaga inventory saat ini untuk ingredient yang dikonsumsi secara bertahap dalam siklus produksi

9

Membuat Bon Pemakaian Batch (SOPM 4.1)

Aplikasi memungkinkan untuk melihat bottleneck di dalam proses produksi

Sistem dapat menghasilkan Batch Pick List Report

Sistem dapat menghasilkan Batch Ticket Report

10

Mencatat

Pemakaian Bahan (SOPM 4.2)

Sistem dapat menghasilkan Material Usage and Substitution Variance Report

11

Mencatat Hasil Produksi (SOPM 4.3)

Sistem dapat menghasilkan Batch Yield Variance Report

12

Mencatat

JKO/JKM (SOPM 4.4)

Sistem dapat menghasilkan Planned Production Activity Report

13

Reports and Concurrent

Ingredient dapat diambil sebelum dokumen batch dirilis

(6)

Programs* Sistem dapat menghasilkan Item Substitution for Batches Concurrent Program

*: PERUM PERURI tidak mengaktifkan fitur ini pada sistem Oracle EBS.

4.2 Fit Gap Analysis

Pada pembahasan sebelumnya telah dilakukan pengumpulan data-data yang di dapat dari PERUM PERURI, yaitu informasi mengenai proses bisnis, sistem ERP (Oracle EBS) yang digunakan, job description dari tiap karyawan, kebutuhan dari perusahaan dan user terhadap sistem ERP serta melakukan analisis terhadap level prioritas dari requirement yang ada. Dari informasi yang telah didapat, kemudian akan dilakukan evaluasi terhadap proses sistem yang berjalan di PERUM PERURI. Evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan metode Fit Gap Analysis.

Dengan menggunakan metode Fit Gap Analysis, akan dilakukan pencatatan terhadap kebutuhan user yang terlibat dalam proses sistem Oracle EBS modul OPM submodul Product Development dan Process Execution yang masih belum dapat terpenuhi oleh sistem. Dari kebutuhan-kebutuhan yang telah didefinisikan dengan metode Fit Gap Analysis akan dipaparkan solusi berupa sedikit perubahan proses bisnis dan proses sistem yang akan dijelaskan setelah pemaparan tabel hasil Fit Gap Analysis berikut ini:

(7)
(8)

No. Requirement Priority Fit/Gap Comments Recommendation Fit Partial Fit Gap

Membuat Formula (SOPM 1.1)

1

Sistem dapat melakukan efisiensi proses approval formula

P3 - - X

Formula yang diinput ke dalam sistem benar-benar sudah fix dan sudah di-approve, jadi proses approval tidak melalui sistem, melainkan masih menggunakan cara manual.

Berdasarkan diskusi dengan

perusahaan, disimpulkan bahwa sistem tidak perlu dilakukan perubahan, karena setiap formula yang

dimasukkan ke dalam sistem adalah formula yang sudah benar dan teruji di laboratorium, dan perusahaan tidak membutuhkan data-data formula yang tidak lolos uji kelayakan produk.

2

Sistem dapat membuat standard dan packaging formula

(9)

3

Formula dapat dibentuk dan dibuat berdasarkan kebutuhan teknis dari

komponen-komponennya

P3 - - X

Data formula yang di-input ke sistem sudah fix dan perusahaan tidak menggunakan fitur yang tersedia.

Berdasarkan diskusi dengan

perusahaan, disimpulkan bahwa sistem tidak perlu dilakukan perubahan, karena data formula yang di-input ke dalam sistem sudah fix dan perusahaan tidak menggunakan fitur ini, meskipun sebenarnya tersedia.

4

Laboratorium dapat melakukan pengaturan untuk beberapa lini produk dengan

karakteristik teknis yang berbeda

P3 - - X

Perusahaan tidak melakukan quality control test pada saat pembuatan formula, sedangkan formula yang dimasukkan ke dalam sistem adalah formula yang sudah benar dan teruji di laboratorium.

Berdasarkan diskusi dengan

perusahaan, disimpulkan bahwa sistem tidak perlu dilakukan perubahan, karena setiap formula yang

dimasukkan ke dalam sistem adalah formula yang sudah fix dan teruji di laboratorium, dan perusahaan tidak membutuhkan data-data formula yang tidak lolos uji kelayakan produk.

(10)

5

Karakteristik dari produk dapat diprediksi dari komposisi ingredient

P3 - - X

Perusahaan tidak menggunakan pencarian atau pemprediksian produk dari ingredients yang ada melalui fitur "simulator".

Berdasarkan diskusi dengan

perusahaan, disimpulkan bahwa sistem tidak perlu dilakukan perubahan, karena setiap formula yang

dimasukkan ke dalam sistem adalah formula yang sudah benar dan teruji di laboratorium, dan perusahaan tidak membutuhkan data-data formula yang tidak lolos uji kelayakan produk.

6

Jumlah produk yang dihasilkan dapat dengan otomatis dikalkulasi di formula P2 X - - - - 7 Sistem dapat memaksimalkan kapasitas sumber daya yang digunakan dalam suatu produksi

P2 X - - - -

Proses Routing (SOPM 1.2)

8

Sistem dapat

mengategorikan proses yang gagal sebagai beban

(11)

9

Sistem dapat menghitung jumlah step secara otomatis berdasarkan material yang masuk dan keluar

P2 X - - - -

10

Activity dan routing dapat dikelola di manufacturing floor

P3 - - X

Activity dan routing telah dibuat oleh Seksi Desain Proses dan Estimasi Biaya, sehingga Seksi Cetak (Pita Cukai; Buku dan Paspor; Web dan Sheet) atau manufacturing floor hanya bertugas menjalankan activity dan routing, tidak memiliki hak untuk mengelola.

Activity dan routing merupakan tugas dan wewenang dari Seksi Desain Proses dan Estimasi Biaya, sedangkan Seksi Cetak (Pita Cukai; Buku dan Paspor; Web dan Sheet) tidak memiliki wewenang untuk mengelola activity dan routing. Sehingga pada proses ini dilakukan penyesuaian dengan proses bisnis berjalan, di mana yang termasuk tugas dan wewenang dari Seksi Cetak adalah menjalankan activity dan routing.

11

Sistem dapat melakukan pemodelan ketika ingredient dikeluarkan dari inventory

P1 X - - Menggunakan metode

automatic. -

(12)

12

Recipe dalam OPM Product Development mendukung requirement OPM Cost Management dan OPM Process Execution

P1 X - - - -

13

Sebuah produk dapat dibuat dengan cara berbeda berdasarkan lokasi pabrik atau waktu pembuatannya

P2 X - - - -

Membuat Firm Planned Order (SOPM 2.1) 14

Firm planned order dapat dilakukan penjadwalan ulang

P2 X - - - -

15 Sebuah firm planned

order dapat di-reroute P2 X - - - -

Membuat Batch (SOPM 2.2)

16

Sistem dapat mengizinkan

penggunaan material yang telah mendekati waktu kadaluarsa

P3 X - - - -

(13)

17

Ingredient untuk beberapa batch dapat diambil secara bersamaan P3 X - - - - 18 Ingredient dapat digantikan dengan ingredient lain P1 - - X - -

Ingredient Picking Workbench*

19

Sistem dapat

mengotomasi proses pembagian material pada saat kegiatan produksi

P2 - - X

Karena perusahaan menggunakan metode

automatic, sehingga ingredient sudah dipersiapkan, tetapi tidak setiap tahap produksi, melainkan pada tahap awal produksi, tepatnya pada saat batch dirilis. Pada proses bisnis dan proses sistem perusahaan, tidak ada dokumen penerimaan barang dari Seksi Pergudangan ke Seksi Cetak (Pita Cukai; Buku dan Paspor; Web dan Sheet) melalui Seksi Khazanah TASGANU. Sehingga rentan terjadi kesalahan, kekurangan,

kelebihan, atau penyalahgunaan dalam penyediaan ingredient.

Pada saat seksi produksi (Seksi Cetak Pita Cukai; Buku dan Paspor; Web dan Sheet) ingin mengambil barang untuk menjalankan sebuah batch, diperlukan tambahan sebuah dokumen

penerimaan barang (ingredient picking) dari Seksi Pergudangan ke Seksi Khazanah TASGANU yang kemudian diserahkan ke unit produksi yang bersangkutan, baik itu secara proses bisnis maupun proses sistem.

(14)

20 Sistem dapat mempertimbangkan proses pengambilan ingredient berdasarkan pemesanan P1 - - X

Proses pengambilan ingredient pada perusahaan seluruhnya dilakukan tanpa melibatkan sistem.

Pada saat seksi produksi (Seksi Cetak Pita Cukai; Buku dan Paspor; Web dan Sheet) ingin mengambil ingredient untuk menjalankan sebuah batch, perlu diaktifkan fitur ingredient picking workbenchagar ingredient yang diambil oleh seksi produksi dapat terdokumentasi sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian dapat ditelusuri dengan baik.

Menjalankan Batch (SOPM 3.0)

21

Sistem dapat menjaga inventory saat ini untuk ingredient yang

dikonsumsi secara bertahap dalam siklus produksi

P3 - - X

Perusahaan tidak menggunakan metode incremental

backflushing untuk merilis ingredient.

Berdasarkan diskusi dengan

perusahaan, disimpulkan bahwa sistem tidak perlu dilakukan perubahan, karena perusahaan pada saat proses pemodelan ketika ingredient

dikeluarkan dari inventory (nomor 11) menerapkan metode automatic.

Membuat Bon Pemakaian Batch (SOPM 4.1)

22

Aplikasi memungkinkan untuk melihat bottleneck di dalam proses produksi

(15)

23

Sistem dapat

menghasilkan batch pick list report P2 X - - - - 24 Sistem dapat menghasilkan batch ticket report P2 - - X

Perusahaan belum mengaktifkan fitur untuk membuat laporan ini, karena perusahaan merasa laporan tersebut belum diperlukan.

Perusahaan sebaiknya

mengimplementasikan batch ticket report untuk bisa melakukan controlling dan pengambilan-pengambilan keputusan pada saat batch sedang berjalan.

Mencatat Pemakaian Bahan (SOPM 4.2)

25

Sistem dapat

menghasilkan material usage and substitution variance report

P1 X - - Laporan yang dihasilkan adalah

laporan pemakaian bahan. -

Mencatat Hasil Produksi (SOPM 4.3)

26

Sistem dapat menghasilkan batch yield variance report

P1 X - - Laporan yang dihasilkan adalah

laporan hasil produksi. -

(16)

* : Fitur ini tidak diaktifkan pada sistem Oracle EBS modul OPM area fungsional OPM Product Development dan OPM Process Execution. 27 Sistem dapat menghasilkan planned production activity report

P1 X - - Laporan yang dihasilkan adalah

laporan JKO/JKM. -

Reports and Concurrent Programs*

28

Ingredient dapat diambil sebelum dokumen batch dirilis

P3 - - X

Proses bisnis perusahaan mewajibkan adanya kartu mesin (sejenis surat perintah kerja) untuk bisa mengeluarkan nota permintaan barang (NPB) yang akan digunakan untuk

mengambil barang dari Seksi Pergudangan ke Seksi Khazanah TASGANU.

Berdasarkan diskusi dengan

perusahaan, disimpulkan bahwa sistem tidak perlu dilakukan perubahan, karena perusahaan memang tidak memerlukan pengambilan ingredient sebelum batch dirilis.

29

Sistem dapat menghasilkan item substitution for batches concurrent program

P2 - - X

Perusahaan belum mengaktifkan fitur ini. Fitur ini berfungsi untuk menampilkan batch yang berstatus pending yang bisa diberlakukan substitute ingredient.

Perusahaan sebaiknya mengimplementasikan item

substitution for batches report untuk mengetahui batch yang ter-pending karena ketidaktersedian ingredient atau tidak adanya ingredient yang dapat men-substitute.

(17)

Tabel 5 Hasil Perbandingan Fit Gap Analysis

Rank of Requirement Total Requirement

Fit Gap Analysis Level

Fit Partial Gap Gap P1 9 8 0 1 P2 11 8 0 3 P3 9 2 0 7 29 18 0 11

(18)

Gambar 19 Diagram hasil Fit Gap Analysis berdasarkan level requirement

(19)

Keterangan:

1. Requirement, menjelaskan mengenai kebutuhan apa saja harus dipenuhi oleh sistem menurut best practice dan kebutuhan user.

2. Level, terdiri dari:

a. Fit, artinya requirement secara penuh dipenuhi oleh sistem.

b. Partial Gap, artinya requirement tidak secara maksimal dapat dipenuhi oleh sistem. Ada bagian dari requirement dapat dilakukan oleh sistem dan ada sebagian lagi yang tidak dapat dilakukan oleh sistem.

c. Gap, artinya sistem tidak dapat memenuhi requirement yang ada. 2. Rank berdasarkan hasil wawancara dengan key user, terdiri dari:

a. P1 atau high, yaitu requirement yang kritis, penting untuk proses sistem dan tanpa proses tersebut maka perusahaan tidak dapat berfungsi.

b. P2 atau medium, yaitu requirement yang jika dipakai, akan meningkatkan proses sistem secara signifikan, requirement ini biasanya kurang kritis untuk bisnis perusahaan.

c. P3 atau low, yaitu requirement yang dimiliki dan hanya akan menambah nilai kecil ke proses sistem dan mungkin dipertemukan melalui perubahan proses bisnis.

4. Comment adalah deskripsi dari kondisi pada perusahaan yang sedang berlangsung.

(20)

5. Recommendation adalah solusi alternatif yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan (yaitu requirement yang memiliki status Gap/Partial Gap).

Adapun gaps yang ditemukan dari analisis fit gap di atas adalah: a. OPM Product Development

1. Sistem dapat melakukan efisiensi proses approval .

2. Formula dapat dibentuk dan dibuat berdasarkan kebutuhan teknis dari komponen-komponennya.

3. Laboratorium dapat melakukan pengaturan untuk beberapa lini produk dengan karakteristik teknis yang berbeda.

4. Karakter dari produk dapat diprediksi dari komposisi ingredient.

5. Activity dan Routing dapat dikelola di manufacturing floor. b. OPM Process Execution

1. Sistem dapat mengotomasi proses pembagian material pada saat kegiatan produksi.

2. Sistem dapat mempertimbangkan proses pengambilan ingredient berdasarkan pemesanan.

3. Sistem dapat menjaga inventory saat ini untuk ingredient yang dikonsumsi secara bertahap dalam siklus produksi.

4. Sistem dapat menghasilkan batch ticket report.

5. Ingredient dapat diambil sebelum dokumen batch dirilis. 6. Sistem dapat menghasilkan item substitution for bathes

concurrent program. 4.3 Rekomendasi Pengembangan

(21)

4.3.1. Menambahkan Proses Bisnis dan Proses Sistem Untuk Melakukan Ingredient Picking, Item Substitution for Batches Concurrent Programs, Picking Material.

Menanggapi gap pada hasil Fit Gap Analysis nomor 19 (sistem dapat mengotomasi proses pembagian material pada saat kegiatan produksi), identifikasi masalah:

• 3.10.3 (Data Stok di Sistem Berbeda dengan di Lapangan), • 3.10.4 (Penambahan Ingredient Pada Saat Menjalankan Batch), 3.10.5 (Tidak Ada Pencatatan Ketika Ingredient Tiba di Unit

Produksi),

maka berdasarkan hasil analisis, diperlukan tambahan sebuah proses bisnis dan proses sistem untuk melakukan ingredient picking yang akan dijelaskan pada flowchart berikut.

(22)

4.3.1.1. Flowchart Produksi Pita Cukai

(23)

4.3.1.2. Flowchart Produksi Buku dan Paspor

(24)

4.3.1.3. Flowchart Produksi Web dan Sheet

(25)

4.3.1.4. Flowchart Proses Sistem

(26)

Dikarenakan perubahan yang dilakukan pada proses bisnis sebagai rekomendasi sama antara ketiga proses bisnis produksi produksi Pita Cukai, produksi Buku dan Paspor, produksi Web dan Sheet) maka penjelasan akan digabungkan menjadi satu.

Penjelasan rekomendasi perubahan proses bisnis dan sistem: • Rekomendasi 1.0 (Surat Pengiriman Permintaan Barang)

Surat Pengiriman Permintaan Barang dibuat oleh Seksi Pergudangan dengan tujuan untuk mendokumentasikan pengiriman barang-barang (ingredient) yang dikirimkan ke Seksi Khazanah TASGANU yang akan menerima barang-barang tersebut. Dengan rekomendasi ini, maka perusahaan mendapat keuntungan yaitu semua barang-barang yang keluar dari Seksi Pergudangan akan terdokumentasikan dan terdata dengan baik, sehingga apabila terjadi kesalahan dapat dengan mudah ditelusuri dan dicari tahu di mana letak terjadinya kesalahan. Selain itu, surat ini juga bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan barang-barang yang keluar tanpa tercatat.

Rekomendasi 2.0 (Melakukan Ingredient Picking)

Ingridient Picking yang dilakukan oleh Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet) adalah rekomendasi yang dijalankan berdasarkan hasil Fit Gap Analysis yang membandingkan sistem Oracle EBS berjalan dengan best practice Oracle EBS. Ingredient

(27)

Picking ini merupakan pencatatan permintaan barang yang dikirimkan kepada Seksi Khazanah TASGANU dari Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet) secara sistem untuk mencatat barang-barang (ingredient) yang dibutuhkan oleh Seksi Cetak. Dengan rekomendasi ini, Ingredient Picking yang sebelumnya tidak diimplementasikan oleh sistem perusahaan, akan membuat perusahaan mendapat keuntungan yaitu semua barang-barang yang akan digunakan oleh Seksi Cetak untuk melakukan kegiatan produksi akan terdokumentasikan dan terdata dengan baik secara sistem, sehingga apabila terjadi kesalahan dapat dengan mudah ditelusuri dan dicari tahu di mana letak terjadinya kesalahan. Selain itu, proses ini juga bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan barang-barang yang keluar tanpa tercatat.

Rekomendasi 3.0 (Mengecek Ketersediaan Ingredient) Mengecek ketersediaan ingredient dilakukan oleh Seksi Khazanah TASGANU untuk mendapatkan data apakah ingredient yang dibutuhkan oleh Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet) tersedia atau tidak, dan apabila tidak tersedia di Seksi Khazanah TASGANU. Apabila ingredient tidak tersedia maka Seksi Khazanah TASGANU dapat langsung

(28)

Melakukan Item Substitution for Batches Concurrent Program (Rekomendasi 4.0).

Rekomendasi 4.0 (Melakukan Item Substitution for Batches Concurrent)

Item Substitution for Batches Concurrent dilakukan oleh Seksi Khazanah TASGANU untuk mencari item substitution atau ingredient pengganti yang bisa menggantikan ingredient yang dibutuhkan namun tidak tersedia. Untuk menjalankan program ini, perusahaan harus sudah mengimplementasikan Item Substitution for Batches Concurrent di sistem ERP modul OPM area fungsional OPM Process Execution yang dibahas pada 4.3.5 (Mengaktifkan Fitur Item Subtitution for Batches Concurrent Program).

Rekomendasi 5.0 (Melakukan Item Substitution)

Sebagai bagian dari menjalankan Rekomendasi 4.0 (Melakukan Item Substitution for Batches Concurrent), Seksi Khazanah TASGANU akan mencari tahu apakah ingredient yang tidak tersedia dapat di-substitute oleh ingredient lain. Dengan demikian Seksi Khazanah TASGANU dapat dengan segera mengambil keputusan untuk mengirimkan ingredients yang dibutuhkan oleh Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet) termasuk ingredient pengganti yang telah di-substitute.

(29)

Rekomendasi 6.0 (Mengecek Ketersediaan Ingredient Substitusion)

Mengecek ketersediaan ingredient substitution dilakukan saat Rekomendasi 5.0 (Melakukan Item Substitution) sudah dijalankan. Apabila ingredient substitution tersedia maka Seksi Khazanah TASGANU akan langsung melanjutkan ke proses Rekomendasi 8.0 (Mengirimkan Ingredient). Sedangkan apabila ingredient substitution tidak tersedia, maka akan dilanjutkan dengan Rekomendasi 7.0 (Notifikasi Error).

Rekomendasi 7.0 (Notifikasi error)

Notifikasi error akan diterima secara sistem oleh Seksi Khazanah TASGANU apabila tidak ada ingredient yang bisa di-substitute atau tidak ada ingredient substitute yang tersedia setelah dilakukan proses Rekomendasi 6.0 (Mengecek Ketersediaan Ingredient Substitusion). Notifikasi error akan secara langsung mengirimkan notifikasi juga kepada Seksi Pergudangan untuk membantu Seksi Pergudangan mengambil keputusan.

Rekomendasi 8.0 (Menjalankan Picking Material)

Mengirimkan ingredient yang dibutuhkan untuk proses produksi batch, dilakukan oleh Seksi Khazanah TASGANU. Pengiriman dilakukan secara fisik dan Seksi Khazanah TASGANU melakukan input ke dalam sistem,

(30)

termasuk ingredient apa saja yang mengalami substitution (Rekomendasi 4.0).

Rekomendasi 9.0 (Surat Pengiriman Picking Material) Surat pengiriman picking material adalah surat yang dihasilkan dari Rekomendasi 8.0 (Menjalankan Picking Material) yang dijalankan oleh Seksi Khazanah TASGANU. Pada Rekomendasi 8.0 perusahaan disarankan untuk menge-print data yang di-input ke dalam sistem, kemudian dokumen hasil print dilampirkan ketika barang-barang (ingredient) dikirimkan dari Seksi Khazanah TASGANU ke Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet). Dengan rekomendasi ini, surat pengiriman picking material akan membuat perusahaan mendapat keuntungan yaitu semua barang-barang yang akan dikirim dari Seksi Khazanah TASGANU kepada Seksi Cetak untuk melakukan kegiatan produksi akan terdokumentasikan dan terdata dengan baik secara manual. Keuntungan bagi perusahaan adalah ketika barang sampai di Seksi Cetak, Seksi Cetak langsung dapat melakukan pengecekan berdasarkan list barang yang diterima (Surat Pengiriman Picking Material) dengan list barang yang diminta pada saat ingredient picking.

(31)

4.3.2. Penambahan Tugas dan Wewenang

Berdasarkan rekomendasi pengembangan yang telah dijelaskan pada 4.3.1 (Menambahkan Proses Bisnis dan Proses Sistem Untuk Melakukan Ingredient Picking, Item Substitution for Batches Concurrent Programs, Picking Material), maka diperlukan penambahan tugas dan wewenang, antara lain:

• Seksi Pergudangan:

o Membuat Surat Pengiriman Permintaan Barang (Rekomendasi 1.0).

• Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet):

o Melakukan Ingredient Picking (Rekomendasi 2.0), • Seksi Khazanah TASGANU:

o Mengecek Ketersediaan Ingredient (Rekomendasi 3.0),

o Melakukan Item Substitution for Batches Concurrent Program (Rekomendasi 4.0),

 Melakukan Item Substitution for Batches Conccurent Program (Rekomendasi 5.0),

 Melakukan Item Substitution (Rekomendasi 6.0),  Mendapat Notifikasi Error (Rekomendasi 7.0), o Menjalankan Packing Material (Rekomendasi 8.0),

o Membuat Surat Pengiriman Packing Material (Rekomendasi 9.0).

(32)

4.3.3. Pemberian User Manual Baru Kepada User

Menanggapi identifikasi masalah 3.10.2 (Transaksi Data yang Besar), maka berdasarkan hasil analisis, perlu diberikan user manual (Lampiran 1) terbaru kepada setiap user-user yang terlibat dengan sistem Oracle EBS modul OPM area fungsional OPM Product Development dan OPM Process Execution, diharapkan para pengguna sudah bisa lebih mengetahui mengenai flow atau urutan dari peng-input-an yang harus dilakukan pada sistem. Pada user manual tersebut, selain telah diperbaiki beberapa bagian dan diperjelas mengenai langkah-langkah cara melakukan input ke dalam sistem dari user manual yang sebelumnya, juga telah diberikan gambaran sederhana mengenai urutan flow sistem. Sehingga apabila terjadi permasalahan user tidak bisa meng-input karena user yang harus melakukan peng-input-an sebelumnya belum meng-input, user bisa saling mengingatkan dan segera menghubungi user yang bersangkutan untuk segera melakukan tugasnya untuk meng-input data ke dalam sistem.

User manual baru yang diberikan kepada user adalah user manual yang berisi langkah-langkah pada sistem berjalan, belum berisikan langkah-langkah pada sistem yang direkomendasikan. Hal ini dikarenakan sistem yang direkomendasikan belum secara resmi disetujui oleh perusahaan sehingga beberapa langkah-langkah yang akan menjadi bagian dari user manual tidak dapat dijelaskan secara mendalam dikarenakan sistem dalam perusahaan belum mengaktifkan

(33)

beberapa fitur dan melakukan perubahan sesuai dengan yang telah direkomendasikan sebelumnya.

4.3.4. Seksi Pergudangan Memperhitungkan Penyusutan Ingredient Menanggapi gap pada identifikasi masalah 3.10.3 (Data Stok di Sistem Berebeda dengan di Lapangan), maka berdasarkan hasil analisis, seksi pergudangan perlu memperhitungkan penyusutan ingredient, terutama ingredients yang bersifat mudah terjadi penyusutan. Namun, dikarenakan hal ini berada di luar ruang lingkup topik penulisan, maka tidak akan dibahas lebih lanjut.

4.3.5. Pengaktifan Fitur Item Subtitution for Batches Concurrent Program

Hal ini berhubungan dengan hasil Fit Gap Analysis nomor 29 (Sistem dapat menghasilkan item substitution for batches concurrent program) dan identifikasi masalah 3.10.4 (Penambahan ingredient pada saat menjalankan batch).

Oracle EBS modul OPM area fungsional OPM Process Execution menyediakan fitur item subtitution for batches concurrent program. Menurut [http 17], program ini berfungsi sebagai program yang menampilkan substitute ingredient dari batch yang berstatus “pending”.

Fitur ini sebelumnya sudah digambarkan pada 4.3.1 (Menambahkan Proses Bisnis dan Proses Sistem Untuk Melakukan Ingredient Picking, Item Substitution for Batches Concurrent Programs, Picking Material) khususnya pada Rekomendasi 4.0.

(34)

Dengan melakukan aktivasi terhadap fitur ini, maka keuntungan bagi perusahaan adalah:

Perusahaan dapat mengetahui batch-batch produksi yang ter-pending karena ingredient yang dibutuhkan tidak mencukupi, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan untuk mengganti ingredient yang tidak mencukupi dengan substitute ingredient agar proses produksi batch dapat dijalankan dengan segera,

• Perusahaan dapat mengambil keputusan dengan cepat untuk membeli atau memproduksi ingredients yang dibutuhkan ketika diketahui bahwa ingredient sudah tidak mencukupi untuk produksi.

Fitur ini nantinya akan menjadi tugas dan wewenang dari user sistem dari Seksi Khazanah TASGANU, sesuai dengan rekomendasi pengembangan 4.3.2 (Penambahan Tugas dan Wewenang). Langkah-langkah untuk menjalankan fitur ini:

1. Buka jendela “Parameters”.

2. Masukkan “From Batch Number” dan “To Batch Number” untuk melakukan update batch-batch yang nomornya telah dipilih. 3. Masukkan “Ingredient” pengganti pada batch-batch dengan

ingredient pengganti.

4. Masukkan “Start Date”. Batch yang berstatus “Pending” dengan “Planned Start Date” setelah tanggal yang dimasukkan, maka akan di-update dengan substitute ingredient.

(35)

5. Masukkan “End Date”, Batch yang berstatus “Pending” dengan “Planned Start Date” di antara “Start Date” dan “End Date” akan di-update saat concurrent program dijalankan. Jika “End Date” tidak diisi, maka semua batch yang berstatus pending setelah tanggal “Start Date” akan di-update.

6. Klik “Ok”.

7. Klik “Submit”. Catat nomor “Request ID”.

8. Pilih “View” dari menu dan pilih “Requests” untuk melihat status dari pengajuan pada concurrent program manager. Saat “Request ID” telah terpenuhi dengan “Status of Normal”, tampilkan hasil dari ingredient yang di-substitute.

9. Klik “View Output” pada jendela “Request” untuk menampilkan ingredient yang di-substitute pada batch yang sedang berjalan. 4.3.6. Pengaktifan Fitur Picking Material

Hal ini berhubungan dengan hasil Fit Gap Analysis nomor 20 (Sistem dapat mempertimbangkan proses pengambilan ingredient berdasarkan pemesanan) dan identifikasi masalah 3.10.5 (Tidak ada pencatatan ketika ingredient tiba di unit produksi).

Oracle EBS modul OPM area fungsional OPM Process Execution menyediakan fitur picking material. Menurut [http 17], program ini berfungsi untuk merencanakan tugas dan membuat pick slip berdasarkan aturan pick slip yang berlaku.

Fitur ini sebelumnya sudah digambarkan sedikit pada 4.3.1 (Menambahkan Proses Bisnis dan Proses Sistem Untuk Melakukan Ingredient Picking, Item Substitution for Batches Concurrent

(36)

Programs, Picking Material) khususnya pada Rekomendasi 8.0. Dengan melakukan aktivasi terhadap fitur ini, maka keuntungan bagi perusahaan adalah:

• Perusahaan dapat mengetahui barang-barang yang dikirim dari Seksi Khazanah TASGANU kepada Seksi Cetak (Cetak Pita Cukai; Cetak Buku dan Paspor; Cetak Web dan Sheet) melalui dokumen surat pengiriman picking material (Rekomendasi 9.0). Di mana sebelumnya pada proses bisnis perusahaan tidak terdapat pencatatan barang yang dikirimkan dari Seksi Khazanah menuju Seksi Cetak,

• Fitur ini dapat membantu perusahaan untuk melakukan monitoring, controlling, dan evaluating terhadap barang-barang (ingredient) yang keluar dari Seksi Khazanah TASGANU dan kegunaan barang tersebut.

Fitur ini nantinya akan menjadi tugas dan wewenang dari user sistem dari Seksi Khazanah TASGANU, sesuai dengan rekomendasi pengembangan 4.3.2 (Penambahan Tugas dan Wewenang). Langkah-langkah untuk menjalankan fitur ini:

Buka jendela “Batch List”.

1. Pilih “Include” kemudian pilih batch yang ingin diambilkan materialnya. Ketika memilih batch, move order secara otomatis dibuat untuk seluruh ingredient yang ada di dalam batch, yang perlu dipindahkan. Ingredient yang telah dipilih tidak dapat dihapuskan dari batch.

(37)

3. Pilih “Print Pick Slips” untuk secara otomatis mengirimkan sebuah request untuk menge-print sebuah laporan Pick Slip. 4. Pilih “Plan Tasks” untuk membuat picking task dari Oracle

Warehouse Management Systems (WMS) untuk merilis task yang ada. Fitur ini tidak tersedia untuk organisai yang tidak menggunakan WMS.

5. Pilih “Pick Material”. Pada saat pick dirilis, sebuah pesan akan muncul dan memberitahukan nomor move order yang sedang diproses.

6. Klik “OK”.

4.3.7. Penyesuaian Harga Ingredient

Menurut [http 2], forecasting meliputi dengan pendekatan yang menentukan atau memprediksi apa yang terjadi di masa depan. Hal ini juga berkaitan dengan penyajian yang tepat dan penggunaan perkiraan. Forecast dapat bersifat situasional sesuai dengan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi. Contohnya: jumlah bayi yang akan lahir tahun ini, atau jumlah permintaan dari mobil di sebuah pabrik otomotif.

Menanggapi gap pada identifikasi masalah 3.10.1 (Perbedaan Sistem dan Prosedur dengan Keadaan Lapangan), maka berdasarkan hasil analisis, Divisi Desain dan Pengembangan Produk perlu untuk melakukan penentuan harga ingredient yang belum memiliki harga atau harga belum ditentukan sambil menunggu harga fix dari ingredient ditetapkan. Untuk mengatasi kondisi seperti yang dijelaskan pada identifikasi masalah sebenarnya perusahaan sudah

(38)

tepat untuk tetap menjalankan proses produksi dengan mengabaikan sistem untuk sementara waktu sambil menunggu kepastian harga bahan baku (ingredient) yang telah dijelaskan. Namun, yang perlu dikembangkan oleh perusahaan adalah perusahaan (khususnya Divisi Keuangan dan Akuntansi serta Divisi Desain dan Pengembangan Produk) menggunakan metode forecasting. Metode forecasting yang digunakan adalah metode forecasting untuk memprediksi harga ingredient yang belum diketahui harganya tetapi proses produksi yang membutuhkan ingredient tersebut harus tetap berjalan. Forecasting dilakukan untuk memperkirakan harga ingredient tersebut berdasarkan harga-harga historis dari tahun ke tahun.

Dengan demikian dapat dihasilkan perkiraan harga ingredient yang saat ini dibutuhkan dan belum diketahui harganya, sehingga ingredient tersebut menjadi memiliki sebuah nilai dan proses produksi dapat berjalan seperti biasa atau normal. Kemudian pada saat harga ingredient tersebut sudah diputuskan oleh Dewan Direksi PERUM PERURI dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, maka Divisi Produksi TASGANU akan berkolaborasi dengan Divisi Desain dan Pengembangan Produk untuk melakukan adjustment terhadap ingredients yang selama ini menggunakan harga forecasting, kemudian dilakukan perubahan sesuai dengan harga yang telah ditentukan.

Dengan menggunakan metode forecasting, maka keuntungan perusahaan adalah:

(39)

Dapat membuat perkiraan harga ingredients yang belum diketahui harga pastinya,

• Menyelesaikan permasalahan yang muncul pada identifikasi masalah 3.10.1 (Perbedaan Sistem dan Prosedur dengan Keadaan Lapangan),

Mengurangi terjadinya bottleneck yang diakibatkan identifikasi masalah 3.10.2 (Transaksi Data yang Besar).

Namun, dikarenakan hal ini berada di luar ruang lingkup topik penulisan, maka tidak akan dibahas lebih lanjut.

Gambar

Tabel 3 Requirement berdasarkan best practice Oracle E-Business  Suite
Gambar 18 Diagram persebaran requirement Fit Gap Analysis berdasarkan rank
Gambar 20 Diagram hasil Fit Gap Analysis berdasarkan rank dan level dari requirement
Gambar 21 Rekomendasi Proses Produksi Pita Cukai
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman batasan toleransi dari diskresi ini dapat disimpulkan dari pemahaman yang diberikan oleh sebelumnya, yaitu adanya kebebasan atau keleluasaan administrasi

Dimana peralatan komunikasi data yang digunakan PT Bhakti Wasantara Net menggunakan server yang saling berhubungan melalui ethernet card dengan media kabel data, kabel

Menimbang, bahwa pada waktu putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung Nomor : 239/Pdt/BTH/2013/PN.BB, dibacakan dalam persidangan tanggal 28 Oktober 2014 tidak

Karyawan yang mempunyai kohesivitas yang tinggi terhadap kelompoknya akan mempunyai keinginan yang rendah untuk keluar dari perusahaan atau organisasi dimana

Pada perencanaan yang dikehendaki, adalah sebesar 0,28 inci (diambil dari faktor keamanan antara 5 dengan 6) sehingga dari hasil perhitungan tebal yang dikehendaki dapat

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan alamiah yang ideal untuk bayi, terutama pada bulan_bulan pertamal Pemberian ASI pada bayi bukan saia berarti memberikan awal kehidupan

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah aplikasi dan alat yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan citra

Tingkat pelaksanaan makro mencakup penetapan arah kebijakan Reformasi Birokrasi secara nasional serta monitoring dan evaluasi pencapaian program- program Reformasi Birokrasi